Anda di halaman 1dari 9

HUMAN INSTRUMENT

Dalam Penelitian Kualitatif

METODE PENELITIAN II
Dosen Pengampu : Bapak Dr. Saifuddin, S. Ag., M. Pd.

Oleh :
Achmad Shauqi Ramadlani
Muhammad Jibril

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS RADEN RAHMAD
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian yang diperoleh secara
valid dan reliabel. Hal ini sangat bergantung pada kualitas data yang diperoleh dari
sumber data yang tepat melalui pengungkapan instrument yang berkualitas pula.
Instrument dalam penelitian kualitatif adalah yang melakukan penelitian itu sediri,
yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka
kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib, dan leluasa,
bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument (Ghony& Al Manshur 2012).
Tidak ada alat yang paling elastik untuk mengungkapkan data kualitatif kecuali
peneliti itu sendiri, artinya manusia sebagai instrument kunci adalah peneliti sebagai
pengumpulo data utama. Dalam penelitian kualitatif, data masih belum diketahui,
sumber data belum terindentifikasi secara jelas/pasti, dan cara-cara menggali data
belum diketahui, baik dalam mengeksploitasi maupun mengungkap data sehingga
keberadaan alat pengumpul data pokok betul-betul sangat dibutuhkan.
Peneliti kualitatif memiliki keluasaan yang bertanggung jawab untuk
mengembangkan penelitian berdasarkan etika dan kemungkinan dan kondisi lokasi
lapangan yang terwajawantahkan memiliki judgement yang tepat menilai, apakah
rancangan penelitian kualitatif tersebut perlu direvisi sesuai dengan kondisi lokasi
lapangan atau data eksplorasi unit analisisnya yang harus disesuaikan dengan
rancangan penelitian tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang diatas. Makalah ini akan sedikit mengulas dan
menjelaskan mengenai :
a. Apa pengertian human instrumen?
b. Apa peran human instrumen dalam penelitian kualitatif?
C. TUJUAN
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
a. Mengetahui pengertian human instrumen
b. Mengetahui peranan human instrumen dalam penelitian kualitatif
BAB II
PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang baik dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Sugiyono (2006: 250)
mengungkapkan ada dua hal yang berpengaruh, yaitu kualitas instrument penelitian dan
kualitas pengumpulan data. Semenarik apapun masalah yang dihadapi atau ada di tengah
tengah masyarakat tentu tidak aka nada artinya apabila si peneliti tidak mampu mengungkap
informasi informasi penting yang terjadi dalam fenomena tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
jika instrument yang dibuat oleh peneliti tidak mampu menjaring semua informasi penting
akan fenomena yang diteliti, dan ditambah proses pengumpulan data yang tidak baik pula,
maka bisa dibayangkan penelitian itu tidak akan menghasilkan apa apa.

Dalam penelitian kualitatif, instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dengan kata lain,
alat penelitian adalah peneliti sendiri. Kategori instrument yang baik dalam penelitian
kualitatif adalah instrument yang memiliki pemahaman yang baik akan metode penelitian,
penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Hal ini dilakukan agara instrument
mampu menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Peran Peneliti dalam Penelitian Kualitatif

Sebelum melakukan penelitian kualitatif, peneliti harus melakukan tiga hal. Pertama, dia
harus berpendirian seperti apa yang disiratkan oleh karakter paradigm naturalist. Kedua,
peneliti harus mengembangkan tingkat keterampilan yang tepat sebagai instrument manusia,
atau alat untuk mengumpulkan dan menafsirkan data. Tiga, peneliti harus menyiapkan suatu
desain penelitian yang menggunakan strategi penyelidikan naturalistik.

Glaser dan Strauss (1967) dan Strauss dan Corbin (1990) menyarankan agar peneliti memiliki
sensitivitas teoritis. Mereka percaya bahwa sensitivitas teoritis berasal dari beberapa sumber,
termasuk literature professional, pengalaman professional, dan pengalaman pribadi.
Kredibilitas laporan peneliti kualitatif tergantung pada tingginya kepercayaan pembaca
terhadap kemampuan peneliti yang sensitive atas data dan kemampuannya membuat
keputusan yang tepat dilapangan.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sangat kompleks. Selain sebagai perencana, ia
juga bertugas sebagai pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya ia juga harus
berperan sebagai pelapor hasil penelitian itu sendiri. Ia adaalah segalanya dari segala proses
penelitian kualitatif. Selain peran umum yang diterangkan diatas, ada beberapa peran spesifik
dari peneliti dalam penelitian kulaitatif, yakni :

a. Teman
b. Penulis buku
c. Ilmuan/ ahli/ guru
d. Pelajar
e. Tokoh masyarakat
f. Kolaborator atau partisipan membuat keputusan penelitian bersama peneliti

Berkaitan dengan karakteristik manusia sebagai instrument, berikut adalah ciri ciri umum dari
manusia sebagai instrument menurut Guba dan Lincoln dalam moleong, 2007: 168-172 yaitu
:

1. Responsive. Responsive terhadap lingkungan dan pribadi pribaadi yang menciptakan


lingkungan daaalam rangka mengeplisitkan dimensi dimensi kontekstual
2. Dapat menyesuaikan diri. Ia dapat melebur dalam setiap situasi pengumpulan data
sehingga dapat melakukan berbagai macam tugas pengumpulan data dalam saat yang
bersamaan. Hal ini dilakukan karena ia memiliki daya persepsivitas, membedakan,
dan adanya naluri dalam dirinya.
3. Menekankan pada keutuhan. Lapangan penelitian bagi peneliti merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Ia memandang diri dan sekelilingnya sebagai sesuatu yang nyata,
benar, dan memiliki arti.
4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan. Dalam melakukan proses pengumpulan
data, peneliti juga telah dibekali dengan pengetahuan dan latihan latihan yang
diperlukan.
5. Memproses data secepatnya. Data yang diperoleh secepatnya diolah, disusun kembali,
mengubah arah inkuiri atas dasar penemuannya itu, merumuskan hipotesis kerja
sewaktu dilapangan. Dan mengetesnya kembali kepada respondennya.
6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan. Ia memiliki
kemampuan untuk menjelaskan hal yang tak pernah dipahami oleh responden atau
subjek penelitian. Kemampuan mengikhtisarkan digunakan dalam rangka mengecek
kembali keabsahan data dan memperoleh persetujuan dari informan. Dan tentunya
akan memberikan pula peluang bagi responden untuk mengemukakan hal hal yang
belum diungkap.

Hubungan Instrument (peneliti) dan pengumpulan data

Hubungan antara instrument dengan metode pengumpulan data dapat digambarkan sebagai
berikut :

Data yang digali guna menjawab focus permasalahan didapat melalui sejumlah metode, yaitu:

1. Pengamatan
2. Indepth interview
3. Dokumen dan artifak
4. Teknik tambahan

Data yang akan diambil diatas kesemuanya menggunakan peneliti itu sendiri sebagai
instrumennya.

Ciri dari pengolahan data dalam penelitian kualitatif adalah :

1. Data dikumpulkan tanpa instrument


2. Data muncul dalam bentuk kata kata
3. Data dapat berbentuk macam macam. Bisa catatan lapangan, dokumen, catatan
interview, rekaman tape, hingga artifak
4. Tabulasi dibatasi untuk membantu pengenalan pola, digunakan untuk mendukung
pemaknaan kualitatif
5. Makna diambil dari strategi kualitatif yang digunakan
Untuk lebih memahami mengenai peranan peneliti sebagai instrument penelitian, kita akan
membahas lebih jauh mengenai peranan peneliti dalam metode pengumpulan data.

A. Metode Pengamatan
Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan
peneliti untuk turun kelapangan dan mengamati hal hal yang berkaitan dengan ruang,
tempat, pelaku, kegiatan, benda benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Berikut
ini merupakan bentuk bentuk pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai instrument
dalam penelitian kualitatif :
1. Pengamatan Biasa
Parsudi Suparlan (dalam Patilima, 2005: 70) menyatakan bahwa dalam
pengamatan biasa peneliti tidak diperbolehkan terlibat dalam hubungan-hubungan
emosi emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitian.
2. Pengamatan Terkendali
Dalam jenis ini, Parsudi Suparlan (dalam patilima, 2005: 71) menyatakan bahwa
para pelaku yang akan diamati dalam pengamatan, diseleksi dan kondisi kondisi
yang dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku diamati dan dikendalikan oleh
peneliti.
3. Participant Observation
Merupakan teknik berpartisipasi yang sifatnya interaktif dalam situasi yang
alamiah dan melalui penggunaan waktu serta catatan observasi untuk menjelaskan
apa yang terjadi. Maleong (2007: 164) melengkapi definisi ini, bahwa adalah pada
dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat
mungkin sampai pada sekecil kecilnya.
4. Field Observation
Teknik ini merupakan cata yang paling fundamental. Catatan lapangan memuat
laporan laporan dan saksi mata mengenai kegiatan subjek atau kejadian sehari hari
berikut setting yang melingkupinya. Hasil dari observasi lapangan adalah
penjelasan secara detail dari kejadian, orang, tindakan, dan semua objek yang ada
di dalam setting penelitian. Observasi lapangan digunakan dalam pengumpulan
data interaktif sama seperti observasi partisipan dan wawancara mendalam.
Catatan yang diibuat dilapangan berbeda arti dengan catatan lapangan. Catatan
yang dibuat di lapangan adalah berupa coretan coretan yang menggambarkan
clues terhadap topic yang dipilih. Catatan ini hanya merupakan perantara dari apa
yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium, dan diraba. Catatan yang dibuat
dilapangan itu kemudian secepatnya dilengkapi dnegan narasi dan narasi itulah
yang disebut dengan catatan lapangan.
Isi dari catatan lapangan terdiri dari bagian deskripsi dan refleksi. Bagian ini
merupakan bagian terpanjang yang berisikan semua peristiwa dan pengalaman
yang didengar, dilihat, ataupun dirasakan oleh peneliti yang dicatat secara lengkap
dan objektif. Bagian deksripsi ini terdiri dari gambaran diri subjek, rekonstruksi
dialog, catatan peristiwa khusus, dan perilaku pengamat. Sedangkan bagian
reflektif berisikan spekulasi, perasaan, masalah, ide, sesuatu yang mengarahkan,
kesan, dan prasangka. Catatan tersebut juga berisi mengenai sesuatu yang
diusulkan untuk dilakukan penelitian yang akan dating, dan juga berarti
pembetulan atas kesalahan dalam catatan lapangan. Struktur refleksi terdiri dari
refleksi atas analisis, refleksi atas metode, dilemma etik dan konflik, kerangka
berfikir peneliti, dan klarifikasi.
Kaitannya dengan peran peneliti sebagai instrument dalam metode pengamatan,
ada beberapa hal yang harus dilakukan peneliti, yaitu :
a. Mengerahkan semua potensi fisik dan psikologis secara bersama sama untuk
menggali data
b. Melakukan aktifitas pengumpulan data dengan waktu bersamaan
c. Bisa mengendalikan partisipan
d. Merekam semua hal yang berkaitan dengan focus penelitian
e. Membuat laporan dan saksi mata segala kegiatan subjek
f. Menterjemahkan semua ekspresi fisik dan psikologis partisipan
g. Membangun semangat berpartisipasi
B. In-Depth Interview
Kegiatan ini seringkali memiliki karakteristik yang ditandai dengan percakapan
dengan tujuan tertentu. Para peneliti menggunakanpetunjuk umum wawancara yang
diharapkan mampu melingkupi suatu topic yang luas. Wawancara dimaksudkan untuk
mengkontruksi orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian,
memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh orang lain.
Wawancara dikelompokkan kedalam 3 bentuk yaitu informal, menggunakan petunjuk
umum, dan wawancara baku terbuka (Patton, 1980: 197)
1. Wawancara Informal
Adalah wawancara yang terjadi dalam keadaan biasa atau wajar. Pertanyaan
pertanyaan yang diajukan pun berlangsung seperti biasa dalam keseharian.
Bahkan terkadang narasumber tidak menyadari bahwa dirinya sedang
diwawancara.
2. Wawancara menggunakan petunjuk umum
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis
besar pokok yang dirumuskan dan tak perlu secara berurutan dilontarkan pada saat
interview.
3. Wawancara baku terbuka
Adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
C. Dokumen
Dokumen adalah catatan mengenai berbagai kejadian dimasa lalu yang ditulis atau
dicetak seperti surat, catatan harian, dan dokumen lainnya yang relevan. Dokumen
terdiri dari dua jenis, pribadi dan resmi. Dokumen pribadi adalah catatan atau
karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaannya. Dari dokumen pribadi, peneliti dapat mengumpulkan data mengenai
situasi social, dan arti dari berbagai faktor yang ada di sekitar subjek penelitian. Yang
terangkum dalam dalam dokumen pribadi adalah buku harian, surat pribadi, dan
otobiografi.
Dokumen resmi terdiri dari dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen
internal terdiri dari memo, pengumuman, instruksi, aturan yang berlaku bagi pihak
intern. Kemudian dokumen eksternal terdiri dari bahan bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga social, misalnya majalah, buletin, pernyataan dan berita
yang disiarkan kepada media massa. Dokumen eksternal dapat dimanfaatkan sebagai
bahan untuk mengkaji konteks social, kepemimpinan, dan lain lain.
D. Teknik Lainnya (supplementary tecniques)
Peneliti kualitatif menggunakan berbagai macam teknik tambahan guna membantu
mendapatkan temuan temuan lain yang kredibel. Teknik ini adalah pendekatan yang
dipilih untuk membantu menafsirkan, mengelaborasi, atau mengkolaborasi data yang
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumen. Seperti contoh yaitu
penggunaan film atau slide dan teknik visual lainnya. Ada juga teknik kelompok
wawancara, FGD, suervey, dan lain lain.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa unsur terpenting dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Bahwa peneliti memegang peranan penuh dalam
melakukan setiap unsur kegiatan yang ada di dalam penelitian kualitatif. Pemahaman
mengenai objek apa yang akan diteliti menjadi mutlak dikuasai oleh peneliti. Sehingga
peneliti dapat menggali dan memaksimalkan penelitian yang dilakukan. Sehingga nantinya
diharapkan dapat menghasilkan penemuan penemuan atau pengetahuan baru setelah
dilakukannya penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Moleong, L. J. (2007) “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Patilima, H. (2005) “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono (2005) “Memahamai Penelitian Kualitatif”. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai