Anda di halaman 1dari 11

PRINSIP TQM DAN IMPLEMENTASI KONTEKS PENDIDIKAN

Ahmad Muniib Muqorroba, Muhammad Yasin


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri-Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Islam
Email : ahmadmuniibmuqorroba@gmail.com muhamadyasin@iainkediri.ac.id

Abstrak
Total Quality Management (TQM) merupakan salah satu strategi dalam
memperbaik dan meningkatkan mutu sebuah Lembaga. Dalam
mengimplementasikan prinsip TQM dapat dibagi menjadi beberapa fase guna
mendapatkan hasil maksimal. Fase tersebut adalah Fase Persiapan, fase
perencanaan dan pelaksanaan. Jika pengimplementasian prinsip umum Total
Quality Management yang telah disebutkan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan
Islam secara serius, maka diyakini tujuan dari TQM bisa dicapai oleh lembaga
tersebut dengan mendapat kepercayaan yang tinggi oleh pelanggan dan bisa
bersaing dengan Lembaga lain yang lebih baik
Kata Kunci: Prinsip TQM, Implementasi Prinsip

Pendahuluan
Total Quality Management adalah suatu sistem manajemen yang difokuskan
pada seluruh orang atau tenaga kerja, yang mempunyai bagian untuk meningkatkan
kepuasan pada pelanggan dengan memberikan kualitas yang sesuai dengan standar
perusahaan, namun dengan biaya pencapaian nilai lebih rendah dari nilai suatu
produk atau jasa. Dalam konsep ini diperlukan suatu komitmen dari setiap anggota
dalam organisasi atau perusahaan ..
Dunia Pendidikan semakin hari akan mengakalami perubahan yang cepat.
Lembaga yang sulit berkembang atau sudah merasa aman dengan keadaan sekarang
sangat mungkin tergilas dengan perubahan. Lembaga dengan system yang lebih
matang siap untuk menyingkirkan Lembaga yang tidak siap dengan permintaan
pasar dan perkembangan zaman. Perubahan dan peningkatan mutu akan direspon
oleh pelanggan untuk menitipkan peserta didik kepada Lembaga tersebut.
Peningkatan mutu yang baik bisa diperoleh dengan konsistensi dan
komitmen untuk selalu merefleksikan diri. Dengan memberikan mutu terjamin,
akan segera tersebar kepada pelanggan dan memberikan respon positif terhadap
Lembaga.
Sebagai pimpinan tertinggi dalam Lembaga sangat perlu memahami prinsip
TQM dengan pengimplementasian yang tepat. Manajer memiliki banyak pilihan
terkait konsep, prinsip dalam TQM. Namun, dalam penerepannya perlu strategi
yang khas dan khusus setiap Lembaga. Kepala Sekolah merupakan variable
terpenting. Kepala sekolah perlu membentuk Tim-tim dibawahnya. Tim tersebut
memiliki tanggung jawab dan tugas masing-masing.
Strategi yang tepat dalammenerapkan TQM dapat mempercepat mencapai
tujuan sekaligus meminimalisir kegagalan dalam mencapai tujuannya. Dalam
pelaksanaan TQM, semua anggota organisasidi satuan pendidikan bertanggung
jawab atas mutu pendidikan, maka diperlukan kerjasama semua anggota satuan
pendidikan untuk mencapaimanajemen yang efektif dan bermutu. TQM memiliki
empat prinsip yaitu: 1) Kepuasan pelanggan, 2) Respek terhadap setiap orang 3)
Manajemen berdasarkan fakta dan 4) Perbaikan berkesinambungan yang dapat
menunjang tercapainya tujuan lembaga Pendidikan. Sedangkan dalam
pengimplementasiaan ada 3 fase yang harus ditempuh Lembaga. Yaitu: Fase
persiapan, fase perencanaan dan fase pelaksanaan.

METODE
Penulisan artikel ini menggunakan pendekatan literature review. Literature
Review merupakan uraian teori, hasil penelitian dan temuan yang didapatkan dari
berbagai sumber untuk dijadikan sebagai landasan kegiatan penelitian. Literature
Review dapat memberikan informasi kepada pembaca atau peneliti tentang hasil-
hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, menghubungkan
penelitian dengan literatur-literatur yang ada serta mengisi celah-celah penelitian
sebelumnya
PEMBAHASAN
A. Prinsip TQM Menurut Hensler dan Brunell
Dalam dunia pendidikan mutu dan mutu pendidikan akan sangat
meningkat ditentukan oleh banyak aspek seperti guru, staf, siswa, program,
proses belajar mengajar, Dukungan keuangan, manajemen dan banyak lagi.
Namun, jika dikelompokkan di ada dua aspek utama dalam manajemen
pendidikan, yaitu aspek internal dan eksternal. Internal mengacu pada
keseluruhan komponen yang ada di dalam lingkungan lembaga, sedangkan
aspek internal adalah aspek yang berasal dari luar menunjang dan
menentukan keberhasilan pendidikan pada suatu lembaga. Keduanya akan
saling membantu dan mendukung untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengelolaan lembaga yang baik dan bermutu akan ditentukan oleh
besar kecilnya komitmen lembaga tersebut untuk mendapatkan dukungan
lingkungan, sosial dan juga tak lepas dari kebijakan pemerintah. Begitu pula
dengan keberhasilan program pemerintah dan masyarakat dalam pendidikan
harus didukung penuh oleh kemauan guru, staf dan siswa dalam
melaksanakan tugas pendidikan yang ditentukan oleh undang-undang
mengenai mutu. Mutu pendidikan mempunyai standar tertentu sesuai
dengan standar pendidikan nasional. Standar nasional ditetapkan sebagai
standar telah diteliti dan dapat diterapkan oleh seluruh lembaga pendidikan
di Indonesia. Draf terkait dengan standardisasi pendidikan nasional yang
bermakna bagi peningkatan mutu pendidikan, Oleh karena itu, keberadaan
standar nasional diharapkan dapat memotivasi sekolah memberikan
pelayanan terbaik kepada peserta didik di lingkungan pendidikannya.
Mutu tidak hanya menjadisebuah harapan dan cita-cita namun harus
menjadi suatu target riil yang harus dicapai dalamrangka peningkatan
kualitas secara berkelanjutan (continous improvement).
Untuk itu, M. Qomar menyatakan beberapa hal yang mulai
dilakukan pemerintah Indonesia saat ini dalam mengupayakan berbagai cara
untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai upaya. Seperti
penyesuaian, dan penyempurnaan kurikulum, perbaikan dan penataan
system pendidikan secara berjenjang pada semua jalur pendidikan,
peningkatan kualitas proses pembelajaran, termasuk dalam hal
kesejahteraan pendidik, saran dan prasarana Pendidikan serta standar
evaluasi yang baik, membangun fasilitas pendidikan, menetapkan standar
nasional pendidik, menggunakan sistem penjamin mutu, memperketat
akreditasi dan masih banyak lagi.1
Permasalahan mutu sangat penting bagi sebuah lembaga pendidikan
untuk menghasilkan output yang baik, sebab semakin bermutu lulusan yang
dihasilkan maka nilai jual dan ketertarikan untuk masuk ke lembaga
pendidikan tersebut semakin meningkat. Sebaliknya jika mutu rendah maka
mutu lulusan rendah yang berdampak pada rendahnya minat dan daya serap
masuk ke lembaga Pendidikan.
Dalam dunia bisnis, mutu adalah kepuasan pelanggan, bila
diterjemahkan dalam dunia pendidikan adalah kepuasan masyarakat
(stakeholders) terhadap output dari lembaga pendidikan itu sendiri. TQM
merupakan perluasan dan pengembangan dari jaminan mutu. TQM adalah
tentang usaha menciptakan sebuah kultur mutu, yang mendorong semua
anggota stafnya untuk memuaskan para pelanggan. 2 TQM di dunia
pendidikan selalu terkait dengan mutu pengalaman siswa. Untuk mencapai
kualitas mutu yang terbaik, dibutuhkan system yang menganut dalam
prinsip TQM. Banyak prinsip yang bisa diadopsi dalam dunia Pendidikan.
Prinsip dasar yang sangat penting dalam menentukan arah tujuan perbaikan.
Setelah tercapainya tujuan TQM dalam suatu waktu perlu dipertahankan
dan selalu dievaluasi. Hal ini diperlukan karena dunia selalu berjalan dengan
dinamis.

1 MujamilQomar, Kesadaran Pendidikan; Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan, (Yogyakarta:


Arruzz Media, 2012), Cet.1, h. 48.
2 Edward Sallis, op.cit. h. 59.
Salah satu prinsip TQM yang bisa dijadikan rujukan dalam tujuan TQM
adalah prinsip menurut Hensler dan Brunell, mereka menyampaikan dalam
Tjiptono dan Diana ada empat prinsip TQM, yaitu:
1. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan);
2. Respect for everyone (Respek pada setiap orang);
3. Manajemen berdasakan fakta;
4. Constinuous Improvement (Perbaikan berkesinambungan) 3
Dalam menerapkan prinsip diatas, diperlukan strategi dalam
mengimplementasikannya. Penerapannya dapat mengikuti klasifikasi menurut
Goets dan Davis, yaitu membaginya menjadi 3 fase. Fase Persiapan, Fase
Perencanaan dan fase pelaksanaan.

B. Implementasi TQM Dalam Konteks Pendidikan


Kata implementasi berarti penerapan; penggunaan implemen dalam kerja;
pelaksanaan; pengerjaan hingga menjadi terwujud; pengejawantahan; dan
penerapan implemen.4 Implementasi adalah proses dalam mencapai tujuan tertentu.
proses ini harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan komitmen dari semua fihak.
Sedangkan TQM (Total Quality Management) menurut Hardjosoedarmo
memberikan pengertian yang cukup menyeluruh, bahwa TQM adalah penerapan
metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk: 1) memperbaiki material
dan jasa yang menjadi masukan organisasi, 2) memperbaiki semua proses penting
dalam organisasi, dan 3) memperbaiki upaya memenuhi kebutuhan para pemakai
produk dan jasa pada masa kini dan waktu yang akan datang. 5 Dalam usahanya,
manusia dituntut untuk selalu menjaga sebuah mutu baik dalam dunia bisnis
maupun Pendidikan. Perlunya TQM untuk memastikan produk yang dihasilkan
senantiasa relevan dengan kebutuhan pelanggan.

3 Iin
Asikin, “Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Pendidikan Tinggi,” Hikmah:
Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2018): 323.
4 Tim Gama Jakarta, Kamus Saku Ilmiah Populer, (Jakarta: Gama Press, 2010), Cet.1, h. 278.
5 Soewarso Hardjosoedarmo, Total Quality Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004), h. 1.
Untuk mencapai tujuan tertentu, perlu menggunakan sebuah strategi khusus.
Hal ini diperlukan karena ketercapaian tujuan suatu impian akan bergantung
strategi yang digunakan. Strategi TQM dalam dunia bisnis akan berbeda dengan
strategi TQM dalam bidang Pendidikan. Meskipun demikian secara umum, berikut
garis besar strategi TQM dalam bidang Pendidikan sebagaiaman klasifikasi yang
Goetsh dan Davis (1994) kemukakan, yaitu fase persiapan, fase perencanaan dan
fase pelaksanaan. 6
1. Fase Persiapan
Fase ini sangat penting, dan akan menentukkan Langkah berikutnya.
Diperlukan komitmen dari manajemen puncak baik Kepala Sekolah maupun
Yayasan atas komitmen waktu dan tenaganya. Langkah-langkahnya sebagi beerikut
a. Membentuk Total Quality Steering Committe (SC)
Kepala Sekolah menunjuk beberapa guru dibawahnya yang dinailai mampu
dan meiliki komitmen tinggi terhadap Sekolah. Lalu Kepala Sekolahlah yang
menjadi ketuannya.
b. Membentuk Tim
Steering Committe perlu membentuk tim dalam pelaksanaan TQM. Akan
lebih maksimal jika pihak sekolah mendatangkan konsultan Pendidikan. Hal
ini berasalan, agar Kegiatan Belajar mengajar tetap berjalan dengan baik.
Namun jika tanpa konsultan dan Tim dari dewan guru sendiri, maka harus
mempersiapkan guru yang siap belajar terkait TQM, bisa melalui study tiru
sekolah lain atau bahkan lewat literasi dan pelatihan Manajemen.
c. Pelatihan TQM.
SC (Steering Commitee) membutuhkan pelatihan yang berkaitani dengan
filosofi, teknik dan alat-alat TQM sebelum memulai aktifitas TQM. Dalam
pelatihan ini, perlu mendatangkan pula seorang konsultan. Kemudian pada
jangka panjangnya, juga diadakan pelatihan yang serupa sebagai follow up
dari pelatihan yang pertama.

6 14
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Offset,
2003), h. 67.
d. Menyusun pernyataan Visi dan Prinsip Pedoman
Sebelum memperbaiki secara keseluruhan perlu adanya perumusan Visi dan
Pedoman dalam Lembaga. Hal ini penting untuk menjadi tujuan dan acuan
penyelenggaraan Lembaga tersebut.
e. Menyusun Tujuan Umum.
Tujuan Umum dalam Lembaga Pendidikan harus ditentukan secara gambling.
Bisa disebut juga tujuan umum merupakan penjabaran dari Visi tersebut
f. Komunikasi dan Publikasi
Yayasan, kepala Sekolah dan Steering Committe perlu mengkomunikasikan
setiap informasi mengenai visi dan misi, prinsip-prinsip sebagai pedoman,
tujuan dan konsep TQM.
g. Identifikasi Kekuatan dan kelamahan
Steering Committe harus secara objektif mengetahui dan mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan Lembaga yang akan melaksanakan TQM.
Pengidentifikasian ini perllu dan harus dilaksanakan. Sehingga dalam
pelaksanaan TQM akan dapat ditentukan metode dan pendekatan terbaik
TQM. Tujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan Lembaga tersebut adalah
menguatkan yang sudah baik dan menyoroti kekurangan yang perlu
diperbaiki. Misalnya Lembaga tersebut memiliki walimurid yang kritis dalam
kurikulum namun lemah dalam komunikasi dengan walikelas.
h. Identifikasi Pendukung dan Penolak.
Langkah ini di dorong ni bisa dilakukan bersamaan dengan langkah identikasi
kelemahan dan kekuatan atau sesudahnya. Di sini, Steering Committe
mengidentifikasi orang-orang kunci yang mungkin menjadi penolak dan
pendukung TQM. Terutama untuk anggota penolak TQM, ini dimungkinkan
terjadi, karena ada kemungkinan orang tersebut belum paham dan siap
dengan konsep TQM yang telah dijalankan. Dalam hal ini perlu dicari akar
permasalahannya dan diadakan Langkah langkah untuk meminimalisirnya.
i. Memperkirakan Sikap Karyawan
Dalam hali ini adalah lingkungan sekolah, baik guru, tenaga kependidikan
bahkan penjag Sekolah. Perlu diperhatikan juga respo mereka, karena jika
penyampaian tujuan TQM tidak tepat maka pelaksanaan TQM akan bisa
terhambat.
j. Mengukur Kepuasan Pelanggan.
Steering Committe harus mengetahui data awal kepuasan pelanggan terhadap
Lembaga. Ini bisa didapatkan melalu survey secara acak. Sehinngga menjadi
salah satu nilai ukur keberhasilan TQM

2. Fase Perencanaan
Fase ini memilik empat (4) Langkah. Setelah melewati fase persiapan lalu
merencanakannya secara sistematis. Adapun Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Merencanakan pendekatan implementasi, kemudian menggunakan siklus
PDCA (Plan-Do-Check-Adjust)
Steering Committe merancang dan menemtukan implementasi TQM
berdasarkan data yang diperoleh sebelumnya. Pelaksanaan TQM
dilaksanakan secara terus menerus, karena dalam kegiatan sehari-hari akan
akan terdapat evaluasi dan perubahan rencana yang bersifat perbaikan dan
disesuaikan dengan keadaan tertentu
b. Indetifikasi Proyek.
Steering Committe memilih proyek-proyek berdasarkan urgensi dan
kemampuan Lembaga awal TQM. Bisa dipetakan melalui data yang didapat
dari kekuatan dan kelamahan Lembaga. Juga ditentukan oleh anggota
Lembaga, Visi, Misi dan tingkat keberhasilan proyek yang dilaksanakan.
c. Komposisi Tim.
Proyek-proyek yang sudah ditentukan secara urgensi dan urutan
membutuhkan tim untuk esekusi, disinilah pentingnya memili personil dan
komposisi yang sesuai dengan kemampuan tim dan tujuan program TQM.
d. Pelatihan Tim.
Tim yang sudah ditentukan perlu dilakukan pelatihan. Mulai dari penjelasan
masalah, target yang dikerjakan, hasil yang diharapkan. Pelatiahan disini
tidak harus dengan lama dan resmi, bisa jadi cukup dengan rapat-rapat kecil
secara berkesinambungan. Sehingga bisa mengetahui pencapaian dan
umpan balik. Pelatihan ini juga bisa dilakukan oleh Steering Committe
sendiri atau Tim konsultan untuk lebih maksimal.

3. Fase Pelaksanaan
Ini adalah fase terpenting dalam TQM, setelah persiapan dan perencanaan
sudah sesuai, maka perlu komitmen yang tinggi dari semua pihak. Dalam fase
ini bisa jadi akan muncul masalah-masalah baru, atau justru penyelasaian
masalah lebih cepat. Maka perlu respon yang cepat dan baik oleh SC dan Tim
konsultan sehingga pelaksanaan TQM bisa berjalan sesuai harapan. Adapun
Langkah-langkahnya sebagai berikut
a. Penggiatan Tim
Steering Committe mengaktifkan Tim dan memberikan arahan tentang
tugas yang ditentukan dan mereka pelajari. Selama pelaksanaan TQM, tim
menggunakan siklus Plan-Do-Ceck_Action sebagai model proses TQM.
b. Umpan Balik Kepada Steering Committe.
Tim yang sedang bertugas memberikan informasi umpan balik dari
lingkungan Lembaga, informasi yang berasal dari dalam Lembaga misalkan
guru, siswa dan walimurid maupun dari luar Lembaga misalkan tetangga
sekolah dinas Pendidikan atau Kemenag dan lainnya. Hal ini bisa
didapatkan dari survey. Survey yang sifatnya formal bisa dilaksanakan
secara terjadwal, agar mengetahui kepuasan pelanggan secara
berkesinambungan.
c. Umpan balik dari Karyawan (Tim)
Steering Committe juga memantau tim yang ditugaskan mulai dari sikap
dan tugasnya. Sehingga tim yang menjadi motor pernggerak TQM juga
diketahui secara utuh. Kemudian mengadakan komunikasi yang intensif,
serta memberikan semangat perubahan TQM. Namun jika diketahui adanya
anggota Tim yang bertugas mengalami kesulitan dan kelemahan dalam
menjalankan tugas, bisa saja digantikan dengan anggota yang mampu dan
bisa mengemban tugas.
d. Memodifikasi Infrastruktur.
Infrastruktur disin bukan sebatas bangunan dalam Lembaga, namun bersifat
luas. Dalam pelaksanaan TQM bisa jadi menemukan hal baru diluar
perencanaan, maka Steering Committe memiliki kebijakan untuk merubah
atau memodifikasi rencana, Tim dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan TQM

KESIMPULAN
Prinsip Total Quality Management (TQM) di lembaga pendidikan, yaitu:
Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan); Respect for everyone (Respek pada
setiap orang); Manajemen berdasakan fakta; Constinuous Improvement (Perbaikan
berkesinambungan). Untuk menunjang implementasi TQM maka perlu strategi
pelaksanaan yaitu Fase Persiapan, Fase Perencanaan dan Fase Pelaksanaan.
Keberhasilan atau kegagalan implementasi TQM sangat bergantung pada
komitmen dan kerja sama semua elemen lembaga pendidikan mulai dari
manajemen puncak sampai di level staf.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Iin. “Implementasi Total Quality Management (TQM) Di Pendidikan


Tinggi.” Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 (2018): 318–34

Hardjosoedarmo, Soewarso., Total Quality Manajemen, Yogyakarta: Penerbit


Andi, 2004.

Sallis, Edward., Total Quality Management in Education, Manajemen Mutu


Pendidikan Jogjakarta: IRCiSoD, 2006.

Tim Gama Jakarta, Kamus Saku Ilmiah Populer, Jakarta: Gama Press, 2010.

Tjiptono, F. dan Anastasia Diana, Total Quality Management, Yogyakarta: Andi


Offset, 2003.

Qomar, Mujamil., Kesadaran Pendidikan; Sebuah Penentu Keberhasilan


Pendidikan, Yogyakarta: Arruzz Media, 2012.

Anda mungkin juga menyukai