BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
A. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
penulisan makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu desain dan struktur kurikulum?
2. Apa saja tujuan pendidikan yang nantinya mempengaruhi desain
kurikulum?
3. Apa itu RPP dan kompenen serta pengaruhnya dalam desain dan
struktur kurikulum ?
2
3
BAB 2
PEMBAHASAN
3
4
4
5
5
6
6
7
keinginan agar pendidikan fokus pada siswa daripada mata pelajaran. Variasi
desainnya yaitu sbb :
a. Desain terpusat kegiatan/pengalaman, teori ini berasal dari teori Rousseau
(1762, 1911) tentang kebutuhan anak atas banyak diskripsi dan keterampilan
sehingga pendidkan perlu memberikan kesempatan kepada anak
mengobservasi alam agar anak belajar dari alam.
b. Desain sekolah alternatif, desain ini muncul pada permulaan abad ke-20
yang memicu para reformer pendidikan melakukan perubahan radikal
terhadap sekolah tradisonal.
c. Desain Humanistik, desain ini muncul akibat reaksi atas tekanan yang
berlebihan pada kurikulum berbasis disiplin ilmu. Desain humanistik
didasarkan pada psikologi humanistik dan konsep Abraham Maslow (1962).
3. Desain Terpusat Masalah
Desain terpusat masalah (the problem-centered design) fokus pada
pemecahan masalah kehidupan, individu, dan sosial. Karena cakupan masalah
kehidupan sangat luas, desain ini terdiri atas berbagai tema, seperti situsai
kehidupan yang selalu muncul, masalah sosial kehidupan umum, masalah
kehidupan pemuda, masalah etnis dan masalah rekontruksi sosial. Tekanan
desain ini dibatasi pada tiga desain berikut ini :
a. Desain situasi kehidupan, desain ini diajukan Florence Stratemeyer et al
(1957) yang menyimpulkan bahwa siswa bisa memperoleh pembelajaran
yang lebih bermakna jika yang dipelajarinya itu mirip dengan masalah di
masyarakat.
b. Desain inti, kurikulum inti didesain untuk menyediakan pendidikan umum
bagi semua siswa terkait masalah kehidupan manusia umumnya. Kekuatan
desain ini berkaitan dengan konten yang bertumpu pada pengalaman nyata
siswa sendiri, bukan konten yang bermuatan pengalman atau keinginan
siswa.
7
8
8
9
9
10
1) Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang tersusun secara sistematis
logis, maka penyusunan cukup mudah.
2) Bentuk ini sudah dikenal lama, baik oleh guru – guru maupun orang tua,
sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
3) Bentuk ini memudahkan para peserta didik untuk mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi, sebab pada perguruan Tinggi umumnya digunakan
bentuk ini.
4) Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisiennya, karena metode utamanya
adalah metode ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi.
5) Bentik ini sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan
warisan budaya masa lalu. (Sukmadinata, 2000:114-115).
b. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subjek desain, keduanya
masih menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak
dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subjek
desain belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subjek (ilmu).
Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara
mengemudi, semuanya disebut subjek. Pada disciplines design kriteria
tersebut telah tegas, membedakan apakah satu pengetahuan itu ilmu atau
subjek dan bukan adalah batang tubuh keilmuanya. Batang tubuh keilmuan
menentukan apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan.
Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan disekolah adalah disiplin-disiplin ilmu.
Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu
pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum
dari aliran ini berpegang teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti; fisika,
biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Perbedaan lainnya adalah dalam tingkat penugasan, disciplines
design tidak seperti subjek desain yang menekankan penguasaan fakta-fakta
10
11
dan informasi tetapi pada pemahaman. Para peserta didik didorong untuk
memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-
konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga didorong untuk memahami
cara mencari dan menemukannya. Hanya dengan menguasai hal-hal itu, kata
mereka, peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat
hubungan berbagai fenomena baru.
Proses belajarnya tidak lagi mengunakan pendekatan ekspositori
yang menyebabkan peserta didik lebih pasif, tetapi menggunakan
pendekatan inkuiri dan diskeveri. Disciplines design sudah
mengintegrasikan unsur-unsur progresifme dari dewey. Bentuk ini memilik
beberapa kelebihan dibandingkan dengan subjek desain, pertama, kurikulum
ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tapi juga
dapat memelihara integrasi intelektual pengetahuan manusia. Kedua peserta
didik tidak hanya menguasai sretan fakta, prinsip hasil hafalan tapi mengasai
konsep, hubungan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukan kelebihan bentuk desain ini masih
memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan
pengetahuan yang terintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan
sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga belum bertolak dari
minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan
kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk
penggunaannya. Kelima meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan
subject design tetapi secara akademis dan intelektual masih cukup sempit.
c. The Broad Fields Design
Baik subject design maupun disiplines design masih menunjukkan
adanya pemisahan antara mata pelajaran. Salah satu usaha untuk
menghilangkan pemisahan tersebut adalah mengembangkan the broad filed
design. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang
berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah,
11
12
12
13
13
14
14
15
yang kuat untuk menyusun sekuens, sebab minat mudah sekali berubah
karena pengaruh perkembangan, kematangan dan factor-faktor lingkungan.
Keempat, model desain ini dikatakan tidak dapat dilakukan oleh guru biasa.
Model ini sulit menemukan buku-buku sumber, karena buku yang ada
disusun berdasarkan subject atau discipline design.
3. Problem Centered Design
Problem centered design berpangkalan pada filsafat yang
mengutamakan peranan manusia. Berbeda dengan learner centered yang
mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual, sedangkan desain
ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan
masyarakat.
Konsep pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi
manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama. Ada 2 model variasi
desain kurikulum ini, yaitu:
a. The Area Of Living Design
Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process
objecties) dan yang bersifat isi (content objectivies) diintegrasikan. Ciri lain
yaitu menggunakan pengalaman dan situasi-situasi dari peserta didik sebagai
pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya:
1) Merupakan the subject matter design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi.
Pemisahan antara subjek dihilangkan oleh problema–problema kehidupan
sosial.
2) Menyajikan bahan ajar yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan.
3) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang profesional.
4) Motivasi belajar dari peserta didik.
Adapun kelemahan dari desain ini adalah:
15
16
16
17
17
18
18
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikulum.
2. Macam-macam desain kurikulum antara lain; desain terpusat pada siswa, desain
terpusat pada mata pelajaran dan desain terpusat pada masalah.
3. Tiga variasi model desain kurikulum, yaitu Subject centered design, suatu
desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar. Learner centered design,
suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa. Problems centered
design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang
dihadapi dalam masyarakat.
4. Sifat-sifat desain kurikulum, yaitu strategis, komprehensif, integratif, realistik,
humanistik, futuralistik, Merupakan bagian integral, perencanaan kurikulum
mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan standar nasional,
berdesersifikasi untuk melayani keragaman peserta didik, bersifat desentralistik.
B. Saran
Sebagai generasi penerus dan calon pendidik, tentunya kita harus
memahami apa, bagaimana dan mengapa pengembangan kurikulum
harus dilakukan. Setidaknya, kita turut andil dan berpartsipasi mensukseskan
program pemerintah demi terwujudnya pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
20