Anda di halaman 1dari 41

EVALUASI KURIKULUM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengembangan Kurikulum dan Desain Pembelajaran Kimia

Yang dibina oleh Prof. Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D.

Oleh:

Ervita Eka Rosawati (190331865209)


Mauliana Nur Safitri (190331765223)
Petrus Yuvenaris Manek (190331865215)
Umi Nadhirotul Laili (190331865201)
Vrisca Bella Cylindrica (190331865211)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
MARET 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting
dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Evaluasi
menjadi bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian dari sistem manajemen,
yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga
dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring
dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak akan bisa mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tapi, dengan adanya
evaluasi, kita dapat menjadikan hasil yang diperoleh sebagai balikan (feed-back) dalam
memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Hasil-hasil kurikulum dapat digunakan oleh
para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model
kurikulum yang digunakan.
Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat
akademik. Kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan peserta didik
secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas pendidikan kita dibandingkan dengan
negara lain. Selain itu, implementasi kurikulum akademik tidak mampu memberikan nilai
etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan. Maka dengan adanya evaluasi
diharapkan dapat memperbaiki aspek-aspek tersebut sehingga model kurikulum yang
diterapkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kami akan mengkaji
mengenai pengertian evaluasi kurikulum, peranan evaluasi kurikulum dan model-model
evaluasi kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum?
2. Apa tujuan dari evaluasi kurikulum?
3. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi kurikulum secara umum?
4. Bagaimana prinsip-prinsip evaluasi kurikulum 2013?
5. Apa saja jenis-jenis evaluasi pada pembelajaran kurikulum 2013?
6. Apa yang dimaksud instrumen evaluasi kurikulum?
7. Apa tujuan instrumentasi kurikulum?
8. Bagaimana instrumen evaluasi kurikulum secara umum?
9. Bagaimana instrumentasi kurikulum 2013?

C. Tujuan
1. Unutk mengetahui pengertian evaluasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui tujuan dari evaluasi kurikulum.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi kurikulum secara umum.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip evaluasi kurikulum 2013.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis evaluasi pada pembelajaran kurikulum 2013.
6. Untuk mengetahui pengertian instrumen evaluasi kurikulum?
7. Untuk mengetahui tujuan instrumentasi kurikulum?
8. Untuk mengetahui instrumen evaluasi kurikulum secara umum?
9. Untuk mengetahui instrumentasi kurikulum 2013?
BAB II
PEMBAHASAN

A. EVALUASI KURIKULUM
1. Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan
pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang
harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh
dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan
kurikulum.
Adapun pemahaman tentang evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan
pengertian kurikulum yang beragam menurut para pakar kurikulum. Hamid Hasan (2009:41)
mengartikan evaluasi sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu
kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum
dalam suatu konteks tertentu. Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini, 2009: 143)
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah
tercapai atau terealisasikan.
Sedangkan pengertian evaluasi menurut Rutman and Mowbray (1983) ialah
penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu program yang
berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky (1989) mendefinisikan evaluasi adalah
suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektivitas suatu program. Menurut Sukmadinata (2009:173), “Evaluasi merupakan kegiatan
yang luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem
pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan
yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang sangat
formal.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah
penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan
efektivitas suatu program. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dalam
usaha untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk membuat keputusan akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan (Muhammad Zaini, 2009:142).
Sedangkan pengertian kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
b. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan
keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
c. Menurut Hilda Taba (dalam Muhammad Zaini, 2009: 6), kurikulum adalah rencana
pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan individu anak didik.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman dan pegangan dalam
proses pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah penerapan prosedur ilmiah
untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang
kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau, evaluasi kurikulum adalah suatu
tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum
dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum.
Pada dasarnya, evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki
hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan
prosesnya secara evalusioner. Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini, 2009:144)
berpendapat bahwa evaluasi kurikulum pada dasarnya adalah suatu proses untuk mengecek
keberlakuan kurikulum yang harus diterapkan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah
evaluasi terhadap tujuan pembelajaran, tahap kedua adalah evaluasi terhadap pelaksanaan
kurikulum atau proses pembelajaran yang meliputi metode, media, dan evaluasi pembelajaran,
tahap ketiga adalah evaluasi terhadap efektivitas baik efektivitas terhadap waktu, tenaga, dan
biaya, serta tahap keempat adalah evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai.

2. Tujuan Evaluasi Kurikulum


Tujuan evaluasi kurikulum mecakup dua hal yaitu : pertama, evaluasi digunakan untuk
menilai efektifitas program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
pelaksanaan kurikulum (pembelajaran). Tujuan dari evaluasi kurikulum adalah
penyempurnaan kurikulum dengan jalan mengungkapkan proses plaksanaan kurikulum yang
telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator
kinerja yang dievaluasi adalah efektivitas, efesinsi, relavansi, dan kelayakan (feasibility)
program. Diadakanya evaluasi kurikulum , menurut Ibrahim (2006) dimaksudkan untuk
keperluan.
1. Untuk perbaikan program
Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan
yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan. Disini
evaluasi kurikulum lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalma sistem itu sendiri
karena evaluasi itu dipandang sebagai faktor yang memungkinkan dicapainya hasil
pengembangan yang optimal dari sistem yang bersangkutan.

2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak


Setelah pengembangan kurikulum dilakukan, perlu adanya semacam
pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud mencakup pihak yang mensenposori
kegiatan pengembangan kurikulum tersebut maupun pihak yang akan menjadi konsumen
dari kurikulum yang telah dikembangkan. Dengan kata lain, pihak-pihak tersebut
mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua, pelaksana pendidikan, dan pihak-pihak
lainnya yang ikut mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum yang bersangkutan.
Bagi pihak pengembang kurikulum, tujuan yang kedua ini tidak dipandang sebagai suatu
kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu keharuasan dari luar. Sekalipun
demikian hal ini tidak biasa kita hindari karena persoaln ini mencakup
pertanggungjawaban sosial, ekonomi dan moral, yang sudah merupakan suatu
konsekuensi logis dalam kegiatan pembharuan pendidikan. Dalam
mempertanggungjawabkan hasil yang telah dicapainya, pihak pengembang kurikulum
perlu mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang sedang
dikembangkan serta usaha lanjt yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
jik ada, yang masih terdapat. Untuk menghasilkan informasi mengenai kekuatan dan
kelemahan tersebut di atas itulah diperlukan kegiatan evaluasi.

3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan


Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua
kemungkinan pertanyaan: pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan
disebar luaskan kedalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yang bagaimana dan
denga cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluasakan kedalam
sistem yang ada? Ditinjau dari proses pengembangan kurikulum yang sudah berjalan,
pertanyaan pertama,dipandang tidak tepat untuk diajukan apada akhir fase
perkembangan.
Pertanyaan tersebut hanya memungkinkan memiliki dua jawaban yang diberikan itu
adalah tidak. Jika hal ini terjadi, kita akan dihadapkan pada situasi yang tidak
menguntungkan: biaya, tenaga, dan waktu yang telah dikerahkan selama ini ternyata
terbuang dengan percuma, peserta didik telah menggunakan kurikulum baru tersebut
selama fase pengembanagan telah terlanjur dirugikan; sekolah-sekolah dimana proses
pengembangan itu berlangsug harus kembali menyesuaikan diri lagi kepda cara lama,
dana kan timbul sikap skeptis dikalangan orang tua dan masyarakat terhadap perubahan
pendidikan dalam bentuk apapun. Pertanyaan kedua, dipandang lebih tepat untuk
diajukan pada akhir fase penegmbangan kurikulum. Pertanyaan tersebut
mengimplikasikan sekurang-kurangnya tiga anak pertanyaan, aspek-aspek mana dari
kurikulum tersebut yang masih perlu diperbaiki ataupun disesuaikan, strategi penyebaran
yang bagaimana sebaiknya ditempuh, dan persyaratapersyaratan apa yang perlu
dipersiapkan terlebbih dahulu didalam sistem yang ada. Pertanyaan –pertanyaan ini lebih
bersifat konstruktif dan lebih dapat diterima ditinjau dari segi sosial, ekonomi, moral
maupun tekhnis. Untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab
pertanyaan yang kedua itulah diperlukan adanya kegiatan evaluasi.

3. Prinsip – Prinsip Evaluasi Kurikulum secara Umum


Prinsip-prinsip evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan, termasuk juga
menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari kegiatan evaluasi dapat dijadikan sebagai
umpan balik (feedback) untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan
komponen-komponen kurikulum. Pada akhirnya hasil evaluasi ini dapat berperan sebagai
masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan dalam pengambilan keputusan kurikulum
khususnya, dan pendidikan pada umumnya, baik bagi para pengembang kurikilum dan para
pemegang kebijakan pendidikan, maupun bagi para pelaksana kurikulum pada tingkat
lembaga pendidikan (seperti guru dan kepala sekolah).
Pada awal perkembangannya, konsep evaluasi banyak sekali dipengaruhi secara
dominan oleh konsep pengukuran (measurement). Salah satunya adalah konsep yang
dikemukakan oleh Ralph W. Tyler (1975). Ia mengungkapakn bahwa proses evaluasi
merupakan proses yang sangat esensial guna mengetahui apakah tujuan (objectives) secara
nyata telah terealisasikan. Sementara itu, Hilda Taba (1962) juga berpendapat bahwa secara
prinsipil yang menjadi fokus dari evaluasi adalah tingkatan di mana siswa mencapai tujuan.
Pengertian-pengertian evaluasi tersebut lebih diarahkan atau berorientasi kepada perubahan
perilaku, dan lebih mementingkan hasil atau produk belajar, kurang memperhatikan proses
dan kondisi-kondisi belajar yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Hasan (1988),
pengertian evaluasi seperti itu sudah dianggap tidak lagi memenuhi makan evaluasi yang
sesungguhnya. Apa yang dikemukakan Tyler mengenai perubahan tingkah laku siswa
hanyalah merupakan salah satu aspek kajian evaluasi, baik evaluasi pendidikan maupun
evaluasi kurikulum.
Perkembangan selanjutnya dari konsep evaluasi ini, menurut Hasan (1988), berpegang
pada satu konsep dasar, yaitu adanya pertimbangan (judgement). Dengan pertimbangan inilah
ditentukan nilai (worth/merit) dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian
pertimbangan bukanlah suatu kegiatan evalusi. Dengan demikian, pengertian evaluasi harus
diarahkan pada suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti dari sesuatu
yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut bisa berupa orang, benda,
kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan tertentu. Pemberian pertimbangan tersebut haruslah
berdasarkan kriteria tertentu, baik dari penilai itu sendiri maupun dari luar penilai. Dari
pengertian tersebut, evaluasi lebih dianggap sebagai suatu proses, bukan suatu hasil (produk).
Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum menurut Hamalik, (1990: 255) adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu yang
mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi kurikulum.

2. Bersifat objektif, dalam arti berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber pada
data yang nyata dan akurat yang diperoleh dari sumber instrumen yang handal.

3. Bersifat komperhensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam
ruang lingkup kurikulum.

4. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan


keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama
pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, orang tua,
bahkan peserta didik itu sendiri, disamping merupakan tanggung jawab utama lembaga
penelitian dan pengembangan.
5. Efesiensi, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya tenaga, dan peralatan yang
menjadi unsur penunjang.

6. Berkesinambungan, hal ini diperlukan mengingat tuntunan dari dalam dan luar
sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum.

Apabila diperhatikan, tampaknya prinsip evaluasi sebagai suatu proses pemberian


pertimbangan tentang nilai dan arti ini dalam pelaksanaannya masih belum terealisasikan
sebagaimana mestinya. Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan, terutama di Indonesia, masih
menekankan pada evaluasi terhadap hasil (produk). Hal ini sejalan dengan pendapat Zais
(1976) bahwa dewasa ini penekanan evaluasi selalu dipusatkan pada evaluasi hasil (product
evaluation) yang dicapai oleh siswa. Menurutnya, hal tersebut didasarkan pada model teknik
(technical model) dalam pengembangan kurikulum, di mana siswa dianggap sebagai raw
material.
Konsep evaluasi kurikulum dapat dipandang secara luas, yaitu mencakup evaluasi
terhadap seluruh komponen dan kegiatan pendidikan, tetapi dapat pula dibatasi secara sempit
yang hanya ditekankan pada hasil-hasil atau perilaku yang dicapai siswa. Luas atau sempitnya
suatu evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuannya. Jadi, dalam hal ini yang
menjadi penentu adalah faktor tujuan yang diharapkan.Hal ini sejalan dengan pendapat
Ronald C.Doll (1974) yang menyatakan bahwa orientasi terhadap tujuan merupakan salah
satu syarat atau karakteristik dari evaluasi. Karakteristik lainnya,yaitu:dinyatakan dalam
bentuk nilai-nilai (values and valuing), mencakup keseluruhan (comprehensiveness),
berkelanjutan (continuity), memiliki nilai diagnostic dan kesahihan (diagnostic worth and
validity) dan evaluasi tersebut harus terintegrasi atau utuh, bukan sesuatu yang lepas-lepas
(integration).
Pada bagian lainnya, Doll mengemukakan dua dimensi yang harus ada dalam evaluasi
kurikulum, yaitu dimensi kuantitas (the dimension of quantity) dan dimensi kualitas (the
dimension of quality). Dimensi pertama berhubungan dengan berapa banyak program-
program yang dievaluasi, sedangkan dimensi kedua berhubungan dengan tujuan-tujuan apa
saja yang disoroti dari evaluasi dan bagaimana kualitas dari pencapaian tujuan-tujuan
tersebut. Kemudian, di dalam proses evaluasinya Doll mengungkapkan tiga variabel, yaitu
variabel input (karakteristik siswa), variabel output (apa yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran), dan variabel treatment (metode mengajar, materi pelajaran,
ukuran kelas, karakreristik siswa, dan karakteristik guru), ketiga kelompok variabel tersebut
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya
Untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai kualitas suatu kurikulum
yang dievaluasi,terdapat beberapa komponen atau dimensi yang perlu dijadikan sasaran atau
ruang lingkup evaluasi. Sudjana dan Ibrahim (1989) dalam hal ini mengemukakan tiga
komponen, yaitu komponen program pendidikan, komponen proses pelaksanaan, dan
komponen hasil-hasil yang dicapai.Suatu program pendidikan dinilai dari tujuan yang ingin
dicapai, isi program yang disajikan, strategi pembelajaran yang diterapkan ,serta bahan–bahan
ajar yang digunakan .Proses pelaksanaan yang dijadikan sasaran penilaian/ evaluasi terutama
proses pembelajaran yang berlangsung di lapangan. Sedangkan hasil-hasil yang dicapai
mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum 2013


Seperti yang diketahui bahwa alasan yang mendasari pemerintah mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum 2013 adalah untuk menghadapi persaingan global yang semakin
maju. Menghadapi perkembangan globalisasi yang semakin membumi, pemerintah
menggulirkan kurikulum 2013 dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas Pendidikan di
Indonesia dan menciptakan kualitas penerus bangsa yang bermutu. Secara garis besar, prinsip-
prinsip evaluasi kurikulum 2013 dapat ditinjau dari komponen-komponen yang terdapat pada
tubuh kurikulum 2013 itu sendiri. Sebagaimana menurut Tyler (1949) komponen dari anatomi
tubuh kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan dalam komponen kurikulum memiliki peranan penting untuk mengarahkan
semua kegiatan pembelajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya. Tujuan
kurikulum dirumuskan dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama, perkembangan, kebutuhan
dan kondisi masyarakat. Faktor ini merupakan hal yang senantiasa diperhatikan oleh satuan
Pendidikan agar tidak ketinggalan dengan yang lain. Sebagaimana, tuntutan abad ke-21,
proses pembelajaran lebih diarahkan pada proses problem solving, kolaboratif, dan berpikir
kritis. Kedua, didasarkan oleh pemikiran-pemikiran yang terarah pada pencapaian nilai-nilai
filosofis, terutama falsafah negara dan nilai-nilai yang dianut oleh satuan Pendidikan yang
dijalankan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya pembenahan pada perumusan tujuan
kurikulum terus berkelanjutan agar tujuan apa yang diharapkan dapat tercapai di sekolah.
b. Isi atau Materi
Dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan maka diperlukan bahan
ajar. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub-sub topik tertentu. Tiap topik atau subtopic
mengandung ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan Pendidikan yang telah di tetapkan.
Topik atau subtopik tersebut tersusun dalam sekuen tertentu yang membentuk sekuen bahan
ajar.
c. Proses Pembelajaran
Implementasi kurikulum di lapangan terkait bagaimana pelaksanaan kedua komponen
tersebut diperhatikan agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan. Penerapan
kurikulum dilapangan sangat menentukan keberhasilan sebuah kurikulum.
Kekurangberhasilan implementasi kurikulum selama ini dilapangan, salah satunya adalah
karena kurang pemahaman guru tentang strategi pembelajaran yang digunakan dalam
kurikulum yang baru. Kerap kali kurikulum berubah, namun pola pembelajaran yang
digunakan oleh guru masih menggunakan pola konvensional dan dominan menggunakan
ceramah. Kasus seperti ini membutuhkan keseriusan dalam merumuskan kebijakannya agar
perubahan kurikulum memberika dampak yang positif terhadap kualitas dan mutu Pendidikan
di Indonesia.
Berdasarkan beberapa komponen-komponen diatas, dapat disimpulkan bahwa
komponen-komponen tersebut saling berhubungan erat.Tujuan menentukan bahan apa yang
akan dipelajari, bagaimana proses pembelajarannya, dan apa yang harus dinilai. Artinya
bahwa salah satu diantara beberapa komponen berubah maka komponen lainnya turut
mengalami perubahan. Dengan demikian, prinsip evaluasi kurikulum 2013 tergantung pada
komponen-komponen yang terdapat pada badan kurikulum 2013.

5. Jenis-Jenis Evaluasi pada Pembelajaran Kurikulum 2013


Dewasa ini dekadensi atau kemerosotan moral merupakan hal yang memerlukan
penanganan serius mengingat pembentukan watak dan martabat bangsa bergantung pada
pembentukan pribadi dari manusia itu sendiri. Dengan demikian, perbaikan dilakukan
pemerintah untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi yaitu sikap,
keterampilan dan pengetahuan.
a. Spiritual dan Sosial
Dalam evaluasi kurikulum 2013 bertalian dengan spiritual dan sosial terdapat beberapa
perbaikan, di antaranya:
1) Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada semua mata pelajaran.
Sebelumnya di kurikulum 2013 lama, terdapat kompleksitas pembelajaran dan
penilaian pada Sikap Spiritual dan Sikap Sosial. Sebagaimana penilaian sikap KI 1 dan
KI 2 sudah ditiadakan disetiap mata pelajaran hanya terdapat pada mata pelajaran
Agama dan PPKN akan tetapi KI tetap dicantumkankan dalam penulisan RPP.
2) Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen. Sebelumnya di kurikulum 2013 lama,
terdapat ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku.
3) Pemberian ruang kreatif kepada guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013
Edisi Revisi. Sebelumnya di kurikulum 2013 lama, penerapan proses berpikir 5M
(Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta) sebagai metode
pembelajaran yang bersifat prosedural dan mekanistik.
4) Penataan kompetensi yang tidak dibatasi oleh pemenggalan taksonomi proses berpikir.

b. Penilaian Pencapaian Kompetensi Pengetahuan


Penilaian pencapaian kompetensi pengetahuan merupakan bagian dari penilaian
pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian
pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian pencapaian kompetensi peserta didik yang mencakup: penilaian otentik,
penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi,
ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Adapun penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilain potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi (Anderson & Krathwohl, 2001). Seorang pendidik perlu melakukan
penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi pengetahuan peserta didik. Penilaian
terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga digunakan sebagai
pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan proses pembelajaran. Pedoman
penilaian kompetensi pengetahuan ini dikembangkan sebagai rujukan teknis bagi pendidik
untuk melakukan penilaian sebagaimana dikehendaki dalam Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013.
 Cakupan Penilaian Pengetahuan
Adapun cakupan penilaian pengetahuan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan ada 3 yaitu
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Berdasarkan Anderson dan Krathwohl,
eds. (2001: 45-60), maka ke-tiga dimensi pengetahuan tersebut dapat dijelaskan
sebagaimana berikut ini.
1. Pengetahuan faktual.
Pengetahuan faktual meliputi unsur dasar dimana pada umumnya simbol yang
terkait dengan sejumlah rujukan kongkrit dan relatif memiliki tingkat abstraks rendah.
Pengetahuan faktual dapat diklasifikasikan menjadi pengetahuan terminologi serta rincian
spesifik dan unsur spesifik. Pengetahuan terminologi meliputi pengetahuan verbal spesifik
dan label non verbal serta simbol. Salah satu contoh adalah pengetahuan nama partikel sub
atomik (elektron, proton, neutron). Pengetahuan rincian spesifik dan unsur meliputi
pengetahuan tentang kejadian, lokasi, tanggal, sumber informasi, dan orang. Sebagai salah
satu contoh yaitu pengetahuan nama penemu teori atom.

2. Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan kategori dan klasifikasi serta
hubungan di antaranya. Beberapa pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan skema,
model mental, atau teori eksplisit maupun implisit. Pengetahuan konseptual
diklasifikasikan menjadi pengetahuan klasifikasi dan kategori; prinsip dan generalisasi;
serta teori, model, dan struktur. Pengetahuan klasifikasi dan kategori adalah umumnya
suatu refleksi bagaimana seorang ahli mengenali dan mengidentifikasi masalah. Sebagai
contoh adalah pengetahuan tentang variasi konsep redoks.
Pengetahuan prinsip dan generalisasi terdiri dari klasifikasi dan kategori yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah atau mempelajari fenomena. Ciri khas
pengetahuan ini adalah kemampuan mengenali pola yang bermakna dan abstraksi
ringkasan pengamatan suatu fenomena. Salah satu contoh yaitu pengetahuan tentang
hukum-hukum dasar kimia. Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan
tentang paradigma berbeda, epistimologi, dan models berbeda untuk mendeskripsikan,
memahami, menjelaskan, dan memperkirakan fenomena. Sebagai salah satu contoh adalah
pengetahuan tentang saling keterkaitan di antara prinsip kimia sebagai dasar untuk teori
kimia.

3. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan “bagaimana” melakukan sesuatu yang
sering merupakan sederet atau sejumlah urutan tahap-tahap tertentu yang harus diikuti.
Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan keterampilan, algoritmik, teknik dan metode
serta pengetahuan tentang kriteria yang digunakan untuk menentukan variasi prosedur.
Pengetahuan prosedural dikelompokkan menjadi pengetahuan keterampilan spesifik subjek
dan algoritmik; metode dan teknik spesifik subjek; dan kriteria untuk menentukan
penggunaan prosedur yang tepat. Pengetahuan keterampilan spesifik subjek dan algoritmik
meliputi pengetahuan tentang memutuskan urutan tahap-tahap yang harus digunakan
dalam memperoleh hasil serta pengetahuan matematis (berhitung).
Salah satu contoh pengetahuan keterampilan spesifik subjek dan algoritmik adalah
kemampuan mengurutkan tahap-tahap kerja pada proses distilasi (mulai dari merangkai
hingga mendapatkan hasil) dan menyelesaikan perhitungan kimia. Pengetahuan metode
dan teknik spesifik subjek meliputi pengetahuan tentang faktor yang menentukan hasil dari
penerapan suatu metode atau teknik. Sebagai salah satu contoh dari pengetahuan ini adalah
pengetahuan tentang teknik yang digunakan para ahli untuk mencari penyelesaian masalah.
Contoh lebih spesifik yaitu teknik yang digunakan para ahli untuk mengatasi perkaratan.
Pengetahuan kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur yang tepat meliputi
kemampuan untuk menentukan atau memilih prosedur yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi. Salah satu contoh pengetahuan kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur
yang tepat yaitu pengetahuan kriteria penggunaan teknik gravimetri.

 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen

Teknik penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan tes tulis, tes lisan,
dan penugasan. Tiap-tiap teknik tersebut dilakukan melalui instrumen tertentu yang
relevan. Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Teknik dan Bentuk Instrumen Penilaian


Teknik Bentuk Instrumen
Penilaian
Tes tulis Pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-
salah, menjodohkan, dan uraian.
Tes lisan Daftar pertanyaan.

Penugasan Pekerjaan rumah dan/atau tugas yang


dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas.

Instrumen tes tulis uraian yang dikembangkan haruslah disertai kunci jawaban dan
pedoman penskoran. Pelaksanaan penilaian melalui penugasan setidaknya memenuhi
beberapa syarat, yaitu mengkomunikasikan tugas yang dikerjakan oleh peserta didik,
menyampaikan indikator dan rubrik penilaian untuk tampilan tugas yang baik.
Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas dan
penugasan mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas (Widiyanto, 2018).

c. Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan


Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang
dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI, dan
KD khusus dalam dimensi keterampilan.

 Cakupan Penilaian Keterampilan


Cakupan penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan peserta didik
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Keterampilan ini meliputi keterampilan mencoba, mengolah, menyaji, dan menalar.
Dalam ranah konkret keterampilan ini mencakup aktivitas menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat. Sedangkan dalam ranah abstrak, keterampilan
ini mencakup aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang
(Permendikbud No. 36 tahun 2018).
Kompetensi dasar pada KI-4 dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Ranah keterampilan
diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta (Widiyanto, 2018)

 Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan


Berdasarkan Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian,
pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
a. Tes praktik
Tes praktik merupakan penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Tes praktik
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik salat, praktik olahraga,
bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan
sebagainya (Asrul, dkk, 2015)
b. Projek
Projek merupakan tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu. Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran
dan indikator/topik tertentu secara jelas.
Pada penilaian projek terdapat 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
 Kemampuan pengelolaan merupakan kemampuan peserta didik dalam memilih
indikator/topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan,
 Relevansi merupakan kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator/topik, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran
 Keaslian yang berarti bahwa proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap projek peserta didik. (Widiyanto, 2018:166-167)
c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalambidang tertentu yang bersifat reflektif-
integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta
didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik atau hasil
ulangan dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Akhir suatu
periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru (Arifin, 2012).

B. INSTRUMEN KURIKULUM
1. Pengertian Instrumen Evaluasi Kurikulum
Dalam mengevaluasi sebuah program, entah itu program pembelajaran atau kurikulum
atau yang lain, diperlukan instrumen untuk mengumpulkan data dan informasi agar bisa
mengukur apakah program tersebut sesuai dengan tujuan dan harapan atau tidak. Instrumen
adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai
alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable.
Maka instrumen evaluasi kurikulum dapat diartikan seperangkat alat yang didesain
sedemikian rupa untuk mengukur dan mengumpulkan data terkait ketercapaian tujuan dari
kurikulum.
Instrumen mempunyai peranan yang penting karena instrumen itu sendiri diibaratkan
sebuah alat untuk mengukur sesuatu. Sedangkan kegiatan mengevaluasi adalah kegiatan
mengukur dan menilai. Jadi kegiatan pengukuran,penilaian, dan evaluasi itu bersifat
hierarkhis, artinya dilakukan secara beruntutan: dimulai dengan pengukuran, dilanjutkann
dengan penilaian, dan diakhiri dengan mengevaluasi.
Pengukuran menurut Guilford (1982) adalah proses penetapan angka terhadap suatu
gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar
berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan
menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat menggunakan tes dan nontes. Tes adalah
seperangkat pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau suatu
pernyataan/permintaan untuk melakukan sesuatu. Non tes bisa pertanyaan atau pernyataan
yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen nontes bisa berbentuk kuesioner
atau interventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik diminta
menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen
yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi peserta didik.
Penilaian menurut Griffin & Nix (1991) suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta
untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Di sini penilaian berhubungan dengan
setiap bagian dari proses pendidikan, bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi mencakup
semua proses mengajar dan belajar. Oleh karena itu kegiatan penilaian tidak terbatas pada
karakteristik peserta didik, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum,
fasilitas dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur
formal atau informal, untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik, yaitu tes tertulis,
tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah dan sebagainya. Penilaian
juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah kegiatan yang sistematik
untuk menentukan angka pada objek atau gejala. Pengujian terdiri dari sejumlah pertanyaan
yang memiliki jawaban benar atau salah. Peniliaian adalah penafsiran hasil pengukuran dan
penentuan pencapaian hasil belajar. Evaluasi adalah penentuan nilai suatu program dan
penentuan pencapaian tujuan suatu program.
Dalam kegiatan mengevaluasi kurikulum, terdapat langkah-langkah yang ditempuh,
dan salah satu langkah tersebut adalah penyusunan instrumen evaluasi. Penyusunan instrumen
evaluasi, sebenarnya merupakan salah satu langkah dalam kegiatan evaluasi. Instrumen
evaluasi digunakan sebagai alat ukur untuk kita bisa mengevaluasi sebuah program.
Instrumen sangat krusial dalam hal ini, karena jika tidak menggunakan instrumen, evaluator
tidak akan bisa mengukur, menilai, dan mengevaluasi sebuah kurikulum.

2. Tujuan Instrumen Evaluasi Kurikulum


Instrumen evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan
yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977)
mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum, yaitu
(1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan memungkinkan
tercaapai tujuan pendidkikan yang dicita-citakn dan (2) apakah kurikulum yang telah
dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaiki. Setelah
informasi/jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah
memutuskan atau menetapkan bahwa kurikulum itu diberlakukan dan dilaksanakan.
Tujuan instrumen evaluasi kurikulum mecakup dua hal yaitu : pertama, instrumen
digunakan untuk menilai efektifitas program. Kedua, instrumen dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam pelaksanaan kurikulum (pembelajaran). Tujuan dari instrumen evaluasi
kurikulum adalah penyempurnaan kurikulum dengan jalan mengungkapkan proses plaksanaan
kurikulum yang telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Instrumen evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari
berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi adalah efektivitas, efesinsi, relavansi, dan
kelayakan (feasibility) program.
Disusunnya instrumen evaluasi kurikulum, menurut Bafadal (2006) dimaksudkan
untuk keperluan :
1. Perbaikan Program
Yaitu peranan evaluasilebih bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan
masukan bagi perbaikan yang diperlukan didalam program kurikulum yang sedang
dikembangkan. Disini evaluasi kurikulum lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalma
sistem itu sendiri karena evaluasi itu dipandang sebagai faktor yang memungkinkan
dicapainya hasil pengembangan yang optimal dari sistem yang bersangkutan.
2. Pertanggungjawaban Kepada Berbagai Pihak
Setelah pengembangan kurikulum dilakukan, perlu adanya semacam pertanggungjawaban
dari pihak pengembang kurikulum kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang
dimaksud mencakup pihak yang mensenposori kegiatan pengembangan kurikulum tersebut
maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.
Dengan kata lain, pihak-pihak tersebut mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua,
pelaksana pendidikan, dan pihak-pihak lainnya yang ikut mensponsori kegiatan
pengembangan kurikulum yang bersangkutan.

3. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan


Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua
kemungkinan pertanyaan : pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan
disebar luaskan kedalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yang bagaimana dan dengan
cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluasakan kedalam sistem yang
ada? Ditinjau dari proses pengembangan kurikulum yang sudah berjalan, pertanyaan
pertama,dipandang tidak tepat untuk diajukan apada akhir fase perkembanagn. Pertanyaan
tersebut hanya memungkinkan memiliki dua jawaban yang diberikan itu adalah tidak. Jika hal
ini terjadi, kita akan dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan : biaya, tenaga, dan
waktu yang telah dikerahkan selama ini ternyata terbuang dengan percuma, peserta didik telah
menggunakan kurikulum baru tersebut selama fase pengembanagan telah terlanjur dirugikan ;
sekolah-sekolah dimana proses pengembangan itu berlangsug harus kembali menyesuaikan
diri lagi kepda cara lama, dana kan timbul sikap skeptis dikalangan orang tua dan masyarakat
terhadap perubahan pendidikan dalam bentuk apapun
Pertanyaan kedua, dipandang lebih tepat untuk diajukan pada akhir fase penegmbangan
kurikulum. Pertanyaan tersebut mengimplikasikan sekurang-kurangnya tiga anak pertanyaan,
aspek-aspek mana dari kurikulum tersebut yang masih perlu diperbaiki ataupun disesuaikan,
strategi penyebaran yang bagaimana sebaiknya ditempuh, dan persyarata¬persyaratan apa
yang perlu dipersiapkan terlebbih dahulu didalam sistem yang ada. Pertanyaan –pertanyaan
ini lebih bersifat konstruktif dan lebih dapat diterima ditinjau dari segi sosial, ekonomi, moral
maupun tekhnis. Untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan
yang kedua itulah diperlukan adanya kegiatan evaluasi.
Sedangkan menurut Sumadi Surya Brata (1983) tujuan instrumen evaluasi kurikulum
dapat dikelompokkan dalam tiga klasifikasi, yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan fungsinya
Instrumen evaluasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan :
a. psikologik, instrumen evaluasi dapat dipakai sebagai kerangka acuan kemana dia harus
bergerak menuju tujuan pendidikan;
b. didaktif/instruksional, tujuan instrumen evaluasi memotivasi belajar kepada peserta
didik, memberikan pertimbangan dalam menentukan bahan pengajaran dan metode
mengajar serta dalam rangka mengadakan bimbingan-bimbingan secara khusus
kepada peserta didik; dan
c. administrative/manajerial, bertujuan untuk pengisian buku rapor, menentukan indeks
prestasi, pengisian STTB, dan tentang ketentuan kenaikan siswa.
2. Klasifikasi berdasarkan keputusan pendidikan
Tujuan instrumen evaluasi dapat digunakan untuk mengambil :
a. keputusan individual;
b. keputusan institusional;
c. keputusan didaktik instruksional; dan
d. keputusan-keputusan penelitian.
3. Klasifikasi formatif dan sumatif.
a. evaluasi formatif diperlukan untuk mendapatkan umpan-balik guna menyempurnakan
perbaikan proses belajar-mengajar; dan
b. evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur keberhasilan seluruh program pendidikan
yang dilaksanakan pada akhir pelaksanaan proses belajar-mengajar (akhir
semester/tahun).

3. Instrumentasi Evaluasi Kurikulum Umum


Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Instrumen evaluasi dikembangkan sesuai dengan desain
dan jenis data serta informasi yang akan dikumpulkan. Adapun desain evaluasi kurikulum
dapat dilakukan melalui evaluasi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Tabel 2.2 Desain evaluasi kurikulum


Aspek Pendekatan
evaluasi Desain
Kuantitatif Kualitatif
kurikulum
Reflektif Analisis iluminatif berbentuk - v
eksplanasi secara tuntas tentang
prinsip yang digunakan

Dokumen Analisis diskrepansi berbentuk v v


kajian kesenjangan antara
dokumen dengan implementasi

Implementasi Analisis kontingensi berbentuk v v


kajian kesenjangan antara
tuntutan kurikulum dan
kenyataan pembelajaran

Hasil Analisis hasil belajar (sikap, v v


pengetahuan, dan
keterampilan) secara
individual dan/atau
kelompok.
Contoh Instrumen Evaluasi Kurikulum

Instrumen
Monitoring Dan Evaluasi Pengembangan
Kurikulum (Asesor Internal)

A. Identitas kurikulum
Nama Kurikulum : ..............................................................................................
Periode kurikulum : ..............................................................................................
Program studi : ..............................................................................................
Jurusan : ..............................................................................................
Nama korprodi : ..............................................................................................

B. Identitas dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi


Nama Asesor Internal : ..............................................................................................
Tanggal pelaksanaan : ..............................................................................................
Waktu pelaksanaan : ..............................................................................................
Tempat pelaksanaan : ..............................................................................................

C. Instrumen (Asesor internal)


Skala penilaian
No Aspek monitoring dan evaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Struktur kurikulum
1. Struktur kurikulum memiliki Identitas program studi
yang jelas dan lengkap.
2. Struktur Kurikulum mencerminkan visi dan misi dari
PPNS yang jelas.
3. Struktur Kurikulum mencerminkan visi dan misi dari
Program studi yang jelas dan bisa di tunjukkan melalui
matakuliah penciri program studi.
4. Struktur kurikulum memiliki profil lulusan yang
jelas.
5. Struktur kurikulum memiliki capaian pembelajaran
program studi (program outcome) yang jelas.
6. Struktur kurikulum memiliki bahan kajian yang jelas
dan tersedia dokumennya.
7. Struktur kurikulum memiliki peta kurikulum dalam
bentuk bagan (bagan keterkaitan prasyarat antar
matakuliah).
Skala penilaian
No Aspek monitoring dan evaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8. Semua mata kuliah dalam kurikulum saling
Terintegrasi.
9. Struktur kurikulum memiliki distribusi dan matrik mata
kuliah.
10. Struktur kurikulum memiliki deskripsi matakuliah
yang jelas, menyebutkan tujuan, bahan kajian, proses
perkuliahan, dan menyebutkan sistem penilaian hasil
belajar.
11. Struktur kurikulum memiliki data analisis cara
penentuan sks matakuliah.
12. Struktur Kurikulum memiliki beban minimal untuk
program Diploma 3 sebanyak 108 sks; dan untuk
program Sarjana Terapan sebanyak 144 sks
13. Struktur Kurikulum memiliki mata kuliah penciri
nasional, PPNS, Jurusan, dan program studi
14. Struktur Kurikulum menyiratkan proses
pembelajaran seumur hidup
15. Capaian pembelajaran memuat aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
16. Capaian Pembelajaran mencakup keterampilan
umum, kemampuan khusus serta pengetahuan
17. Capaian Pembelajaran jelas, mencerminkan
persyaratan stakeholders
18. Struktur Kurikulum menunjukkan keseimbangan
yang baik antara keterampilan umum, khusus dan
pengetahuan
19. Mata kuliah memberikan kontribusi yang jelas
terhadap capaian pembelajaran
20. Isi kurikulum diperbaharui sesuai peraturan, sesuai
dengan kesepakatan asosiasi keilmuan/profesi dan
kebutuhan stakeholder
Penggunaan Strategi pembelajaran
21. Kurikulum Program studi mensiratkan dimilikinya
strategi pengajaran dan pembelajaran yang jelas
22. Penggunaan Strategi pengajaran dan pembelajaran yang
tersirat dalam kurikulum memungkinkan mahasiswa untuk
mengolah dan menggunakan pengetahuan akademis
Skala penilaian
No Aspek monitoring dan evaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
23. Kurikulum mensiratkan digunakannya Strategi
pengajaran dan pembelajaran Student Centered
Learning (SCL)
Penggunaan Kriteria penilaian
24. Penilaian mahasiswa meliputi kemajuan dan ujian
akhir
25. Penilaian mahasiswa mencerminkan capaian
pembelajaran yang diharapkan dalam isi kurikulum
26. Kriteria penilaian eksplisit, mudah dipahami dan
disosialisasikan (akuntabilitas asessmen)
Pengembangan kurikulum
27. Pengembangan kurikulum melibatkan semua dosen
28. Pengembangan kurikulum melibatkan alumni
29. Pengembangan kurikulum melibatkan konsorsium
bidang ilmu / asosiasi profesi; (IAB: Industrial Advisory
Board)
30. Kurikulum dievaluasi secara berkala sesuai
kebutuhan (sekurang-kurangnya setahun sekali)
31. Umpan balik dari stakeholders digunakan untuk
perbaikan kurikulum
32. Melakukan sosialisasi atau uji publik kurikulum yang
dikembangkan

Surabaya, ……………….

…………………………….
NIP. ……………………
Instrumen
Monitoring Dan Evaluasi Pengembangan Kurikulum
(Self-Assessment)

A. Identitas kurikulum
Nama Kurikulum : ...................................................................................................
Periode kurikulum : ...................................................................................................
Program studi : ...................................................................................................
Jurusan : ...................................................................................................
Nama kaprodi : ...................................................................................................

B. Identitas dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi


Nama Asesor Internal : ...................................................................................................
Tanggal pelaksanaan : ...................................................................................................
Waktu pelaksanaan : ...................................................................................................
Tempat pelaksanaan : ...................................................................................................

C. Instrumen
Status
No Aspek monitoring dan evaluasi Keterangan
Ada Tidak
Struktur kurikulum
1. Struktur kurikulum memiliki Identitas program studi
yang jelas dan lengkap.
2. Struktur Kurikulum mencerminkan visi dan misi dari
PPNS yang jelas.
3. Struktur Kurikulum mencerminkan visi dan misi dari
Program studi yang jelas dan bisa di tunjukkan
melalui matakuliah penciri program studi.
4. Struktur kurikulum memiliki profil lulusan yang
jelas.
5. Struktur kurikulum memiliki capaian pembelajaran
program studi (program outcome) yang jelas.
6. Struktur kurikulum memiliki bahan kajian yang jelas
dan tersedia dokumennya.
7. Struktur kurikulum memiliki peta kurikulum dalam
bentuk bagan (bagan keterkaitan prasyarat antar
matakuliah).
8. Semua mata kuliah dalam kurikulum saling
Terintegrasi.
Status
No Aspek monitoring dan evaluasi Keterangan
Ada Tidak
9. Struktur kurikulum memiliki distribusi dan matrik
mata kuliah.
10. Struktur kurikulum memiliki deskripsi matakuliah
yang jelas, menyebutkan tujuan, bahan kajian,
proses perkuliahan, dan menyebutkan sistem
penilaian hasil belajar.
11. Struktur kurikulum memiliki data analisis cara
penentuan sks matakuliah.
12. Struktur Kurikulum memiliki beban minimal untuk
program Diploma 3 sebanyak 108 sks; dan untuk
program Sarjana Terapan sebanyak 144 sks.

13. Struktur Kurikulum memiliki mata kuliah penciri


nasional, PPNS, Jurusan, dan program studi
14. Struktur Kurikulum menyiratkan proses
pembelajaran seumur hidup
15. Capaian pembelajaran memuat aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
16. Capaian Pembelajaran mencakup keterampilan
umum, kemampuan khusus serta pengetahuan
17. Capaian Pembelajaran jelas, mencerminkan
persyaratan stakeholders
18. Struktur Kurikulum menunjukkan keseimbangan
yang baik antara keterampilan umum, khusus dan
pengetahuan
19. Mata kuliah memberikan kontribusi yang jelas
terhadap capaian pembelajaran
20. Isi kurikulum diperbaharui sesuai peraturan, sesuai
dengan kesepakatan asosiasi keilmuan/profesi dan
kebutuhan stakeholder
Penggunaan Strategi pembelajaran
21. Kurikulum Program studi mensiratkan dimilikinya
strategi pengajaran dan pembelajaran yang jelas
22. Penggunaan Strategi pengajaran dan pembelajaran
yang tersirat dalam kurikulum memungkinkan
mahasiswa untuk mengolah dan menggunakan
pengetahuan akademis
Status
No Aspek monitoring dan evaluasi Keterangan
Ada Tidak
23. Kurikulum mensiratkan digunakannya Strategi
pengajaran dan pembelajaran Student Centered
Learning (SCL)
Penggunaan Kriteria penilaian
24. Penilaian mahasiswa meliputi kemajuan dan ujian
akhir
25. Penilaian mahasiswa mencerminkan capaian
pembelajaran yang diharapkan dalam isi kurikulum

26. Kriteria penilaian eksplisit, mudah dipahami dan


disosialisasikan (akuntabilitas asessmen)
Pengembangan kurikulum
27. Pengembangan kurikulum melibatkan semua dosen
28. Pengembangan kurikulum melibatkan alumni
29. Pengembangan kurikulum melibatkan konsorsium
bidang ilmu / asosiasi profesi; (IAB: Industrial
Advisory Board)
30. Kurikulum dievaluasi secara berkala sesuai
kebutuhan (sekurang-kurangnya setahun sekali)
31. Umpan balik dari stakeholders digunakan untuk
perbaikan kurikulum
32. Melakukan sosialisasi atau uji publik kurikulum yang
dikembangkan

Surabaya, …………….

…………………………….
NIP. ………………………

4. Instrumen Evaluasi Kurikulum 2013


a. Instrumen Evaluasi Bentuk Tes
Instrumen evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang paling umum digunakan
dalam kegiatan pengukuran. Meskipun teknik ini tidak selalu yang terbaik dan tepat untuk
beberapa tujuan. Jenisnya juga bermacam-macam. Misalnya tes prestasi belajar (achievement
test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude test), tes diagnostik (diagnostic
test). dan tes penempatan (placement test). Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik,
maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes
tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).
1) Tes tertulis bentuk uraian (Essay)
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini, khususnya
bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk mengorganisasikan dan
merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata sendiri serta dapat mengukur
kecakapan murid untuk berfikir tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk
pertanyaan yang menuntut memecahkan masalah, menganalisa masalah,
membandingkan, menyatakan hubungan, menarik kesimpulan dll (Sutomo, 1995:80).
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas
(extended respons items).

Contoh Soal Uraian

2) Tes tertulis bentuk objektif (objective)


Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap semua
murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek (short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal (items) yang dapat dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih),
di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing
items atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol
tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing butir yang
bersangkutan. Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi
(completion test), pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan
benar-salah (true false).

Contoh soal objektif

3) Tes tindakan (Performance Test)


Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya
atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan
ditanyakan. Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar
yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang
diperintahkan dan ditanyakan.
Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai
dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan
suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
menunjukkan unjuk kerja.

Contoh Penilaian Tindakan Praktikum

b. Instrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes


Hasil dari satu proses pembelajara mencakup tidak hanya aspek kognitif, tapi juga
aspek afaktif dan psikomotorik. Sehingga hasil dari proses pembelajaran dapat berupa
pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan
menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Sedangkan hasil belajar berupa perubahan sikap hanya dapat diukur dengan teknik non-tes.
Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses
dan produk dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap,
minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah
observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
1) Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak). Pada
penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila
kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamatitidak dapat diamati.
Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.

Contoh daftar cek

2) Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi
nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu
penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
Contoh Skala Rentang

3) Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk
untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari tiga
komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya
terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik
tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
Contoh Penilaian Sikap

4) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam
menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
 Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan mencari informasi serta dalam
mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan.
 Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini mempertimbangkan tahap
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam pembelajaran.
 Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek peserta didik, dalam hal ini
petunjuk atau dukungan.

Contoh Penilaian Proyek


5) Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk
dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja
tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap
kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan,
pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan
penilaian yaitu:
 Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
 Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan peserta
didik menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
 Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan peserta didik membuat
produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
 Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap appraisal.
 Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Contoh Penilaian Produk

6) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya
peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain
yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik
sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan.
Contoh Penilaian Portofolio

7) Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di
kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam
mata pelajaran ertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan
dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan
yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya,
peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang
telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta
untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Contoh Penilaian Diri
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan mengenai pengembangan kurikulum, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu
kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas
pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum.
2. Tujuan evaluasi kurikulum mecakup dua hal yaitu : pertama, evaluasi digunakan untuk
menilai efektifitas program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam
pelaksanaan kurikulum (pembelajaran).
3. Prinsip evaluasi kurikulum adalah memiliki tujuan tertentu, bersifat objektif,
komperhensif, kooperatif dan bertanggung jawab, efisien dan berkesinambungan.
4. Prinsip evaluasi kurikulum 2013 adalah terpadu, terbuka, menyeluruh dan
berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel.
5. Evaluasi pembelajaran pada kurikulum 2013 mencakup evaluasi spiritual, sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
6. Instrumen evaluasi kurikulum dapat diartikan seperangkat alat yang didesain sedemikian
rupa untuk mengukur dan mengumpulkan data terkait ketercapaian tujuan dari
kurikulum.
7. Instrumen evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan
yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
8. Instrumen evaluasi dikembangkan sesuai dengan desain dan jenis data serta informasi
yang akan dikumpulkan.
9. Instrumen evaluasi pada kurikulum 2013 dibagi menjadi evaluasi dalam bentuk tes (tes
prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, tes diagnostik, serta tes penempatan) dan
bentuk non-tes (menilai domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, motivasi)

B. SARAN
Suatu lembaga pendidikan ataupun suatu negara yang hendak merumuskan atau
mengganti kurikulum pendidikan yang digunakan haruslah memperhatikan prinsip, faktor-
faktor serta model pengembangan kurikulum. Selain itu, ketika memilih suatu kurikulum
hendaklah melihat kembali tujuan pendidikan dari lembaga pendidikan atau negara tersebut,
sehingga kurikulum dapat berhubungan dan bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan
tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin, 2019. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Sejak Zaman


Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013) Edisi Pertama. Jakarta: Divisi
Kencana.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing, a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York:
Longman

Arifin, Z. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Asrul, Ananda, Rusydi., Rosnita. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Citapustaka


Media.

Bafadal, I. 2006. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah: Dari Sentralisasi Menuju


Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Brata, S. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.

Doll, R. C. 1974. Curriculum Improvement: Decision Making and Processs, (Third Edition).
Boston-London-Sidney: Allyan and Bacon.

Departemen Pendidikan Nasional Badan Standar Nasional Pendidikan, Pedoman Model


Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: 2006/2007

Guba E.G., & Lincoln, Y.S.. 1985. Effective Evaluation, San Francisco: JosseyBass Pub

Griffin, P., & Nix., P. 1991. Educational Assessment and Reporting. Sydney: Harcout Brace
Javanovich Publisher.

Guilford, J.P. 1982. Psychometric Methods. New York: McGraw-Hill Publishing Co.Ltd

Hamalik, O. 1990. Pengembangan Kurikulum: Dasar-Dasar dan Perkembangannya.


Bandung: Mandar Maju.

Hasan, S.H. 1988. Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK.

Mc Neil, J. D. 1977. Curriculum: Comprehensive Introduction (4th ed.). London: Scott,


Foresman, & Brown.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi kurikulum.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Raka J.T. 1984. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Surabaya: Karya


Anda.

Sax, G. 1980. Principles of Educational and Psychological Measurement and Evaluation,


Belmont California: Wads Worth Pub.Co.

Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar
Baru.

Sumarna S. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

Taba, H. 1962. Curriculum Development: Theory and Practice. New York: Harcourt Brace
and World, Inc.

Tyler, R. W. 1975. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago and London :
The University of Chicago Press.

Widiyanto, J. 2018. Evaluasi Pembelajaran (Sesuai Kurikulum 2013). Madiun: UNIPMA


Press.

Willeiam A. M, dkk. 1984. Measurement and Evaluation in Education and Psychology, New
York: Rinchart and Wionston.

Zais, R. S. 1976. Curriculum, Principles and Foundations. New York: Harper and Row
Publisher.

Zaini, M. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: TERAS

Anda mungkin juga menyukai