Anda di halaman 1dari 2

2 Yohanes 1 : 4 – 11

Tetaplah di dalam Ajaran Kristus

Ada sebuah anak Kristen yang sedang menempuh pendidikan di jenjang SMA. Sejak kecil, ia di bina
dalam keluarga Kristen, maka dari itu segala tanggung jawab iman orang Kristen pada umumnya
salah satunya beribadah, ia lakukan dengan taat. Secara psikis, anak ini bisa dikatakan dewasa,
dengan kata lain dia telah mengenal dunia dengan segala lika-iku dan resiko yang akan ia terima.
Anak ini memiliki karakter yang introvert (pendiam). Suatu hari, anak ini mencoba mengikuti konser,
artis kesukaannya dan tanpa sengaja ia mendapat teman yang ia rasa cocok dengan dia. Mereka pun
perlahan menjalin persahabatan dan anak ini perlahan di ajak untung hangout bareng. Circle
pertemanan anak ini pun semakin luas. Anak ini mulai pulang ke rumah larut malam bahkan mulai
mengenal minuman keras. Akhirnya, ia pun tergiur dengan hal-hal yang tidak membuatnya
berkembang menjadi baik. Dulunya ia rajin mengikuti ibadah di gereja, namun karena pulang larut
malam dibarengi dengan mabuk karena minuman keras, akhirnya anak ini tidak mengikuti ibadah.
Hal tersebut mulai berlangsung secara intens. Orang tua mendengar hal tersebut merasa kecewa
dan mencoba menegur didalam arahan kepada anak ini. Namun, karena ego yang begitu besar,
tawaran dunia yang semakin menggoda, anak ini hanya mengiyakan sesaat saja apa yang dikatakan
orang tuanya namun ia susah terlepas dengan kehidupan glamour tersebut. Dari situasi tersebut
bisa dipahami bahwa pertahanan iman yang seharusnya ada kasih dan sukacita, pada akhirnya
menjadi goyah akibat situasi problematika dunia sekitarnya.

Bacaan firman saat ini dalam 2 Yohanes 1 : 4 – 11 adalah sebuah surat yang memiliki makna
mendalam terkait tata kehidupan umat Kristen, dimana menekankan tentang pentingnya umat
untuk tetap belajar, memahami dan mempraktekan segala sesuatu yang berasal dari Kristus (ajaran
Kristus) dengan hidup dalam kebenaran, ketaatan, mengukir kasih melalui kemurnian hati. Adapun
penulis dari surat ini menggunakan jabatan gereja yang dikenal dengan Penatua. Mengapa tata
kehidupan umat Kristen ditekankan pada bacaan ini? Sebab pada konteks bacaan, hadirnya pengajar
yang sesat. Para pengajar sesat ini tidak mengakui keilahian Yesus, tidak percaya bahwa Yesus
adalah Tuhan sebab mereka mengakui tentang inkarnasi. Yesus hanya dipercayai sebagai seorang
manusia biasa yang sama dengan mereka yang tidak memiliki kuasa. Maka umat Kristen pada saat
itu perlu meningkatkan kewaspadaan sebab para penyesat hanya berada di sekitar mereka.
Kewaspadaan dari umat Kristen harus selalu dilakukan sebab para penyesat memiliki pengaruh kuat.
Mereka bisa menghancurkan kebiasan-kebiasaan atau pola hidup Kristen yang mungkin telah
dilakukan dengan konsisten. Mereka tidak kehilangan kekudusan diri. Para penyesat bisa saja
menghacurkan jalinan hubungan yang tercipta sesama umat Kristen, maka dari itu dalam teks
bacaan menekankan supaya hidup dalam kasih sebab kasih dapat memperbaiki hubungan yang
mungkin saat itu mulai renggang antar sesama jemaat. Hati yang memiliki kasih, sangat berpotensi
untuk melakukan kebaikan. Umat yang waspada dan berhasil bertahan dari para penyesat maka ada
upah yang menanti, sebab berbicara masa depan. Adanya hubungan sebab akibat, hubungan tabur
tuai. Apa yang di tabur, itu yang di tuai. Apa yang dilakukan kemarin, hari ini, esok dan seterusnya,
itulah yang akan dihadapi kembali sesuai dengan kadar kebaikan.

Kata ibu dalam teks bacaan dimaknai sebagai sebuah jemaat di tempat itu bersama dengan anak-
anak yang adalah anggota dari jemaat itu, sebab pemikiran utama dari Penatua ini, yaitu sebuah
komunitas/persekutuan/kelompok dan bukan individu/perorangan. Dengan demikian situasi
tersebut memberi makna bahwa adanya teguran keras bukan untuk satu orang saja tetapi kepada
seseorang orang yang dikasihi, yang memiliki anak-anak yang berjalan dalam kebenaran, meskipun
tidak semua umat Kristen. Ibaratnya seseorang yang dikasihi itu adalah sebuah komunitas Kristen
dan anak-anak adalah anggota dari komunitas Kristen tersebut. Anak-anak pun tidak semua berjalan
dalam kebenaran, sebab realita pun yang terjadi pada saat ini, sekalipun hadir dan tergabung dalam
satu persekutuan gereja namun hanya beberapa yang memaknai komitmen kesetiaan untuk tetap
mewujudnyatakan ajaran Kristus. Umat harus selalu waspada dengan para penyesat melalui
ketaatan pada komitmen melakukan kebaikan dan kebenaran.

Umat yang gagal mepertahankan kemurnian hati untuk teguh didalam Kristus maka ia kehilangan
bagian di dalam kemuliaan Kristus. Maka dari itu ditegaskan bagi umat supaya jangan memberi
salam, jangan melakukan segala sesuatu secara langsung dengan mereka. Disini bisa dipahami
bahwa tidak ada sekat yang mengahalangi antara kekudusan dan kekafiran. Yang membatasi adalah
komitmen kekudusan kita. Penyesat hadir dimana-mana. Penyesat dalam konteks saat ini bukan
semata-mata merujuk pada orang, namun pada pola hidup yang bergantung pada uang, jabatan,
kekayaan, tawaran-tawaran dunia yang membuat kita kehilangan makna diri dihadapan Allah.
Seharusnya makna diri kita memiliki nilai 95, namun karena sikap hidup yang mulai bergeser, maka
nilai 0 pun susah untuk didapati.

Begitu banyak hal penting yang bisa kita maknai dan wujudkan melalui bacaan firman saat ini.

Pertama, Firman Tuhan saat ini mengharuskan umat Kristen supaya mengokohkan diri didalam
segala perbuatan baik agar terhindar dari ajaran sesat. Sebab berbuat baik berarti kita mengetahui
mana yang benar dan mana yang buruk. Kita bisa menyaring hal-hal yang bisa saja menggoyahkan
iman kepercayaan kita. Terlebih pada zaman sekarang ini, begitu banyak godaan yang tidak hanya
menyerang pribadi tetapi juga gereja sebagai persekutuan tubuh Kristus. Begitu banyak ajaran-
ajaran instan yang menomorduakan iman. Dengan kata lain hadirnya orang-orang yang selalu
menggunakan rasio atau akal pikirannya sendiri untuk memberikan berbagai deskripsi-deskripsi
dalam mencoba merumuskan kembali ajaran-ajaran kekristenan.

Kedua, Firman Tuhan harus dijadikan dasar dari segala wujudnyata hidup kita. Kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, dsb, berbagai bentuk tindakan positif harus kita hayati, maknai dan wujudkan.
Ketika mewujudkan hal tersebut, harus ada komitmen diri. Melakukan kebaikan, kesabaran jangan
hanya karena menyambut hari natal. Hendaknya segala perilaku baik, ajaran Kristus yang bersumber
dalam alkitab, diwujudkan secara terus menerus. Dan situasi seperti ini hendaknya dimulai dari
keluarga. Betapa pentingnya kehidupan ini jika saling mengasihi satu sama lain. Orang tua kepada
anak, anak kepada orang tua. Sebab, begitu banyak tawaran dunia yang kadang kada membuat
hancur rumah tangga. Hubungan suami dan istri, orang tua dan anak, karena ego yang sangat tinggi,
menomorduakan kemurnian hati. Selain itu juga dalam lingkungan pergaulan, sesama kita,
hendaknya saling membangun, jangan saling menjatuhkan apalagi saling membunuh. Dan terakhir
adalah sebagai persekutuan gereja. Hendaknya seluruh anggota jemaat bergandengan tangan,
dengan penuh sukacita memajukan pelayanan untuk Tuhan. Mewujudkan tugas dan panggilan
gereja setiap saat dan bukan hanya pada jam ibadah. Mata hari kita harus terbuka untuk menerima
firman, siap dibentuk, berproses dalam nilai-nilai Kristiani yang selalu digencar dalam setiap bentuk-
bentuk kegiatan gereja. Jemaat harus mampu hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Jika jemaat
mampu hidup demikian maka ada pembaharuan hidup, jauh dari perpecahan, jauh dari perselisihan
karena ada KASIH yang mengakar, mengikat, mempersatukan satu sama lain, terlebih dalam
mengingatrayakan kelahiran Yesus Kristus di masa raya natal saat ini. Ingat, bahwa Yesus sebagai
bayi mungil, ia telah lahir, memerintah, berkuasa dan mewariskan nilai-nilai hidup atau ajaranNya
bagi kita. Ia akan datang kembali sebagai Hakim yang adil, menyelamatkan yang sungguh dan
meninggalkan yang tidak sungguh. Amin.

Anda mungkin juga menyukai