Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

REVIEW BUKU
MODEL-MODEL, MEDIA, DAN
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (INOVATIF)

Dosen Pengampu:
Siti Alimah, S.Pd

Disusun oleh:
AGUSTINA ADHI SURYANI
4401412055
PENDIDIKAN BIOLOGI ROMBEL 001

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2013
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : MODEL-MODEL, MEDIA, DAN STRATEGI


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (INOVATIF)
Pengarang : Drs. H. Zainal Aqib, M.Pd
Email : zainalaqib@yahoo.co.id
Website : www.warung-buku.co.cc
Penerbit : CV. YRAMA WIDYA
Alamat : Jl. Permai 28 No. 100 Bandung (40218)
Tahun Terbit : 2013
Cetakan Pertama : Februari 2013
Halaman : viii + 144 halaman
Ukuran Buku : 13 x 20 cm
ISBN : 978-979-077-671-5

2
BAB I
PENDAHULUAN

Ringkasan

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil
dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pengembangan model
pembelajaran yang efektif, salah satunya yaitu pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual yang dapat mengajarkan siswa untuk mengkaitkan antara materi pelajaran
dengan situasi dunia nyata serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan
kontekstual ini mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar,
bagaimana proses dan transfer belajar serta pentingnya lingkungan belajar.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana
kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana pembelajarannya berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sesuai dengan topik yang akan
dipelajari. Dalam program tercantum tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan,
materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmentnya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Yang membedakan hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi
tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Selain model dan metode pembelajaran, dalam proses belajar juga diperlukan media
pembelajaran yang baik, sesuai dengan model pembelajarannya. Media pembelajaran
meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar
ke penerima pesan belajar (siswa).

BAB II
3
URAIAN ISI BUKU

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif

1. Pendekatan Kontekstual
a. Latar Belakang
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya
guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas.

b. Pemikiran tentang Belajar


Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar
sebagai berikut :
1) Proses Belajar
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
di benak mereka sendiri.
Anak belajar dari mengalami.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan
pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Proses belajar dapat mengubah struktur otak.

2) Transfer Belajar
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas
Penting bagi siswa untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu

3) Siswa sebagai Pembelajar


Anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru
Strategi belajar itu penting.
Peran guru menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan siswa
untuk menemukan dan menerapkan ide mereka, dan menyadarkan siswa untuk
menerapkan strategi mereka sendiri.

4) Pentingnya Lingkungan Belajar


4
Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa
Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya
Umpan balik penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian yang benar.

c. Hakikat Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata. Hal itu mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Proses ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan
(Inquiry), komunitas belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenar-benarnya (Authentic Assessment).

d. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional


NO CTL Tradisonal

1. Pemilihan informasi berdasarkan Pemilihan informasi ditentukan oleh guru


kebutuhan siswa
2. Siswa terlibat secara aktif dalam proses Siswa secara pasif menerima informasi
pembelajaran
3. Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
kehidupan nyata atau masalah
4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri Perilaku dibangun atas kebiasaan
5. Keterampilan dikembangkan atas dasar Keterampilan dikembangkan atas dasar
pemahaman latihan
6. Pembelajaran terjadi di berbagai Pembelajaran hanya di dalam kelas
tempat, konteks, dan setting
7. Hasil belajar diukur melalui penerapan Hasil belajar diukur melalui kegiatan
penilaian autentik akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan

2. Penerapan Pendekatan Kontekstual


CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar
langkah-langkahnya :
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan masyarakat belajar
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan

5
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

3. Komponen CTL
a) Konstruktivisme
membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan

b) Inquiry
proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

c) Questioning (bertanya)
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran berbasis inquiry

d) Learning Community (komunitas belajar)


sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
bekerja sama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
tukar pengalaman dan berbagi ide

e) Modeling (Pemodelan)
proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar
mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

f) Reflection (Refleksi)
cara berpikir dan mencatat apa yang telah kita pelajari
membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.

g) Authentic Assessment (Penilaian yang sebenarnya)


mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
penilaian produk (kinerja), tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

4. Karakteristik CTL
Kerja sama dan saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah dan pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif, siswa kritis, guru kreatif
Sharing dengan teman

5. Model CTL
a. DI (Direct Instruction)
b. CL (Cooperative Learning)
6
c. PBI (Problem Base Instruction)
d. Gabungan

6. Teori yang Melandasi CTL


a) Knowledge-Based Constructivism, menekankan kepada pentingnya siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
b) Effort-Based Learning/Incremental Theory of Intellegence. Bekerja keras untuk mencapai
tujuan belajar akan memotivasi seseorang untuk terlibat dalam kegiatan yang berkaitan
dengan komitmen belajar.
c) Socialization, menekankan bahwa belajar merupakan proses sosial yang menentukan
tujuan belajar.
d) Situated Learning, pengetahuan dan pembelajaran harus dikondisikan dalam fisik tertentu
dan konteks sosial dalam mencapai tujuan belajar.
e) Distributed Learning, manusia merupakan bagian terintegrasi dari proses pembelajaran
oleh karena itu harus berbagi pengetahuan dan tugas-tugas.

7. Pendekatan CTL
a) Problem Based Learning, menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk
belajar melalui berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.
b) Authentic Instruction, yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna
melalui pengembangan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting dalam
konteks kehidupan nyata.
c) Inquiry Based Learning, mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk
pembelajaran bermakna.
d) Project Based Learning, memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam
mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata.
e) Work Based Learning, memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari materi ajar dan menggunakannya kembali di tempat kerja.
f) Service Learning, menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru dan berbagai
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melaui proyek/tugas terstruktur.
g) Cooperative Learning, menggunakan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
rangka memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

B. Model-model Pembelajaran CTL


1. Picture and Picture
Model pembelajaran ini didasarkan atas contoh. Namun contoh pada metode ini lebih
ditekankan pada gambar. Langkah-langkahnya adalah :
a) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) menyajikan materi sebagai pengantar
7
c) guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan sesuai materi
d) guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-
gambar menjadi urutan yang logis
e) guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut
f) dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai
g) kesimpulan/rangkuman

2. Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian
secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Model ini
diperkenalkan oleh Densereau. Berikut langkah-langkahnya:
a) guru membagi siswa untuk berpasangan
b) guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
c) guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berpaeran sebagai pendengar
d) pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide-ide
pokok, sementara pendengar melakukan:
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e) bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
Serta lakukan seperti dia atas.
f) kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
g) penutup

3. Student Teams-Achievement Divisions (STAD)


Model STAD atau Tim Siswa Kelompok Prestasi ini merupakan salah satu model yang
sederhana. Diperkenalkan oleh Slavin. Langkah-langkahnya:
a) membentuk kelompok yang anggotanya sebanyak 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain)
b) guru menyajikan pelajaran
c) guru memberi tugas kepada kelompokuntuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lain sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti
d) guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu
e) guru memberi evaluasi dan penutup

4. Jigsaw (Metode Tim Ahli)


Model ini diperkenalkan oleh Areson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snap tahun 1978. Pada
model ini siswa lebih berperan dalam pembelajaran. Langkah-langkahnya:
a) Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
8
d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama
bertemu dalam satu kelompok baru (Kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab
mereka
e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f) tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g) guru memberi evaluasi dan penutup

5. Problem Based Introduction (PBI)


berikut langkah-langkahnya:
a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
b) Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
c) guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll)
d) guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan
pemecahan masalah.
e) guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
f) guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikkan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

6. Mind Mapping
Diperkenalkan oleh Toni Buzan. Model ini baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa
atau untuk menemukan alternatif jawaban. Langkah-langkahnya:
a) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/ sebaiknya
permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
c) membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
d) tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
e) tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya, guru
mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
f) dari data-data di papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi
bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

7. Make A Match
Diperkenalkan oleh Lena Curran pada tahun 1994. Model Mencari Pasangan ini langkah-
langkahnya adalah:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang sesuai,
satu bagian kartu adalah soal dan bagian lainnya adalah jawaban
b) Setiap siswa mendapat satu bagian soal
c) tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
d) setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
e) siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin
9
f) setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya
g) demikian seterusnya, kemudian kesimpulan dan penutup

8. Think Pair and Share


Diperkenalkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Pembelajaran TPS ini dirancang untuk
mempengaruhi pada interaksi siswa. Langkah-langkahnya:
a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensiyang ingin dicapai
b) Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan
c) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (2 orang) dan mengutarakan hasil
pemikiran masing-masing
d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasilnya
e) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang diungkapkan oleh siswa
f) guru memberikan kesimpulan dan penutup

9. Group Investigation
Langkah-langkahnya adalah:
a) guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen
b) guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
c) guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat
satu materi yang berbeda dari kelompok lain
d) masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi
penemuan
e) setelah selesai diskusi, lewat juru bicara ketua menyampaikan hasil pembahasan
f) guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
g) evaluasi dan penutup

10. Student Facilitator and Explaining


Siswa mempresentasikan ide/pendapat pada rekan lainnya. Pada model ini siswa belajar
berbicara menyampaikan ide dan gagasan. Langkahnya :
a) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b) guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
c) memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan pada siswa lainnya baik melalui
bagan/ peta konsep maupun yang lainnya
d) guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
e) guru menerangkan semua materi yang disajikan kemudian penutup

11. Tebak Kata


a) guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai
b) guru mengkondisikan siswa untuk berdiri di depan kelas secara berpasangan
c) Satu siswa membawa kartu soal dan membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya,
pasangannya harus menebak apa yang dimaksud dari kartu soal itu

10
d) Apabila jawabannya tepat maka pasangan itu bisa duduk. Jika jawaban belum tepat
pada waktu yang telah ditetapkan, siswa pembawa kartu soal boleh mengarahkan
dengan kata-kata lain, demikian seterusnya
e) evaluasi dan penutup

C. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)


Beberapa kegiatan atau proyek yang tidak bisa dilepaskan dengan PAKEM adalah
sebagai berikut:
1. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Ciri-ciri yang dicita-citakan oleh CBSA adalah sebagai berikut:
anak belajar secara aktif baik di sekolah maupun di luar sekolah
guru bertindak sebagai fasilitator, mengelola proses belajar.
kemampuan guru ditingkatkan melalui kerja sama dan saling membantu antarguru
sumber belajar bukan guru dan buku, berbagai sumber di luar sekolah dimanfaatkan
bagi peningkatan kualitas belajar siswa

2. Pengertian PAKEM
Pakem singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a) siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan dengan penekanan pada belajar melaui berbuat
b) guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
c) guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif
d) guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah

3. Komponen Pembelajaran PAKEM


a) Guru merancangb dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif
b) Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam
c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan,
mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
d) Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
e) Guru mengkaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari
f) Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus

STRATEGI PEMBELAJARAN

11
A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku
yang disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut
pandangan teori kognitif diartikan proses untuk mengembangkan persepsi seseorang dari
sebuah obyek yang dilihat, intinya lebih mementingkan proses daripada hasil. Adapun
menurut teori konstruktivisme belajar adalah upaya untuk membangun pemahaman atau
persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa.
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi sehingga akan memudahkan peserta didik
untuk menerima dan memahami materi pelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran
dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Ada beberapa konsep yang perlu diketahui
berkaitan dengan strategi pembelajaran yaitu strategi, metode, dan teknik. Ketiga konsep
tersebut memiliki perbedaan secara esensial.
Teknik pembelajaran berbeda dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat,
atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah
tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang
digunakan oleh guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersiat prosedural, yaitu berisi tahapan
tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, bersifat implementatif. Dengan kata
lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka
menggunakan teknik yang berbeda.
Sebagaimana telah diuraikan pada paragraf kedua, maka jelas disebutkan bahwa
strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur dan teknik
yang digunakan selama proses belajar berlangsung. Hubungan antara strategi, tujuan, dan
metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak
dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan
tujuan.

B. Metode Mengajar (Instruksional)


Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan tetapi ada sejumlah metode
pembelajaran yang mendasar, sedangkan selebihnya adalah kombinasi atau modifikasi dari
metode dasar tersebut.

1. Metode Ceramah (Lecture)


Metode ceramah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta serta diakhir
pembelajarn ditutup dengan tanya jawab. Keterbatasan metode ceramah adalah:
Keberhasilan siswa tidak terukur serta perhatian dan motivasi siswa sulit diukur
Materi kurang terfokus dan pembicaraan sering melantur

2. Metode Demonstrasi dan Eksperimen


Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan
seperti: Bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Bagaimana dapat diketahui
kebenarannya? melalui pengamatan induktif. Manfaatnya antara lain:
12
Menumbuhkan motivasi siswa tentang latihan praktik yang dilaksanakan
Mengurangi kesalahan-kesalahan jika dibandingkan dengan kegiatan hanya
mendengar ceramah atau membaca di dalam buku
Jika siswa turut aktif bereksperimen maka ia memperoleh pengalaman-pengalaman
praktik untuk megembangkan kecakapannya
Sedangkan kelemahan metode ini antara lain:
Demonstrasi menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas
dimana para siswa sendiri yang ikut bereksperimen
Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok
Jika setiap siswa diminta mendemonstrasikan maka dapat menyita waktu yang banyak

3. Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat apabila pelaksanaannya
ditujukan untuk hal-hal berikut:
Meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu
Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa
Mengarahkan pengamatan dan pemikiran siswa

4. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru
untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, memperdebatkan topik, atau
permasalahan tertentu. Kelebihan metode ini antara lain:
Siswa belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan
Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi, dan
kepribadian
menghadapi masalah secara berkelompok
membiasakan siswa untuk berargumentasi dan berpikir rasional
Sedangkan keterbatasan metode diskusi antara lain:
Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit
Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru
diperkenalkan kepada bahan pembelajaran baru.

5. Metode Pembelajaran Terprogram


Metode ini meggunakan bahan pengajaran yang disiapkan secara khusus. Isi
pembelajaran di dalamnya harus dipecahkan menjadi langkah-langkah kecil, diurut
dengan cermat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik
segera. Siswa mendapat kebebasan untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.
Kelebihan dari metode pembelajaran terprogram ini adalah mengatasi kesulitan
perbedaan individual serta mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan.
Sayangnya keterbatasan drai metode ini yaitu biaya pengembangan yang tinggi dan siswa
kurang mendapat interaksi sosial.

6. Metode Pemecahan Masalah


13
Metode pemecahan masalah merupakan metode yang merangsang berpikir dan
menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Metode ini dapat dilaksanakan apabila siswa telah berada pada tingkat yang lebih tinggi
dengan prestasi yang tinggi pula. Akan tetapi metode ini perlu diwaspadai karena akan
menimbulkan prestasi di kalangan siswa. Guru dapat menggambarkan bahwa yang
diminta adalah buah pikiran dengan alasan-alasan rasional.

7. Metode Studi Kasus


Metode ini berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu
kemudian siswa ditugasi mencari alternatif pemecahannya. Metode ini dapat juga
digunakan untuk mengembangkan berpikir kritis dan menemukan solusi baru dari suatu
topik yang dipecahkan. Kekurangannya yaitu mengembangkan kasus sangat mahal.

8. Metode Insiden
Metode ini hampir sama dengan studi kasus, tetapi siswa dibekali dengan data dasar
yang tidak lengkap tentang suatu kejadian atau peristiwa. Siswa harus mencari data
tambahan untuk mennyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Pada metode ini
siswa belajar menyelami permasalahan, kemudian mereka berusaha untuk memecahkan
masalah. Dalam hal ini menumbuhkembangkan cara berpikir siswa yang kritis dan
kreatif.

9. Metode Praktikum
Metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan,
aba-aba, petunjuk untuk melaksanakannya. Dalam hal ini guru melatih keterampilan
siswa dalam penggunaan alat-alat yang telah diberikan kepadanya serta hasil yang
dicapai.

10. Metode Bermain Peran


Metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa
atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Metode ini dapat dipergunakan di dalam
mempraktikan isi pelajaran yang baru, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
memerankan sehingga menemukan kemungkinan masalah yang akan dihadapi dalam
pelaksanaan sesungguhnya.

11. Metode Penemuan (Discovery)


Metode penemuan adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental yaitu mengamati, mencerna,
mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, memuat
kesimpulan dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.

12. Metode Inquiry

14
Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di
depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: Guru membagi tugas meneliti
suatu masalah, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari,
meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan. Akhirnya hasil laporan kerja
kelompok dilaporkan ke sidang pleno dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang
pleno lah kesimpulan akan dirumuskan.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Pendekatan kontekstual dapat mengajarkan siswa untuk mengkaitkan antara materi


pelajaran dengan situasi dunia nyata serta mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kontekstual ini mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang
belajar, bagaimana proses dan transfer belajar serta pentingnya lingkungan belajar. Tujuan
akhir pelaksanaan CTL adalah mendukung pembelajaran yang berkualitas bagi siswa.

15
Dalam pendekatan kontekstual terdapat berbagai macam model-model pembelajaran
diantaranya Picture and Picture, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Jigsaw
(Model Tim Ahli), Mind Mapping, Role Playing, dan Group Investigation. Selain model
dan metode pembelajaran, dalam proses belajar juga diperlukan media pembelajaran yang
baik, sesuai dengan model pembelajarannya. Media pembelajaran meliputi alat bantu guru
dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar
(siswa).

2. Saran

Pada dasarnya semua model ataupun metode pembelajaran adalah baik, masing-
masing mempunyai karakteristik serta kelebihan dan kekerungan. Oleh karena itu, dalam
proses belajar mengajar hendaknya seorang pendidik atau guru mampu memilih model
pembelajaran yang tepat dan metode yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
serta disesuaikan pula dengan karakteristik peserta didiknya. Selain itu diperlukan pula
media pembelajaran yang tepat sebagai sarana pendukung tersampaikannya materi
pelajaran yang diajarkan selama proses belajar mengajar berlangsung.

3. Refleksi Isi Buku

Buku ini Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif)


karangan Zainal Aqib berisi tiga bab yang secara garis besar membahas tentang
pengembangan model-model pembelajaran yang efektif melalui pendekatan kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/ CTL), komponen CTL, karakteristik CTL, dan
penerapan atau implementasi CTL. Selain itu berisi pula media pembelajaran terkini dan
manfaatnya serta strategi pembelajaran dan berbagai macam metode mengajar secara
instruksional seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus, dan lain-lain.
Isi dari buku sangat aktual, menyesuaikan dengan perkembangan pendidikan
sekarang ini. Gaya penulisan yang simpel, terperinci, dan aplikatif tentang pembelajaran
memudahkan pembacanya dalam memahami isi buku dan apa yang dimaksudkan penulis.
Menurut saya buku ini dapat memenuhi kebutuhan semua guru dan pengawas sekolah.
Bahkan buku ini dapat menjadi kebutuhan semua orang yang menaruh perhatian pada
bidang pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah.
Dalam pembelajaran, pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning/CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
yang bagaimanapun keadaannya karena CTL mempunyai berbagai model-model dan
16
metode pembelajaran sehingga dapat disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa.
Salah satu bidang studi yaitu biologi. Materi yang dipelajari dalam biologi sangat
kompleks dan beragam, cakupannya sangat luas karena menyangkut kehidupan sehari-hari
mulai dari tingkatan terkecil (sel) beserta seluruh alam ini (lingkungan). Biologi juga
identik dengan gambar, hampir setiap materi pasti membutuhkan gambar untuk menunjang
materi dan pemahaman siswa.
Menurut saya, akan sangat sulit apabila mempelajari materi biologi dengan metode
hafalan. Sebagian besar model-model belajar dalam pendekatan kontekstual dapat
diterapkan pada pembelajaran biologi, antara lain model pembelajaran Picture and Picture
yang dapat diterapkan untuk hampir semua materi biologi yang membutuhkan gambar.
Model pembelajaran ini melatih siswa untuk dapat mengingat gambar-gambar misalnya
gambar spesies, gambar penampang suatu jaringan, mengurutkan siklus hidup suatu
spesies berdasarkan gambar, dan sebagainya, mengingat biologi identik dengan gambar.
Selain itu model pembelajaran yang juga sesuai untuk biologi, antara lain model
Cooperative Script untuk semua materi biologi, melatih siswa dalam berbicara dan
berpendapat. Model Problem Based Introduction (PBI ) untuk materi biologi yang
membutuhkan metode eksperimen. Model Tebak Kata untuk materi yang mendeskripsikan
ciri-ciri suatu sel, jaringan, organ, spesies, phylum, dan sebagainya.
Untuk metode mengajar, metode demonstrasi dan eksperimen sangat efektif
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti dalam materi sistem ekskresi:
bagaimana proses pengeluaran urine melalui ginjal? apa saja bagian yang dilewati, dan
lain-lain.

17

Anda mungkin juga menyukai