Pendahuluan
Dalam setiap pergantian anggota Majelis Gereja, khususnya bagi jemaat yang pertama kali menerima panggilan
tersebut akan selalu timbul pertanyaan; “Apa yang harus saya kerjakan? dan bagaimana saya melaksanakan
tugas kemajelisan ditengah-tengah jemaat?” Oleh karena itu, kita perlu mengetahui beberapa hal:
1. Apa dan siapakah Majelis Gereja di tengah jemaat
2. Apa saja tugas dan tanggung jawabnya menurut struktur dan fungsinya?
Oleh karena itu dalam pesan rasul Paulus yang terakhir kepada para penatua dari Efesus dikatakan: "Karena itu
jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Ay. 28). Melalui perkataan
itu, peranan penatua dapat dikelompokkan menjadi dua tugas:
1) Menjaga diri – integritas pribadi. Dapat dimengerti bahwa integritas pribadi ini termasuk menjaga iman,
kesalehan hidup dan kasih persaudaraan sesuai firman Tuhan. Jabatan ini memerlukan seseorang dengan
kedewasaan rohani yang baik agar dapat mengemban tugas untuk mengatur, membimbing,
menggembalakan jemaat, menjaga kebenaran dan mengawasi pekerjaan pelayanan
2) Menjaga seluruh kawanan – penggembalaan. Menggembalakan jemaat termasuk didalamnya
menyebarluaskan dan menjaga ajaran yang sehat sesuai firman Tuhan. Karena akan banyak serangan yang
muncul baik dari luar maupun dari dalam jemaat untuk mencerai-beraikan kawanan domba Allah (Ay. 29-
30). Maka peranan penatua dalam jemaat haruslah dilaksanakan dengan baik, supaya jemaat terlindungi
dari ajaran yang memutarbalikkan kebenaran firman Allah.
Hal yang perlu menjadi perhatian bagi majelis Gereja bahwa jabatan ini tidak sama dengan jabatan lain
didunia. Jabatan ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang dikehendakiNya, Dia
sendiri yang telah memanggil orang-orang percaya sebagai rekan sekerja Allah dalam melanjutkan karya
penyelamatan-Nya. Maka dari itu Hakikat kepemimpinan GKJ adalah kepemimpinan pelayan atau
kepemimpinan yang melayani. Siapakah yang dilayani? Yang dilayani tentu Tuhan dan kehendakNya bagi
gereja. Itu artinya bahwa segenap pelayanannya tidak diperuntukkan untuk dirinya sendiri namun demi
1
Kata Yunani episkopos memiliki arti “dia yang mengawasi.” Tugas seorang episkopos adalah mengawasi dan memberikan
“makan” bagi jemaatnya
2
Kata presbuteros dalam bahasa Yunani berarti elders atau penatua. Penatua pada umumnya merujuk kepada orang-
orang yang dalam berbagai alasan seperti usia dan statusnya, terlibat dalam struktur kepemimpinan komunitas
Yahudi.Dalam Perjanjian Baru, para penatua juga berfungsi sebagai perwakilan dari gereja. Selain kedua istilah tadi masih
ada dalam 1 Tim. 3:8 yaitu diakonos yang artinya memiliki arti “pelayan” atau “hamba”.
1
kemuliaan nama Tuhan dan untuk memberdayakan segenap warga GKJ, sehingga GKJ dapat melaksanakan
tugas panggilan sebagai gereja.
Sedangkan Dalam kekhususan tugasnya masing-masing Majelis (Penatua, Pendeta dan Diaken) mempunyai
tugas yang berbeda (TAGER TALAK GKJ Bab IV Kepemimpinan Gereja pasal 10).
3
Wiyono, A. Untung, Standard Operational Procedure (SOP) Administrasi Gereja, Panduan Praktis untuk majelis Gereja,
Pengurus Komisi, pegawai kantor gereja, dan warga gereja dalam menyelenggarakan/memperoleh Layanan Administrasi,
Jogjakarta: TPK Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2013
2
Sesuai buku SOP Administrasi Gereja, pembahasan mengenai administrasi gereja menunjuk pada hal-hal yang
bersifat teknis, berupa ketentuan-ketentuan umum tentang SOP Administrasi Gereja, yang meliputi :
1. SOP Administrasi untuk kepentingan kantor Gereja
a. Administrasi Surat-surat Masuk
b. Administrasi Surat-surat Keluar
c. Administrasi Surat-surat Keputusan
d. Administrasi Data (Buku Induk, KK, Buku Inventaris, Buku Laporan Tahunan, dll)
e. Administrasi Dokumen (Dok. Aset dan surat-surat berharga, Dok Persidangan Majelis Gereja, Dok
rapat-rapat Komisi/Pokja/Panitia/Tim)
f. Administrasi Pustaka Gereja
2. SOP Administrasi untuk kepentingan warga Gereja
3. SOP Administrasi untuk kepentingan Majelis Gereja dalam rangka pemanggilan warga gereja ke dalam
tugas pelayanan khusus.
a. Administrasi Pemanggilan Penatua/Diaken
b. Administrasi Pemanggilan Pengurus Komisi
c. Administrasi Pemanggilan Pokja (Kelompok Kerja)/Panitia/Tim
Selain ketiga hal diatas ada pula pedoman pemeriksaan/pendadaran. Bagian ini dimaksudkan untuk membantu
majelis gereja dan warga gereja untuk mempersiapkan diri dalam pemeriksaan/pendadaran, khususnya :
1. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan baptis anak
2. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan pengakuan percaya/sidhi dan baptis dewasa
3. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan pengakuan percaya/sidhi
4. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan pertunangan
5. Pemeriksaan/pendadaran untuk permohonan peneguhan dan pemberkatan perkawinan/nikah
SOP ADMINISTRASI
UNTUK KEPENTINGAN WARGA GEREJA
Untuk membantu warga gereja memperoleh pelayanan administrasi kantor gereja dengan baik dan lancar,
segenap warga gereja perlu memahami tata urut pelayanan administrasi gereja yang diperlukan. Demikian
sebaliknya pemahaman yang baik mengenai tata urut pelayanan adiministrasi gereja ini pada gilirannya akan
bermanfaat untuk mendukung pelayanan majelis gereja maupun kantor gereja pada khususnya dalam
memberikan pelayanan yang baik kepada segenap warga jemaat yang membutuhkan. Berikut disampaikan
penjelasan mengenai tata urut pelayanan administrasi gereja serta proses penanganannya oleh majelis gereja
terkait dengan kepentingan tertentu warga gereja.
A. ADMINISTRASI KELAHIRAN
Setiap kelahiran anak-anak warga gereja wajib dilaporkan kepada majelis gereja. Hal ini mengingat bahwa
kelahiran seorang anak dari keluarga warga gerejar adalah merupakan anugerah stmewe, bukan hanya bagi
keluarga yang bersangkutan melainkan juga bagi segenap warga gereja. Anak-anak warga gereja adalah anak-
anak perjanjian, sekaligus pewaris Kerajaan Allah". Adapun urut pengurusan administrasinya dan pelayanan
yang dilakukanen majelis gereja sehubungan dengan peristiwa keiahiran anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keluarga yang menerima anugerah kelahiran anak:
a. Menyampaikan laporan lisan kepada anggota majelis gereja yang berada di kelompok
pelayanannya (apabila anggota majelis tersebut belum mengetahui).
b. Meminta formulir laporan kelahiran kepada anggota majelis gereja yang berada di kelompok
pelayanannya. Apabila anggota ,nmajelis yang berada di kelompok pelayanannya tidak memiliki
formulir laporan kelahiran maka keluarga yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
c. Mengisi formulir laporan kelahiran.
d. Menyerahkan formulir laporan kelahiran yang sudah disi tersebut kepada anggota majelis gereja
yang berada dikelompok pelayanannya atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat laporan kelahiran dalam buku agenda surat masuk.
b. Mendistribusikan surat laporan kelahiran tersebut kepada majelis gereja untuk dibahas dalam
persidangan.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat laporan kelahiran anak keluarga yang
b. Mengutus angggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan.
3
c. Menugasi anggota majelis yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil perkunjungan tersebut
pada persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan dengan tujuan
untuk mendoakan keluarga dan anak yang baru dilahirkan, serta menyampaikan ucapan selamat
atas nama gereja kepada keluarga yang bersangkutan. Pada kesempatan tersebut anggota majelis
yang diutus perlu mengingatkan/memberikan dorongan agar segera setelah anak tersebut cukup
kuat untuk dibawa ke gereja dapat segera dimohonkan pelayanan sakramen baptisnya.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila laporan dari anggota majelis yang diutus untuk mengunjungi keluarga yang bersangkutan dapat
diterima, maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Memberitakan laporan kelahiran tersebut kepada segenap warga gereja melalui warta jemaat
selama dua minggu berturut-turut.
b. Menyimpan berkas laporan kelahiran tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
6. Pegawai kantor gereja menyimpan berkas laporan kelahiran tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
7. Pelayanan administrasi kantor gereja untuk keperluan kelahiran selesai.
B. ADMINISTRASI BAPTIS
Pelayanan administrasi gereja untuk keperluan sakramen baptis dapat dikelompokkan menjadi dua.
Pertama, pelayanan administrasi untuk keperluan sakramen baptis anak (tepatnya: sakramen baptis), dan
kedua, untuk keperluan sakramen baptis dewasa (tepatnya: pengakuan percaya/sidi dan sakramen baptis).
Berikut tata urut pelayanan administrasi untuk keperluan sakramen baptis anak.
1. Keluarga yang akan membaptiskan anak:
a. Menyampaikan laporan lisan kepada anggota majelis gereja yang berada di kelompok
pelayanannya.
b. Meminta formulir permohonan pelayanan sakramen baptis anak kepada anggota majelis gereja
yang berada di kelompok pelayanarnnya. Apabila anggota majelis gereja yang berada di
kelompok pelayanannya tidak memiliki formulir permohonan pelayanan sakramen baptis anak,
maka keluarga yang bersangkutan dapat memintanya ke kantor gereja.
c. Mengisi formulir permohonan sakramen pelayanan baptis anak.
d. Menyerahkan formulir permohonan pelayanan sakramen baptis anak yang sudah diisi tersebut
disertai lampiran fotokopi surat kelahiran/akta kelahiran (1 lembar) kepada anggota majelis
gereja yang berada di kelompok pelayanannya, atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima dan mencatat surat permohonan pelayanan sakramen baptis anak ke dalam buku
agenda surat masuk.
b. Mendistribusikan surat permohonan pelayanan sakramen baptis anak tersebut kepada majelis
gereja untuk dibahas dalam persidangan.
3. Persidangan majelis gereja:
a. Membahas surat permohonan membaptiskan anak dari keluarga yang bersangkutan.
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungarn kepada keluarga yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis yang diutus untuk menyampaikan laporan hasil perkunjungan tersebut
pada perhicdangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis Rereja melakukan perkunjungan kepada keluarga yang bersangkutan dengan
tujuan untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan. Untuk keperluan tersebut anggota majelis
yang diutus dapat mempergunakan buku pedoman pemeriksaan yang telah ditetapkan
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis berikutnya.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis dapat menerima permohonan pelayanan sakramen baptis anak dari
keluarga tersebut, maka MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Memberitakan rencana pelayanan baptis anak dari keluarga yang bersangkutan melalui warta
jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum harí pelaksanaan sakramen baptis anak yang
telah ditentukan.
b. Mencatat nama dan identitas anak tersebut pada buku induk gereja.
c. Membuatkan surat tanda baptis anak yang bersangkutan.
6. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah MPH dengan:
a. Memberitakan rencana pelayanan sakramen baptis anak dari keluarga yang bersangkutan
kepada segenap warga gereja melalui warta jemaat.
4
b. Mencatat nama dan identitas anak tersebut ke dalam buku induk gereja.
c. Membuat surat tanda baptis anak dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan oleh
Sinode.
d. Menyerahkan surat tanda baptis anak yang telah disiapkan kepada MPH untuk mendapatkan
tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap/stempel gereja.
e. Menyimpan file permohonan pelayanan sakramen baptis anak tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
7. MPH menyerahkan kembali surat tanda baptis anak yang sudah ditandatangani oleh pihak-pihak yang
berwenang beserta cap/stempel gereja, kepada pegawai kantor disertai perintah lanjutan agar:
a. Memfotokopi surat tanda baptis tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda sakramen baptis anak tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda baptis anak yang asli kepada MPH
8. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah lanjutan MPH dengan:
a. Memfotokopi surat tanda baptis tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda sakramen baptis anak tersebut pada letter fle sesuai jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda baptis anak yang asli kepada MPH.
9. Pelayanan sakramen baptis anak dilaksanakan.
10. MPH menyerahkan surat tanda baptis anak kepada orang tua yang membaptiskan anaknya pada saat
sakramen bapts anak dilaksanakan.
11. Pelayanan administrasi untuk keperluan pelayanan sakramen baptis anak selesai.
6
a. Memberitakan rencana pelayanan pengakuan percaya/sidi dari bagi yang bersangkutan melalui
warta jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum hari pelaksanaan pelayanan pengakuan
percaya/sidi dilaksanakan.
b. Membuat surat tanda baptis dewasa dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan
oleh Sinode.
c. Menyimpan file permohonan pelayanan sakramen baptis dewasa tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
d. Menyerahkan surat tanda baptis dewasa yang telah disiapkan kepada MPH untuk mendapatkan
tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap/stempel gereja.
6. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan rencana pelayanan pengakuan percaya/ sidi bagi yang bersangkutan melalui
warta jemaat selama dua minggu berturut-turut sebelum hari pelaksanaan pelayanan pengakuan
percaya/sidi yang telah ditentukan.
b. Membuat surat tanda baptis dewasa dengan memper gunakan formulir yang telah ditetapkan
oleh Sinode
c. Menyimpan file permohonan pelayanan pengakuan percaya/sidi tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
d. Menyerahkan surat tanda pengakuan percaya/sidi yang telah disiapkannya kepada MPH untuk
mendapatkan tanda tangan pihak-pihak yang berwenang serta cap stempel gereja.
7. MPH menyerahkan kembali surat tanda pengakuan percaya/sidi yang sudah ditandatangani oleh
pihak-pihak yang berwenang beserta cap/stempel gereja, kepada pegawai kantor disertai perintah
lanjutan agar:
a. Memfotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda pengakuan percaya/sidi yang asli kepada MPH.
8. Pegawai kantor gereja melaksanakan perintah lanjutan dengan:
a. Memfotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi tersebut.
b. Menyimpan fotokopi surat tanda pengakuan percaya/sidi tersebut pada letter file sesuai
jenisnya.
c. Menyerahkan kembali surat tanda pengakuan percaya/sidi yang asli kepada MPH
9. Pelayanan pengakuan percaya/sidi dilaksanakan.
10. MPH menyerahkan surat tanda pengakuan percaya/sidi kepada yang bersangkutan pada saat
pengakuan percaya/sidi dilaksanakan.
11. Pelayanan administrasi untuk keperluan pengakuan percaya sidi selesai.
E. ADMINISTRASI PERTUNANGAN
Berikut tata urut pelayanan administrasi gereja untuk keperiuan pertunangan.
1. Saudara yang akan memohon pelayanan pertunangan
a. Menyampaikan laporan lisan kepada anggota majelis yang berada dikelompok pelayanannya.
b. Meminta formulir permohonan pelayanan pertunangan. Apabila anggota majelis setempat tidak
memiliki formulir permohonan pelayanan pertunangan, yang bersangkutan dapat memintanya
ke kantor gereja.
c. Mengisi formulir permohonan pelayanan pertunangan
d. Menyerahkan formulir pertunangan yang sudah diisi kepada anggota majelis yang berada di
kelompok pelayanannya, atau melalui kantor gereja.
2. Pegawai kantor gereja:
a. Menerima surat permohonan pelayanan pertunangan dan mencatatnya dalam buku agenda
surat masuk.
b. Mendistribusikan permohonan pelayanarn pertunangan tersebut kepada majelis gereja untuk
dibahas dalam persidangan majelis.
3. Persidangan najelis gereja:
a. Membahas surat permohonan pelayanan pertunangan
b. Mengutus anggotanya untuk melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan.
c. Menugasi anggota majelis gereja yang diutus untuk dari yang menyampaikan laporan hasil
perkunjungannya dalam bersangkutan persidangan majelis berikutnya.
4. Perkunjungan utusan majelis gereja:
a. Utusan majelis gereja melakukan perkunjungan kepada yang bersangkutan beserta
keluarga/orang tuanya dengan tujuan untuk melakukan pendadaran/pemeriksaan. Untuk
7
keperluan tersebut anggota majelis yang diutus dapat mempergunakan buku pedoman
pemeriksaan yang telah ditetapkan.
b. Hasil perkunjungan dilaporkan dalam persidangan majelis gereja.
5. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis dapat menerima permohonan pelayanan pertunangan dari yang
bersangkutan, MPH memberikan perintah kepada pegawai kantor gereja agar:
a. Mengisi data pada formulir surat pernyataan bertunangan berdasarkan data yang tertulis pada
surat permohonan pertunangan dari yang bersangkutan dan menyerahkannya pada anggota
majelis dari kelompok pelayanan yang bersangkutan (apabila pertunangan dilaksanakan dalam
lingkungan pelayanan yang bersangkutan) untuk dibacakan dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang berkepentingan pada saat upacara pertunangan berlangsung.
b. Dalam hal pertunangan akan dilaksanakan oleh gereja lain sesuai permintaan yang
bersangkutan, maka MPH memerintahkan kepada petugas kantor gereja untuk membuat surat
penyerahan pelayanan pertunangan kepada majelis gereja lain tersebut dengan dilampiri 1 (satu)
lembar fotokopi permohonan pelayanan pertunangan dari yang bersangkutan.
6. Pegawai kantor gereja:
a. Mengisi data pada formulir surat pernyataan bertunangan berdasarkan data yang tertulis pada
surat permohonan pertunangan dari yang bersangkutan dan menyerahkannya pada anggota
majelis dari kelompok pelayanan yang bersangkutan (apabila pertunangan dilaksanakan dalam
lingkungan pelayanan yang bersangkutan) untuk dibacakan dan ditandatangani oleh pihak-pihak
yang berkepentingan pada saat upacara pertunangan berlangsung.
b. Membuat surat penyerahan pelayanan pertunangan kepada gereja dain, apabila pertunangan
akan dilaksanakan di gereja lain tersebut, disertai lampiran 1 (satu) lembar fotokopi surat
permohonan pelayanan pertunangan dari yang bersangkutan.
7. Upacara pertunangan dilaksanakan.
8. Persidangan majelis gereja:
Apabila persidangan majelis dapat menerimna laporan pelaksanaan upacara pertunangan, MPH
memerintahkan kepada petugas kantor gereja agar:
a. Memberitakan pelaksanaan upacara pertunangan tersebut melalui warta jemaat selama dua
minggu berturut-turut.
b. Dalam hal salah satu pihak yang bertunangan adalah warga gereja dari gereja lain maka pegawai
kantor gereja mengirim surat pernyataan bertunangan kepada gereja lain tersebut sebagai
pemberitahuan.
c. Menyimpan surat pernyataan pertunangan tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
9. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan pelaksanaan upacara pertunangan tersebut melalui warta jemaat selama dua
minggu berturut-turut.
b. Dalam hal salah satu pihak yang bertunangan adalan warga gereja dari gereja lain maka pegawai
kantor gereja mengirim surat pernyataan bertunangan kepada gereja lain tersebut sebagai
pemberitahuan.
c. Menyimpan surat pernyataan pertunangan tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
10. Pelayanan administrasi kantor gereja untuk keperluan pertunangan selesai.
10
b. Membuat dan mengirimkan surat atestasi sesuai formulir atestasi yang ditetapkan kepada gereja
yang akan dituju.
c. Menyimpan fie permohonan atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
d. Menyimpan file arsip surat atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
f. Pegawai kantor gereja:
a. Memberitakan atestasi yang bersangkutan dalam warta jemaat selama dua minggu berturut-turut.
b. Membuat dan mengirimkan surat atestasi sesuai formulir atestasi yang ditetapkan oleh sinode
kepada gereja yang akan dituju.
c. Menyimpan file permohonan atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya.
d. Menyimpan file arsip surat atestasi tersebut pada letter file sesuai jenisnya
g. Pelayanan administrasi untuk keperluan atestasi selesai.
PEDOMAN PEMERIKSAAN
11
Untuk setiap permohonan warga Jemaat yang akan membaptiskan anak-anaknya, maka majelis gereja
wajib menyelenggarakan kunjungan pemeriksaan. Sebelum kunjungan pemeriksaan dilakukan, majelis
gereja dalam persidangan majelis pleno perlu terlebih dahulu melakukan penelitian administrasi.
Penelitian administrasi tersebut antara lain meliputi:
a. Apakah dalam surat permohonan tersebut sudah tercantum data-data yang jelas, baik data anak
yang akan dibaptis maupun orang tuanya.
b. Apakah surat permohonan tersebut sudah disertai dengan lampiran fotokopi Surat Kelahiran/Akta
Kelahiran anak yang akan dibaptis.
c. Apakah dalam catatan pastoral gereja, orang tud y akan membaptiskan anaknya tersebut tidak
sedang dalam pamerdi/penggembalaan khusus.
Kunjungan pemeriksaan dilakukan oleh dua orang anggota Majelis Gereja majelis gereja yang
seyogianya berjabatan penatua, atau sekurang-kurangnya salah satu di antaranya berjabatan Penatua.
Adapun yang diperiksa adalah orang tua dari anak yang akan diibaptiskan, yaitu ayah dan ibunya.
Jangan sampai hanya ayahnya atau ibunya saja, kecuali karena salah satu di antaranya telah meninggal
dunia, atau karena bekerja di luar kota (namun telah menyatakan persetujuannnya), atau karena masih
"selen" (belum Kristen) namun yang bersangkutan tidak berkeberatan anaknya dibaptiskan. Yang
terakhir ini pun jika perlu dihadirkan.
Jika anak tersebut adalah anak angkat, maka status anak tersebut perlu jelas. Maksudnya untuk
meyakinkan majelis gereja tentang seberapa besar tanggung jawab dari orang tua yang akan mengasuh
anak tersebut di hadapan Tuhan. Yang demikian perlu diperhatikan agar di kemudian hari orang tua
yang membaptiskan anaknya itu tidak menganggap enteng akan tanggung jawabnya. Dengan demikian
maka majelis gereja telah berusaha untuk tidak merendahkan arti sebuah sakramen baptis. Jadi pada
prinsipnya yang diperiksa adalah orang tua yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan anak
tersebut.
Sedangkan warga jemaat yang boleh membaptiskan anak- anaknya adalah warga jemaat dewasa yang
tidak sedang dalam pamerdi/terkena siasat gerejawi.
2. Materi Pemeriksaan
1) Majelis gereja telah menerima surat permohonan dari Saudara untuk membaptiskan putra/putri
Saudara yang bernama:………………..
Apakah permohonan tersebut, Saudara buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran
sendiri, dan tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga?
Jawaban
Ya! Permohonan tersebut kami buat dengan kesungguhan hati, atas dasar kesadaran sendiri, dan
tidak karena terpaksa atau dipaksa oleh siapa pun juga.
2) Apa tujuan Saudara membaptiskan putra/putri Saudara?
Jawaban
Tujuannya adalah menyerahkan anak kami tersebut kepada Tuhan, sehingga anak kami pun
beroleh anugerah keselamatan sempurna di dalam Tuhan Yesus Kristus dan dengan demikian
menjadi "anak perjanjian (Kisah Para Rasul 2:39)
3) Apa kewajiban Saudara setelah putra/putri Saudara tersebut dibaptis?
Jawaban:
Kewajiban kami adalah memeliharanya dengan penuh kasih sayang, dan mendidiknya dalam takut
akan Tuhan, sehingga setelah dewasa dapat mengerti, memahami, serta percaya bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat.
4) Bagaimana caranya Saudara mendidik putra/putri Saudara, sehingga takut akan Tuhan dan
berbakti dengan setia kepada-Nya?
Jawaban:
Caranya adalah dengan mengajar dan membimbingnya untuk hidup sesuai firman Tuhan, serta
memberikan teladan yang baik dalam kehidupan rumah tangga kami. Di samping itu apabila telah
cukup umur kami akan mendorong anak tersebut untuk mengikuti Sekolah Minggu, Kebaktian
Remaja, Aktivitas Pemuda, Pengajaran Agama Kristen (Katekisasi|, serta aktivitas gerejawi lainnya
agar anak kami tersebut dapat mengalami pertumbuhan iman yang sehat sehinggo pada waktunya
diperkenankan untuk mengaku percaya/siol.
5) Bagaimana sikap Saudara apabila nanti putra/putri Saudard tersebut telah dewasa namun ternyata
tidak mau mengaku percaya, atau bahkan mengakui sahadat lain?
Jawaban:
Tentu saja hal itu tidak kami harapkan, dan semoga tidak terjadi demikian. Karena itu, kami akan
berusaha mendidiknya dengan sungguh-Sungguh dan dengan mengandalkan kepada pertolongan
Tuhan. Namun demikian, seandainya hal itu terpaksa terjadi, maka kami menganggapnya sebagai
12
kelalaian kami. Karena itu, kami sanggup menerima pamerdi/penggembalaan khusus dari majelis
gereja atus dasar firman Tuhan.
3. Penutup
Selanjutnya dibacakan Ulangan 6:5-9, Efesus 6:4, atau Matius 18:1-10, dan diakhiri dengan doa syukur
dan penutup. Apabila dipandang perlu dapat pula disampaikan pengarahan secukupnya, terutama
berkenaan dengan hal-hal teknis.
1) Saudara telah belajar dari Alkitab, bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa dan karenanya
manusia berada dalam kondisi "Tidak Selamat". Apakah sesungguhnya "Dosa" itu?
Jawaban
Berdasarkan ajaran Alkitab, maka dosa dapat dimengerti sebagai:
a) Pelanggaran terhadap Hukum Allah (I Yohanes 3:4).
b) Keinginan yang berlebih-lebihan sehingga manusia ingin menjadi sama seperti Allah (Kejadian
3:5).
c) Pemberontakan terhadap Aliah karena manusia sebagai ciptaan tidak mau tunduk kepada
kekuasaan penciptanya (Kejadian 3:1-6).
2) Apakah akibat dosa?
Jawaban
Akibat dosa adalah bahwa manusia berada dalam kondisi tidak selamat. Oleh karena itu,
a) Manusia mendapat hukuman dari Tuhan (Kejadian 3:14-19)
b) Manusia berhadapan dengan kematian/maut (Roma6:23)
c) Manusia diperbudak oleh lblis (Yohanes 8:34, Roma 3:9-18)
3) Bagaimanakah caranya agar manusia selamat?
Jawaban
Caranya adalah, bahwa manusia harus mengikuti Jalan yang benar yang dapat memberi jaminan
kepastian untuk membawa manusia kepada keselamatan sejati. Jalan yang benar itu hanya ada di
dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus (“Solo Christo” Yohanes 14:6).
Keselamatan manusia tidak dapat diusahakan sendiri, sebab keselamatan itu adalah semata-mata
merupakan anugerah Allah ("Sola Gratia", bnd. Yohanes 3:16, Roma 3:23-24) yang diterima oleh
manusia dengan iman/percanya ("Sola Vide bnd Roma 3:22, Galatia 2:16).
4) Mengapa saudara percaya bahwa hanya Tuhan Yesus Kristus saja satu-satunya Juru Selamat
Penebus dosa?
Jawaban:
Karena untuk dapat menjadi Juru Selamat Penebus dosa itu tidak mudah. Juru Selamat Penebus
dosa haruslah memenuhi syarat-syarat, antara lain:
a) Juru Selamat Penebus dosa haruslah berwujud manusia. Sebab yang telah jatuh ke dalam
dosa adalah manusia, sehingga dosa juga harus ditebus oleh manusia.
b) Juru Selamat Penebus dosa haruslah suci tanpa dosa. Sebab manusia yang jatuh ke dalam
dosa itu pada mulanya diciptakan oleh Allah dalam kondisi suci tanpa dosa.
c) Juru Selamat Penebus dosa haruslah dapat mengalahkan kuasa maut/kematian. Sebab jika
Juru Selamat itu sendiri tidak dapat mengalahkan kuasa maut/kematian, bagaimana mungkin
la dapat menyelematkan orang lain, sementara menyelamatkan dirinya sendiri saja tidak
mampu
d) Juru Selamat Penebus dosa haruslah mengetahui jalan ke Sorga. Sebab jika Juru Selamat tidak
mengetahui jalan ke Sorga, bagaimakuh mungkin la dapat membawa manusia sampai ke
Sorga.
Hanya Tuhan Yesus Kristus sajalah satu-satunya yang dapat memenuhi syarat-syarat Juru Selamat
tersebut. la adalah manusia sejati yang suci tanpa dosa (Lukas 1:35, I Yohanes 3:5, II Korintus 5:21,
lbrani 4:15, 1 Petrus 2:22), mampu mengalahkan kematian/maut (1 Korintus 14:3-4, 15:25-26,
15:55-57), dan mengetahui jalan ke Sorga (Yohanes 14:1-3). Itulah sebabnya la bersabda, "Akulah
jalan dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku" (Yohanes 14:6).
5) Bagainanakah intisari Iman Kristen itu?
Jawaban:
Oleh para Bapa Gereja, intisari Iman Kristen itu cntara lain telah dirumuskan dalam bentuk
Pengakuan Iman sesuai ajaran para rasul yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut,
3. Penutup
Pertanyaan-pertanyaan lain dapat diajukan selama waktunya masih memungkinkan. Dapat pula
disampaikan penjelasan-penjelasan lain seperlunya. Pertemuan diakhiri dengan doa syukur dan
penutup.
18
satu pihak di antaranya tidak setuju, maka penatua/diaken dapat memberikan pengarahan untuk
meredam/membantu memecahkan masalah dengan penjelasan seperlunya).
3) Apakah dasar dan tujuan pernikahan?
Jawaban:
Dasar pernikahan yang benar adalah iman, yaitu kesadaran dan kesanggupan untuk saling
mengasihi antara suami dan isteri, seperti diajarkan di dalam Alkitab (Efesus 5:22-33, Kolose 3:18-
19, 1 Petrus 3:1-7).
Adapun tujuannya adalah untuk saling menolong (Kejadian 2:21-24), serta saiing membangun
baik dalam iman maupun di dalam segala sesuatu yang baik (1 Korintus 10:23-24), sehingga
melalui pernikahan itu nama Tuhan dimuliakan.
4) Jika demikian, apakah saudara benar-benar saling mengasihi dan sangegup untuksaling menolong
serta saling membangun?
Jawaban
a) Calon mempelai pria: Ya, saya mengasihi calon isteri saya dengan sungguh-sungguh. Saya juga
sanggup untuk saling menolong dan membangun, baik dalam iman maupun dalam segala hal
yang baik.
b) Calon mempelai wanita: Ya, saya mengasihi calion suami saya dengan sungguh-sungguh. Saya
juga sanggup untuk saling menolong dan membangun, baik dalam iman maupun dalam
segala hal yang baik.
5) Apakah kewajiban suami-isteri terhadap keluarganya?
Jawaban
Kewajiban suami-isteri adalah:
a) Mewujudkan kesatuan dan keutuhan keluarga daiam ikatan kasih sejati, dengan saling
memperhatikan, dan tidak mementingkan diri sendiri (Filipi 2:2-4).
b) Menjaga kelestarian keluarga sehingga apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak
diceraikan oleh manusia (Matius 19:6).
c) Menjaga kekudusan keluarga dengan menghindari segala bentuk perzinahan dan keinginan
hawa nafsu (1 Tesalonika 4:7-8, 1 Petrus 1:15-16).
d) Silih asah, siih asuh, dan silih asih di dalam kehidupan rumah tangganya sesuai ajaran firman
Tuhan (Silin asah saling "asah", antara lain: sedia untuk saling mengingatkan dan diingatkan;
silih asuh saling mengasuh/ngemong; silih asih = saling mengasihi d antara anggota keluarga.
Semuanya dilakukan atas dasar firman Tuhan yang menjadi pedoman kehidupan berkeluarga).
e) Senantiasa bersyukur kepada Tuhan dengan memper- sembahkan segenap hidup sebagai
persembahan yang sejati (Roma 12:1). Ucapan syukur tersebut antara lain diwujudkan
melalui: tekun dalam bekerja sehingga dapat mencukupi kebutuhan keluarga, menjadi warga
gereja dan warga masyarckat yang baik dan bertanggung jawab.
6) Pernikahan adalah sesuatu yang kita hormati, bahkan kita anggap sebagai peristiwa yang suci,
mulia, dan kudus. Karena itu, maka setiap orang yang akan menikah harus benar-benar menjaga
kesucian dan kekudusan, agar tidak menjadi penghalang bagi turunnya berkat Tuhan.
Selanjutnya, perkenankan kami menanyakan sesuatu yang sangat pribadi kepada Saudara, dan
hendaklah Saudara menjawabnya dengan jujur dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan.
Pertanyaan yang bersifat pribadi tersebut adalah, "Apakah Saudara telah melakukan hubungan
suami isteri sehingga Saudara melanggar hukum Tuhan yang ketujuh?"
Jawaban
Belum/sudah
(Jika jawabannya adalah "sudah", maka penatua/diaken perlu memberikan pengarahan
seperlunya sesuai peraturan gereja yang berlaku).
3. Penutup
Pertanyaan-pertanyaan laiñ dapat diajukan selama waktunya masih memungkinkan. Dapat pula
disampaikan nasihat atau penjelasan-penjelasan lain seperlunya. Pertemuan diakhiri dengan doa
syukur dan penutup.
19