Anda di halaman 1dari 33

LEMBAR JAWABAN UTS

(Diajukan untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Sistem Penjaminan Mutu PAI)

Dosen pengampu:
Dr. H. Mulyono, M.A

Oleh:
ULFIATUL MU’AROFAH (200101210054)

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
1. Jelaskan pengertian dan konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
bidang pendidikan! Mengapa Penjaminan Mutu PAI sangat terkait dengan
MMT bidang pendidikan?
 Pengertian Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
Istilah mutu berasal dari dunia bisnis Industri atau perusahaan.
Dipopulerkan oleh tiga orang Guru Mutu yaitu W. Edward Deming, Yosep
Juran, dan Philip Crosby sekitar tahun1930 an. Mereka memandang bahwa
masalah mutu terkait erat dengan manajemen (Edward Sallis) sehingga
muncullah istilah Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu
terpadu (MMT).
Sallis (2005) mendeskripsikan konsep MMT atau TQM secara harfiah
terdiri dari huruf besar T, Q, dan M dengan masing-masing huruf bermakna
sebagai berikut. T in TQM dictates that everything and everybody in the
organization is involved in the enterprise of continuous improvement, atau T
dalam TQM menegaskan segala benda/fasilitas dan setiap orang yang ada di
organisasi dilibatkan dalam peningkatan yang berkelanjutan. Q in TQM is total
customer satisfaction which becomes the center of the all organization
managers and their staff”, atau Q dalam TQM adalah total kepuasan pelanggan
adalah focus utama dari semua manager dan staf. M in TQM means everyone
in the institution whatever their status, position or role is the manager of their
own responsibility”, atau M dalam TQM bermakna setiap orang dalam
organisasi apapun status mereka, posisi atau peran mereka adalah menejer di
bidangnya masing-masing.
Menurut Juran dan Ishikawa, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management) adalah upaya organisasi menilai kembali cara-cara, kebiasaan,
praktik, dan aktivitas yang ada dan kemudian secara inovatif memfungsikan
seluruh sumber dayanya kedalam proses lintas fungsi yang mengabdi pada
kepentingan klien, sehingga organisasi mampu mencapai visi dan misinya.
Sedangkan menurut Dr. W. Edward Demings, yang mendasari falsafah
manajemen mutu terpadu terfokus pada pernyataan “Do the right things, first
time, every time” (kerjakan sesuatu yang benar sejak pertama kali setiap
waktu) dengan meletakkan kerangka pemikiran dalam perbaikan mutu secara
berkelanjutan.
Jadi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management-TQM)
merupakan suatu sistem nilai yang mendasar dan komprehensif dalam
mengelola organisasi dengan tujuan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan
dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada
tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan terhadap
terpenuhinya kebutuhan seluruh stakeholders organisasi.
Pendekatan MMT tidak hanya bersifat parsial, tetapi komperhensif dengan
melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan produk yang dihasilkan.
Masalah kualitas juga tidak lagi dimaknai dan dipandang sebagai masalah
teknis, tetapi lebih berorientasi pada terwujudnya kepuasan konsumen atau
pelanggan. MMT juga melibatkan faktor fisik dan faktor non fisik, semisal
budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan faktor-
faktor ini akan mengakibatkan kualitass pelayanan menjadi lebih meningkat
dan bermakna. Proses MMT memiliki input yang spesifik (keinginan,
kebutuhan dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam
organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya
memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Dengan demikian
Manajemen Mutu Terpadu berkaitan dengan:
a. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
b. Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas
c. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
d. Memiliki komitmen jangka panjang
e. Membutuhkan kerjasama tim
f. Memperbaiki proses secara berkesinambungan
g. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
h. Memberikan kebebasan yang terkendali
i. Memiliki kesatuan tujuan
j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Menurut Herman, ada tiga unsur yang harus ada dalam definisi Total
Quality Management (TQM) dalam penerapannya dalam pendidikan. Total
quality management adalah;
a. Filosofi yang menangani pelanggan internal dan eksternal dengan
peningkatan kualitas produk dan layanan, dan keyakinan mengenai
manfaat dari umpan balik dari pelanggan tersebut untuk mengembangkan
spesifikasi tingkatan mutu untuk dicapai oleh setiap produk dan layanan,
b. Tujuan yang menyatakan bahwa setiap produk dan layanan yang dikirim
kepada setiap pelanggan (murid, pelanggan eksternal, dan karyawan), dan
semua kegiatan mengarah pada produk layanan akhir, harus merupakan
kualitas tertinggi
c. Proses yang menerima umpan balik dari semua stakeholder guna
menentukan tingkat kuantitas dan spesifikasi produk dan layanan untuk
dipenuhi dan menekankan pada pemberdayaan dan pelatihan karyawan
dalam struktur sistem guna mengembangkan produk dan layanan.
(Herman & Herman 1994).
 Konsep Manajemen Mutu Terpadu (MMT) Bidang Pendidikan
Pada dasarnya konsep Manajemen Mutu Terpadu menekankan pada
kepuasan pelanggan dan pelayanan yang bermutu. Manfaat penerapan
manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah perbaikan,
pelayanan, pengurangan biaya, dan kepuasan pelanggan.
Adapun konsep TQM yang dapat diterapkan dalam pendidikan, yaitu;
a. Pelanggan adalah stakeholder internal dan eksternal (siswa dan orang tua),
semua karyawan adalah pelanggan bagi karyawan lainnya, misalnya
seorang guru senior memberikan dukungan terhadap guru junior lainnya
b. TQM memiliki dimensi nilai tambah. Yaitu kualitas manfaat pendidikan
dan pengajaran ditambahkan pada setiap langkah dalam proses yang
membawa pada perluasan pengalaman pembelajaran.
c. Pelatihan senantiasa disyaratkan bagi tenaga administrasi, guru, dan
personil tertentu untuk memastikan bahwa mereka secara
berkesinambungan mampu meningkatkan kualitas layanan dan produk
pendidikan yang diberikan.
d. Kepuasan pelanggan internal dan eksternal diperoleh dengan cara
menyediakan kualitas layanan pendidikan dan kualitas produk.
e. Komunikasi dua arah yang luas dengan semua pelanggan internal dan
eksternal sekolah distrik disyaratkan untuk merumuskan spesifikasi
kualitas untuk digunakan dalam pengembangan dan kualitas produk dan
layanan sekolah distrik.
f. TQM secara berkesinambungan pada semua langkah – proses program
pembelajaran, ketersediaan layanan siswa, dan fasilitas-fasilitas kerja –
pada setiap proses dengan tujuan untuk pengembangan produk dan
layanan secara berkesinambungan yang diberikan pada semua siswa, para
orang tua, dan pelanggan lainnya.
g. Sekolah yang menerapkan TQM pada akhirnya akan mengubah budaya
organisasi mereka menjadi lebih baik.
h. Visi, misi, kebijakan, dan tujuan sekolah harus fokus pada pemberian
kualitas layanan pendidikan, baik pengajaran maupun non pengajaran
kepada semua pelanggan.
i. Pemecahan masalah sekolah dan organisasi lainnya merupakan struktur
yang integral dengan sistem pendekatan TQM sekolah distrik (daerah).
j. TQM mensyaratkan pemberdayaan kekuatan kerja tenaga adm dan guru
yang memberikan respon secara sukarela untuk meningkatkan produk /
layanan pendidikan dimana mereka terlibat.
Sedangkan menurut pendapat lain, dalam kerangka manajemen
pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah
merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada
pelanggannya yaitu kepada mereka yang belajar dalam lembaga
pendidikan tersebut. Para pelanggan layanan pendidikan dapat terdiri dari:
a. Mahasiswa/pelajar/murid/peserta didik yang biasa disebut klien/pelanggan
primer (primary external customers).
b. Para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lembaga pendidikan,
yaitu orang tua/lembaga tempat klien tersebit bekerja, dan mereka ini kita
sebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers).
c. Lapangan kerja, bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output
pendidikan (tertiary external customers).
d. Dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu
yang berasal dari intern lembaga, mereka itu adalah para guru/dosen/tutor
dan tenaga administrasi lembaga pendidikan, serta pimpinan lembaga
pendidikan (internal customers).
Berdasarkan uraian di atas dapat di ketahui bahwa Manajemen Mutu
Terpadu Pendidikan adalah budaya peningkatan mutu pendidikan secara terus-
menerus, fokus pada kepuasan pelanggan. Pelanggan utama adalah siswa yang
secara langsung menerima jasa. Pelanggan kedua: orang tua. Pelanggan
ketiga: pihak yang memiliki peran penting, meskipun tak langsung, seperti
pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan. Pelanggan internal adalah
seluruh warga sekolah. Pelanggan eksternal adalah orang tua, masyarakat, dan
instansi pemerintah. Alat TQM adalah: sumbang saran (brainstorming), Focus
Group Discussion (FGD) Fish bone atau diagram Ishikawa, analisis medan
kekuatan, diagram Pareto,patokduga (bench marking).
 Kaitan Penjaminan Mutu PAI dengan MMT Bidang Pendidikan
Pendidikan Islam dapat mewujudkan kualitas terbaiknya melalui
sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan secara menyeluruh dan
konsisten. Pada level pertama yang menjadi fokus jaminan mutu pada tiga
komponen yaitu sumber daya manusia (SDM) guru, peserta didik, dan
kepemimpinan. Pada level kedua fokus pada tiga komponen yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran, dan sarana prasarana. Pada level ketiga
fokus pada dua komponen yaitu pembiayaan dan penilaian. Dengan
demikian, mutu pendidikan Islam yang menjadi harapan bangsa dan
negara Indonesia dapat terwujud.
Masa depan pendidikan Islam harus berorientasi pada mutu. Semua
komponen-komponen pendidikan Islam harus memiliki standar dan semua
pihak berpartisipasi serta berkontribusi pada capaian standar yang di
tetapkan. Standar pendidikan Islam mencangkup standar untuk eksis di
dunia persaingan internasional dan standar untuk bekal hidup di akhirat
kelak. Inilah pendidikan sejati, yang mampu mempersiapkan manusia
sukses dunia dan di akhirat. Melalui implementasi sistem penjaminan
mutu maka pendidikan di Indonesia menuju bangsa bermartabat akan
terwujud. Alasannya, karena dapat di lakukan perbaikan mutu secara
berkelanjutan, dapat akuntabilitas, dan dapat pengakuan.
Dalam perbaikan mutu yang paling bertanggung jawab adalah
pihak internal lembaga pendidikan, maka pihak internal harus menguasai
teori-teori penjaminan mutu. Setelah di kuasai teori tersebut dilaksanakan
secara berkala dalam program kerja internal lembaga pendidikan Islam
bersangkutan. sehingga akan menjamin terwujudnya kualitas pendidikan.
Dengan demikian, maka lembaga pendidikan Islam akan tumbuh dan
berkembang pesat dalam meraih era kompetitif dan era komparatif.
Lembaga pendidikan Islam masa depan perlu memiliki sistem yang
kuat untuk menjamin mutu yang dapat di pertanggung jawabkan kepada
stakeholders. Dengan demikian, perlu ada keseimbangan sistem
penjaminan mutu antara internal dan eksternal yang secara bertahap akan
mencapai mutu secara komprehensif yang memiliki relevansi dengan
perkembangan kebutuhan stakeholders.
Mutu hanya dapat di raih oleh dengan komitmen yang di
contohkan oleh pemimpin puncak/top leader. Sebab, komitmen itu
bergeraknya dari atas ke bawah. Jika top leader tidak ada komitmen, maka
kebawahnya akan mengalir pesimis. Oleh sebab itu, top leader harus
memberikan nilai-nilai optimis melalui komitmen yang di tampilkan
dalam setiap keputusan. Hal ini menegaskan bahwa penjaminan mutu PAI
sangat terkait dengan Manajemen Mutu Terpadu, karena dengan adanya
manajemen yang baik, maka dapat menghasilkan atau menjamin
peningkatan mutu itu sendiri.
Oleh karena itu, sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau
perguruan tinggi sangat dianjurkan untuk dapat mengadaptasikan ajaran-
ajaran MMT kedalam organisasi mereka masing-masing. Dengan
menerapkan ajaran ajaran MMT, sekolah dan institusi pendidikanterkait
akan memperoleh beberapa manfaat berikut:

a. Mampu memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan


eksternal maupun internalnya
b. Mampu memenuhi persyaratan akuntabilitas umum dalam reformasi
pendidikan.
c. Mendorong lingkungan belajar yang menggembirakan dan menantang
untuk belajar/maju bagi siswa dan guru.
2. Uraikan tentang filosofi/essensi mutu serta implementasinya dalam
pendidikan dan pembelajaran PAI!
 Filosofi atau Esensi Mutu dalam Dunia Pendidikan dan Pembelajaran PAI
Secara filosofis mutu merujuk kepada upaya yang terus menerus yang
dikembangkan oleh Masaki Imai dikenal sebagai penemu Kaizen. Kai artinya
perbaikan. Zen artinya terus-menerus. Kaizen artinya perbaikan terus-menerus
dan berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan yang
dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan
dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelangganya, saat ini
dan untuk masa yang akan datang. Namun seperti yang dikatakan oleh tiga orang
Guru Mutu yaitu W. Edward Deming, Yosep Juran, dan Philip Crosby bahwa
mutu terkait erat dengan manajemen. Maka mutu pendidikan adalah
keberhasilan totalitas layanan pendidikan dalam menghantarkan peserta didik
untuk memiliki nilai-nilai yang bermakna bagi kehidupannya.
Sedangkan esensi mutu adalah perubahan budaya. Dalam sebuah institusi,
perubahan budaya terjadi secara lambat. Perubahan ini akan terwujud jika semua
staf pendidikan merasa yakin bahwa pengembangan mutu akan membawa
dampak positif bagi mereka dan akan menguntungkan siswa.
 Implementasi Mutu dalam Dunia Pendidikan dan Pembelajaran PAI
Penerapan TQM pada lembaga pendidikan, lebih dahulu ditinjau tujuan
utama lembaga pendidikan tersebut menerapkan TQM. Tujuan utama lembaga
pendidikan yang menerapkan filosofi TQM adalah memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggannya. Organisasi yang baik harus menciptakan dan
memelihara kedekatan hubungan dengan pelanggan. Kualitas hams disesuaikan
dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Kualitas adalah apa yang diinginkan
dan diharapkan pelanggan, baik pelanggan internal (yaitu semua pihak yang
berada dalam lingkungan pendidikan) maupun eksternal (yaitu semua pihak
yang berada di luar lingkungan pendidikan tetapi sangat berpengaruh pada
industri layanan pendidikan tersebut, seperti masyarakat), dan bukan apa yang
dianggap oleh lembaga pendidikan sebagai yang terbaik.
Sisi pelanggan yaitu siswa, orang tua dan masyarakat menjadi fokus
utama. Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu oleh para ahli
dengan pengalaman praktek telah dicapai pengembangan suatu model sederhana
akan tetapi sangat efektif untuk mengimplementasikan manajemen mutu terpadu
di sekolah. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut:
a. Tujuan : Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan
disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan
pelanggan.
b. Prinsip: Fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.
c. Elemen : Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung,
komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta pengukuran
d. Prinsip dari implementasi di bidang pendidikan, bahwa sekolah dianggap
sebagai suatu “Unit Produksi, dimana siswa sebagai bahan mentah dan
lulusan sekolah sebagai hasil produksi. Sekolah juga dipandang sebagai “Unit
e. Layanan Jasa”, yakni pelayanan pembelajaran.
Sebagaimana contoh strategi implementasi mutu berikut ini:
Deming mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas suatu
organisasi juga dalam bidang pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut
adalah:
a. Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa.
Sekolah memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan
siswa menghadapi masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedar
memiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki
kemauan belajar seumur hidup.
b. Adopsi Filosofi Baru.
Siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas. Mereka
tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapun
tanpa dapat berkomentar.
c. Hentikan Ketergantungan pada Inspeksi Masal.
Dalam bidang pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada
saat ulangan umum ataupun ujian akhir, tetapi dilakukan setiap selama proses
belajar mengajar berlangsung. Selain itu, dalam menetapkan standar uji, maka
perlu diperhatikan teori- teori kepemimpinan yang berkembang dalam Total
Quality Management dan lainnya, seperti teori sifat, teori lingkungan, teori
perilaku, teori humanistik, dan teori kontigensi.
d. Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan Bisnis Hanya Berdasarkan Biaya
e. Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus
Dalam bidang pendidikan, seorang guru harus berpikir secara strategik
agar siswa dapat menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehingga
memperoleh nilai yang baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana
siswa mendapatkan nilai yang baik..
f. Lembagakan Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja
Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi se
mua anggota staf dalam suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru
dan administrator mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagi peni
ngkatan profesionalitas.
g. Lembagakan Kepemimpinan
h. Hilangkan Rasa Takut
Perlu disadari bahwa rasa takut menghambat karyawan untuk mengajukan
pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide-ide. Padahal itu semua
dibutuhkan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum.
Oleh karena itu, para pelaku pendidikan hendaknya jangan menerapkan
sistem imbalan dan hukuman kepada siswa karena akan menghambat
berkembangnya motivasi internal dari siswa masing-masing.
i. Pecahkan Hambatan di antara Area Staf
Hambatan antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas.
Hambatan ini dapat diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok.
Oleh karena itu para anggota staf harus bekerjasama dan
memprioritaskan diri pada peningkatan kualitas.
j. Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
Perbaikan secara berkesinambungan sebagai sasaran umum menggantikan
simbol-simbol kerja.
k. Hilangkan Kuota Numerik
Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu berpatokan pada target
dapat menimbulkan salah arah untuk pengembangan sistem yang baik.
Tidak jarang patokan terget akan lebih terfokus pada guru dan siswa daripada
sistem secara keseluruhan.
l. Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas Keberhasilan Kerja
Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru dan
siswa. Adanya kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa
bertanggungjawab atas tugas dan kewajiban yang disandangnya sehingga
mereka dapat menjaga mutu.
m. Lembagakan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh.
n. Lakukan Tindakan Nyata/Contoh Nyata
Manajer harus menjadi “lead manager” bukan “boss manager”. Seorang
“lead manager” akan berusaha mengkomunikasikan pandangannya untuk
selalu berusaha mengembangkan kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga
untuk sistem sehingga dengan adanya contoh nyata, pekerja menyadari cara
untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas.
3. Apa yang dimaksud dengan Jaminan mutu (Assurance Quality)?
Bagaimana penerapannya dalam pendidikan dan pembelajaran PAI?
 Definisi Jaminan Mutu (Assurance Quality)
Danks (1996) mengemukakan bahwa quality assurance not just an
activities in production, but as an approach to production and the checks and
audit, which are carried out to ensure that quality control procedures are
followed. Pendapat ini sejalan dengan Sallis (2006) bahwa jaminan mutu
berbeda dengan kontrol mutu. Jaminan mutu didesain sedemikian rupa untuk
menjamin bahwa proses produksi menghasilkan produk yang memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jaminan mutu adalah cara untuk memproduksi produk yang bebas dari
cacat dan kesalahan. Tujuannya dalam istilah Philip B. Crosby, adalah
menciptakan produk tanpa cacat (zero defects). Jaminan mutu adalah pemenuhan
spesifikasi produk secara konsisten atau menghasilkan produk yang selalu baik
sejak awal (right first time every time). Jaminan mutu lebih menekankan
tanggung jawab tenaga kerja dibandingkan inspeksi kontrol mutu, meskipun
sebenarnya inspeksi tersebut juga memiliki peranan dalam jaminan mutu.
Jadi dapat ditarik pengertian sederhana bahwa jaminan mutu adalah
semua aktivitas atau pendekatan yang terencana dan stategis yang dilakukan
oleh organisasi untuk memastikan bahwa prosedur kontrol mutu diikuti secara
efektif dan proses produksi menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi
serta memenuhi harapan pelanggan
Dalam konteks mutu pendidikan, Rowley (1995) mengartikan quality
assurance sebagai a general term which encompasses all the policies, systems
and process directed towards ensuring the maintenance and enhancement of the
quality of educational provision. For example, course design, staff development,
the collection and use of feedback from students, staff and employes (istilah
umum yang mencakup semua kebijakan, sistem dan proses yang ditujukan untuk
memastikan pemeliharan dan peningkatan mutu pendidikan. misalnya desain
mata kuliah, pengembangan staf, pengumpulan dan penggunaa umpan balik dari
siswa, staf, dan karyawan).
Penjaminan Mutu dibutuhkan oleh pendidikan adalah untuk; a) memeriksa
dan mengendalikan mutu; b) meningkatkan mutu; c) memberikan jaminan pada
stakeholders; d) standarisasi, e) persaingan nasional dan internasional; f)
pengakuan lulusan; g) memastikan seluruh kegiatan institusi berjalan dengan
baik dan terus meningkat secara berkesinambungan; h) membuktikan kepada
seluruh stakeholders bahwa institusi bertanggung jawab (accountable) untuk
mutu seluruh kegiatannya.
 Penerapan Jaminan Mutu dalam Pendidikan dan Pembelajaran PAI
Penerapan Quality Assurance dalam pendidikan dilaksanakan dengan
pendekatan siklus PDCA (Plan – Do – Check – Action) pada proses
penyelenggaraan pendidikan.
a. Perencanaan Mutu (Plan)
Adanya perencanaan berkaitan dengan perencanaan mutu, meliputi
penetapan kebijakan mutu, penetapan tujuan mutu beserta indikator
pencapaiannya, serta penetapan prosedur untuk pencapaian tujuan mutu.
b. Pelaksanaan (Do)
Adanya pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan. Maka untuk
menjamin mutu pendidikan, seluruh proses pendidikan, termasuk pelayanan
administrasi pendidikan dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah
ditentukan.
c. Evaluasi (Check)
Adanya monitoring, pemeriksaan, pengukuran dan evaluasi terhadap
pelaksanaan dan hasil pelasanaan termasuk audit mutu internal.
d. Action, adanya tindak lanjut dan perbaikan dari hasil evaluasi. Menyusun
rencana perbaikan dan menyusun laporan pelaksanaan program pendidikan. .
Dalam menerapkan quality control, dalam suatu Lembaga Pendidikan
Agama Islam diarahkan pada penerapan prinsip –prinsip Total Quality
Management, sebagai berikut:
a. Fokus Kepada Peserta Didik
Dalam konteks pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan
berarti bahwa kendali mutu diarahkan pada usaha perbaikan terhadap
kebutuhan belajar peserta didik. Dengan kata lain fokus pada peserta didik
ini penting dalam rangka memberikan pelayanan terhadap peserta didik
agar mereka dapat mengikuti proses pendidikan di lembaga pendidikan
dengan sebaik-baiknya.
b. Obsesi Terhadap Kualitas
Penentu akhir kualitas dari hasil pembelajaran adalah peserta didik.
Dengan kualitas yang ditetapkan, proses pembelajaran harus terobsesi
untuk memenuhi atau melampaui standar mutu atau kualitas yang
diharapkan. Dengan demikian semua lembaga pendidikan berkompetisi
untuk mencapai standar mutu yang ditetapkan tersebut.
c. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah diperlukan dalam penerapan kendali mutu
pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan. Usaha-usaha yang harus
dilakukan terutama dalam mendesain proses pembelajaran antara lain
meliputi: menyusun benchmark , memantau prestasi dan melaksanakan
perbaikan-perbaikan.
d. Komitmen Jangka Panjang
Kendali mutu merupakan paradigma baru dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan. Oleh sebab itu
dibutuhkan kultur lembaga pendidikan yang kondusif untuk
merealisasikannya. Dengan demikian komitmen jangka panjang penting
guna mengadakan perubahan kultur agar implementasi kendali mutu dapat
berjalan dengan baik.
e. Team Work
Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di lembaga
pendidikan harus didukung oleh tim yang dapat bekerjasama agar tujuan
pembelajaran pendidikan agama dapat berhasil. Elemen-elemen almamater
yang meliputi: kepala madrasah/sekolah, dewan guru, para peserta didik,
satpam, staf administrasi (TU), dan lain-lain harus terlibat secara aktif
dalam mensukseskan pembinaan pendidikan agama Islam ini. Sebab
dalam tataran implementasi dan ekspresi keagamaan dibutuhkan dukungan
semua pihak. Sagala menjelaskan bahwa bekerja secara tim adalah bagian
dari perubahan kultural dalam transformasi menuju kualitas total. Dengan
perubahan kultural itu, manajemen mutu terpadu akan merubah fokus yang
berpusat pada pemecahan persoalan menjadi fokus manajemen yang
berpusat pada perbaikan proses.
f. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Upaya untuk melakukan perbaikan harus dilakukan secara terus
menerus. Dengan cara seperti ini akan diperoleh hasil yang secara bertahap
akan mengalami peningkatan kualitas dan selanjutnya dievaluasi sehingga
menimbulkan kualitas-kualitas baru yang lebih baik.
g. Pendidikan dan Pelatihan
Guru agama Islam sebagai aktor penting dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam harus memenuhi standar mutu sebagai guru
agama Islam yang profesional. Guru agama Islam yang masih di bawah
standar mutu yang sudah ditetapkan harus diberikan Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) secara khusus sehingga mencapai kompetensi yang
harus dimiliki.
h. Kebebasan yang Terkendali
Dalam standar mutu, peserta didik sebagai subjek pendidikan harus
dilibatkan secara aktif dan diikutsertakan dalam menentukan arah
pembelajaran. Dengan cara seperti ini maka peserta didik akan mempunyai
rasa memiliki dan tanggung jawab yang sama untuk mencapai tujuan yang
diingiinkan. Hanya saja keran kebebasan yang dibuka masih dalam
bingkai kendali tenaga pendidik.
i. Kesatuan Tujuan
Agar kendali mutu dapat diterapkan dengan baik, lembaga
pendidikan harus mempunyai kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap
usaha dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang sama.
Komponen-komponen utama pendekatan untuk menerapkan mutu
adalah mengembangkan sistem penilaian yang memungkinkan setiap
profesional pendidikan untuk mendokumentasikan dan mengukur nilai
tambah dari prakarsa mutunya. Selain itu, hal yang didasari dari mutu
terpadu adalah adanya kenyataan bahwa setiap orang yang terlibat dalam
proses pendidikan memiliki kemiripan keyakinan dan nilai-nilai.
4. Jelaskan sejarah perkembangan mutu hingga implementasinya pada
bidang pendidikan!
 Sejarah Perkembangan Mutu
a. Era Tanpa Mutu
Pada era ini dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang
dibuat tidak memperhatikan mutu. Kondisi ini mungkin terjadi jika
perusahaan tersebut tidak memiliki pesaing (monopoli).
b. Era Inspeksi (Inspection)
Ellias Whitney memperkenalkan pengendalian mutu pada awal
abad 19, dalam bentuk pengecekan barang yang akan dikirim ke
pelanggan denga cara memisahkan barang cacat agar konsumen merasa
puas. Pendekatan ini disebut sebagai pengendalian mutu tradisional.
c. Era Statistical Quality Control (Pengendalian Mutu)
Tahun 1924, Dr. Walter Shewhart memperkenalkan bagan kendali
control (control chart) yang bermanfaat untuk mengetahui apakah mutu
produk yang dihasilkan berada pada batas yang dikehendaki, sehingga
inspeksi dilakukan hanya pada sampel barang dan dapat mengurangi
biaya. Fungsi pengendalian mutu ini mulai dikembangkan dalam berbagai
perusahaan.
Pada statistical quality control, departemen inspeksi dilengkapi
dengan alat dan metode statistic dalam mendeteksi adanya penyimpangan
yang terjadi dalam produk yang dihasilkan selama proses produksi. Data
penyimpangan tersebut dapat diberitahukan kepada departemen produksi
sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan system yang
digunakan untuk mengolah produk. Para era ini, deteksi penyimpangan
signifikan secara statistic sudah mulai dilakukan sehingga kualitas produk
sudah mulai dikendalikan departemen produksi. Akan tetapi konsep
kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat pada produk yang
sedang dan telah diproduksi.
Pada tahap ini dikenal seorang tokoh yaitu Feigenbaum (1983)
yang merupakan pelopor Total Quality Control pada tahun 1960.
Kemudian pada tahun 1970 Feegenbaum memperkenalkan konsep baru,
yaitu Total Quality Control Organizationwide, disusul pada tahun 1983
Feigenbaum mengenalkan konsep baru lainnya, yaitu konsep Total Quality
System.
d. Era Quality Assurace (Pemastian Mutu)
Pengembangan mutu (Quality control) kemudian berkembang
menjadi pemastian mutu (Quality Assurance). Jika dulu hanya terbatas
pada tahap produksi kini mulai merambah ke tahap desain dan koordinasi
dengan departemen jasa (seperti bengkel, energy, perencanaan dan
pengendalian produksi, serta pergudangan). Bagian pemastian mutu ini
bertugas untuk memastikan proses dan mutu produk melalui pelaksanaan
audit operasi, pelatihan analisis kinerja teknis, dan petunjuk operasi demi
peningkatan mutu.
Pada zaman ini mulai diperkenalkan konsep mengenai biaya mutu,
yaitu pengeluaran akan dapat dikurangi jika manajemen meningkatkan
aktifitas pencegahan yang merupakan hal yang lebih penting daripada
upaya perbaikan mutu atas penyimpangan yang sudah terlanjur terjadi.
e. Era Manajemen Mutu (Quality Manajement)
Deming dan Schewart mengembangkan konsep siklus PDCA
(plan-do-check-action). Plan meliputi identifikasi masalah, memperoleh
data, dan mengembangkan rekomendasi. Do meliputi penerapan solusi
berbagai percobaan. Check berupa pengamatan setelah penerapan untuk
memastikan apakah hasil yang diperoleh sesuai rencana. Act melibatkan
kegiatan perubahan permanen jika hasilnya efektif bagi peningkatan atau
kembali pada kondisi sebelumnya jika penerapannya bermasalah.
f. Era Strategis Quality Management / Total Quality Management
Pada tahun 1961, Dr. AV Feigenbaum memperkenalkan konsep
make it right at the first time. Konsep ini akan berkembang dan menjadi
salah satu dasar Total Quality Management (TQM).
Dalam era ini, keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan
menentukan dalam menjadikan kualitas untuk menempatkan perusahaan
pada posisi kompetitif. System ini dapat didefinisikan sebagai system
manajemen strategis dan integrative yang melibatkan semua manajer dan
karyawan, serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif
untuk memperbaiki secara berkesinambungan proses-proses organisasi
agar dapat memenuhi dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan
pelanggan.
TQM mencakup semua fungsi dalam manajemen. Desain,
perencanaan, produksi, pemasaran, pengembangan sumber daya,
pengelolaan keuangan yang baik, distribusi, dan pelayanan. Ukuran
keberhasilan TQM merupakan kepuasan pelanggan, dan cara mencapainya
terutama melalui desain system dan peningkatan terus-menerus. TQM
pada prinsipnya adalah cara mengorganisasi dan mengerahkan seluruh
organisasi, setiap departemen, setiap aktifitas, dan setiap individu untuk
mencapai kualitas.
g. Era Gugus Kendali Mutu/Quality Control Circle
Tahun 1961 sampai sekarang dikatakan sebagai periode
pemantapan dan pengembangan (New Quality Creation). Pada Tahun
1967, Dr. Kaoru Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality
Control Circle), diagram sebab akibat yang merupakan teknik skematis
yang digunakan untuk menemukan lokasi yang mungkin pada
permasalahan kualitas. Diagram Ishikawa merupakan salah satu alat dalam
“7 tools”.
Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle) yaitu sebuah
mekanisme dan dinamika yang menjamin adanya evaluasi terhadap
berbagai hasil yang diperoleh secara kontinu. Setiap anggota kelompok
melakukan hal tersebut dengan motivasi dan kesadaran yang mendalam
akan tanggung jawabnya sebagi anggota organisasi, yang hidup matinya
tergantung dari kondisi orgnasasi tempat ia bekerja tersebut. Setiap
kelompok biasanya terdiri dari 3 – 8 orang, yang secara sukarela
mengadakan kegiatan pengendalian mutu di tempat ia bekerja.
h. Pada tahun 1979, Phillips B. Crosby menekankan pentingnya pimpinan
puncak untuk menciptakan iklim kerja yang nyaman dan meyakinkan
bahwa mutu adalah misi pokok yang harus dicapai oleh organisasi. Dan
bahwa karyawan di semua tingkatan dapat dimotivasi untuk mengejar
peningkatan tetapi motivasi tersebut tidak akan berhasil kecuali disediakan
alat untuk meningkatkannya.
i. Era Konsep Robust Design
Pada tahun 1980, Dr. Genichi Taguchi memperkenalkan model Taguchi.
Taguchi juga memperkenalkan konsep robust design dan fungsi
kehilangan dalam mutu. Konsep robust design menyebutkan bahwa
produk harus dirancang untuk meningkatkan kinerja dengan
meminimalkan efek dari penyebab variasi tanpa menghilangkan
penyebabnya. Fungsi Kehilangan mutu menyatakan bahwa setiap produk
harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, setiap penyimpangan
dalam target merupakan kehilangan.
j. ISO 9000, Quality Management System
Pada tahun 1987, lahirlah suatu standar tentang sistem manajemen mutu
yaitu ISO 9000, Quality Management System
 Tahun Perkembangan Manajemen Kualitas
a. Tahun 1920-1940 Kelompok Kualitas Yang Utama adalah Inspeksi
Para inspektor mengukur hasil berdasarkan spesifikasi. Pada masa ini
ditemukannya konsep statistik dalam hal pengendalian variabel-variabel
produk, seperti panjang, lebar, berat, tinggi, dan pengambilan sampel untuk
menguji penerimaan yang diprakarsai oleh Walter A. Stewart, H. F, Dosge,
dan H.G. Roming.
b. Tahun 1940-1985 Kelompok Inspeksi Berkembang Menjadi Pengendalian
Kualitas
Tanggung jawab kualitas dialihkan ke bagian quality control
independen. Diperkenalkannya konsep total quality control yang oertama
kali oleh Feigenvaum pada tahun 1960 yang kemudian menjadi total quality
control organizationwide di tahun 1970 dan menjadi konsep total quality
system pada tahun 1983.
Pengendalian kualitas berkembang menjadi penjaminan kualitas yang
berfokus kepada proses dan kualitas produk. 1985-1990 diperkenalkannya
konsep total quality management oleh Federick Taylor pada tahun 1990-an,
yang dikenal sebagai Father of Scientific Management dan terkenal dengan
teorinya Time and Motion Studies. TQM berkembang menjadi Learning
Organization yang menggunakan Filosofi Continous Quality Improvement
dan menggunakan konsep manajemen pengetahuan.
c. Abad 20- sekarang
Dengan berkembangnya teknologi informasi pada abad 20-an. Konsep
manajemen mutu di barengi dengan konsep E-Learning atau Electronics
Learning.
 Dalam referensi lain dijelaskan bahwa sejarah perkembangan Manajemen Mutu
Terpadu berbasis pada evolusi gerakan Total Quality Manajemen Ilmiah F. W.
Taylor tahun 1920-an dalam Hadits dan Nurhayati (2012:94). Sejarah
perkembangan mutu adalah sebagai berikut: Sebelum 1930 : Quality Inspection
(memeriksa mutu), 1940-1950 : Quality Control (QC) (mengawasi mutu), 1951-
1954 : Statistical Quality Control (Pengendalian mutu statistik), 1960-1970:
Quality Assurance (Jaminan Mutu), 1980-Sekarang: Total Quality Management
(Pengendalian Mutu Terpadu).
 Implementasi Mutu pada Bidang Pendidikan
Dewasa ini, sejalan dengan tantangan kehidupan global, urgensi
pendidikan merupakan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia.
Keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan
alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana
mutu Sember Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu
pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik,
memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan,
komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.
Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru,
sarana dan prasarana serta biaya apabila seluruh komponen tersebut memenuhi
syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak
berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang mampu
menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan tanggung jawab. Tenaga
kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai
peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu
pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang
profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsinten menjadi
salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga kependidikan yang
profesional mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala
sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk menghasilkan guru yang
profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru harus harus lebih dinamis
dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Agar proses
pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki
kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya
5. Uraikan pendapat para tokoh/pemikir mutu: Juran, Deming, Crosby,
Ishikawa dan Feigenbaun serta penerapannya dalam pendidikan dan
pembelajaran PAI!
W Edwards Deming, Joseph Juran dan Philip Crosby disebut sebagai
bapak Mutu karena ketiganya berkonsentrasi pada mutu dalam industry produksi,
meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam industrijasa.
Memang tidak satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan tentang isu-
isu mutu dalam pendidikan. Walaupun demikian mereka tetap memberikan
kontribusi yang begitu besar terhadap gerakan mutu.
 Konsep Mutu Josep M. Juran
Dalam merencanakan mutu pendidikan, Joseph Juran menggunakan
pendekatan Manajemen Mutu Management (Strategic Quality Management) yang
banyak dibicarakan dan di terapan ahir-ahir ini. SQM (Strategic Quality
Management), adalah sebuah proses tiga bagian yang didasarkan pada staf pada
tingkat yang berbeda yang memberi kontribusi unik terhadap peningkatan mutu.
Pimpinan lembaga memiliki pandangan strategis tentang organisasi atau lembaga,
wakil pimpinan memiliki pandangan operasional tentang mutu, dan para guru
memiliki tanggung jawab terhadap kontrol mutu.
SQM (Strategic Quality Management), cocok diterapkan dalam konteks
pendidikan sejalan dengan gagasan Consultant at Work oleh John Miller dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan. John Miller berpendapat bahwa
manajemen senior (Dewan Rektor) perlu menggunakan manajemen mutu strategis
dengan cara menyusun visi, prioritas dan kebijakan universitas.
Joseph Juran dalam Rusman (2009) memperkenalkan tiga proses kualitas
atau mutu diantaranya sebagi berikut:
a. Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas pelanggan,
menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran mutu, dan meningkatkan
kemampuan peroses.
b. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar pengendalian,
memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan mengukur kinerja
yang sesungguhnya.
c. Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari:
mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk
mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.
Joseph Juran berpendapat bahwa penggunaan sebuah pendekatan untuk
meningkatkan mutu pendidikan harus tahap demi tahap sebab semua bentuk
peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap demi tahap.
Menurut Usman (2011) komponen manajemen mutu diatas secara
sistematis menjadi hal-hal dibawah ini:
a. Membangun kesadaran terhadap kebutuhan dan kesempatan untuk
pengembangan
b. Menyusun tujuan yang jelas untuk pengembangan
c. Menciptakan susuanan organisasi untuk menjalankan proses
pengembangan
d. Menyediakan pelatihan yang sesuai
e. Mengambil pendekatan terhadap penyelesaian masalah
f. Mengidentipikasi dan melaporkan pelaksanaan
g. Mengetahui keberhasilan
h. Mengomunikasikan hasil
i. Melaporkan perubahan dan
j. Mengembangkan peningkatan tahunan pada seluruh proses pendidikan.
Dalam mengelola mutu pendidikan, seorang pimpinan harus
memperhatikan komponen-komponen diatas, selain itu harus mengevaluasi sejauh
mana keberhasilan yang telah dilakukan yang berkaitan dengan perencanaan The
Juran Trilogy tentang mutu (Quality Planning), pengendalian mutu (Quality
Control), dan perbaikan serta peningkatan mutu (Quality Improvement).
 Konsep Mutu W Edward Deming
Menurut W Edward Deming masalah mutu terletak pada masalah
manajemen dalam hal ini mutu dihadapkan pada lembaga pendidikan harus
mengukur dari halhal yang berkaitan dengan manajemen.
Ada 14 poin yang termasyhur dan merupakan kombinasi baru tentang
manajemen mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya,
yaitu:
a. Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa
kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan
b. Adopsi falsafah baru
c. Hindari ketergantungan inspeksi massa untuk mencapai mutu
d. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga
e. Tingkatkan dengan secara konstan sistem produksi dan jasa untuk
meningkatkan mutu dan produktivitas
f. Lembagakan pelatihan kerja
g. Lembagakan kepemimpinan
h. Hilangkan rasa takut agar setiap orang dapat bekerja secara efektif
i. Uraikan kendala-kendala antar departemen
j. Hapuskan slogan, desakan dan target serta tingkatkan produktifitas tanpa
menambah beban kerja
k. Hapuskan standar kerja yang mengunakan quota numerik
l. Hilangkan kendalakendala yang merampas kebanggaan karyawanatas
keahliannya
m. Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan
peningkatan kwalitas kerja
n. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi.
Dari keempat belas poin yang di utarakan W Edward Deming di atas
dianalisis atau dilihat dari kepuasan pihak konsumen dalam hal ini yang dimaksud
adalah para peserta didik dan masyarakat yang bersangkutan dalam dunia
pendidikan.
 Konsep Mutu Philip B Crosby
B Philip Crosby menyatakan bahwa sebuah langkah sistematis untuk
mewujudkan mutu akan menghasilkan mutu yang baik. Penghematan sebuah
institusi akan datang dengan sendirinya ketika institusi tersebut melakukan segala
sesuatunya dengan benar. selalu berusaha agar berhati-hati dalam setiap langkah
yang meliputi input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif dan piskomotorik)
metodologi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya. Sedangkan Mutu dalam
kontek hasil pendidikan mengacu pada perestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun tertentu.
Ada 14 langkah untuk meraih manjemen mutu pendidikan, yaitu:
a. Komitmen Manajemen (Management Commitment)
b. Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team)
c. Pengukuran Mutu (Quality Measurement)
d. Mengukur Biaya Mutu (The Cost Of Quality)
e. Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness)
f. Kegiatan Perbaikan (Corrective Action)
g. Perencanaan tanpa cacat (Zero Deffects Planning)
h. Menekankan Perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training)
i. Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defects Day)
j. Penyusunan Tujuan (Goal Setting)
k. Penghapusan Sebab Kesalahan (Error Cause Removal)
l. Pengakuan (Recognition)
m. Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Councils)
n. Lakukan Lagi (Do It Over Again).
 Konsep Mutu Kaoru Ishikawa
Kaoru Ishikawa adalah teoretikus organisasi Jepang dan profesor pada
Universitas Tokyo. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh inovasi manajemen mutu
di Jepang. Ia mengembangkan konsep gugus mutu dan diagram Ishikawa.
Menurut ishikawa, mutu adalah dua tingkatan definisi, yaitu “kami terlibat
dalam kontrol kualitas untuk memproduksi pruduk-produk dengan kualitas yang
dapat memenuhi persyaratan konsumen”. Poin penting definisi mutu menurut
Ishikawa adalah bahwa:
a. Kualitas setara dengan kepuasan konsumen
b. Kualitas harus di definisikan secara komprehensif
c. Kebutuhan konsumen dan persyaratan berubah terus menerus, oleh karena
itu definisi metu juga selalu berubah
d. Harga suatu produk atau jasa merupakan bagian penting dari kualitas.
Adapun kategori yang paling umum digunakan:
a. Orang : Semua orang yang terlibat dari sebuah proses.
b. Metode : Bagaimana proses itu dilakukan, kebutuhan yang spesifik dari poses
itu, seperti prosedur, peraturan dll.
c. Material : Semua material yang diperlukan untuk menjalankan proses seperti
bahan dasar, pena, kertas dll.
d. Mesin: Semua mesin, peralatan, komputer dll yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan.
e. Pengukuran: Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk
menentukan kualitas proses.
f. Lingkungan: Kondisi di sekitar tempat kerja, seperti suhu udara, tingkat
kebisingan, kelembaban udara, dll. Dari masing-masing kategori tersebut,
terus dikembangkan ke tahap yang lebih detail.
Hal yang perlu dilakukan setelah diagram ishikawa selesai dibuat adalah
memvalidasi masing-masing penyebab untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi penyebab tersebut
 Konsep Mutu Armand V. Feigenbaum
Armand Vallin Feigenbaum adalah pelopor ungkapan total quality
control di Amerika Serikat. Total Quality Control (TQC) mendekati mutu
sebagai peralatan bisnis strategi yang mensyaratkan kepedulian bagi semua
orang di perusahaan. Mutu jauh melampaui manajemen kesalahan. TQC adalah
filosofi dan komitmen untuk mencapai keunggulan. Mutu adalah cara hidup
bersama, cara memanage. TQC memiliki pengaruh organisasional yang
mencakup implementasi aktivitas mutu berbasis pelanggan. Definisi TQC
Feigenbaum adalah being excellence–driven, rather than defect-driven.
Pemikiran Feigenbaum juga dapat dilihat pada tiga langkah mutu berikut:
a. Quality leadership. Harus ada penekanan pada manajemen dan
kepemimpinan dalam mutu. Mutu harus direncanakan menyeluruh dalam
term yang spesifik. Pendekatannya adalah excellence – driven daripada
failure-driven. Mencapai keunggulan mutu berarti menyimpan fokus yang
konstan dalam memelihara mutu. Pendekatan berkelanjutan sejenis sangat
dibutuhkan dalam manajemen.
b. Modern quality technology. Departemen mutu tradisional tidak mampu
memecahkan 80 sampai 90 masalah mutu. Pada era modern, semua anggota
organisasi harus bertanggungjawab terhadap mutu produk dan layanan. Ini
berarti melibatkan staf kantor dalam proses, demikian juga para insinyur,
dan pekerja bawahan. Kinerja tanpa kesalahan (error-free performance)
harus menjadi tujuan. Teknik – teknik baru harus dievaluasi dan
diimplementasikan setepat mungkin.
c. Organizational commitment. Motivasi berkelanjutan disyaratkan. Pelatihan
yang berhubungan dengan tugas yang paling pokok. Pertimbangan mutu
sebagai elemen strategis perencanaan bisnis harus terjadi pada perusahaan.
Selanjutnya, Feigenbaum (dalam Brocka & Brocka, 1992) juga
mengajukan 19 langkah peningkatan mutu pada organisasi atau perusahaan
sebagai berikut:
a. Total quality control defined. TQC dapat didefinisikan sebagai sebuah
sistem yang efektif dalam integrasi peningkatan mutu, pemeliharaan mutu,
dan upaya-upaya perbaikan mutu berbagai kelompok di dalam organisasi
untuk memungkinkan pemasaran, produksi, teknik, dan layanan pada level
ekonomis tertinggi yang memudahkan pemenuhan kepuasan pelanggan.
b. Quality versus quality. “Q besar” atau Quality merujuk pada mutu yang
mewah (luxurious), sedangkan “q kecil” merujuk pada mutu tinggi,
kemewahan tidak penting, q kecil harus dipertahankan dan ditingkatkan.
c. Control. Pada ungkapan “quality control”, ungkapan control
merepresentasikan peralatan manajemen dengan empat langkah; a)
menyusun standar mutu, b) penilaian kinerja terhadap standar-standar
tersebut, c) bertindak manakala standar dilewati, d) perencanaan
peningkatan dalam standar.
d. Integration. Quality control mensyaratkan integrasi hampir semua
aktivitas yang tidak terkoordinir dalam suatu kerangka kerja. Kerangka
kerja harus menempatkan tanggungjawab terhadap upaya-upaya mutu
yang didasarkan pada pelanggan mencakup semua aktivitas perusahaan.
e. Quality increase profit. Program TQC sangat efektif dalam pembiayaan
sebab hasil-hasilnya meningkatkan level kepuasan pelanggan, mengurangi
kesalahan operasi, mengembalikan biaya layanan, dan meningkatkan daya
guna sumberdaya. Tanpa mutu, pelanggan tidak akan memberi nilai
balikkan, tanpa balikkan dari pelanggan, bisnis tidak akan bertahan lama.
f. Quality is expected, no desired. Mutu mengakibatkan mutu. Manakala
seorang supplier berorientasi pada mutu, supplier lain harus memenuhi
atau melampaui standar baru tersebut.
g. Humans impacts quality. Peningkatan mutu terbesar adalah berasal dari
perbaikan proses oleh manusia/pekerja, bukan penambahan mesin.
h. TQC applies to all products and services. Tidak seorang atau satu
departemen pun yang luput dari pemberian produk atau layanan kepada
pelanggan mereka.
i. Quality is a total life-cycle consideration. Quality control memasuki
semua tahap dari keseluruhan proses produksi, mulai dari spesifikasi
pelanggan, desain teknik dan pemasangan sampai kepada pengapalan
produk, termasuk layanan dasar bagi pelanggan yang merasakan kepuasan
terhadap produk.
j. Controlling the process. Pengendalian terletak pada empat klasifikasi
utama yaitu; pengendalian desain baru, pengendalian material yang masuk,
pengendalian produk, dan penelitian terhadap proses tertentu.
k. A total quality system may be defined as. Sistem mutu menyediakan
pengendalian yang terintegrasi dan terus menerus terhadap semua aktivitas
kunci.
l. Benefits. Manfaat / keuntungan yang sering diperoleh dari program mutu
terpadu adalah peningkatan pada desain dan mutu produk, pengurangan
biaya dan kesalahan, peningkatan moral karyawan, dan mengurangi
pemborosan.
m. Cost of quality. Biaya mutu adalah alat untuk mengukur dan
mengoptimalkan aktivitas pengendalian mutu. Biaya mutu operasi dibagi
dalam empat kategori, yaitu; biaya pencegahan, biaya penghargaan, biaya
kesalahan/kegagalan internal, dan biaya kesalahan/kegagalan eksternal.
n. Organize for quality control. Adalah penting menunjukkan bahwa mutu
adalah tugas setiap orang (quality is everybody’s job). Setiap komponen
organisasi memiliki tanggung jawab mutu terkait, seperti; pemasaran
untuk menentukan pilihan pelanggan, teknisi untuk memberi kepuasan
terhadap spesifikasi mutu produk, dan supervisi untuk membangun mutu
pada produk. Jadikan tanggungjawab tersebut eksplisit dan dapat dilihat.
o. Quality facilitators, not quality cops. Organisasi pengendalian mutu
berperan sebagai touchstone untuk mengkomunikasikan hasil-hasil baru
pada perusahaan, menyediakan teknik baru, bertindak sebagai seorang
fasilitator, dan konsultan internal, daripada inspektor mutu.
p. Continuous commitment. Manajemen harus memahami atau mengenali
permulaan program pengendalian mutunya bahwa program ini bukan
peningkatan mutu yang bersifat sementara dan proyek pengurangan biaya
semata.
q. Use statistical cost. Statistik digunakan di hampir semua program
pengendalian mutu kapan dan dimana saja. Tetapi statistik hanyalah satu
bagian dari pola pengendalian mutu. pengembangan peralatan tes mekanik
dan elektronik yang unggul telah menyediakan tata cara peningkatan
berskala besar pada tugas ini.
r. Automation is not a panacea. Otomasi bukan sebuah obat mujarab.
Pastikan bahwa aktivitas orientasi manusia diimplementasikan sebelum
yakin bahwa otomasi merupakan jawaban. s. Control quality at the source.
Pencipta produk atau pengirim layanan harus mampu mengendalikan
produk atau layanannya.
 Penerapan Teori Ahli dalam Pendidikan!
 Deming menuliskan 14 anjuran dalam pelaksanaan MMT yang oleh
Mukhopadhyay (2005) dikontekstualkan dalam bidang pendidikan sebagai
mana terangkum dalam tabel berikut
Teori Deming Penerapan dalam Pendidikan
Rumuskan visi, misi Meskipun misalnya institusi
dan umumkan tujuan pendidikan tidak perlu bersaing, tetapi
“program perbaikan satuan pendidikan perlu eksis dan
mutu” kepada semua menawarkan jasa pendidikannya
staf dan dukung berupa pengetahuan, teknologi,
secara konsisten. ketrampilan dan karakter/sikap, maka
sekolah perlu secara menerus
meningkatkan diri. Peningkatan perlu
jangka panjang dan menengah untuk
menguasai perkembangan pengetahuan
termasuk gaya belajar dan mengajar.
Mengadopsi falsafah Mutu bukanlah tujuan tetapi perjalanan
MMT sebagai yang terus bergerak maju. Jadikan
“falsafah baru” perjalanan mutu menjadi bagian dari
misi institusi. Rumuskan aplikasi misi
sebagai adopsi falsafah baru dan
konsekuensinya pembaharuan holistik
untuk siswa, misalnya merancang
pendidikan sesuai anjuran empat pilar
pendidikan UNESCO 1996 (learning
to know, learning to do, learning to
live together, dan learning to be).
Hentikan ketergantungan Gantikan inspeksi dari luar dengan
pada” inspeksi” menumbuhkan keinginan dari dalam
dengan target sebagai sistim penjaminan mutu.
kuantitas dalam
konteks produksi
masal.
Hentikan pemilihan Pilih guru terbaik yang tersedia dan
kontrak pada harga yang terendah sumber belajar dengan harga yang
terjangkau, bukan harga yang terendah
Perbaiki secara Secara menerus perbaiki cara/teknik
menerus dan mengajar, penilaian siswa, dan
selamanya proses menejemen kelas dan sekolah untuk
produksi dan/atau meningkatkan mutu dan menurunkan
jasa untuk biaya dengan meniadakan hal-hal yang
peningkatan mutu tidak berguna.
produktivitas dan
secara ajeg
menurunkan biaya.
Lembagakan on-the Upayakan pelatihan di tempat kerja
job training untuk guru dan karyawan
Ajarkan dan Laksanakan distribusi tangungjawab
laksanakan dan
(lembagakan) kewenangan dan latih kepemimpinan
kepemimpinan kepada bawahan.
Hapuskan rasa takut. Dorong guru untuk berinovasi, beri
Ciptakan rasa saling jaminan bila gagal tidak dipersalahkan.
percaya. Ciptakan Hargai atau rayakan secara sama untuk
iklim inovasi dan berhasil atau gagal
kreatif.
Hilangkan dinding Hilangkan sekat-sekat dan ego disiplin
pemisah antar ilmu bentuk satuan-satuan tugas antar
departemen jurusan dan departemen
Tumbuhkan budaya Gantikan ceramah dan slogan dengan
mutu dengan cara a.l., pelatihan peningkatan mutu di tempat
hilangkan slogan, kerja untuk membuat siapapun
target, dan berkinerja lebih baik dari sebelumnya.
desakan/inspeksi
Hilangkan target Kesampingkan kuota numerik kelas
kuota output dan penilaian siswa. Tumbuhkan
kuantitas dan kepedulian mutu pada setiap kegiatan
pelajari” proses”
perbaikan mutu.
Hilangkan penghalang yg merampas Dukung dan tunjukan pengakuan
kebebasan staf dalam melaksanakan terhadap inovasi dan keunikan di
keahliannya dan tumbuhkan rasa tempat kerja. Hilangkan rintangan dan
bangga karyawan fasilitasi eksperimentasi.
Giatkan program pemberdayaan dan Bangun mekanisme institusi dimana
self-improvement setiap orang merencanakan jalur
perkembangan dirinya dan bagaimana
mencapainya.
Ambil langkah-langkah Libatkan setiap orang dalam
transformasi merumuskan visi, misi, dan tujuan.
Libatkan setiap orang dalam
mendiagnosa institusi, merencanakan,
dan melaksanakan rencana
peningkatan mutu.

6. Apa yang dimaksud dengan Gugus Kendali Mutu? Bagaimana


implementasi Gugus Kendali Mutu pada lembaga pendidikan utamanya
terkait dengan upaya peningkatan mutu PAI?
 Pengertian Gugus Kendali Mutu
Quality Control Circle (QCC) atau yang lebih dikenal dengan Gugus
Kendali Mutu (GKM) merupakan subsistem dari TQC (Total Quality Control),
dimana TQC pada hakekatnya adalah system untuk mengikutsertakan karyawan
dan pimpinan secara gotong royong, kekeluargaa, dan musyawarah untuk
meningkatkan kualitas hasil kerja, dan kepuasan costumer.Menurut Robson,
Gugus Kendali Mutu adalah sebuah kelompok yang terdiri dari empat sampai
dengan sepuluh orang yang bergabung secara sukarela dan bekerja di bawah
pengawasan seorang supervisor serta mengadakan pertemuan secara teratur untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
pekerjaan dan melakukan perbaikan secara terus-menerus terhadap kualitas
produk, jasa, dan pekerjaannya.
Jadi, aktivitas dalam QCC merupakan bagian dari TQM yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan anggota dan menciptakan lingkungan kerja
yang lebih baik sehingga anggota dapat berpartisipasi dalam mencapai tujuan
organisasi dan memberikan kepuasan kerja serta kepuasan bagi konsumen.
Menurut Husaini Usman, idealnya QCC terdiri dari 3-10 anggota dalam unit
pekerjaan sejenis/ serumpun, mengadakan pertemuan rutin untuk membahas,
menganalisa dan memberikan solusi atas masalah yang muncul.
 Implementasi Gugus Kendali Mutu pada Lembaga Pendidikan Utamanya
Terkait Dengan Upaya Peningkatan Mutu PAI
Institusi pendidikan (Perguruan Tinggi/ Sekolah/ Madrasah) dapat
meningkatkan kualitas sistem penjaminan mutu dengan menambahkan peran
GKM (Gugus Kendali Mutu). Dalam membangun Tim GKM yang handal, perlu
komitmen, kesadaran mutu prima dan sistem manajemen yang tepat dengan
didukung standar dan SOP yang benar.
Adapun mekanisme kerja GKM secara general meliputi:
 Anggota tim berasal dari unit kerja yang sama
 Jumlah anggota dapat terdiri dari 3-10 orang (ideal 7-8 orang)
 Anggota memilih pimpinan kelompok/ tim
 Bersama sama menetapkan waktu pertemuan dan diketahui atasan
 Isu/ masalah yang dipilih hendaknya berkaitan dg tugas
 Anggota didorong untuk terlibat aktif
 Masalah dipilih dan dipecahkan bersama dengan menggunakan teknik
kendali mutu
 Hasil pertemuan dicatat secara singkat & didokumentasikan
Dalam kurikulum 2013 yang berbasis integrative, maka mau tidak mau
pembelajaran PAI harus mengkoordinasikan dengan guru kelas / guru mapel lain
agar terjadi keterkaitan materi pembelajaran dan saling mendukung satu dan
lainnya yang akan membentuk sebuah sinergi pembelajaran yang efektif sehingga
ketercapaian KI1 lebih terasa dan member kontribusi positif dalam perkembangan
jiwa siswa dan tidak hanya sebatas kesalehan normativ belaka.
Bagi guru PAI di tingkat lanjutan sperti SMP/SMA yang memungkinkan
guru PAI lebih dari satu orang, sudah pasti sangat memerlukan koordinasi sesama
guru PAI. Jika ada tiga orang guru PAI sangat ideal sekali untuk dibentuk tim
kendali mutu pembelajaran PAI secara internal, dan sangat bagus apabila kepala
sekolah membentuk gugus kendali mutu khusus PAI yang berkomposisikan guru
PAI dan guru mapel lain serta melibatkan waka kurikulum untuk membahas
berbagai persoalan yang muncul dan mencarikan berbagai alternative
penyelesaiannya.
Dengan demikian, sangat terbuka peluang untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI melalui kesatuan visi dan langkah tim yang solid dalam bingkai
manajemen mutu terpadu pendidikan (TQMIE) dibawah komando kepala sekolah
/madrasah untuk mencapai maksud dan tujuan pembelajaran PAI berdasarkan
kurikulum 2013.
7. Berilah contoh kasus implementasi sistem penjaminan mutu pembelajaran
rumpun PAI (PAI, al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI, Bahasa
Arab) di sebuah sekolah/madrasah di Indonesia! Uraikan proses dan
hasilnya!
KASUS PENELITIAN: Implementasi Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 1 Pinrang
Pelaksanaan manajemen mutu pendidikan SMA Negeri 1 Pinrang selalu
mengikuti perkembangan zaman dan kurikulum yang mengacu pada pembinaan
IPTEK. Sekolah dikatakan melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan karena
pemimpin lembaga pendidikan dalam hal ini adalah UPT sekolah berani untuk
berinovasi, sehingga SMA Negeri 1 Pinrang menjadi pilihan utama karena
berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Adapun indikatornya adalah mencakup
input proses, dan out put. Dimana indikator mutu pendidikan mampu mencetak
out put yang unggul, sedangkan out put dipengaruhi oleh proses dan untuk
melaksanakan proses pendidikan yang bermutu pula harus didukung oleh input.
Mutu pendidikan tidak hanya sekedar memenuhi standar oleh indikator, tetapi
memiliki kemampuan untuk kepuasan pelanggan.
Adapun penerapan penjaminan mutu pendidikan di sekolah SMA Negeri 1
Pinrang dilaksanakan berdasarkan konteks pendidikan yang mencakup Input,
proses, dan ouput. Serta peningkatan mutu pendidikan berdasarkan penerapan 8
SNP, prinsip-prinsip tata sekolah yang baik, yakni peningkatan partisipasi,
transparansi, dan akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efesiensi, mutu, dan
pemerataan pendidikan yang diperoleh melalui keleluasan mengelola sumber daya
yang ada, partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi serta melalui
partisipasi orang tua, keteladanan pengelolaan sekolah, peningkatan
profesionalisme pendidik.
Oleh karena itu, kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
SMA Negeri 1 Pinrang sudah termasuk dalam kategori bermutu tinggi, hal ini
dibuktikan dengan adanya berbagai program yang dilakukan di sekolah sehingga
pendidikan yang profesional dan menempatkan pendidik sebagai fungsional dapat
mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya dalam proses
pembelajaran dengan baik.
Adapun faktor pendukung dan penghambat; adapun faktor pendukung
adalah sebagai berikut: a. Adanya kerja sama elemen sekolah terutama kepala
sekolah, dan komite sekolah. b. Adanya program kerja c. Adanya pendidik yang
terampil d. Letak sekolah yang strategis e. Memiliki sarana belajar yang memadai
Sedangkan faktor penghambat didalam mensukseskan penerapan penjaminan
mutu pendidikan pada pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Pinrang diantaranya:
1. Sarana fisik 2. Kualitas guru 3. Kurikulum yang dalam penilaian K.13
menghabiskan banyak waktu, dan 4. Kesejahteraan pendidik/guru .
SUMBER RUJUKAN :

Kasful Anwar, 2017. Manajemen Mutu (Teori dan Aplikasi Pada


Lembaga Pendidikan). Jambi: Pusaka Jambi
Sutarto Hp. 2015. Manajemen Mutu Terpadu (Teori dan Penerapan di
Lembaga Pendidikan). Yogyakarta: UNY Press
NN. 2007. Modul Gugus Kendali Mutu. (Jakarta: Direktorat Jenderal
Industri Kecil Menengah Departemen Perindustrian).
Nurlina, Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Pinrang, Jurnal
Istiqra’, Vol. 8. No.2 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai