Anda di halaman 1dari 9

KONSEP MANAJEMEN BUDAYA

DAN LINGKUNGAN SEKOLAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ Manajemen Sekolah Unggul ”

Dosen Pengampu: Try Heni Aprilia, M.Pd

Disusun Oleh:

Azid Alfan El Dzaky (932128916)

Akhmad Sifauddin Azhaki (932130316)

Moh. Tomy Ardiansyah (932131016)

Moh. HS Nugroho (932129416)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen budaya dan lingkungan sekolah merupakan salah satu
upaya pemerintah untuk mengembangkan karakter positif siswa.
Manajemen budaya dan lingkungan sekolah dilakukan agar lingkungan
sekolah dapat menjadi tempat yang kondusif bagi penyemaian dan
pengembangan watak optimisme, mengembangkan penalaran, pencerahan
akal budi, membekali ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk
menjadikan siswa yang jujur, sopan santun, kreatif produktif, mandiri, dan
bermanfaat bagi sesamanya. Karena lingkungan sekolah merupakan salah
satu tempat siswa berinteraksi, selain lingkungan keluarga dan masyarakat
untuk melakukan proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Untuk itu, sekolah sebagai sebuah institusi perlu
dikelola dengan cara-cara pengelolaan yang baik. Manajemen budaya dan
lingkungan sekolah mempunyai peluang besar dalam menghasilkan
lulusan yang memiliki karakter nilai-nilai baik agar pendidikan dapat
berlangsung sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran kondusif sehingga dapat
menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi siswa
yang berkarakter positif.
Manajemen budaya sekolah yang kondusif bagi penyemaian dan
pengembangan karakter positif siswa dilakukan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip berkelanjutan, terpadu, konsisten, implementatif, dan
menyenangkan.
Untuk pengembangan budaya sekolah diperlukan empat tahapan
yaitu perencanaan program, sosialisasi program, pelaksanaan program, dan
evaluasi program. Untuk mengetahui keberhasilan program
pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian program dengan
perencanaan. Tingkat pencapaian program pengembangan budaya dan

1
lingkungan sekolah yang kondusif perlu dibuat instrumen pengukuran
keberhasilan.
Belum semua sekolah memahami pentingnya budaya sekolah. Hal
ini terlihat pada fakta bahwa belum semua sekolah memiliki program
pengembangannya. Kondisi ini terjadi karena sebagian kepala sekolah
belum memahami dan terampil dalam merencanakan, melaksanakan
pengembangan, dan mengukur efektivitas pengembangan budaya sekolah.
Hal itu tidak berarti kepala sekolah tidak memperhatikan
pengembangannya. Pada Kenyataannya banyak kepala sekolah yang
sangat memperhatikan akan pentingnya membangun suasana sekolah,
suasana kelas, membangun hubungan yang harmonis untuk menunjang
terbentuknya norma, keyakinan, sikap, karakter, dan motif berprestasi
sehingga tumbuh menjadi sikap berfikir warga sekolah yang positif. Hanya
saja kenyataan itu sering tidak tampak pada dokumen program
pengembangan budaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah


1. Manajemen
Management berasal dari kata to manage yang artinya mengurus,
mengatur, melaksanakan dan mengelola.1 Manajemen dapat didefinisikan
sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf,
pemimpinan, dan pengontrolan untuk optimasi penggunaan sumber-
sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien”. Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka
mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber
daya organisasi lainnya.

2. Budaya Sekolah
Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku,
kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya
dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau
penduduk yang ditransmisikan bersama. Kebudayaan “merupakan
masyarakat yang berdasarkan hukum-hukum yang adil, yang
memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis yang paling baik bagi
warga negaranya”.2
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau
skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana
ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di
tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu kegiatan tentang cara
membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika
(seni). Saat ini, kata sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.

1
Cardaso Gorton Faustno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Andi, 2002), 1.
2
Abdul Aziz Wahab, Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2011), 229

3
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut
bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah lain”.3
Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala
sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra
sekolah tersebut di masyarakat luas. Budaya sekolah sebagai karakteristik
khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap
yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan
yang ditunjukkan oleh seluruh personil sekolah yang membentuk satu
kesatuan khusus dari sistem sekolah. Bahwa “budaya sekolah yang kerap
disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan
kerja antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru
dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya
merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif”.4
Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu
pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang
sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk
ke dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan
arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal ini
dapat dibedakan dalam dua hal yaitu lingkungan yang sifatnya alami
sesuai dengan budaya siswa dan guru dan lingkungan artificial yang
diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru dengan siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan
nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan secara terus menerus oleh kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah yang menjadi
kebiasaan keseharian di sekolah.

3. Lingkungan Sekolah
3
Abd Kadim & Ansar Masaong, Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan Implementasi
(Gorontalo: Senta Media, 2011), 179
4
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2012), 109.

4
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lainnya.5 Yang dimaksud lingkungan pendidikan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life
processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap
kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan
yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab
bagaimanapun lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan
mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan
fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat
dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-
buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan
pendidikan dapat diartikan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan.Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu
peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya,
utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan
ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh
pembentukan sikap dan pengembangan potensi peserta didik.
4. Dasar Hukum

5. Landasan Teori

B. Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah

5
Nur Zazin, Gerakan menata sekolah pendidikan (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), 76.

5
1. Program Pengembangan
a. Penataan Lingkungan Fisik Sekolah (Perawatan Fasilitas Fisik
Sekolah)
1) Pekarangan dan lingkungan sekolah yang tertata sedemikian rupa
sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman, serta
dimanfaatkan untuk menanam sayuran dan apotik hidup.
2) Budaya bersih juga senantiasa ditumbuhkan di kalangan warga
sekolah dengan membiasakan perilaku membuang sampah pada
tempatnya.
3) Dalam lingkungan sekolah terdapat beberapa kawasan khusus
seperti: kawasan wajib senyum, kawasan bebas narkoba dan rokok,
dan kawasan wajib bahasa Inggeris (English area).
4) Adanya pembiasaan-pembiasaan yang bernuansa moral dan akhlak
yang mendorong meningkatnya kecerdasan spritual peserta didik,
seperti berdoa sebelum pelajaran dimulai, menumbuhkan budaya
relegius dengan membiasakan murid mengucapkan dan membalas
salam setiap bertemu, mengadakan pengajian secara rutin, shalat
berjamaah pada waktu shalat duhur; dan terdapat juga sekolah
yang mengadakan “kultum” setiap hari dan menugaskan siswa
berceramah sekali seminggu.
b. Penataan Lingkungan Sosial Sekolah
1) Penciptaan keamanan di lingkungan sekolah
2) Penciptaan relasi kekeluargaan dan kebersamaan
c. Penataan personil sekolah
1) Pemberian ganjaran positif bagi karya terbaik siswa
2) Pengembangan rasa memiliki terhadap sekolah
3) Akseptabilitas guru terhadap metode pembelajaran terbaru
4) Harapan yang tinggi untuk berprestasi
d. Penataan Lingkungan Kerja Sekolah
1) Pengaturan jadwal acara dan aktivitas sekolah
2) Penciptaan budaya kerja
3) Penerapan disiplin dan tatib

6
4) Monev atas peningkatan disiplin dan prestasi belajar siswa
2. Jadwal Pelaksanaan
Berlangsung sebagai pembiasaan dan sepanjang waktu, melalui
berbagai kegiatan:
a. Program pengembnagan budaya dalam pembelajaan di kelas
b. Program pengembangan budaya ketika di luar kelas
c. Program pengembangan budaya dalam kegiatan ekstrkurikuler
d. Melalui simbol-simbol dalam memperkuat nilai-nilai
e. Pengembangan budaya pada lingkungan sekolah (internal dan
eksternal)
3. Strategi Pelaksanaan
a. Melakukan analisis lingkungan strategis sekolah
b. Melakukan analisis situasi pendidikan sekolah saat ini
c. Melakukan analisis situasi pendidikan sekolah yang diharapkan 5
tahun kedepan
d. Menentukan kesenjangan antara situasi pendidikan sekolah saat ini dan
yang diharapkan 5 tahun kedepan
e. Merumuskan visi
f. Merumuskan misi sekolah
g. Merumuskan tujuan sekolah selama lima tahun ke depan
h. Merumuskan program-program strategis untuk mencapai tujuan
jangka menengah (5 tahun)
i. Menentukan strategi pelaksanaan
j. Menentukan milestone (output apa dan kapan dicapainya)
k. Menentukan rencana biaya (alokasi dana)
l. Membuat rencana pemantauan dan evaluasi
4. Evaluasi
Budaya sekolah adalah pengetahuan dan hasil karya cipta
komunitas sekolah yang berusaha ditransformasikan kepada peserta didik,
dan dijadikan pedoman dalam setiap tindakan komunitas sekolah.
Pengetahuan mengacu pada pencapain tujuan, mengembangkan visi

7
dengan jelas. Kebiasaan-kebiasaan di sekolah sebaiknya harus ditanamkan
ketika siswa diterima menjadi siswa disekolah tersebut.
Tujuan mengevaluasi budaya dan lingkungan sekolah diantaranya
yaitu:6
a. Mengetahui ketercapaian target yang telah ditetapkan.
b. mengetahui target yang sudah dan belum tercapai.
c. mengetahui faktor penghambat ketercapaian target
d. mengetahui upaya yang sudah dilakukan dalam rangka mengatasi
kendala
e. mengidentifikasi unsur rencana dan pelaksanaan program yang perlu
diperbaiki dan dikembangkan sehingga diperoleh hasil yang lebih
optimal untuk saat yang akan datang.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

DAFTAR PUSTAKA

6
Neprializa, “Manajemen Budaya Sekolah”, Manajer Pendidikan, (2015), Juli : Volume 9, Nomor
3, 419-429.

Anda mungkin juga menyukai