Anda di halaman 1dari 20

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan
kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangannya kualitas potensi
peserta didik . Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya
berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan intrernal maupun
tantangan eksternal. Tantangan internal antara lain standar pengelolaan,
standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik, tenaga
kependidikkan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan. Sedangkan tantangan eksternal yang dihadapi dunia
pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan,
kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, dan
perkembangan pengetahuan.
Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata
pelajaran karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi
pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Kompetensi lulusan yang
ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program
pendidikan.
Evaluasi dan penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui
dan memperbaiki pencapain kompetensi. penilaian hasil belajar adalah alat
untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau
sekelompok peserta didik.
Oleh sebab itu, penulis membuat makalah ini ingin membahas
tentang “ Desain dan Struktur Kurikulum” adalah hasil dari sebuah proses
pengaitan tujuan pendidikan dengan pemilihan dan pengorganisasian isi
kurikulum.

1
2

A. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
penulisan makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu desain dan struktur kurikulum?
2. Apa saja tujuan pendidikan yang nantinya mempengaruhi desain
kurikulum?
3. Apa itu RPP dan kompenen serta pengaruhnya dalam desain dan
struktur kurikulum ?

B. Tujuan Penulisan Makalah


Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Agar mengetahui apa itu desain dan struktur kurikulum.
2. Agar mengetahui apa saja tujuan pendidikan yang nantinya
mempengaruhi kurikulum.
3. Agar mengetahui apa itu RPP dan komponennya serta pengaruh yang
muncul dalam desain dan struktur kurikulum.

2
3

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Desain Kurikulum


Desain berarti suatu proses perencanaan dan seleksi elemen, teknik, dan
prosedur dalam melakukan sesuatu yang mencangkup objek, konsep, dan upaya
untuk mencapai tujuan (Pratt, 1980:5). Dalam arti umum, desain kurikulum
adalah sebagian dari hasil suatu pemikiran yang mendalam tentang hakikat
pendidikan dan pembelajaran (Pratt, 1980: 16). Smith dan Ragan (2005) merinci
pengertian tersebut bahwa desain merupakan proses sistematik dan reflektif
dalam menerjemahkan prinsip belajar mengajar ke dalam suatu rancangan
pembelajaran yang mencakup materi intruksional, kegiatan belajar, sumber-
sumber belajar dan sistem evaluasi ( Richeyb et al., 2011: 2 ).
Desain kurikulum terkait penyusunan elemen atau komponen kurikulum
dalam perencanaan untuk memfasilitasi pengembangan potensi siswa agar
mencapai tujuan pendidikan. Dalam banyak literatur, ada empat komponen
pokok desain kurikulum, yaitu: (1) Tujuan (aims, goals, objectivies), (2) mata
pelajaran, materi ajar, kegiatan belajar atau pengalaman belajar, (3) organisasi
atau susunan mata pelajaran, materi ajar dan kegiatan belajar dan (4) evaluasi
(Tylor, 1949:1;1976 :16;Schubert,1986:169;Ornstein & Hunkins, 2013:151).
Desain kurikulum tersebut melibatkan tiga ide utama yakni filosofis, teoritis, dan
praktis. Filsafat memengaruhi ketiga ide utama tersebut. Ketiganya berpengaruh
pula pada interprestasi dan seleksi tujuan, seleksi dan organisasi konten
kurikulum, keputusan tentang strategi penyampaian konten kurikulum dan
pertimbangan tentang sistem evaluasi keberhasilan kurikulum yang sudah
dilaksanakan.
Sebagai satu sistem, keempat komponen itu saling bersinergi antara satu
komponen dengan komponen yang lain. Artinya, satu komponen desain terkait

3
4

komponen lain sehingga jika satu komponen berubah menyebabkan perubahan


pula pada tiga komponen lain. Hal yang sama ditegaskan Giles (1942) bahwa
keempat komponen itu saling berinteraksi satu sama lain, keputusan tentang satu
komponen tergantung pada keputusan yang diambil tentang komponen lain
(Ornstein & Hunkins, 1988 : 166 ).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan
diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain
kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu
unsur dengan unsur yang lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal
yang diperlukan dalam pelaksanaanya.

B. Prinsip-Prinsip dalam Mendesain


Saylor (Hamalik; 2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip- prinsip tersebut sbb :
1. Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta
pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian
prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2. Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa
yang belajar dengan bimbingan guru.
3. Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan
mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah.
4. Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan
kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa.
5. Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengelaman
belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkanya dengan kegiatan
belajar di sekolah.

4
5

6. Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar


kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan
terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7. Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan
watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai
kultur.
8. Desain kurikulum harus realistis, layak dan dapat diterima.

C. Macam- Macam Desain Kurikulum


1. Desain Terpusat Mata Pelajaran (Subject - Centered Desaigns)
Desain terpusat mata pelajaran merupakan desain kurikulum yang
paling umum dipakai di sekolah. Pada desain ini, menu pokok kurikulum
adalah pengetahuan sebagai konten pertama kurikulum. Apalagi, buku teks
yang menjadi acuan kurikulum sekolah umumnya memuat mata pelajaran
sebagai konten utama. Selain itu, secara historis kurikulum sekolah bermula
dari pengajaran pengetahuan yang diklasifikasikan ke dalam beberapa mata
pelajaran yang terdiri atas beberapa sub kategori yaitu sbb :
a. Desain mata pelajaran
Desain ini merupakan desain tertua dan paling populer di dunia
pendidikan dan masyarakat. Hal ini disebabkan guru dan anggota
masyarakat umumnya dididik di sekolah dengan memakai desain ini. Desain
mata pelajaran berasal dari sistem pendidikan Romawi yang memengaruhi
kurikulum pendidikan tinggi di Eropa sampai Abad pertengahan. Menjelang
akhir Abad ke-19, menurut Ballantyne (2002, Panitia X di Amerika Serikat
merekomondasi bahasa Latin, bahasa Inggris, bahasa-bahasa modern, Fisika,
Astronomi, Kimia, Sejarah Alam (natural history), sejarah dan Geografi,
sebagai kurikulum inti sekolah menengah di Amerika Serikat (Brady &
Kennedy, 2007 : 50). Dari sejarah singkat di atas terlihat bahwa pengetahuan

5
6

yang diajarkan di sekolah berbeda-beda pada waktu yang berbeda pula,


sesuai kebutuhan masyarakat bagi kehidupan mereka.
b. Desain Displin Ilmu (The Disciplines Design)
Desain ini disebut juga kurikulum akademik muncul sesudah Perang
Dunia II. Walau kedua desain mata pelajaran dan desain disiplin sama-sama
berisi pengetahuan, tetapi desain mata pelajaran tidak didasarkan fondasi
atau orientasi keilmuan yang jelas, jika dibandingkan dengan desain displin
akademik, Menurut King dan Brownel (1996).
c. Desain Bidang Luas
Desain ini merupakan suatu variasi dari desain mata pelajaran
(subject-centered design). Desain ini merupakan perubahan dari desain
tradisonal.
d. Desain Korelasi dan Fused Plan
Desain ini muncul jika dua disiplin ilmu, seperti ekonomi dan
geografi, dikorelasikan. Desain ini diperlukan jika kita tidak ingin
menciptakan desain bidang luas, tetapi dirasa perlu mengaitkan dua bidang
studi.
e. Desain Kurikulum Integrasi
Desain ini memberikan kesempatan pada siswa melatih keterampilan
pemecahan masalah.
f. Desain Proses
Desain ini mengutamakan prosedur apa saja yang memungkinkan siswa
memperoleh kemampuan menganalisis realita, menciptakan kerangka
berpikir dan tingkah laku intelektual dalam menghasilkan suatu
pengetahuan.
2. Desain Terpusat pada Siswa
Desain terpusat pada siswa (learner-centered desaign) fokus pada
perkembangan individual siswa. Desain ini muncul sebagai respons terhadap

6
7

keinginan agar pendidikan fokus pada siswa daripada mata pelajaran. Variasi
desainnya yaitu sbb :
a. Desain terpusat kegiatan/pengalaman, teori ini berasal dari teori Rousseau
(1762, 1911) tentang kebutuhan anak atas banyak diskripsi dan keterampilan
sehingga pendidkan perlu memberikan kesempatan kepada anak
mengobservasi alam agar anak belajar dari alam.
b. Desain sekolah alternatif, desain ini muncul pada permulaan abad ke-20
yang memicu para reformer pendidikan melakukan perubahan radikal
terhadap sekolah tradisonal.
c. Desain Humanistik, desain ini muncul akibat reaksi atas tekanan yang
berlebihan pada kurikulum berbasis disiplin ilmu. Desain humanistik
didasarkan pada psikologi humanistik dan konsep Abraham Maslow (1962).
3. Desain Terpusat Masalah
Desain terpusat masalah (the problem-centered design) fokus pada
pemecahan masalah kehidupan, individu, dan sosial. Karena cakupan masalah
kehidupan sangat luas, desain ini terdiri atas berbagai tema, seperti situsai
kehidupan yang selalu muncul, masalah sosial kehidupan umum, masalah
kehidupan pemuda, masalah etnis dan masalah rekontruksi sosial. Tekanan
desain ini dibatasi pada tiga desain berikut ini :
a. Desain situasi kehidupan, desain ini diajukan Florence Stratemeyer et al
(1957) yang menyimpulkan bahwa siswa bisa memperoleh pembelajaran
yang lebih bermakna jika yang dipelajarinya itu mirip dengan masalah di
masyarakat.
b. Desain inti, kurikulum inti didesain untuk menyediakan pendidikan umum
bagi semua siswa terkait masalah kehidupan manusia umumnya. Kekuatan
desain ini berkaitan dengan konten yang bertumpu pada pengalaman nyata
siswa sendiri, bukan konten yang bermuatan pengalman atau keinginan
siswa.

7
8

c. Desain masalah sosial dan rekontruksi, beberapa pendidik percaya


kurikulum bisa membantu perbaikan kehidupan sosial masyarakat untuk
mencapai kehidupan masa depan yang adil. Desain ini berpikir bahwa
kurikulum harus membnatu siswa menyesuaikan diri dengan masyarakat.

D. Model Desain Kurikulum


Ada tiga pola desain kurikulum menurut, Nana Syaodih Sukmadinata
(2010), yaitu:
1. Subject centered design
Subject centered design merupakan bentuk desain yang paling populer,
paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centered design,
kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum
tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut
diajarkan secara terpisah-pisah.
Subject centered design berkembang dari kosep pendidikan klasik yang
berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena
mengutamakan isi atau subject matter tersebut, maka desain kurikulum ini
disebut juga subject academic curriculum.
Model desain curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan dari kurikulum ini adalah:
Kelebihan : Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal
menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering
dipandang sudah dapat menyampaikanya
Kekurangan :
- Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu
bertentangan dengan kenyataan, sebab dalam kenyatan
pengetahuan itu merupakan satu kesatuan.

8
9

- Karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta


didik sangat pasif.
- Pengajar lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan
masa lalu dengan demikian pengajaran lebih bersifat
verbalistis dan kurang praktis.
Model subject centered design ini dapat dirinci menjadi model-model
kurikulum sebagai berikut:
a. The Subject Design
The subject design curriculum merupakan bentuk desain yang paling
murni dari subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah
dalam bentuk mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang
Yunani dan kemudian Romawi mengembangkan Trivium dan Quadriuvium.
Trivium meliputi gramatikal, logika dan retorika, sedangkan Quadrivium,
matematika, geometri, astrinom, dan musik.
Desain kurikulum model ini memiliki kelemahan diantaranya:
1) Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah.
2) Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian yang
hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
3) Kurikulum ini kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman
para peserta didik.
4) Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu yang sering
menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dang menggunakannya.
5) Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperharikan cara
menyampaikan. Cara penyampaian utama adala ekspositori yang
menyebabkan peranan siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum
ini mempunyai beberapa kelebihan. Karena kelebihan tersebut kurikulum ini
lebih banyak dipakai.

9
10

1) Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang tersusun secara sistematis
logis, maka penyusunan cukup mudah.
2) Bentuk ini sudah dikenal lama, baik oleh guru – guru maupun orang tua,
sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
3) Bentuk ini memudahkan para peserta didik untuk mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi, sebab pada perguruan Tinggi umumnya digunakan
bentuk ini.
4) Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisiennya, karena metode utamanya
adalah metode ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi.
5) Bentik ini sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan
warisan budaya masa lalu. (Sukmadinata, 2000:114-115).
b. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subjek desain, keduanya
masih menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak
dari hal yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subjek
desain belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subjek (ilmu).
Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara
mengemudi, semuanya disebut subjek. Pada disciplines design kriteria
tersebut telah tegas, membedakan apakah satu pengetahuan itu ilmu atau
subjek dan bukan adalah batang tubuh keilmuanya. Batang tubuh keilmuan
menentukan apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan.
Untuk menegaskan hal itu mereka menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan disekolah adalah disiplin-disiplin ilmu.
Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu
pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum
dari aliran ini berpegang teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti; fisika,
biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Perbedaan lainnya adalah dalam tingkat penugasan, disciplines
design tidak seperti subjek desain yang menekankan penguasaan fakta-fakta

10
11

dan informasi tetapi pada pemahaman. Para peserta didik didorong untuk
memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-
konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga didorong untuk memahami
cara mencari dan menemukannya. Hanya dengan menguasai hal-hal itu, kata
mereka, peserta didik akan memahami masalah dan mampu melihat
hubungan berbagai fenomena baru.
Proses belajarnya tidak lagi mengunakan pendekatan ekspositori
yang menyebabkan peserta didik lebih pasif, tetapi menggunakan
pendekatan inkuiri dan diskeveri. Disciplines design sudah
mengintegrasikan unsur-unsur progresifme dari dewey. Bentuk ini memilik
beberapa kelebihan dibandingkan dengan subjek desain, pertama, kurikulum
ini bukan hanya memiliki organisasi yang sistematik dan efektif tapi juga
dapat memelihara integrasi intelektual pengetahuan manusia. Kedua peserta
didik tidak hanya menguasai sretan fakta, prinsip hasil hafalan tapi mengasai
konsep, hubungan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukan kelebihan bentuk desain ini masih
memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan
pengetahuan yang terintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan
sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga belum bertolak dari
minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan
kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk
penggunaannya. Kelima meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan
subject design tetapi secara akademis dan intelektual masih cukup sempit.
c. The Broad Fields Design
Baik subject design maupun disiplines design masih menunjukkan
adanya pemisahan antara mata pelajaran. Salah satu usaha untuk
menghilangkan pemisahan tersebut adalah mengembangkan the broad filed
design. Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang
berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah,

11
12

geografi, dan ekonomi digabung menjadi ilmu pengetahuan sosial, aljabar,


ilmu ukur, dan berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad filed adalah menyiapkan
para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya
spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk
pertama, disekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di
perguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini, pertama, karena
dasarnya bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan
beberapa mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan
budaya secara sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan
beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan
antara berbagai hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model
kurikulum ini. Pertama kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru
mampu menguasai bidang yang luas, tatapi untuk tingkat yang lebih tinggi,
apa lagi perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang yang
dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan secara mendetail, yang
diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian bahan ajar
terbatas sekali, tidak mengambarkan kenyataan, tidak memberikan
pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang
membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya lebih rendah
dibandingkan dengan subject design, tetapi model ini tetap menekankan
tujuan penugasan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses
pencapaian tujuan yang sifatnya efektif dan kognitif tingkat tinggi.
2. Learner Centered Design
Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di
dalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta
didik sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan mencitakan situasi belajar

12
13

mengajar, mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan


peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme
yang punya potensi untuk berbuat, berprilaku, belajar dan juga berkembang
sendiri. Learner centered design bersumber dari konsep Rousseau tentang
pendidikan alam, menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian
kurikulum didasarkan minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Ada dua ciri utama yang membedakan desain model learner centred
dan subject centered. Pertama, learner centered design mengembangkan
kurikulum dengan bertolak dari peserta didik bukan dari isi. Kedua, learner
centered bersifat not–preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan
sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam
penyelesaian tugas-tugas pendidikan. Organisasi kurikulum didasarkan atas
masalah-masalah atau topic-topik yang menarik perhatian dan dibutuhkan
peserta didik dan sekuensnya disesuaikan dengan tingkat pengembangan
mereka.
Ada beberapa variasi model ini yaitu the activity atau experience design,
humanistic design, the open, free design, dan lain – lain. Pada tulisan ini akan
dikemukakan sebagian saja.
a. The Activity atau Experience Design
Model desain ini berawal pada abad 18, atas hasil karya dari
Rousseau dan Pestalozzi, yang berkembangan pesat pada tahun 1920/1930an
pada masa kejayaan pendidikan progresif. Ciri utama activity atau
experience design:
1) Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik.
Dalam mengimplementasikan ciri ini guru hendaknya menentukan minat
dan kebutuhan peserta didik, membantu para siswa memilih mana yang
paling penting dan urgen. Hal ini cukup sulit, sebab herus dapat
membedakan mana minat dan kebutuhan yang sesungguhnya dan mana

13
14

yang hanya angan-angan. Untuk itu guru perlu menguasai benar


perkembangan dan karakteristik peserta didik.
2) Struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan dan minat
peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi
disusun bersama oleh guru dengan para siswa. Demikian juga tujuan yang
dicapai, sumber-sumber belajar, kegiatan belajar dan prosedur evaluasi,
dirumuskan bersama siswa.
3) Desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah. Di
dalam proses menemukan minatnya peserta didik menghadapi hambatan
atau kesulitan-kesulitan tertentu yang harus diatasi. Kesulitan-kesulitan
tersebut menujukkan problem nyata yang dihadapi peserta didik
menghadapi kesulitan tersebut menunjukkan problem nyata yang
dihadapi peserta didik. Dalam menghadapi dan mengatasi masalah-
masalah tersebut, peserta didik melakukan proses belajar yang nyata,
sungguh-sungguh bermakna, hidup dan relevan dengan kehidupanya.
Kelebihan dari desain ini, pertama, karena kegiatan pendidikan
didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, maka motivasi belajar
bersifat intrinsik dan tidak perlu dirangsang dari luar. Kedua, pengajar
memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam kegiatan belajar
kelompok karena membutuhkannya, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah
memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi
kehidupan di luar sekolah.
Kelemahan dari desain ini, pertama, penekanan pada minat dan
kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi
kenyataan dalam kehidupan. Kehidupan dunia modern sangat kompleks,
peserta didik belum tentu mampu melihat dan merasakan kebutuhan-
kebutuhan esensial. Kedua, kalau kurikulum hanya menekankan minat dan
kebutuhan peserta didik, dasar apa yang digunakan untuk menyusun struktur
kurikulum. Ketiga, dasar minat peserta didik tidak memberikan landasan

14
15

yang kuat untuk menyusun sekuens, sebab minat mudah sekali berubah
karena pengaruh perkembangan, kematangan dan factor-faktor lingkungan.
Keempat, model desain ini dikatakan tidak dapat dilakukan oleh guru biasa.
Model ini sulit menemukan buku-buku sumber, karena buku yang ada
disusun berdasarkan subject atau discipline design.
3. Problem Centered Design
Problem centered design berpangkalan pada filsafat yang
mengutamakan peranan manusia. Berbeda dengan learner centered yang
mengutamakan manusia atau peserta didik secara individual, sedangkan desain
ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan
masyarakat.
Konsep pengembangan model kurikulum ini berangkat dari asumsi
manusia sebagai mahluk sosial selalu hidup bersama. Ada 2 model variasi
desain kurikulum ini, yaitu:
a. The Area Of Living Design
Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process
objecties) dan yang bersifat isi (content objectivies) diintegrasikan. Ciri lain
yaitu menggunakan pengalaman dan situasi-situasi dari peserta didik sebagai
pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantaranya:
1) Merupakan the subject matter design tetapi dalam bentuk yang terintegrasi.
Pemisahan antara subjek dihilangkan oleh problema–problema kehidupan
sosial.
2) Menyajikan bahan ajar yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan.
3) Menyajikan bahan ajar dalam bentuk yang profesional.
4) Motivasi belajar dari peserta didik.
Adapun kelemahan dari desain ini adalah:

15
16

1) Penentuan lingkup dan sekeuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat


esensial sangat sukar.
2) Lemahnya integrasi kurikulum.
3) Desain ini mengabaikan warisan budaya.
b. The Core Design
Dalam mengintegrasikan bahan ajar, mereka memilih mata pelajaran
tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya dikembangkan disekitar core
tersebut. Menurut konsep ini inti-inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan
individual dan sosial. The Core Design juga disebut The Core Curriculum.
Mayoritas memandang core curriculum sebagai suatu model pendidikan yang
memberikan pendidikan umum.
The core curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan
dan berwawasan luas, bukan spesialis. Di samping memberikan pengetahuan,
nilai–nilai dan keterampilan sosial, guru-guru tersebut juga memberikan
bimbingan terhadap perkembangan sosial pribadi peserta didik. Ada beberapa
variasi desain core curriculum yaitu :
1) The Separate Subject Core
Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandan mendasari atau menjadi
inti mata pelajaran lainnya dijadikan core.
2) The Correlated Core
Model desain ini pun berkembang dari the separate subjects design,
dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat
hubungannya.
3) The Fused Core
Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subjects,
pengintegrasiannya bukan hanya anatara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih
banyak. Dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang
dapat diinjau dari berbagai sudut pandang.

16
17

4) The Activity/Experience Core


Model desain ini berkembang dari pendidikan progresif dan learner
centerd designnya, design ini dipusatkan pada minat-minat dan kebutuhan
peserta didik.
5) The Areas Of Living Core
Desain model ini berpangkal juga pada pendidikan progresif, tetapi
organisasinya berstruktur dan dirancang sebelumnya. Bentuk desain ini
dipandang sebagai core design yang paling murni dan paling cocok untuk
program pendidikan umum.
6) The Social Problems Core
Model ini pun merupakan produk dari pendidikan progresif. Dalam
beberapa hal mode ini sama dengan the areas of living core. Perbedaanya
terletak pada the areas of licing core didasarkan atas kegiatan-kegiatan
manusia yang universal tetapi berisi hal yang kontroversial, sedangan the
social problems core didasarkan atas problema-problema yang mendasar dan
bersifat kontroversial. The areas of living core cenderung memelihara dan
mempertahankan kondisi yang ada, sedangkan the social problems core
mencoba memberikan penilaian yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai
social dan pribadi yang berbeda.

E. Sifat Desain Kurikulum


Sifat-sifat desain kurikulum antara lain:
1. Strategis, yaitu karena merupakan instrumen yang sangat penting untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
2. Komprehensif, yang mencakup keseluruhan aspek-aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
3. Integratif, yang mengintegrasikan rencana yang luas, mencakup pengembangan
dimensi kualitas dan kuantitas.

17
18

4. Realistik, berdasarkan kebutuhan nyata peserta didik dan kebutuhan


masyarakat.
5. Humanistik, menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia, baik
kuantitatif maupun kualitatif.
6. Futuralistik, mengacu jauh kedepan dalam merencanakan masyarakat yang
maju.
7. Merupakan bagian integral yang mendukung manajemen pendidikan secara
sitematik.
8. Perencanaan kurikulum mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai
dengan standar nasional.
9. Berdesersifikasi untuk melayani keragaman peserta didik.
10. Bersifat desentralistik, karena dikembangkan oleh daerah sesuai dengan
kondisi dan potensi daerah.

18
19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikulum.
2. Macam-macam desain kurikulum antara lain; desain terpusat pada siswa, desain
terpusat pada mata pelajaran dan desain terpusat pada masalah.
3. Tiga variasi model desain kurikulum, yaitu Subject centered design, suatu
desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar. Learner centered design,
suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa. Problems centered
design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang
dihadapi dalam masyarakat.
4. Sifat-sifat desain kurikulum, yaitu strategis, komprehensif, integratif, realistik,
humanistik, futuralistik, Merupakan bagian integral, perencanaan kurikulum
mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai dengan standar nasional,
berdesersifikasi untuk melayani keragaman peserta didik, bersifat desentralistik.

B. Saran
Sebagai generasi penerus dan calon pendidik, tentunya kita harus
memahami apa, bagaimana dan mengapa pengembangan kurikulum
harus dilakukan. Setidaknya, kita turut andil dan berpartsipasi mensukseskan
program pemerintah demi terwujudnya pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohamad. 2015. Hakikat, fondasi, desain dan pengembangan. Jakarta:


kencana.
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Zainal, arifin. 2011. konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

20

Anda mungkin juga menyukai