Content objectives
Methodological objectives
Life skill objectives
Atau dengan kata lain berfokus pada instructional efects (hasil kasat mata) dan
nurturent efects atau hasil-hasil laten proses pembelajaran seperti terbentuknya
kebiasaan membaca dan pemecahan masalah.
Change of culture: sebagai bagian dan tujuan membentuk budaya organisasi
yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen
organisasi. Baik dalam mutu proses pembelajaran maupun mutu hasil. Untuk
mencapai hal ini maka harus melakukan rekayasa dan motivasi agar secara
bertahap dan pasti kultur mutu berkembang dalam organisasi mutu pendidikan.
Upside down organization: perubahan organisasi akan mengikuti perubahan visi
dan misi.
Keeping close to the customer atau mempertahankan hubungan dengan
pelanggan. Karena itu public relation menjadi unsur penting.
Tanggapan
Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu menyeluruh adalah suatu
konsep manajemen yang telah dikembangkan sejak 50 tahun lalu dari berbagai
aspek/praktek manajemen serta usaha peningkatan dan pengembangan
produktivitas. TQM memperkenalkan pengembangan proses produk dan pelayanan
sebuah organisasi secara sistematik dan bekesinambungan. Pendekatan tersebut ini
berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait, dan memastikan bahwa
pengalaman dan ide ide mereka yang memiliki sumbangan dalam pengembangan
mutu.
Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi fungsi kontrol
kelembagaan, termasuk perencanaan pengorganisasian perekrutan staf, pemberian
arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep manajemen ini
membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada
kepuasan pelanggan, inovasi, dan mutu peningkatan pelayanan secara
berkesinambungan.
Memperhatikan perkembangan dunia, baik era skolastik, modern, bahkan post
modern (era posmo) atau dalam buku Edward Sillis (pada bagian catatan
penerjemah) disebut era kontemporer bahwa dunia pendidikan dikejutkan dengan
diterapkannya TQM dalam dunia pendidikan. Saya kira ini hal yang wajar sebab
dunia memang dalam proses perkembangan. Ini juga berarti ada perubahan budaya
(culture change).
Dunia pendidikan harus menyambut baik dan menerapkan TQM dalam pendidikan
sebagai bagian dari keinginan pencapaian mutu baik oleh internal customer
maupun external customer. Di mana mutu sebagai subjek yang diacu dan
dikontrol. Hal ini tentu dapat ditempuh dengan menerapkan metode-metode
pendekatan yang sesuai dalam TQM. Kita tidak menafikan bahwa memang mutu
menjadi acuan, hanya bagaimana mencapainya maka diperlukan TQE.
Faktor rekayasa dan faktor motivasi harus diperhatikan. Rekayasa dalam konteks
pendidikan dapat dipahami berkaitan dengan tindakan perencanaan secara
terstruktur, komprehensif dan akurat melalui kurikulum dan mata ajar yang dapat
diperhatikan dari kompetensi pencapaian. Di sinilah makna dan maksud faktor
rekayasa. Motivasi, di mana mutu menjadi subjek yang diacu sehingga yang
terlibat dalam institusi pendidikan paham bahwa mutu menjadi hal penting.
Sehingga peserta didik dapat berhasil baik dari segihard skill maupun soft skill.
BAB I
LATAR BELAKANG LAHIRNYA GERAKAN MUTU
Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri
Tom Peters dan Nancy Austin
Mutu
Bagi setiap institusi, mutu adalah aganda utama dan mutu merupakan tugas
yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap
mutu sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki; mutu merupakan hal yang
membingungkan dan sulit diukur. Ini berarti ada perbedaan dalam mendefinisikan
mutu.
Bisa saja kita mencapai hasil dan mengetahui mutu ketika kita
mengalaminya dan tetap akan terasa sulit ketika hendak mendeskripsikan dan
menjelaskan perihal mutu. Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara
yang baik dan/atau sebaliknya. Dengan demikian mutu merupakan masalah pokok
yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah
persaingan dunia pendidikan yang kian keras.
Pelaku-pelaku dunia pendidikan menyadari keharusan mereka untuk meraih
mutu tersebut dan menyampaikannya pada pelajar dan anak didik. Karena itu ada
banyak faktor yang dapat menjadi indikator mutu, misalnya: gedung yang bagus,
guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan,
spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumber
daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan
efektif, perhatian terhadap pelajar, dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau
juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Semua yang disebutkan di atas merupakan hal-hal yang dapat dijadikan
sebagai kekuatan dari setiap institusi untuk mencapai mutu. Namun menjadi
problem saat harus memikirkan kembali mutu. Apakah mutu dalam bentuk hasil
ataukah sebuah kepuasan dari pelanggan. Dan mungkinkah di sini letaknya
kesulitan dalam mendefinisikan mutu?.
Dalam dunia bisnis, misalnya, wakil presiden eksekutif Ford Motor Company
mengatakan bahwa kita tahu bahwa pada saat ini, masa-masa sulit ini, kita harus
benar-benar memuaskan pelanggan. Untuk mencapainya tidaklah semudah
mendengarkan pelanggan dan memberi respon yang baik pada mereka maka mutu
akan tercapai dengan sendirinya. Tidak. Untuk mencapainya harus meniscayakan
sebuah langkah awal yang lebih serius. Sebab itu, organisasi-organisasi yang
menganggap serius pencapaian mutu akan memahami bahwa untuk mencapai
mutu, Anda harus mendengar dan merespon secara simpatik terhadap kebutuhan
dan keinginan pelanggan.
Mutu? Ya, mutu adalah ide yang sudah ada di hadapan kita. Bahwa institusiinstitusi yang bergerak dalam assesment mutu telah melakukan berbagai langkah
misalnya penghargaan dan standar mutu yang telah dierkenalkan sebagai bagian
dari mempromosikan mutu dan keunggulan. Misalnya, The Citizens Charter, The
Parents Charter, Investor in People, The European Quality Award, British Standard
BS5750 dan Internasional Standard ISO 9000.
Karena itu, mutu kemudian memasuki dunia pendidikan. Ini sebuah
fenomena dalam dunia pendidikan. Institusi-institusi pendidikan kemudian
mengembangkan sistem-sistem mutu dengan tujuan membuktikan kepada
khalayak umum bahwa mereka (institusi X) memberikan layanan yang bermutu.
Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa mutu bukan sekedar
sebuah inisiatif atau sebuah model baru yang di desain untuk menambah beban
kerja guru atau institusi, atau hal lain.
Jika demikian maka kita harus membedakan TQM dalam perusahaan dan
TQM dalam pendidikan. TQM dalam perusahaan hanya sebatas sebuah inisiatif.
Sedangkan TQM dalam pendidikan lebih merupakan sebuah filosofi dan metodologi
yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda
dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Esensinya adalah
perubahan budaya atau culture change.
Harus dicatat bahwa petualangan mencari mutu bukanlah sebuah ekspedisi
baru. Dalam dunia industri, sejak dulu sudah ada keharusan untuk merasa yakin
bahwa produk sudah sesuai dengan spesifikasinya agar mampu memberikan
kepuasan pada para pelanggannya. Jika mutu produksi terjaga maka akan
menyebabkan tingkat kepercayaan pelanggan terhadap produk meningkat. Untuk
mencapainya, maka harus menjaga standar mutunya sehingga dikemudian hari
lahirlah apa yang disebut quality control.
Kontrol mutu adalah proses yang menjamin bahwa hanya produk yang
memenuhi spesfikasi yang boleh keluar dari pabrik dan dilempar ke pasar. Maka
kontrol mutu berada di tahap akhir atau pasca produksi dengan tugas mendeteksi
produk yang cacat.
Dalam perkembanganya, mutu mulanya dikembangkan di Barat di era 1930
dan 1940an oleh W. Edwards Deming. Namun Jepanglah yang memanfatkan
keahliannya. Deming memformulasikan idenya pada tahun 1930-an saat melakukan
penelitian tentang metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari
proses industri. Dari serangkaian penelitian yang dilakukan Deming, Deming
menginginkan kontrol atas industri. Ia kemudian mengembangkan metode statistik
Shewhart yakni teknik-teknik meminimalisasi unsur-unsur tak terduga dari prosesproses industri sehingga industri dapat dikontrol dan terkontrol. Kontribusinya
adalah mengembangkan metode Shewhart. Metode Shewhart dan Deming
kemudian dikenal dengan Statistic Process Control (SPC).
Kunjungan Deming ke Jepang dalam tugas melakukan statistik usai perang
dunia. Maka Jepang kemudian memintanya untuk membantu dalam proses kontrol
industri Jepang. Deming menganjurkan Jepang agar mulai mengetahui apa yang
diinginkan pelanggan. Ia pun menganjurkan untuk mendesain metode-metode
produksi serta produk Jepang dengan standar tinggi. Sebab hanya itu yang akan
memungkinkan mereka memegang kendali. Dalam prediksinya, jika diterapkan
maka hanya membutuhkan lima tahun maka perusahaan-perusahaan Jepang akan
memposisikan diri sebagai pemimpin pasar. Sejalan dengan itu, Juran pun
mengunjungi Jepang. Deming dan Juran kemudian berkolaborasi ide ke dalam apa
yang disebut total quality manajemen (TQM)
Sebagaimana pada organisasi-organisasi lain, kesadaran mengenai kualitas juga
telah merambah dunia pendidikan. Dalam buku ini dikatakan bahwa institusiinstitusi pendidikan perlu mengembangkan sistem kualitasnya agar dapat
membuktikan kepada publik bahwa mereka dapat memberikan layanan yang
berkualitas. Kualitas, khususnya dalam konteks TQM dipandang tidak sekedar
sebagai inisiatif belaka, namun dipandang sebagai suatu alat untuk mengubah
budaya dalam institusi pendidikan menjadi budaya yang lebih baik. Namun
demikian, total quality movement dalam pendidikan adalah hal yang masih
tergolong baru. Hanya ada sedikit literatur yang mengemukakannya sebelum tahun
1980.
Sebagian besar praktik kerja TQM diawali oleh komunitas pendidikan di AS dan
Inggris di tahun 1990, dan sekarang ini banyak ide terkait TQM telah dikembangkan
dengan baik di pendidikan tinggi, terbukti dengan adanya EFQM European Quality
Management Award (tahun 2001) yang dimenangkan oleh St Marys College
sebuah sekolah di Irlandia Utara. Masalah jaminan kualitas juga mulai menjadi
pemikiran utama di sekolah-sekolah di seluruh dunia.
Terkait dengan penerapan TQM sebagai standar jaminan kualitas dalam sebuah
institusi pendidikan, ada beberapa pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.
1. Bagaimana kualitas dalam institusi pendidikan dapat dipastikan? Apa
indikatornya?
pendidikan. TQM hendaknya dipandang sebagai seperangkat cara atau alat yang
dapat diterapkan dalam manajemen sebuah institusi pendidikan, termasuk di
Indonesia. Dengan demikian, institusi pendidikan akan dikelola dengan manajemen
yang lebih baik, sehingga hasil keluarannya (alumni) akan lebih berkualitas.
BAB II
MEMAHAMI KONSEP MUTU
Konsep Mutu
Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Nomi dan Anna bersepakat
bahwa mutu merupakan konsep yang licin. Mutu mengimplikasikan hal-hal yang
berbeda pada masing-masing orang. Inilah yang kemudian dipahami sebagai
masalah disekitar pemahaman terhadap mutu. Mutu merupakan suatu ide yang
dinamis sedangkan definisi-definisi yang kaku sama sekali tidak akan membantu.
Karena itu dibutuhkan suatu pemikiran dan pemahaman yang komprehensif.
Bila demikian maka mutu dapat dilihat sebagai:
1. Konsep yang absolut.
Mutu hanya dapat dilihat dalam contoh berikut: restoran yang mahal, mobil yang
mewah. Prinsipnya adalah memikili sifat baik, cantik dan benar. Ini patokan. Jika
demikian, apakah mutu harus dilihat sebagai nilai? Haruskan menilai mutu dari
sesuatu yang bermutu dan merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan
tidak dapat diungguli? Dan produk-produk bermutu adalah sesuatu yang dibuat
dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal? Ya. Penilaiaannya adalah
kepuasan dan kebanggaan dari pemiliknya. Dalam contoh lain, mobil yang bermutu
adalah mobil hasil rancangan istimewa, mahal, dan memiliki interior dari kulit. Mutu
dalam contoh ini hanya dalam kategori langka dan mahal. Intinya yang sulit
dimiliki orang lain itulah mutu. Dengan kata lain mayoritas memujinya,
menginginannya namun sebagian kecil di antara kita yang memilikinya.
Dalam hubungannya dengan pendidikan maka pendidikan yang bermutu adalah elit
karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan
dengan mutu tertinggi kepada para peserta didik. Sedangkan yang lain tidak dapat
menjangkaunya.
2. Konsep yang Relatif
Mutu dapat digunakan sebagai sebagai suatu konsep yang relatif. Definisi relatif
tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan tetapi
sesuatu yang berasal dari produk tersebut. Mutu dikatakan ada apabila memenuhi
sejumlah kualifikasi dan spesifikasi. Ini merupakan cara untuk menentukan apakah
sudah ada mutu ataukah belum. Misalnya, produk A tidak harus mahal dan eksklusif
tetapi cantik, namun tidak selalu demikian; atau tidak harus spesial tetapi asli,
wajar dan familiar. Dalam kaitannya dengan pendidikan adalah sekolah X bermutu
apabila memenuhi standar. Dengan demikia mutu mengerjakan apa yang
Jaminan mutu
Mutu terpadu
Mencegah kesalahan
sejak
awal
proses
produksi
Menerapkan metode
Mendesain jaminan
Dilakukan
oleh produk sesuai spesifikasi
yg ditetapkan
Memberikan sesuatu yg
pemeriksa mutu
diinginkan pelanggan
Bebas dari cacat dan
Menekakan
kontrol
pelanggan
zero defects and right first
mutu
time every time
Menekankan
tanggungjawab
Mutu Jasa (Service quality)
Antara karakteristik mutu jasa dan produk, lebih rumit mendefinisikan mutu
jasa bila dibandingkan dengan kualitas produk. Kesulitan tersebut berkaitan dengan
elemen-elemen di dalamnya. Mutu jasa selalu berhubungan dengan hubungan
yakni antara pemberi dan pengguna, waktu dan bahwa tidak dapat diperbaiki atau
ditambal. Selalu berhadapan dengan kepastian.
Tanggapan
Dan bahwa sekolah harus memiliki visi dan visi yang terejawentahkan dalam
kurikulum.
BAB III
TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggannya, saat ini dan untuk
masa yang akan datang (Edward Sallis).
Dalam konsep TQM, TQM jangan dilihat sebagai beban. Dalam proses
penerapannya, TQM harus diperkenalkan terlebih dahulu. Sebab TQM adalah suatu
keinginan untuk selalu mencoba mengerjakan sgala sesuatu dengan selalu baik
sejak awal. TQM juga bukan untuk memeriksa kalau-kalau ada yang salah. Juga
bukan bagaimana mengerjakan agenda melainkan tentang agenda yang telah
ditetapkan klien; tidak juga tugs yang hanya dikerjakan oleh manajer senior yang
selanjutnya memberikan arahan kepada bawahannya.
Total (terpadu) menegaskan bahwa setiap orang yang berada di dalam
organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan terus-menerus.
Kata manajemen dalam TQM berlaku untuk setiap orang. Sebab setiap orang
dalam organisasi dalam level manapun dapat menjadi manejer bagi
tanggungjawabnya masing-masing.
Filosofi dari TQM adalah pertama, perbaikan secara terus menerus dengan
metode pendekatan praktis tetapi strategis dalam menjalankan roda organisasi
yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan. Tujuannya adalah untuk
mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan sekumpulan slogan namun merupakan
suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai peningatan kualitas
yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Penekanannya adalah perbaikan secara terus menerus dan seluruh
komponen dalam organisasi terlibat.
Kedua, dan
untuk
mendeskripsikan
alat-alat
dan
teknik-teknik,
seperti
brainstorming dan analisa lapangan dengan tujuan membawa peningkatan mutu.
Jadi, TQM adalah sebuah pola pikir sekaligus aktivits berpikir praktis.
Kata kuncinya adalah pendekatan secara sistematis, konsisten, hati-hati, praktis.
TQM juga berkaitan dengan perubahan kultur dan ini tidak dapat dicapai
dengan cepat melainkan memerlukan waktu yang cukup lama, membutuhkan sikap
dan metode, sosialisasi kepada seluruh komponen organisasi sehingga seluruh
komponen mau melaksanakan pesan moral TQM.
Oleh karena itu, ada dua ha penting yang diperlukan staf
untuk menghasilkan mutu. Pertama, staf membutuhkan sebuah lingkungan yang
cocok untuk bekerja. Baik situasi, sistem maupun prosedur. Kedua,staf memerlukan
lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi yang
manejer
senior
manejer
menenga
guru
staf pendukung
TQM in education
Pelajar
Pemimpin
1. Ciptakan usaha peningkatan produk dan jasa. Tujuannya bisa bersaing dan
tetap menyediakan lowongan kerja.
2. Adopsi falsafah baru. Realnya dalam metode dan cara kerja baru
3. Hindari ketergantungan inspeksi massa untuk mencapai mutu.
4. Akhiri praktek dengan menghargai bisnis dengan harga. Harga mengikuti
mutu.
5. Tingkatkan secara konstan sistem produksi dan jasa untuk meningkatkan
mutu dan produktivitas
6. Lembagakan pelatihan kerja. Tidak tergiur menggunakan tenaga ahli secara
cepat.
7. Lembagakan kepemimpinan
8. Hilangkan rasa takut
9. Uraikan kendala-kendala antar departemen
10.Hapuskan slogan, desakan dan target
11.Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik
12.Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas
keahliannya.
13.Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan
peningkatan kualitas kerja.
Filafat Mutu Juran
Filsafat mutu Juran lebih dikenal dengan 85/15 atau prinsip 85/15. Angka 85
mengacu pada 85 persen kesalahan ada pada desain proses. Dan bahwa
permasalahan merupakan tanggungjawab manajemen karena manajemen memiliki
85 persen kontrol terhadap sistem. Dalam konteks pendidikan adalah bahwa dewan
rektor sebagai manejer senior bertugas menyusun visi, prioritas dan kebijakan
universitas; manejer menengah, para dekan bertanggungjawab atas jaminan mutu
dengan melibatkan diri dalam penyusunan pembelajaran dan secara sistematis
memeriksa serta menyampaikan hasil tersebut kepada tim penyusun; low
manajemen, guru, staf beroperasi mendesain karakteristik dan standar program
studi. Dengan demikian dapat memenuhi kebutuhan peserta didik.
Filsafat Mutu Crosby
Selain Deming, Crosby menawarkan 14 langkah untuk meraih mutu, yakni:
1. Komitmen manajemen management commintment
2. Membangun tim peningkatan mutu quality improvement team
3. Pengukuran mutu quality measurement
BAB V
BS5750 DAN ISO9000
Sebagai contoh, pernah saya membaca blog dari Reinhad Kasali, Direktur
Program Pascasarjana Manajemen UI, ia menceritakan perihal anaknya yang studi di
Amerika. Suatu ketika ia diberitahu oleh anaknya bahwa anaknya memperoleh nilai
di awal belajarnya. Kasali kemudian menanyakan nilai tersebut ke sekolah anaknya.
Intinya mempertanyakan, mengapa anaknya mendapat nilai terbaik. Padahal
menurut Kasali anaknya tidak mesti mendapat nilai seperti itu. Sebagai orang tua
yang baik tentu senang. Namun Kasali kaget, ketika mendengar penjelasan guru
dari anaknya. Bahwa nilai yang diperoleh anaknya itu sesuai dan memang begitu
sebab bagi guru tingkat kemampuan anak itu jika di Indonesia itu level terbaik.
Gurunya tidak menilai berdasarkan standar Amerika. Bahwa langkah gurunya
merupakan langkah untuk mengguide dan memotivasi anak untuk terus belajar.
Oleh sebab itu, benar bahwa standar industri jasa berbeda dengan standar
industri produksi. Industri jasa setidak-tidaknya perlu menyesuaikan diri dengan
tempat di dimana di terapkan. Kata kuncinya adalah interaksi dalam konteks
industri jasa.
BAB VI
STANDAR MUTU LAINNYA
Manajemen mutu merupakan hal yang amat sangat dibutuhkan karena saat ini
tidak ada lagi hal yang sederhana, itu pun kalau hal yang sederhana itu pernah ada
(Crosby)
Sebagaimana telah diketahui bahwa standar mutu memiliki peran dalam
TQM. Standar tersebut dapat memberikan pesan aktual dan potensial kepada
pelanggan bahwa institusi menggunakan mutu secara serius dan bahwa kebijakankebijakan dan peyraktek-prakteknya sesuai dengan standar mutu nasional dan
internasional. Ini dapat membangun kebanggaan eksternal di samping membangun
kebanggaan internal.
Pada bab ini disinggung tentang investor in people (IIP) yang diluncurkan
sebagai pengembangan dan pelatihan sumber daya manusia. IIP dapat diterapkan
melalui empat tahap:
1. Komitmen formal institusi terhadap standar. Untuk merealisasikan point ini
maka disediakan dua alat yang disebt survei manejer manager survey pada
level manejer senior dan survei pekerja employee survey. Alat ini dipakai
manejer senior untuk menilai institusinya.
2. Proses perencanaan strategi-strategi untuk meningkatkan prestasi institusi.
Diperuntukan bagi staf
BAB VII
BEBERAPA PERTIMBANGAN ORGANISASIONAL
Institusi yang sukses menuju masa depan adalah istitusi yang responsif dan
berubah sesuai dengan tuntutan dunia sekitarnya.
Teori Sikus Kehidupan dalam Institusi
Insitusi pendidikan ada bukan untuk tidak berubah. Lembaga pendidikan
akan eksis selama ia dapat meraih tujuan yang bermanfaat. Ia dan lingkungannya
berada dalam suatu kondisi perubahan yang konstan dan jika dianalogikan dengan
kehidupan biologis maka akan memiliki lingkaran kehidupan atau life cycleyang
meliputi formasi, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan (di tahap akhir
dibutuhkan pembaharuan dan revitalisasi).
Dengan analogi lingkaran kehidupan, pendidikan harus siap dengan
berbagai tantangan dan kegagalan dan dan tentu akan berimbas pada institusi. Di
sinilah dibuthkan TQM pada prinsip perencanaan jangka panjang yang strategis dan
keterlibatan karyawan dalam upaya peningkatan yang berkesinambungan. Jika
terjadi, maka akan memberikan efek positif sehingga dengan demikian dapat
menghadapi perubahan-perubahan dalam setiap tahapan.
Fase pertama: kelahiran dan formasi institusi.
Institusi yang baru lahir membutuhkan strategi untuk memperoleh
pengakuan dan dukungan. Di fase ini harus mencari pola yang pas di pasaran
sebagai bagian dari penemuan pelanggan. Jika mutu baik di mana pelanggan puas
maka dengan sendirinya akan menemukan pelanggannya. Jika berhasil di fase ini
maka tidak terasa sulit untuk memasuki fase kedua.
Fase kedua: pertumbuhan dan perkembangan. Dalam fase ini, akan menghadapi
berbagai tantangan. Di fase ini dibutuhkan keyakinan bahwa institusi akan
berkembang. Jika dipetakan maka masalah-masalah di tahap ini meliputi:
bagaimana mengatasi tuntutan peningkatan layanan pelanggan, ketidakmampuan
pendelegasian tugas, etos kerja karyawan yang rendah akan menjadi penyebab
kegagalan. Sebab itu di tahap ini pun hubungan personal harus dibangun sebagai
tindakan terencana yang berkesinambungan untuk memperluas hubungan dengan
pelanggan.
Fase ketiga: kedewasaan. Fase kedewasaan juga dapat menjadi salah satu bentuk
fase pembaharuan jika institusi terkait mengadopsi pesa mutu terpadu dan
mengembangkan strategi-strategi untuk beradaptasi dan menemukan cara yang
tepat untuk menjaga hubungan dengan palanggan. Ini fase dinamis di mana
ekspansi dapat terjadi. Untuk menjaganya, maka tujuan-tujuan institusi harus
dievaluasi demi kontinuitas keberhasilan lembaga.
Dalam catatan TQM seputar struktur maka TQM tidak menjanjikan struktur baku
versi TQM. Ini berarti tidak ada struktur baku. Dengan kata lain struktur yang
diterapkan harus sesuai disesuaikan untuk mempermudah proses TQM. Institusi
yang mengembangkan TQM harus bersedia menghilangkan sistem hirarki dan
menggantinya dengan sistem yang sejajar. Prinsip dalam menciptakan struktur ala
TQM adalah bentuk yang sederhana, ramping, dan dibangun di dalam tim kerja
yang kuat.
Dalam TQM , struktur mengikuti proses:
1. Optimisasi unit
2. Penjajaran vertikal. Dengan catatan setiap anggota harus mengerti strategi
institusi, visi, misi tetapi tidak harus detail mengetahui tujuan.
3. Penjajaran horizontal. Catatan: harus menghilangkan kompetisi antar unit
dan divisi, departemn, dll
4. Satu komando pada setiap proses. Dilihat pada proses kunci, baik kurikulum,
pastoral, maupun administrasi harus dirancang dan diorganisir sehingga
setiap proses ada di bawah satu komando
Tanggapan
Kalimat kunci insitusi adalah bahwa Institusi yang sukses menuju masa depan
adalah istitusi yang responsif dan berubah sesuai dengan tuntutan dunia
sekitarnya. Dengan kata lain tidak ada perubahan tidak ada pertumbuhan (hasil)
dan pengembangan atau ekspansi. Dan akan diindikasikan sebagai institusi yang
kerdil, membengkak (tidak ramping). Sehingga antara jumlah atau volume job
seimbang dengan jumlah pekerja sehingga institusi tidak membengkak dan
berimbas pada over cost.
Prinsip TQM berkaitan dengan struktur harus diperhatikan sehingga struktur tidak
membengkak dan pada akhirnya melahirkan birokrasi yang rumit. Pada akhirnya
berimbas pada layanan customer. Meniadakan yang tidak harus ada dan
mengadakan yang mutlak harus ada.
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian Total Quality
Management, pertama Perbaikan secara terus menerus, kedua menentukan standar
mutu, ketiga perubahan kultur, keempat perubahan organisasi, kelima
mempertahankan hubungan dengan pelanggan.
Untuk keberhasilan penerapan Manajemen Mutu Terpadu memang tidak mudah,
diperlukan komitmen dan kerjasama yang baik antara departemen terkait, antara
departemen pusat dengan departemen pendidikan di daerah serta institusi
pendidikan setempat sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan
masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kejelasan secara sistemik dalam
memberikan kewenangan antar institusi terkait.
Jika manajemen ini diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala
dinamika dan fleksibilitasnya, maka akan menjadi perubahan yang efektif bagi
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Buku terjemahan karya Edward Sallis ini sangat layak dikonsumsi oleh para praktisi
dan pemerhati pendidikan maupun pengguna jasa pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Saya sendiri merekomendasikan buku ini sebagai
bacaan wajib bagi siapa saja yang berkecimpung di dunia pendidikan, walaupun
pada dasarnya buku ini bisa dibaca oleh semua kalangan karena pada dasarnya
industri pendidikan telah memasuki semua ranah kehidupan bangsa.
BAB VIII
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN MUTU
Kepemimpinan adalah unsur penting dalam TQM. Pemimpin harus memiliki visi dan
mampu menerjemahkan visi tersebut ke dalam kebijakan yang jels dan tujuan yang
spesifik.
Pemimpin Pendidikan
Mutu terpadu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi
organisasi yang menerapkannya. Peters dan Austin dalam penelitian mereka telah
menunjukkan suatu keyakinan bahwa yang menentukan mutu dalam sebuah
institusi adalah kepemimpinan. Mereka berpendapat bahwa gaya kepemimpinan
tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu. Gaya tersebut
diakronimkan dengan MBWA (management by walking about atau manajemen
dengan melaksanakan).
Agar dapat merealisasikan keunggulan maka tidak cukup dari balik meja
melainkan kehadiran pemimpin dan pemahaman terhadap karyawan dan proses
insititusi menjadi undur terpenting dari MBWA. Hal yang harus dikomunikasikan
adalah visi dan nilai-nilai institusi pada pihak lain dengan cara berbaur dengan para
staf dan pelanggan.
Dalam
konteks
kepemimpinan
pendidikan,
membutuhkan perspektif-perspektif berikut ini:
pemimpin
pendidikan
Mangkomunikasikan Visi
Ini hal penting dan tidak boleh diabaikan. Manejer senio harus memberikan
arahan, visi dan inspirasi. Dalam budaya organisasi TQM, seluruh manejer harus
menjadi pemimpin dan pejuang proses mutu. Ini membutuhkan keterampilan
komunikasi sehingga visi dapat dikomunikasikan dan diturunkan ke bawah. Dan
bahwa harus ada perubahan mentalitas dari saya adalah bos menjadi pendukung
dan pemimpin staf. Fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung
para staf yang menjalankan roda mutu.
Oleh karena itu, pemimpin memiliki peran dalam
sebuah budaya mutu. Fungsi kepemimpinan pendidikan adalah:
mengembangkan
1)
2)
3)
6)
7)
iklim
perkembangan
dan
kesempatan
tumbuhnya
integritas program
BAB IX
KERJA TIM BAGI MUTU
Kerja tim dalam sebuah organisasi merupakan komponen penting dari implementasi
TQM mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi, dan
mengembangkan kemandirian John S. Oakland.
Sebuah organisasi yang terlibat dalam TQM akan memperoleh manfaat
dengan memiliki tim-ti yang efektif di semua tingkatan. Dalam beberapa sektor
pendidikan, tim telah dikembangkan sebagai unit dasar dari penyampaian
kurikulum. Dengan demikian pendidikan memiliki sebuah awal yang baik mengingat
kerja tim adalah sebuah fakta yang sudah terbukti berhasil. Meskipun demikian,
dalam penerapannya kerja tim hanya dibatasi pada fungsi kurikulum dan
manajemen.
Mutu bagi sebagian orang sinonim dengan lingkaran mutu. Sebab lingkaran
mutu merupakan ciri penting dari metode kontrol mutu terpadu (TQC). Filosofi TQC
sebenarnya merupakan perpaduan teori Deming dan lingkaran mutu. Namun teori
ini lebih berhasil di Jepang daripada negara asalnya, Amerika.
Lingkaran Mutu
Kepemimpinan
tim
kerja
motivasi ke
rja
Strategi
sistem
Pengalaman Pelaj
ar
Evaluasi
alat-alat
mutu
BAB X
Ide-ide yang telah terkumpul dari brainstorming sering digunakan pada piranti lain
guna analisis selanjutnya.
BAB XI
PERENCANAAN
STRATEGIS MUTU
Jika kita sepakat bahwa TQM adalah sebuah perubahan kultur berjangka panjang
maka harus direncanakan.
Perencanaan Mutu
Mutu tidak terjadi begitu saja atau dengan kata lain mutu tidak akan jatuh
dari langit. Ia harus direncanakan dan menjadi bagian penting dari strategi institusi
secara sistematis. Atau perencanaan yang strategis dan sistematis (bagaimana jika
strategis tetapi tidak sistematis atau sistematis tetapi tidak strategis).
Dalam hal ini, kekuatan TQM terletak pada perencanaan jangka panjang
yang jelas, terstruktur, sistematis guna mencapai mutu. Dalam pemikiran Deming
(14) adalah menciptakan tujuan secara konstan. Hal ini dapat diterawang melalui
visi yang terejawentahkan dalam perencanaan strategis. Dengan demikian
kesuksesan dapat diramalkan.
Manajemen Mutu Strategis
Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritas-prioritas jangka
panjang dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Sallis
menekankan bahwa tanpa perencanaan strategis tidak mungkin isntitusi dapat
memanfaatkan peluang-peluang baru.
Bagan pada halaman berikutnya
Proses perencanaan Strategis
Edward Sallis
Baik proses perencanaan strategis maupun Sallis menekankan tentang
perencanaan strategis yang sistematis. Hal ini tentu akan memudahkan dalam
pengukuran mutu atau ukuran sukses.
Tanggapan
Dalam Pengembangan institusi atau rencana strategis, kita harus memperhatikan
dan memberikan perhatian pada:
Visi. visi jangka panjang dari institusi dan memberi konteks dimana program
dapat dilaksanakan. Ini mendefinisikan pasar dan budaya yang diharapkan. Ini
adalah penting untuk mengembangakn pelayanan yang berkualitas karena hanya
perencanaan yang dapat memberikan perspektif jangka panjang sehingga penting
di dalam pemberian layanan kualitas secara terpadu.
Kebijakan kualitas. Ini mempersiapkan standard untuk program-program utama
dan bisa berisi statemen dari penamaan pembelajar. Kebijakan ini adalah statemen
umum dari komitmen insitusi kepada kustomernya, baik internal maupun eksternal.
Tanggungjawab manajemen. Ini menyusun peran dari lembaga yang
memerintah, dan tim manajemen
senior
dan tanggung jawabnya. Ini
mendefinisikan dimana anggota dari tim senior memikul jabatan kualitas.
dalam dunia pendidikan. Sallis dengan teliti melampirkan point-point penting dari
pemikiran Deming, Juran, Shewhart dalam buku ini. Sehingga informasi yang
diperoleh secara lengkap ada di dalamnya. Yang diawali dari pemaparan tentang
latarbelakang lahirnya mutu, konsep mutu, pemikiran Deming, Juran dan Shewhart.
Yang menarik adalah Sallis mencoba memberikan benang merah antara TQM dan
TQM dalam konteks pendidikan Kristen.
Selanjutnya
Sallis
mengemukakan
standar-standar
mutu
bertaraf
internasional beserta jenis-jenis penghargaan seputar mutu. Obyektifitas Sallis
terlihat ketika ia tidak hanya menawarkan TQM dalam bukunya namun juga
memperkenalkan prinsip pencapain mutu dengan cara yang lain. Ia juga
mengetengahkan langkah-langkah membuat penilaian atau evaluasi bahkan
analisis. Dan menguncinya dengan kepemimpinan mutu.
Bahasa yang lugas mewarnai pemaparannya sehingga buku yang terkesan
teknis dapat tersaji dengan baik dan dipahami dengan baik pula. Ini sebuah seni
mengelola bahasa teknis.
Akhirnya yang tidak kalah pentingnya adalah, Pdt. Dr. Sentot Sadono, M.Th
dengan jeli memilih dan memilah sumber bacaan bagi mahasiswa program
doktoral. Sehingga benar-benar menjadi sumber informasi standar dalam
pengembangan strategi, mutu dan kepemimpinan dalam dunia pendidikan.