Anda di halaman 1dari 20

Pelajaran I : Allah Berkehendak Menyelamatkan Semua Orang

 Kita telah melihat bersama pengalaman kasih yang telah dialami oleh seorang wanita
yang ditolong oleh Suster  Bernarda. Tindakan Suster Bernarda telah membawa
keselamatan bagi wanita yang ditolongnya. Dari tindakan Suster Bernarda tersebut
kita dapat melihat karya Allah yang menyelamatkan.
 Allah menyapa dan menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hidup kita sehari-hari.
Orang-orang lain menjadi sarana bagi kita dalam merasakan kebaikan Allah yang
menyelamatkan.
 Contoh-contoh konkret tanda kasih Allah melalui orang lain tampak dalam :

1. Tindakan suster Bernarda yang sedia menolong wanita yang terlantar seperti cerita.
2. Tindakan para suster pengikut Ibu Teresa yang melayani orang-orang yang kelaparan,
sakit dan dalam situasi menjelang ajal.
3. Tindakan para dokter dan perawat (paramedis) yang berusaha mengobati dan
menyembuhkan orang-orang sakit.
4. Tindakan para pekerja sosial yang membantu orang-orang yang mengalami kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
5. Tindakan orang tua yang mendidik, membimbing, dan merawat kita sejak kecil.
6. Pertolongan orang yang tidak kita kenal ketika kita mengalami kecelakaan di tengah
jalan.

 Selain melalui orang-orang yang memperhatikan kita tanpa memandang latar


belakang, suku, dan agama (seperti yang dilakukan Suster Bernarda kepada wanita
yang ditolongnya), Tuhan juga menunjukkan tanda kasih-Nya melalui alam raya.
Alam semesta yang maha luas dan indah ini memperlihatkan keagungan dan kasih
Tuhan pada kita.
 Baca Injil Matius 5 : 43-48 “Kasih Allah”
 Perikope Kitab Suci di atas  menyatakan tentang kasih Allah kepada semua orang.
Allah “menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan
menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (ayat 45).
Kasih Allah tidak membeda-bedakan . keselamatan diperuntukkan bagi semua orang.
 Yesus menjadi tanda kasih Allah. Yesus menjadi puncak kasih Allah bagi manusia.
Kehadiran Yesus Kristus menjadi tanda kehadiran Allah sendiri dalam usaha-Nya
menyelamatkan manusia. Barangsiapa mengenal Yesus, ia mengenal Allah sendiri.
Dalam diri Yesus “seluruh kepenuhan Allah berkenan diam dan tinggal dalam Dia”
(Kol 1 : 19). Dalam diri Yesus, Allah telah menjadi manusia. Allah berbicara kepada
manusia menurut cara manusia. Kehadiran Allah menjadi penggenapan dari rencana
keselamatan Allah bagi manusia.
 Seperti halnya Yesus menjadi tanda kasih Allah yang menyelamatkan, maka kitapun
dapat menjadi sarana bagi keselamatan orang lain. Kesediaan kita untuk menolong
orang lain tanpa pandang bulu dan mengasihi orang lain tanpa kecuali dapat menjadi
tanda syukur kita akan keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada kita.
  (Berbagai agama bukan kristen) Sudah sejak dahulu kala hingga sekarang ini diantara
pelbagai bangsa terdapat suatu kesadaran tentang daya-kekuatan yang gaib, yang
hadir pada perjalanan sejarah dan peristiwa-peristiwa hidup manusia; bahkan kadang-
kadang ada pengakuan terhadap Kuasa ilahi yang tertinggi atau pun Bapa. Kesadaran
dan pengakuan tadi meresapi kehidupan bangsa-bangsa itu dengan semangat religius
yang mendalam. Adapun agama-agama, yang terikat pada perkembangan
kebudayaan, berusaha menanggapi masalah-masalah tadi dengan faham-faham yang
lebih rumit dan bahasa yang lebih terkembangkan. Demikianlah dalam hinduisme
manusia menyelidiki misteri ilahi dan mengungkapkannya dengan kesuburan mitos-
mitos yang melimpah serta dengan usaha-usaha filsafah yang mendalam. Hinduisme
mencari pembebasan dari kesesakan keadaan kita entah melalui bentuk-bentuk hidup
berulah-tapa atau melalui permenungan yang mendalam, atau dengan mengungsi
kepada Allah penuh kasih dan kepercayaan. Buddhisme dalam pelbagai alirannya
mengakui, bahwa dunia yang serba berubah ini sama sekali tidak mencukupi, dan
mengajarkan kepada manusia jalan untuk dengan jiwa penuh bakti dan kepercayaan
memperoleh keadaan kebebasan yang sempurna, atau ? entah dengan usaha sendiri
entah berkat bantuan dari atas ? mencapai penerangan yang tertinggi. Demikian pula
agama-agama lain, yang terdapat diseluruh dunia, dengan pelbagai cara berusaha
menanggapi kegelisahan hati manusia, dengan menunjukkan berbagai jalan, yakni
ajaran-ajaran serta kaidah-kaidah hidup maupun upacara-upacara suci. Gereja katolik
tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan
sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-
kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang
diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar
kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan
dan wajib mewartakan Kristus, yakni? jalan, kebenaran dan hidup? (Yoh 14:6); dalam
Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah
mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya [ ]. Maka Gereja mendorong para
puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama
dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman
serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan
rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka. Nostra
Aetate Art. 2
Pelajaran II: Beragama

 Hampir seluruh penduduk dunia menganut agama tertentu. Bagi manusia agama
menjadi bagian hidupnya.
 Ada banyak alasan yang membuat manusia beragama, antara lain :

1. Untuk menemukan rasa aman ketika menghadapi kesulitan di dalam hidup


2. Untuk memperoleh arti hidup
3. Untuk pedoman dalam menentukan tindakan yang baik.

 Kenyataan adanya sebagian besar penduduk dunia menganut agama tertentu


mennjukkan bahwa agama bagi manusia memang bermakna. Manusia beragama
karena mempunyai kerinduan untuk menggantungkan hidupnya kepada Yang
Mahakuasa. Agama menjadai sarana bagi manusia untuk mengenal Tuhan dan
membangun hubungan dengan-Nya.
 Didalam masyarakat saat sekarang, tidak semua umat beragama melaksanakan
tindakan keagamaan dengan alasan yang benar. Banyak hal yang memprihatinkan
yang terjadi di dalam hidup keagamaan. Ada orang menjalankan praktek hidup
keagamaan hanya menekankan hal-hal lahiriah. Baginya, beragama dianggap cukup
kalau dia mencantumkan identitas agama yang dianutnya di dalam KTP ataupun
menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan layaknya orang-orang lain yang beragama.
Tindakan lain yang menekankan aspek lahiriah juga tampak ketika umat beragama
sekedar menjalankan ajaran-ajaran agama. Beragama bagi mereka disamakan dengan
ketaatan pada perintah-perintah agama.
 Beragama yang benar tidak dapat disamakan dengan tindakan pergi ke Gereja,
Masjid, Pura, Vihara, secara rutin. Beragama tidak cukup hanya menjalankan ajaran
agama sebatas mengikuti aturan-aturan dalam agamanya untuk menghindari hukuman
(dosa) dan memperoleh pahala.
 Hidup beragama sesungguhnya harus didasarkan pada dorongan dari dalam untuk
mencari kebenaran. Beragama harus dengan motivasi untuk membangun hubungan
yang semakin mendalam dengan Tuhan dan sesama. Beragama yang benar artinya
menjadikan Agama sebagai pedoman hidup sehari-hari.
 Pandangan Gereja tentang beragama dan hidup keagamaan dalam Nostra Aetate
Artikel 1
 Manusia menganut agama tertentu untuk emncari jawaban yang terakhir tentang
makna hidupnya. Menurut Nostra Aetate art.1, manusia mengharapkan dari berbagai
agama jawaban terhaadap rahasia tersembunyi di sekitar keadaan hiudpnya. Rahasia
tersembunyi di dalam hidupnya telah menggelisahkannya secara mendalam. Manusia
bertanya tentang asal dan tujuan hidupnya, makna kematian, makna sakit dan
penderitaan, dan berbagai hal lain yang ingin dipahaminya. Manusia ingin
memperoleh kepastian jawaban atas rahasia kehidupan yang tersembunyi tersebut.
 Masih dalam artikel yang sama, Gereja Katolik berkeyakinan bahwa agama-agama
mempunyai tujuan akhir yang sama, yakni Allah. Dengan agama, manusia tidak
berhenti dalam pencarian jawaban atas persoalan yang paling dasariah, yang dihantar
menuju Allah. Melalui agama, Allah dikenal sebagai Pencipta, Penyelenggara dan
Tujuan hidup manusia. Manusia beragama untuk memperoleh keselamatan sejati dari
Allah.
 Beragama yang benar berarti berusaha mengenal dan menjalin hubungan yang akrab
dan mendalam dengan Allah dan sesamanya. Hidup keagamaan bukan hanya
memperhatikan hal-hal lahiriah, melainkan juga yang batiniah. Dengan demikian,
agama tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dalam mencari popularitas,
mendapatkan kedudukan, meraih keuntungan dsb. 
Pelajaran III : Beriman

 Tuhan senantiasa hadir menyapa manusia. Tuhan menghibur, membimbing, dan


menguatkan kita, baik dalam suka maupun dalam duka, baik dalam kepastian maupun
keraguan, baik dalam untung maupun malang. Tuhan setia menyertai manusia.
 Wahyu Tuhan artinya sapaan, penyertaan, ataupun tawaran dari Tuhan kepada
manusia. Hal-hal yang dinyatakan Tuhan antara lain : Diri-Nya sendiri, rencana-Nya
untuk menyelamatkan manusia. Wahyu Tuhan dapat kita ketahui melalui : ciptaan-
Nya, diri manusia, peristiwa hidup yang dialami manusia, Kitab Suci, dan puncak
Wahyu Tuhan yakni Yesus Kristus sendiri.
 Manusia dapat menanggapi wahyu Tuhan dengan Iman. Maka, beriman berarti
menyerahkan diri secara total kepada kehendak Tuhan. Bila wahyu Tuhan tidak
ditanggapi oleh manusia, maka tidak ada artinya. Sebaliknya, manusia tidak mungkin
beriman tanpa pewahyuan Tuhan sendiri.
 Baca kisah Santo Hieronimus Emiliani (1481-1537) “penuh Perhatian pada Anak
terlantar”.
 Baca Kitab Yak 2 : 14 – 26 “ Iman dan Perbuatan”.
 Menjalani hidup dengan benar merupakan manfaat dari hidup beriman kepada Tuhan.
Manfaat beriman yang lain adalah : tidak was-was atau khawatir akan hidup yang
sedang dijalani, dekat dengan Allah, sehingga merasa bahagia, aman, damai, tenang,
dan optimis dalam menatap hidup. Dengan beriman kita merasa bahagia, tenang,
damai, dan tabah karena adanya keyakinan akan pertolongan Allah. Orang beriman
memiliki yang memiliki hubungan yang baik dengan Allah akan senantiasa beroleh
kekuatan dan keberanian untuk menhadapi masalah-masalah hidup.
 Bagi orang yang menjalani hidup tanpa iman akan diliputi oleh : rasa takut, geliah,
tidak mempunyai harapan (cepat putus asa), cenderung mencari jalan pintas untuk
menyelesaikan persoalan hidup.
 Hidup beriman yang mendalam oleh Rasul Yakobus disebut sebagai hidup beriman
dalam kesatuan antara ibadah dan perbuatan. Dalam Yak 1: 26 di katakan “Jikalau ada
seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu
dirinya, maka sia-sialah ibadahnya”. Menurut Rasul Yakobus, hubungan dengan
Allah yang telah mengasihi kita seharusnya menyadi nyata dalam kasih kepada
sesama.
 Hubungan dengan Allah dibangun oleh orang beriman melalui ibadah, sedangkan
hubungan dengan sesama ditampakkan dalam tindakan nyata. Bagi Rasul Yakobus,
orang beriman tidak cukup hanya menjadi pendengar dan penerima firman Allah,
melainkan ia harus menjadi pelaku firman. (Yak 1: 22). Dari pandangan Rasul
Yakobus ini nyatalah bahwa kalau seseorang beriman maka dia akan berbuat kasih
kepada sesamanya. (Yak 1: 19-21)
 Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia juga menekankan hidup dari
iman menjadi ciri orang yang benar (Gal 3 : 11). Menurut Santo Paulus sangatlah
penting orang hidup dari iman. Orang yang hidup dari iman akan diberkati (Gal 3: 9).
Orang yang hidup dari iman mengalami hubungan yang baru dengan Allah.
 Bagi Paulus, Abraham menjadi contoh bagi semua orang beriman.
 Dari pendangan Santo Yakobus dan Santo Paulus, menjadi lebih jelas bagi kita bahwa
beriman kepada Allah itu sangat penting. Beriman berarti kita mempercayakan hidup
kita kepada Allah.
Pelajaran IV : Beriman Kristiani

 Bacalah Injil Matius 7: 21-23 dan Lumen Gentium Artikel 14.


 Orang beriman Kristiani Sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai
dan dimotivasi oleh Iman Kristianinya, bukan sekedar karena alasan keagamaan yang
lahiriah. Seseorang yang beriman Kriatiani adalah seorang yang religius, yaitu orang
yang selalu menyadarkan hidupnya pada Kristus dan meyadari bahwa seluruh
peristiwa hidupnya merupakan karya Kristus yang menyelamatkan.
 Adapun aspek-aspek hidup beriman Kristiani meliputi :

1. Pengalaman Religius         : sebagai orang Kristiani adalah pengalaman dimana


manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri
Yesus Kristus, dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk
menyerahkan diri kepada Kristus.
2. Penyerahan Iman              : adalah jawaban atas Wahyu Allah yang telah berkarya.
Dengan adanya penyerahan iman, orang tidak saja mengakui bahwa Yesus adalah
Tuhan tetapi juga mewujudkan tindakan atau perbuatannya sesuai dengan ajaran
Yesus. Dalam Mat 7:21, Yesus bersabda, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-
Ku : Tuhan, Tuhan ! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang
melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Surga”.
3. Pengetahuan Iman               : seorang Kristiani dituntut terus menerus untuk semakin
mampu mempertanggungjawabkan imannya. Hal inilah yang disebut sebagai
Pengetahuan Iman.

 Umat Kristiani yang dihimpun dalam Gereja Katolik memiliki sejumlah ciri
penghayatan hidup beriman yang dipelihara yaitu :

–          Melalui Sakramen Baptis, ia dilahirkan kembali dalam Tuhan dan dilantik menjadi
putra-putri Allah.
–          Sebagai orang beriman Kristiani ia mengakui imannya akan Kriatus, menerima dan
merayakan sakramen-sakramen sebagai Sarana dimana Tuhan ingin menyelamatkan umat-
Nya, dan senatiasa berada dalam pimpinan gembala-gembala Gereja yang dalam hal ini
adalah hirarki.
–          Di samping itu, sebagai satu persekutuan ia diharapkan bersatu dalam kasih, doa,
pelayanan dan kesaksian (Lumen Gentium Art. 14).
Pelajaran V : Perjuangan Mengembangkan Iman

 Baca 1 Korintus 9 :24-27, Filipi 1 : 27-31, Lukas 17:6.


 Seperti halnya kesehatan harus diusahakan dan diperjuangkan, dermikian juga dengan
perkembangan hidup beriman. Iman perlu dikembangkan dengan berbagai usaha,
karena iman yang kuat akan membuat kita tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Bukan
hanya bdan yang sehat, melainkan juga hidup rohani kita kuat. Iman yang
berkembang memampukan kita untuk menanggapi kenyataan hidup dengan penuh
makna. Dengan hidup beriman mendalam yang kita jalani, maka kitapun dapat
mengarahkan perilaku kita secara benar.
 Orang bisa dikatakan imannya berkembang bila tutur kata serta tindakannya semakin
berkenan bagi banyak orang dan tentu saja bagi Tuhan. Pengalaman doa dan kegiatan-
kegiatan lainnya dalam memperkembangkan iman, telah memotivasi dirinya didalam
berperilaku dan bertindak.
 Pengetahuan iman tidak selalu ada hubungannya dengan hidup beriman. Ada orang
yang memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang Tuhan dan sering berdoa
tetapi perilaku dan tutur-katanya tidak menunjukkan kebaikan. Orang semacam ini
pengetahuan imannya banyak, tetapi”Imannya tidak berkembang.” Pengetahuan
imannya tidak bermakna dan doa sehari-harinya hanya di bibir saja. Dalam berdoa dia
tidak tulus, orang semacam ini biasanya berdoa tidak untuk berhubungan dengan
Tuhan tetapi hanya ikut-ikutan atau agar dipuji orang. Doanya tidak dihayati maka
doa tersebut juga tidak berdampak dalam hidupnya.
 Faktor penghambat kegiatan pengembengan iman, antara lain :

1. Rasa malas dan keinginan bersantai-santai ataupun bermain saja.


2. Terlalu disibukkan oleh banyak kegiatan lain yang tidak terlalu berguna.
3. Acara-acara hiburan atau TV yang menarik yang menyita seluruh perhatian kita, acara
TV itu jauh lebih menarik daripada doa bersama, pendalaman iman dilingkungan,
atau kegiatan gerejani dan kegiatan sosial lainnya.

 Faktor pendukung kegiatan pengembangan iman, antar lain :

1. Keinginan memiliki bekal agar mampu memecahkan masalah yang dijumpai dalam
hidup sehari-hari, hidup lebih bermutu, mampu berjasa bagi orang lain, dan semakin
bijak.
2. Membaca kisah-kisah yang menarik dari tokoh-tokoh Kitab Suci dari Perjanjian
Lama, Misalnya Nuh, Abraham, Yakub, Musa, Gideon, dan sebagainya. Tokoh
perjanjian Baru Misalnya Yosef, Maria, Elisabeth, para gembala, tiga sarjana,
Yohanes Pembaptis, Matius, Zakheus, Paulus dsb. Kisah-kisah tersebut membuat kita
terdorong untuk meneladan mereka. Kita belajar dari mereka bagaimana hidup
beriman mereka dikembangkan dan diperjuangkan.
3. Bacalah pula kisah tokoh-tokoh iman dari zaman modern ini seperti Paus Yohanes
XXIII, Ibu Teresa, Albert Zweitzer, dsb.
 Dari   2 Tim 1 : 14 terungkap : “Peliharalah harta yang indah, yang telah
dipercayakan-Nya kepada kita oleh Roh Kudus yang diam didalam kitra.”
Harta indah kita sebagai orang Kristiani adalah iman yang dianugerahkan kepada kita oleh
Roh Kudus. Harta ini perlu dipelihara agar lestari dan berkembang. Usaha mengembangkan
iman memang tidak mungkin hanya oleh usaha kita sendiri saja, tetapi kita perlu bantauan
dan campur tangan Allah.
Para rasul pun mohon kepada Yesus agar iman mereka bertambah. Rasul-rasul pernah
meminta kepada Tuhan : “Tambahkanlah iman kami !” (Lukas 17 :5). Oleh sebab itu, kita
tidak usah berkecil hati atau putus asa bila kita merasa betapa tidak mudahnya
mengembangkan iman kita masing-masing. Asal kita berusaha dan sekaligus memohon
kepada Tuhan, niscaya kita akan mendapatkannya. Bila kita mendapat anugerah iman yang
besar, maka hampir tak ada yang mustahil bagi kita seperrti janji Yesus. “Kalau sekiranya
kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini :
Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” (Luk 17 :6).
Pelajaran VI : Iman dan Kebersamaan dalam Jemaat

 Baca Kisah 2 : 41-47.


 Iman itu bersifat personal dan sosial artinya iman pertama-tama merupakan hubungan
pribadi antara manusia dan Allah.  Selain bersifat pribadi sebagai tanggapan pribadi
manusia atas tawaran kasih Allah, iman juga bersifat sosial artinya iman itu
diungkapkan dan diwujudkan dalam kebersamaan dengan jemaat.
 Jadi, pentinglah kita memiliki iamn personal sekaligus iman sosial. Dengan
mengembangkan aspek sosial, iman kita akan semakin terlibat pada rencana Allah
untuk menyelamatkan manusia dan membuat kita semakin sosial. Dengan hanya
memiliki iman personal, kita mudah menjadi orang yang egois.
 Bila kita ingin agar iman kita dapat selalu berkembang, maka pentinglah kita
mengusahakan hidup bersama secara harmonis dengan semua orang dan dalam jemaat
beriman (umat).
 Sebagai orang beriman, kita mempunyai tanggungjawab pribadi untuk
mengembangkan iman kita sendiri. Tetapi karena perkembangan iman kita juga
diupayakan oleh umat, maka kita mempunyai tanggung jawab pula untuk ambil
bagian dalam mengembangkan iman sesama umat. Kita sebagai pribadi dapat
membentu pengembangan iman orang lain dengan bersedia hadir dalam pertemuan-
pertemuan umat, antara lain berdoa bersama ataupun pendalaman iman dan kegiatan-
kegiatan bersama umat lainnya.
Pelajaran VII : Aku Warga Masyarakat

 Kata “masyarakat” mempunyai arti yang sangat luas. Menurut ilmu sosiologi,
masyarakat merupakan keseluruhan yang konkret historis dari segala hubungan timbal
balik antara manusia dan macam-macam kelompok. Masyarakat tersusun menurut
macam-macam kelompok, organisasi, dan anggota dengan status dan peranan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, hidup masyarakat harus diatur secara aktif dan adil.
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan masyarakat demi perkembangannya.
 Dalam hidup bermasyarakat, kita mempunyai berbagai macam hak, antara lain : hak
untuk hidup, hak untuk mendapat perlindungan, hak mendapat rasa aman, hak untuk
mendapat nafkah, hak untuk mendapat kesempatan berkembang, dan hak untuk
mendapatkan pendidikan. Kita juga memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat. Kita
semua mempunyai hak yang sama dalam hidup bermasyarakat.
 Kita juga mempunyai sejumlah kewajiban, antara lain : kewajiban menjaga ketertiban
umum, memelihara keamanan, mengupayakan kesejahteraan, memelihara
kebersamaan dan kerukunan demi keharmonisan hidup bersama.
 Hak dan kewajiban itu perlu dijalankan secara benar dan bertanggung jawab.
 Baca Injil Matius 17 : 24-27, Mat 22: 15-22
 Yesus mengharapkan setiap orang menghargai pemerintah, tetapi tidak melemahkan
atau menomorduakan hormat kepada Allah. “Berikan kepada Kaisar yang menjadi
hak Kaisar dan berikan kepada Allah yang menjadi hak Allah” (Mat 22 :21)
 Yesus juga mengajak orang taat membayar pajak (Mat 17 : 27)
 Semasa hidupnya, Yesus juga tidak pernah mengahsut rakyat untuk bergerak
melawan pemerintah.
 Yesus juga cukup tegas melakukan kritik terhadap pemimpin bangsa-Nya yang
tindakannya tidak benar.
Pelajaran VIII : Para Pemimpin Masyarakat

 Seorang pemimpin adalah orang yang pertama, baik dalam hal pikiran maupun
tindakan. Ia juga berada di tengah-tengah untuk menggerakkan atau memotivasi anak
buahnya dan manakala anak buehnya bergerak ia juga mampu berada di belakang
untuk mendukung dan memberi kekuatan. Pemimpin selalu “tut wuri handayani”. Ia
penuh inisiatif untuk menggerakkan dan mendukung anak bauhnya,
 Para pemimpinyang baik menghasilkan karya-karya mengagumkan karena didukung
dengan kerja keras, kedisiplinan dan adar akan peranannya.
 Bacalah Kitab Keluaran 3 : 3-7, 1 Pet 2 : 13-17, Markus 10 ; 35-44, Yoh  10:11-15
 Kitab Keluaran 3 : 7-10 menceritakan tentang Musa sebagai pemimpin yang harus
hadir di depan bangsanya untuk menampilkan kehadiran Allah yang menyelamatkan.
 Pemimpin sebagai simbol kehadiran Allah tampak juga dalam kisah-kisah Raja Daud.
Allah hadir dalam diri Daud sehingga hampir semua peperangan yang dipimpinnya
untuk mengusir musuh bangsanya dimenangkannya. Dalam masa pemerintahan Daud,
rakyat mengalami kesejahteraan besar dan sampai sekarangpun masa
pemerintahannya selalu dilihat sebagai masa penyertaan Allah yang paling ideal.
 Pemimpin yang baik menurut Yesus adalah orang yang rela berkorban demi
kepentingan banyak orang. Sebaliknya, pemimpin yang lari ketika masyarakat dalam
kesulitan dan membutuhkannya adalah pemimpin palsu atau pemimpin gadungan.
Orang semacam itu tidak layak menjadi pemimpin masyarakat. Dia hanya ada kalau
keadaan menguntungkan dirinya 9dan kelompoknya) dan dia tidak peduli kepada
kebutuhan masyarakat banyak.
 Pemimpin yang baik mengenal dan juga dikenal oleh anak buahnya (rakyatnya),
sehingga ia bisa mngetahui kebutuhan anak buahnya (rakyatnya). Dengan demikian,
ia bisa pula memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak buahnya
(rakyatnya)
 Pemimpin yang baik selalu berusaha untuk berkenan kepada Allah dalam tindakan-
tindakannya. Dia selalu berusaha melakukan yang menjadi kehendak Allah dan bukan
keinginannya sendiri. Karena dia merasa dikenal oleh Allah, maka dia berani dan
tidak ragu-ragu dalam tindakannya, karena yang dilakukannya sesuai dengan
kehendak Allah. Ia yakin akan perlindungan dan dukungan Allah dalam usahanya
memenuhi harapan dan kebutuhan anak buah atau rakyatnya.
 Menurut Yesus pemimpin yang terkemuka adalah pemimpin yang menjadi abdi
banyak orang dan melaksanakan hal-hal yang dibutuhkan atau diharapkan banyak
orang. Jadi, ukuran baik dan tidaknya seorang pemimpin adalah besarnya jasa dan
manfaatnya bagi banyak orang atau sejauh pelayanannya dapat dinikmati banyak
orang.
  Kita, di tempat kita masing-masing, wajib menghormati, menaati dan mendukung
pemimpin kita yang sah dan melakukan pemerintahan demi kepentingan orang
banyak (rakyat) karena pemimpin yang sah merupakan simbol kehadiran Allah.
Pelajaran IX : Kebebasan yang bertanggung jawab.

 Baca Gaudium Et Spes Art. 16 da 17,


 Kebebasan Kristiani bukanlah kebebasan tanpa aturan atau kebebasan yang
bertentangan dengan sikap bertanggung jawab. Bertindak semau-maunya, apalagi
yang merugikan orang lain “ atas nama kebebasan”, sama dengan menipu diri. Setiap
orang Kristen diharapkan untuk memiliki sikap yang sportif dan positif terhadap
sesama warga masyarakat, memiliki kasih kepada pimpinan yang emnjamin yang
menjamin ketertiban dalam masyarakat.
 Kebebasan yang bertanggung jawab adalah kebebasan untuk melakukan  sesuatu yang
bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan minat dan bakat masing-masing, bukannya
kebebasan yang mengakibatkan orang lain menderitra atau terganggu. Kebebasan
yanag bertanggung jawab dihayati berdasarkan hati nurani yang benar. Oleh karena
itu, kita perlu membina hati nurani terus menerus agar tindakan-tindakan kita
senantiasa sesuai dengan kehendak Allah. Bermanfaat bagi sesama dan sekaligus
mengembangkan diri kita.
  Banyak cara untuk membina hati nurani antara lain : mawas diri, membaca buku
rohani, berdoa dan merenungkan kitab suci, bertanya pada orang lain saat mengalami
keraguan bertindak, dan mebiasakan diri untuk selalu mengikuti hati nurani dan
melaksanakannya.
 Baca 1 Petrus 2 : 16-17

MATERI PELAJARAN AGAMA KATOLIK KELAS IX SEMESTER 2


Pelajaran 10
Menjunjung Tinggi Martabat Manusia

         Begitu banyak pristiwa di dalam masyarakat yang menunjukkan adanya tindakan yang
tidak menghargai martabat luhur manusia. Bertindak semena-mena terhadap orang lain,
menjadikan orang lain sebagai budak yang harus selalu mengikuti kemauan kita, menggaji
para pegawai/buruh dengan upah yang sangat rendah, pelecehan terhadap jenis kelamin lain,
menganiaya orang lain, dsb. Merupakan contoh-contoh tindakan yang merendahkan martabat
luhur manusia.
         Kisah para wanita yang mengalami tindak kekerasan dan penganiayaan sebagai TKW
(Tenaga Kerja Wanita) hanyalah salah satu pristiwa di antara begitu banyak peristiwa lain
yang menunjukkan adanya perendahan terhadap martabat luhur manusia. Dari berita-berita
yang ada, kita mengetahui bahwa tindakan yang merendahkan martabat luhur manusia antara
lain membuat penderitaan yang luar biasa bagi orang yang mengalami maupun keluarganya .
Bahkan penderitaan yang dialami ternyata dirasakan sepanjang hidup, baik dalam hal fisik
maupun kejiwaan.
Salah satu penyebab utama dari tindakan yang merendahkan martabat manusia
adalah tiadanya etika hidup, dan menganggap kedudukan orang lain lebih rendah dari diri
kita. Orang lain tidak diperlakukan sebagai manusia tetapi sebagai barang. Orang lain tidak
diperlakukan sebagai citra Allah.
         Menurut kisah Luk 19: 1-10, Zakheus dikenal sebagai pemungut cukai. Pekerjaan ini
dalam masyarakat Yahudi termasuk pekerjaan yang “Basah” tetapi jahat. Pemungut cukai
dianggap kolaborator atau kerjasama dengan penjajah Romawi yang suka memeras rakyat.
Dengan pekerjaan ini orang bisa memperoleh kekayaan yang dapat menjamin kehidupannya
setiap hari. Zakheus pun sebagai pemungut cukai juga dikenal kaya. Namun karena
pekerjaannya itu ia diapndang sebagai orang yang berdosa oleh orang banyak.
         Berbeda dengan masyarakat lain atau orang banyak yang memandang kehidupan Zakheus
sebagai pendosa dan patut dijauhi, Yesus menerima Zakheus apa adanya dan menghargai dia.
Yesus  tidak menolak Zakheus. Yesus bahkan bersedia makan di rumah Zakheus. Tindakan
Yesus ini membawa suka cita bagi Zakheus.
         Penerimaan Yesus yang menghargai Zakheus apa adanya mendorong Zakheus berbuat
kebaikan, seperti yang ia katakan kepada Yesus “Tuhan setengah dari miliku akan
kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang
akan kukembalikan kepadanya”
         Tindakan Yesus kepada Zakheus menjadi contoh konkret bagaimana seharusnya
perlakuan manusia terhadap manusia lain. Sekalipun dipandang sebagai orang yang rendah,
berdosa karena memiliki pekerjaan sebagai pemungut cukai (pajak), namun Yesus tetap
memperlakukan Zakheus sebagaimana mestinya. Zakheus tidak direndahkan tetapi dihargai
martabatnya.
         Banyak tokoh pada zaman ini yang mengikuti jejak Yesus untuk memperjuangkan
martabat luhur manusia. Mahatma Gandhi, Ibu Theresa, Rm. Mangun wijaya adalah tokoh-
tokoh yang kita kenal karena perjuangan mereka untuk tetap menempatkan manusia sesuai
dengan marabatnya.
         Dari tindakan Yesus dan tindakan orang-orang yang ikut memperjuangkan keluhuran
martabat manusia, kita dapat menemukan bahwa bagaimanapun juga, sebagai citra Allah,
manusia harus dihargai tanpa kecuali. Segala sesuatu di dunia ini harus diarahkan kepada
manusia sebagai pusat dan puncaknya. Manusia tidak dapat diperlakukan sebagia objek untuk
mencapai tujuan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Inilah sikap dasar yang
penting untuk pengembangan martabat manusia.
Pelajaran 11
Membela Kehidupan

         Pada situasi sekarang ini semakin banyak tindakan yang mencerminkan sikap tidak
menghormati kehidupan, misalnya perbuatan semena-mena terhadap anak, kekerasan,
penculikan, pembunuhan, kesembronoan dalam berlalu lintas, pengendara dan pemakaian
narkoba dan tindakan –tindakan lain yang membahayakan dan mengancam hidup orang lain
maupun hidup orang itu sendiri.

         Dalam teks Markus 12: 28-34, Yesus menyampaikan hukum utama yakni Hukum Kasih
yang menjadi dasar sikap yang dituntut Yesus pada para murid-Nya. Dengan hukum kasih
tersebut para murid dipanggil untuk melindungi dan membela kehidupan. Menurut Yesus,
kehidupan kita seharusnya didasarkan pada kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama
kita.
         Bagi Yesus tidaklah cukup kasih kita kepada Allah hanya ditunjukkan dalam ungkapan
iman dengan doa dan kurban. Kasih kepada Allah seharusnya secara konkret terwujud dalam
tindakan kasih kepada sesama.
         Apa yang disampaikan Yesus dalam Markus 12: 28-34 memberi makna lebih mendalam
dari firman kelima dalam Dasa Firman, yakni “jangan membunuh”. Dalam firman kelima
terkandung tuntutan untuk membela kehidupan dengan tidak saling mengancam  hidup orang
lain dan tidak membunuhnya, melainkan dengan  bertindak berdasarkan kasih kepada siapa
pun juga sehingga setiap orang dapat hidup sebagaimana mestinya. Orang lain harus kita
perlakukan sebagai sesama kita.
         Membela kehidupan secara lebih konkret dalam dapat dilakukan dengan berusaha
menjalani hidup sebaik-baiknya. Ketika kita sakit, kita berusaha memperoleh kesembuhan
dengan pengobatan dan perawatan. Ketika sedang mengendarai kendaraan, kita tidak berlaku
semberono yang membahayakan keselamatan orang lain, tetapi berhati-hati dengan mengikuti
peraturan yang ada. Ketika ada orang lain yang mengalami kesulitan, kita terbuka
membantunya. Dengan cara-cara tersebut kita membela kehidupan seturut  semangat Yesus
dan firman kelima.
Catatan:
Aborsi dan bentuk pembunuhan lainnya dilarang oleh Gereja, karena hanya Allah yang
berhak mencabut nyawa manusia.
Euthanasia: Seorang dokter atas rasa belaskasihan atau permintaan pasien sendiri
mempersingkat hidup pasien ( kebanyakan dengan cara suntik mati).
Pelajaran 12
Memelihara dan Memperjuangkan Kehidupan Secara Sehat

         Maraknya konsultasi kesehatan yang dilakukan oleh banyak orang menunjukan adanya
upaya terus menerus untuk mengusahakan hidup sehat. Dari konsultasi tadi kita dapat melihat
bahwa umumnya gambaran yang ada dalam masyarakat mengenai kesehatan lebih soal
jasmani atau badan. Namun sebenarnya kesehatan juga menyangkut hal rohani.
         Selain narkoba kita menemukah bahwa drugs juga dimasukkan sebagai hal yang dapat
merusak hidup sehat. Selain itu pola makan yang kita jalani, makanan yang serba instan,
kebiasaan merokok, pornografi, pembentukan geng, dst. Merupakan contoh-contoh yang
dapat merusak hidup sehat. Hal-hal tersebut dapat merusak bukan hanya bagi hidup
perseorangan tetapi juga hidup bersama.
         Berani menyatakan “tidak” merupakan salah satu resep agar kita dapat hidup sehat.
Terhadap tawaran untuk menggunakan narkoba, minuman-minuman keras, pornografi
melalui blue film, kita hendaknya berani  menolaknya. Selain itu kita juga perlu
mengembangkan macam-macam hal dalam hidup kita dengan memperhatikan secara
seimbang baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Olah raga, makanan yang cukup dan
bergizi, hidup secara teratur dan istirahat yang cukup menjadi bagian dari usaha memelihara
kesehatan fisik. Sedangkan untuk dapat sehat secara rohani, kita dapat mengusahakan dengan
membina hubungan yang baik dengan orang lain melalui pergaulan kita, belajar
mengendalikan nafsu dan emosi, menambah wawasan dengan bacaan-bacaan positif,
menjalankan kebiasaan untuk berdoa, dst.
         Hidup menurut daging menurut Paulus adalah hidup yang mengikuti hawa
nafsu yakni hidup yang ditandai oleh usaha sebanyak mungkin memenuhi kebutuhan
jasmani/badan saja.
         Ciri-ciri hidup menurut daging menurut Paulus adalah: Percabulan, kecemaran,
sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh
pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dsb. (Gal 5: 20)
         Hidup menurut Roh menurut Paulus adalah hidup yang lebih mengutamakan hidup
rohani. Bukan terutama mengikuti keinginan jasmani. Paulus menyebutnya dengan istilah
hidup di dalam terang.
         Ciri-ciri hidup menurut Roh menurut Paulus adalah : kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan
diri (Ga; 5: 22-23)
         Setiap orang beriman menurut Paulus seharusnya berani memperjuangkan kehidupan
yang mengandalkan peranan ROH dan bukan sebaliknya hidup menurut daging. Hidup yang
sehat bukan hanya dari segi jasmani melainkan juga dari segi rohani. Menurut iman kristiani,
kesehatan bukan hanya jasmani apalagi dengan pendewaan badan, melainkan juga dalam hal
batiniah.
         Dalam Katekismus Gereja Universal artikel 2288 dan 2289 : Tentang kehidupan
dan kesehatan:
1.       Kehidupan dan kesehatan merupakan hal-hal yang bernilai, yang dipercayakan Tuhan
kepada  kita. Kita harus merawatnya dengan dengan cara yang bijaksana dan bersama itu juga
memperlihatkan kebutuhan orang lain dan kesejahteraan umum.
2.       Hidup sehat diusahakan dengan cara menciptakan situasi hidup, dimana manusia dapat
mengembangkan diri dan menjadi matang dengan pangan dan sandang, perumahan,
pelayanan kesehatan, pendidikan dasar, lapangan kerja dan bantuan sosial yang memadai.
Dengan kata lain seluruh dimensi hidup baik itu fisik, mental, maupun spiritual manusia
hendaknya dipenuhi secara seimbang sehingga memiliki hidup yang sehat.
Pelajaran 13
Menjaga dan Melestarikan Lingkungan Hidup

         Kerusakan lingkungan hidup terjadi dimana-mana. Kerusakan itu membawa akibat yang
mengancam hidup manusia: kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, keselamatan, dsb.
Kerusakan alam lingkungan perlu segera ditangani. Penanganan seharusnya tidak perlu
menunggu bantuan dari luar, melainkan dapat muncul justru dari inisiatif kita sendiri.
         Di lingkugan kita sekarang ini, perusakan dan pencemaran alam lingkungan terjadi dalam
bentuk: pembabatan hutan untuk industri kayu atau pemukiman yang tidak bertanggung
jawab, pembuangan sampah dan limbah yang sembarangan, pembunuhan binatang untuk
bahan pakaian dari kulit binatang, dsb. Perusakan ini memperlihatkan adanya tindakan yang
keliru dalam sikap kita terhadap alam ciptaan. Dengan kata lain, kerusakan alam lingkungan
hidup pada umumnya disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
         Allah adalah Pencita seluruh alam semeta. Dia mengubah kekacauan/ ketidakteraturan
menjadi kehidupan yang teratur.
         Alam semesta dengan segala isinya diciptakan oleh Allah dalam keadaan baik. Manusia
menjadi puncak karya ciptaan-NYa. Ia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah sendiri dan
memperoleh kehidupan dari hembusan Roh Allah sendiri. Manusia mendapat kepercayaan
dari Tuhan untuk menjadi wakil-Nya di bumi, menjadi penjaga, pemelihara dan pengelola
dunia ciptaan supaya semuanya tetap dalam keadaan baik dan berkembang kearah kebaikan
sebagaimana direncanakan oleh Allah sejak semula.
         Dalam kenyataannya, manusia sering kali menyalahgunakan kepercayaan yang
diterimanya untuk kepentingannya sendiri. Ia bukan merawat ciptaan melainkan merusaknya.
Ia memandang alam hanya sebagi objek untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia mau memanfaatkan alam, tetapi mengabaikan usaha untuk
memeliharanya. Manusia mengabaikan tugasnya untuk mengelola  alam ciptaan dengan baik.
Manusia bertindak seakan-akan ia adalah pencipta, yang mempunyai kekuasaan mutlak
terhadap ciptaan lain.

         Manusia harus kembali kepada panggilannya, yaitu mengembangkan dan mengarahkan


ciptaan kepada kesempurnaan. Untuk itu manusia zaman sekarang dapat belajar dari
Fransiskus dari Asisi yang menunjukan bagaimana sikap yang tepat terhadap lingkungan
hidup. Fransiskus mengalami perjumpaanya dengan Allah melalui ciptaan, bagi dia, Allah
telah menganugerahkan segala sesuatu untuk digunakan dan dimanfaatkan, tetapi dengan
sikap tahu batas. Ia memberi contoh, ketika saudara-saudaranya pergi mencari kayu bakar,
diingatkan agar mereka tidak menebang seluruh pohon, melainkan menyisakan tunggalnya
agar pohon itu masih dapat tumbuh lagi. Seluruh alam ciptaan/ lingkungan hidup menjadi
tempat memuji Allah. Ciptaan juga menjadi jembatan bagi manusia untuk bersyukur atas
karya Allah, Sang Pencipta.
Pelajaran 14
Menghargai dan Mewujudkan Kejujuran

         Ketidakjujuran akan membawa banyak akibat buruk, antara lain: hubungan baik menjadi
rusak, timbulnya rasa marah, perasaan tidak tenteram, selalu khawatir, dsb.
         Jika kita bertindak jujur, kita akan menjadi tenang, gembira, dan puas. Kejujuran yang
kita lakukan menciptakan kepercayaan pada diri kita sendiri dan kepercayaan pada diri kita
sendiri dan kepercayaan orang lain kepada kita. Hubungan yang baik dapat terjadi karena
kejujuran.
         Ananias melakukan tindakan tidak jujur dengan harta miliknya. Ia menahan sebagian dari
miliknya untuk kepentingannya sendiri.
         Ketidak jujuran Ananias dan istrinya membawa akibat yang sangat fatal, yaitu kematian.
Dari kisah tersebut, kita dapat belajar bahwa ketidakjujuran bukan hanya mendustai diri
sendiri dan orang lain, tetap juga mendustai Allah (lih. Kis 5: 4). Sikap tidak jujur merusak
hubungan dengan orang lain dan dengan Allah. Orang yang tidak jujur berarti telah dirasuki
oleh iblis. Ia tidak melakukan kehendak Allah, melainkan kemauan iblis.
         Tindakan Ananias dan Safirah yang dikisahkan dalam teks Kis 5: 1-11 merupakan contoh
konkret orang yang mudah mengikuti bujukan setan sehingga mereka sepakat berbuat tidak
jujur. Dusta Ananias dan Safira menyangkut Roh Allah sendiri atau menghujat Roh Allah.
Tindakan mendustai Allah ini tidak terampuni. Orang tersebut menjadi tidak berpengharapan
lagi, Ia menjadi manusia yang mati.
         Tuntutan untuk hidup dalam kebenaran juga disampaikan Yesus. Di dalam Khotbah di
bukit, Yesus menuntut para murid-Nya untuk senantiasa berani bertindak jujur, “jika ya,
hendaklah kamu katakana ya, jika tidak kamu katakana tidak. Apa yang lebih dari pada itu
berasal dari si jahat” (Mat 5: 37). Yesus menuntut setiap orang untuk setia dan bertindak
jujur. Yesus sendiri memberi teladan dalam bertindak jujur dengan senantiasa menyatakan
kebenaran. Bahkan seluruh hidup Yesus adalah pernyataan kebenaran. Bertindak jujur
berarti menyampaikan kebenaran  pada orang yang berhak mengetahuinya. Hal ini tidak
berarti bahwa semua hal harus disampaikan kepada siapapun. Dengan kejujuran kita tidak
menutup mulut terhadap orang yang berhak mengetahui apa yang kita ketahui. Kita tidak
mendustainya.
         Banyak hambatan yang akan dijumpai ketika orang memutuskan untuk bertindak jujur
dan hidup dalam kebenaran. Rasa takut, gengsi, merasa rugi, takut dicemooh, disingkirkan,
atau kurang percaya diri merupakan sebagian dari hambatan tersebut. Namun demikian,
setiap orang seharusnya selalu mengusahakan untuk bertindak jujur. Hanya dengan cara
demikian, ia dapat berkembang secara sehat dan juga memungkinkan perkembangan orang
lain. Berbagai persoalan dapat terselesaikan ketika kita bertindak jujur.
Pelajaran 15
Memperjuangkan Keadilan

         Ada banyak bentuk ketidakadilan terjadi di tengah masyarakat kita.


Ketidakadilan di bidang politik, misalnya:
1.  Kesewenang-wenangan dan berbagai rekayasa yang dilakukan oleh penguasa demi
mempertahankan kekuasaanya;
2.     Nepotisme dan sikap penguasa yang diskriminatif;
3.     Manipulasi hukum dan peraturan oleh pengadilan dan aparat.
         Ketidakadilan terjadi antara lain karena keserakahan manusia yang mengambil hak orang
lain. Ketidakadilan dapat pula terjadi akibat tatanan masyarakat yang hanya menguntungkan
sebagian kecil orang, entah karena orang-orang itu mempunyai kekuasaan, kekayaan, relasi
atau hubungan dekat.
         Akibat ketidakadilan antara lain terjadinya jurang antara kaya dan miskin, antara
penguasa dan rakyat jelata. Jurang ini semakin lama semakin menganga, yang menyebabkan
semakin terpinggir dan miskinnya kaum tak berdaya. Mereka akan hidup miskin dalam
semua bidang hidup, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

         Kisah raja Salomo dalam 1 Raj 3: 16-28 menunjukkan pada kita bagaimana Raja Salomo
menangani masalah secara adil. Keputusan yang diambil dilakukan dengan sangat teliti dan
memeperhitungkan berbagai kemungkinan yang ada. Ia tidak terjebak oleh masukan-masukan
dari ibu yang berpura-pura menjadi ibu sesungguhnya dari si bayi. Salomo mengambil
keputusan yang adil dengan dilandasi dengan kebijaksanaan.
         Dari kisah tersebut, keadilan berarti memberikan kepada orang apa yang menjadi
haknya. Keadilan menurut pandangan iman Kristiani memang berarti memberikan kepada
setiap orang yang menjadi hak orang tersebut. Keadilan merupakan salah satu keutamaan
dasar manusia selain kejujuran, kesetiakawanan, dan keberanian. Keadilan merupakan cara
bertindak yang  didasarkan kemurahan hati dan kasih.
         Keadilan dalam iman kristiani bersumber dari keadilan Allah sendiri. Keadilan
berhubungan dengan cara Allah berada dan bertindak. Allah itu Maha adil. Keadilan Allah
terjadi atas dasar belaskasih-Nya. Oleh karena itu, bertindak adil berarti memberikan kepada
orang lain apa yang mejadi haknya dengan semangat belas kasih seperti keadilan Allah
kepada kita yang juga didasarkan pada belas kasih-Nya.
         Apabila keadilan semacam ini diterapkan dalam perjuangan untuk melawan ketidakadilan
berarti menerapkan keadilan dalam semangat belas kasih pada sesama. Perjuangan
menegakkan keadilan secara konkret dapat kita lakukan dengan: bertindak tanpa membeda-
bedakan orang, bergaul dengan siapa pun juga tanpa kecuali, tidak merampas milik orang
lain, memberikan bantuan langsung pada orang-orang yang mengalami ketidakadilan,
membagikan barang yang kita punai yang dapat menolong sesama, hidup tidak berpusat
pada harta duniawi melainkan pada Kristus.
         Perjuangan melawan ketidakadilan pada akhirnya merupakan tuntutan iman Kristiani,
yakni membangun hubungan yang saling mengembangkan diri dan hidup kita. Dengan
bertindak adil, kita dapat ikut mendukung terciptanya hidup bersama yang tentram dan
damai.
Pelajaran 16
Sikap Gereja terhadap Agama dan Keparcayaan Lain

         Pengalaman hidup bersama dengan penganut agama dan kepercayaan lain merupakan
suatu pengalaman yang sangat menyenangkan dan bembahagiakan apabila bisa hidup dalam
suasana rukun, damai dan harmonis.

         Gereja Katolik juga senantiasa berusaha secara nyata mendukung terciptanya


persaduaraan sejati dalam kehidupan bersama termasuk dalam hubungan antar umat berbeda
agama dan kepercayaan.

         Contoh tindakan Gereja antara lain ikut serta dalam forum-forum dialog antar agama,
baik dialog kehidupan maupun dialog karya, misalnya saling membantu membangun rumah
ibadat dan melaksanakan ibadat. Pada saat ini kita bersama-sama, misalnya, mendirikan
yayasan-yayasan yang bergerak dalam aksi peduli kepada yang menderita tanpa membatasi
pelayanan untuk kelompok agama.
Dokumen Penting Gereja Katolik sehubungan dengan sikap Gereja terhadap agama lain
1.       Unitatis Redintegratio (Sikap Gereja Katolik terhadap Gereja-Gereja Kristen)
2.       Nostra Aetate (sikap Gereja Katolik terhadap agama dan kepercayaan lain)

Pelajaran 17
Bersahabat dengan sesama yang Beragama dan Berkepercayaan Lain

         Kutipan teks Kitab Suci tadi (Mat 8:5-13) mengajarkan kepada kita tentang keterbukaan
perwira Romawi dan keterbukaan Yesus terhadap penganut agama lain.
         Perwira Romawi yang dianggap masyarakat sebagai orang kafir mau datang kepada
Yesus yang beragama Yahudi.
         Yesus sendiri tidak menolak kedatangan perwira itu, Ia mendengarkan permintaannya
bahkan siap untuk datang ke rumah si perwira. Padahal, menurut adat istiadat Yahudi haram
hukumnya untuk bergaul dengan bangsa kafir seperti perwira Romawi itu.
         Kisah tersebut mengandung pesan bahwa murid-murid Yesus dipangil untuk bersikap
terbuka, dan mau membangun persahabatan dengan semua orang tanpa perbedaan
agama/kepercayaan.

Pelajaran 18
Cita-Cita

         Orang perlu memiliki minat terhadap cita-cita, bukan karena disuruh atau dipaksa.
Paksaan mengurangi daya juangnya.
         Langkah-langkah Untuk mencapai cita-cita:
1.       Orang perlu memiliki bakat yang menunjang. Orang yang tidak punya bakat sama sekali di
bidang IPA atau Kimia, misalnya, janganlah bercita-cita untuk menjadi dokter atau apoteker.
2.       Dukungan financial yang memadai. Saat ini biaya sangat menentukan untuk mencapai
suatu cita-cita.
3.       Perencanaan yang matang, ketekunaan, dan ketabahan. Rencana yang matang dibutuhkan
agar jangan sampai menyimpang di tengah jalan. Ketekunan dan ketabahan dibutuhkan,
karena dalam perjalanan menuju cita-cita akan muncul banyak tantangan dan hadangan yang
sering tak terduga. Orang tidak boleh kendur dan patah semangat.
Perjuangan mencapai cita-cita hidup mempunyai maknanya sendiri seperti yang dapat kita
petik dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (Rm 9:21): “Apakah tukang periuk tidak
mempunyai hak atas tanah litanya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk
dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk menyadari bahwa kita berhak dan
bebas untuk menentukan cita-cita kita masing-masing. Tentu saja sejauh perwujudan cita-cita
itu tidak merugikan orang lain atau bertentangan dengan kehendak Allah. Allah itu maha baik
dan mencitai manusia, maka yang sesuai dengan kehendak Allah ialah yang bermanfaat bagi
kita dan sesama kita.

Selain itu, dalam suratnya kepada orang Filipi (Flp 3: 14), Paulus menegaskan “… dan berlari-
larilah kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam
Kristus Yesus.” Inilah seharusnya yang menjadi tujuan akhir dari segala kegiatan yang kita
lakukan, termasuk juga dalam memperjuangkan cita-cita. Cita-cita manusia yang terakhir
adalah keselamatan.

Untuk mendapatkan keselamatan orang harus mengabdi Tuhan dan sesama. Pada zaman ini,
pengaruh dari mass media yang begitu gencar dan tidak selalu sehat terhadap para remaja
akan membuat mereka mudah tertipu dalam memilih dan mencapai cita-cita mereka.
Umumnya, dambaan orang adalah menjadi kaya, punya rumah, mobil bagus, dan hidup enak.
Hampir tak ada atau amat sedikit orang yang bercita-cita menjadi pejuang ataupun menjadi
orang yang berjasa bagi masyarakat. Memang, tak seorang pun yang bercita-cita menjadi
penjahat atau koruptor, tetapi banyak orang terobsesi untuk mencapai kesejahteraan pribadi
ataupun keluarganya. Kebutuhan masyarakat atau kebutuhan bangsa jarang sekali menjadi
keprihatinan dan menjadi pertimbangan untuk menentukan cita-cita.

Pelajaran 19
Sakramen Perkawinan

         Perkawinan sering diartikan sebagai persekutuan antara pria dan seorang wanita atas
dasar ikatan cinta kasih yang total dengan persetujuan bebas dari keduanya.
         Selain pandangan tersebut, ada orang yang memandang bahwa perkawinan sebagi
kontrak atau perjanjian.Pandangan lain lagi lebih menekankan perkawinan dari segi
tujuannya yakni adanya anak atau  keturunan.
         Ada yang menghubungkan perkawinan sebagai usaha untuk memperoleh status, harta
warisan, kekuasaan, dan sebagainya.
         Pandagnan-pandangan tentang perkawinan akan menentukan penghayatan hidup
perkawinan. Apabila perkawinan dipandang hanya sebagai usaha mencari status, maka orang
tidak akan peduli terhadap pendidikan anak di dalam keluarganya. Demikian juga, jika alasan
utama pernikahan adalah warisan atau harta, maka hubungan antar suami dan istri hanya
didasarkan pada kepentingan ekonomi. Dengan demikian, hubungan antar anggota keluarga,
terutama suami dan istri bukanlah hubungan antar pribadi.
         Adanya pemahaman yang keliru tentang perkawinan menjadi salah satu sebab banyaknya
hidup perkawinan yang patah di tengah jalan. Kegagalan dalam hidup berkeluarga yang
berakhir dengan perceraian terjadi karena masing-masing pihak kurang memahami secara
benar hakikat dan tujuan perkawinan. Nilai-nilai hidup perkawinan yang luhur kurang
disadari.
         Dalam pandangan Kristiani, perkawinan dipahami bukan hanya menyangkut hubungan
antara seorang pria dan seorang wantia yang sepakat hidup bersama, melainkan adanya
keterlibatan Allah di dalamnya, Di dalam hidup perkawinan hubungan tersebut terjadi
karena Allah yang menghendaki dan memberkati.
         Perkawinan disebut sakramen karena melambangkan hubungan antara Kristus dan
Gereja-Nya (lih. Ef 5: 22-33). Dengan hidup sebagai persekutuan yang didasarkan kasih
perkawinan memperlihatkan dan melambangkan kasih Allah kepada manusia dan kasih
Yesus kepada Gereja-Nya.
         Hubungan antara seorang pria dan seorang wanita yang diikat dalam perkawinan adalah
hubungan antar pribadi yang didasari pada kasih. Oleh karena itu, mereka akan hidup sebagai
suatu persekutuan seperti halnya hidup Gereja sebagai persekutuan.
         Persekutan antara pria dan wanita dalam hidup perkawinan tampak dalam seluruh hidup
mereka: tempat tinggal yang sama, pengelolaan harta milik secara bersama, tanggung jawab
terhadap pendidikan anak secara bersama, dsb.
         Tujuan perkawinan Kristiani adalah kesejahteraan suami istri sebagai
pasangan, keturuan atau kelahiran anak, pendidikan anak, dan kesejahteraan masyarakat.
         Dalam perkawinan Kristiani tidak dikenal adanya perceraian. Apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (lih. Mrk 10: 9).
         Ciri-ciri atau sifat-sifat perkawinan Kristiani,
1. Tidak terceraikan: Tidak ada istilah cerai dalam perkawinan karena Allah yang
mempersatukan, kecuali oleh karena kematian.
2.   Perkawinan Kristiani bersifat monogam. Artinya perkawinan terjadi antara seorang pria dan
seorang wanita. Cinta antara suami dan seorang istri bersifat total atau tak terbagikan.
Seorang suami harus mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri (lih. Ef 5: 28). Demikian
juga istri terhadap suaminya
         Dengan menghayati hidup perkawinan sebagai sakramen, maka keluarga Kristiani akan
dijiwai oleh rahmat cinta kasih Allah dalam pelaksanaan tanggung jawabnya. Keluarga akan
dapat membentuk diri sebagai Gereja mini di mana kasih Allah menjadi dsasr hidup di dalam
keluarga dan iman Kristiani diperdalam dan dikembangkan oleh seluruh anggota keluarga.
Pelajaran 20
Sakramen Imamat

         Sakramen Imamat diadakan untuk mengangkat orang-orang beriman dengan panggilan


khusus untuk menjadi pelayan Gereja, untuk mengajar, menguduskan, dan memimpin umat.
         Menjadi seorang imam merupakan panggilan yang menurut orang untuk menerimanya,
bersedia meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Yesus, dan bersedia untuk diutus.
         Para rasul dan para penggantinya yang kini disebut uskup mendapat kuasa untuk
merayakan perjamuan Tuhan dan untuk mengampuni dosa. Uskup kemudian melimpahkan
kuasa ini juga kepada para pembantunya, yaitu para imam.
         Seorang imam bertugas menjadi pemersatu dan gembala bagi umat yang dipercayakan
kepadanya. Imam menggembalakan umat baik dalam bidang liturgi, bidang pewartaan,
bidang persaudaraan, dan bidang pelayanan.
         Hidup imamat mengikuti teladan Yesus sendiri sebagai gembala yang sejati
         Syarat-syarat menjadi imam:
1.   Seorang beriman yang sudah dipermandikan secara Katolik dan sudah menerima Sakramen
Krisma;
2.     Seorang beriman dan berperilaku baik;
3.     Mempunyai motivasi yang kuat dan luhur untuk menjadi imam;
4.     Sehat secara jasmani dan rohani;
5.       Mengikuti pendidikan calom imam di seminari:

Anda mungkin juga menyukai