Anda di halaman 1dari 7

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM            

Dalam Adagium ushuliah dinyatakan bahwa : “al-umur bi maqosidiha”, bahwa setiap


tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah di tetapkan.
Adagium ini menunjukan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin
dicapai, bukan semata-mata berorientasi pada sederetan materi. Karena itulah, tujuan pendidikan
Islam menjadi komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum
merumuskan komponen-komponen pendidikan yang lain.            

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang
akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Disamping itu,
dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan,
dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha
pendidikan.

Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang
meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang: Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia.
Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan
tugas hidup tertentu (QS. Ali-Imran: 191).

‫ت ٰ َه َذا‬ ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬


َ ‫ض َر َّب َنا َما َخلَ ْق‬ ِ ‫ُون فِى َخ ْل ِق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ ‫وب ِه ْم َو َي َت َف َّكر‬ َ ‫ِين َي ْذ ُكر‬
ِ ‫ُون ٱهَّلل َ قِ ٰ َيمًا َوقُعُو ًدا َو َعلَ ٰى جُ ُن‬ َ ‫ٱلَّذ‬
‫ار‬ َ ‫ٰ َبطِ اًل ُسب ٰ َْح َن َك َفقِ َنا َع َذ‬
ِ ‫اب ٱل َّن‬

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.”
Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah. Indikasi tugasnya
berupa ibadah (sebagai ‘abd Allah) dan tugas sebagai wakil-Nya dimuka bumi (khalifah Allah).
Firman Allah:

‫اى َو َم َماتِى هَّلِل ِ َربِّ ْٱل ٰ َعلَمِين‬


َ ‫صاَل تِى َو ُن ُسكِى َو َمحْ َي‬
َ َّ‫قُ ْل إِن‬

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S. al-An’am : 162).

Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar (nature) manusia, yaitu konsep tentang manusia
sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti fitrah, bakat, minat,
sifat, dan karakter, yang berkecenderungan pada al-Hanief (rindu akan kebenaran dari Tuhan)
berupa agama Islam (Q.S. al-Kahfi : 29) sebatas kemampuan, kapasitas, dan ukuran yang ada.
Ketiga,  tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah
melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan
kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia modern. Keempat, dimensi-
dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan dunia ideal Islam mengandung nilai yang
dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia didunia untuk mengelola dan memanfaatkan
dunia sebagai bekal  kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia
berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia
dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki.
Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkal terhadap
pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak kehidupan yang menggoda ketentraman dan
ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomi, maupun
ideologis dalam hidup pribadi manusia.

B.     PRINSIP-PRINSIP DALAM FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu, guna menghantar


tercapainya tujuan pendidikan. Prinsip itu adalah:

1.      Prinsip universal (syumuliah), yakni Prinsip yang memandang keseluruhan aspek
Agama (aqidah, ibadah, dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani, rohani, dan nafsani),
masyarakat dan tatanan kehidupannya, serta adanya wujud jagat raya dan hidup.
2.      Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun iqtishadiah). Prinsip ini adalah
keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan
komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayan silam dengan kebutuhan kebudayaan masa
kini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.

3.      Prinsip kejelasan (tabayyun). Prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum
yang memberi kejelasan tehadap kejiwaan manusia (qalb, akal dan hawa nafsu) dan hukum
masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan.

4.      Prinsip tak bertentangan. Prinsip yang didalamnya terdapat ketiadaan pertentangan
antara berbagai unsur dan cara pelaksanaannya, sehingga antara satu komponen dengan
komponen yang lain saling mendukung.

5.      Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan. Prinsip yang menyatakan tidak adanya
kekhayalan dalam kandungan program pendidikan, tidak berlebih lebihan, serta adanya kaidah
yang praktis dan realistis, yang sesuai dengan fitrah dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik dan
sosiokultural yang ada.

6.      Prinsip perubahan yang diingini. Prinsip perubahan struktur diri manusia yang
meliputi jasmaniah, ruhaniah dan nafsaniah, serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis,
pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai
dinamisasi kesempurnaan pendidikan (Q.S. ar-Ra’d: 11).

7.      Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu. Prinsip ini berpijak pada asumsi
bahwa semua individu ‘tidak sama’ dengan yang lain.

8.      Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pelaku
pendidikan serta lingkungan dimana pendidikan itu dilaksanakan

C.    KOMPONEN-KOMPONEN TUJUAN PENDIDIKAN

Dalam proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin
diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan akhir harus lengkap (komprehensif) mencakup
semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadian ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir
mengandung nilai-nilai Islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif, aspek fungsional,
dan aspek oprasional. Hal tersebut menyebabkan pencapaian tujuan pendidikan tidak mudah,
bahkan sangat kompleks dan mengandung risiko mental-spiritual, lebih-lebih lagi menyangkut
intenalisasi nilai-nilai Islami, yang di dalamnya terdapat Iman, Islam, dan Ihsan, serta ilmu
pengetahuan menjadi pilar-pilar utamanya. Secara teoritis, tujuan akhir dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu:

1.      Tujuan normatif. Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu
mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasi, misalnya :

a.       Tujuan formatif yang bersifat memberi persiapan dasar yang korektif. b.     
Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal
yang benar dan yang salah.

c.       Tujuan determinatif yang bersifat memberi kemampuan untuk mengarahkan


diri pada sasaran-sasaran yang sejajar dengan proses kependidikan.

d.      Tujuan integrative yang bersifat memberi kemampuan untuk memadukan


fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu) kearah tujuan akhir.
e.       Tujuan aplikatif yang bersifat kemampuan penerapan segala pengetahuan
yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.

2.      Tujuan fungsional. Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kemampuan peserta
didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang
diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi:

a.       Tujuan individual, yang sasarannya pada pemberian kemampuan individual


untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan kedalam pribadi berupa
moral, intelektual dan skill.

b.      Tujuan sosial, yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengamalan


nilai-nilai kedalam kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain
dalam masyarakat.
c.       Tujuan moral, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk
berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber pada
agama (teogenetis), dorongan sosial (sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis),
dan dorongan biologis (biogenetis).

d.      Tujuan professional, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk


mengamalkan keahlianya, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

3.      Tujuan oprasional. Tujuan yang mempunyai sasaran teknis managerial. Komponen-
komponen tujuan pendidikan di atas tidak hanya terfokus pada tujuan yang bersifat teoritis, tetapi
juga bertujuan praktis yang sasarannya pada pemberian kemampuan praktis peserta didik. Hal ini
dilakukan agar setelah menyelesaikan studinya, mereka dapat mengaplikasikan ilmunya dengan
penuh kewibawaan dan profesional mengingat kompetensi yang dimiliki telah memadai.

D.    FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM            

Upaya dalam pencapaian tujuan pendidikan harus dilaksanakan dengan semaksimal


mungkin, walaupun pada kenyataannya manusia tidak mungkin menemukan kesempurnaan
dalam berbagai hal. Menurut Ibn Taimiyah tujuan pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek,
yaitu:

1.      Tercapainya pendidikan Tauhid dengan cara mempelajari ayat Allah Ta’ala dalam
wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq) dan Psikis (anfus).

2.      Mengetahui ilmu Allah Ta’ala. Melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluk-
Nya.

3.      Mengetahui kekuatan (qudrah) Allah Ta’ala melalui pemahaman jenis-jenis,


kuantitas, dan kreatifitas makhluk-Nya. Mengetahui apa yang diperbuat Allah Ta’ala. (sunnah
Allah) tentang realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.

Abdul al-Rahman Shaleh Abdullah dalam bukunya, Educational Theory, a Qur’anic


outlook, menyatakan tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi,
yaitu :
1. Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah) Mempersiapkan diri manusia sebagai
pengemban tugas khalifah bumi, melalui keterampilan-keterampilan fisik.[3] Ia berpijak pada
pendapat dari Imam Nawawi yang menafsirkan “ al-qawy” sebagai kekuatan Iman yang ditopang
oleh kekuatan fisik (Q.S. al-Baqarah : 247, Q.S. al-Anfal : 60).

2. Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah) Meningkatkan jiwa dari kesetiaan


yang hanya kepada Allah Ta’ala Semata dan melaksanakan moralitas islami yang diteladani oleh
Nabi sollallahualaihi wassalam. Dengan berdasarkan cita-cita ideal dalam al-Qur’an (Q.S. Ali-
Imran: 19).

Indikasi pendidikan rohani adalah tidak bermuka dua (Q.S. al Baqarah : 10), berupaya
memurnikan dan mensucikan diri manusia secara individual dari sikap negatif (Q.S. Al-
Baqarah : 126) inilah yang disebut dengan tazkiyah (purification) dan hikmah (wisdom). Maka
dari itu, tujuan pendidikan ruhaniah tersebut diarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia
(akhlak al-karimah).

3. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-‘aqliyah) Pengarahan inteligensi untuk


menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan
menemukan pesan-pesan ayat ayat-Nya yang berimplikasi kepada peningkatan Iman kepada
Sang pencipta. Tahapan pendidikan akal ini adalah : a.       Pencapaian kebenaran ilmiah (‘ilm al-
yaqin) (Q.S. At-Takasur : 5). b.      Pencapaian kebenaran empiris (‘ain al-yaqin) (Q.S. At-
Takasur : 7). c.       Pencapaian kebenaran meta empiris atau mungkin lebih tepatnya sebagai
kebenaran filosofis (haq al-yaqin) (Q.S. Al-waqiah : 95).

4. Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtima’iyah) Tujuan pendidikan sosial adalah


pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagian dari komunitas sosial. Identitas
individu disini tercermin sebagai “al-naas” yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Menurut Al-Gazali yang dikutip oleh Fathiah Hasan Sulaiman, tujuan umum pendidikan Islam
tercermin dalam dua segi, yaitu:

1.  Insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

2.  Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Kebahagiaan dunia akhirat dalam pandangan al-Ghazali adalah menempatkan kebahagiaan
dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagiaan yang lebih memiliki nilai universal, abadi, dan
lebih hakiki itulah yang di prioritaskan. Ibnu Khaldun, yang dikutip oleh Muhammad Athiyah al-
Abrasyi, merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan berpijak pada firmaan Allah Ta’ala.
Sebagai berikut:

َ ‫نس َنصِ ي َب َك م َِن ٱل ُّد ْن َيا ۖ َوأَحْ سِ ن َك َمٓا أَحْ َس َن ٱهَّلل ُ إِلَي‬
‫ْك ۖ َواَل َتب ِْغ‬ َ ‫َوٱ ْب َت ِغ فِي َمٓا َءا َت ٰى َك ٱهَّلل ُ ٱل َّد‬
َ ‫ار ٱ ْل َءاخ َِر َة ۖ َواَل َت‬
َ ‫ض ۖ إِنَّ ٱهَّلل َ اَل ُيحِبُّ ْٱل ُم ْفسِ د‬
‫ِين‬ ِ ْ‫ْٱل َف َسادَ فِى ٱأْل َر‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”  (Q.S. Al-Qashas;
77)              

Berdasarkan firman itu, Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam
terbagi atas dua macam, yaitu:

1. Tujuan yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan
kewajiban kepada Allah ta’ala.

2. Tujuan yang berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu


menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar hidupnya lebih layak dan
bermanfaat bagi orang lain. Menurut Kholid Al Hazimi tujuan pendidikan Islam secara global
terbagi kepada dua; Pertama, Fardiyyah (Individu) yang meliputi al’aqdiyyah (Aqidah) , al
Ta’abbudiyyah (Ibadah), al Khluluqiyyah (Akhlak), al Jismiyyah (Raga), al ‘Ilmi(Pengetahuan),
al Mihniyyah (Skill). Kedua, Ijtima’iyyah (sosial) maksudnya membangun masyarakat islami
dengan konsep amar ma’ruf nahi munkar yang diharapkan hasilnya sebagai berikut:
1. Menjadikan masyarakat yang beribadah kepada Allah ta’ala

2. Menjadikan masyarakat yang menyebarkan Islam dan mendakwahkannya

3.  Menjadikan masyarakat yang menerapkan hukum Allah

4.  Menjadikan masyarakat yang yang saling berta’awun dalam kebaikan dan ketakwaan.

Anda mungkin juga menyukai