Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

(DOSEN PENGASUH MATA KULIAH: DRS.LODOVIKUS LENA,MM)

A. Deskripsi mata kuliah


Mata kuliah ini memberi kemampuan kepada mahasiswa untuk
memahami tentang prinsip-prinsip agama yang diakui di
Indonesia, agama dalam hubungannya dengan kesehatan
terutama dalam pelayanan kebidanan dengan pokok bahasan
adalah prinsip dan kaidah agama yang diakui di Indonesia,
ajaran agama yang berhubungan dengan praktek kebidanan,
hubungan agama dengan nilai moral dan etika dalam praktek
kebidanan
B. Tujuan Mata Kuliah
1. Memahami prinsip agama dan kepercayaan masyarakat di
Indonesia
2. Menerapkan prinsip-prinsip ajaran agama dalam praktek
kebidanan
3. Hubungan Agama dengan nilai moral dan etika dalam
praktek kebidanan
C. Proses Pembelajaran
Dilaksanakan dikelas dengan menggunakan metode ceramah,
diskusi, seminar dan penugasan
D. Evaluasi
1. UTS
: 35%
2. UAS
: 45%
3. Penugasan : 15 %
4. Kehadiran : 5%
E. Buku Sumber:
1. Alkitab
2. Etika Kristen
3. Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi, KWI
4. Penghayatan Agama:Yang Otentik & Tidak Otentik,
AM.Hardjana
5. Religiositas Agama & Gereja Katolik, Jacobus Tarigan, Pr
6. Membangun Keluarga Sejahtera dan Bertanggungjawab
berdasarkan pandangan Katolik

7. Keluarga Sejahtera & Kesehatan Produksi dalam pandangan


Katolik

I.
PRINSIP KAIDAH AGAMA
TIK: Menjelaskan prinsip agama dan kepercayaan
masyarakat Indonesia
1. Falsafah Agama
a. Penting agama bagi hidup manusia
Agama merupakan gejala yang boleh dikatakan
universal dalam hidup manusia. Agama telah menjadi bagian
hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita
dengan berbagai latar belakang lingkungan, iklim dan budaya,
menganut salah satu agama atau sesuatu agama. Tetapi cara
orang memahami agama bisa berbeda-beda. Misalnya, ada
yang berpikir, agama berarti menjaga hubungan yang baik
dengan Tuhan sehingga Tuhan tetap senang. Bagi mereka,
agama berarti menyenangkan hati Tuhan, karena itu, apa saja
yang mereka lakukan, semata-mata asal Boss yang di surga
senang.
Ada juga yang menganggap agama itu semacam alat
hiburan bagi manusia di kala bersusah. Agama bukan hal
yang nyata, dia adalah janji muluk tentang apa yang ada di
balik hidup manusia saat ini. Menurut kelompok ini, agama
menghibur manusia agar sanggup memikul beban hidup dan
penderitaannya di dunia sekarang ini. Karena itu jika ada
orang yang mengalami kesusahan atau ditimpa kemalangan,
orang-orang dari kelompok ini akan berkata:Tidak apa-apa,
nanti, kita semua akan bahagia di surga.
Tidak sedikit pula yang memandang agama sebagai
pelaksanaan sejumlah peraturan yang ditetapkan dalam
organisasi keagamaan. Misalnya, berbuat amal harus sekian

kali, berdoa harus dengan posisi tubuh sekian, jam-jam sekian


tidak boleh berjalam lebih dari sekian puluh meter dll.
Beragama
berarti
menaati
ketetapan-ketetapan
dan
peraturan-peraturan dalam hubungan dengan Tuhan.
Selain itu, ada juga yang menganggap agama itu tidak
lebih dari sebuah kebohongan, suatu tipuan. Agama bagi
kelompok ini tidak mempunyai arti apapun dan tidak
menjanjikan apapun. Karena itu mereka berkata dengan masa
bodoh:Mengapa kita harus peduli dengan agama? Mereka
yakin bahwa mereka dapat menjalani hidupnya dengan
sempurna tanpa agama. Bahkan tidak tanggung-tanggung
mereka berani berkata:Aku adalah pencipta diriku sendiri;
aku hanya mau menyembah penciptaku itu yaitu, diriku
sendiri.
Orang-orang Katolik tidak memandang agama atas caracara demikian. Bagi orang Katolik, agama itu penting karena
ia berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
terdalam mengenai hidup manusia. Pertanyaan-pertanyaan
itu misalnya: Siapakah aku ini? Mengapa aku berada di sini?
Apakah hidup ini mempunyai makna? Apakah dunia ini
sahabat atau lebih sebagai musuh? Pertanyaan-pertanyaan
semacam ini tidak bisa dijawab oleh para ilmuwan, politikus,
ataupun oleh pakar-pakar ekonomi.
Akan tetapi, dibagian terdalam dari hidup manusia terletak
sebuah misteri. Dan misteri adalah hal yang nyata yang
maknanya begitu mendalam sehingga ia tak pernah bisa
diukur sepenuhnya oleh manusia.
Jadi agama itu menyangkut kenyataan. Alasannya,
pertama agama mengakui adanya kenyataan yang lebih jauh
daripada sekedar hal-hal yang bisa dilihat, didengar,
ditimbang beratnya dan diukur panjang lebarnya. Kedua,
agama mengakui adanya dunia yang tak kelihatan disamping
yang kelihatan. Itulah dunia misteri yang dijumpai disetiap inti
hakekat segala yang ada. Ketiga, agama mengakui bahwa
misteri ini bukanlah sesuatu yang kabur dan tak jelas. Agama
itu menyangkut pencarian sisi misterius dan tersembunyi dari
hidup manusia. Hal ini benar dan berlaku untuk semua
agama. Juga benar untuk iman Katolik. Itu sebabnya mengapa
orang Katolik berpikir bahwa agama itu penting bagi

hidupnya.
b. Inti agama
Secara harafiah agama dapat diartikan:
a. Agama dari bahasa Jawa Kuno/Sansekerta:
Berasal dari kata a (tidak) dan gama (pergi, pindah,
bergerak). Dari arti kata ini agama berarti tidak bergerak
atau tetap. Dari sini timbul kata Kekal Abadi. Sehingga
agama berarti mencari yang kekal abadi.
b. Arti agama yang dipengaruhi dari bahasan Barat
Religio (bahasa Latin), Religion (bahasa Inggris). Dari kata Religare
(bahasa latin) yang artinya mengikat. Jadi agama berarti ikatan atau
hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Secara esensial:
Dari pandangan sekilas, isi, pelaksanaan dan penampilannya,
agama nampak berbeda bahkan berlawanan satu sama lain.
Namun bila dilihat intinya, semua agama pada dasarnya
mempercayai, menyakini dan berpegang pada Hal yang
sama yaitu Realita, Zat, Sesuatu yang paling tinggi. Pada
agama-agama keluarga atau suku, Realitas Tertinggi dipahami
sebagai Yang Suci dan dijuluki dengan berbagai nama
menurut bahasa dan budaya masing-masing. Pada agamaagama universal yang merupakan agama Wahyu, Yang Maha
Tinggi itu di sebut Tuhan, ALLah, God, Deus, Theos, Dewa,
Sang Hyang Widhi.
Jadi Agama adalah hubungan manusia dengan
kekuasaan suci yang lebih tinggi dari manusia itu sendiri, atau
kepada manusia merasa tergantung, takut atau takwa karena
sifatnya yang dasyat (tremendum); tetapi sekaligus manusia
juga
tertarik
kepadaNya karena sifat-sifatNya yang
mempesonakan (fascinosum), lalu manusia mencari jalan dan
mengadakan usaha untuk mendekatiNya. Kekuasaan suci itu
menurut agama masing-masing disebut Allah, Tuhan, Dewa
dll.
Agama dalam Kitab Suci
- PL: Dasar agama adalah 10 perintah Allah. (Kel. 20.1-6)
- Mengasihi Tuhan dan menuruti perintah-perintahNya,
beribadah kepada

Tuhan dengan hati dan jiwa, mengabdi kepada Tuhan


(Ul.10.12)
- PB : Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati,
segenap jiwa dan
segenap akal budi dan mengasihi sesama seperti
mengasihi diri sendiri
(Mat.22:37-40)
Tuhan itu dipercayai dan diyakini sebagai asal, penyelenggara
dan tujuan hidup. KepadaNyalah manusia percaya dan
mengakui adaNya serta menyerahkan diri serta hidupnya.
Tuhan itu ada tanpa diadakan dan keberadaanNya mandiri
tanpa bergantung pada pengada yang lain. Tuhan itu diakui
sebagai Asal dan Pencipta segala yang ada didunia manusia,
makluk hidup, tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa.
Tuhan tak terbatas kesempurnaanNya. Dia mengatasi dan ada
diatas, transenden (transcendens) segala yang ada. Tetapi Dia
juga dekat bahkan berada, imanen (immanens) pada segala
makluk. Karena segala sesuatu mendapat ada mereka dari
padaNya.
c. Struktur agama
Dari segi system atau struktur, setiap agama memiliki 4 segi
pokok yaitu segi yang menyangkut keseluruhan hidup (segi
eksistensial), segi yang menyangkut pemahaman (segi
intlektual), segi yang menyangkut kelembagaan (segi
institusional) dan segi perwujudan dalam perilaku (segi
etikal).
1). Segi eksistensial terjelma dalam iman dan kepercayaan.
Oleh iman Tuhan diterima dan diakui sebagai satu-satunya
Realitas yang disembah. Oleh kepercayaan Tuhan diyakini
sebagai sumber dan Penyangga hidup. Iman kepercayaan itu
menyangkut dan membawa dampak pada keseluruhan diri
manusia: cipta, rasa, karsa, karya dan hidupnya.
2) Segi intelektual menyentuh pengertian mengenai Tuhan.
Dengan iman kepercayaan diterima, diakui dan diyakini
keberadaaan dan peranan Tuhan bagi hidup manusia. Dengan
pemahaman, hakekat dan sifat sifat Tuhan dimengerti dan
dirumuskan
dalam
pernyataan-pernyataan,
ungkapanungkapan dan kata-kata yang dapat dipahami.

3) Segi institusional berurusan dengan kelembagaan dan


pengorganisasian agama. Dengan adanya kelembagaan iman
kepercayaan dan pemahaman tentang Tuhan dijaga,
dikembangkan dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan
lain. Pengorganisasian agama membantu pelaksanaan hidup
keagamaan, entah dalam kelompok alamiah: keluarga, suku,
kelompok, kampong, desa, paguyuban dan organisasi
keagamaan.
4) segi etikal mengungkapkan iman kepercayaan kepada
Tuhan dalam perilaku. Karena manusia itu makluk rohani yang
jasmani, iman kepercayaan kepada Tuhan tak hanya
mempengaruhi unsur batin tetapi juga unsur perilaku
lahirnya. Pengaturan perilaku berdasarkan iman kepercayaan
yang terumuskan dalam kaidah-kaidah keagamaan dalam
bentuk perintah-perintah moral dan etikal. Berpedoman
kaidah-kaidah keagamaan itu, penganut agama hidup dan
bertindak. Perilaku yang diatur oleh agama meliputi perilaku
pribadi, perilaku dalam keluarga dan perilaku dalam
masyarakat.
d. Mengapa manusia beragama
Meski berbeda dalam agama dan bentuk serta cara
menganutnya, secara umum dapat dikatakan bahwa ada
enam faktor utama yang mendorong manusia untuk
beragama:
1) Mendapatkan keamanan
Hidup didunia ini sungguh sangat menarik tetapi tidak
selalu aman. Alam tidak selalu ramah, baik dan simpatik
kepada manusia. Berbagai penyakit dapat menyerang
manusia. Wabah dapat berkecamuk. Peredaran musim
dapat berubah di luar kebiasaaan. Kekeringan dapat
berkepanjangan melebihi batas. Curah hujan dapat
berlebihan, berlangsung lama dan mendatangkan bahaya
banjir.
Di
darat
dapat
lewat
taufan
yang
memporakporandakan penghuni dan bangunan beserta
segala isinya. Daerah pantai dapat diterjang oleh
gelombang pasang yang dasyat dan menghapus segala
yang ada. Di darat dan dilaut dapat tertimpa gempa bumi.
Belum lagi segala penderitaan dan kerusakan yang

diakibatkan oleh ulah manusia sendiri misalnya pencurian,


perampokan,
pembajakan,
pembunuhan,
perkosaan.
Berhadapan dengan segala kesusahan, penderitaan,
malapetaka, musibah alam dan dunia itu, manusia ada
dipihak yang lemah.
Beberapa malapetaka alam, seperti yang disebabkan
oleh perubahan musim dan angin, sudah dapat
diperkirakan, disiasati dan dikendalikan. Berbagai penyakit
dan wabah sudah diketahui penyebab, cara menyerang dan
menjalarnya serta mengatasi akibatnya bila sudah
diserang. Berbagai alat pengaman, seperti polisi dan regu
hansip sudah dibentuk dan dilatih untuk mengatasi
kejahatan manusia. Tetapi masih banyak penderitaan,
kesusahan, malapetaka alami dan manusiawi yang belum
mampu dikuasai dan dijinakan. Berhadapan dengan segala
malapetaka dan mara bahaya itu manusia merasa tak
berdaya.
Dalam situasi semacam inilah manusia berpaling pada
agama. Manusia pergi menghadap kepada Tuhan, sang
Pemberi dan Pemelihara kehidupan. Ditengah-tengah hidup
yang tak selalu aman dan tak bebas dari ancaman itu
manusia mohon kepada Tuhan, perlindungan dan dijauhkan
dari segala marabahaya serta malapetaka akibat bencana
alam, penderitaan karena berbagai penyakit dan perbuatan
jahat manusia.
2) Mencari perlindungan dalam hidup
Selain adanya bencana alam, penderitaan karena berbagai
penyakit dan malapetaka karena kejahatan manusia, hidup
manusia juga penuh ketidak pastian dan ketidaktentuan.
Manusia tidak menemukan sesuatu yang sungguh-sungguh
dapat diandalkan. Mereka bersandar pada lingkungan
ternyata tak membantu manakala membutuhkan. Mereka
yang berlindung pada orang-orang kuat dan kuasa, dalam
jangka waktu tertentu ketika orang-orang itu masih kuat
dan kuasa, memang aman. Celakanya pada saat-saat yang
sungguh kritis, orang kuat dan kuasa itu tidak mampu atau
bila mampu tak mau turun tangan menolong mereka.
Orang kuat dan kuasa ternyata juga tak dapat diandalkan
sepenuhnya. Mereka yang mengandalkan diri sendiri juga

menjadi terlalu lemah menghadapi masalah hidupnya.


Beban hidup terlalu berat untuk dipikul dan diselesaikan
sendiri.
Dalam keadaan seperti inilah manusia lari ke agama.
Karena di sana diyakini Tuhan, Sang Penyelenggara yang
dapat diandalkan. Di tengah kehidupan yang tak pasti itu
manusia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, sebagai
sumber kepastian dan pegangan.
3) Menemukan penjelasan atas dunia dan hidupnya
Manusia lahir dan hadir di dunia tanpa ditanya dan
dikonsultasi terlebih dahulu. Sementara menjalani hidup ini,
manusia dipenuhi berbagai pertanyaan yang menuntut
jawaban dan penjelasan. Dia mempertanyakan hidupnya.
Dari mana asalnya? Untuk apa hidup? Mengapa mati dan
sesudah kematian ada apa? Dia ingin tahu tentang alam
semesta. Apakah alam semesta itu? Berapa lama akan
berlangsung? Sesudah alam semesta berakhir, apa yang
akan muncul? Dia ingin mendapat tahu tentang Tuhan
sendiri. Siapa yang memberi, menguasai dan mengatur
hidup? Bila ada yang menguasai dan mengatur, mengapa
ada kesusahan, penderitaan, bencana dan kematian di
dunia? Pertanyaan-pertanyaan yang fundamental menuntut
jawaban. Tetapi baik ilmu, ahli, pakar atau orangtua tak
mampu memberi penjelasan yang memuaskan. Bahkan
dari jawaban-jawaban yang diberikan muncul pertanyaanpertanyaan baru yang malah makin mengaburkan
pertanyaan. Agama berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan fundamental. Agama bergerak
dibidang misteri kehidupan. Karena dalam agama Tuhan
diakui dan diyakini sebagai asal dan tujuan kehidupan.
Maka manusia mengacu kepada agama untuk mencari
kejelasan atas makna hidup dan alam raya yang dihuninya.
4) Memperoleh pembenaran Praktik Kehidupan
Dalam masyarakat terdapat berbagai praktek hidup yang
baik dan berguna. Misalnya rajin bekerja, sopan santun,
tolong menolong. Semua praktek ini berarti dan diperlukan.
Orang yang rajin bekerja dapat menyelesaikan tugas-tugas
hidupnya dengan baik dan pada waktunya. Orang yang
menjaga sopan santun dalam pergaulan dengan orang lain

menyenangkan. Orang yang suka tolong menolong ikut


berjasa dalam mensejahterakan hidup bersama.
Segala praktek hidup baik dan berguna itu pada dirinya
sendiri sudah memiliki daya tarik dan dorong agar orang
melaksanakannya. Agar orang lebih terdorong lagi untuk
melaksanakan pada praktek-praktek hidup itu ditambahkan
motivasi agama. Bekerja rajin merupakan ibadah. Sopan
santun menghormati dan memperlakukan manusia ciptaan
Tuhan
secara
baik
adalah
menghormati
dan
memperlakukan baik sang Pencipta. Tolong menolong
bukan saja berguna untuk kesejahteraan masyarakat tetapi
juga ikut berkarya bersama Tuhan untuk menyempurnakan
ciptaanNya. Ikut serta dalam pembangunan merupakan
bagian integral dari hidup beriman. Semua motivasi
keagamaan yang ditambahkan itu dapat amat bermanfaat
dalam melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan
praktek-praktek kehidupan yang baik.
5) Meneguhkan tata nilai yang sudah mengakar dalam
masyarakat
Dalam masyarakat terdapat berbagai nilai kehidupan etikal
dan moral. Nilai-nilai itu berhubungan dengan kehidupan
pribadi, hubungan dengan sesama dan kehidupan bersama
dalam masyarakat. Nilai-nilai itu dilestarikan dan
dikembangkan dengan dilaksanakan, diwujudkan dan
dihayati.
Sebetulnya segala nilai dari dirinya sendiri sudah memiliki
kekuasaan untuk menarik dan mendorong orang untuk
mempertahankan,
memiliki,
menghayati
dan
memperkembangkan. Namun agar lebih terdorong
memeluk nilai itu, manusia membutuhkan motavasi lain
termasuk motivasi keagamaan. Contohnya mencuri harta
benda orang lain itu pada diri sendiri jahat. Oleh karena itu
manusia
sudah
merasa
terdorong
untuk
tidak
melakukannya. Agar rasa terdorong untuk tidak mencuri itu
bertambah kuat, mencuri itu dijadikan larangan agama.
Contoh lain kejujuran. Pada dirinya jujur itu sudah baik dan
memberi dorongan untuk memiliki dan mempraktekannya.
Dorongan untuk memeluk kejujuran menjadi bertambah
kuat pada waktu dijadikan perintah agama.

Dengan demikian berkat agama nilai jahat dan nilai baik


dihindari dan dipeluk bukan hanya karena jahat atau baik
tetapi juga karena dilarang dan diperintahkan agama.
Berkat agama, manusia mendapat kekuatan, dorongan dan
pemantapan dalam pelaksanaan nilai kehidupan. Dengan
motivasi keagamaan, nilai jahat terasa lebih kuat dayanya
untuk ditolak dan dihindari dan nilai baik terasa lebih kuat
untuk dipeluk dan dilaksanakan.
6) Memuaskan kerinduan hidup
Manusia tidak pernah puas. Manusia selalu mau dipenuhi.
Manusia selalu ingin lebih. Dambaan untuk dipenuhi dan
menjadi lebih tidak terbatas pancaindera, seks dan daya
mentalnya, tetapi juga pada jiwanya yang paling dalam.
Sebagai makluk rohani, manusia ingin mencapai nilai
rohani yang paling luhur dan mulia. Manusia tidak puas dan
tidak merasa cukup dengan nilai manusiawa seperti
kebaikan, kejujuran, keadilan dan cinta kasih. Dia ingin juga
nilai rohani dan adikodtrati yang mampu memuaskan
hasratnya yang paling dalam. Manusia tidak akan merasa
tenang dan puas sebelum menemukan harta rohani dan
adikodrati yaitu Tuhan sendiri.
Tuhan diusahakan untuk disembah, dimuliakan dan
diagungkan dalam agama. Dengan beragama manusia
hendak menggapai Tuhan sendiri. Maka orang masuk
agama dan menjadi penganut agama karena hendak
memperoleh pemuasan hasratnya yang paling dalam yaitu
menemukan Tuhan sendiri. Oleh karena itu mski segala
kebutuhan jasmani, indrawi, duniawai dan mental
terpenuhi, kebutuhan maanusia akan agama, akan Tuhan
tak pernah lenyap. Agama dan Tuhan tak pernah terkikis
dari hati dan jiwa manusia. Meski banyak hambatan,
manusia akan terus mencari Tuhan dan agama dilihat
sebagai jalan yang pentig. Orang beragama hendak
memuaskan kerinduannya akan Tuhan yang mampu
memenuhi dambaan akan nilai rohani paling tinggi dan
adikodrati.
Kesimpulannya agama menjadi sumber penjelasan terakhir
tentang masalah fundamental kehidupan. Agama menjadi
sumber ketenangan dan kedamaian dalam hidup karena

memberi kepastian. Agama menjadi pembenaran atas


praktik-praktik dalam masyarakat. Agama meneguhkan
tata nilai dan memuaskan kerinduan manusia yang paling
dalam.
2. Peranan Agama bagi kehidupan
a. Agama sebagai Landasan Moral
Agama sebagai landasan moral berarti ajaran-ajaran, nilainilai dan sebagainya yang berkaitan dengan agama
menjadi dasar atau tumpuan ajaran tentang baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap dan
kewajiban. Semua agama mengajarkan agar manusia
senantiasa memupuk dan meningkatkan kebaikan,
perbuatan pahala, pelayanan kasih yang tulus sebagai
sarana untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah. Nilainilai yang ditekankan oleh semua agama adalah materi
substansi moralitas. Misalnya suatu materi yang sangat
dibutuhkan dalam memberi pelayanan kesehatan kepada
Pasien. Penyembuhan sangat tergantung pada perbuatan,
sikap dan pelaksanaan kewajiban oleh dokter atau bidan.
b. Agama sebagai Landasan Etika
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral. Agama sebagai
landasan etika berarti ajaran-ajaran, nilai-nilai agama,
pengalaman-pengalaman
rohani menjadi tumpuan
berpijak refleksi ilmu pengetahuan tentang apa yang baik
dan buruk serta tentang hak dan kewajiban moral. Agama
mendasari dan memberi inspirasi pada segala aktivitas
akal budi tentang baik buruknya sikap atau perbuatan
seseorang dalam masyarakat. Agama menjadi landasan
hidup dan perilaku mereka yang berhubungan dengan
profesi misalnya dokter, perawat dll.
c. Agama sebagai Landasan Spiritual
Agama sebagai landasan spiritual berarti ajaran-ajaran,
nilai-nilai dan sebagainya yang berkaitan dengan agama
dijadikan dasar atau tumpuan bagi kehidupan rohani.
Misalnya dalam memberi pelayanan kesehatan, ajaranajaran dan nilai-nilai agama menjadi tumpuan dan roh
yang membangkitkan semangat dan tekad yang

menghidupkan ketulusan dan keiklasan untuk memberikan


pelayanan kesehatan.
3. Pandangan umum tentang Agama Katolik
a Mengapa disebut orang kristiani
Pusat hidup Katolik adalah Yesus Kristus. Orang-orang
Katolik adalah pengikut Kristus. Sebab itu orang
Katolik disebut orang kristiani. Kristus yang wafat dan
bangkit itu diakui oleh orang-orang Katolik sebagi
Putera Allah yang mendirikan Gereja Katolik. Sebab itu
salib Kristus adalah tanda kemenangan dan tanda
keselamatan yang menghiasi tempat kediaman orang
katolik.
Mengapa disebut orang katolik
1 Katolik artinya umum atau universal maka agama
katolik bersifat terbuka bagi siapa saja tanpa
terkecuali. Agama katolik berlaku untuk sepanjang
jaman dan universal artinya meliputi seluruh dunia
tidak hanya terbatas pada daerah atau bangsa
tertentu saja. Sebagai orang katolik dengan secara
murni dan seutuhnya bersedia menerima Kristus
sebagai jalan keselamatan yang abadi. Dengan
demikian
iman
kepada
Kristus
yang
menyelamatkan sungguh-sungguh dihayati dan
dilaksanakan dalam hidup harian.
2 Karena menerima ajaran Kristus seperti yang
disampaikan melalui Kitab Suci dan tradisi secara
utuh tanpa adanya bagian yang ditolak atau
diprotes. Agama Katolik adalah agama yang
mempertahankan seluruh ajaran Kristus yang tidak
dapat diganggu gugat oleh pihak manapun dan
siapapun.
Gereja
Katolik
mempertahankan
semuanya dalam Kitab Suci dan Tradisi termasuk
dogma.
Mengapa disebut orang Katolik Roma
Orang Katolik disebut orang Katolik Roma. Karena Kota Roma
mempunyai keistimewaan khusus bagi orang katolik. Di kota inilah
kepala Gereja Katolik yaitu Paus melanjutkan karya-karya Kristus

yakni menggembalakan, mengajarkan dan menguduskan umatnya.


Dengan dan melalui sakramen babtis kita dipersatukan erat dengan
kristus. Karena itu pula kita juga mempunyai hubungan erat dengan
wakil Kristus yakni Paus sebagai kepala gereja yang kelihatan.
Hubungan yang erat dan mesra antara orang-orang Katolik dan Paus
adalah sifat yang khas dari agama katolik. Oleh karena itu kami
disebut orang-orang Katolik Roma karena kami mengakui Paus di
Roma sebagai wakil Kristus di dunia.
Secara administrative Gereja Katolik diorganisasikan dengan jelas
dan sederhana. Dari segi universal, Gereja merupakan satu umat
yang tersebar diseluruh bumi dan kepalanya adalah Kristus sendiri
yang di dunia in diwakili oleh Paus sebagai pengganti Santo Petrus
dan Uskup di Roma.
d Kekhasan Agama Katolik
1 Kesamaan Agama Katolik dan Agama Kristen
Protestan
a Mengakui dan mengimani Yesus Kristus sebagai
Putra Allah dan Penyelamat dunia melalui wafat dan
kebangkitanNya
Mengakui dan mengimani Allah Tritunggal
Moral berdasarkan ajaran cintakasih menurut teladan Kristus
Wahyu Allah dalam Kitab Suci
2 Kekhasan Agama Katolik
Peranan Alkitab dan Tradisi
Kitab suci dan Tradisi merupakan sumber iman
agama katolik. Umat Katolik percaya bahwa Kitab
Suci
ditulis
dengan
ilham
Roh
Kudus maka
Gereja Katolik diterangi oleh Roh
Kudus dari sabda
Allah yang
diilhami Roh Kudus. Ada kebenaran yang
diwahyukan
Tuhan tertulis dalam
Kitab Suci dan ada banyak juga kebenaran
yang diajarkan melalui Para Rasul secara lisan dan
yang
disampaikan Gereja dan ini
dinamakan Tradisi Lisan.
Ajaran dosa asal
Dosa asal adalah keadaan dosa atau keadaan
bermusuhan dengan Tuhan yang diwariskan Adam

kepada semua orang kecuali Santa Perawan Maria.


Karena dosa asal tersebut membawa semua
manusia kehilangan rahmat pengudusan dan
anugerah luar biasa dari Allah. Jadi seluruh umat
manusia lahir dalam keadaan berdosa.
Dogma-Dogma

1 Sakramen adalah upacara suci dan resmi yang


utama dari Gereja Katolik dan sebagai tanda atau
perbuatan untuk menyalurkan rahmat Tuhan
atau untuk berjumpa dengan Tuhan. Kristus
sendiri adalah Sakramen Utama karena dalam
Kristus kita dipertemukan dan dipersatukan
dengan Tuhan. Selain itu Gereja Katolik juga
menetapkan 7 sakramen dengan fungsinya
masing-masing. Allah hadir dalam sakramen
yang dirayakan dalam agama katolik dan melalui
sakramen itu kita memperoleh rahmat yang
menyelamatkan.
Bunda Maria
Agama Katolik menempatkan secara khusus
kedudukan
Bunda
Maria
karena
Gereja
mengimani Bunda Maria sebagai Bunda Allah.
Melalui Maria, Allah Putra masuk dalam sejarah
manusia yang pebuh dosa untuk merubahnya
menjadi
sejarah
keselamatan.
Menurut
keputusan Gereja yang harus diimani antara lain
Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan.
Paus yang tak dapat sesat (Infalibilitas Paus)
Paus adalah uskup seluruh gereja, sebagai
gembala dan guru semua orang kristiani dan ia
menetapkan wewenang yang terdiri dari ajaran
tentang iman atau susila yang harus diimani oleh
gereja karena ia memperoleh bantuan dari Roh
Kudus. Karena itu Paus memiliki sifat tidak dapat
tersesat. Kekuasaan Paus terdapat dalam

(Mateus 16.8) Dan Aku berkata kepadaMU:


Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut
tidak akan menguasainya.
Perayaan Ekaristi Kudus
Kewajiban orang Katolik untuk ikuserta dalam
Ekaristi Kudus. Ekaristi kudus merupakan perayaan
perjamuan syukur. Gereja merayakan Ekaristi Kudus
karena Gereja mau melaksanakan perintah Kristus.
Adapun makna perayaan ekaristi Kudus adalah:
- Persatuan dengan Kristus atau Kristus hadir dalam hidup kita
- Persatuan seluruh umat beriman dan persatuan itu disebut Komuni
Susunan hirarki Gereja Katolik adalah:
- Paus
: Pemimpin Gereja Katolik seluruh
dunia
- Uskup
: Pemimpin gereja Lokal atau
keuskupan
- Imam
: Pemimpin gereja Paroki
- Diakon
: seseorang yang menerima
tahbisan Diakonat yakni suatu jenjang tahbisan
sebelum imamat
Perkawinan monogam
Gereja Katolik mengenal perkawinan monogam dan
tak terceraikan (indisolubilitas), hal ini dapat
dibuktikan:
- Berdasarkan ajaran Gereja (Kanon 1056): Sifatsifat hakiki perkawinan ialah monogam dan tak
terceraikan, yang dalam perkawinan kristiani
memperoleh
kekuatan
khusus
atas
dasar
sakramen.
- Berdasarkan ajaran Kitab Suci (Markus 10,9):
Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak
boleh diceraikan manusia dan (1 Kor 7.10-11)
Tuhan perintahkan supaya isteri tidak boleh cerai
suaminya dan suaminya tidak boleh menceraikan
isterinya.

Penghormatan khusus kepada hidup keperawanan dan selibat


Selibat berasal dari Caelibatus dari bahasa latin
yang berarti hidup membujang. Hal ini mempunyai
dasar biblis berdasarkan nasehat Kristus sendiri.
(Mateus 19.10) Tidak menikah demi Kerajaan
Allah dan (1 Kor.7.32-34) Aku ingin supaya kamu
hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri
memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan,
bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Santo
Paulus mau menekankan bahwa sebanyak mungkin
orang bebas dari ikatan perkawinan supaya dapat
mengerjakan
kepentingan-kepentingan
Tuhan
sepenuhnya.
4 Pandangan Agama terhadap Kerukunan dan toleransi
Masalah agama merupakan masalah yang amat peka
apalagi terdapat dalam kehidupan masyarakat yang pluralistis
dengan beranekaragam kebudayaan seperti masyarakat
Indonesia. Kadang timbul persaingan-persaingan yang tidak
sehat antar agama yang dapat mengakibatkan perpecahan atau
perang antar agama.
Semua orang yang beragama menyadari kebenaran
agama yang dianutinya sesuai dengan keyakinanya. Agama
Katolik juga memandang diri sebagai agama yang dikehendaki
oleh Tuhan. Namun dalam kenyataan bahwa diatas bumi ini
terdapat bermacam-macam agama. Dengan adanya perbedaan
agama tersebut maka kita berusaha menciptakan hubungan
yang positif antar agama sehingga tercipta kerukanan hidup
beragama.
Kerukunan
Umat
Beragama
adalah
keadaan
hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajarannya
dan
kerjasama
dalam
kehidupan
bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara didalam NKRI berdasarkan


Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Kitab suci dan ajaran Gereja mengajarkan kepada kita
untuk selalu bersikap menghormati dan menghargai agamaagama lain yang non katolik.
a.

Menurut Kitab Suci

Mateus 22.39 : Dan hukum yang kedua,


yang sama dengan itu ialah Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Jadi hubungan antar
agama dapat terjalin dengan baik dilandaskan pada
CINTA KASIH yang juga merupakan dasar dari agama
itu sendiri.

Yoh.13.35: Dengan demikian semua orang


akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu
jikalau kamu saling mengasihi. Dengan cintakasih kita
mengadakan relasi dengan semua orang tanpa
membedakan
siapapun.
Dalam
teks
Injil
memperingatkan kita bahwa saling mengasihi adalah
tanda pengenal bahwa kita adalah murid Kristus dan
hidup berdamai dengan semua orang (bdk.Kis.2.47).
Untuk itu, setiap penganut agama berdasarkan
cintakasih dapat mewujudkan sikap:
- Saling menghargai
- Hidup berdamai dengan semua orang
- Saling menghormati satu sama lain
- Menerima kebaikan-kebaikan dari agama lain

1 Tim.2.3-4 : Itulah yang baik dan yang


berkenan kepada Allah Juru Selamat kita, yang
menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Kitab suci
mengajarkan kepada kita bahwa Allah menawarkan
keselamatan untuk semua orang tanpa membedakan
agamanya, asal mereka dapat menerima rahmat
pembenaran yang ditawarkan Allah kepada mereka.
Maka dalam hubungan antar agama tugas kita adalah
mewartakan keselamatan untuk semua orang karena

Tuhan menawarkan keselamatan kepada semua orang.

Roma 14.1-12 : jangan menghakimi


saudaramu
Disini Kitab Suci mengajarkan kita sebagai berikut:
- Menerima semua orang tanpa membedakan
imannya
- Semua orang dihadapan Tuhan adalah sama dan
Tuhanlah yang berkuasa atas semua orang
- Tidak ada satu manusiapun hidup untuk dirinya
sendiri dan mati untuk dirinya sendiri namun
semuanya tertuju kepada Tuhan.
- Tuhan merupakan tujuan dari semua orang yang
menganut agama apapun sebab semua manusia
adalah milik Tuhan
- Semua orang menyembah kepada Tuhan yang
sama
b.
Menurut Ajaran gereja
Secara umum dapat dikatakan bahwa Gereja Katolik tetap
menghargai martabat manusia dengan segala kebebasan
yang ada padanya termasuk kebebasan dalam beragama.
Berdasarkan pada ajaran utama dan Kristus sebagai
pendirinya maka Gereja Katolik sanagt menekankan
hubungan yang harmonis, kerjasama yang baik dengan
dialog diantara para pemeluknya. Hal ini semakin
diperjelas dengan pernyataan Konsili vatikan II di mana
gereja melihat bahwa di luar Gerejapun
terdapat
keselamatan. Tak ada satupun ajaran Gereja Katolik yang
menolak maupun melarang terbinanya hubungan seperti
dengan agama-agama lain misalnya Islam, Hindu dan
Budha yang memiliki hal-hal yang benar dan suci
berdasarkan agamanya masing-masing.
Lebih lanjut ajaran Gereja Katolik memaparkan dasardasar perlu adanya sikap hormat terhadap agama lain.
Dekrit Nostra Aetate mengatakan Gereja Katolik
tidak menolak apapun yang benar dan suci dalam

agama-agama
lain.
Ia
memandang
dengan
penghargaan yang jujur, cara tindak dan cara hidup,
peraturan dan ajaran itu yang kendati dalam banyak
hal
berbeda
dengan
yang
dipahami
dan
dianjurkannya, toh tidak jarang memantulkan cahaya
kebenaran yang menerangi semua manusia.
Lumen Gentium artikel 16 mengatakan mereka yang
bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenali
Injil Kristus serta GerejaNya, tetap dengan hati yang
jujur mencari surga serta karena terdorong oleh
rahmat dengan perbuatan mereka berusaha
memenuhi keendak Allah yang dikenal. Karena suara
hati, mereka itu dapat memperoleh keselamatan
abadi.
Konstitusi Pastoral Gaudium Et Spes artikel 22
mengatakan Hal ini tidak saja berlaku bagi orangorang Kristen, tetapi juga bagi semua orang yang
berkehendak baik. Didalam hati siapa kasih karunia
atas cara yang tidak nampak. Karena Yesus Kristus
telah wafat untuk semua orang dan karena panggilan
terakhir manusia sebenarnya sama yaitu panggilan
Ilahi.
Oleh karena itu Gereja Katolik mengajak Putraputrinya agar dengan kebijaksanaan dan cinta kasih
melalui dialog dan kerjasama dengan penganut
agama agama lain, memberikan kesaksian iman dan
kehidupan Kristen, mengakui, mengabdi dan
memajukan hal-hal yang baik dibidang rohani dan
moral demikian pula nilai-nilai social cultural yang
terdapat pada mereka.
Dalam mengembangkan misi Gereja perlu adanya
suatu sikap yang tepat yaitu Toleransi. Yang
dimaksud dengan toleransi adalah keinginan untuk
menggali kebenaran dalam agama lain serta
menunjukkan penghargaan kepada keyakinan orang
lain meskipun tidak semua dalam agama dan
keyakinan itu dapat disetujui.
Ada 3 macam toleransi yaitu:

Negatif yaitu isi ajaran dan penganut tidak


dihargai tetapi dibiarkan karena terpaksa
Positif yaitu ajaran ditolak tetapi penganutnya
diterima dan dihargai
Ekumenis yaitu isi ajaran dan penganut dihargai
karena dalam ajaran ini berisi unsure-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam
kepercayaan.
Dalam bersikap toleransi perlu dicari unsureunsur pokok dalam setiap agama. Unsur-unsur ini
pada umumnya sama pada setiap agama yang
terdapat di Indonesia yaitu:
- Adanya Tuhan yang disembah
- Adanya umat yang takwa pada Tuhan
- Adanya Kitab Suci sebagai Sabda Tuhan dan
pengalaman umat dan aturan di dalamnya.
Unsur-unsur penghambat agama
a Fanatisme : sifat menonjolkan agama sendiri dengan
kecenderungan menilai negative agama lain. Hal ini
disebabkan oleh hidup dalam daerah mayoritas agama
tertentu, pendidikan dan pengetahuan agama yang
sempit, rasa bangga yang berlebihan terhadap agama
sendiri.
b Tahyul: kepercayaan terhadap benda atau cara tertentu
agar dengan demikian dapat bantuan dari Tuhan. Tahyul
dikatakan penghambat karena ddalam tahyul manusia
berhubungan dengan bayangan, fantasi dan gagasan
khayal yang menguasai jiwa manusia.
c Fatalisme: sikap mudah menyerah pada nasib. Nasib
dianggap sesuatu yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan.
Sikap ini penghambat karena fatalisme ini menyebabkan
manusia kurang berusaha.
Kesimpulan:
2 Agama bukanlah suatu usaha manusia belaka. Agama
berasal dari Tuhan dimana usaha Tuhan untuk

mendekatkan manusia disampaikan dengan sabdaNya


baik langsung maupun tidak langsung dengan
perantaraan para Nabi.
3 Tuhan tidak menghendaki kekaburan dalam agama.
Tuhan menghendaki suatu agama yang benar.
Pandangan yang beranggapan bahwa semua agama
sama (indiferentisme) adalah pandangan yang salah.
Selain
indiferentisme
ada
usaha
untuk
mencampuradukan agama menjadi satu kesatuan
(sinkretisme). Setiap manusia harus mencari agama
yang benar sesuai dengan hati nuraninya dan berani
memilih satu agama.
4 Meskipun Tuhan menghendaki satu agama yang benar
namun tidak berarti agama yang lain adalah agama
yang salah. Dalam setiap agama terdapat unsur-unsur
agama yang benar terutama agama yang mengakui satu
Tuhan. Untuk itu perlu membangun kerukunan hidup
umat beragama.
5 Inti agama adalah cinta kasih dan berdasarkan
hatinurani yang merdeka.
5 Prinsip-Prinsip kehidupan (konsep sehat sakit menurut agama
Katolik)
Kehidupan adalah prinsip yang sangat fundamental. Hidup amat
berharga. Oki manusia selalu berusaha mempertahankan
hidupnya. Kalau ia sakit atau terancam nyawanya ia akan selalu
mencoba mempertahankan hidupnya dengan obat, dengan
perawatan dan kalau perlu dengan senjata. Masyarakat kita
sangat menjunjung tinggi kehidupan. Oki, mereka berusaha
mengamankan hidupnya (dengan menjaga hubungan yang
selaras) dengan sesama, dengan lingkungan dan dengan dunia
adikodrati. Mereka juga berusaha melanggengkan hidupnya
melalui keturunan. Kehidupan itu sungguh bernilai. Manusia
tidak akan menyia-nyiakannya atau mempertukarkannya
dengan hal-hal lain.
Kitab suci agama Katolik menyatakan, Apa gunanya
seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawanya? Apa yang dapat diberikan sebagai ganti nyawanya?

(Mrk.8.37). Tidak ada. Kekayaan seluruh dunia tidak sebanding


dengan hidup. Orang akan memberikan segala yang
dipunyainya ganti nyawanya. (Ayub 2.4) tetapi ia tidak akan
berhasil mempertahankan nyawanya. Walaupun seorang
berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah terdapat dalam
kekayaannya (LUk.12.15).
Injil mengingatkan orang yang
sempit pandangannya, Hai orang bodoh, malam ini juga jiwamu
akan diambil dari padamu dan apa yang telah kausediakan,
untuk siapakah itu nanti? (Luk.12.20). Hidup amat berharga
namun manusia tidak berkuasa atasnya. Jikalau orang panjang
umurnya, biarlah ia bersukacita di dalamnya(Pkh.11.8). Yang
biasanya terjadi justru sebaliknya. manusia yang lahir dari
perempuan, singkat umurnya. Ia hilang lenyap dan tidak dapat
bertahan (Ayb 14.1-2). Hidup itu memang misteri. Hidup itu
ada tetapi sekaligus tidak ada di dalam tangan kita. Apa yang
ada, itu jauh dan dalam, sangat dalam; siapa dapat
menemukannya? (Pkh.7.24)
6 Sumber Ajaran Agama
a. Kitab Suci dan Tradisi
Kitab suci dan Tradisi merupakan sumber iman agama
katolik. Umat Katolik percaya bahwa Kitab Suci ditulis
dengan ilham Roh Kudus maka Gereja Katolik diterangi oleh
Roh Kudus dari sabda Allah yang diilhami Roh Kudus. Ada
kebenaran yang diwahyukan Tuhan tertulis dalam Kitab Suci
dan ada banyak juga kebenaran yang diajarkan melalui Para
Rasul secara lisan dan yang disampaikan Gereja dan ini
dinamakan Tradisi Lisan.
b. Dogma
Kebenaran iman yang dipercayai oleh umat Katolik yang
tidak ditulis dalam Kitab Suci.
c. Ajaran Sosial Gereja
ASG adalah pandangan Gereja mengenai hak dan kewajiban
berbagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan
bonum commune (kebaikan bersama), baik dalam lingkup
nasional maupun internasinal.
Ajaran Sosial Gereja menyajikan Seperangkat prinsip-

prinsip untuk refleksi, Tolok-tolok ukur untuk


penilaian,
Pedoman-pedoman
untuk
tindakan,
pertama dialamatkan kepada warga-warga Gereja.

Anda mungkin juga menyukai