Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulunm PAI
Dosen Pengampu : Dr. Agus Moh. Sholahuddin, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Hidayatus Sofvi R (220101254)
2. Rahmatur Rizki F (220101179)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting
dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum.
Evaluasi menjadi bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian dari sistem
manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan
dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak akan bisa
mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Tapi, dengan adanya evaluasi, kita dapat menjadikan hasil yang
diperoleh sebagai balikan (feed-back) dalam memperbaiki dan menyempurnakan
kurikulum. Sehingga, hasil-hasil kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang
kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan
menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan
model kurikulum yang digunakan.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba untuk
memaparkan bagaimana evaluasi pelaksanaan kurikulum dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi pelaksanaan kurikulum?
2. Apa saja obyek-obyek evaluasi pelaksanaan kurikulum?
3. Apa syarat evaluasi pelaksanaan kurikulum?
4. Bagaimana model-model evaluasi pelaksanaan kurikulum?
C. Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian evaluasi pelaksanaan kurikulum.
2. Agar dapat mengetahui obyek-obyek evaluasi pelaksanaan kurikulum.
3. Agar dapat mengetahui syarat evaluasi pelaksanaan kurikulum.
4. Agar dapat mengetahui model-model evaluasi pelaksanaan kurikulum.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum

Guba dan Lincoln (1985), menekankan devenisi evaluasi sebagai “a process


for describing an evaluand and judging its merit and worth”. Berdasarka beberapa
pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa evaluasi adalah suatu tindakan
pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu terhadap suatu sistem, berdasarkan
pertimbangan dan criteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan
kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan. 1

Dalam evaluasi, pengukuran tidak lagi merupakan bagian integral atapun


suatu langkah yang harus ditempuh. Pengukuran hanya merupakan salah satu
langkah yang mungkin dipergunakan dalam kegiatan evaluasi, sedangkan penilaian
dan evaluasi memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaanya adalah keduanya
mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, sedangkan
perbedaannya adalah terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang
lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu
komponen atau satu aspek saja, seperti prestasi belajar siswa. Pelaksanaan penilaian
biasanya dilakukan secara internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau
terlibat dalam suatu kegiatan seperti guru menilai prestasi belajar peserta didik
dalam suatu mata pelajaran.

Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran,


sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran
menggambarkan hal-hal yang bersifat kuantitatif, sedangkan evaluasi dan penilaian
lebih bersifat kualitatif. Evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu
proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian tidak
hanya didasarkan pada hasil pengukuran. Tetapi dapat pula didasarkan pada hasil
pengamatan dan wawancara. Dalam konteks sistem kurikulum, istilah yang tepat
digunakan adalah evaluasi yaitu evaluasi kurikulum.

Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan


penilaian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan

1
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 265.
dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam
rangka menentukan keefektifan kurikulum, senagkan penilaian hasil belajar adalah
suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penafsiran informasi tentang proses
dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbanagn dan kriteria tertentu untuk
membuat suatu keputusan.

B. Obyek- Obyek Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum

Objek evaluasi kurikulum menurut Nana Syaodih.S, Evaluasi kurikuum sukar


dirumuskan secara tegas, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor ;

a) Evaluasi Kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus


berubah.
b) Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai
dengan konsep kurikulum yang digunakan.
c) Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
manusia yang sifatnya juga berubah.
Dari point dua yang menyaakan bahwa objek evaluasi kurikulum adalah
sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan. Maka
kita kaji terlebih dulu tentang konsep kurikulum. Konsep kurikulum itu sendiri
merumuskan bahwa kurikulum merupakan daerah studi intelek yang cukup luas.
Banyak teori tentang kurikulum, beberapa teori menekankan pada rencana yang lain
pada inovasi, pada dasar-dasar pilosofis, dan pada konsep-konsep yang diambil dari
imu perilaku manusia. Ini menunjukan bahwa luasnya teori-teori tentang kurikulum.
Secara sederhana teori kurikulum dapat diklasifikasikan atas teori-tori yang lebih
menekankan pada isi kurikulum, pada situasi pendidikan serta pada organisasi
kurikulum. Jadi objek dari evaluasi yang dapat kita simpulkan dari pernyataan diatas
yaitu ada tiga :
a) Isi kurikulum
b) Situasi pendidikan
c) Organisasi kurikulum
Menurut Wina Sanjaya, kurikulum dapat dipandang dari dua sisi. Sisi pertama
kurikulum sebagai suatu program pendidikan, atau kurikulum sebagai suatu dokumen
, dan dari sisi kedua kurikulum sebagai proses atau kegiatan.

1. Evaluasi kurikulum sebagai suatu program atau dokumen


a. Evaluasi tujuan pendidikan
Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang ada di dalam
dokumen kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai dokumen adalah evaluasi terhadap
tujuan, setiap mata pelajaran terdapat sejumlah kriteria untuk meilai tujuan ini
a) Apakah tujuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan ?
b) Apakah tujuan itu mudah difahami oleh setiap guru?
c) Apakah ujuan yang dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa?
b. Evaluasi terhadap isi atau materi kurikulum
Bahwa yang dimaksud dengan isi atau materi kurikulum adalah seluruh
pokok bahasan yang diberikan dalam setiap mata pelajaran. Sejumlah pertanyaan
yang dapat dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi kurikulum diantaranya :
a) Apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan
seperti yang telah ditetapkan?
b) Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan
atau penemuan yang mutakhir?
c) Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik
lingkungan dimana anak tinggal?
d) Apakah urutan isi kurikulum sesuai dengan karakteristik isi atau materi
kurikulum?
c. Evaluasi terhadap strategi pembelajaran
Sebagai suatu pedoman bagi guru, kurikulum juga seharusnya memuat
petunjuk-petunjuk bagaimana cara pelaksanaan pembelajaran atau cara
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Salah satu aspek yang
berhubungan dengan implementasi kurikulum adalah aspek pedoman perumusan,
strategi pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat diajukan untuk menilai pedoman
strategi belajar mengajar diantaranya :
a) Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dan dapat
mendukung untuk keberhasilan pencpaian tujuan pendidikan?
b) Apakah strategi pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong aktifitas
dan minat siswa untuk belajar?
c) Bagaimana keterbacaan guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi
pembelajaran yang direncanakan?
d) Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong
kreatifitas guru?
e) Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkrmbangan siswa?
f) Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia?
d. Evaluasi terhadap program penilaian
Komponen keempat yang harus dijadikan sasaran penilai terhadap
kurikulum sebagai suatu program adalah evaluasi terhadap program penilaian.
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan adalah :
a) Apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang akan dicapai?
b) Apakah evaluasi diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi baik
sebagai formatif maupun fungsi sumatif?
c) Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan difahami
oleh guru?
d) Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku?
2. Evaluasi pembelajaran sebagai implementasi kurikulum
Kurikulum sebagai suatu dokumen memiliki keterkaitan yang tidak
terpisahkan dengan implementasi kurikulum tersebut dalam kegiatan pembelajaran.
Kurikulum dan pembelajaran bagai dua sisi dari satu mata uang logam yang masing-
masing sama pentingnya. Walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda akan
tetapi sama pentignya, dengan demikian sisi kedua dari kurikulum adalah
pelaksanaan atau implementasi kurikulum itu sendiri. Beberapa kriteria yang dapat
diajukan untk menilai implementasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Apakah implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan
program yang direncanakan?
2) Sejauh mana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai?
3) Apakah secara keseluruhan implementasi kurikulum dianggap efektif dan
efisien?
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa objek evaluasi kurikulum
adalah :
a. Tujuan pendidikan
b. Isi atau materi kurikulum
c. Strategi pembelajaran
d. Program penilaian
e. Implementasi pembelajaran terhadap kurikulum2

2
Shabill, http://queenshabill-justsayit.blogspot.co.id/2011/06/objek-evaluasi-kurikulum.html,
diakses pada Selasa, 30 Mei 2017, pukul 16.03 WIB
C. Syarat Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum

Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-


persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll (1976), dikemukakan syarat-
syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing,
orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity
and integration.”

Syarat-syarat evaluasi pelaksanaan kurikulum, yaitu:

1. Berorientasi pada tujuan


Meliputi tujuan institusional (kelembagaan), kurikuler (bidang studi),
instruksional (pembelajaran).
2. Berkesinambungan
Kegiatan yang saling berkaitan sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan,
sampai tahap penyimpulan.
3. Komprehensif
Seluruh komponen harus dievaluasi, meliputi tujuan, isi, strategi
pembelajaran, media, dan sebagainya.
4. Berfungsi Ganda
Keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan bagi sekolah dimana
kurikulum dilaksanakan.
5. Berorientasi pada kriteria
Sesuai dengan sasaran, keserasian, keterampilan, kepercayaan, dan
objektifitas. 3

D. Model Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum

Ada beberapa model dalam evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:

1. Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model)

Model evaluasi kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan atas teori


dan metode tes psikologi serta ekperimen lapangan. Salah satu pendekatan dalam
evalusai yang menggunakan eksperimen lapangan adalah comparative approach,
yaitu dengan mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok anak.

3
Bowo Putra, www.academia.edu/11848349/Bab-v-evaluasi-kurikulum.html, diakses pada
Selasa, 30 Mei 2017 pukul 15.55 WIB
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan
atas teori dan metode tes psikologi dan serta eksperimen lapangan. Tes psikologi atau
tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang
ditunjukkan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes bawaan yang mengukur
perilaku skolastik.

Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut. Pertama,


kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah
eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi
kelas yang sama untuk kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga, sukar untuk
mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan
kelompok control, pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol. Keempat, ada
keterbatasan mengenai manipulasieksperimen yang dapat dilakukan.

2. Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective


oriented evaluation model)

Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses
pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain,
tetapi diukur dengan seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu. Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan atau
kompetensi tersebut.

Ada beberapa persyaratan yang harus dipeuhi oleh tim pengembang model
obyektif, yaitu sebagai berikut:

1. Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum


2. Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
3. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
4. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan

Dasar-dasar teori Tvlor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai
rancangan kurikulum, dan mencapai puncaknya dalam system belajar berprogram
dan system instruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (Individually
Prescribed Instruction). Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang mengikuti 7
unsur, yaitu:
1. Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat
dan unit-unit
2. Suatu prosedur program testing
3. Pedoman prosedur penulisan
4. Materi dan alat-alat pengajaran
5. Kegiatan guru dalam kelas
6. Kegiatan murid dalam kelas
7. Prosedur pengelolaan kelas.

3. Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation
model)

Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya


berlawanan dengan model evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Menurut pendapat
Scriven, seorang evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan
pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya. Cara dengan
memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik hal-hal positiv
yang diharapkan maupun hal-hal negativ yang tidak diinginkan.

4. Model campuran multivariasi

Model campuran multifariasi adalah strategi evaluasi yang menyatukan unsur-


unsur dari beberapa model evaluasi kurikulum. Model ini memungkinkan
perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap
kurikulum diukur berdasarkan criteria khusus dari masing-masimg kurikulum.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini yaitu:

1. mencari dan menentukan sekolah yang berminat untuk dievaluasi atau


diteliti.
2. Pelaksanaan program, bila tidak ada percampuran sekolah, maka tekanannya
pada partisipasi yang optimal.
3. Semetra tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran
umpamanya dengan menggunakan metode global dan metode unsur, dapat
disiapkan tes tambahan.
4. Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah
pekerjaan computer.
5. Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari
beberapa variable yang berbeda.

Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivareasi ini adalah:

1. Diharapkan memberikan tes statistic yang signifikan.


2. Terlalu banyaknya variable yang perlu dihitung pada suatu saat.
3. Meskipun model ini telah mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan
eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah
pembandingan.

5. Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC)

Model ini menggambarkan keseluruhan program evaluasi kurikulum dalam


sebuah kubus. Kubus ini memiliki tiga bidang, bidang pertama adalah perilaku
(behavior) yang meliputi perilaku cognitive, affective, psychomotor. Bidang kedua
adalah pembelajaran (instruction), yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas
atau sarana dan pendanaan. Bidang ketiga adalah kelembagaan (institution) yang
meliputi guru, murid, administrasi, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat.

6. Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)

Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-kawan di Ohio


State University AS dan model ini paling banyak diikuti oleh para evaluator. Model
ini memandang bahwa kurikulum yang dievaluasi adalah sebuah sistem, maka
apabila evaluator telah menentukan untuk menggunakan model CIPP, maka
evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan komponen-komponen
model CIPP. Model ini mengemukakan bahwa untuk melakukan penilaian terhadap
program pendidikan diperlakuakan empat macam jenis yaitu:

1. Penilaian konteks (context)yang bekaitan dengan tujuan.


Penilaian konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci
lingkungan, kebutuhan, populasi dan sample yang dilayani serta tujuan
pembelajaran. Kebutuhan siswa apa saja yang belum terpenuhi, tujuan apa
saja yang belum tercapai dan tujuan apa saja yang belum tercapai.
2. Penilaian masukan (input) yang berguna untuk pengambilan k eputusan
desain.
Maksud evaluasi ini adalah kemampuan siswa dan kemapuan sekolah dalam
menunjang pendidikan.
3. Penilaian proses (process) yang membimbing langkah operasional dalam
pembuatan keputusan.
Penilaian ini menunjukkan pada kegiatan yang dilakukan dala program,
apakah pelaksanaan kurikulum tetap sanggup melakukan tugasnya, siapa
yang bertanggung jawab melaksanakannya, dan lain-lain.

4. Penilaian keluaran yang memberikan data sebagai tambahan erbuatan


keputusan (product).

Penilaian keluaran adalah tahap akhir serangkaian evaluasi program


kurikulum, yang diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang
terjadi pada siswa.

7. Model Ten Brink

Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum yaitu; pertama,
tahap persiapan, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut:

1. Melukiskan secara spesifik pertimbangan dan keputusan yang dibuat.


2. Melukiskan informasi yang diperlukan.
3. Memanfaatkan informasiyang ada
4. Menentukan kapan dan bagaimana cara memperoleh informasi
5. Menyusun dnn memilih instrument pengumpulan informasi yang digunakan.

Kedua, tahap pengumpuln data melalui dua langkah yaitu memperoleh informasi
yang diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian
yang berisi keiatan – kegiatan sebgai berikut:

1. Membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan


2. Membuat keputusan yang merupakan suatu pilihan beberapa alternatif
tindakan
3. Mengikhtisarkan dan melaporkan hasil penilaian

8. Model Pendekatan Proses


Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan berkembang secara
kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting. Karakteristik model ini adalah:

1. Kriteria yang digunakanuntuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum


pelaksanaan (evaluator) berada di lapangan.
2. Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum.
3. Evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah merupakan satu kesatuan
yang utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian tertentu.

Adapun prosedur evaluasi kurikulum model pendekatan proses adalah sebagai


berikut:

1. Pengumpulan data dari berbagai sumber, misalnya kepala sekolah atau


madrasah, guru dan tenaga kependidikan
2. Menganalisis data setelah data terkumpul dari berbagai sumber
3. Pengambilan keputusan dan berpijak pada kelebihan dan kekurangan suatu
kurikulum, sehingga akan melahirkan pemikiran alternativ untuk perbaikan
atau inovasi kurikulum.

9. Model Evaluasi Kuantitatif

Model kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam penggunaan prosedur
kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran
paradigma positivisme. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, paradigma
positivism menjadi tradisi keilmuan dalm evaluasi terutama melalui tradisi
psikometrik.

Hal lain yang dapat dikemukakan mengenai model-model kuantitatif ini ialah
persamaan mereka dalam fokus evaluasi yaitu pada kurikulum dimensi hasil belajar.
Ada beberapa macam dalam model evaluasi kuantitatif yaitu:

1. Model balck box Tyler

Model Tyler dinamakan Black Box karena tidak ada nama resmi yang diberikan
oleh pengembangnya. Tyler, yang mengajukan model ini menuliskan buah
pikirannya tersebut tidak dalam satu tulisan lepas mengenai evaluasi kurikulum.
Buku yang diberi judul Basic principles of curriculum and instruction ditulis ketika
ia bertugas sebagai professor di Universitas Chicago.
Model yang dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu: evalusai yang
ditunjukkan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada
tingkah laku awal peserta didik sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada saat
peserta didik telah melaksanakan kurikulum tersebut.

Dengan dasar evaluasi yang kedua, Tyler menghendaki evaluator dapat


menetukan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar yang diperoleh
dari kurikulum. Dalam pelaksanaannya, Tyler mengemukakan ada tiga prosedur
utama yang harus dilakukan yaitu:

 Menentukan tujuan kurikulum yang akan di evaluasi


 Menentukan situasi di mana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk
memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan
 Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku
peserta didik.

Model evluasi Tyler memiliki keunggulan dalam kesederhanaannya. Evaluator


dapat memvokuskan kajian evaluasinya hanya pada satu dimensi kurikulum yaitu
dimensi hasil belajar. Keunggulan model Tyler pada sisi lain menjadi titik lemah
model ini. Fokus pada hasil belajar dan mengabaikan dimensi proses adalah sesuatu
yang tidak sejalan dengan pendidikan.

Faktor lain yang menyebabkan kelemahan model ini adalah kenyataan yang
diungkapkan oleh banyak studi yang mengkaji dimensi proses. Kenyataan yang
terungkap dari hasil studi tentang proses ini menyebabkan sukar untuk melakukan
claim bahwa hasil yang diperlihatkan oleh peserta didik adalah hasil yang
ditimbulkan kurikulum yang dievaluasi

2. Model teoritik Taylor dan Maguire

Model ini lebih mendasarkan dirinya pada pertimabangan teoritik suatu model
evaluasi kurikulum. Unsur-unsur yang ada dalam model ini seperti sumber sosial
tujuan, tujuan yang dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral,
pengembangan strategi dan semangat psikometrik kiranya merupakan pengaruh
Tyler yang mungkin tidak didasari Taylor dan Maguire.
Berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan tersebut maka satuan
pendidikan mengembangkan visi dan tujuan yang ingin dicapai satuan pendidikan
tersebut. Tugas tugas tersebut yaitu:

 Menjadi pengembang tanggung jawab para pengembang kurikulum ditigkat


satuan pendidikan
 Mencari data mengenai keserasian antara tujuan umum dengan tujuah
behavioral dan hasilnya dimasukkan menjadi vektor lanjur matrik penafsiran
 Mengevaluassi pengembangan tujuan tersebut menjadi pengalaman belajar.

3. Model pendekatan sistem Alkin

Pendekatan ini memiliki keunikan dibandingkan pakar evaluasi lainnya dimana ia


memasukkan unsur pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Model ini
dikembangkan berdasarkan empat asumsi yaitu:

 Variable perantara adalah merupakan satu-satunya kelompok varabel yang


dapat dimanipulasi.
 Sistim luar tidak langsung dipenaruhi oleh keluaran sistim
 Para pengambil keputusan sekolah tidak memiliki kontrol mengenai pengaruh
yang diberikan sistim luar.
 Faktor masukkan mempengaruhi aktivitas faktor perantara

Pada dasarnya, model pendektan system Alkin dapat digunakan untuk melakukan
kajian mengenai kurikulum di Indonesia terlebih-lebih ketika satuan pendidikan telah
memiliki KTSP. Kekuatan model ini adalah keterkaitannya dengan sistem. Evaluasi
suatu satuan pendidikan yang masing-masing sangat dimungkiinkan karena setiap
satuan pendidikan itu merupakan unit yang dikendalikan secara khusus dengan
berlakunya manajemen berbasis sekolah.

Kelemahan model ini terutama keterbatasannya dalam fokus kajian. Model ini
hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan
oleh sekolah. Dala situasi pengembangan kurikulum yang sekarang (KTSP) model
ini dapat digunakan setelah kurikulum tersebut berhasil dikembangkan dan siap
dilaksanakan di satuan pendidikan tersebut.
4. Model countenance stake

Model ini adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake.
Stake mengemukakan keseluruhan keiatan evaluasi yang harus dilakuakan dengan
cara yang diinginkan bagaimana evaluasi tersebut dilakukan. Dalam buku ini model
Stake dikelompokkan sebagai model evaluasi kuntitatif karena pada awalnya model
ini dikembangkan dengn pendekatan kuantitatif. Tapi, apabila kemudian
adaevaluator yang ingin menggunakan model ini dengan pendekatan kualitatif tentu
saja.

10. Model Ekonomi Mikro

Model ekonomi mokro pada dasarnya adalah model yang menggunakan


pendekatan kuantitatif. Sebagaimana kebanyakan model kuantitatif, model ekonomi
mikro memiliki fokus utama pada hasil (hasil dari pekerjaan, hasil belajar dan hasil
yang diperkirakan).

Dalam mengukur hasil, digunakan suatu instrument yang sudah ditandarisasi.


Penggunaan instrumen standar penting karena hanya dengan demikian perbandingan
antara biaya dengan hasil dapat dilakukan secara berimbang. Kurikulum lain yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan lain mungkin didasarkan atas ide yng berbeda.
Dalam pandangan teoritikkurikulum satuan pendidikan tersebut dinyatakan baahwa
seseorang yang telah menyelesaikan studinya harus memiliki pengetahuanyang
cukup untuk dapat hidup produktif di masyarakat.

Persoalan mengenai persamaan tujuan kurikulum yang akan dibandinkan


tidak akan dialami oleh evaluator yang akan menerapkan model cost-benefit. Hal
penting lainnya ialah bahwa skala penilaian tersebut diukur pada pengukuran interval
dan bukan ordinal.

Model terakhir dari kelompok mikro ekanomi ialah yang dinamakan model
cost-feasibility. Berbeda dengan ketiga model terdahulu, model ini tidak berusaha
mencari hubungan antara biaya dengan hasil tertentu. Perhitungan biaya masa depan
perlu diperhitungkan agar kurikulum yang dikembangkan tersebut mendapat jaminan
dalam implementasinya.
11. Model Evaluasi Kualitatif

Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses
pelaksanaankurikulum sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu kurikulum
dalam dimensi kegiatan atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan
dimensi lain suatu kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama
terhadap proses dimensi lain.

Model utama evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian kuatnya posisi
studi kasus sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif sehingga setiap
orang berbicara tentang model evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera
muncul dalam kontak memorinya.4

4
Muhammad Bushairi, https://muhammadbushairi.wordpress.com/2012/06/28/makalah-evaluasi-
kurikulum/, diakses pada Selasa 30 Mei 2017, pukul 16.15 WIB
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan penilaian, penjaminan


dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka
menentukan keefektifan kurikulum, senagkan penilaian hasil belajar adalah
suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penafsiran informasi tentang
proses dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbanagn dan kriteria
tertentu untuk membuat suatu keputusan.
2. Objek evaluasi kurikulum adalah :
a.Tujuan pendidikan
b. Isi atau materi kurikulum
c.Strategi pembelajaran
d. Program penilaian
3. Dengan mengutip pemikian Doll (1976), dikemukakan syarat-syarat evaluasi
kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to
goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and
integration.”
4. Model-Model evaluasi kurikulum:
Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model), model
evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented
evaluation model), model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal
free evaluation model), model campuran multivariasi, model evaluation
program for innovate curriculumbs (EPIC), model CIPP (Contex, Input,
Procces, and Product), model Ten Brink, model Pendekatan Proses, model
Evaluasi Kuantitatif, model Ekonomi Mikro, model Evaluasi Kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Sumber Internet:

Bowo Putra, www.academia.edu/11848349/Bab-v-evaluasi-kurikulum.html, diakses


pada Selasa, 30 Mei 2017 pukul 15.55 WIB

MuhammadBushairi,https://muhammadbushairi.wordpress.com/2012/06/28/
makalah-evaluasi-kurikulum/, diakses pada Selasa 30 Mei 2017, pukul 16.15 WIB

Shabill, http://queenshabill-justsayit.blogspot.co.id/2011/06/objek-evaluasi-
kurikulum.html, diakses pada Selasa, 30 Mei 2017, pukul 16.03 WIB

Anda mungkin juga menyukai