Anda di halaman 1dari 19

MAJELIS GEREJA

TUGAS DAN TANGGUNG JAWABNYA

Pendahuluan
Dalam setiap pergantian anggota Majelis Gereja, khususnya bagi jemaat yang pertama kali menerima panggilan
tersebut akan selalu timbul pertanyaan; “Apa yang harus saya kerjakan? dan bagaimana saya melaksanakan
tugas kemajelisan ditengah-tengah jemaat?” Oleh karena itu, kita perlu mengetahui beberapa hal:
1. Apa dan siapakah Majelis Gereja di tengah jemaat
2. Apa saja tugas dan tanggung jawabnya menurut struktur dan fungsinya?

Majelis Gereja di Tengah Jemaat


Majelis dalam Alkitab
Pada saat muncul masalah ditengah-tengah jemaat karena para janda tidak terlayani dengan baik. Maka
terjadilah peristiwa penting yakni, manajemen organisasi yang berkembang (Kis. 6:1-7). Para rasul sebagai
pemimpin dalam jemaat, meminta kepada jemaat supaya mengangkat tujuh orang yang penuh dengan Roh
Kudus untuk dapat menangani pelayanan kepada para janda miskin. Dengan demikian, para rasul dapat
berfokus pada pelayanan firman dan doa. Ketujuh orang yang dipilih jemaat mula-mula ini adalah embrio dari
jabatan sebagai penatua yang akhirnya berkembang hingga saat ini. Keberadaan penatua tentunya sangatlah
penting bagi jemaat. Oleh karena itu syarat untuk menjadi penatua pun ditentukan dengan ketat (I Tim. 3:1-7
dengan sebutan episkopos1; Titus 1:5-9 dengan sebutan presbuteros2). Tentunya dengan syarat yang tertulis
dalam Alkitab, penatua diharapkan dapat menghasilkan penatua yang cakap melalui pemuridan atau
penggembalaan.

Oleh karena itu dalam pesan rasul Paulus yang terakhir kepada para penatua dari Efesus dikatakan: "Karena itu
jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Ay. 28). Melalui perkataan
itu, peranan penatua dapat dikelompokkan menjadi dua tugas:
1) Menjaga diri – integritas pribadi. Dapat dimengerti bahwa integritas pribadi ini termasuk menjaga iman,
kesalehan hidup dan kasih persaudaraan sesuai firman Tuhan. Jabatan ini memerlukan seseorang dengan
kedewasaan rohani yang baik agar dapat mengemban tugas untuk mengatur, membimbing,
menggembalakan jemaat, menjaga kebenaran dan mengawasi pekerjaan pelayanan
2) Menjaga seluruh kawanan – penggembalaan. Menggembalakan jemaat termasuk didalamnya
menyebarluaskan dan menjaga ajaran yang sehat sesuai firman Tuhan. Karena akan banyak serangan yang
muncul baik dari luar maupun dari dalam jemaat untuk mencerai-beraikan kawanan domba Allah (Ay. 29-
30). Maka peranan penatua dalam jemaat haruslah dilaksanakan dengan baik, supaya jemaat terlindungi
dari ajaran yang memutarbalikkan kebenaran firman Allah.

Majelis Dalam Tager dan Talag GKJ (2018)


Dalam Tata Gereja dan Tata Laksana Bab IV Kepemimpinan Gereja pasal 9 butir 4 tentang bentuk
kepemimpinan GKJ, disebutkan:
KEPEMIMPINAN GKJ DILAKUKAN SECARA KOLEKTIF YANG TERDIRI DARI ORANG-ORANG YANG SECARA
KHUSUS DIPILIH, DIPANGGIL, DAN DITAHBISKAN ATAU DITEGUHKAN KE DALAM JABATAN-JABATAN
GEREJAWI SEBAGAI PENATUA, PENDETA DAN DIAKEN, YANG DALAM KEBERSAMAANNYA DISEBUT MAJELIS
GEREJA.

Hal yang perlu menjadi perhatian bagi majelis Gereja bahwa jabatan ini tidak sama dengan jabatan lain
didunia. Jabatan ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang dikehendakiNya, Dia
sendiri yang telah memanggil orang-orang percaya sebagai rekan sekerja Allah dalam melanjutkan karya
penyelamatan-Nya. Maka dari itu Hakikat kepemimpinan GKJ adalah kepemimpinan pelayan atau
kepemimpinan yang melayani. Siapakah yang dilayani? Yang dilayani tentu Tuhan dan kehendakNya bagi
gereja. Itu artinya bahwa segenap pelayanannya tidak diperuntukkan untuk dirinya sendiri namun demi

1
Kata Yunani episkopos memiliki arti “dia yang mengawasi.” Tugas seorang episkopos adalah mengawasi dan memberikan
“makan” bagi jemaatnya
2
Kata presbuteros dalam bahasa Yunani berarti elders atau penatua. Penatua pada umumnya merujuk kepada orang-
orang yang dalam berbagai alasan seperti usia dan statusnya, terlibat dalam struktur kepemimpinan komunitas
Yahudi.Dalam Perjanjian Baru, para penatua juga berfungsi sebagai perwakilan dari gereja. Selain kedua istilah tadi masih
ada dalam 1 Tim. 3:8 yaitu diakonos yang artinya memiliki arti “pelayan” atau “hamba”.
1
kemuliaan nama Tuhan dan untuk memberdayakan segenap warga GKJ, sehingga GKJ dapat melaksanakan
tugas panggilan sebagai gereja.
Sedangkan Dalam kekhususan tugasnya masing-masing Majelis (Penatua, Pendeta dan Diaken) mempunyai
tugas yang berbeda (TAGER TALAK GKJ Bab IV Kepemimpinan Gereja pasal 10).

Tugas dan Tanggung jawab Majelis


1. Tugas Kepejabatan (Tager Bab IV, pasal 9 butir 4, Pasal 10)
Bentuk kepemimpinan GKJ dilakukan secara kolektif yang terdiri dari orang-orang yang secara khusus
dipilih, dipanggil dan ditahbiskan atau diteguhkan ke dalam jabatan-jabatan gerejawi sebagai Penatua,
Pendeta, dan Diaken, yang dalam kebersamaannya disebut Majelis Gereja. (pasal 9)
Pasal 10 : Majelis Gereja
a. Penatua
Penatua adalah jabatan gerejawi yang dianugerahkan kepada seseorang yang dipanggil, dipilih dan
diteguhkan untuk melayani jemaat setempat dengan tugas utama mengatur kehidupan gereja.
b. Pendeta
Pendeta adalah jabatan gerejawi, baik yang bersifat fungsional maupun structural, yang
dianugerahkan kepada seseorang yang dipanggil, dipilih dan ditahbiskan/diteguhkan untuk melayani
jemaat penuh waktu dengan tugas utama mengajar dan melayankan sakramen dengan keluasan
pelayanan aras Jemaat, Klasis, Sinode dan Gereja-gereja lain dalam ikatan Oikumene.
c. Diaken
Diaken adalaj jabatan gerejawi yang dianugerahkan kepada seseorang yang dipanggil, dipilih, dan
diteguhkan untuk melayani jemaat setempat dengan tugas utama melakukan pelayanan kasih.
2. Tugas Kegerejaan (Talak Bab IV pasal 9 point 4 butir c)
(Penatua, pendeta dan Diaken adalah penanggung jawab segala kegiatan gereja baik di bidang
pemberitaan Penyelamatan Allah, pemeliharaan iman warga gereja, maupun organisasi gereja)
a. Pemberitaan Penyelamatan Allah
Tata Gereja dan Tata Laksana Bab III Tugas Panggilan Gereja pasal 7 Pemberitaan Penyelamatan Allah
b. Pemeliharaan Iman
Tata Gereja dan Tata Laksana Bab III Tugas Panggilan Gereja pasal 8 Pemeliharaan Keselamatan
c. Pengorganisasian
1) Menyelenggarakan Sidang Majelis Gereja
Persidangan Majelis adalah persidangan para pemangku jabatan gerejawi yang dilaksanakan
secara rutin untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan gereja dan
tugas panggilanNya.
2) Mengangkat dan memberhentikan badan-badan pembantu Majelis Gereja
3) Menyelenggarakan Administrasi Gereja
4) Mengelola persembahan dan sarana-prasarana
5) Mewakili gereja baik ke dalam maupun keluar

Menyelenggarakan Administrasi Gereja


Dalam penjabaran tugas pengorganisasian, pada tulisan ini selanjutnya hanya akan mennyinggung pada point
yang ketiga yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan Administrasi Gereja. Istilah Administrasi mengandung
pengertian sekaligus cakupan pekerjaan yang luas. Arti leksikalnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah:
1. Usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan, serta penetapan cara-cara penyelenggaraan
pembinaan organisasi
2. Usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan untuk mencapai tujuan
3. Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
4. Kegiatan kantor dan tata usaha.
Administrasi gereja yang dimaksud menunjuk pada arti ketiga dan keempat, yaitu kegiatan yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pemerintahan/pelayanan gereja, khususnya segi-segi teknis penatausahaan kantor
gereja, sebagai penopang penyelenggaraan pemerintahan/pelayanan gereja. 3
Penyelenggaraan administasi gereja merupakan keharusan bagi gereja-gereja GKJ, karena GKJ secara tata
organisasi, keberadaanya, tidak bisa lepas dari masyarakat, kerjasama dengan pihak lain, baik Lembaga-
lembaga sejenis (gereja dan Lembaga gereja), maupun Lembaga lain (pemerintah). Selain itu, penyelenggaraan
administrasi gereja merupakan bagian dari pelayanan gereja kepada segenap warga gereja.

3
Wiyono, A. Untung, Standard Operational Procedure (SOP) Administrasi Gereja, Panduan Praktis untuk majelis Gereja,
Pengurus Komisi, pegawai kantor gereja, dan warga gereja dalam menyelenggarakan/memperoleh Layanan Administrasi,
Jogjakarta: TPK Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2013
2
Sesuai buku SOP Administrasi Gereja, pembahasan mengenai administrasi gereja menunjuk pada hal-hal yang
bersifat teknis, berupa ketentuan-ketentuan umum tentang SOP Administrasi Gereja, yang meliputi :
1. SOP Administrasi untuk kepentingan kantor Gereja
a. Administrasi Surat-surat Masuk
b. Administrasi Surat-surat Keluar
c. Administrasi Surat-surat Keputusan
d. Administrasi Data (Buku Induk, KK, Buku Inventaris, Buku Laporan Tahunan, dll)
e. Administrasi Dokumen (Dok. Aset dan surat-surat berharga, Dok Persidangan Majelis Gereja, Dok
rapat-rapat Komisi/Pokja/Panitia/Tim)
f. Administrasi Pustaka Gereja
2. SOP Administrasi untuk kepentingan warga Gereja
3. SOP Administrasi untuk kepentingan Majelis Gereja dalam rangka pemanggilan warga gereja ke dalam
tugas pelayanan khusus.
a. Administrasi Pemanggilan Penatua/Diaken
b. Administrasi Pemanggilan Pengurus Komisi
c. Administrasi Pemanggilan Pokja (Kelompok Kerja)/Panitia/Tim
Selain ketiga hal diatas ada pula pedoman pemeriksaan/pendadaran. Bagian ini dimaksudkan untuk membantu
majelis gereja dan warga gereja untuk mempersiapkan diri dalam pemeriksaan/pendadaran, khususnya :
1. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan baptis anak
2. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan pengakuan percaya/sidhi dan baptis dewasa
3. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan pengakuan percaya/sidhi
4. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan pertunangan
5. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan peneguhan dan pemberkatan perkawinan/nikah

SOP ADMINISTRASI
UNTUK KEPENTINGAN WARGA GEREJA

Untuk membantu warga gereja memperoleh pelayanan administrasi kantor gereja dengan baik dan lancar,
segenap warga gereja perlu memahami tata urut pelayanan administrasi gereja yang diperlukan. Demikian
sebaliknya pemahaman yang baik mengenai tata urut pelayanan adiministrasi gereja ini pada gilirannya akan
bermanfaat untuk mendukung pelayanan majelis gereja maupun kantor gereja pada khususnya dalam
memberikan pelayanan yang baik kepada segenap warga jemaat yang membutuhkan. Berikut disampaikan
penjelasan mengenai tata urut pelayanan administrasi gereja serta proses penanganannya oleh majelis gereja
terkait dengan kepentingan tertentu warga gereja.

A. ADMINISTRASI KELAHIRAN
Setiap kelahiran anak-anak warga gereja wajib dilaporkan kepada majelis gereja. Hal ini mengingat bahwa
kelahiran seorang anak dari keluarga warga gerejar adalah merupakan anugerah stmewe, bukan hanya bagi
keluarga yang bersangkutan melainkan juga bagi segenap warga gereja. Anak-anak warga gereja adalah anak-
anak perjanjian, sekaligus pewaris Kerajaan Allah". Adapun urut pengurusan administrasinya dan pelayanan
yang dilakukanen majelis gereja sehubungan dengan peristiwa keiahiran anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keluarga yang menerima anugerah kelahiran anak:
a. Menyampaikan laporan lisan kepada anggota majelis gereja yang berada di kelompok
pelayanannya (apabila anggota majelis tersebut belum mengetahui).
b. Meminta formulir laporan kelahiran kepada anggota majelis gereja yang berada di kelompok
pelayanannya. Apabila anggota ,nmajelis yang berada di kelompok pelayanannya tidak memiliki
formulir laporan kelahiran maka keluarga yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
c. Mengisi formulir laporan kelahiran.
d. Menyerahkan formulir laporan kelahiran yang sudah disi tersebut kepada anggota majelis gereja
yang berada dikelompok pelayanannya atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat laporan kelahiran dalam buku agenda surat masuk.
b. Mendistribusikan surat laporan kelahiran tersebut kepada majelis gereja untuk dibahas dalam
persidangan.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat laporan kelahiran anak keluarga yang
b. Mengutus angggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan.

3
c. Menugasi anggota majelis yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil perkunjungan tersebut
pada persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan dengan tujuan
untuk mendoakan keluarga dan anak yang baru dilahirkan, serta menyampaikan ucapan selamat
atas nama gereja kepada keluarga yang bersangkutan. Pada kesempatan tersebut anggota majelis
yang diutus perlu mengingatkan/memberikan dorongan agar segera setelah anak tersebut cukup
kuat untuk dibawa ke gereja dapat segera dimohonkan pelayanan sakramen baptisnya.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila laporan dari anggota majelis yang diutus untuk mengunjungi keluarga yang bersangkutan dapat
diterima, maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Memberitakan laporan kelahiran tersebut kepada segenap warga gereja melalui warta jemaat
selama dua minggu berturut-turut.
b. Menyimpan berkas laporan kelahiran tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
6. Pegawai kantor gereja menyimpan berkas laporan kelahiran tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
7. Pelayanan administrasi kantor gereja untuk keperluan kelahiran selesai.

B. ADMINISTRASI BAPTIS
Pelayanan administrasi gereja untuk keperluan sakramen baptis dapat dikelompokkan menjadi dua.
Pertama, pelayanan administrasi untuk keperluan sakramen baptis anak (tepatnya: sakramen baptis), dan
kedua, untuk keperluan sakramen baptis dewasa (tepatnya: pengakuan percaya/sidi dan sakramen baptis).
Berikut tata urut pelayanan administrasi untuk keperluan sakramen baptis anak.
1. Keluarga yang akan membaptiskan anak:
a. Menyampaikan laporan lisan kepada anggota majelis gereja yang berada di kelompok
pelayanannya.
b. Meminta formulir permohonan pelayanan sakramen baptis anak kepada anggota majelis gereja
yang berada di kelompok pelayanarnnya. Apabila anggota majelis gereja yang berada di
kelompok pelayanannya tidak memiliki formulir permohonan pelayanan sakramen baptis anak,
maka keluarga yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
c. Mengisi formulir permohonan sakramen pelayanan baptis anak.
d. Menyerahkan formulir permohonan pelayanan sakramen baptis anak yang sudah diisi tersebut
disertai lampiran fotokopi surat kelahiran/akta kelahiran (1 lembar) kepada anggota majelis
gereja yang berada di kelompok pelayanannya, atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat permohonan pelayanan sakramen baptis anak ke dalam buku
agenda surat masuk.
b. Mendistribusikan surat permohonan pelayanan sakramen baptis anak tersebut kepada majelis
gereja untuk dibahas dalam persidangan.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan membaptiskan anak dari keluarga yang bersangkutan.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungarn kepada keluarga yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil perkunjungan tersebut
pada perhicdangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis Rereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan dengan
tujuan untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan. Untuk keperluan tersebut anggota majelis
yang diutus dapat mempergunakan buku pedoman pemeriksaan yang telah ditetapkan
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis dapat menerima permohonan pelayanan sakramen baptis anak dari
keluarga tersebut, maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Memberitakan rencana pelayanan baptis anak dari keluarga yang bersangkutan melalui warta
jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum harí pelaksanaan sakramen baptis anak yang
telah ditentukan.
b. Mencatat nama dan identitas anak tersebut pada buku induk gereja.
c. Membuatkan surat tanda baptis anak yang bersangkutan.
6. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah MPH dengan:
a. Memberitakan rencana pelayanan sakramen baptis anak dari keluarga yang bersangkutan
kepada segenap warga gereja melalui warta jemaat.
4
b. Mencatat nama dan identitas anak tersebut ke dalam buku induk gereja.
c. Membuat surat tanda baptis anak dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan oleh
Sinode.
d. Menyerahkan surat tanda baptis anak yang telah disiapkan kepada MPH untuk mendapatkan
tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap/stempel gereja.
e. Menyimpan file permohonan pelayanan sakramen baptis anak tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
7. MPH menyerahkan kembali surat tanda baptis anak yang sudah ditandatangani oleh pihak-pihak yang
berwenang beserta cap/stempel gereja, kepada pegawai kantor disertai perintah lanjutan agar:
a. Memfotokopi surat tanda baptis tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda sakramen baptis anak tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda baptis anak yang asli kepada MPH
8. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah lanjutan MPH dengan:
a. Memfotokopi surat tanda baptis tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda sakramen baptis anak tersebut pada letter fle sesuai jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda baptis anak yang asli kepada MPH.
9. Pelayanan sakramen baptis anak dilaksanakan.
10. MPH menyerahkan surat tanda baptis anak kepada orang tua yang membaptiskan anaknya pada saat
sakramen bapts anak dilaksanakan.
11. Pelayanan administrasi untuk keperluan pelayanan sakramen baptis anak selesai.

C. ADMINISTRASI PENGAKUAN PERCAYA/SIDI DAN BAPTIS DEWASA


Adapun pelayanan sakramen baptis dewasa (atau tepatrnya pengakuan percaya/sidi dan sakrarnen baptis)
hanya diberikan bagi calon warga gereja yang sudah menyelesaikan katekisasi, Tata urut pelayanan
administrasi gereja untuk keperluan sakrarnen baptis dewasa adalah sebagai beríkut:
1. Calon warga gereja yang memohon pelayanan sakramen baptis dewasa:
a. Meminta formulir permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa kepada guru katekisasi, atau
apabila guru katekisasi tidak memilikipersediaan formulir perrnononan pelayanan baptis dewasa,
yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
b. Mengisi formulir permohonan sakranen pelayanan baptis devwasa disertai tanda tangan darí guru
katekisasi yang bersangkutan.
c. Menyerahkan formulir permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa yang sudah diisi tersebut
kepada anggota majelis yang berada di kelompok pelayanannya, atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa ke dalam buku
agenda surat masuk.
b. Mendistribusikan Surat permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa tersebut kepada majelis
gereja untuk dibahas dalam persidangan majelis gereja.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan
c. Menugasi anggota majelis yang diutus untuk melaporkan hasil perkunjungan tersebut dalam
persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majeiis gereja
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan dengan tujuan
untuk melakukan pendadaran/permeriksaan. Untuk keperluan tersebut anggota majelis yang
diutus dapat mempergunakan buku pedoman pemeriksaan yang telah ditetapkan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis gereja dapat menerima permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa
dari yang bersangkutan, maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Memberitakan rencana pelayanan sakramen baptis dewasa bagi yang bersangkutan melalui warta
jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum har pelaksanaan pelayanan sakramen baptis
dewasa yang telah ditentukan.
b. Membuat surat tanda baptis dewasa dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan oleh
Sinode.
c. Menyimpan file permohonan pelayanan sakramen bapts dewasa tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
d. Menyerahkan surat tanda baptis dewasa yang telah disiapkannya kepada MPH untuk
mendapatkan tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap/stempel gereja.
5
6. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan rencana pelayanan sakramen baptis dewasa bagi yang bersangkutan melalui warta
jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum hari pelaksanaan pelayanan sakramen baptis
dewasa yang telah ditentukan.
b. Membuat surat tanda baptis dewasa dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan oleh
Sinode.
c. Menyimpan file permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
d. Menyerahkan surat tanda baptis dewasa yang telah disiapkannya kepada MPH untuk
mendapatkan tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap/stempel gereja.
7. MPH menyerahkan kembali surat tanda baptis dewasa yang sudah ditandatangani oleh pihak-pihak
yang berwenang beserta cap/stempel gereja, kepada pegawai kantor disertai perintah lanjutan agar:
a. Memfotokopi surat tanda baptis tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda baptis dewasa tersebut
c. Menyerahkan kembali surat tanda baptis dewasa yang
8. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah lanjutan pada letter file sesuai jenisnya. asli kepada
MPH. dengan:
a. Memfotokopi surat tanda baptis dewasa tersebut
b. Menyimpan fotokopi surat tanda baptis dewasa tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
Menyerahkan kembali surat tanda baptis dewasa yang asli kepada MPH.
9. Pelayanan sakramen baptis dewasa dilaksanakan.
10. MPH menyerahkan surat tanda baptis dewasa kepada yang bersangkutan pada saat sakramen baptis
dewasa dilaksanakan.
11. Pelayanan administrasi untuk keperluan sakramen baptis dewasa selesai.

D. ADMINISTRASI PENGAKUAN PERCAYA/SIDI


Pelayanan pengakuan percaya/sidi hanya diberikan bagi warga gereja anak yang sudah menyelesaikan
katekisasi dalam rangka pengakuan percaya/sidi. Berikut tata urut pelayanan administrasi untuk keperluan
mengaku percaya/sidi.
1. Warga gereja yang memohon pelayanan pengakuan percaya/ sidi:
a. Meminta formulir permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi kepada guru katekisasi, atau
apabila guru katekisasi tidak memiliki persediaan formulir permohonan pelayanan pengakuan
percaya/sidi, yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
b. Mengisi formulir permohonan pelayanan pengakuat percaya/sidi disertai tanda tangan dari guru
katekisasi (pendeta) yang bersangkutan.
c. Menyerahkan formulir permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi yang sudah disi tersebut
kepada anggota majelis setempat, atau melalui kantor gereja, disertai fotokopi surat tanda baptis
anak.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi ke dalam buku
agenda surat masuk.
b. Mendistribusikan permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi tersebut kepada majelis
gereja untuk dibahas dalam persidangan majelis gereja.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan dengan tujuan
untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan atas permohonan yang telah disampaikan. Untuk
keperluan tersebut anggota majelis yang diutus dapat mempergunakan buku pedoman
pemeriksaan yang telah ditetapkan.
c. Menugasi anggota majelis gereja yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil
perkunjungannya dalam persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukaan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan dengan
tujuan untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan. Untuk keperluan tersebut anggota majelis
yang diutus dapat mempergunakan buku pedoman pemeriksaan yang telah ditetapkan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis gereja dapat menerima permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi
dari yang bersangkutan, maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:

6
a. Memberitakan rencana pelayanan pengakuan percaya/sidi dari bagi yang bersangkutan melalui
warta jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum hari pelaksanaan pelayanan pengakuan
percaya/sidi dilaksanakan.
b. Membuat surat tanda baptis dewasa dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan
oleh Sinode.
c. Menyimpan file permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
d. Menyerahkan surat tanda baptis dewasa yang telah disiapkan kepada MPH untuk mendapatkan
tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap/stempel gereja.
6. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan rencana pelayanan pengakuan percaya/ sidi bagi yang bersangkutan melalui
warta jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum hari pelaksanaan pelayanan pengakuan
percaya/sidi yang telah ditentukan.
b. Membuat surat tanda baptis dewasa dengan memper gunakan formulir yang telah ditetapkan
oleh Sinode
c. Menyimpan file permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
d. Menyerahkan surat tanda pengakuan percaya/sidi yang telah disiapkannya kepada MPH untuk
mendapatkan tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap stempel gereja.
7. MPH menyerahkan kembali surat tanda pengakuan percaya/sidi yang sudah ditandatangani oleh
pihak-pihak yang berwenang beserta cap/stempel gereja, kepada pegawai kantor disertai perintah
lanjutan agar:
a. Memfotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda pengakuan percaya/sidi yang asli kepada MPH.
8. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah lanjutan dengan:
a. Memfotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda pengakuan percaya/sidi yang asli kepada MPH
9. Pelayanan pengakuan percaya/sidi dilaksanakan.
10. MPH menyerahkan surat tanda pengakuan percaya/sidi kepada yang bersangkutan pada saat
pengakuan percaya/sidi dilaksanakan.
11. Pelayanan administrasi untuk keperluan pengakuan percaya sidi selesai.

E. ADMINISTRASI PERTUNANGAN
Berikut tata urut pelayanan administrasi gereja untuk keperiuan pertunangan.
1. Saudara yang akan memohon pelayanan pertunangan
a. Menyampaikan laporan lisan kepada anggota majelis yang berada dikelompok pelayanannya.
b. Meminta formulir permohonan pelayanan pertunangan. Apabila anggota majelis setempat tidak
memiliki formulir permohonan pelayanan pertunangan, yang bersangkutan dapat memintanya
ke kantor gereja.
c. Mengisi formulir permohonan pelayanan pertunangan
d. Menyerahkan formulir pertunangan yang sudah diisi kepada anggota majelis yang berada di
kelompok pelayanannya, atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima surat permohonan pelayanan pertunangan dan mencatatnya dalam buku agenda
surat masuk.
b. Mendistribusikan permohonan pelayanarn pertunangan tersebut kepada majelis gereja untuk
dibahas dalam persidangan majelis.
3. Persidangan najelis gereja:
a. Membahas surat permohonan pelayanan pertunangan
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis gereja yang diutus untuk dari yang menyampaikan laporan hasil
perkunjungannya dalam bersangkutan persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan beserta
keluarga/orang tuanya dengan tujuan untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan. Untuk

7
keperluan tersebut anggota majelis yang diutus dapat mempergunakan buku pedoman
pemeriksaan yang telah ditetapkan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis gereja.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis dapat menerima permohonan pelayanan pertunangan dari yang
bersangkutan, MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Mengisi data pada formulir surat pernyataan bertunangan berdasarkan data yang tertulis pada
surat permohonan pertunangan dari yang bersangkutan dan menyerahkannya pada anggota
majelis dari kelompok pelayanan yang bersangkutan (apabila pertunangan dilaksanakan dalam
lingkungan pelayanan yang bersangkutan) untuk dibacakan dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang berkepentingan pada saat upacara pertunangan berlangsung.
b. Dalam hal pertunangan akan dilaksanakan oleh gereja lain sesuai permintaan yang
bersangkutan, maka MPH memerintahkan kepada petugas kantor gereja untuk membuat surat
penyerahan pelayanan pertunangan kepada majelis gereja lain tersebut dengan dilampiri 1 (satu)
lembar fotokopi permohonan pelayanan pertunangan dari yang bersangkutan.
6. Pegawai kantor gereja:
a. Mengisi data pada formulir surat pernyataan bertunangan berdasarkan data yang tertulis pada
surat permohonan pertunangan dari yang bersangkutan dan menyerahkannya pada anggota
majelis dari kelompok pelayanan yang bersangkutan (apabila pertunangan dilaksanakan dalam
lingkungan pelayanan yang bersangkutan) untuk dibacakan dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang berkepentingan pada saat upacara pertunangan berlangsung.
b. Membuat surat penyerahan pelayanan pertunangan kepada gereja dain, apabila pertunangan
akan dilaksanakan di gereja lain tersebut, disertai lampiran 1 (satu) lembar fotokopi surat
permohonan pelayanan pertunangan dari yang bersangkutan.
7. Upacara pertunangan dilaksanakan.
8. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis dapat menerimna laporan pelaksanaan upacara pertunangan, MPH
memerintahkan kepada petugas kantor gereja agar:
a. Memberitakan pelaksanaan upacara pertunangan tersebut melalui warta jemaat selama dua
minggu berturut-turut.
b. Dalam hal salah satu pihak yang bertunangan adalah warga gereja dari gereja lain maka pegawai
kantor gereja mengirim surat pernyataan bertunangan kepada gereja lain tersebut sebagai
pemberitahuan.
c. Menyimpan surat pernyataan pertunangan tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
9. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan pelaksanaan upacara pertunangan tersebut melalui warta jemaat selama dua
minggu berturut-turut.
b. Dalam hal salah satu pihak yang bertunangan adalan warga gereja dari gereja lain maka pegawai
kantor gereja mengirim surat pernyataan bertunangan kepada gereja lain tersebut sebagai
pemberitahuan.
c. Menyimpan surat pernyataan pertunangan tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
10. Pelayanan administrasi kantor gereja untuk keperluan pertunangan selesai.

F. ADMINISTRASI PENEGUHAN DAN PEMBERKATAN PERKAWINAN/NIKAH SUCI


Pelayanan nikah suci yang juga biasa disebut "peneguhan dan pemberkatan perkawinan", hanya dapat
dilaksanakan bagi warga gereja yang sudah menyelesaikan program pendampingan pranikah yang
diselenggarakan oleh gereja atau lembaga yang direkomendasikan oleh majelis gereja untuk melaksanakan
pendampingan pranikah. Berikut tata urut pelayanan administrasi gereja untuk keperluan peneguhan dan
pemberkatan nikah.
1. Warga gereja yang akan menikah:
a. Menyampaikan laporan lisan kepada anggota majelis yang berada di kelompok pelayanannya.
b. Meminta formulir permohonan pelayanan nikah. Apabila anggota majelis setempat tidak
memiliki formulir permohonan pelayanan nikah, maka yang bersangkutan dapat memintanya ke
kantor gereja.
c. Mengisi formulir permfohonan pelayanan nikah.
d. Menyerahkan formulir permohonan pelayanan nikah yang sudah diisi tersebut kepada anggota
majelis yang berada di kelompok pelayanannya, atau melalui kantor gereja disertai lampiran yang
diperlukan untuk kantor Gereja dan kantor catatan sipil. (Syarat-syarat catatan Sipil sesuai
ketentuan daerah masing-masing)
2. Pegawai kantor gereja:
8
a. Menerima surat permohonan pelayanan nikah dan mencatatnya dalam buku agenda surat
masuk.
b. Mendistribusikan permohonan pelayanan nikah tersebut kepada majelis gereja untuk dibahas
dalam persidangan majelis.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan pelayanan nikah dari yang bersangkutan.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis gereja yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil
perkunjungannya dalam persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan beserta
keluarga/orang tuanya dengan tujuan untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan. Untuk
keperluan tersebut anggota majelis yang diutus dapat mempergunakan buku pedoman
pemeriksaan yang telah ditetapkan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis dapat menerima permohonan pelayanan nikah dari yang bersangkutan,
maka MPH memberikan perintah kepąda pegawai kantor gereja agar:
a. Memberitakan rencana pelayanan pernikahan yang bersangkutan melalui warta jemaat selama
dua minggu berturut-turut sebelum hari pelaksanaan pelayanan pernikahan yang telah
ditentukan.
b. Membuat surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah sesuai formulir yang telah ditetapkan oleh
sinode.
c. Menyerahkan surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah tersebut kepada MPH untuk
ditandatangani oleh pihak pihak yang berwenang serta mendapat cap/stempel gereja
d. Dalam hal pernikahan akan dilaksanakan di gereja lain sesuai permintaan yang bersangkutan,
maka MPH memerintahkan kepada petugas kantor gereja untuk membuat surat penyeraharn
pelayanan nikah kepada majelis gereja lain tersebut (sesuai formulir yang telah tersedia) disertai
lampiran 1 (satu) lembar fotokopi permohonan pelayanan nikah dari yang bersangkutan,
6. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan rencana pelayanan pernikahan yang bersangkutan melalui warta jemaat selama
dua minggu berturut-turut sebelum hari pelaksanaan pelayanan pernikahan yang telah
ditentukan,
b. Membuat surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah sesuai formulir yang telah ditetapkan oleh
sinode.
c. Menyerahkan surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah tersebut kepada MPH untuk
ditandatangani oleh pihak pihak yang berwenang serta mendapat cap/stempel gereja.
d. Dalam hal pernikahan akan dilaksanakan di gereja lain sesuai permintaan yang bersangkutan,
maka dibuatkan surat penyerahan pelayanan nikah kepada majelis gereja lain tersebut (sesuai
formulir surat penyerahan pelayanan nikah yang telah tersedia) dengan dilampiri 1 (satu) lembar
fotokopi permohonan pelayanan nikah dari yang bersangkutan,
7. MPH menyerahkan kembali surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah yang sudah ditandatangani oleh
pihak-pihak yang berwenang beserta cap/stempel gereja, kepada pegawai kantor disertai perintah
lanjutan agar:
a. Memfotokopi surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah.
b. Menyimpan fotokopi surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah yang asli kepada MPH.
8. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah lanjutan dengan:
a. Memfotokopi surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah yang asli kepada MPH.
9. Pelayanan peneguhan dan pemberkatan perkawinan/nikah suci dilaksanakan.
10. MPH menyerahkan surat (peneguhan dan pemberkatan) nikah kepada yang bersangkutan pada saat
pelayanan peneguhan dan pemberkatan nikah dilaksanakan.
11. Pelayanan administrasi untuk keperluan peneguhan dan pemberkatan perkawinan/nikah suci selesai.

G. ADMINISTRASI PELAYANAN PERTOBATAN


1. Warga gereja yang memohon pelayanan pertobatan:
9
a. Menyampaikan secara lisan maksud dan keinginannya tersebut kepada anggota majelis yang
berada di kelompok pelayanannya.
b. Meminta formulir permohonan pelayanan pertobatan kepada anggota majelis yang berada di
kelompok pelayanannya, dan jika anggota majelis tersebut tidak memiliki persediaan formulir
permohonan pelayanan pertobatan, maka dapat memintanya ke kantor gereja.
c. Mengisi dan menandatangani formulir permohonan pelayanan pertobatan.
d. Menyerahkan formulir permohonan pelayanan pertobatan yang sudah diisi dan ditandatangani
tersebut kepada anggota majelis setempat, atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat permohonan pelayanan pertobatan ke dalam buku agenda surat
masuk.
b. Mendistribusikan permohonan pelayanan pertobatan tersebut kepada majelis gereja untuk
dibahas dalam persidangan majelis gereja.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan pelayanan pertobatan.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis gereja yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil perkunjungannya
dalam persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan dengan tujuan
untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan. Untuk keperluan tersebut anggota majelis yang
diutus dapat mempergunakan buku pedoman pemeriksaan yang telah ditetapkan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis gereja dapat menerima permohonan pelayanan pertobatan dari yang
bersangkutan, maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar menyimpan file
permohonan pelayanan pertobatan tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
6. Pegawai kantor gereja:
Menyimpan file permohonan pelayanan pertobatan tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
7. Pelayanan pertobatan dilaksanakan sesuai keputusan persidangan majelis gereja.
8. Pelayanan administrasi untuk keperluan pertobatan selesai.

H. ADMINISTRASI PINDAH GEREJA (ATESTASI)


a. Warga gereja yang akan atestasi/pindah ke gereja lain:
a. Menyampaikan maksudnya secara lisan kepada anggota majelis yang berada di kelompok
pelayanannya.
b. Meminta formulir permghonan atestasi kepada anggota majelis yang berada di kelompok
pelayanannya dan jika anggota majelis tersebut tidak memiliki persediaan formulir permohonan
atestasi maka yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
c. Mengisi dan menandatangani formulir permohonan atestasi.
d. Menyerahkan formulir permohonan atestasi yang sudah diisi dan ditandatangani tersebut kepada
anggota majelis setempat, atau melalui kantor gereja.
b. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat permohonan atestasi ke dalam buku agenda surat masuk.
b. Mendistribusikan permohonan atestasi tersebut kepada majelis gereja untuk dibahas dalam
persidangan majelis gereja.
c. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan atestasi dari yang bersangkutan.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis gereja yang diutus untukmenyampaikan laporan hasil perkunjungannya
dalam persidangan majelis berikutnya.
d. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan untuk
meneliti kesungguhannya, dan mendoakan yang bersangkutan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan nmajelis berikutnya.
e. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis gereja dapat menerima permohonan atestasi dari yang bersangkutan,
maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Memberitakan atestasi yang bersangkutan dalam warta jemaat selama dua minggu berturut-turut.

10
b. Membuat dan mengirimkan surat atestasi sesuai formulir atestasi yang ditetapkan kepada gereja
yang akan dituju.
c. Menyimpan fie permohonan atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
d. Menyimpan file arsip surat atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
f. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan atestasi yang bersangkutan dalam warta jemaat selama dua minggu berturut-turut.
b. Membuat dan mengirimkan surat atestasi sesuai formulir atestasi yang ditetapkan oleh sinode
kepada gereja yang akan dituju.
c. Menyimpan file permohonan atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
d. Menyimpan file arsip surat atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya
g. Pelayanan administrasi untuk keperluan atestasi selesai.

I. ADMINISTRASI TITIPAN PERAWATAN ROHANI


1. Warga gereja yang akan titip perawatan rohani ke gereja lain:
a. Menyampaikan maksudnya secara lisan kepada anggota majelis yang berada di kelompok
pelayanannya.
b. Meminta fomulir permohonan titip perawatan rohani kepada anggota majelis yang berada di
kelompok pelayanannya dan jika anggota majelis tersebut tidak memiliki persediaan formulir
permohonan titip perawatan rohani maka yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
c. Mengisi dan menandatangani formulir permohonan titip perawatan rohani.
d. Menyerahkan formulir permohonan titip perawatan rohani yang sudah diisi dan ditandatanganí
tersebut kepada anggota majelis setempat, atau melaluí kantor gereja
2. Pegawai kantor gereja:"
a. Menerima dan mencatat surat permohonan titip perawatan rohani ke dalam buku agenda surat
masuk.
b. Mendistribusikan permohonan titip perawatan rohani tersebut kepada majelis gereja untuk
dibahas dalarn persidangan majelis gereja.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan titip perawatan rohani dari yang bersangkutan.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis gereja yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil perkunjungannya
dalam persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan untuk
meneliti kesungguhannya, dan mendoakan yang bersangkutan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis gereja dapat menerima permohonan titip perawatan rohani dari yang
bersangkutan, MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar
a. Membuat dan mengirimkan surat titip perawatan rohani sesuai formulir yang ditetapkan kepada
gereja yang akan dituju.
b. Menyimpan file permohonan titip perawatan rohani tersebut pada letter file sesuai jenisnya
c. Menyimpan file arsip surat titip perawatan rohaní tersebut pada letter file sesuaí jenisnya.
6. Pegawai kantor gereja:
1) Memnbuat dan mengirimkan surat titip perawatan rohaní sesuai formulir atestasi yang ditetapkan
kepada gereja yang akan dituju.
2) Menyimpan file permohonan titip perawatan rohaní tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
3) Menyimpan file arsip surat titip perawatan rohani tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
7. Pelayanan administrasi untuk keperluan titip perawatan rohani selesai.

PEDOMAN PEMERIKSAAN

A. PEDOMAN PEMERIKSAAN UNTUK PERMOHONAN BAPTIS (ANAK)


1. Pengantar

11
Untuk setiap permohonan warga Jemaat yang akan membaptiskan anak-anaknya, maka majelis gereja
wajib menyelenggarakan kunjungan pemeriksaan. Sebelum kunjungan pemeriksaan dilakukan, majelis
gereja dalam persidangan majelis pleno perlu terlebih dahulu melakukan penelitian administrasi.
Penelitian administrasi tersebut antara lain meliputi:
a. Apakah dalam surat permohonan tersebut sudah tercantum data-data yang jelas, baik data anak
yang akan dibaptis maupun orang tuanya.
b. Apakah surat permohonan tersebut sudah disertai dengan lampiran fotokopi Surat Kelahiran/Akta
Kelahiran anak yang akan dibaptis.
c. Apakah dalam catatan pastoral gereja, orang tud y akan membaptiskan anaknya tersebut tidak
sedang dalam pamerdi/penggembalaan khusus.
Kunjungan pemeriksaan dilakukan oleh dua orang anggota Majelis Gereja majelis gereja yang
seyogianya berjabatan penatua, atau sekurang-kurangnya salah satu di antaranya berjabatan Penatua.
Adapun yang diperiksa adalah orang tua dari anak yang akan diibaptiskan, yaitu ayah dan ibunya.
Jangan sampai hanya ayahnya atau ibunya saja, kecuali karena salah satu di antaranya telah meninggal
dunia, atau karena bekerja di luar kota (namun telah menyatakan persetujuannnya), atau karena masih
"selen" (belum Kristen) namun yang bersangkutan tidak berkeberatan anaknya dibaptiskan. Yang
terakhir ini pun jika perlu dihadirkan.
Jika anak tersebut adalah anak angkat, maka status anak tersebut perlu jelas. Maksudnya untuk
meyakinkan majelis gereja tentang seberapa besar tanggung jawab dari orang tua yang akan mengasuh
anak tersebut di hadapan Tuhan. Yang demikian perlu diperhatikan agar di kemudian hari orang tua
yang membaptiskan anaknya itu tidak menganggap enteng akan tanggung jawabnya. Dengan demikian
maka majelis gereja telah berusaha untuk tidak merendahkan arti sebuah sakramen baptis. Jadi pada
prinsipnya yang diperiksa adalah orang tua yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan anak
tersebut.
Sedangkan warga jemaat yang boleh membaptiskan anak- anaknya adalah warga jemaat dewasa yang
tidak sedang dalam pamerdi/terkena siasat gerejawi.
2. Materi Pemeriksaan
1) Majelis gereja telah menerima surat permohonan dari Saudara untuk membaptiskan putra/putri
Saudara yang bernama:………………..
Apakah permohonan tersebut, Saudara buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran
sendiri, dan tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga?
Jawaban
Ya! Permohonan tersebut kami buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri, dan
tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga.
2) Apa tujuan Saudara membaptiskan putra/putri Saudara?
Jawaban
Tujuannya adalah menyerahkan anak kami tersebut kepada Tuhan, sehingga anak kami pun
beroleh anugerah keselamatan sempurna di dalam Tuhan Yesus Kristus dan dengan demikian
menjadi "anak perjanjian (Kisah Para Rasul 2:39)
3) Apa kewajiban Saudara setelah putra/putri Saudara tersebut dibaptis?
Jawaban:
Kewajiban kami adalah memeliharanya dengan penuh kasih sayang, dan mendidiknya dalam takut
akan Tuhan, sehingga setelah dewasa dapat mengerti, memahami, serta percaya bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat.
4) Bagaimana caranya Saudara mendidik putra/putri Saudara, sehingga takut akan Tuhan dan
berbakti dengan setia kepada-Nya?
Jawaban:
Caranya adalah dengan mengajar dan membimbingnya untuk hidup sesuai firman Tuhan, serta
memberikan teladan yang baik dalam kehidupan rumah tangga kami. Di samping itu apabila telah
cukup umur kami akan mendorong anak tersebut untuk mengikuti Sekolah Minggu, Kebaktian
Remaja, Aktivitas Pemuda, Pengajaran Agama Kristen (Katekisasi|, serta aktivitas gerejawi lainnya
agar anak kami tersebut dapat mengalami pertumbuhan iman yang sehat sehinggo pada waktunya
diperkenankan untuk mengaku percaya/siol.
5) Bagaimana sikap Saudara apabila nanti putra/putri Saudard tersebut telah dewasa namun ternyata
tidak mau mengaku percaya, atau bahkan mengakui sahadat lain?
Jawaban:
Tentu saja hal itu tidak kami harapkan, dan semoga tidak terjadi demikian. Karena itu, kami akan
berusaha mendidiknya dengan sungguh-Sungguh dan dengan mengandalkan kepada pertolongan
Tuhan. Namun demikian, seandainya hal itu terpaksa terjadi, maka kami menganggapnya sebagai

12
kelalaian kami. Karena itu, kami sanggup menerima pamerdi/penggembalaan khusus dari majelis
gereja atus dasar firman Tuhan.
3. Penutup
Selanjutnya dibacakan Ulangan 6:5-9, Efesus 6:4, atau Matius 18:1-10, dan diakhiri dengan doa syukur
dan penutup. Apabila dipandang perlu dapat pula disampaikan pengarahan secukupnya, terutama
berkenaan dengan hal-hal teknis.

B. PEDOMAN PEMERIKSAAN UNTUK PERMOHONAN PENGAKUAN PERCAYA DAN BAPTIS (DEWASA)


1. Pengantar
Untuk setiap permohonan pengakuan percaya dan baptis (dewasa) majelis gereja wajib
menyelenggarakan kunjungan pemeriksaan. Sebelum kunjungan pemeriksaan dilakukan, maka dalam
persidangan majelis pleno perlu terlebih dahulu dilakukan penelitian administrasi. Penelitian
administrasi tersebut menyangkut antara lain:
a. Isi surat permohonan dari yang bersangkutan. Apakah surat permohonan tersebut telah dilengkapi
dengan data-data yang jelas.
b. Apakah surat permohonan tersebut sudah disertai dengan keterangan bahwa yang bersangkutan
telah mengikuti Pengajaran Agama Kristen/Katekisasi.
Untuk setiap Permohonan Baptis Dewasa, perlu dilengkapi dengan Surat Pernyataan menjadi Warga
Jemaat (Kristen) atas dasar kesadaran sendiri dan tanpa paksaan dari siapa pun juga. Surat pernyataan
tersebut hendaklah disertai meterai secukupnya. Yang demikian perlu ditempuh untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak kita inginkan yang mungkin timbul di kemudian hari, mengingat bahwa masalah
pindah agama diindonesia berdasarkan pengalaman, merupakan masalah yang sangat peka dan sering
menjadi persoalan di dalarn masyarakat. Apabila surat pernyataan tersebut pernah dibuat pada saat
yang bersangkutan akan mengikuti katekisasi, maka tidak perlu membuat surat pernyataan yang baru.
Jadi tinggal dilampirkan saja.
Adapun yang diperiksa adalah orang yang mengajukan permohonan Sakramen Baptis Dewasa, dan
tidak perlu didampingi siapa pun juga. Pelaksanaannya tidak harus bertempat di kediaman yang
bersangkutan, terutama apabila yang bersangkutan berstatus sebagai anak yang masih ikut orang
tuanya yang belum percaya. Namun demikian apabila hal itu dipandang tidak menjadi masalah, maka
tentunya akan lebih baik jika dilaksanakan di kediaman yang bersangkutan.
2. Materi Pemeriksaan
Pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kemantapan iman:
1) Majelis gereja telah menerima surat permohonan dari Saudara agar Saudara diperkenankan
mengaku percaya dan menerima Sakramen Baptis (Dewasa). Apakah permohonan tersebut
Saudara buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri, dan tidak karena terpaksa
atau dipaksa oleh siapa pun juga?
Jawaban:
Ya! Permohonan tersebut saya buot dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri, dan
tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga.
2) Mengapa Saudara ingin menerima Sakramen Baptis?
Jawaban:
Karena saya merasa bahwa hidup saya ini penuh dengan dosa, dan saya percaya bahwa hanya
Tuhan Yesus Kristus saja yang sanggup menghapuskan dosa-dosa saya, sehingga saya beroleh
keselamatan sempurna. Untuk itu, saya ingin menerima Sakramen Baptis karena Sakramen Baptis
adalah merupakan tanda atau meterai bahwa Tuhan Yesus Kristus telah berkenan menyucikan saya
dari dosa-dosa saya dan menganugerahkan kepada saya keselamatan sempurna.
3) Dalam kenyataannya, menjadi orang Kristen itu tidak mudah. Apalagi jika harus berada di tengah-
tengah keluarga, lingkungan tempat tinggal, tempat bekerja, atau lingkungan masyarakat yang
sebagian besar non-Kristen. Apakah Saudara sanggup menghadapi semua kemungkinan yang tidak
menyenangkan, sebagai akibat Saudara menjadi Kristen? Apakah Saudara akan tetap setia dan
tidak mengingkari Tuhan Yesus karena alasan apa pun?
Jawaban:
Dengan berharap pada kasih dan pertolongan Tuhan, maka saya sanggup untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tidak menyenangkan sebagai akibat saya menjadi Kristen. Yang demikian
sudah selayaknya saya tanggung, sebab menjadi murid Tuhan Yesus berarti harus sanggup
memikul salib (Matius 16:24, Lukas 14:27). Saya akan tetap setia dan tidak akan pernah
mengingkari Tuhan Yesus karena alas an apapun (Wahyu 2:10.c).
4) Sebagai orang Kristen (warga gereja), Saudara punya tugas dan tanggung jawab di hadapan Tuhan.
Apakah tugas dan tanggung jawab Saudara tersebut?
Jawaban
13
Tugas dan tanggung jawab saya adalah ikut mengambil bagian secara aktif, positif, dan kreatif,
dalam mengusahakan terwujudnya Pemberitaan Injil dan Pemeliharaan Iman. Untuk itu, sesuai
dengan talenta dan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepada saya, maka saya akan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat mempersembahkan hidup saya demi keluhuran
dan kemuliaan nama Tuhan.

Pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pengetahuan iman:

1) Saudara telah belajar dari Alkitab, bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa dan karenanya
manusia berada dalam kondisi "Tidak Selamat". Apakah sesungguhnya "Dosa" itu?
Jawaban
Berdasarkan ajaran Alkitab, maka dosa dapat dimengerti sebagai:
a) Pelanggaran terhadap Hukum Allah (I Yohanes 3:4).
b) Keinginan yang berlebih-lebihan sehingga manusia ingin menjadi sama seperti Allah (Kejadian
3:5).
c) Pemberontakan terhadap Aliah karena manusia sebagai ciptaan tidak mau tunduk kepada
kekuasaan penciptanya (Kejadian 3:1-6).
2) Apakah akibat dosa?
Jawaban
Akibat dosa adalah bahwa manusia berada dalam kondisi tidak selamat. Oleh karena itu,
a) Manusia mendapat hukuman dari Tuhan (Kejadian 3:14-19)
b) Manusia berhadapan dengan kematian/maut (Roma6:23)
c) Manusia diperbudak oleh lblis (Yohanes 8:34, Roma 3:9-18)
3) Bagaimanakah caranya agar manusia selamat?
Jawaban
Caranya adalah, bahwa manusia harus mengikuti Jalan yang benar yang dapat memberi jaminan
kepastian untuk membawa manusia kepada keselamatan sejati. Jalan yang benar itu hanya ada di
dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus (“Solo Christo” Yohanes 14:6).
Keselamatan manusia tidak dapat diusahakan sendiri, sebab keselamatan itu adalah semata-mata
merupakan anugerah Allah ("Sola Gratia", bnd. Yohanes 3:16, Roma 3:23-24) yang diterima oleh
manusia dengan iman/percanya ("Sola Vide bnd Roma 3:22, Galatia 2:16).
4) Mengapa saudara percaya bahwa hanya Tuhan Yesus Kristus saja satu-satunya Juru Selamat
Penebus dosa?
Jawaban:
Karena untuk dapat menjadi Juru Selamat Penebus dosa itu tidak mudah. Juru Selamat Penebus
dosa haruslah memenuhi syarat-syarat, antara lain:
a) Juru Selamat Penebus dosa haruslah berwujud manusia. Sebab yang telah jatuh ke dalam
dosa adalah manusia, sehingga dosa juga harus ditebus oleh manusia.
b) Juru Selamat Penebus dosa haruslah suci tanpa dosa. Sebab manusia yang jatuh ke dalam
dosa itu pada mulanya diciptakan oleh Allah dalam kondisi suci tanpa dosa.
c) Juru Selamat Penebus dosa haruslah dapat mengalahkan kuasa maut/kematian. Sebab jika
Juru Selamat itu sendiri tidak dapat mengalahkan kuasa maut/kematian, bagaimana mungkin
la dapat menyelematkan orang lain, sementara menyelamatkan dirinya sendiri saja tidak
mampu
d) Juru Selamat Penebus dosa haruslah mengetahui jalan ke Sorga. Sebab jika Juru Selamat tidak
mengetahui jalan ke Sorga, bagaimakuh mungkin la dapat membawa manusia sampai ke
Sorga.
Hanya Tuhan Yesus Kristus sajalah satu-satunya yang dapat memenuhi syarat-syarat Juru Selamat
tersebut. la adalah manusia sejati yang suci tanpa dosa (Lukas 1:35, I Yohanes 3:5, II Korintus 5:21,
lbrani 4:15, 1 Petrus 2:22), mampu mengalahkan kematian/maut (1 Korintus 14:3-4, 15:25-26,
15:55-57), dan mengetahui jalan ke Sorga (Yohanes 14:1-3). Itulah sebabnya la bersabda, "Akulah
jalan dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku" (Yohanes 14:6).
5) Bagainanakah intisari Iman Kristen itu?
Jawaban:
Oleh para Bapa Gereja, intisari Iman Kristen itu cntara lain telah dirumuskan dalam bentuk
Pengakuan Iman sesuai ajaran para rasul yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut,

PENGAKUAN IMAN RASULI


1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Maha Kuasa khalik langit dan bumi.
14
2. Dan kepada Yesus Kristus, anak-Nya yang tunggal Tuhan kita.
3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4. Yang menderita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun
ke dalam Kerajaan Maut.
5. Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.
6. Naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa.
7. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8. Aku percaya Roh Kudus.
9. Gereja yang kudus dan am, persekutuan orang kudus.
10. Pengampunan dosa.
11. Kebangkitan daging.
12. Dan hidup yang kekal.
6) Apakah ciri-ciri bahwa seseorang telah benar-benar percaya?
Jawaban
Ciri-ciri orang yang telah percaya dengan sungguh-sungguh tampak dari dalam sikap dan cara
hidupnya yang baik, berbakti kepada Tuhan, serta senantiasa mengucap syukur dalam segala hal
(Roma 12:1, Galatia 5:22-23, 1 Tesalonika 5:16-18, dl1.).
3. Penutup
Pertanyaan-pertanyaan lain dapat diajukan selama waktunya masih memungkinkan. Dapat pula
disampaikan penjelasan-penjelasan lain seperlunya. Pertemuan diakhiri dengan doa syukur dan
penutup.

C. PEDOMAN PEMERIKSAAN UNTUK PERMOHONAN PENGAKUAN PERCAYA/SIDI


1. Pengantar
Untuk setiap permohonan mengaku percaya/sidi, majelis gereja wajib menyelenggarakan kunjungan
pemeriksaan. Sebelum kunjungan pemeriksaan dilakukan, maka dalam persidangan majelis pleno
perlu terlebih dahulu dilakukan penelitan administrasi. Penelitian administrasi tersebut menyangkut
antara lain:
a. Isi surat permohonan dari yang bersangkutan. Apakah surat permohonan tersebut telah
dilengkapi dengan data-data yang jelas.
b. Apakah surat permohonan tersebut sudah disertai dengan keterangan bahwa yang bersangkutan
telah mengikuti Pengajaran Agama Kristen/Katekisasi.
c. Apakah surat permohonan tersebut sudah dilengkapi dengan lampiran berupa fotokopi Surat
Baptis.
Adapun yang diperiksa adalah anak yang akan mengaku percaya/sidi, dan akan iebih baik apabila
didampingi oleh orang tuanya. Yang demikian perlu agar orang tua sebagai yang telah berjanji kepada
Tuhan pada saat membaptiskan anak tersebut ketika masih kecil dan selama ini melaksanakan tugas
mendidik anak tersebut dalam takut akan Tuhan, dapat mengetahui dan turut menyaksikan seberapa
jauh hasil pendidikan iman putra/putrinya serta kesiapannya untuk mengaku percaya/sidi. Untuk itu,
maka pemeriksaan seyogianya dilakukan di kediaman orang tua yang bersangkutan.
2. Materi Pemeriksaan
Pertanyaan-pertanyaan untuk menguji kemantapan iman:
1) Majelis gereja telah menerima surat permohonan dari Saudara agar diperkenankan mengaku
percaya/sidi. Apakah permohonan tersebut Saudara buat dengan kesungguhan hati, atas dasar
kesadaran sendiri, dan tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga?
Jawaban:
Ya! Permohonan tersebut saya buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri, dan
tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga.
2) Mengapa Saudara ingin mengaku percaya/sidi?
Jawaban:
Karena saya telah benor-benar percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat saya.
Dan saya juga percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus sanggup menghapuskan dosa- dosa saya,
sehingga saya beroleh keselamatan sempurna. Untuk itu, saya ingin mengaku percaya dan
menyatakan kemantapan iman saya di hadapan Tuhan dan jemaat-Nya yang kudus.
3) Dalam kenyataannya, menjadi orang Kristen itu tidak mudah. Apalagi jika harus berada di tengah-
tengah lingkungan tempat tinggal, tempat bekerja, atau lingkungan masyarakat yang sebagian
besar non-Kristen. Apakah Saudara sanggup menghadapi semua kemungkinan yang tidak
menyenangkan tersebut? Dan apakah Saudara akan tetap setia dan tidak mengingkari Tuhan
Yesus karena alasan apa pun?
Jawaban:
15
Dengan berharap pada kasih dan pertolongan Tuhan, maka saya sanggup untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tidak menyenangkan. Yang demikian sudah selayaknya saya tanggung,
sebab menjadi murid Tuhan Yesus berarti harus sanggup memiku! salib (Matius 16:24, Lukas
14:27). Saya akan tetap setia dan tidak akan pernah mengingkari Tuhan Yesus karena alasan apa
pun (Wahyu 2:10c).
4) Sebagai warga gereja yang sudah dewasa, Saudara punya tugas dan tanggung jawab di hadapan
Tuhan. Apakah tugas dan tanggung Saudara tersebut?
Jawaban:
5) Tugas dan tanggung jawab saya sebagai warga jemaat dewasa adalah ikut mengambil bagian
secara aktif, positif, dan kreatif, dalam upaya pemberitaan Injil maupun pemeliharaan iman.
Untuk itu, sesuai dengan talenta dan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepada saya, maka
saya akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat mempersembahkan hidup saya demi
keluhuran dan kemuliaan nama Tuhan.

Pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pengetahuan iman:


1) Saudara telah belajar dari AIkitab, bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa dan karenanya
manusia berada dalam kondisi "tidak selamat". Apakah sesungguhnya "dosa" itu?
Jawaban:
Berdasarkan ajaran Alkitab, maka dosa dapat dimengerti sebagai:
a) Pelanggaran terhadap Hukum Allah (1 Yohanes 3:4).
b) Keinginan yang berlebih-lebihan sehingga manusia ingin menjadi sama seperti Allah
(Kejadian 3:5).
c) Pemberontakan terhadap Allah karena manusia sebagai ciptaan tidak mau tunduk kepada
kekuasaan penciptanya (Kejadian 3:1-6).
2) Apakah akibat dosa?
Jawaban
Akibat dosa adalah bahwa manusia berada dalam kondisi tidak selamat karena:
a) Manusia mendapat hukuman dari Tuhan (Kejadian 3:14-19).
b) Manusia berhadapan dengan kematian/maut (Roma 6:23).
c) Manusia diperbudak oleh lIblis (Yohanes 8:34, Roma 3:9-18).
3) Bagaimanakah caranya agar manusia selamat?
Jawaban:
Caranya adalah, bahwa manusia harus mengikuti jalan yang benar yang dopat memberi jaminan
kepastian untuk membawa manusia kepada keselamatan sejati. Jalan yang benar itu hanya ada
di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus ("Sola Christo", Yohanes 14:6).
Keselamatan manusia tidak dapat diusahakan sendiri, sebab keselamatan itu adalah semata-
mata merupakan anugerah Allah ("Sola Gratia", bnd. Yohanes 3:16, Roma 3:23-24) yang diterima
oleh manusia dengan iman/percayanya ("Sola Vide", bnd. Roma 3:22, Galatia 2:16).
4) Mengapa Saudara percaya bahwa hanya Tuhan Yesus Kristus saja satu-satunya Juru Selamat
Penebus Dosa?
Jawaban:
Karena untuk dapat menjadi Juru Selamat Penebus Dosa itu tidak mudah. Juru Selamat Penebus
Dosa haruslah memenuhi syarat-syarat, antara lain:
a) Juru Selamat Penebus Dosa haruslah berwujud manusia. Sebab yang telah jatuh ke dalam
dosa adalah manusio, sehingga dosa juga harus ditebus oleh manusia.
b) Juru Selamat Penebus Dosa haruslah suci tanpa dosa. Sebab manusia yang jatuh ke dalam
dosa itu pada mulanya diciptakan oleh Allah dalam kondisi suci tanpa dosa.
c) Juru Selamat Penebus Dosa haruslah dapat mengalahkan kuasa maut/kematian. Sebab jika
Juru Selamat itu sendiri tidak dapat mengalahkan kuasa maut/kematian, bagaimana mungkin
la dapat menyelamatkan orang lain, sementara menyelamatkan dirinya sendiri saja tidak
mampu.
d) Juru Selamat Penebus Dosa haruslah mengetahui jalan ke Sorga. Sebab jika Juru Selamat
tidak mengetahui jalan ke Sorga, bagaimanakah mungkin la dapat membawa manusia
sampai ke Sorga.
Hanya Tuhan Yesus Kristus sajalah satu-satunya yang dapat memenuhi syarat-syarat Juru Selamat
tersebut. la adalah manusia sejati yang suci tanpa dosa (Lukas 1:35, 1 Yohanes 3:5, 2 Korintus
5:21, Ibrani 4:15, 1 Petrus 2:22), mampu mengalahkan kematian/maut (1 Korintus 14:3-4, 15:25-
26. 15:55-57), dan mengetahui jalan ke Sorga (Yohanes 14:1-3) Itulah sebabnya la bersabda,
"Akulah jalan dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6).
16
5) Bagaimanakah intisari Iman Kristen itu?
Jawaban:
Oleh para Bapa Gereja, intisari Iman Kristen itu antara lain telah dirumuskan dalam bentuk
Pengakuan Iman sesuai ajaran para rasul yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
PENGAKUAN IMAN RASULI
1. Aku percaya kepada Aliah Bapa yang Maha Kuasa khalik langit dan bumi.
2. Dan kepada Yesus Kristus, anak-Nya yang tunggal Tuhan kita
3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4. Yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan,
turun ke dalam Kerajaan Maut.
5. Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati.
6. Naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa.
7. Dan akan datang dari sana untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
8. Aku percaya Roh Kudus.
9. Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang kudus.
10. Pengampunan dosa.
11. Kebangkitan daging.
12. Dan hidup yang kekal.
6) Apakah ciri-ciri bahwa seseorang telah benar-benar percaya?
Jawaban:
Ciri-ciri orang yang telah percaya dengan sungguh-sungguh tampak dari dalam sikap dan cara
hidupnya yang baik, berbakti kepada Tuhan, serta senantiasa mengucap syukur dalam segala hai
(Rorna 12:1, Galatia 5:22-23, 1 Tesalonika 5:16-18, dl).

3. Penutup
Pertanyaan-pertanyaan lain dapat diajukan selama waktunya masih memungkinkan. Dapat pula
disampaikan penjelasan-penjelasan lain seperlunya. Pertemuan diakhiri dengan doa syukur dan
penutup.

D. PEDOMAN PEMERIKSAAN UNTUK PERMOHONAN PER-TUNANGAN


1. Pengantar
Meskipun tidak ada ketentuan yang tegas mengenai persiapan dan segala sesuatu peraturan yang
berhubungan dengan masalah pertunangan, namun setiap kali adà warga jemaat yang mengajukan
permohonan untuk pelayanan upacara pertunangan maka majelis gereja wajib menyelenggarakan
kunjungan pemeriksaan. Yang diperiksa adalah kedua saudara yang akan bertunangan beserta orang
tuanya (atau sekurang-kurangnya wali) dari kedua belah pihak. Kehadiran orang tua dari kedua belah
pihak ini penting, sebab setelah pertunangan berlangsung maka para orang tua mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berat. Terutama dalam hal mendampingi, membimbing, dan mengawasi
putra/putrinya yang telah bertunangan mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat. Terutama
dalam hal mendampingi, membimbing, dan mengawasi putra/putrinva yang telah bertunangan itu
agar tetap menjaga kesucian dan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga tidak
meniadi batu sandungan bagi gereja dan masyarakat.
Adapun tempat pelaksanaannya seyogianya dilakukan di rumah kediaman orang tua pihak
perempuan. Hal ini tidak diatur di dalam Alkitab, melainkan sekadar menyesuaikan kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat.
2. Materi Pemeriksaan
1) Majelis gereja telah menerima surat permohonan pertunangan yang telah Saudara kirimkan.
Apakah permohonan tersebut Saudara buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran
sendiri, dan tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga?
Jawaban
Ya! Permohonan tersebut saya buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri,
dan idak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga.
2) Apakah tujuannya sehingga Saudara ingin bertunangan?
Jawaban:
Tujuannya adalah Untuk mempersiapkan diri lebih bersungguh-sungguh menuju pernikahan.
Dengan telah bertunangan maka saya berharap dapat lebih mengenal dan memahami keadaan
dan kehidupan calon tunangan saya beserta keluarganya, sehingga saya dapat belajar
menempatkan diri sebagaimana mestinya.
3) Apakah orang tua Saudara mengetahui dan menyetuju keinginan saudara ini?
Jawaban:
17
Ya! Mengetahui dan menyetujui.
(Penatua/diaken mencocokkan jawaban tersebut kepada orang tua kedua belah pihak).
4) Apakah pertunangan itu kemudian dapat dibatalkan?
Jawaban
Mestinya dapat-dapat saja, namun jelas bahwa hal itu tidak baik di mata masyarakat.
5) Bagaimanakah caranya supaya selama Saudara masih berada pada tahap bertunangan Saudara
tidak menjadi batu sandungan bagi gereja dan masyarakat?
Jawaban
a) Tidak setiap hari datang berkunjung ke rumah tunangan. Dan apabila datang berkunjung
tidak hanya mencari kesenangan untuk bertemu dengan tunangannya saja, melainkan juga
bergaul dengan segenap anggota keluarga, terutama orang tua.
b) Berkunjung ke rumah tunangan hendaklah dengan mengingat waktu. Artinya jika
berkurjung dan sudah melampaui waktu yang lazim untuk bertamu maka sebaiknya segera
mohon diri.
c) Tidak baik menginap di rumah calon mertua. Lebih-lebih tidur satu kamar dengan
tunangannya, walaupun dalam kenyataannya juga tridak berbuat apa-apa.
6) Apakah kewajiban Saudara terhadap calon mertua Saudara?
Jawaban:
Menghormatinya sebagaimana saya menghormati orang tua saya sendiri, dan memperhatikan
nasihat serta mematuhi peringatan-peringatan yang diberikcnnya
7) Apabila selama masa pertunangan ternyata Saudara melakukan hal-hal yang dipandang kurang
baik di mata warga gereja/masyarakat, apakah Saudara sanggup menerima teguran dan atau
peringatan yang membangun?
Jawaban:
Dengan senang hati saya Sanggup menerima teguran dan atau peringatan yang bersifat
membangun dari siapa pun juga, terlebih dari majelis gereja.
3. Penutup
Pertanyaan-pertanyaan lain dapat diajukan selama waktunva masih memungkinkan. Dapat pula
disampaikan nasihat atau penjelasan-penjelasan lain seperlunya. Pertemuan diakhiri dengan doa
syukur dan penutup.

E. PEDOMAN PEMERIKSAAN UNTUK PERMOHONAN PENEGUHAN DAN PEMBERKATAN PERKAWINAN


1. Pengantar
Untuk setiap permohonan pelayanan peneguhan dan pemberkatan perkawinan/nikah suci, maka
majelis wajib menyelenggarakan pemeriksaan. Sebelum kunjungan pemeriksaan dilaksanakan, maka
dalam persidangan majelis pleno perlu terlebih dahulu dilakukan penelitian administrasi. Antara lain
apakah surat permohonan tersebut sudah dilengkapi dengan data-data yang jelas sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Penelitian data administasi ini penting sebap apabila ternyata
dijumpai ada hal-hal yang harus dibenahi, hal itu merupakan salah satu materi percakapan yang perlu
disampaikan. Misalnya dari data tersebut diketahui kedua calon atau salah satu di antaranya ternyata
belum mengaku percava/sidi maka perlu dalam kunjungan pemeriksaan nantinya disampaikan
nasihat/pengarahian seperlunya, sehingga apabila tiba saatnya menikah kelak mereka tidak
mendapat kesulitan.
Sesuai kebiasaan, kunjungan pemeriksaan seyogianya dilakukan di kediaman calon mempelai wanita,
kecuali karena pertimbangan khusus sehingga hal itu tidak dimungkinkan. Adapun uang diharapkan
hadir dalam pemeriksaan tersebut adalah: calon mempelai pria dan wanita, beserta para orang
tuanya/wali.
2. Materi Pemeriksaan
1) Majelis telah menerima surat permohonan untuk peneguhan dan pernberkatan
perkawinan/nikah suci dari Saudara. Apakah permohonan tersebut Saudara buat dengan
kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri, dan tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh
siapa pun juga?
Jawaban :
Ya! Permohonan tersebut saya buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri, dan
tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga.
2) Apakah orang tua Saudara mengetahui dan menyetujui keinginan Saudara tersebut?
Jawaban:
Ya! Mengetahui dan menyetujui/tidak menyetujui. (Penatua/diaken mencocokkan jawaban
tersebut kepada orang tua kedua belah pihak. Apabila didapati ada permasalahan, misalnya salah

18
satu pihak di antaranya tidak setuju, maka penatua/diaken dapat memberikan pengarahan untuk
meredam/membantu memecahkan masalah dengan penjelasan seperlunya).
3) Apakah dasar dan tujuan pernikahan?
Jawaban:
Dasar pernikahan yang benar adalah iman, yaitu kesadaran dan kesanggupan untuk saling
mengasihi antara suami dan isteri, seperti diajarkan di dalam Alkitab (Efesus 5:22-33, Kolose 3:18-
19, 1 Petrus 3:1-7).
Adapun tujuannya adalah untuk saling menolong (Kejadian 2:21-24), serta saiing membangun
baik dalam iman maupun di dalam segala sesuatu yang baik (1 Korintus 10:23-24), sehingga
melalui pernikahan itu nama Tuhan dimuliakan.
4) Jika demikian, apakah saudara benar-benar saling mengasihi dan sangegup untuksaling menolong
serta saling membangun?
Jawaban
a) Calon mempelai pria: Ya, saya mengasihi calon isteri saya dengan sungguh-sungguh. Saya juga
sanggup untuk saling menolong dan membangun, baik dalam iman maupun dalam segala hal
yang baik.
b) Calon mempelai wanita: Ya, saya mengasihi calion suami saya dengan sungguh-sungguh. Saya
juga sanggup untuk saling menolong dan membangun, baik dalam iman maupun dalam
segala hal yang baik.
5) Apakah kewajiban suami-isteri terhadap keluarganya?
Jawaban
Kewajiban suami-isteri adalah:
a) Mewujudkan kesatuan dan keutuhan keluarga daiam ikatan kasih sejati, dengan saling
memperhatikan, dan tidak mementingkan diri sendiri (Filipi 2:2-4).
b) Menjaga kelestarian keluarga sehingga apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak
diceraikan oleh manusia (Matius 19:6).
c) Menjaga kekudusan keluarga dengan menghindari segala bentuk perzinahan dan keinginan
hawa nafsu (1 Tesalonika 4:7-8, 1 Petrus 1:15-16).
d) Silih asah, siih asuh, dan silih asih di dalam kehidupan rumah tangganya sesuai ajaran firman
Tuhan (Silin asah saling "asah", antara lain: sedia untuk saling mengingatkan dan diingatkan;
silih asuh saling mengasuh/ngemong; silih asih = saling mengasihi d antara anggota keluarga.
Semuanya dilakukan atas dasar firman Tuhan yang menjadi pedoman kehidupan berkeluarga).
e) Senantiasa bersyukur kepada Tuhan dengan memper- sembahkan segenap hidup sebagai
persembahan yang sejati (Roma 12:1). Ucapan syukur tersebut antara lain diwujudkan
melalui: tekun dalam bekerja sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarga, menjadi warga
gereja dan warga masyarckat yang baik dan bertanggung jawab.
6) Pernikahan adalah sesuatu yang kita hormati, bahkan kita anggap sebagai peristiwa yang suci,
mulia, dan kudus. Karena itu, maka setiap orang yang akan menikah harus benar-benar menjaga
kesucian dan kekudusan, agar tidak menjadi penghalang bagi turunnya berkat Tuhan.
Selanjutnya, perkenankan kami menanyakan sesuatu yang sangat pribadi kepada Saudara, dan
hendaklah Saudara menjawabnya dengan jujur dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan.
Pertanyaan yang bersifat pribadi tersebut adalah, "Apakah Saudara telah melakukan hubungan
suami isteri sehingga Saudara melanggar hukum Tuhan yang ketujuh?"
Jawaban
Belum/sudah
(Jika jawabannya adalah "sudah", maka penatua/diaken perlu memberikan pengarahan
seperlunya sesuai peraturan gereja yang berlaku).
3. Penutup
Pertanyaan-pertanyaan laiñ dapat diajukan selama waktunya masih memungkinkan. Dapat pula
disampaikan nasihat atau penjelasan-penjelasan lain seperlunya. Pertemuan diakhiri dengan doa
syukur dan penutup.

19

Anda mungkin juga menyukai