I.
PRINSIP KAIDAH AGAMA
TIK: Menjelaskan prinsip agama dan kepercayaan
masyarakat Indonesia
1. Falsafah Agama
a. Penting agama bagi hidup manusia
Agama merupakan gejala yang boleh dikatakan
universal dalam hidup manusia. Agama telah menjadi bagian
hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita
dengan berbagai latar belakang lingkungan, iklim dan budaya,
menganut salah satu agama atau sesuatu agama. Tetapi cara
orang memahami agama bisa berbeda-beda. Misalnya, ada
yang berpikir, agama berarti menjaga hubungan yang baik
dengan Tuhan sehingga Tuhan tetap senang. Bagi mereka,
agama berarti menyenangkan hati Tuhan, karena itu, apa saja
yang mereka lakukan, semata-mata asal Boss yang di surga
senang.
Ada juga yang menganggap agama itu semacam alat
hiburan bagi manusia di kala bersusah. Agama bukan hal
yang nyata, dia adalah janji muluk tentang apa yang ada di
balik hidup manusia saat ini. Menurut kelompok ini, agama
menghibur manusia agar sanggup memikul beban hidup dan
penderitaannya di dunia sekarang ini. Karena itu jika ada
orang yang mengalami kesusahan atau ditimpa kemalangan,
orang-orang dari kelompok ini akan berkata:Tidak apa-apa,
nanti, kita semua akan bahagia di surga.
Tidak sedikit pula yang memandang agama sebagai
pelaksanaan sejumlah peraturan yang ditetapkan dalam
organisasi keagamaan. Misalnya, berbuat amal harus sekian
hidupnya.
b. Inti agama
Secara harafiah agama dapat diartikan:
a. Agama dari bahasa Jawa Kuno/Sansekerta:
Berasal dari kata a (tidak) dan gama (pergi, pindah,
bergerak). Dari arti kata ini agama berarti tidak bergerak
atau tetap. Dari sini timbul kata Kekal Abadi. Sehingga
agama berarti mencari yang kekal abadi.
b. Arti agama yang dipengaruhi dari bahasan Barat
Religio (bahasa Latin), Religion (bahasa Inggris). Dari kata Religare
(bahasa latin) yang artinya mengikat. Jadi agama berarti ikatan atau
hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Secara esensial:
Dari pandangan sekilas, isi, pelaksanaan dan penampilannya,
agama nampak berbeda bahkan berlawanan satu sama lain.
Namun bila dilihat intinya, semua agama pada dasarnya
mempercayai, menyakini dan berpegang pada Hal yang
sama yaitu Realita, Zat, Sesuatu yang paling tinggi. Pada
agama-agama keluarga atau suku, Realitas Tertinggi dipahami
sebagai Yang Suci dan dijuluki dengan berbagai nama
menurut bahasa dan budaya masing-masing. Pada agamaagama universal yang merupakan agama Wahyu, Yang Maha
Tinggi itu di sebut Tuhan, ALLah, God, Deus, Theos, Dewa,
Sang Hyang Widhi.
Jadi Agama adalah hubungan manusia dengan
kekuasaan suci yang lebih tinggi dari manusia itu sendiri, atau
kepada manusia merasa tergantung, takut atau takwa karena
sifatnya yang dasyat (tremendum); tetapi sekaligus manusia
juga
tertarik
kepadaNya karena sifat-sifatNya yang
mempesonakan (fascinosum), lalu manusia mencari jalan dan
mengadakan usaha untuk mendekatiNya. Kekuasaan suci itu
menurut agama masing-masing disebut Allah, Tuhan, Dewa
dll.
Agama dalam Kitab Suci
- PL: Dasar agama adalah 10 perintah Allah. (Kel. 20.1-6)
- Mengasihi Tuhan dan menuruti perintah-perintahNya,
beribadah kepada
agama-agama
lain.
Ia
memandang
dengan
penghargaan yang jujur, cara tindak dan cara hidup,
peraturan dan ajaran itu yang kendati dalam banyak
hal
berbeda
dengan
yang
dipahami
dan
dianjurkannya, toh tidak jarang memantulkan cahaya
kebenaran yang menerangi semua manusia.
Lumen Gentium artikel 16 mengatakan mereka yang
bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenali
Injil Kristus serta GerejaNya, tetap dengan hati yang
jujur mencari surga serta karena terdorong oleh
rahmat dengan perbuatan mereka berusaha
memenuhi keendak Allah yang dikenal. Karena suara
hati, mereka itu dapat memperoleh keselamatan
abadi.
Konstitusi Pastoral Gaudium Et Spes artikel 22
mengatakan Hal ini tidak saja berlaku bagi orangorang Kristen, tetapi juga bagi semua orang yang
berkehendak baik. Didalam hati siapa kasih karunia
atas cara yang tidak nampak. Karena Yesus Kristus
telah wafat untuk semua orang dan karena panggilan
terakhir manusia sebenarnya sama yaitu panggilan
Ilahi.
Oleh karena itu Gereja Katolik mengajak Putraputrinya agar dengan kebijaksanaan dan cinta kasih
melalui dialog dan kerjasama dengan penganut
agama agama lain, memberikan kesaksian iman dan
kehidupan Kristen, mengakui, mengabdi dan
memajukan hal-hal yang baik dibidang rohani dan
moral demikian pula nilai-nilai social cultural yang
terdapat pada mereka.
Dalam mengembangkan misi Gereja perlu adanya
suatu sikap yang tepat yaitu Toleransi. Yang
dimaksud dengan toleransi adalah keinginan untuk
menggali kebenaran dalam agama lain serta
menunjukkan penghargaan kepada keyakinan orang
lain meskipun tidak semua dalam agama dan
keyakinan itu dapat disetujui.
Ada 3 macam toleransi yaitu: