Anda di halaman 1dari 13

TOTAL QUALITY IN EDUCATION

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Manajemen Mutu Terpadu”

Disusun oleh:
Dimas Ariyanto (502180016)
Ilham Alfa Rizqi (502180025)

Dosen Pengampu:
Dr. A.B. Musyafa’ Fathoni, M.Pd.

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

TQM atau Total Quality Management (manajemen kualitas menyeluruh)


merupakan strategi yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas
pada semua proses dalam organisasi. Suatu pendekatan manajemen di
lembaga yang terfokus pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua
anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi
serta masyarakat.

Pada ranah pendidikan terdapat beberapa kelemahan mendasar dalam


penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu bidang manajemen
yang mencakup dimensi proses dan substansi. Pada tataran proses, seperti
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi belum dilakukan dengan prosedur
kerja yang ketat dan benar. Pada tataran substantif, seperti personalia,
keuangan, sarana dan prasarana, instrument pembelajaran, layanan bantu,
layanan perpustakaan, dan sebagainya, tidak hanya substansinya belum
komprehensif, melainkan kriteria keberhasilan untuk masingmasingnya belum
ditetapkan secara taat asas.1

Agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap
terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati untuk dijadikan
indicator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanya titik acuan
standar).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip-prinsip Total Quality Management?
2. Bagaimanakah penerapan Total Quality Management di lembaga
pendidikan?

1
Sudarwan, Danim. 2003. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
hlm. 6

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip TQM
Total Quality Management (TQM) merupakan sistim manajemen yang
berupaya melaksanakan manajeman kualitas kelas dunia. Oleh karena itu,
maka diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistim nilai suatu
organisasi. Menurut Hensler dan Brunell terdapat 4 Prinsip Utama Total
Quality Management (TQM) yaitu:2
1. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kualitas pelanggan diperluas. Kualitas
tidak lagi hanya bermakna kesesuaan dengan spesifikasi-spesifikasi
tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu
sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan
diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek, diantaranya harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas harus
dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang
dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin
tinggi nilai yang diberikan, maka semakin besar pula kepuasan pelanggan.
2. Respek Terhadap Setiap Orang
Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan
kreativitas tersendiri yang unik. Dengan demikian karyawan merupakan
sumber daya organisasi yang peling bernilai. Oleh karena itu setiap orang
dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk
terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada
perasaan (feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini. (1)
prioritasi (prioritization) yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat
dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan
2
Fandy Tjiptono, & Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, (Yogyakarta: Andi, 2003) 14.

3
data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan
usahanya pada situasi tertentu yang vital. (2) variasi (variation) atau
variabilitas kinerja manusia. Data statistik dapat memberikan gambaran
mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari suatu sistem
organisasi. Dengan demikian menejemen dapat memberikan prediksi hasil
dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara
sistematis dalam melakukan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang
berlaku disini adalah siklus PDCA (plan-do-chek-act), yang terdiri dari
langkah-langkah perencanaan, dan tindakan korektif terhadap hasil yang
diperoleh.
B. Implementasi Total Quality Management dalam Pendidikan
Keberhasilan penerapan TQM dalam dunia usaha/industri telah dijadikan
inspirasi bagi perbaikan kualitas di sektor atau bidang lainnya, termasuk
bidang pendidikan. Adopsi TQM di sektor industri, tidak jauh berbeda dengan
apa yang diterapkan di bidang pendidikan. TQM masuk dalam bidang
pendidikan sekitar tahun 1980. Awal mulanya TQM dilaksanakan di
perguruan tinggi, dan mulai mengalami perkembangan sekitar tahun 1990 di
negara Inggris dan Amerika.

TQM dalam bidang pendidikan haruslah mengutamakan pemenuhan


kebutuhan pelanggan pendidikan dengan cara mengadakan perbaikan secara
berkesinambungan terhadap seluruh aspek spesifik yang ada dalam lembaga
pendidikan, terutama bidang kurikulum yang terkait dengan kegiatan belajar-
mengajar bagi siswa, dengan melibatkan seluruh unsur pimpinan dan staf yang
ada dalam suatu lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah. Keberhasilan
lembaga pendidikan sebagai organisasi dalam mencapai prestasi yang
membanggakan tidaklah diperoleh dengan begitu saja, tetapi sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukungnya, diantaranya adalah sumber
daya manusia yang handal, fasilitas yang mendukung dan sistem pengelolaan
manajemen.

4
Ketiga faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah pengelolaan
manajemen sekolah, karena dengan pengelolaan manajemen sekolah yang
baik, sistem pendidikan dapat berjalan dengan baik, walaupun SDM yang
tersedia dan fasilitas yang ada kurang memadai. Konsep manajerial di sekolah
dapat menggunakan konsep TQM yang dapat diterapkan dalam 3 hal yaitu
dalam hal pembiayaan, administrasi kurikulum dan proses belajar mengajar di
kelas. Para ahli mengembangkan suatu model sederhana untuk
mengimplementasikan TQM (Manajemen Mutu Terpadu) di sekolah. Model
tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut; Tujuan: Perbaikan terus
menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan
yang menyangkut kebutuhan dan keinginan pelanggan. Prinsip: Fokus pada
pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total. Elemen: Kepemimpinan,
pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan
pengakuan serta pengukuran. Prinsip-prinsip TQM yang diterapkan di
sekolah:

1. Fokus pada pelanggan


Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer
satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan dibedakan
menjadi dua, yaitu: Pelanggan internal (di dalam organisasi sekolah)
Pelanggan eksternal (di luar organisasi sekolah) Organisasi dikatakan
bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam
arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan
yang memuaskan dari petugas TU, kepala Sekolah selalu puas terhadap
hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa, begitu pula
pada pelanggan eksternal misalnya masyarakat sekitar.
2. Perbaikan proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi
suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan
menghasilkan output. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah
dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari
output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus
menerus ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang

5
diinginkan setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila
keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka
tujuan kedua dari perbaikan proses ialah merancang kembali proses
tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang eksternal
menjadi puas.
3. Keterlibatan total
Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior
yang aktif dalam hal ini kepala sekolah dan mencakup usaha yang
memanfaatkan bakat semua warga sekolah untuk mencapai suatu
keunggulan kompetitif (competitive advantage) di dunia pendidikan.

Prinsip-prinsip di atas senantiasa erat hubungannya dengan fungsi dan


tujuan. Pada dasarnya, Total Quality Management berfungsi efektif dalam
berbagai organisasi, yakni sebagai sistem manajemen peningkatan kualitas
produk atau outcome sehingga dapat diterima oleh pelanggan dan dapat
diarahkan untuk menghindari timbulnya kesalahan fatal. Sementara tujuan
Total Quality Management adalah demi memberikan kepuasan terhadap
pelanggan terkait kebutuhannya seefisien mungkin.3

Secara lebih detail, implementasi Total Quality Management dalam dunia


pendidikan dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Penanaman falsafah kualitas


Dalam hal ini manajemen dan karyawan harus mengerti sepenuhnya
dan yakin mengapa organisasi akan mencapai total quality, yaitu untuk
menjamin kelangsungan hidup organisasi dalam iklim kompetitif.4 Setiap
anggota dalam organisasi perlu mempunyai pengertian yang sama
terhadap istilah-istilah TQ, seperti kualitas, kerusakan (defect), pelayanan
yang baik, pelayanan yang merugikan, customer dan lain-lainya. Setiap
organisasi harus dapat memberikan apresiasi, mengantisipasi dan apabila

3
Umi Hanik, Implementasi Total Quality Management dalam Peningkatan Kualitas
Pendidikan (Semarang: RaSAIL Media Group, 2011) 14.
4
Soewarso Hardjosoedarmo, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi Offset, 2004)
39.

6
perlu menerima sejumlah pengorbanan pada tahap-tahap awal
pengimplementasian Total Quality Management.
2. Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan merupakan salah satu penentu keberhasilan organisasi
dalam mewujudkan tujuannya. Kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh
suatu organisasi akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi
tersebut dalam kiprahnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
dan memiliki visi kedepan untuk kemajuan lembaga. Berdasarkan falsafah
mutu yang diterima pada langkah pertama, manajemen puncak terutama
CEO (Chief Executive Officer) harus mengambil inisiatif dalam
menunjukkan kepemimpinan yang teguh dalam gerakan mutu. Manajemen
puncak harus memberikan contoh dalam hal pola sikap, pola fikir dan pola
tindak yang mencerminkan falsafah mutu yang telah ditanamkan.5
3. Peningkatan secara terus-menerus
Total Quality Management dapat dipahami sebagai filosofi perbaikan
tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan
segenap komponen dalam organisasi tersebut. Sebagai sebuah pendekatan,
Total Quality Management mencari sebuah perubahan permanen dalam
tujuan sebuah organisasi, dari tujuan kelayakan jangka pendek menuju
tujuan perbaikan mutu jangka panjang.
Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan
perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekkan Total Quality
Management, akan mengalami siklus perbaikan secara terus-menerus.
Untuk menciptakan kultur perbaikan terus-menerus, seorang manajer
harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan-
tingkatan yang tepat.6
4. Organisasi ke atas, samping-bawah
Kunci keberhasilan budaya Total Quality Management adanya suatu
hubungan efektif, baik secara internal maupun secara eksternal, antara
pelanggandengan suplier. Semua jaringan dan komunikasi baik secara

5
Ibid, 40.
6
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, terj. Ahmad Ali Riyadi dan
Fahrurrozi(Jogjakarta: IRCiSoD, 2006) 77.

7
vertikal maupun horizontal perlu dioptimalkan. Hal ini sangat diperlukan
untuk membentuk iklim kondusif bagi terciptanya budaya kualitas yang
diharapkan. Oleh karena itu, pimpinan perlu menciptakan budaya
komunikasi dengan memanfaatkan semua media secara multi arah secara
harmonis setiap saat diperlukan untuk menerapkan Total Quality
Management dalam bidang pendidikan. Jika hal ini dapat dilakukan dan
disambut dengan baik berarti organisasi ini sudah siap memasuki abad
komunikasi dan informasi.7
5. Perubahan kultur
Total Quality Management memerlukan perubahan kultur. Ini terkenal
sulit untuk diwujudkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Total
Quality Management membutuhkan perubahan sikap dan metode. Staf
dalam institusi harus memahami dan pelaksanakan pesan moral Total
Quality Management agar bisa membawa dampak. Bagaimanapun juga,
perubahan kultur tidak hanya bicara tentang merubah perilaku staf, tapi
juga memerlukan perubahan dalam metode mengarahkan sebuah institusi.8
Perubahan metode tersebut ditandai dengan sebuah pemahaman bahwa
orang menghasilkan mutu. Ada dua hal penting yang diperlukan staf untuk
menghasilkan mutu. 9 Pertama, staf membutuhkan sebuah lingkungan
yang cocok untuk bekerja. Mereka membutuhkan alat-alat keterampilan
dan mereka harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang sederhana dan
membantu pekerjaan mereka. Lingkungan yang mengelilingi staf memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan mereka dalam
mengerjakan pekerjaannya secara tepat dan efektif. Di antara ciri-ciri
lingkungan yang membantu tersebut adalah sistem dan prosedur dalam
suatu organisasi memotivasi dan meningkatkan kerja mereka. Prosedur
yang baik dan motivatif memang tidak serta-merta akan menghasilkan
mutu, namun prosedur yang tidak baik dan salah-asuh justru akan
membuat mutu menjadi sulit dicapai.

7
Marno & Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung:
PT. Refika Aditama, 2008) 118.
8
Edward Sallis, 2006, 78.
9
Ibid, 79

8
Kedua, untuk melakukan pekerjaan dengan baik, staf memerlukan
lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi
yang mereka raih. Mereka memerlukan pemimpiri yang dapat menghargai
prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih
besar. Motivasi untuk melakukan pekeijaan yang baik adalah basil dari
sebuah gaya kepemimpinan dan dari atmosfir.
6. Peningkatan kualitas guru dan karyawan
Dengan telah diciptakannya lingkungan kerja yang kondusif sebagai
hasil perubahan budaya, seluruh anggota organisasi, termasuk para
manajer, harus siap mengikuti program pendidikan dan pelatihan
mengenai Total Quality. Program diklat ini merupakan langkah-langkah
persiapan bagi pemberdayaan kepada seluruh guru dan karyawan. Dalam
pemberdayaan ini seluruh guru dan karyawan diberi keprcayaan, tugas,
wewenang dan tanggung jawab untuk mengorganisasikan diri kedalam
self-managing teams guna memperbaiki proses dalam mencapai mutu
prodek dan jasa.10
7. Profesionalisme dan fokus pada pelanggan
Ada dimensi lain tentang tenaga kerja profesional dalam pendidikan
yang secara tradisional melihat diri mereka sendiri sebagai pelindung dari
mutu dan standar institusi. Penekanan Total Quality Management pada
kedaulatan pelanggan dapat menyebabkan konflik dengan konsep-konsep
profesional tradisional. Ini merupakan masalah yang rumit, dan menjadi
sesuatu yang perlu dipertimbangkan oleh institusi pendidikan yang
menggunakan prosedur mutu terpadu.11
Pelatihan guru dalam konsep-konsep mutu merupakan elemen penting
dalam upaya merubah kultur. Staf harus paham bagaimana mereka dan
muridnya dapat memperoleh manfaat dari fokus terhadap pelanggan. Mutu
terpadu bukan sekedar membuat pelanggan senang dan tersenyum. Mutu
terpadu adalah mendengarkan dan berdialog tentang kekhawatiran dan

10
Soewarso Hardjosoedarmo, 2004. 41.
11
Edward Sallis, 2006. 85.

9
aspirasi pelanggan. Aspek terbaik dari peran profesional adalah perhatian
serta standar akademi dan kejuruan yang tinggi.12
8. Pengelolaan kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang
memegang peranan penting dalam menentukan ke arah mana sasaran dan
tujuan peserta didik akan dibawa serta kemampuan minimal dan keahlian
apa yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah selesai mengikuti
program pendidikan. Atas dasar itu, maka Perubahan yang menuntut
adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu dalam bidang pendidikan
merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Dalam konteks pendidikan
madrasah, agar lulusannya memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif, maka kurikulum dikembangkan dengan pendekatan berbasis
kompetensi. Hal ini dilakukan agar pendidikan secara kelembagaan dapat
merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi.13
9. Menjaga hubungan dengan pelanggan
Misi utama Total Quality Management dalam lembaga adalah untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Lembaga yang unggul akan selalu
menjaga kedekatan dengan pelanggan serta memiliki ketertarikan (obsesi)
terhadap kualitas. Oleh karena itu, pimpinan lembaga pendidikan perlu
mengembangkan paradigma baru bahwa yang semula kecenderungannya
acuh dengan pelanggan, di masa mendatang harus memprioritaskan dan
memuaskan pelanggan. Hal ini didasarkan pada ciri utama penentu
kualitas versi Total Quality Management bahwa pelangganlah yang
akhirnya menentukan kualitas. Dengan mengacu pada organisasi industri,
maka instrumen Total Quality Management dalam pendidikan meliputi
produk, customer, model-model mutu, mutu pembelajaran, standar mutu
dan kepemimpinan pendidikan.14

12
Ibid, 86.
13
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), 43.
14
Khamim Zarkasih Putro dan Mahlan, Pendekatan Total Quality Management (TQM) dalam
Pendidikan, dari http://mahalaniraya.wordpress.com/2008/03/01, diakses pada 27 Maret 2019.

10
C. Total Quality Management dalam konteks Pendidikan
Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha
pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan
pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga
pendidikan tersebut. Mereka yang belajar tersebut bisa merupakan
mahasiswa/pelajar/peserta belajar yang biasa disebut klien/pelanggan primer
(primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat
layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Para klien terkait dengan orang
yang mengirimnya ke lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga
tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini disebut sebagai pelanggan
sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang bersifat
tersier adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna
output pendidikan (tertiary external customers).
Selain itu, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan
lainnya yaitu yang berasal dari intern lembaga; mereka itu adalah para
guru/dosen/tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan
lembaga pendidikan (internal customers). Walaupun para guru/dosen/tutor
dan tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat
dalam proses pelayanan jasa, tetapi mereka termasuk juga pelanggan jika
dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan lembaga
tersebut untuk maju dan berkualitas, mereka diuntungkan baik secara
kebanggaan maupun financial.
Ada tiga teknik mendasar dalam menetapkan mutu, yaitu quality
assurance, contract conformance, dan customer driven. Quality assurance
bertujuan menetapkan standarisasi mutu dalam tiap proses yang akan
dijalankan, yang melakukan ini bukanlah para pakar yang menjadi konsultan,
akan tetapi tiap orang yang ada dalam batas unit pekerjaannya masingmasing.
Sedangkan contract conformance bertugas untuk melakukan kontrak atau deal
antar segenap elemen yang akan melakukannya. Tanpa kesepakan di awal
dilakukannya pekerjaannya, maka standarisasi tidak akan berarti karena tidak
ada tali pengikat kewajiban antar elemen tersebut dalam mencapai
keberhasilan. Customer driven quality, adalah ukuran mutu yang ditentukan

11
oleh pengguna dari produk tersebut, maka TQM menuntut adanya perubahan
yang dinamis dalam lembaga pendidikan. Artinya peserta didik dikenalkan
pada dinamika kebutuhan masa depannya masing-masing dan disiapkan di
lembaga pendidikan tersebut dengan harapan mereka akan mampu
menghadapinya pada masanya.15
Dalam Manajemen Mutu Terpadu, keberhasilan sekolah diukur dari
tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah
dikatakan berhasil jika mampu memberikan pelayanan sama atau melebihi
harapan pelanggan. Dilihat jenis pelanggannya, maka sekolah dikatakan
berhasil jika:
1. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran
yang diterima, puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas
dengan fasilitas yang disediakan sekolah
2. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupunn layanan
kepada orang tua, misalnya puas karena menerima laporan periodic
tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah
3. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat)
puas karena menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan
4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya pembagian
kerja, hubungan antar guru/karyawan/pimpinan, gaji/honorarium, dan
sebagainya.16

15
Morgatroyd, S. dan Morgan, C.. Total Quality Management and The School (Buckingham:
Open University Press, 1994) 57.
16
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik (Yogyakarta: Gadjah Mada Pers, 2005) 26.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hanik, Umi, Implementasi Total Quality Management dalam Peningkatan


Kualitas Pendidikan, Semarang: RaSAIL Media Group, 2011.

Hardjosoedarmo, Soewarso, Total Quality Management, Yogyakarta: Andi


Offset, 2004.

Marno & Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,


Bandung: PT. Refika Aditama, 2008.

Morgatroyd, S. dan Morgan, C. 1994. Total Quality Management and The School.
Buckingham: Open University Press.

Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik. Yogyakarta: Gadjah Mada Pers. 2005.

Putro, Khamim Zarkasih dan Mahlan, Pendekatan Total Quality Management


(TQM) dalam Pendidikan, dari
http://mahalaniraya.wordpress.com/2008/03/01, diakses pada 27 Maret
2019.

Sallis, Edward, Total Quality Management in Education, terj. Ahmad Ali Riyadi
dan Fahrurrozi, Jogjakarta: IRCiSoD, 2006.

Sudarwan, Danim. 2003. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2004.

Tjiptono, Fandy, & Anastasia Diana, Total Quality Manajemen, Yogyakarta:


Andi, 2003.

13

Anda mungkin juga menyukai