Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dosen Pengampu :
M. Nasrullah, M.A.

Disusun Oleh :
Fitria Nur Aini (210517006)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN PONOROGO
FEBRUARI 2019

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pendidikan terdapat sistem yang mengatur berjalannya proses
pembelajaran yaitu tujuan, materi, pendidik, peserta didik, metode, media, dan
evaluasi. Beberapa hal tersebut harus ada dalam proses pendidikan agar dapat
berjalan secara efektif.
Di samping itu perlu adanya evaluasi pendidikan yaitu evaluasi
terhadap kurikulum untuk mengawasi, mengontrol jalannya kurikulum untuk
menjadikan pendidikan lebih baik, dan semakin maju. Sebuah pembelajaran
apapun sangat penting untuk dilakukannya sebuah evaluasi untuk mengetahui
proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Evaluasi kurikulum merupakan komponen penting untuk
pengembangan program pendidikan dan meningkatkan kualitas serta mutu
pendidikan. Evaluasi kurikulum sebagai usaha mengumpulkan informasi
mengenai kurikulum yang di terapkan dalam suatu pembelajaran.
Di Indonesia masih sering terjadi perubahan kurikulum. Adanya
perubahan kurikulum tersebut tidak lepas dari perubahan zaman yang semakin
berkembang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses perbaikan
dari kurikulum sebelumnya yang didapatkan dari hasil evaluasi yang
dilakukan. Kemudian, hasil evaluasi kurikulum menjadi tolak ukur dan bahan
pertimbangan dalam menentukan serta menetapkan model kurikulum
selanjutnya.
Pembahasan dalam makalah ini membahas tentang evaluasi kurikulum
yang lebih dikhususkan dalam pembelajaran bahasa arab. Memuat bagaimana
evaluasi dilakukan dan hal-hal mengenai evaluasi kurikulum dalam
pembelajaran bahasa arab.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat evaluasi dalam kurikulum?
2. Mengapa perlu diadakannya evaluasi kurikulum dalam proses
pembelajaran bahasa arab?

1
2

PEMBAHASAN

A. Evaluasi Kurikulum
1. Pengertian Evaluasi Kurikulum
Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation. secara istilah,
evaluasi berkaitan dengan keyakinan bahwa suatu hal itu baik, dan buruk,
benar atau salah, kuat atau lemah, cukup atau belum, dan sebagainya.
Evaluasi merupakan proses memahami, memberi, dan mengambil
keputusan atau suatu proses sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan telah dicapai.1
Evaluasi melengkapi siklus pengembangan dan implementasi
kurikulum. Evaluasi menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui
apakah tujuan kurikulum dan pembelajaran sudah tercapai?”. Jawaban atas
pertanyaan tersebut berkaitan dengan pertimbangan kualitas dan tujuan
pembelajaran sebagai kriteria keberhasilan pendidikan. Secara ideal,
evaluasi menilai hasil implementasi kurikulum sejauh mana siswa
memnuhi kriteria atau standart yang ditentukan.2
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang dikarang oleh Pius A Partanto
dan M Dahlan Al-Barry, “evaluasi diartikan sebagai penaksiran, penilaian,
perkiraan keadaan, penntuan nilai.”
Evaluasi merupakan bagian intregal dalam suatu proses
pembelajaran. Artinya, evaluasi tidak dapat dipisahkan dalam proses
pembelajaraan sebagai usaha memantau perkembangan siswa,
perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental, dan kejiwaan.3
Evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga menjadi
tanggung jawab siswa. Artinya, dalam evaluasi, siswa dilibatkan oleh
guru, sehigga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk

1
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya, 1984), h.3
2
Mohamad Ansyar, Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain, Dan Pengembangan,
(Jakarta:PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), h. 450
3
Nur Sholeh, dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, (Jogjakarta: Diva
Press, 2013), h.224

2
3

memantau keberhasilannya sendiri dalam proses pembelajaran (self


evaluation).
Dari beberapa pengertian evaluasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa, evaluasi kurikulum merupakan bagian proses dari pengembangan
kurikulum. Karena untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan kurikulum
diperlukan asesmen atau evalu\asi hasil belajar. Evaluasi kurikulum
berkaitan dengan proses untuk mengetahui nilai dan efektifitas tingkat
pencapaian tujuan, baik pada tingkat nasional, regional, atau sekolah,
maupun ditingkat sekolah dan mata pelajaran.4
Selain itu, evaluasi kurikulum merupakan serangkaian kegiatan
yang terencana untuk mengukur efektifitas kurikulum dengan
menggunakan alat ukur yang ditentukan dan hasilnya dapat dibandingkan
dengan ketentuan yang telah ada. Sasaran evaluasi kurikulum adalah
evaluasi terhadap komponen-komponen kurikulum yang meliputi analisis
terhadap kebutuhan, tujuan-tujuan pembelajaran, penentuan isi, pemilihan
terhadap strategi, pengembangan organisasi belajar. Selain hal tersebut,
pendukung kurikulum, meliputi usaha-usaha, kepala sekolah, guru, sarana-
prasarana, kebijakan, finansial, dan kepemimpinan dalam mendorong
terlaksananya kurikulum yang baik.5
Tanpa evaluasi, guru tidak dapat mengetahui kondisi kurikulum
dalam pelaksanaan, dan hasilnya.6

2. Proses Evaluasi Kurikulum


Secara berkala, kurikulum perlu dievaluasi dan disempurnakan
karena sebagai komponen utama dari pendidikan, juga sebagai sistem
sosial yang berinteraksi dengan sistem lainnya. Di dalam pendidikan,
kurikulum selalu berada dalam perubahan dan perkembangan.

4
Nur Sholeh, dan Ulin Nuha, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab, (Jogjakarta: Diva
Press, 2013), h. 451
5
Ahmadi, Evaluasi Kurikulum 2013: Perspektif Balance Scorecard, (Ponorogo: STAIN Po
PRESS, 2016), h.9
6
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 10
4

Proses kurikulum berlangsung secara berkesinambungan dan


merupakan keterpaduan dari semua dimensi pendidikan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses evaluasi
kurikulum berlangsung secara bertahap dan berjenjang, yaitu:7
a. Proses analisis kebutuhan dan kelayakan sebagai langkah awal untuk
mendesain kurikulum.
b. Perencanaan dan pengembangan suatu kurikulum sesuai kebutuhan
lembaga pendidiakan.
c. Implementasi/pelaksanaan kurikulum yang berlangsung dalam suatu
proses pembelajaran.
d. Evaluasi kurikulum untuk mengetahui tentang tingkat keberhasilan
kurikulum.
e. Perbaikan kurikulum berdasarkan hasil evaluasi terhadap
keterlaksanaan dan kelemahannya setelah dilakukan penilaian
kurikulum.
f. Penelitian evaluasi kurikulum, dalam hal ini berkaitan erat dengan
tahap-tahap proses lainnya tetapi lebih mengarah pada pengembangan
kurikulum sebagai cabang ilmu dan teknologi.

3. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab


Evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga menjadi
tanggung jawab siswa. Artinya, dalam evaluasi, siswa dilibatkan oleh
guru, sehigga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk
memantau keberhasilannya sendiri dalam proses pembelajaran (self
evaluation).
Perubahan kurikulum sekarang ini membawa implikasi terhadap
evaluasi atau penilaian. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan yang memadai baik ecara konseptual
maupun secara praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk

7
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 11-12
5

menentukan apakah penguasan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran


telah berhasil dikuasai siswa atau belum. Secara umum, penilaian adalah
proses sistematis pengumpulan informasi untuk memberikan keputusan
terhadap hasil kerja.8
Ada beberapa bentuk penilaian berbasis kelas (PBK), antara lain:
a) Penilaian Tertulis (Paper and Pen)
Penilaian tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis
merupakan tes dengan soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik di dalam bentuk tulisan. Penilaian tertulis biasanya diadakan
untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu. Dari berbagai
alat penilaian tertulis, alat penilaian jawaban benar salah, isian singkat,
dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan
berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat pengetahuan. Pilihan
ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
memhami namun, pilihan ganda mempunyai kelemahan yaitu siswa
tidak mengembangkan sendiri jawabannya, tetapi cenderung hanya
menerka jawaban benar. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa
tidak belajar untuk memahami pelajaran, tetapi menghafalkan soal dan
jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya
karena tidak menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.9
Esai merupakan alat penilaian yang menuntut siswa untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-
hal yang sudah dipelajari dengan cara mengembangkan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai
jenis kemampuan misalnya, mengemukakan pendapat, berpikir logis,
dan menyimpulkan. Namun kelemahannya, cakupan materi yang
ditanyakan terbatas . dalam melakukan pemeriksaan soal esai, perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
8
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan
Pengembangan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 78
9
Ibid, h. 118
6

1) Siapkan pedoman penilian atau penskoran segera setelah menulis


soal untuk memeriksa jawaban siswa kelak.
2) Bacalah jawaban siswa lalu bandingkan dengan jawaban yang ada
pada pedoman.
3) Berikan skor sesuai dengan tingkat kelengkapan dan kesempurnaan
jawaban siswa. Semakin lengkap jawabannya, semakin tinggi
skornya, dan sebaliknya.
4) Periksalah seluruh jawaban siswa pada nomor yang sama, baru
kemudian dilanjutkan memeriksa jawaban nomor berikutnya. Hal
ini perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan objektifitas
pemberian skor.
5) Hindari faktor-fakto yang tidak relevan dalam pemberian skor,
seperti bagus tidaknya tulisan, kedekatan hubungan guru dengan
siswa, dan perilaku siswa yang menyenangkan atau membosankan.
b) Penilaian Unjuk Kerja (Performance)
Pada kurikulum, tercantum banyak hasil belajar yang
menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Untuk menilai
hasil belajar tersebut, dibutuhkan pengamatan terhadap siswa ketika
melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan
hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang
terjadi terkait dengan psikomotorik. Cara penilaian ini lebih auntentik
daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan
kemampuan siswa yang sebenarnya.10
Semakin guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin
terpercaya hasil penilaian kemampuan siswa. Penilaian model seperti
ini lebih tepat digunakan unruk diskusi, pemecahan masalah, dan
partisipasi siswa dalam kelompok.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat
penilaian unjuk kerja antara lain :

10
Ibid.
7

1) Identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan


atau yang akan mempengaruhi hasil akhir.
2) Tulisnkan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
3) Usahakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak
sehingga semua dapa diamati.
4) Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang
akan diamati.
5) Bila menggunakan skara rentang, perlu disediakan kriteria unuk
setiap pilhan (kompeten apabila siswa...cukup kompeten apabila
siswa...kurang kompeten apabila siswa...)
Hal lain yang perlu mendapat perhaian adalah cara
mengamatidan memberi skor terhadap unjuk kerja siswa. Penilaian
sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas
dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.11
c) Penilaian Produk
Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada
siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan atau menggunakan
bahan unruk menghasilkan sesuatu, kerja praktik, atau kualitas dari
sesuatu yang mereka produksi. Penilaian ini meliputi penilaian terhaap
kemampuan siswa membua produk-produk teknologi dan seni yang
berhubungan dengan pembelajaran bahasa arab.
Penilaian produk ini tidak hanya melihat hasil akhirnya saja,
tetapi juga proses pembuatannya. Tahap persiapan meliputi menilai
kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan
gagasan, serta mendesain produk. Selanjutnya tahap produksi meliputi
menilai kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat,
serta teknik. Terakhur tahap refleksi meliputi menilai kemampuan

11
Ibid, h.119
8

siswa dalam hal estetika, kesempurnaan, produk, fungsional, dan


keorsinilan.12
d) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kesimpulan informasi yang menunjukkan perkembangan
kemampuan seorang siswa dalam satu periode. Kumpulan karya ini
menggambarkan taraf kemampuan atau kompetensi yang tlah dicapai
seorang siswa.13
Hal penting yang menjadi ciri portofolio adalah karya tersebut
dapat diperbaiki jika siswa menghendakinya. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlibatkan perlembangan kemampuan belajar
siswa. Karya tersebut harus selalu diberi tanggal sehingga dapat
terlihat perekembangan dari waktu ke waktu. Untuk itu, guru bahasa
dapat menggunakan portofolio untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berbocara. Contoh portofolio rekaman
berbicara siswa yang dikumpulkan terus-menerus dalam waktu tertentu
dapat dimasukkan dalam portofolio berbicara.
Untuk melihat kesulitan siswa dalam mengarang, guru dapat
mengumpulkan tulisa-tulisan siswa.
e) Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu objek.
Sikap juga sebai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku
atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu afektif, kognitif, dan
konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seorang
atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah

12
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, h. 115
13
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum: Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
(Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010), h.204
9

kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun


komponen konatifnadalah kecenderungan untuk berperilaku atau
berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap.
Secara umum, objek sikap perlu dinilai dalam proses
pembelajaran berbagai mata pelajaran antara lain:
1) Sikap terhadap materi pelajaran.
2) Sikap terhadap guru atau pengajar.
3) Sikap terhadap proses pembelajaran
4) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan denga
materi pelajaran.
5) Sikap berhubungan dngan kompetensi afektif yang relevan dengan
ata pelajaran.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah observasi perilaku,
pertanyaan langsung dan laporan pribadi.
f) Penilaian Proyek
Penilaian penugasan merupakan penilaian untuk mendapatkan
gambaran kemampuan menyeluruh atau umum secara kontekstual
mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan
pemahaman mata pelajaran tertentu. Penilaian proyek merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dlam
periode atau waktu tertentu.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan,
dan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.14
Dalam penilaian proyek ada tiga hal yang haru
dipertimbangkan, antara lain:

14
Masnur Muslich, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar Pemahaman dan
Pengembangan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.105
10

1) Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik memilih


topik.
2) Relevansi kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya dengan mempertimbngkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
g) Penilaian Diri (Self Assessment)
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta
didik diminta untuk menilai dirinya sendiri terkait status, proses, dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran bahasa arab. Teknik penilaian diri dapar digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.15

B. Hakikat Kurikulum
1. Tujuan Evaluasi Kurikulum
Secara ideal, evaluasi perlu untuk mengungkap manfaat kurikulum
secara keseluruhan seberapa jauh kurikulum telah memenuhi kebutuhan
siswa sesuai standar pendidikan. Artinya, bahwa evaluasi menilai
kurikulum dan implementasinya dalam pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, pendiik mengumpulkan data dan mengintrepretasi data tersebut
yang hasilnya bermanfaat sebagai masukan bagi pengambilan keputusan,
apakah menerima, mengubah atau menghapus aspek tertentu dari
kurikulum.
Jadi, evaluasi merupakan bagian intregal kurikulum karena sebagai
instrumen untuk menentukan apakah kurikulum menghasilkan
pembelajaran efektif, atau sebaliknya.

15
Depdiknas, Model Penilaian SMA atau MA (Jakarta: Pusat Penelitian Pendidikan
Nasional Pusat Kurikulum, 2007), h.13
11

Dari hasil evaluasi yang telah dilakuan banyak informasi yang


diperoleh, bukan hanya untuk mengetahui efektivitas pendidikan, tetapi
juga masukan bagi perbaikan kurikulum, pengambilan keputusan dan
akuntabilitas pendidikan, serta peran evaluasi pengembangan dan
implementasi kurikulum.
Evaluasi kurikulum tidak cukup dari hasil esesmen efektivitas
kurikulum saja untuk mengetahui prestasi belajar siswa sesuai standar,
tetapi juga perlu evaluasi profesionalisme guru, akuntabilitas sekolah,
ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya, lingkungan sekolah, serta
berbagai faktor lain yang berkontribusi pada efektivitas kurikulum.
Jadi, evaluasi bukan hanya pada akhir tahun program, tetapi juga
pada beberapa waktu ketika akhir pembelajaran diimplementasikan.untuk
mengetahui manfaat dan efektivitas pendidikan.
Dua tujuan utama evaluasi menurut Lisa Carter yaitu, pertama agar
pendidik bisa memilih bukan saja konten kurikulum dan strategi
intruksional yang tepat, tetapi juga siswa mana yang kaya dengan
pengalaman pendidikan. Kedua, untuk mengumpulkan informasi dan data
sebagai dasar pengambilan keputusan bagi peningkatan hasil belajar siswa.
Menurut Carter, bertujuan untuk menyesuaikan kurikulum bagi
kebutuhan siswa. Oleh sebab itu, evaluasi merupakan bagian intregal dari
proses pengembangan kurikulum.
Wiles berpendapat bahwa, evaluasi kurikulum juga bermanfaat
bagi kepastian apakah kurikulum berfungsi baik untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan.16
Dapat disimpulkan bahwa tujuan kurikulum berbeda-beda
tergantung dari konsep pengertian seseorang tentang evaluasi. Evaluasi
kurukilum dimaksudkan untuk keperluan perbaikan program,
pertanggungjawaban kepada berbagai pihak, dan penentuan tindak lanjut
hasil pengembangan. Bisa disebut juga dengan penyempurna kurikulum

16
Mohamad Ansyar, Kurikulum: Hakikat, Fondasi, Desain, dan Pengembangan, (Jakarta:
PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), h.461-462
12

dengan cara mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum yang telah


berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.17
Di sampimg tujuan evaluasi kurikulum, terdapat fungsi evaluasi
kurikulum. Menurut Eisner memiliki lima fungsi yaitu mendiagnosis,
merevisi kurikulum, membandingkan, mengantisipasi kebutuhan
pendidikan, dan menentukan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai.

2. Peran Evaluasi
Peran evaluasi adalah menilai hasil belajar siswa. Penilaian ini
dilakukan melalui assesmen prestasi siswa sebagai pertimbangan bagi
pengambil keputusan tentang kurikulum, pembelajaran, dan siswa.
Dari tujuan evaluasi tersebut terlihat beberapa peran evaluasi
dalam konteks sekolah. Bagi sebagian siswa, evaluasi memberi motivasi
kepada mereka agar belajar lebih serius, bagi sebagian lain, evaluasi
merupakan sesuatu yang menakutkan atau sebagai paksaan, bahkan suatu
ancaman yang mengkhawatirkan.
Bagi guru, evaluasi berperan sebagai kontrol atau motivasi agar
bekerja lebih profesional. Adapun bagi sekolah, evaluasi sebagai
pengelompokan siswa dalam beberapa kelas. Di masyarakat, evaluasi
sering menimbulkan ketegangan, stres, kecemasan, kekhawatiran, atau
ketidakpercayaan pada sekolah dan pendidikan. Karena itum siswa dan
masyarakat perlu diberi penjelasan tentang peran dan tujuan evaluasi
sebagai bagaian integral kurikulum.18
Sebagai bagian intregal pendidikan, kurikulum dan pembelajaran,
evaluasi merupakan untuk kepentingan pendidikan itu sendiri, yaitu
menemukan hal-hal yang perlu ditingkatkan dan disempurnakan baik
perbaikan kurikulum maupun peningkatan kualitas pendidikan serta
akuntabilitas pendidikan.

17
Ahmadi, Evaluasi Kurikulum 2013: Perspektif Balance Scorecard, (Ponorogo: STAIN
PO Press, 2013), h. 13-14
18
Mohamad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembanganm (Jakarta:
PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), h.465-466
13

Selain itu, evaluasi merupakan penilaian terhadap kurikulum itu


sendiri. Kurikulum dievaluasi untuk mengetahui apakah sasaran yang
ditetapkan tercapai atau tidak.setelah implementasi kurikulum. Evaluasi
juga berperan sebagai petunjuk untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan itu sudah benar atau revisi.
Jadi, evaluasi sangat berperan dalam pengembangan kurikulum
sebagai instrumen pendorong pendidik untuk selalu berupaya menemukan
strategi yang ampuh bagi perbaikan kurikulum dan pembelajaran. Evaluasi
tidak dapat dipisahkan dari desain kurikulum dan desai pembelajaran yang
dilakukan mlalui pengumpulan semua data dan informasi relevan untuk
mengetahui sinkronisasi antar seua komponen kurikulum. Apabila tidak
ada sinkroniasi, maka menjadi masukan bagi perbaikan kurikulum.19

3. Prinsip Evaluasi Kurikulum.


William Glaser menegaskan bahwa asesmen atau evaluasi harus
memenuhiprinsip berikut
a. Mengembangkan potensi siswa
b. Memfasilitasi pembelajaran siswa.
c. Mengavu pada kriteria yang jelas.
d. Mencakup seluruh aspek kurikulum, pengetahuan dan keterampilan.
e. Memakai berbagai setrategi.
f. Memungkinkan siswa menilai diri semdoro agar mengetahui
perkembangan belajarnya.
g. Memungkinkan negosiasi tugas tertentu.
h. Mengidentifikasi kekuatan dan prestasi siswa.
i. Mendorong pencapaian berbagai hasil belajar yang diinginkan.
j. Memungkinkan siswa belajar bersama.
Jadi, hasil evaluasi bukan hanya terkait pengukuran keberhasilan
atau kegagalan pembelajaran siswa, tetapi juga nagi kepentingan siswa

19
Mohamad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Pondasi, Desain, dan Pengembangan,(Jakarta PT
Fajar Interpratama Mandiri 2015), h.466
14

seperti kemajuan pembelajaran, objektivitas hasil evaluasi, etika, validitas,


dan keadilan.20
Prinsip tesebut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan agar
dalam melakukan evaluasi nantinya sudah terarah sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan prinsip sehingga tujuan
evaluasi akan tercapai.

C. Kedudukan Evaluasi Dalam Kurikulum


1. Kurikulum Adalah Suatu Program
Ciri suatu program adalah sistematik, sistemik, dan terencana.
Sistematik artinya keteraturan maksudnya adalah kurikulum dilakukan
melalui langkah-langkah tertentu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai evaluasi. Setiap langkah harus bersyarat, yaitu langkah pertama
merupakan syarat untuk masuk langkah kedua, langkah kedua merupakan
syarat untuk masuk langkah ketiga dan seterusnya.
Sistematik menunjukkan suatu sistem. Artinya di dalam suatu
kuikulum terdapat berbagai komponen antara lain tujuan, isi atau materi,
metode, media, sumber tujuan, evaluasi, peserta didik, lingkungan, dan
guru yang saling berhubungan dan ketergantungan satu sama lain serta
terdiri disusun melalui proses pemikiran yang matang.
Perencanaan kurikulum merupakan langkah pertama yang harus
dilakukan dalam pengembangan kurikulum, kemudian dilaksanakan dalam
situasi nyata. Untuk mengetahui kesesuaian antara pelaksanaan dengan
perencanaan kurikulum, maka harus dilakukan evaluasi.21

20
Mohamad Ansyar, Kurikulum Hakikat, Pondasi, Desain, dan Pengembangan,(Jakarta:
PT Fajar Interpratama Mandiri 2015), h.467
21
Zinal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2017), h.266-267
15

2. Guru Sebagai Pengembang Kurikulum Perlu Megetahui Keefektifan


dan Efisien Sistem Kurikulum
Ketika peserta didik selesai mengikuti kegiatan kurikulum, tentu
mereka ingin mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai. Untuk itu, guru
harus melakukan kegiatan evaluasi. Dalam kurikulum terdapat proses
sebab akibat. Gur yang menyampaikan isi kurikulum merupakan penyebab
utama bagi terjadinya proses belaja peserta didik, meskipun tidak setiap
proses belajar peserta didik merupakan akibat perbuatan guru
menyampaikan isi kurikulum. Oleh karena itu, guru sebagai figur sentral
harus memilih isi dan menetapkan strategi pengembangan kurikulum yang
tepat sehingga dapat mendoromh perbuatan belajar pesera didik yang aktif,
konstruktif, produktif, inovatif, dan efektif.
Dalam pengembangan kurikulum, guru akan melakukan kegiatan
evaluasi, termasuk menilai proses dan hasil belajar yang berupa dampak
pembelajaran. Peran pserta didik adalah melakukan kegiatan belajar yag
digolomgkan sebagai dampak pengiring. Jika kegiatan belajar berakhir,
berarti peserta didik memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Tindak mengajar tersebut
tentu diakhiri dengan kegiatan evaluasi.
Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya proses
puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan dampak tindakan guru,
sebagai bentuk penguasaan kompetensi. Hasil belajar tersebut dapat
dibedakan menjadi dampak pembelajaran dan dampak pengiring. Dampak
pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti terlihat dalam buku
rapor dan ijazah. Dampak pengiring adalah penerapan kompetensi di
bidang lain yang merupakan transfer of learning.
Dengan demikian, kedudukan evaluasi dapat dilihat sebagai salah
satu komponen penting dalam sistem kurikulum bahkan sebagai salah satu
prinsip kurikulum.22

22
Zinal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2017), h.267-268
16

D. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum


Kurikulum dapat dipandang dari dua sisi. Sisi pertama kurikulum
sebagai suatu program pendidikan atau kurikulum sebagai suatu dokumen, dan
sisi kedua kurikulum sebagai suatu proses atau kegiatan.
1. Evaluasi kurikulum sebagai suatu program atau dokumen.
Suatu program atau dokumen, kurikulum memiliki beberapa komponen
pokok, yaitu tujuan yang ingin dicapai, isi atau materi kurikulum itu
sendiri, strategi pembelajaran yang direncanakan, serta rencana evaluasi
keberhasilan.
2. Evaluasi Tujuan Pendidikan
Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang ada dalam
dokumen kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai dokumen adalah
evaluasi terhadap tujuan, setiap mata pelajaran terdapat sejumlah kriteria
untuk menilai tujuan.
a. Apakah tuuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan
untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan?
b. Apakah tujuan itu mudah dipahami oleh setiap guru?
c. Apakah tujuan yang dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa?23
3. Evaluasi terhadap isi atau materi kurikulum.
Bahwa yang dimaksud dengan isi adalah seluruh pokok bahasan
yang diberikan dalam setiap mata pelajaran.Sejumlah pertanyaan yang
dapat dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi kurikulum di
antaranya:
a. Apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan
seperti yang telah ditetapkan?
b. Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan
atau penemuan-penemuan yang mutakhir?
c. Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik
lingkungan dimana anak tinggal?

23
Wina Sanjaya, kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h.
17

d. Apakah urutan isi kurikulum sesuai karakteristik isi atau materi


kurikulum?
4. Evaluasi terhadap strategi pembelajaran.
Sebagai suatu pedoman bagi guru, kurikulum juga seharusnya
memuat petunjuk-petunjuk bagaimana cara pelaksanaan pembelajaran
atau cara mengimplementasikan kurikulum didalam kelas. Salah satu
aspek yang berhubungan dengan implementasi kurikulum adalah aspek
pedoman perumusan strategi pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat
diajukan untuk menilai pedoman strategi belajar mengajar di antaranya:
a. Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dan dapat
mendukung untuk keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan?
b. Apakah strategi pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong
aktivitas dan minat siswa untuk belajar?
c. Bagaimana keterbataan guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi
pembelajaran yang direncanakan?
d. Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong
kreativitas guru?
e. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
soswa?
f. Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia?
5. Evaluasi terhadap program penilaian.
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan adalah:
a. Apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai?
b. Apakah evaluasi diprogramkan untuk mencapai 1ungsi evaluasi baik
sebagai formatif atau sumatif?
Evaluasi yang dirumuskan bukanlah evaluasi -yng hanya sekadar
untuk melihat keberhasilan siswa yang kemudian dinamakan evaluasi hasil
belajar, akan tetapi juga perlu diuji evaluasi yang dapat menguji
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kedua fungsi
ini sangat penting. Evaluasi hasil belajar dapat mengukur sejauh mana
18

siswa dapat mencapai target kurikulum yang kemudian memiliki arti untuk
melihat kedudukan siswa dalam kelompoknya asedangkan melalui
evaluasi proses dapat dijadikan umpan balik guru dalam memperbaiki
kinerjanya, sehingga guru dapat memperaiki kelemahan dalam mengajar.
6. Evaluasi pembelajaran merupakan implementasi kurikulum.
Bebrapa hal yan dapat dinilai dari proses implementasi tersebut adalah
a. Apakah imolememtasi kurikulum sesuai dengan program yang
direncanakan?
b. Sejauh mana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai?
c. Apakah secara keseluruhan implementsi kurikulum dapat terlaksana
secara efektif dan efisien?
19

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hakikat evaluasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dengan evaluasi. Evaluasi kurikulum adalah suatu proses mengumpulkan
berbagai informasi dalam membuat keputusan tentang progam
pembelajaran. Evaluasi dilakukan sebagai pengendalian jalannya
kurikulum dalam proses pembelajaran. melalui beberapa proses dan
langkah-langkah tertentu dengan mempertimbangkan tujuan, fungsi,
peran dan prinsip evaluasi kurikulum agar evaluasi kurikulum dapat
dilaksanakan dengan baik untuk ke depannya.
Melihat pengertian evaluasi sangatlah berbeda-beda karena sesuai dengan
tujuan diadakannya evaluasi. Evaluasi kurikulum dilakukan tidak hanya
mengevaluasi guru atau pendidik saja, akan tetapi melihat dan
mengevaluasi kurikulum dari sudut pandang peserta didik.
2. Evaluasi kurikulum dalam pembelajaran bahasa arab perlu dilakukan
karena evaluasi merupakan suatu cara atau proses untuk mengukur dan
mengetahui serta menilai sejauh mana kurikulum yang telah diaplikasikan
apakah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Apabila suatu kurikulum yang telah berjalan dan settelah dilakukan
evaluasi ternyata membutuhkan perbaikan, pembaruan, atau
pengembangan, maka kurikulum perlu diperbaiki atau dikembangkan dan
direvisi sesuai dengan hasil evaluasi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan serta untuk mencapai tujuan kurikulum. Evaluasi kurikulum
dalam pembelajaran bahasa arab dapat dilakukan dengan beberapa cara
sesuai dengan guru atau pendidik seperti melalui pengumpulan data atau
nilai dan pengamatan langsung kepada peserta didik.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, (2016) Evaluasi Kurikulum 2013: Perspektif Balance Scorecard,


Ponorogo: STAIN Po Press.

Ansyar, Mohamad, (2015) Kurikulum: Fondasi, Desain, Dan Pengembangan,


Jakarta: PT Fajar Interprataa Mandiri.

Arifin, Zainal, (2017) Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Depdiknas, (2007 )Model Penilaian SMA atau MA, Jakarta: Pusat Penelitian
Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum.

Muslich, Masnur, (2009) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan): Dasar


Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim, (1984) Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Raharjo, Rahmat, (2010) Inovasi Kurikulum: Pengembangan Kurikulum dan


Pembelajaran, Yogyakarta: Magnum Pustaka.

Sanjaya, Wina, (2010) Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:
Kencana.

Sholeh, Nur, dan Nuha, Ulin, (2013) Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab,
Jogjakarta: Diva Press.

20

Anda mungkin juga menyukai