Disusun oleh:
Penelitian ini bertujuan untuk membahas terkait evaluasi kurikulum mulai dari definisi
evaluasi kurikulum, model-model evaluasi kurikulum, prinsip-prinsip evaluasi kurikulum
dan manfaat dilakukannya evaluasi kurikulum. Pembahasan pada artikel ini lebih banyak
dipengaruhi oleh ahli bidang evaluasi kurikulum, sehingga pendapat atau hasil pemikiran
tokoh menjadi rujukan penting dalam mengkaji pembahasan. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan library
research (penelitian pustaka). Objek kajian dalam makalah ini adalah literatur-literatur
seperti buku ataupun artikel yang mana masih terdapat korelasi dengan bahasan dalam
makalah ini yaitu evaluasi kurikulum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada
kesimpulan pembahasan ini, penulis mendapatkan hasil bahwasannya Evaluasi kurikulum
PAI adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan taraf kemajuan suatu
pekerjaan di dalam pendidikan Islam yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi
tentang pencapaian dan kemajuan siswa. Adapun model – model evaluasi kuriulum yaitu
measurement, congruence, illumination, dan educational system evaluation. Sedangkan
prinsip-prinsip evaluasi krikulum adalah tujuan tertentu, bersifat objektif, bersifat
komprehensif, kooperatif dan tanggungjawab dalam perencanaan efisien, dan
berkesinambungan. Dan manfaat dari evaluasi kurikulum adalah untuk memperbaiki
substansi/ isi kurikulum;, memperbaiki implementasi kurikulum, dan memperbaiki
pengaruh kurikulum.
Kata kunci: Evaluasi, Kurikulum, PAI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Eli Fitrotul Arofah, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan,” Tawadhu 5, no. 2 (2021): 218.
6. Apa Kriteria evaluasi kurikulum PAI; ?
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
2
Helaluddin and Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif (Makassar: Sekolah Tinggi
theologia Jaffray, 2019).
PEMBAHASAN
Menurut Oemar Hamalik evaluasi adalah sebuah sistem yang terdiri dari
komponen-komponen masukan, proses, dan produk. Dimana komponen
masukan terdiri dari beberapa aspek yaitu siswa yang dinilai, perlengkapan
instrumen yang digunakan dalam penilaian, biaya yang disediakan dan
informasi tentang mahasiswa. Sedang komponen proses meliputi program
penilaian, prosedur dan teknik penilaian, teknik penganalisaan data, dan
kriteria penentuan kelulusan. Dan komponen produk merupakan hasil-hasil
penilaian yang berguna untuk pembuatan keputusan dan sebagai bahan
balikan. 3
Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi,
sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan
strategipembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan
dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan(objectives) pendidikan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.4
Sedangkan Kurikulum adalah seperangkat atau suatu sistem rencana dan
pengaturan mengenai bahan pembelajaran yang dapat di pedomani dalam
aktivitas belajar mengajar. intinya krikulum adalah rencana pembelajaran.
oleh karena itu,; semua pihak yang terlibat dan berkaitan langsung dengan
fungsi kurikulum ini wajib memahaminya.
Maka evaluasi kurikulum adalah usaha sistematis yang di lakukan untuk
memperbaiki kurikulum yang masih dalam tahap pengembangan maupun
kurikulum yang telah dilaksanakan agar menjadi lebih siap di masa yang
3
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006).
4
S. Nasution Asas-Asas Kurikulum (Bandung : Citra Aditya Bakti 1993 hal.9
akan datang.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang memiliki hubungan
sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan
prosesnya secara evolusioner.5 Evaluasi merupakan kegiatan yang luas,
kompleks dan terus menerus, untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan
sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang ditentukan.
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi
mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai
nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu. Evaluasi
kurikulum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing
komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada
dalam kurikulum tersebut.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan
kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan
keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan
oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem
pendidikan dan pegembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil
evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan
para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu
perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat
bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.6
Dengan demikian maka dapat disimpulkan sistem penilaian atau evaluasi
merupakan komponen atau bagian terpenting dari sistem pembelajaran. Oleh
karena itu pengadaan evaluasi merupakan keharusan untuk dilaksanakan. Hal
ini berfungsi sebagai pusat informasi tentang proses pembelajaran maupun
keberhasilan studi para mahasiswa. Sedang tujuan dari diadakannya evaluasi
adalah sebagai pengidentifiaksian apakah mahasiswa sudah mampu dalam
pengetahuan, pemahaman dan penguasaan bahan yang disajikan dalam mata
kuliah.
5
Suharsimi Arikunto dan Cepe Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan
6
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah,(Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 1996), hal. 172
B. Model-model Evaluasi Kurikulum PAI
Secara garis besar, berbagai konsep atau model evaluasi kurikulum yang
telah dikembangkan selama ini dapat digolongkan ke dalam empat rumpun
model yaitu measurement, congruence, illumination, dan educational system
evaluation.
1. Measurement
Model ini menitik beratkan kegiatan pengukuran perilaku
siswa untuk mengungkapkan perbedaan individual atau kelompok.
Hasil evaluasi digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa,
bimbingan pendidikan dan perbandingan efektivtas antara satu atau
dua program atau metode pendidikan. Obyek evaluasi dititik beratkan
pada hasil belajar, terutama dalam aspek kognitif dan yang dapat
diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibakukan.
8
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung, PT. Rosda Karya,
2014), hlm 281.
9
Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2009), hlm. 188.
10
Ibd., hlm. 190-191
proses pembelajaran yang terjadi mengungkapkan hasil
belajar yang dirancang kurikulum.11
14
Ibid., hlm. 194-195.
15
Ibid., hlm. 195-199.
3) Penafsiran tujuan kurikulum. Pada tahap ini tugas
evaluator adalah memberikan pertimbangan mengenai
nilai tujuan umum pada tahap pertama. Adapun dua
criteria yang dikemukan oleh Taylor dan Maguaire dalam
memberi pertimbangan adalah: Pertama, kesesuaian
dengan tugas utama sekolah. Kedua, tingkat pentingnya
tujuan kurikulum untuk dijadikan program sekolah.
adapun hasil dari kegiatan ini adalah sejumlah tujuan
behavioral yang sudah tersaring dan akan dijadikan tujuan
yang akan dicapai oleh mata pelajaran yang bersangkutan.
4) Mengevaluasi pengembangan tujuan menjadi
pengalaman belajar. Tugas evaluator disini adalah
menentukan hasil dari suatu kegiatan belajar. Menelaah
apakah hasil belajar yang telah diperoleh dapat digunakan
dalam kehidupan dimasyarakat. Karena kurikulum yang
baik adalah kurikulum yang menjadikan hasil belajar yang
diperoleh peserta didik dapat digunakan dalam
kehidupannya di masyarakat.
16
Ibid., hlm. 200.
17
Ibid., hlm. 202.
Alkin juga mengemukakan bahwa ada lima jenis evaluasi,
yaitu: sistem assessment, memberikan informasi tentang
keadaan atau posisi dari suatu sistem. program planning.
membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuhi kebutuhan program. program
implementation, menyiapkan informasi apakah suatu program
sudah diperkenalkan kepada kelompok terntentu yang tepat
sebagaimana yang direncanakan. program improvment,
memberikan informasi bagaimana sebuah sistem bekerja
sekaligus berfungsi. program certification, memberikan
informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.18
18
Zainal Arifin, hlm. 286.
19
Hamid Hasan, hlm. 205.
Perubahan ini harus diikuti sejak peserta didik masuk
sistem hingga keluar system. Perubahan harus diukur meliputi
setiap aspek perubahan yang mungkin terjadi termasuk
didalamnya kemampuan peserta didik dalam melanjutkan
pelajaran ditingkat pendidikan yang lebih tinggi, pada waktu
memasuki lapangan kerja, dalam melakukan pekerjaan bahkan
termasuk aktifitas dalam kehidupna di masyarakat. Dari uraian
diatas kita temukan kelemahan dari model Alkin adalah
keterbatasannya dalam fokus kajian yaitu yang hanya fokus
pada kegiatan persekolahan. Sehingga model ini hanya dapat
digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap
dilaksanakan disekolah.20
23
Ibid., hlm. 212.
e. Model CIPP Model ini dikembangkan oleh sebuah tim
yang diketuai oleh Stufflebeam. Sehingga sesuai dengan
namanya, model CIPP ini memiliki 4 jenis evaluasi yaitu:
evaluasi context (konteks), input (masukan), process
(proses), dan product (hasil).24 Adapun tugas evaluator dari
keempat jenis evaluasi tersebut adalah sebagai berikut:25
24
Mohamad Ansyar, Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain, dan Pengembangan, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2015), hlm. 487.
25
Mohammad Ansyar, hlm. 487-488.
diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi
kebutuhan kelompok yang menggunakannya. Evaluator
mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai
hasil belajar, membandingkannya dengan standard dan
mengambil keputusan mengenai status kurikulum
(direvisi, diganti atau dilanjutkan). Dari uraian diatas
diketahui bahwa model CIPP adalah model evaluasi
yang tidak hanya dilaksanakan dalam situasi inovasi
sedang dilaksanakan, tetapi justru model ini dilakukan
ketika inovasi akan dan belum dilaksanakan.
26
R Ibrahim dan Masitoh, “Evaluasi Kurikulum “ dalam Kurikulum dan pembelajaran.
(Jakarta : Tim Pengembang MKDP FIP UPI, Rajawali Pers, 2011), hlm. 222.
dengan demikian perbandingan antara biaya dengan hasil dapat
dilakukan secara berimbang (fair). Di sini terlihat bahwa penerapan
model costeffectiveness menggunakan pendekatan pengembangan
kriteria preordinate. Dengan menggunakan kriteria pre-ordinate
karakteristik masing- masing kurikulum yang dibandingkan tidak
diperhitungkan.27
27
Ibid.
28
Ibid., hlm. 223.
29
Ibid., hlm. 223-224.
dapat digunakan. Levin menganjurkan agar digunakannya skala
kegunaan (utility scale). Skala ini dapat bergerak dari 0 – 1 tapi
dapat pula bergerak dari 1 – 4, atau skala lainnya. Pokok utama
skala yang digunakan ialah bahwa setiap orang yang jadi
responden memberikan pendapat mereka berdasarkan skala yang
sama.30
Jangan sampai biaya yang tersedia hanya untuk satu atau dua
tahun pelaksanaan implementasi kurikulum sedangkan tahun-tahun
berikutnya dana untuk implementasi kurikulum tidak tersedia,
30
Ibid.
31
Ibid.
tidak cukup atau bahkan masih belum tahu sumbernya. Kalau
ketiga atau salah satu dari ketiga keadaan terakhir yang terjadi,
kontinuitas implementasi kurikulum tidak terjamin, terjadi
pemborosan dalam pengembangan kurikulum, dan kurikulum tidak
akan menghasilkan apa yang dikemukakan dalam ide kurikulum.
32
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 103.
33
Ibid.
penggunaan teknologi sebagai media di dalam penelitiannya
seperti penggunaan film, videotape, kamera dan audiotape.34
34
Ibid., hlm. 105.
35
Ibid.
36
Hamid Hasan, hlm. 233.
interpretasi angka dalam memprediksi penelitian. Parlett dan
Hamilton mengatakan bahwa model ini bertujuan:37
1. Tahap Perisapan
39
Mohammad Ansyar, hlm. 491-492.
40
Jumal Ahmad, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)” (n.d.).2021
41
Sudjana, nana. (2002). Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Tahap persiapan pada dasarnya ,enentukan apa dan
bagaimana penilaian harus dilakukan. Artinya perlu rencana yang
jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan sarana yang
diperlukan. Ada beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam
tahap persiapan ini, yakni:42
2. Tahap Pelaksanaan
42
Sudjana, nana. (2002). Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah
dirncanakan.
b) Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang
dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksana kurikulum dan
kelompok sasaran kurikulum (siswa) maupun data
berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilaian.
c) Menyusun deskripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data
dan informasi yang diperoleh dari hasil penilaian. Deskripsi
tersebut pada hakikatnya adalah melukiskan kurikulum yang
seharusnya dilaksanakan serta membandingkannya dengan
hasil-hasil penilaian sehingga dapat diketahui
kesenjangannya.
d) Menentukan judgment terhadap deskripsi kurikulum
berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan. Judgment
dapat menggunakan dua macam logika yaknilogika vertical
dan horizontal.
e) Menyusun laporan hasil penilaian termasuk rekomendasi-
rekomendasinya, implikasi pemecahan masalah dan tindakan
korektif bagi para pengambil keputusan
perbaikan/penyempurnaan kurikulum.
1. Formatif
2. Sumatif
Rahayu Juwarini, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam”, Paper (Online), dalam
43
1. Perbaikan Program
44
Eli Fitrotul Arofah, “Evaluasi Kurikulum Pendidikan,” Tawadhu 5, no. 2 (2021): 218.
Yaitu peranan evaluasilebih bersifat konstruktif, karena
informasi hasil evaluasi dijadikan masukan bagi perbaikan yang
diperlukan didalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.
Disini evaluasi kurikulum lebih merupakan kebutuhan yang datang
dari dalma sistem itu sendiri karena evaluasi itu dipandang sebagai
faktor yang memungkinkan dicapainya hasil pengembangan yang
optimal dari sistem yang bersangkutan.
45
R Ibrahim dan Masitoh, “Evaluasi Kurikulum “ dalam Kurikulum dan pembelajaran.
(Jakarta : Tim Pengembang MKDP FIP UPI, Rajawali Pers, 2011),
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi kurikulum PAI adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan
Islam yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
pencapaian dan kemajuan siswa yang didasarkan pada kriteria
keberhasilan dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan
siswa yang boleh melanjutkan ke materi selanjutnya dan siswa yang
belum mencapai ketuntasan menapatkan perbaikan (remidi).
Adapun model – model evaluasi kuriulum yaitu measurement,
congruence, illumination, dan educational system evaluation.
Sedangkan prinsip-prinsip evaluasi krikulum adalah tujuan tertentu,
bersifat objektif, bersifat komprehensif, kooperatif dan
tanggungjawab dalam perencanaan efisien, dan berkesinambungan.
Dan manfaat dari evaluasi kurikulum adalah untuk
DAFTAR PUSTAKA