Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PEMBIAYAAN PENDIDIKAN KEJURUAN

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Dra. Marwati, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Nes An Nissa Yahya Pramesi (18513244018)


2. Ribka Given Natasha Sinaga (20523241051)
3. Nur Laila Azifah (20513241053)
4. SilviAnggraini (20513244013)
5. Sofwah Aulia (20513241057)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
anugerah dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Manajemen
Pendidikan. Makalah ini berjudul Pembiayaan Pendidikan Kejuruan.

Makalah Bisnis Fashion ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Fashion di
Jurusan Pendidikan Teknik Busana Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam laporan ini juga penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

Orang tua baik secara materi maupun secara batin dalam mendukung saya menyelesaikan
tugas-tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan.

Ibu Prof. Dr. Dra. Marwati M.Pd. atas ilmu dan bimbingannya mengenai Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan.

Teman-teman kelompok 4 yang sudah mendukung dan ikut berpartisipasi selama


melangsungkan kegiatan kelompok ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahannya untuk kedepannya.

Yogyakarta, 21 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembiayaan pendidikan kejuruan biasa berasal dari Rencana Anggaran / Pendapatan Belanja
Sekolah. RAPBS berisi anggaran pendapatan dan juga anggaran Belanja. Anggaran
pendapatan dapat berasal dari beberapa sumber seperti, pemerintah; orang tua siswa;
masyarakat; alumni; peserta kegiatan; serta kegiatan wirausaha sekolah. Sedangkan anggaran
belanja diperuntukkan pembiayaan rutin dan juga pembiayaan pembangunan. Dalam
penyusunan RAPBS, terdapat beberapa prinsip dan langkah yang perlu diperhatikan. seperti,
harus menerapkan prinsip anggaran berimbang agar tidak terjadi anggaran pendapatan minus.
Dalam penggunaannya, perlu diadakan pengawasan yang bersifat sistematis untuk memantau
penyelenggaraan kegiatan operasional untuk melihat apakah tingkat efisiensi, efektifitas, dan
produktivitas yang diharapkan tercapai atau tidak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Rencana Anggaran / Pendapatan Belanja pada SMK
(RAPBS)
2. Apa yang dimaksud dengan fungsi RAPBS
3. Apa yang dimaksud dengan bentuk-bentuk anggaran dalam RAPBS
4. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam penyusunan RAPBS
5. Apa yang dimaksud dengan langkah-langkah penyusunan RAPBS
6. Apa yang dimaksud dengan definisi pengawasan pembiayaan Pendidikan
7. Apa yang dimaksud dengan alasan pengawasan pembiayaan Pendidikan
8. Apa yang dimaksud dengan tantangan dan peluang pendidikan
9. Apa yang dimaksud dengan hasil-hasil penelitian pembiayaan pendidikan

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi RAPBS


2. Untuk mengetahui fungsi RAPBS
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk anggaran dalam RAPBS
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam penyusunan RAPBS
5. Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan RAPBS
6. Untuk mengetahui definisi pengawasan pembiayaan Pendidikan
7. Untuk mengetahui alasan pengawasan pembiayaan Pendidikan
8. Untuk mengetahui tantangan dan peluang pendidikan
9. Untuk mengetahui hasil-hasil penelitian pembiayaan Pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rencana Anggaran / Pendapatan Belanja pada SMK (RAPBS)


Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah yang
selanjutnyadisingkat RAPBS adalah rencana anggaran pendapatan dan belanja
keuangan tahunan sekolah yang dibahas dan disetujui bersama oleh sekolah dan
komite sekolah yang kemudian disahkan KepalaSekolah dan Ketua Komite Sekolah.
RAPBS dibuat hanya untuk satu tahun anggaran pelajaran mendatang dan
terdiri dari 2 bagian, yaitu pendapatan dan pengeluaran. RAPBS mencakup semua
biaya dan pendapatan yang ada pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya
Tahunan, khususnya untuk tahun anggaran mendatang. Pendapatan yang dicantumkan
di RAPBS hanya mencakup dana dalam bentuk uang, baik yang akan diterima dan
dikelola langsung oleh sekolah.

1. Fungsi RAPBS
- Pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya
- Menggali dana secara kreatif dan maksimal
- Menggunakan dana secara jujur dan terbuka
- Mengembangkan dana secara produktif
- Mempertanggung jawabkan dana secaraobjektif

2. Bentuk –bentuk anggaran dalam RAPBS


a. Anggaran pendapatan
- Dana dari pemerintah
- Dana dari orang tuasiswa
- Dana dari masyarakat
- Dana dari alumni
- Dana dari peserta kegiatan
- Dana dari kegiatan wirausaha sekolah
b. Anggaran belanja
- Pembiayaan rutin
- Pembiayaan pembangunan
3. Prinsi-prinsip dalam penyusunan RAPBS
a. Harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid secara
jujur, bertanggung jawab, dan transparan.
b. Harus ditulis dengan Bahasa yang sederhaan dan jelas, dan dipajang ditempat
terbuka
c. S ekolah sebaiknya secara saksama memrioritaskan pembelanjaan daan sejalan
dengan rencana pengembangan sekolah

Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan RAPBS adalah harus
adanya pemenuhan biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan sekolah
setiap tahunnya.

4. Langkah –Langkah penyusunan RAPBS


Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAPBS adalah harus
menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan
pengeluaran harus berimbang diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan
minus. Dengan anggaran berimbang tersebut maka kehidupan sekolah akan
menjadi solid dan benar- benar kokoh dalam hal keuangan, maka
sentralisasipengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan sekolah,
dalam rangka untuk mempermudah pertanggung jawaban keuangan.

Penyusunannya hendaknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan


b. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya
c. Menentukan program kerja dan rincian program
d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program
e. Menghitung dana yang dibutuhkan
f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana

B. Penggunaan Pembiayaan Pendidikan


a. Penggunaan anggaran di SMK Kabupaten Aceh Besar yang diperoleh telah
digunakan sesuai pos masing-masing.
b. Alokasi dana yang berasal dari DIPA digunakan untuk keperluan belanja honor,
berupa : guru honor, kelebihan jam mengajar, pengawas ujian, panitia ujian,
pegawai bakti, dll.
c. Penyaluran dana yang diberikan pada SMK Kabupaten Aceh Besar berdasarkan
RAPBS yang diusulkan dan sesuai dengan petunjuk teknis dan Dinas Pendidikan
Aceh Besar adalah DIPA.
d. Biaya yang memadai, akan berdampak positif terhadap peningkatan personil,
peningkatan kesejahteraan guru dan personil tata usaha, sarana dan prasaranapada
SMK. Pengaruh posittif lainnya akan mampu meningkatkan pelayanan kegiatan
belajar mengajar di SMK.

C. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan


Pengawasan adalah kegiatan yang bersifat sistematis untuk memantau
penyelenggaraan kegiatan operasional untuk melihat apakah tingkat efisiensi,
efektivitas, dan produktivitas yang diharapkan tercapai atau tidak.
1. Alasan pengawasan pembiayaan pendidikan diperlukan
- Untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan operasional pada lembaga SMK.
- Tuntutan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas tidak terpenuhi karena
mungkin ada anggota yang menampilkan perilaku negative dengan berbagai
factor penyebab.
- Untuk menghasilkan informasi tentang penyelenggaraan berbagai kegiatan
operasional yang sedang terjadi.

Dalam lembaga pendidikan kejuruan, pengawasan pembiayaan pendidikan di


SMK merupakan tanggung jawab dari kepala sekolah. Kepala sekolah melakukan
pengawasan pembiayaan pendidikan setiap hari. Beberapa tugas kepala sekolah dalam
melakukan pengawasan pembiayaan pendidikan sebagai berikut:

- Mengawasi pelaksanaan kegiatan sekolah


- Melakukan pengawasan anggaran secara rutin
- Menerima laporan penerimaan dan penggunaan uang dari bendahara setiap
hari.

Selain itu, pemeriksaan pembiayaan pendidikan kejuruan dilakukan oleh pihak


eksternal seperti Dinas Pendidikan setempat sebulan sekali. Dinas pendidikan
melakukan pengawasan pembiayaan pendidikan yaitu:

- Pemeriksaan kas, dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran jumlah uang


yang ada dengan membandingkan jumlah uang yang seharusnya ada.
Bukti-bukti yang dilampirkan dalam pemeriksaan kas, yaitu: kwitansi atau
faktur, dan buku rekening bank pada SMK.
- Pemeriksaan inventaris, menyangkut banyaknya jenis barang serta
membandingkan jumlah barang yang ada dengan jumlah barang yang
seharusnya.

D. Tantangan dan Peluang Pembiayaan Pendidikan


Pendidikan kejuruan dihadapkan pada berbagai perubahan mendasar dalam
berbagai aspek kehidupan yang pada akhirnya turut serta berpengaruh terhadap
penyelenggaraan pendidikan termasuk dalam hal pembiayaan. Beberapa perubahan
mendasar tersebut diantaranya:
1. Dampak buruk krisis ekonomi
Krisis ini ditandai dengan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat yang menimbulkan kenaikan harga barang dan jasa termasuk bahan-bahan
yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar. Apabila dibandingkan dengan
negara-negara lain, anggaran pendidikan kita memang termasuk kategori rendah.
Selain itu bila dilihat dari sumber pembiayaan pendidikan sebagian besar sekolah
(92,35%) masih mengandalkan biaya dari pemerintah.
2. Diterapkannya otonomi daerah
Pendidikan merupakan salah satu bidang yang diserahkan kewenangannya
kepada daerah. Dengan demikian manajemen pendidikan yang tadinya berada di
pusat menjadi kewenangan daerah masing-masing. Akan menjadi permasalahan
bagi daerah dengan kemampuan keuangan yang terbatas dan kemandirian yang
rendah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan otonomi daerah pun sekolah dituntut
punya kemandirian dalam menggali dana bagi peningkatan kualitas pendidikan
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilki serta meningkatkan peran serta
masyarakat dan dunia usaha bagi pembiayaan pendidikan
3. Manajemen berbasis sekolah (MBS)
Penerapan MBS akan berimplikasi pada pembiayaan pendidikan. Strategi
implementasi MBS jangka panjang memberikan kewenangan dan keleluasaan
secara mandiri kepada sekolah dalam mengelola maupun menggali dana
pembiayaan pendidikan dengan control komite sekolah. Jelas bahwa dengan
diterapkannya MBS sekolah dituntut mampu secara mandiri dan kreatif untuk
menggali dan mengelola sumber dana bagi pembiayaan Pendidikan.
Dengan turunnya kemampuan pemerintah dalam pembiayaan pendidikan,
penerapan otonomi daerah maupun manajemen berbasis sekolah semuanya
menuntut sekolah untuk lebih mandiri, kreatif, inovatif dalam menggali dan
mengalokasikan berbagai sumber daya dan sumber dana bagi pembiayaan
pendidikan. Sekolah diberi keleluasaan dalam mengoptimalkan sumber daya yang
dimilikinya untuk membiayai pendidikan yang memang mahal.
Bagi sekolah dengan budaya kemandirian dan profesionalisme yang tinggi
perubahan paradigm pembiayaan pendidikan ini merupakan peluang untuk lebih
meningkatkan kemampuannya dalam menggali sumber-sumber dana bagi
pembiayaan pendidikan guna peningkatan mutu.
Bagi sekolah dengan kemandirian rendah dan terbiasa bergantung kepada
pemerintah, perubahan paradigm pembiayaan ini merupakan masalah yang amat
berat dan tidak jarang kebutuhan pembiayaan yang teramat tinggi ini semata-mata
dibebankan kepada siswa tanpa usaha untuk menggali sumber dana lain.

E. Hasil-hasil Penelitian Pembiayaan Pendidikan


Berkaitan dengan pembiayaan pendidikan di Indonesia, paling tidak
terdapattiga penelitian terakhir baik secara nasional maupun regional.
1. Penelitian yang dilakukan Nanang Fatah (2000) tentang pembiayaan pendidikan
khususnya di Sekolah Dasar Negeri di Jawa Barat menemukan gambaran bahwa
sumber pembiayaan terbesar adalah dari pemerintah pusat sebesar 90,73 %,
sedangkan dari orang tua siswa sebesar 6,88 % dan sumbangan terkecil berasal
dari masyarakat sebesar 0,40 %.
2. Penelitian yang dilakukan DediSupriyadi (2003) tentang satuan biaya pendidikan
dasar dan menengah Negeri dalam lingkup nasional menemukan kecenderungan
yang sama bahwa sebagian besar pembiayaan pendidikan berasal pemerintah baik
pusat maupun daerah serta orangtua siswa.
3. HM. Sukardidkk. (2004) dalam penelitiannya tentang pola pembiayaan SMK
Negeri dan Swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan bahwa sumber
pembiayaan terbesar untuk SMK Negeri berasal dari pemerintah (pusat dan
daerah), sedangkan untuk SMK berasal dari orangtua siswa.
SMK negeri pada umumnya masih mengandalkan dana dari pemerintah
sedangkan SMK Swasta pada umumnya sangat bergantung pada orangtua siswa.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan pendidikan menengah kejuruan dalam hal ini
SMK adalah dengan mengoptimal kan pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya
untuk menggali dana selain dari orangtua siswa. Production Based Education
merupakan salah satupola yang dapatditerapkan. Dalam model ini sekolah dituntut
mampu mencari pasar dan menghasilkan suatu produk atau jasa untuk dijual kepada
masyaraka tluas.
Optimalisasi unit produksi ini dapat dilakukan dengan memperbaiki pola
manajemen, perluasan pasar, serta peningkatan kualitas sumbner daya pengelola.
Harapannya dengan optimalisasi unit produksi tersebut akan semakin meningkatkan
kemampuan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
Pada akhirnya upaya-upaya diversifikasi dan intensifikasi sumber dana tersebut
harus di imbangi dengan efisiensi dalam pemanfaatannya baik dalam hal
penganggaran, pengalokasian dan pengawasan / pengendalian agar lebih terarah. Hal
lain yang tidak boleh dilupakan adalah adanya akuntabilitas dalam pengelolaan
pembiayaan pendidikan sesuai dengan prinsip pembiayaan dalam era otonomi daerah
dalam bidang pendidikan yang menganut prinsip kewenangan, kemandirian dan
akuntabilitas.

Anda mungkin juga menyukai