Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI KURIKULUM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : I0
NAMA ANGGOTA : DEWI RAHMADHANI
MUSTAFA KAMAL
CHATIBUL UMAM
ZAHRINA
DENI SUWANDA
JUHARDI

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA INSTITUT KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO 2022
EVALUASI KURIKULUM

A. Pendahuluan

Pendahuluan Dalam proses kegiatan belajar mengajar, kurikulum merupakan aspek

yang sangat penting karena kurikulum menentukan isi dan tujuan akan dibawa ke arah

mana suatu proses pendidikan tersebut. Kurikulum sebagai pedoman penting dalam

proses pendidikan bukanlah merupakan sesuatu yang mutlak, tapi berjalan dan mengalir

selaras dengan kebutuhan proses pendidikan itu sendiri. Evaluasi dan Kurikulum

merupakan dua disiplin yang memiliki hubungan sebab akibat. Hubungan antara evaluasi

dan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya secara evolusioner. Evaluasi merupakan

kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus, untuk mengetahui proses dan hasil

pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang ditentukan.

Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan

kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan

dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang

kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan

menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model

kurikulum yang digunakan.

Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala

sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu

perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu

pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya.

1
Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat, pendidikan harus bisa

mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi, kurikulum yang dijalankan juga harus

berkembang dan berinovasi sesuai dengan kebutuhan, tidak bisa menggunakan kurikulum

lama yang sudah tidak relevan dengan keadaan. Oleh karena itu, sangat penting untuk

mengevaluasi kurikulum yang telah ada, apakah masih sesuai atau perlu dikembangkan

lagi.

A. Pengertian Evaluasi kurikulum

Evaluasi kurikulum adalah sebuah konsep yang memiliki makna dan cakupan yang sangat

luas dan beragam. Oleh karena itu, konsep yang digunakan oleh para ahli dan praktisi

kurikulum juga sangat beragam. Terjadinya keragaman tersebut utamanya disebabkan oleh

beragamnya pemaknaan atas kurikulum dan konsep tujuan evaluasi itu sendiri.

Kurikulum dapat pula dimaknai secara tradisional yang lebih menekankan kurikulum

hanya sebagai isi atau materi pendidikan/pembelajaran atau dimaknai secara modern yang

menekankan kurikulum bukan sekedar sebagai isi atau materi tetapi juga sebagai sebuah proses

pendidikan/ pembelajaran. Kurikulum yang dimaknai secara sempit atau luas dan tradisional

atau modern akan berdampak pada konsep dan cakupan evaluasi kurikulum yang digunakan

dan dirancang. Hal ini juga berdampak pada simpel atau kompleknya konsep evaluasi yang

dirancang.

Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai dari sesuatu. 1

Evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk

mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat

keputusan akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang

akan ditetapkan.2 Tyler seperti yang dikutip Sukmadinata menyatakan bahwa evaluasi adalah

proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan.

Sedangkan pengertian kurikulum, menurut Glatthorn dalam buku Zaini adalah sebagai rencana

2
_______________
1. W. Nurkancana, Evaluasi pendidikan, (Surabaya:Usaha Nasional,1996)h 1

2. M. Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi. (Yogyakarta: Teras, 2009)h 140

yang dibuat untuk membimbing anak belajar di sekolah, disajikan dalam bentuk dokumen yang

sudah ditentukan, disusun berdasarkan tingkat-tingkat generalisasi, dapat diaktualisasikan

dalam

kelas, dapat diamati oleh pihak yang berkepentingan dan dapat membawa perubahan tingkah

laku .3

Menurut Micheal Scriven dalam buku Nurgiantoro, mengemukakan bahwa proses

penilaian terdiri dari tiga komponen, yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan,

dan pembuatan keputusan. Ia mengartikan evaluasi sebagai “proses memperoleh informasi,

mempergunakannya sebagai bahan pembuatan pertimbangan, dan selanjutnya sebagai dasar

pembuatan keputusan”. Tyler dalam buku Hamalik, berpendapat bahwa evaluasi kurikulum

pada dasarnya adalah suatu proses untuk mengecek keberlakuan kurikulum yang harus

diberlakukan ke dalam empat tahap yaitu sebagai berikut:

1. Evaluasi tehadap tujuan pembelajaran.

2. Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum atau proses pembelajaran yang meliputi

metode, media dan evaluasi pembelajaran.

3. Evaluasi terhadap efektifitas, baik efektifitas waktu, tenaga dan biaya.

4. Evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai. 4

Evaluasi kurikulum memegang peran sangat penting baik dalam penentuan

kebijakansanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan

dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang

3
kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan

menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model

____________________
3. Ahmad, Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Pustaka Setia, 2009)h 15

4. Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.)h 52

kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh

guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami

dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan

alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas pendidikan lainnya. 5

B. Model-Model Evaluasi Kurikulum

Secara teoritis setidaknya kurikulum dapat dikelompokkan dalam empat model,

yaitu: (1) Kurikulum Subyek Akademik; (2) Kurikulum Humanistik; (3) Kurikulum

Rekonstruksi Sosial; dan (4) Kurikulum Teknologis. Meskipun secara teoritis

kurikulum umumnya dikelompokkan dalam empat model tersebut, namun dalam

kenyataanya terdapat juga model kurikulum yang merupakan perpaduan dari keempat

model tersebut.6

Evaluasi kurikulum merupakan suatu bahasan yang luas, meliputi banyak kegiatan

dan sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan studi yang berdiri

sendiri. Ada beberapa model evaluasi kurikulum, yaitu:

Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model). Model evaluasi

kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologi

serta ekperimen lapangan.

4
___________________________

5. N. Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996). h 172

6. Syafruddin Sabda, Pengembangan Kurikulum.(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015).

Salah satu pendekatan dalam evalusai yang menggunakan eksperimen lapangan adalah

comparative approach, yaitu dengan mengadakan perbandingan antara dua macam

kelompok peserta didik.

2) Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented

evaluation model). Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting

dari proses pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan

kurikulum lain, tetapi diukur dengan seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu.

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan

atau kompetensi tersebut.

3) Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model).

Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya berlawanan dengan

model evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Evaluasi Kurikulum Pendidikan Islam I

175 Menurut pendapat Scriven, seorang evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang

menjadi tujuan pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya. Cara

dengan memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik hal-hal

positif yang diharapkan maupun hal-hal negatif yang tidak diinginkan.

4) Model campuran multivariasi. Model campuran multifariasi adalah strategi

evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari beberapa model evaluasi kurikulum. Model

ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak

5
keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan kriteria khusus dari masing-masing

kurikulum.

5) Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC) Model ini

menggambarkan keseluruhan program evaluasi kurikulum dalam sebuah kubus. Kubus

ini memiliki tiga bidang, bidang pertama adalah perilaku (behavior) yang meliputi

perilaku cognitive, affective, psychomotor. Bidang kedua adalah pembelajaran

(instruction), yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas atau sarana dan

pendanaan. Bidang ketiga adalah kelembagaan (institution) yang meliputi guru, murid,

administrasi, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat.

6) Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product). Model ini dikembangkan

oleh Stufflebeam (1967) dan kawankawan di Ohio State University AS dan model ini

paling banyak diikuti oleh para evaluator. Model ini memandang bahwa kurikulum

yang dievaluasi adalah sebuah sistem, maka apabila evaluator telah menentukan untuk

menggunakan model CIPP, maka evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut

berdasarkan komponen-komponen model CIPP.

7) Model Ten Brink. Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi

kurikulum yaitu: Tahap persiapan, Tahap pengumpulan data melalui dua langkah yaitu

memperoleh informasi yang diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi, dan

tahap penilaian.

8) Model Pendekatan Proses. Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini

tumbuh dan berkembang secara kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting.

6
9) Model Evaluasi Kuantitatif. Model kuantitatif ditandai oleh ciri yang menonjol

dalam penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi

penerapan pemikiran paradigma positivisme.

10) Model Evaluasi Kualitatif. Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu

menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai fokus utama evaluasi,

terutama yang berkenaan dengan studi kasus. 7

C. Implementasi Kurikulum

Terdapat berbagai pemaknaan terhadap implementasi kurikulum. Miller & Seller

(1990:246-247) mengemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah sebuah bagian

dari proses atau tahapan pemberlakuan sebuah kurikulum, khususnya sebuah kurikulum

baru atau yang telah diperbaharui (diinovasi) atau hasil dari sebuah kegiatan

pengembangan kurikulum. Menurutnya ada empat tahapan dalam proses adanya sebuah

kurikulum baru, yaitu: orentasi, pengembangan, implementasi, dan evaluas.

Miller & Seller dengan merujuk kepada pandangan beberapa pakar kurikulum

sebelumnya, mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga pandangan tentang

implementasi kurikulum, yaitu: (1) implementasi kurikulum sebagai sebuah event

(kejadian); (2) implementasi kurikulum sebagai proses interaksi antara pengembang

kurikulum dan para guru; dan (3) implementasi kurikulum sebagai sebuah komponen

yang terpisah dari rangkaian kurikulum.

Pertama, pandangan bahwa implementasi kurikulum sebagai sebuah “event”

memandang bahwa implementasi kurikulum adalah sebuah peristiwa yang terjadi ketika

para pengembang kurikulum mengembangkan atau memproses sebuah kurikulum baru

7
hingga pengembangan kurikulum baru tersebut lengkap, selanjutnya para guru di

harapakan dapat

___________________________

7. W. Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi.( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016) h 80-84

mengajarkan sebuah program baru tersebut.Dengan kata lain, implementasi kurikulum

tidak lain adalah merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam proses

pengembangan sebuah kurikulum baru oleh para pengembang kurikulum.

Kedua, pandangan bahwa implementasi kurikulum sebagai sebuah “proses”

menyatakan bahwa implementasi kurikulum adalah merupakan sebuah proses interaksi

antara para pengembang kurikulum dengan para guru. Dalam hal ini para

pengembangkan kurikulum bekerja dengan input dari para guru yang mengajarkan

program mata pelajaran yang dikembangkan atau menyiapkan gambaran rinci dari

metode-metode pembelajaran terbaru. Dengan informasi tersebut para pengembang

mendesain pendekatan baru, menguji sumber-sumber baru, atau mengintegrasikan

konten materi baru kedalam program yang ada. Guru selanjutnya diminta untuk

mencoba revisi tersebut. Para pengembang kemudian menilai program berdasarkan hasil

dari uji lapangan tersebut. Ketika revisi dilakukan pada program baru, maka

implementasi dinyatakan telah lengkap.

Ketiga, pandangan yang menyatakan bahwa implementasi kurikulum adalah

sebagai sebuah komponen yang terpisah dari rangkaian kurikulum. Meller dan Seller

(1985: 247) menjelaskan bahwa implementasi ini Implementasi Kurikulum merupakan

kegiatan yang menyertai pengembangan dan adopsi program atau kurikulum baru,

dalam bentuk sebuah perencanaan untuk memperkenalkannya. Perencanaan ini

8
mengandung lebih dari sekedar sebuah workshop. Hal itu disebabkan penggunaan

sebuah program baru akan memerlukan perubahan dalam sumber-sumber dan metode

pembelajaran, perencanaan alternative ujian yang diperlukan, sumber belajar, dan

strategi pembelajaran. Sejumlah program baru tersebut pertama digambarkan dan

dibuatkan daftarnya, dan kemudian dipresentasikan kepada para guru dalam sebuah

dokumen (booklet rujukan untuk mendampingi program/kurikulum baru) dan atau

mereka dapat membentuk sebuah kegiatan workshop pengenalan. Ketika perencanaan

ini selesai, maka implementasi dinyatakan telah lengkap.

Dari beberapa pandangan tentang implementasi kurikulum diatas dapat dipahami

bahwa implementasi kurikulum tidak lain adalah sebagai kegiatan melaksanakan desain

kurikulum yang telah dikembangkan, baik sebuah kurikulum yang sama sekali baru

ataupun kurikulum sebagai hasil inovasi atau perbaikan. Implementasi tersebut sudah

barang tentu dilaksanakan di lembaga pendidikan/sekolah sebagai tempat

berlangsungnya pendidikan. Dengan demikian, jika kurikulum tersebut merupakan hasil

pengembangan atau rekayasa oleh tim pengembang kurikulum yang berdiri sendiri,

maka implementasi dilakukan oleh sekolah dalam hal ini guru dan siswa sebagai pelaku

pendidikan. Akan tetapi jika kurikulum tersebut dikembangkan oleh sekolah atau guru

sendiri, maka implementasi dilakukan oleh sekolah/guru, baik dalam rangka proses

pengembangan kurikulum tersebut atau implementasi ketika kurikulum tersebut telah

sempurna dikembangkan dan siap untuk diimplementasikan secara penuh. Begitu juga

jika kurikulum tersebut sebagai sebuah kurikulum yang diadopsi dari hasil

dideseminasikan kurikulum baru atau hasil rekayasa, maka implementasi dilakukan oleh

sekolah/guru lain yang yang mengadopsi kurikulum tersebut.

9
D. Tugas/peranan dan Fungsi Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan mempunyai beberapa fungsi dan peranan dalam

pencapaian tujuan pendidikan.

Menurut Oemar Hamalik (2007) sekurang-kurangnya ada tiga peranan kurikulum yaitu:

a. Peranan konsevatif yakni mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada

generasi muda

b. Peranan kritis atau evaluative yaitu aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan

menekankan pada unsur berpikir kritis

c. Peranan kreatif yaitu mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan

kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam masyarakat. Ketiga peranan

tersebut berjalan secara seimbang dalam arti terdapat keharmonisan diantara ketiganya.

Dengan demikian kurikulum akan dapat memenuhi tuntutan waktu dan keadaan dalam

membawa para peserta menuju kepada kebudayaan dan peradaban masa depan.

Berikut merupakan fungsi dari pengembangan kurikulum sekolah. Dasar

Pengambangan Kurikulum Sekolah

1. Fungsi Bagi Sekolah yang Bersangkutan

Kurikulum sekolah dasar berfungsi bagi sekolah dasar, kurikulum SMA berfungsi

bagi SMA dan sebagainya. Fungsi kurikulum untuk sekolah bersangkutan

sekurang-kurangnya memiliki dua fungsi:

a. Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan

Tujuan intitusional SMA/MA berbeda dengan tujuan intisional SMK/MAK,

walaupun keduanya sama-sama SLTA. SMA/MA tidak bisa menggunakan

SMK/MAK atau sebaliknya. Walaupun dalam hal tersebut mungkin ada materi

10
pembelajaran SMK/MAK berbeda, sedangkan kurikulum merupakan instrumental

input (masukan alat) untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Sebagai pedoman dalam mengatur segala pendidikan setiap hari.

Kurikulum suatu sekolah atau madrasah berisi uraian tentang jenis-jenis program

apa yang diselenggarakan di sekolah atau di madrasah tersebut, bagaimana

menyelenggarakan setiap jenis program, siapa yang bertanggung jawab dalam

penyelenggaraannya dan perlengkapan apa yang dibutuhkan. Atas dasar itu

sekolah atau madrasah akan dapat merencanakan secara lebih tepat tentang apa

yang diperlukan untuk mencapai tujuan sekolah itu.

2. Fungsi Kurikulum Bagi Guru

Kurikulum sebagai alat pedoman bagi guru dalam melaksanakan program

pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau tujuan

sekolah/madrasah dimana guru itu mengajar. Sejalan dengan penerapan

manajemen pendidikan berbasis sekolah/madrasah, guru tidak hanya berfungsi

sebagai pelaksana kurikulum tetapi juga sebagai perancang dan penilai kurikulum

itu sendiri. Dengan demikian guru selalu dituntut untuk meningkatkan

kemampuannya sesuai Dasar Pengambangan Kurikulum Sekolah dengan

perkembangan kurikulum, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, penguasaan kurikulum bagi guru

merupakan suatu hal yang mutlak dan menjadi kewajibannya.

3. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah dan madrasah selaku penanggung jawab seluruh penyelenggaraan

pendidikan di sekolah dan madrasah memegang peranan strategis dalam

11
mengembangkan kurikulum di sekolah dan madrasah. Soleh Hidayat dalam buku

pengembangan kurikulum baru (2013) bahwa “menghadapi kurikulum yang berisi

perubahan-perubahan pengajarnya, sudah sewajarnya kalau para guru

mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dalam hal ini

kepala sekolah harus menguasai tentang kurikum sekolah.Fungsi kurikulum bagi

kepala sekolah antara lain adalah:

a. Sebagai pedoman dalam memperbaiki situasi belajar, sehingga lebih kondusif,

dan untuk menunjang situasi belajar kea rah yang lebih baik.

b. Sebagai pedoman dalam memberikan bantuan kepada pendidik (guru) dalam

memperbaiki situasi belajar.

c. Sebagai pedoman dalam mengemabangkan kurikulum serta dalam mengadakan

evaluasi kemajuan kegiatan pembelajaran.

d. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan

program sekolah. Dengan demikian, penyusunan kalender sekolah, pengajuan

sarana dan prasarana sekolah kepala Komite Sekolah dan madrsah, penyusunan

berbagai kegiatan sekolah dan madrasah baik yang menyangkut kegiatan

ekstrakulikuler dan kegiatan-kegiatan lainnya, harus didasarkan pada kurikulum.

e. Kurikulum merupakan pedoman atau alat bagi kepala sekolah dan madrasah

untuk mengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah dan madrasah yang

ia pimpin. Dasar Pengambangan Kurikulum Sekolah Kepala sekolah dan madrasah

dituntut memahami kurikulum dengan demikian ia akan mengontrol, apakah

kegiatan proses kurikulum yang berlaku telah dilaksanakan sebagaimana yang

12
diharapkan. Apabila terdapat penyimpangan yang berkaitan dengan pelaksanaan

kurikulum akan segera diketahui dan dicegah.

4. Fungsi Kurikulum Bagi Supervisor

Bagi pengawas fungsi kurikulum dijadikan sebagai pedoman, patokan atau ukuran

dalam menetapkan bagian mana yang memerlukan perbaikan dan penyempurnaan

dalam usaha pelaksanaan fungsinya apabila ia memahami kurikulum.

5. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas Akademik

Dalam melaksanakan tugas pengawasan akademik, pengawas sekolah dan

madrasah yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum,

pelaksanaan pembelajaran. Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan

sebagai pedoman, patokan, atau ukuran menetapkan bagaimana yang memerlukan

penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan

peningkatan mutu pendidikan. Dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum

di sekolah dan madrasah, pengawas sekolah dan madrasah memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun

mata pelajaran yang relevan di sekolah dan madrasah yang sejenis berstandarkan

standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip

pengembangan KTSP

b. Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun yang relevandisekolah menengah yang

sejenis. Dasar Pengambangan Kurikulum Sekolah

6. Fungsi Bagi Sekolah/Madrasah Di Atasnya

13
Kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah berfungsi bagi penyusunan

kurikulum SMP/MTs, kurikulum SMP/MTs berfungsi sebagai penyusunan

kurikulum SMA/MA danseterusnya. Ada dua fungsi yang dapat ditinjau, yaitu:

a. Pemeliharaan Keseimbangan Proses Pendidikan Dengan mengetahui kurikulum

yang digunakan oleh suatu sekolah tertentu, sekolah pada tingkat di atasnya dapat

mengadakan penyesuaian didalam kurikulum sebagai berikut:

1) Bila sebagian kurikulum sekolah dan madrasah tersebut telah dibelajarkan

pada sekolah serta madrasah yang berada dibawahnya, maka sekolah dan

madrasah dapat meninjau kembali perlu tidaknya bagian tersebut dibelajarkan

lagi.

2) Bila kecakapan-kecakapan tertentu dibutuhkan untuk mempelajari kurikulum

suatu sekolah dan madrasah yang berada dibawahnya, maka sekolah serta

madrasah dapat mempertimbangkan untuk suatu program kecakapan itu ke dalam

kurikulumnya.

b. Penyiapan Tenaga Guru Perguruan tinggi Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK) seperti FKIP/STKIP dan jurusan tarbiah berfungsi

menyiapkan tenaga guru bagi sekolah dan madrasah yang berada di bawahnya,

maka perlu sekali perguruan tinggi LPTK itu mengetahui kurikulum sekolah dan

madrasah yang berada di bawahnya, baik menyangkut isi program, organisasi

maupun cara pembelajarannya.

7. Fungsi Bagi Masyarakat dan Pengguna Lulusan Dengan mengetahui kurikulum

tingkat satuan pendidikan, masyarakat dan pengguna lulusan dapat ikut memberi

bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan

14
kerja sama dengan Dasar Pengambangan Kurikulum Sekolah 38 pihak orang tua.

Masyarakat dan pengguna lulusan juga dapat memberikan kritikan yang

membangun dalam rangka penyempurnaan program pendidikan disatuan

pendidikan agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, suatu

sekolah dan madrasah sebagai satuan pendidikan berfungsi menyiapkan calon

tenaga kerja dalam bidang tertentu. Dengan perkataan lain kurikulum suatu

pendidikan hendaknya relevan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia pekerjaan.

Selain fungsi-fungsi tersebut, kurikulum juga memiliki fungsi-fungsi antara lain

sebagai berikut:

a. Penyesuaian (the adjustive of adaptive function) yaitu kemampuan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara keseluruhan

b. Pengintegrasian (the integrating function) yaitu mendidik pribadi yang

terintegrasi dengan msyarakat

c. Diferensiasi (the differensiating function) yaitu menberikan pelayanan terhadap

perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat

d. Persiapan (the propaedutic) yaitu mempersiapkan siswa untuk dapat

melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi untuk suatu jangkauan yang lebih

jauh

e. Pemilihan (the selective function) yaitu memberikan kesempatan kepada

seseorang untuk memilih apa yang diinginkannya dan menarik pehatiannya

f. Diagnostic (the diagnostic function) yaitu membantu siswa memahami dan

menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang

dimilikinya. Kurikulum sebagai program pendidikan dan pembelajaran yang telah

15
direncanakan secara sistematis, disamping memiliki fungsi sebagaimana diuraikan

diatas juga mengemban peran yang sangat penting bagi pendidikan Dasar

Pengambangan Kurikulum Sekolah para siswa.

E. KESIMPULAN

Evaluasi kurikulum sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai

suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari

kurikulum dalam suatu konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan

kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode

pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara sederhana, dapat disamakan

denganpenelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik,

menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan

penelitian terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan

menyajikan data untuk bahan penetuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan ada

revisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi

yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk mengujii teori atau

membuat teori baru.

Kurikulum merupakan studi intelektual yang cukup luas. Banyak teori tentang

kurikulum.Beberapa teori menekankan pada rencana, pada inovasi, pada filosofi dan pada

konsep-konsep yang diambil dari perilaku manusia. Secara sederhana teori kurikulum

dapat diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada evaluasi kurikulum,

pada situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum. Terdapat beberapa perbedaan

16
penekanan dalam kurikulum. Perbedaan penekanan dalam kurikulum tersebut

mengakibatkan perbedaan dalam pola rancangan dan dalam pengembangannya. Konsep

kurikulum yang menekankan isi memberikan perhatian besar pada analisis pengetahuan

baru yang ada. Konsep situasi menuntut penilaian secara rinci tentang lingkungan belajar.

Dan konsep organisasi memberikan perhatian besar pada struktur belajar. Perbedaan-

perbedaan dalam rancangan tersebut mempengaruhi langkah-langkah selanjutnya.

Evaluasi kurikulum dilakukan oleh evaluator yang telah memenuhi syarat atau

kualifikasi. Tidak semua orang boleh menjadi evaluator, kecuali orang-orang yang

memang berkompeten di bidang kurikulum. Evaluator kurikulum dapat diklasifikasikan

menjadi dua macam yaitu Evaluator dalam (internal evaluator) dan Evaluator luar (external

evaluator).

Kurikulum juga memiliki fungsi-fungsi antara lain sebagai berikut:

a. Penyesuaian (the adjustive of adaptive function) yaitu kemampuan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara keseluruhan

b. Pengintegrasian (the integrating function) yaitu mendidik pribadi yang

terintegrasi dengan msyarakat

c. Diferensiasi (the differensiating function) yaitu menberikan pelayanan terhadap

perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat

d. Persiapan (the propaedutic) yaitu mempersiapkan siswa untuk dapat

melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi untuk suatu jangkauan yang lebih

jauh

e. Pemilihan (the selective function) yaitu memberikan kesempatan kepada

seseorang untuk memilih apa yang diinginkannya dan menarik pehatiannya

17
f. Diagnostic (the diagnostic function) yaitu membantu siswa memahami dan

menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang

dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia, 2009

Hamalik, Oemar, Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Nurkancana, W, Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1996.

Sudjana, N,Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 1996.

Sabda, Syafruddin, Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015.

Winarso, Widodo, Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. 2015.

W. Wirawan, Evaluasi (Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi). Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2016.

Zaini, M, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi.

Yogyakarta: Teras, 2009.

18
19

Anda mungkin juga menyukai