Anda di halaman 1dari 2

Firman : Kisah Para Rasul 4:32-37 Dalam Injil Matius 5:1-48, Yesus mengajarkan melampaui sistem keagamaan,

Tema : KULTUR SURGAWI tentang yang disebut berbahagia tidak hanya karena aman, tentram,
mendapatkan sesuatu tetapi keadaan yang berlawanan pun disebut berbahagia.
Tentang yang sempurna, tentang hukum balas membalas, tentang hukum
Menurut saudara, apakah kekristenan itu sekedar agama? Kekristenan itu bukan membunuh, berzinah, bersumpah, dan tentang mengasihi sesama manusia.
sekedar agama namun jauh melebihi hal itu. Kok bisa? Demikian pula dalam Injil Matius 6 dan 7. Semua melampaui apa yang sudah
distandarkan dalam sistem keagamaan.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata Hal yang paling penting adalah teladan Yesus, melalui pengorbananNya untuk dosa
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
lingkungannya. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13).
bahasa latin religio. Religio pada masa Romawi sekitar abad ke satu SM mulanya
digunakan untuk menggambarkan benda-benda atau tempat yang mempunyai ‘ruh’, Pengajaran, teladan dan karya Tuhan Yesus ini pula yang telah mengubah perilaku dan
atau praktek tertentu dengan sanksi berat karena kuasa di luar manusia, atau tabu.Lalu kebiasaan hidup orang-orang yang mengikut Yesus. Peristiwa turunNya Roh Kudus
kata religio juga digunakan oleh Jerome ketika menerjemahkan Injil ke bahasa latin menjadi momentum iman dan cara hidup jemaat mula-mula didalam Kisah Para Rasul
untuk menerjemahkan threskeia dalam bahasa Yunani yang terdapat di Perjanjian Baru 4:32-37. Cara hidup jemaat mula-mula ini terjadi bukan hanya karena peristiwa
yang maknanya ketaatan religius, praktik ritual, cara pemujaan. Melalui kalimat lain, pencurahan Roh Kudus, tidak karena hanya kotbah Petrus, tetapi pengalaman spiritual
agama adalah sistem yang dibuat untuk mengatur tata iman, ibadah, norma (kaidah yang melampaui batas-batas ukuran manusia yang telah mereka rasakan bersama
hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungan). Jika sistem yang sudah dibuat dengan anugerah yang dilimpahkan Tuhan Allah kepada mereka. Hanya oleh karena
sedemikian rupa itu dilanggar sangsinya adalah hukuman. Maka praktik inilah yang kasih Tuhan mereka mampu :
seringkali terjadi dikehidupan keagamaan kita (baik di Islam, Kristen, dll). Orang harus 1. Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, memecah roti
melaksanakan agama dengan teliti dan bertanggung jawab supaya tidak dihukum dan berdoa
bukannya supaya dimerdekakan. 2. Bersatu (iman dan hidupnya) dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama dan ada selalu diantara mereka yang menjual harta miliknya dan
Lalu apakah betul kekristenan bukan sekedar agama? membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-
masing. Makan bersama dengan gembira dan dengan tulus hati sambil memuji
Kekristenan bukanlah sekedar agama, lebih dari itu, kekristenan adalah hubungan kasih Allah.
antara kita dengan Allah yang tidak lagi transcendent (nun jauh disana tidak tergapai)
tetapi imanen (dekat, lekat dan mesra layaknya orang tua kepada anak, Bapa dan anak). Mari kita sungguh-sungguh perhatikan dua hal diatas; disana ada kata bertekun, ada
Hal inilah yang selalu dikatakan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus mengenai sosok Allah kalimat selalu menjual harta dan membagi-bagikan, ada kalimat kebersamaan yang
bagi mereka yang mempercayakan hidupnya kepada Yesus Kristus. Dalam keempat Injil gembira dan dengan ketulusan. Kata dan kalimat yang positif dan melebihi ukuran nalar
(contoh: Matius 6:9-13; Markus 14:36 ,Luk 11:2-4 ,Yohanes 14:10, 28) secara jelas manusia apalagi itu dilakukan tiap-tiap hari. Tetapi cara hidup jemaat mula-mula ini
bagaimana hubungan umat dengan Allah digambarkan Yesus sebagai hubungan Bapa menandakan ada perilaku dan kultur (budaya) yang berbeda dengan kultur budaya
dengan anak. Oleh karena kedekatan hubungan antara Allah dengan umat, maka dunia.
konsekuensinya kepada umat, Yesuspun selalu mengajarkan lebih dari sekedar sistem Kultur apakah yang mereka sudah lahirkan diantara bangsa-bangsa lain waktu itu?
religi atau keagamaan yang berlaku saat itu, seperti misalnya: Kultur surgawi. Mari kita lihat kultur surgawi dalam kitab Wahyu. Dalam Kitab Wahyu,
Tuhan Allah yang bertahta, semua orang percaya yang telah menerima kekal akan hidup
selama-lamanya; dan dalam hidup selama-lamanya itu mereka tidak akan lagi
merasakan kertak gigi dan ratap tangis tetapi bersukacita dan memuji Allah dan
melayaniNya siang dan malam. Hidup dalam kasih mesra satu dengan yang lain dan
dengan Allah. Kultur surgawi itu telah dibawa oleh Yesus dalam kehadiranNya didunia.
Ingat ketika Yesus menyuruh murid-muridnya berdoa agar Kerajaan Allah datang, ia juga
menyuruh mereka berdoa agar kehendak Allah terjadi, ”seperti di surga, demikian pula
di atas bumi”.
Oleh sebab itu, tidaklah mustahil bagi jemaat mula-mula mewujudkan kultur surgawi
karena mereka telah menerima diri untuk dibaptis dan mewujudkan baptisanNya
dengan melahirkan karya Kristus bagi jemaat maupun kepada sesama.
Yang menjadi catatan penting dari perilaku hidup jemaat mula-mula adalah buah iman
yang nyata ketika mereka saling memperhatikan satu dengan yang lain, harta yang
mereka punya tidak lagi hanya untuk hidup mereka pribadi tetapi juga untuk semua
orang dan untuk menopang karya pelayanan dan kesaksian yang mereka lakukan.
Dengan demikian, sekarang harus kita pahami bahwa kekristenan kita tidak hanya
sekedar agama. Kekristenan melampaui segala sistem yang dibuat agama, ia berbentuk
perilaku surgawi yang terwujud dalam perilaku umat Tuhan didunia melalui
persekutuan di gereja maupun kepada dunia. Amin.

Pertanyaan:
1. Bagaimana perilaku kekristenan gereja pada umumnya, dan perilaku kekristenan
kita masing-masing?
2. Apakah kita pernah hitung-hitungan dengan Allah, berkaitan dengan berkat
jasmani maupun rohani? Apa yang menyebabkannya?
3. Apa saja yang akan kita wujudkan dalam menghadirkan kultur surgawi dalam
kehidupan kita di gereja? (Berdasarkan Kisah Para Rasul 4:32-37)

Anda mungkin juga menyukai