Anda di halaman 1dari 13

Hariri, 2016: …

TUJUAN MANAJEMEN KURIKULUM (hal.21)

Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau
dalam 4 dimensi yaitu :

1. Kurikulum sebagai suatu ide, adalah kurikulum yang dihasilkan bahan antara
erbeda m yang dengan ografi melalui teori-teori dan penelitian, khususnya
dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di
dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu,
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk yang mata ajikan
praktik pembelajaran
4. Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai
suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari capai. enganujuanlsafat maka
ntukulum lebih aran. para peserta didik

Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kurilulim merupakan dokumen


perencanaan yang mencakup :

1. Tujuan yang harus diraih


2. Isi dan pengalaman belajar yang harus diperoleh siswa
3. Strategi dan cara yang dapat dikembangkan
4. Evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi mengenai pencapaian
tujuan
5. Penerapan dari isi dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

FUNGSI KURIKULUM

Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk


mencapai tujuan pendididkan. Dalam hal ini, alat untuk menempa manusia
yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan suatu
bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan negara
mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh
berbagai segi, baik segi agama, ideologi, kebudayaan, maupun kebutuhan
negara itu sendiri. Dengan demikian,

a. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.


b. Kurikulum merupakan program dilaksanakan oleh guru dan murid
dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu.
c. Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses
belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.

Bagi sekolah yang bersangkutan, kurikulum mempunyai fungsi sebagai


berikut:

a) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.


b) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di
sekolah tersebut, fungsi ini meliputi:
1. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan.
2. Cara menyelenggarakan setiap jenis program
pendidikan.
3. Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan
program pendidikan

Kurikulum juga berfungsi sebagai alat kesinambungan pendidikan.


Yaitu bahwa sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang
dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan kurikulum
yang diselenggarakannya Dengan adanya kurikulum pula, suatu lembaga
pendidikan berfungsi untuk menyiapkan tenaga ahli. Misalnya, apabila sekolah
tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang
memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara
mengajar.

Ada pula fungsi kurikulum bagi guru. Dengan adanya kurikulum, guru
tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan kurikulum
yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembang kurikulum dalam rangka
pelaksanaan kurikulum tersebut. Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan
barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah
kegiatan proses pendidikan yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang
berlaku Bagi para pengawas (supervisor), fungsi kurikulum dapat dijadikan
sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dalam menetapkan yang mana
kurikulum yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha
pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan. Kemudian, melalui
kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui apakah
pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan yang dibutuhkannya relevan
atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah. Bagi pemakai (user) pula,
kurikulum berfungsi dalam bagaimana instansi atau perusahaan yang
mempergunakan tenaga kerja yang baik dalam arti kuantitas dan kualitas agar
dapat meningkatkan produktivitas

ALUR MANAJEMEN KURIKULUM

Berikut adalah aktivitas yang dilakukan dalam manajemen kurikulum menurut


Brian Clare (2016).

1. Curriculum mapping (pemetaan kurikulum)


Pemetaan kurikulum sering dibingungkan dengan manajemen
kurikulum, tetapi keduanya bukan sesuatu yang sama. Pemetaan kurikulum
benar- benar langkah pertama dalam upaya manajemen kurikulum. Ini
adalah proses pelabelan dan penghubungan susunan elemen kurikulum
(fase, tahun, materi, waktu, dan lain-lain) dengan hasil belajar dan isi.
Pemetaan kuriklum penting bagi manajemen kurikulum karena
pemetaan mengubah kurikulum dari sebuah rangkaian dokumen dan
pengalaman ke dalam database yang dapat dicari sebagai representasi
kurikulum yang akurat. Tanpa database ini, langkah yang lain dalam
manajemen kurikulum lebíh banyak kurang bermanfaat.

2. Content & structureanalysis (isi dan analisis susunan)


Pada saat kurikulum dipetakan, dapat dimulai dengan menganalisa dan
asemen apakah isi masih relevan, dan apakah susunan mendukung tujan
pembelajaran. Beberapa cara umum melakukan ini meliputi :
a. Gap/redundancyanalysis (analisis kesenjangan dan atau kelebihan)
Analisis kesenjangan dan atau kelebihan adalah laporan yang
nampak melintasi kurikulum untuk menemukan kesenjangan isi atau
kelebihan isi. Sebagai contoh, terdapat kelebihan karena terjadi
pembelajaran atas materi yang sama dalam beberpa topik. Dikatakan
memiliki kesenjangan apabila salah satu kompetensi di kelas 6
diberikan di kelas 4.
b. Tenchingtypesanalysis (analisis tipe pembelajaran) Analisis tipe
pembelajaran adalah sebuah laporan yang kelihatannya memotong
segmen kurikulum yang menyediakan sebuah tinjauan tipe
pembelajaran dan frekuensi program yang digunakan. Laporan ini
sering berupa sebuah komponen tinjauan akreditasi, tetapi ini dapat
digunakan untuk meyakinkan bahwa program berada pada posisi
yang benar terhadap pondasipedagogik, bahwa siswa diberikan satu
pengalaman pembelajaran yang beragam, dan bahwa isi diajarkan
dengan cara yang paling tepat.
c. Sequencinganalysis (analisis urutan) Sebuah analisis urutan adalah
laporan yang memungkinkan melihat bagaimana topik-topok
diurutkan pada keseluruhan kurikulum. Melakukan analisis urutan,
tujuan pembelajaran atau isi dilabeli dengan sebuah daftar seperti
taksonomi Bloom. Selanjutnya kumpulan laporan keseluruh isi untuk
melihat isi di urutkan.

3. Student assessment (asesmen siswa)


Asesmen siswa dimana kurikulum mengembang memenuhi realitas per.
jalanan yang tidak lagi baru. Asesmen menghasilkan hasil akhir kurikulum
karena asesmen siswa menyediakan sebuah input yang penting ke dalam
proses manajemen.
Asesmen siswa penting karena menghasilkan pemahaman permasalahan
kurikulum yang bisa saja tidak nampak pada kasus lain. Perlu dicatat bahwa
tidak semua masalah dalam asesmen siswa berkenaan dengan masalah
kurikulum. Terkadang akan terdapat masalah fakultatif tertentu, individu
siswa, atau dengan hal yang tidak ada hubungannya dengan kurikulum.
Namun demikian, asesmen masalah siswa secara sistematik (seperti hasil
yang salah dalam wilayah isi kunci, atau berlebihan di wilayah yang lain)
dapat membantu menemukan isu yang bisa saja tetap tersembunyi.

4. Program evaluation (evaluasi program)


Program evaluasi penting bagi kurikulum dalam cara yang sama
sebagaimana asesmen siswa. Program evaluasi menyediakan umpan balik
langsung tentang kurikulum kepada pendidik dan tenaga kependidikan (staf
dan guru). Tidak semua program evaluasi menyediakan pemahaman yang
mendalam tentang masalah-masalah kurikulum (sebagai contoh, evaluasi
kinerja guru yang buruk tidak perlu masuk ke dalam masalah manajemen
kurikulum), Namun demikian, apabila manajer pandai menanvakan
pertanyaan yang berhubungan dengan kurikulum pada formulir pro evaluasi
(sebagai contoh, format pertanyaan tentiang urutan isi pada evaluasi
pembelajaran), manajer akan memiliki sumber yang banyak atas umpan
balik kurikulum untuk digunakan.

5. Research, review, revise (penelitian, peninjauan, perbaikan)


Langkah akhir dalam manajemen kurikulum adalah langkah yang
memastikan semuanya berjalan/bekerja. Manajer perlu memakai data yang
telah dikumpulkan dari analisis isi dan susunan/struktur, hasil analisis siswa,
dan umpan balik program evaluasi, dan memutuskan apakah perubahan
kurikulum diperlukan atau tidak. Ini sering pekerjaan utama panitia/
pengembang kurikulum dan bukan tugas yang ringan untuk dikerjakan.
Banyak isu akan terbuka seperti isu kedalaman kurikulum yang ditemukan
melalui skor asemen siswa, akan memerlukan penelitian lanjutar untuk
memutuskan bagaimana kelanjutannya.

PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KURIKULUM


Prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum
adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas
Hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang
harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikilum. Pertimbangan
bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan
tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
2. Demokrasi
Pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang
menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada posisi yang
seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk
mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif
Untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang
terlibat.
4. Efektifitas dan efesiensi
Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbargkanefektifititas dan efisiensi untuk mencapai tujuan
kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan
hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum Proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarah- kan visi,
misi, dan tujuan kurikulum. Dalam proses pendidikan perlu di laksanakan
manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih
efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber daya
maupun komponen kurikulum.

PROSES MANAJEMEN KURIKULUM

Proses manajemen kurikulum sangat penting untuk diperhatikan untuk


mencapai efektivitas manajemen kurikulum tersebut. Berikut dipaparkan
tentang proses manajemen kurikulum.

1) Manajemen Perencanaan Kurikulum


Perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks
dan menuntut berbagai jenis tingkat pembuatan keputusan kebutuhan
untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses penggunaan
model- model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya
rumus rmodel perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi
rasionalitas dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini
dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi
pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang bermakna),
sosiologis (argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi
(dalam menentukan urutan materi pelajaran

Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi


petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media
penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga,
diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada
sarana yang laksanaansistempendidikan sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal.

Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi


kurikulum mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang
perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:

a. Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial


administrasi

b. Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan


bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan
program.

c. Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan


bahasan atau ng memuat seluruh materi dan kegiatan yang
dalam bidang pembelajaran, kurikulum dapat disusun sebagai
berikut ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.
standar kopetensi dan kopetensi dasar.

d. Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus


2) Manajemen Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum adalah
berkenaan dengan semua tindakan yang berhubungan dengan
perincian dan pembagian tugas yang memungkinkan terlaksana.
Dalam manajemen pelaksanaan kurikulum bertujuan supaya
kurikulum dapat teriaksana dengan baik. Dalam hal ini manajemen
bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan kondisi-
kondisi supaya kurikulm dapat terlaksana. Pelaksanaan kurikulum
dibagi menjadi dua
a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini
langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia
bertanggung jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di
sekolah, dia juga berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan
yakni menyusun kalender akademik yang akan berlangsung
disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajar dalam
satu minggu yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian
tujuan kurikulum arn pengaturan tugas dan kewajiban guru,
dan lain-lain yang berkaitan tentang usaha untuk pencapaian
tujuan kurikulum
b. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, vang dalam hal ini
dibagi dar ditu n langsung kepada para guru. Pembagian
tugas ini meliputi:
1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar
2) pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada
diluar ketentuan kurikulum sebagai penunjang tujuan
sekolah,
3) kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk
mengembangkan otensi yang berada dalam diri siswa
dan membantu siswa dalam memecahkan masalah
3) Manajemen Pemantauan dan Penilaian Kurikulum Pemantauan
kurikulum adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang
tepat, akurat, dan lengkap tentang pelaksanaan kurikulum dalam
jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli untuk mengatasi
permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam
pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektivitasnya.
Pemantauan ini dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur.
Oleh sebab itu seorang yang ahli menyusun kurikulum harus
memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari perencanaan sampai
mengevaluasinya Secara garis besar pemantauan kurikulum
bertujuan untuk mengum- pulkan seluruh informasi yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam
tataran praktis, pemantauan kuriku- lum memuat beberapa aspek,
yaitu sebagai berikut:
a. Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar,
prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan, kreativitas,
hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
b. Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan
tanggung jawab.
c. Media pembelajaran, dengan melihat pada jenis media yang
digunakan,
d. Prosedur penilaian: instrumen yang dihadapi siswa,
pelaksanaam
e. Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok
usia, dan kemampuan kepribadian, kemampuan
kemasyarakatan, kemampuan profesional, dan loyalitas
terhadap atasan. cara penggunaan media, pengadaan media,
pemeliharaan dan perawatan media. penilaian, pelaporan
hasil penilaian. kualitas kemampuan lulusan.
4) Perbaikan Kurikulum
Kurikulum suatu tetapi akan senantiasa berubah dan bersifat
dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan
penyesuaian supaya dapat memenuhi bermintaan. Permintaan itu
baik dikarenakan adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan
masyarakat yang selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan
terus menerus.
Perbaikan kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan
kualitas ndidikan yang dapat disoroti dari dua aspek, proses, dan
produk. Kriteria per proses menitikberatkan pada efisiensi
pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, sedangkan kualitas
produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan
output (kelulusan siswa).
Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber
daya manusiawi, seperti: administrator, pemilik sekolah, kepala
sekolah, guru-guru, siwa, serta masyarakat mempuanyai berperan
sangat besar. Tanggung jawab masing-masing harus dirumuskan
secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga harus dikaji sejak awal
perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan evaluasi yang
tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam
membuat keputusan kurikulum dan instruksional.
Chamberlain (2012) telah merumuskan tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam perbaikan sebagai berikut:
a. mengidentfikasi masalah sebenarnyasebagai tuntutan
untuk men tujuan,
b. mengumpulkan fakta atau informasi tambahan,
c. mengajukan kemungkinan pemecahan dengan keputusan
yang optimal dan diharapkan
d. memilih pemecahan sebagai percobaan,
e. merencanakan tindakan yang dikehendaki untuk
melaksanakan penyelesaian
f. melakukan solusi percobaan.
g. evaluasi.

Sedangkan dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP), Permendikbud (2006) mengemukakan
tentang siklus proses manajemen kurikulum yang terdiri dari
empat tahap

1. Tahap perencanaan, meliputi langkah-langkah:

Analisis kebutuhan, merumuskan dan menjawab


pertanyaanfilosofis, menentukan disain kurikulum,
membuat rencana induk (master plan)
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.

2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah:


Perumusan rasional atau dasar pemikirarn,
perumusan visi, misi, dan tujuan, penentuan
struktur dan isi program, pemilihan dan
pengorganisasian kegiatan pembelajaran,
pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar,
Penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan, meliputi
langkah-langkah: Penyusunan rencana dan
program pembelajaran (Silabus, RPP), Penjabaran
materi (kedalaman dan keluasan) Penentuan
strategi dan metode pembelajaran, Penyediaan
sumber, alat, dan sarana pembelajaran, Penentuan
cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar,
Setting lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian Terutama dilakukan untuk
melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari
kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk
penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain
kurikulum dapat mencakup konteks, imput,
proses, produk (CIPP). Penilaian konteks:
memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan,
kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang.
Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan
sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi
design dan costbenefit dari rancangan. Penilaian
proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan
informasi untuk pembuatan keputusan dalam
melaksanakan program. Penilaian product
berfokus pada mengukur pencapaian proses dan
pada akhir program (identik dengan evaluasi
sumatif)

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PROSES MANAJEMEN


KURIKULUM

Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses


menejemen kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :

1. Faktor peserta didik karena kurikulum dikembangkan dan didesain sesuai


dengan kebutuhan dan potensi peserta didik, maka pola yang digunakan
berpusat pada bahan ajar berupa isi atau materi yang akan diajarkan kepada
peserta didik.
2. Faktor sosial budaya karena kurikulum disesuaikan dengan tuntunan dan
tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
3. Faktor politik dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh
karena politik yang melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum
itu sendiri.
4. Faktor ekonomi faktor ekonomi dapat mengembangkan sekaligus mendorong
pola pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah,
mulai dari pelaku kebijakan sampai pada pelaku di lapangan (di sekolah-
sekolah).
5. Faktor perkembangan teknologi karena perkembangan teknologi menjadi salah
satu faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum disebabkan pola pikir
masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangan teknologi sehingga
dituntut untuk dapat melihat dan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam masyarakat.

Tetapi pada kenyataannya di lapangan pendidikan di Indonesia kurang terpola


dengan baik dan kurang jelas arah tujuannya, hal tersebut terkait erat dengan
hambatan-hambatan yang terjadi pada manajemen kurikulum itu sendiri, hal itu
dapat dilihat atas:

1. Ketidaksinambungan dan ketidaksinergian antara pendidik yang ada di


lapangan dengan pengelola pendidik yang memberikan kebijakan di
atasnya.
2. Keterbatasan akan sarana dan prasarana.
3. Lemahnya pengawasan guru di lapangan yang menyebabkan tingkat
kedisiplinan cukup rendah.
4. Kualifikasi pendidikan guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, yang
berujung pada tingkat profesionalisme guru dalam kegiatan pembelajaran
atau penyampaian materi pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai