Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

“Aplikasi Manajemen Mutu”

Dosen Pengampu :
Purwanto, S.Si.,M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 12
Maria Putriguna Sinaga (4223321014)
Yustika Tarigan ( 4222421010 )

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun tenaganya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak lupa kami ucapkan kepada bapak Purwanto, S.Si.,M.Pd selaku dosen pengampu
mata kuliah Manajemen pendidikan yang telah membimbing kami untuk menghasilkan dan
membuat tugas ini dengan sebaik-baiknya.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Medan, November 2023

Kelompok 12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sebagai dasar pembentukan sumber daya manusia memiliki banyak
masalah. Ini termasuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memenuhi harapan pihak
berwenang seperti orang tua, siswa, dan masyarakat. Pendidikan yang baik sangat penting
untuk menghasilkan orang yang cerdas, kreatif, dan siap bersaing di seluruh dunia. Oleh
karena itu, untuk memastikan bahwa institusi pendidikan dapat menyediakan pendidikan
berkualitas tinggi, diperlukan pendekatan yang sistematis dan terarah. Manajemen mutu
memberikan kerangka kerja yang dapat membantu institusi pendidikan mencapai tujuan
tersebut. Manajemen mutu dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas institusi pendidikan dengan memfokuskan pada hal-hal seperti pengelolaan proses
pembelajaran, fokus pada kepuasan pelanggan, dan perbaikan berkelanjutan.

Paradigma manajemen mutu telah muncul sebagai suatu paradigma yang memiliki
kemampuan untuk memberikan arahan yang sistematis untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Konsep ini tidak hanya berfokus pada produk akhir, yaitu lulusan yang
berkualitas, tetapi juga pada proses yang berkontribusi pada pembentukan kualitas tersebut.
Prinsip-prinsip manajemen mutu seperti orientasi pada pelanggan, pengelolaan berbasis
proses, dan peningkatan berkelanjutan memberikan landasan bagi lembaga pendidikan untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan memperbaiki berbagai aspek sistem pendidikan mereka.

Aplikasi manajemen mutu dalam pendidikan sekarang bukan sekadar tren; itu adalah
kebutuhan mendesak. Lembaga pendidikan dapat mengoptimalkan operasional dan
meningkatkan pengalaman belajar siswa dengan menggunakan alat dan kerangka kerja yang
telah diuji, seperti standar ISO 9001:2015. Lebih dari itu, manajemen mutu memungkinkan
semua pihak berpartisipasi secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, memberikan
kritik konstruktif, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran
berkelanjutan.

Makalah ini akan membahas berbagai aspek penerapan manajemen mutu dalam
pendidikan dalam dunia yang terus berubah. Dengan memahami konteks ini secara
menyeluruh, kita dapat menjelaskan bagaimana penerapan manajemen mutu dapat membawa
perubahan besar dalam dunia pendidikan dan membantu menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif, responsif, dan relevan. Ini akan membantu generasi mendatang
mempersiapkan diri untuk dunia yang rumit dan kompleks yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tantangan utama yang dihadapi oleh lembaga pendidikan dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran dan memenuhi harapan stakeholder?
2. Apa ide utama tentang manajemen mutu, dan bagaimana dapat diterapkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan?

3. Bagaimana institusi pendidikan dapat menerapkan konsep manajemen mutu, terutama yang
berkaitan dengan standar ISO 9001:2015?

4. Apa keuntungan yang dapat diperoleh dari menerapkan manajemen kualitas di institusi
pendidikan, terutama dalam hal efisiensi operasional dan kualitas pembelajaran?

1.3 Tujuan
1. Menganalisis Tantangan dalam Pendidikan

2. Menjelaskan Konsep Manajemen Mutu

3. Menyajikan Aplikasi Manajemen Mutu dalam Pendidikan

4. Menganalisis Dampak Positif Penerapan Manajemen Mutu


BAB II

PEMBAHASAN
A. Manajemen Mutu Pendidikan
Mutu atau Quality sesunggunya merupakan sebuah konsep yang kontradiktif sebab
disatu sisi mutu dapat diartikan sebagai konsep yang absolute dan disisi lain juga dapat
diartikan sebagai konsep relative. Sebagai konsep yang absolute, mutu dipahami sebagai
dasar penilaian untuk kebaikan, kecantikan dan kebenaran yang memungkinkan standar
tinggi rrdan tidak dapat diungguli. Dalam pemahaman seperti ini, produk-produk dianggap
bermutu bila produk tersebut disebut dengan sempurna dan tidak menghemat biaya. Sebagai
konsep dasarnya, mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki. Menurut filosofi
manajemen lama,”kalau belum rusak janganlah diperbaiki”.

Mutu didasarkan pada konsep bahwa setiap proses dapat diperbaiki dan tidak konsep
yang sempurna. Menurut filosofi manajemen yang baru,”bila tidak rusak, perbaikilah, karena
bila anda tidak melakukan orang lain pasti melakukannya33. Salah satu dasar pemikran yang
melandasi lahirnya UndangUndang No. 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah untuk menyesuaikan dengan
perkembangan baik secara eksternal maupun secara internal khusunya menghadapi tantangan
pesaingan global. Ada tiga pilar kemampuan dasar yang diperhatikan agar mayarakat
Indonesia dapat ikut dalam persaingan global yaitu kemampuan manajemen, kemampuan
tekhnologi, dan kualitas sumber daya manusia, yang kesemuanya itu dapat dicapai melalui
pendidikan yang bermutu.

Mutu yang dimaksud bukan hanya memenuhi standar nasional tetapi juga perlu
memenuhi standar internasional. Manajemen mutu dalam konteks pendidikan dapat diartikan
sebuah cara atau metode meningkatkan performansi secara terus menerus pada hasil atau
proses disebuah lembaga pendidikan dengan mendayagunakan semua sumber daya manusia
dan modal yang tersedia. Oleh karena itu, Untuk melakukan bagaimana kualitas mutu
pendidikan yang diharapkan dapat mencapai hasil maksimal dari hasil pembelajaran, maka
secara sederhana kita harus juga memperhatikan dan memerlukan tentang manajemen
perencanaan mutu dan kebijakan mutu dalam suatu lemabaga pendidikan untuk menghasilkan
pendidikan yang sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional.

Prinsipnya bahwa komitmen yang harus dibangun dalam setiap diri kualitas adalah
pemahaman bahwa:

1. Kualitas merupakan kunci ke arah program yang berhasil. Kurang perhatian terhadap
kualitas akan mengakibatkan kegagalan dalam jangka panjang.

2. Perbaikan-perbaikan kualitas menuntut komitmen manajemen sepenuhnya untuk dapat


berhasil.
3. Perbaikan kualitas adalah kerja keras. Tidak ada jalan pintas atau perbaikan cepat.
Menuntut perbaikan budaya bagi organisasi secara keseluruhan.

4. Perbaikan kualitas menuntut banyak pelatihan.

5. Perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua karyawan secara aktif dan komitmen
mutlak dari semua manajemen.

Tujuan dari manajemen mutu pendidikan adalah:

1. Untuk memelihara dan meningkatkan kualitas secara berkelanjutan (sustainable) yang


dijalankan secara sistemik untuk memenuhi kebutuhan stakeholders. Pencapaian ini
membutuhkan sebuah manajemen yang efektif agar tujuan tersebut tidak mengecewakan bagi
para pelanggan atau masyarakat. Karena itu lembaga pendidikan harus mengambil peran aktif
mewujudkan keinginan stakeholders.

2. Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplementasikan dengan mudah
dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultul, sosial
ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografis.

3. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu manajemen merupakan tanggung jawab


semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan pada
tataran lembaga pendidikan. Membangun manajemen mutu pendidikan harus menjadi agenda
dan kerja nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan visi dan misi baru.

Di lingkungan lembaga pendidikan, konsep manajemen mutu pendidikan secara


sederhana dapat dilihat dari perolehan angka hasil ujian atau bagaimana alumni lembaga
pendidikan tersebut dapat mengaplikasikan perolehan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari dalam masyarakat. Atau dengan kata lain mereka dapat dipercaya
menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuannya meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik..

Strategi Dasar untuk mencapai manajemen mutu pendidikan adalah:

1. Mengidentifikasi kekurangan dan masalah yang ada di lembaga.

2. Mengadopsi filosofis mutu.

3. Secara terus-menerus melakukan usaha-usaha perbaikan mutu.

4. Melibatkan semua orang yang bersangkutan dengan pendidikan.

Adapun ciri-ciri mutu pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Memiliki masukan siswa dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.

2. Dapat menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu.

3. Memiliki fasilitas sekolah yang menunjang efektivitas dan efesiensi kegiatan belajar
mengajar.
4. Memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refleksi dari
kinerja kepemimpinan profesional.

B. Ruang Lingkup Manajemen Mutu Pendidikan


Manajemen mutu pendidikan tidak lepas dari tiga model yaitu: input, proses dan
output. Dalam usaha peningkatan mutu dengan menggunakan model ini, ada beberapa
kriteria dan karakteristik sekolah yang harus dipenuhi sebagai berikut:

a. Input Pendidikan Input pendidikan meliputi aspek sebagai berikut:

1) Memiliki Kebijakan Mutu Lembaga pendidikan secara eksplisit menyatakan kebijakannya


tentang mutu yang diharapkan. Dengan demikian gerak nadi semua komponen lembaga
tertuju pada peningakatan mutu sehingga semua pihak menyadari akan pentingnya mutu.
Kesadaran akan pentingnya mutu yang tertanam pada semua gerak komponen sekolah akan
memberikan dorongan kuat pada upayaupaya atau usaha-usaha peningkatan mutu.

2) Sumber Daya Tersedia dan Siap Sumber daya merupakan input penting yang diperlukan
untuk berlangsung proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumber daya yang memadai, proses
pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara memadai, yang pada gilirannya
mengakibatkan sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumber daya dapat dibagi menjadi dua,
sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan
lain sebagainya) dengan penegasan bahwa sumber daya selebihnya tidak akan mempunyai
arti apapun bagi perwujudan sasaran sekolah tanpa adanya campur tangan sumber daya
manusia.

3) Memiliki Harapan Prestasi Tinggi Sekolah mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi
untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki
komitmen dan motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal.
Demikian juga dengan guru dan peserta didik, harus memiliki kehendak kuat untuk
berprestasi sesuai dengan tugasnya.

4) Fokus Pada Pelanggan (Khususnya Peserta Didik) Pelanggan, terutama peserta didik,
harus merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua input dan proses yang
dikerahkkan di sekolah, tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan peserta
didik. Konsekuensi logis dari ini semua adalah bahwa penyiapan input dan proses belajar
mengajar harus benarbenar mewujudkan sosok utuh mutu dan kepuasan yang diharapkan dari
peserta didik. Syafaruddin membuat kategorisasi pelanggan dunia pendidikan menjadi dua
bagian, yaitu pelanggan dalam (internal customer) yang terdiri dari: pegawai, pelajar dan
orang tua pelajar. Sementara yang termasuk pelanggan luar (exsternal customer) adalah:
perguruan tinggi, dunia bisnis, militer dan masyarakat luas pada umumnya.

5) Input Manajemen Sekolah memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan
roda sekolah. Kepala sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan
sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu
kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya secara efektif. Input manajemen yang dimaksud
adalah: tugas yang jelas, rencana yang rinci, dan sistematis, program yang mendukung bagi
pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi
warga sekolah untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan
efesien untuk menyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.

C. Peningkatan Mutu Pendidikan


Mutu tidak terjadi begitu saja, ia harus direncanakan. Mutu harus menjadi bagian
penting dari strategi institusi dan didekati secara sistematis dengan menggunakan proses
strategis35. Mutu yang dapat ditingkatkan dalam pendidikan adalah meliputi Input, Proses,
dan Output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud, berupa sumber daya dan
perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.

Peningkatan mutu pendidikan misalnya dapat dilihat dari terjadinya peningkatan


penghayatan dana pengalaman nilai-nilai kemampuan yang meliputi:

a) Peningkatan ketaqwaan, keimanan

b) Berkembangnya wawasan kebangsaan

c) Terbentuknya kepridian nasional yang tangguh

d) prestasi akademik maupun non-akademik

Adapun peningkatan relevansi dapat diukur dari kesesuaian apa yang dIpelajari di
sekolah dengan tuntutan masyarakat dan lapangan kerja, serta kemampuan anak-anak bangsa
ini dalam beradaptasi perubahansosial, budaya, ekonomi, maupun polotik tingkat lokal,
nasional maupun global.

1. Sasaran Pengendalian Mutu Pendidikan

Dalam tingkat operasional kelembagaan sekolah, sasaran pengendalian mutu


ditujukan pada aspek input pendidikan, proses dan output atau hasil pendidikan. Menurut
Djajuli (dalam Nanang dan Ali (2006) substansi pengawasan pendidikan secara educative
adalah: (a) pengawasan implementasi kurikulum, pengajaran, pemahaman guru terhadap
kurikulum, penjabaran guru terhadap teknik penilaian, penjabaran dan penyesuaian
kurikulum (b) pengawasan kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan menurut Syaodih (2006) bidang pengendalian ditujukan pada biding


utama pendidikan, yaitu kurikulum, bimbingan siswa serta manajemen pendidikan. Bidang
kurikulum berkaitan dengan perumusan tujuan pendidikan, bahan ajar, proses pengajaran,
serta evaluasi, baik secara keseluruhan program pendidikan di sekolah maupun untuk setiaop
bidang studi. Bidang bimbingan siswa berkaitan denngan program pembinaan siswa dan
bimbingan dan konseling, sedangkan bidang manajemen berkaitan dengan upaya pengaturan
dan pemanfaatan segala sumber daya dan dana pendidikan yang ada di sekolah. Bidang ini
mencakup manajemen personil, siswa, sarana dan prasarana, fasilitas pemndidikan biaya dan
kerja sama dengana masyarakat atau pihak luar sekolahj. Ketiga bidang ini mempunyai arah
sasaran yang sama, yaitu perkembangan siswa secara optimal.

D. Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan


Standar Pendidikan Nasioanal telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang diundangkan pada
tanggal 16 Mei 2005, Lembaran Negara Tahun 2005 No.14. Standar Pendidikan adalah
kriteria minimal tentang Sistem Pendidikan diseluruh wilayah hukum negara kesatuan
Replublik Indonesian.

Untuk itu di dalam pengembangan mutu yang terstandarisasi secara nasional adalah
sebagai berikut:

a) Standar Isi

Standar Isi adalah runag lingkup materi yang dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kreteria tentang komptensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.

b) Standar Proses

Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

c) Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

d) Standar Pendidik dan Tenga Kependidikan

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kreteria pendidik pra jabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Termasuk di dalamnya
standar pengawasan sekolah/madrasah yang telah ditetapkan melalui Permendikanas No. 20
Tahun 2007.

e) Standar Sarana dan Prasara

Standar sarana dan Prasarana adalah standar pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
minimal tentang ruang belajar, tempat berlah raga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
f) Standar Pengelolaan

Standar Pengelolaan pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah adalah standar
pengelolaan pendidikan untuk sekolah/madrasah yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pendidikan.

g) Standar Pembiayaan

Standar Pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasional satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

h) Standar Penilaian Pendidikan

Standar Penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian khas belajar peserta didik.

Dalam penjelasan PP No. 19 Tahun 2005 dijelaskan secara rinci bahwa pada
hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi:

a) Pemersatu bangsa

b) Penyamaan kesempatan

c) Pengembangan potensi diri.

Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara kesatuan


Replubik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk
berpartisipasi dalam pembangunan. Dan memungkinkan bagi setiap warga Negara
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Sementara itu, Undang-Undang
Replubik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan
dasar hokum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-Undang
tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi
pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan
dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan sosial. Visi pendidikan
nasional adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memperdayagunakan semua warga Negara Indonesia agar berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan yang
selalu berubah.

E. Proses Pengendalian Mutu


Pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan membuat rencana,
dan rencana tersebut merupakan standar, artinya sejumlah kegiatan dapat dilakukan
dan dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan standar dengan kegiatan yang
dilakukan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan
yang telah diibuat. Menurut Mockler, proses pengendalian mutu dapat diuraikan menjadi
langkah-langkah sebagai berikut: (Walean, 2012) .

1.Menentukan sasaran.
Sasaran pokok proyek adalah menghasilkan produk atau instalasi dengan batasan
anggaran, jadwal, dan mutu yang telah ditentukan. Sasaran ini dihasilkan dari suatu
perencanaan dasar dan menjadi salah satu faktor pertimbangan utama dalam
mengambil keputusan untuk melakukan investasi atau membangun proyek,
sehingga sasaran-sasaran tersebut merupakan tonggak tujuan dari kegiatan pengendalian.

2.Lingkup kegiatan.
Untuk memperjelas sasaran, maka lingkup proyek perlu didefinisikan lebih lanjut,
yaitu mengenai ukuran, batas, dan jenis pekerjaan apa saja (dalam: paket kerja, SPK, RKS)
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan lingkup proyek keseluruhan.

3.Standar dan kriteria.


Dalam usaha mencapai sasaran secara efektif dan efisien, perlu disusun suatu standar,
kriteria, atau spesifikasi yang dipakai sebagai tolok ukur untuk membandingkan dan
menganalisis pekerjaan. Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih dan ditentukan harus
bersifat kuantitatif, demikian pula metode pengukuran dan perhitungannya harus dapat
memberikan indikasi terhadap pencapaian sasaran, seperti:

a. Berupa satuan uang, seperti anggaran per satuan unit pekerjaan (SRK), anggaran
pekerjaan per unit per jam, penyewaan alat per unit per jam, biaya angkutan per
ton per km;
b. Berupa jadwal, misalnya waktu yang ditentukan untuk mencapai deadline;
c. Berupa unit pekerjaan yang berhasil diselesaikan;
d. Berupa standar mutu, kriteria, dan spesifikasi, misalnya yang berhubungan dengan
kualitas material, dan hasil uji coba peralatan.

4.Merancang sistem informasi.


Satu hal yang perlu ditekankan dalam proses pengendalian proyekadalah
perlunya suatu sistem informasi dan pengumpulan data yang mampu memberikan
keterangan yang tepat, cepat, dan akurat. Sistem informasi tersebut harus dapat
mengolah data yang telah dikumpulkan tersebut menjadi suatu bentuk informasi yang
dapat dipakai untuk tindakan pengambilan keputusan. Pada akhir suatu kurun waktu
yang ditentukan, diadakan pelaporan dan pemeriksaan, pengukuran dan pengumpulan data
serta informasi hasil pelaksanaan pekerjaan. Agar memperoleh gambaran yang
realistis, pelaporan sejauh mungkin didasarkan atas pengukuran penyelesaian fisik
pekerjaan.

5.Mengkaji dan menganalisis hasil pekerjaan.


Pada langkah ini diadakan analisis atas indikator yang diperoleh dan mencoba
membandingkan dengan kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis ini penting
karena akan digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan. Oleh karena itu,
metode yang digunakan harus tepat dan peka terhadap kemungkinan adanya penyimpangan.

6.Mengadakan tindakan pembetulan.


Apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi penyimpangan yang cukup
berarti, maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan.
Tindakan pembetulan dapat berupa: (Darmawanti, 2019)
a.Realokasi sumber daya, misalnya memindahkan peralatan, tenaga kerja, dan kegiatan
pembangunan fasilitas pembantu untuk dipusatkan ke kegiatan konstruksi instalasi
dalam rangka mengejar jadwal produksi.
b.Menambah tenaga kerja dan pengawasan serta biaya dari kontingensi.
c.Mengubah metode, cara, dan prosedur kerja, atau mengganti peralatan yang
digunakan. Hasil analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik
perencanaan pekerjaan selanjutnya dalam rangka mengusahakan tetap
tercapainya sasaran semula.

Pengendalian mutu sebaiknya dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Menurut


Soeharto, tanda-tanda sebuah kegiatan pengendalian mutu dikatakan efektif, apabila:

1.Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan. Metode atau cara yang
digunakan harus cukup peka, sehingga dapat mengetahui adanya penyimpangan
selagi masih awal. Dengan demikian dapat diadakan koreksi pada waktunya sebelum
persoalan berkembang menjadi besar sehingga sulit untuk diadakan perbaikan.

2.Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar. Untuk maksud ini diperlukan
kemampuan dan kecakapan menganalisis indikator secara akurat dan objektif.

3.Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi
penyelenggaraan proyek. Dalam hal ini diperlukan kecakapan memilih titik atau masalah
yang strategis agar penggunaan waktu dan tenaga dapat efisien.

4.Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan penemuan, sehingga


dapat menarik perhatian pimpinan maupun pelaksana proyek yang bersangkutan, agar
tindakan koreksi yang diperlukan segera dapat dilaksanakan

5.Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan. Biaya yang dipakai untuk
kegiatan pengendalian tidak boleh melampaui faedah atau hasil dari kegiatan tersebut,
karena dalam merencanakan suatu pengendalian perlu dikaji dan dibandingkan dengan hasil
yang akan diperoleh.

6.Dapat memberikan petunjuk berupa prakiraan hasil pekerjaan yang akan datang, bilamana
pada saat pengecekan tidak mengalami perubahan.

Dan penyebab sebuah kegiatan pengendalian mutu dikatakan tidak efektif,


biasanya dikarenakan:

1.Karakteristik proyek. Proyek umumnya bersifat kompleks, dan melibatkan banyak


organisasi peserta dan lokasi kegiatan sering terpencar-pencar letaknya. Hal ini
mengakibatkan tidaklah mudah mengikuti kinerja masing-masing kegiatan dan
menyimpulkan menjadi laporan yang terkonsolidasi.
2.Masalah komunikasi dan koordinasi makin bertambah dengan besarnya jumlah peserta
dan terpencarnya lokasi.
3.Kualitas informasi. Laporan yang tidak tepat pada waktunya dan tidak pandai
memilih materi akanbanyak mengurangi faedah suatu informasi, ditambah lagi dengan
bila didasarkan atas informasi atau sumber yang kurang kompeten.
4.Kebiasaan di organisasi pemilik, pengelola proyek sebagian besar berasal dari
bidangbidang fungsional (teknik, operasi, pengadaan, dll) dengan pekerjaan yang
sifatnya rutin-stabil. Mereka yang sudah mapan dengan sikap dan kebiasaan yang
selama ini dialami, umumnya sulit menyesuaikan diri dalam waktu yang relatif singkat
dan cenderung resistant terhadap perubahan yang semestinya diperlukan untuk mengelola
proyek.
BAB III

PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Mutu atau Quality sesunggunya merupakan sebuah konsep yang kontradiktif sebab
disatu sisi mutu dapat diartikan sebagai konsep yang absolute dan disisi lain juga dapat
diartikan sebagai konsep relative. Sebagai konsep yang absolute, mutu dipahami sebagai
dasar penilaian untuk kebaikan, kecantikan dan kebenaran yang memungkinkan standar
tinggi rrdan tidak dapat diungguli. Manajemen adalah teori yang digunakan sebagai landasan
pijakan untuk menjalankan aktivitas organisasi yang telah ditentukan bersama, tercapainya
kebersamaan visi dan misi dalam institusi lembaga pendidikan khusus baik dalam ranah
tujuan bersifat national dan institusional. Peningkatan mutu pendidikan menjadi masalah
yang sangaturgen, berkaitan dengan pelanggan dari pengguna pendidikan secara langsung
"peserta didik" masyarakat.

Untuk terus memperbaiki dan mengembangkan semua potensi yang akan difasilitasi
oleh lembaga pendidikan di era otonomi daerah atau dalam konsep desentralisasi pendidikan
dalam pengelolaan, pelaksanaan, pengembangan, dan penentu kebijakan secara tersetruktur
mulai dari pemerintah pusat, peningkatan kualitas pendidikan menjadi masalah yang sangat
penting. berkaitan dengan pelanggan dari pengguna pendidikan secara langsung "peserta
didik" masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/WIN7/Pictures/5.%20BAB%202.pdf

Ma'arif, M. A. (2016). Manajemen Mutu Pendidikan. At-Ta'lim: Jurnal Pendidikan, 2(2), 39-
62.

Sumiati, S., & Ahmad, A. (2021). Pengendalian Mutu Pendidikan: Konsep Dan
Aplikasi. Iqra: Jurnal Magister Pendidikan Islam, 1(1), 43-50.

Yulianto, E. (2023). Konsep Pengendalian Mutu dan Aplikasi dalam Lembaga


Pendidikan. Al-Misbah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(01).

Yusuf, M. (2018). Membangun Manajemen Mutu Pendidikan Menghadapi Tantangan


Global. Edukasia Islamika, 7(1), 69202.

Anda mungkin juga menyukai