Disusun Oleh :
1. Hidayatus Sofvi R (220101254)
2. Rahmatur Rizki F (220101179)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting
dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum.
Evaluasi menjadi bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian dari sistem
manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan
dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak akan bisa
mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Tapi, dengan adanya evaluasi, kita dapat menjadikan hasil yang
diperoleh sebagai balikan (feed-back) dalam memperbaiki dan menyempurnakan
kurikulum. Sehingga, hasil-hasil kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang
kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan
menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan
model kurikulum yang digunakan.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba untuk
memaparkan bagaimana evaluasi pelaksanaan kurikulum dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi pelaksanaan kurikulum?
2. Apa saja obyek-obyek evaluasi pelaksanaan kurikulum?
3. Apa syarat evaluasi pelaksanaan kurikulum?
4. Bagaimana model-model evaluasi pelaksanaan kurikulum?
C. Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian evaluasi pelaksanaan kurikulum.
2. Agar dapat mengetahui obyek-obyek evaluasi pelaksanaan kurikulum.
3. Agar dapat mengetahui syarat evaluasi pelaksanaan kurikulum.
4. Agar dapat mengetahui model-model evaluasi pelaksanaan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 265.
dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam
rangka menentukan keefektifan kurikulum, senagkan penilaian hasil belajar adalah
suatu kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penafsiran informasi tentang proses
dan hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbanagn dan kriteria tertentu untuk
membuat suatu keputusan.
2
Shabill, http://queenshabill-justsayit.blogspot.co.id/2011/06/objek-evaluasi-kurikulum.html,
diakses pada Selasa, 30 Mei 2017, pukul 16.03 WIB
C. Syarat Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum
3
Bowo Putra, www.academia.edu/11848349/Bab-v-evaluasi-kurikulum.html, diakses pada
Selasa, 30 Mei 2017 pukul 15.55 WIB
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan
atas teori dan metode tes psikologi dan serta eksperimen lapangan. Tes psikologi atau
tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang
ditunjukkan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes bawaan yang mengukur
perilaku skolastik.
Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses
pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain,
tetapi diukur dengan seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu. Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan atau
kompetensi tersebut.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipeuhi oleh tim pengembang model
obyektif, yaitu sebagai berikut:
Dasar-dasar teori Tvlor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai
rancangan kurikulum, dan mencapai puncaknya dalam system belajar berprogram
dan system instruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (Individually
Prescribed Instruction). Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang mengikuti 7
unsur, yaitu:
1. Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat
dan unit-unit
2. Suatu prosedur program testing
3. Pedoman prosedur penulisan
4. Materi dan alat-alat pengajaran
5. Kegiatan guru dalam kelas
6. Kegiatan murid dalam kelas
7. Prosedur pengelolaan kelas.
3. Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation
model)
Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivareasi ini adalah:
Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum yaitu; pertama,
tahap persiapan, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut:
Kedua, tahap pengumpuln data melalui dua langkah yaitu memperoleh informasi
yang diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian
yang berisi keiatan – kegiatan sebgai berikut:
Model kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam penggunaan prosedur
kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran
paradigma positivisme. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, paradigma
positivism menjadi tradisi keilmuan dalm evaluasi terutama melalui tradisi
psikometrik.
Hal lain yang dapat dikemukakan mengenai model-model kuantitatif ini ialah
persamaan mereka dalam fokus evaluasi yaitu pada kurikulum dimensi hasil belajar.
Ada beberapa macam dalam model evaluasi kuantitatif yaitu:
Model Tyler dinamakan Black Box karena tidak ada nama resmi yang diberikan
oleh pengembangnya. Tyler, yang mengajukan model ini menuliskan buah
pikirannya tersebut tidak dalam satu tulisan lepas mengenai evaluasi kurikulum.
Buku yang diberi judul Basic principles of curriculum and instruction ditulis ketika
ia bertugas sebagai professor di Universitas Chicago.
Model yang dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu: evalusai yang
ditunjukkan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada
tingkah laku awal peserta didik sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada saat
peserta didik telah melaksanakan kurikulum tersebut.
Faktor lain yang menyebabkan kelemahan model ini adalah kenyataan yang
diungkapkan oleh banyak studi yang mengkaji dimensi proses. Kenyataan yang
terungkap dari hasil studi tentang proses ini menyebabkan sukar untuk melakukan
claim bahwa hasil yang diperlihatkan oleh peserta didik adalah hasil yang
ditimbulkan kurikulum yang dievaluasi
Model ini lebih mendasarkan dirinya pada pertimabangan teoritik suatu model
evaluasi kurikulum. Unsur-unsur yang ada dalam model ini seperti sumber sosial
tujuan, tujuan yang dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral,
pengembangan strategi dan semangat psikometrik kiranya merupakan pengaruh
Tyler yang mungkin tidak didasari Taylor dan Maguire.
Berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan tersebut maka satuan
pendidikan mengembangkan visi dan tujuan yang ingin dicapai satuan pendidikan
tersebut. Tugas tugas tersebut yaitu:
Pada dasarnya, model pendektan system Alkin dapat digunakan untuk melakukan
kajian mengenai kurikulum di Indonesia terlebih-lebih ketika satuan pendidikan telah
memiliki KTSP. Kekuatan model ini adalah keterkaitannya dengan sistem. Evaluasi
suatu satuan pendidikan yang masing-masing sangat dimungkiinkan karena setiap
satuan pendidikan itu merupakan unit yang dikendalikan secara khusus dengan
berlakunya manajemen berbasis sekolah.
Kelemahan model ini terutama keterbatasannya dalam fokus kajian. Model ini
hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan
oleh sekolah. Dala situasi pengembangan kurikulum yang sekarang (KTSP) model
ini dapat digunakan setelah kurikulum tersebut berhasil dikembangkan dan siap
dilaksanakan di satuan pendidikan tersebut.
4. Model countenance stake
Model ini adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake.
Stake mengemukakan keseluruhan keiatan evaluasi yang harus dilakuakan dengan
cara yang diinginkan bagaimana evaluasi tersebut dilakukan. Dalam buku ini model
Stake dikelompokkan sebagai model evaluasi kuntitatif karena pada awalnya model
ini dikembangkan dengn pendekatan kuantitatif. Tapi, apabila kemudian
adaevaluator yang ingin menggunakan model ini dengan pendekatan kualitatif tentu
saja.
Model terakhir dari kelompok mikro ekanomi ialah yang dinamakan model
cost-feasibility. Berbeda dengan ketiga model terdahulu, model ini tidak berusaha
mencari hubungan antara biaya dengan hasil tertentu. Perhitungan biaya masa depan
perlu diperhitungkan agar kurikulum yang dikembangkan tersebut mendapat jaminan
dalam implementasinya.
11. Model Evaluasi Kualitatif
Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses
pelaksanaankurikulum sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu kurikulum
dalam dimensi kegiatan atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan
dimensi lain suatu kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama
terhadap proses dimensi lain.
Model utama evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian kuatnya posisi
studi kasus sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif sehingga setiap
orang berbicara tentang model evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera
muncul dalam kontak memorinya.4
4
Muhammad Bushairi, https://muhammadbushairi.wordpress.com/2012/06/28/makalah-evaluasi-
kurikulum/, diakses pada Selasa 30 Mei 2017, pukul 16.15 WIB
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber Internet:
MuhammadBushairi,https://muhammadbushairi.wordpress.com/2012/06/28/
makalah-evaluasi-kurikulum/, diakses pada Selasa 30 Mei 2017, pukul 16.15 WIB
Shabill, http://queenshabill-justsayit.blogspot.co.id/2011/06/objek-evaluasi-
kurikulum.html, diakses pada Selasa, 30 Mei 2017, pukul 16.03 WIB