Anda di halaman 1dari 20

MATERI PEMBAHASAN

1. DEFINISI AGAMA
Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa
dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta. Dalam pandangan fungsionalisme,
agama (religion atau religi) adalah satu sistem yang kompleks yang terdiri dari
kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu
dengan satu keberadaan wujud yang bersifat ketuhanan.
Menurut Harun Nasution, unsur yang paling penting dalam agama adalah:
percaya adanya kekuatan gaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan
gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu, manusia merasa harus mengadakan
hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut, mematuhi perintah dan larangan kekuatan
gaib itu. Sedangkan menurut Glock dan Stark, agama adalah sistem simbol, sistem
keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya berpusat
pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Seluruh sistem
tersebut berpusat pada satu konsep, yaitu ketuhanan. Maksudnya agama merupakan
sistem yang mengatur hubungan antara manusia dengan kekuatan adikodrati, yang
dipandang sakral (suci atau kudus).
Menurut Joachim Wach menguraikan dengan sangat mendalam tentang hakekat
keberagamaan (religious experience), yaitu:
a. Doktrin, dogma, dan mite (Thought)
b. Upacara agama dan pengabdian (Practive)
c. Organisasi atau kelompok-kelompok agama (followship)

2. FUNGSI AGAMA
a. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
b. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
c. Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
d. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
e. Pedoman perasaan keyakinan
f. Pedoman keberadaan
g. Pengungkapan estetika (keindahan)
h. Pedoman rekreasi dan hiburan
i. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
3. AGAMA BESAR DI INDONESIA
Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu:
agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu,Buddha, dan Khonghucu.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan
agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman
Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran
agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Ada
juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun
jumlahnya termasuk sedikit.Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965
junto Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan
agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang
dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan
kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah
berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan agama-agama tersebut.
Tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak
resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat
Keputusan) Menteri Dalam Negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada
KTP yang hanya menyatakan kelima agama tersebut. SK tersebut kemudian dianulir pada
masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan dengan Pasal 29
Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan
keberadaan Tuhan, tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.
4. HAKIKAT DIMENSI AGAMA SECARA UMUM
Menurut Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai
macam ekspresi simbolik tentang dan respon tepat terhadap segala nilai yang tidak
terbatas bagi mereka (Cavanagh, 1978: 20). Sedangkan menurut Charles Glock dan
Rodney Stark yang mengidentifikasi lima dimensi saling berbeda, namun hanya dengan
kelimanya seseorang disebut “religious”(eksperimental, ideologis, ritualistic, intelektual,
dan konsekuensional) (Holm, 1977: 18). Dimensi-dimensi tersebut yaitu:
a. Dimensi kepercayaan (belief), yaitu keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok
ajaran imannya. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman,
tentu seseorang tidak akan menjadi bagian dari komunitas orang beriman tersebut.
b. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan
sebagai suatu ibadah yang formal. Secara asasi ritual adalah bentuk pengulangan
sebuah pengalaman agama yang pernah terjadi pada masa awal pembentukan agama
itu sendiri. Sedangkan yang dimaksudkan dengan devotional adalah ibadah yang
dilakukan secara pribadi dan informal.
c. Dimensi pengalaman (experience), yaitu pengalaman berjumpa secara langsung dan
subyektif dengan Tuhan. Atau dengan kata lain, mengalami kehadiran dan karya
Tuhan dalam kehidupannya. Pengalaman keagamaan ini (religious experience) bisa
menjadi awal dari keimanan seseorang, tetapi juga bisa terjadi setelah seseorang
mengimani suatu agama tertentu. Entahkah pengalaman itu berada di awal ataupun di
tengah-tengah, pengalaman ini berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya
seseorang.
d. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok
dalam iman keyakinannya, atau yang sering kita kenal dengan dogma, doktrin atau
ajaran. Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan).
Seseorang akan terbantu untuk menjadi semakin yakin dan percaya apabila ia
mengetahui apa yang dipercayainya.
e. Dimensi etis, di mana umat mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam
kehidupan sehari-harinya. Dimensi etis ini mencakup perilaku, tutur kata, sikap dan
orientasi hidupnya. Dan hal ini tentu saja dilandasi pada pengenalan atau pengetahuan
tentang ajaran agamanya dan percaya bahwa apa yang diajarkan oleh agamanya
adalah benar adanya.

Menurut Ninian Smart dalam karyanya The Religious Experience Of Mankind (1967)
menyebutkan, bahwa dimensi agama terdapat tujuh bagian, yaitu:
a. Dimensi pertama adalah dimensi praktis-ritual yang sebagaimana tampak dalam
upacara suci, perayaan hari besar, pantang dan puasa untuk pertobatan, doa,
kebaktian, dan sebagainya yang berkenaan dengan ritualiatas agama.
b. Dimensi kedua, emosional-eksperiensial menunjuk pada perasaan dan pengalaman
para penganut agama, dan tentunya bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar
biasa yang dialami para penganut menimbulkan berbagai macam perasaan dari
kesedihan dan kegembiraan, kekaguman dan sujud, ataupun ketakutan yang
membawa pada pertobatan. Topik yang penting dalam dimensi pengalaman
keagamaan antara lain yang disebut mistik, di mana si pemeluk merasakan kesatuan
erat dengan ilahi.
c. Dimensi ketiga, naratif atau mistik menyajikan kisah atau cerita-cerita suci, untuk
direnungkan, dicontoh, karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan
ataupun kejadian-kejadian yang penting dalam pembentukan agama yang
bersangkutan.
d. Dimensi keempat, filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan
pemikiran rasional, argumentasi, dan penalaran terutama menyangkut ajaran-ajaran
agama, pendasaran hidup, dan pengertian dari konsep-konsep yang dianut oleh agama
itu.
e. Dimensi kelima, legal-etis menyangkut tata tertib hidup dalam agama itu, pengaturan
bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang disertai pula dengan
system penghukuman kalau terjadi pelanggaran.
f. Dimensi keenam, sosial-institusional mengatur kehidupan bersama menyangkut
kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin, kejemaatan,
dan penggembalaan.
g. Dimensi terakhir yaitu dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang
digunakan untuk pemujaan atau untuk pelaksanaan kehidupan agama itu. Termasuk
di sini bangunan-bangunan, tempat-tempat ibadah. Ketujuh dimensi ini dapat diamati
dan diteliti dalam perspektif pengalaman keagamaan.
5. HAKIKAT DIMENSI AGAMA MENURUT MASING-MASING AGAMA
a. MENURUT AGAMA ISLAM
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan
dia adalah agama yang berintikkan keimanan dan perbuatan (amal).Pada
dasarnya Al-Islam yaitu Islam yang dikehendaki oleh agama ialah tunduk dan takluk
kepada segala perintah dan petunjuk yang diberitahukan oleh Rasulullah saw.
Sebenarnya dimensi-dimensi dalam Islam berawal dari sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim yang dimuat dalam masing-
masing kitab sahinya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad Saw dan
Malaikat Jibril tentang trilogi ajaran Ilahi. Haditsnya sebagai berikut:
“Nabi Muhammad Saw keluar dan (berada di sekitar sahabat) seseorang datang
menghadap beliau dan bertanya:” Hai Rasul Allah, apakah yang dimaksud
denganiman? “Beliau menjawab: “ Iman adalah engkau percaya kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya
kepada kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: ” Apakah yang dimaksud
denganIslam?’Beliau menjawab: “ Islam adalah engkau menyembah Allah dan tidak
musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat wajib, engkau tunaikan zakat wajib, dan
engkau berpuasa pada bulan Ramadhan. “ Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “
Apakah yang dimaksud dengan ihsan? “ Nabi Muhammad Saw menjawab: “ Engkau
sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engkau tidak melihat-Nya,
maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu….”
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa antara Islam, iman, dan ihsan. Setiap
pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidah absah tanpa iman,
dan iman juga mustahil tanpa Islam. Pada dasarnya setiap seorang yang mengaku
beragama Islam bukanlah hanya sekedar Islam, namun seseorang tersebut harus
mempunyai kepercayaan (ketauhidan), membenarkan dengan hati lalu dibuktikan
dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Dalam istilah Islam, iman, dan ihsan terdapat
tumpang tindih.
Iman dan Islam merupakan dua hal yang berbeda. Kenyataannya orang badui
tersebut telah tunduk kepada perintah-perintah Allah namun tidak berarti mereka
telah beriman kepada Allah. Bisa jadi ketundukkan mereka lantaran takut kepada
Allah atau untuk menjalin persahabatan atau persekutuan, atau lantaran kepentingan
untuk menikahi seorang gadis Muslim.Kedua, iman bertempat di hati. Dalam ayat
yang lain al-Qur’an menyatakan: mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya,
sedang hatinya menolak (9:8). Ketiga, ketundukkan merupakan bidang ketaatan dan
perbuatan (‘amal). Manusia taat kepada Tuhan dengan mengerjakan apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka
b. MENURUT AGAMA HINDU
Menurut sistem astika dan nastika, ada sembilan filsafat India klasik. Enam di
antaranya merupakan filsafat Hindu klasik (astika) yang mengakui
otoritas Weda sebagai kitab suci. Tiga filsafat lainnya merupakan
aliran heterodoks (nastika) yang tidak mengakui otoritasWeda, namun menekankan
tradisi perguruan yang berbeda. Adapun enam filsafat Hindu tersebut sebagai berikut:
1.) Samkhya: Mazhab ini dianggap sebagai salah satu mazhab filsafat tertua di
India.Mazhab ini bersifat dualisme.Menurut Samkhya, alam semesta terdiri
dari dua realitas:purusa (kesadaran) dan prakerti (materi). Jiwa adalah kondisi
saat purusa terikat pada prakriti karena suatu "perekat" yang disebutkehendak,
dan akhir dari ikatan itu disebut moksa. Samkhya menolak bahwa sumber
segalanya adalah Iswara (Tuhan).
2.) Yoga: mazhab yang menekankan pada pengendalian diri dan pikiran. Mazhab
Yoga menerima psikologi dan metafisika yang diajarkan Samkhya, namun
bersifat lebih teitis daripada Samkhya, karena ditambahkannya entitas
ketuhanan pada 25 elemen realitas menurut Samkhya.
3.) Nyaya: mazhab logika dalam Hinduisme. Menurut mazhab Nyaya, ada empat
sumber untuk memperoleh pengetahuan (pramana): persepsi, inferensi,
perbandingan, dan testimoni.
4.) Waisesika: mazhab atomisme dalam Hinduisme yang menyatakan bahwa
segala benda di alam semesta dapat dibagi-bagi menjadi
sejumlah atom. Secara historis, mazhab ini dikaitkan erat dengan Nyaya.
Meskipun sistem Waisesika dan Nyaya berkembang secara mandiri, keduanya
bergabung karena teori-teori metafisis yang memiliki keterkaitan. Akan tetapi,
dalam bentuknya yang klasik, ajaran Waisesika berbeda dengan Nyaya,
karena Nyaya mengakui empat sumber pengetahuan, sementara Waisesika
hanya mengakui persepsi dan inferensi.
5.) Mimamsa: Mazhab Mimamsa mengandung doktrin
yang ateistis maupun teistis dan tidak terlalu tertarik pada keberadaan Tuhan,
namun pada karakteristik darma.Mimamsa sangat memerhatikan penafsiran
tekstual, sehingga memberi rintisan pada kajian filologi dan filsafat bahasa.
Gagasannya tentang "tuturan" (śabda) sebagai kesatuan suara dan makna
(penanda dan petanda) yang tak dapat dibagi lagi dipengaruhi
oleh Bhartṛhari (kr. abad ke-5).
6.) Wedanta: mazhab yang berfokus pada kajian tentang tiga sastra
dasar dalam filsafat Hindu, yaitu Upanishad, Brahmasutra,
danBhagawadgita.Sekurang-kurangnya, ada sepuluh aliran dalam mazhab
Wedanta,namun tiga di antaranya: Adwaita,Wisistadwaita, dan Dwaitalebih
termasyhur.

Dalam sejarah agama Hindu, keberadaan enam mazhab tersebut di atas


mencapai masa gemilang pada masa Dinasti Gupta. Dengan bubarnya Waisesika dan
Mimamsa, perguruan filsafat tersebut kehilangan pamornya pada masa-masa
berikutnya, sedangkan berbagai aliran-aliran Wedanta mulai naik pamor sebagai
cabang-cabang utama dalam filsafat keagamaan. Nyaya bertahan sampai abad ke-
17 dan berganti nama menjadi Nawya-nyaya ("Nyaya Baru"), sedangkan Samkhya
lenyap perlahan-lahan, namun ajarannya diserap oleh Yoga dan Wedanta.

c. MENURUT AGAMA KRISTEN PROTESTAN


Ada beberapa keyakinan yang tersebar pada Protestantisme yaitu doktrin sola
gratia, sola fide, dan sola scriptura.
1.) Sola gratia adalah satu dari lima sola yang menjadi rangkuman kepercayaan dasar
para pelopor Reformasi Protestan.Di dalam sola gratia keselamatan sorgawi itu
kita peroleh bukan atas landasan Balance System yang berdasarkan usaha,
kekuatan, kemampuan, dan daya sendiri, melainkan oleh karena iman (sola fide)
dan lebih lanjut ditegaskan oleh rasul Paulus dalam Efesus 2:8-9 bahwa
keselamatan sorgawi itu adalah Karunia/pemberian atau Anugerah Allah (sola
gratia).Jadi dengan demikian, Keselamatan sorgawi itu hanya Allah Anugerahkan
kepada orang-orang yang beriman saja
2.) Sola fide adalah pemahaman iman yang sangat mengandalkan iman kepada Yesus
Kristus.Ajaran imannya disebut Solafidianisme. Sola Fide mengajarkan bahwa
keselamatan manusia hanya diperoleh dari pembenaran oleh iman semata-
mata.Ajaran ini merupakan reaksi terhadap ajaran yang menekankan keselamatan
manusia terletak pada perbuatan baik manusia.Selain ajaran yang menekankan
perbuatan baik, hal ini juga merupakan kritik terhadap gereja Kristen pra
reformasi yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya ada dalam gereja.Manusia
diampuni dosanya jika ia beriman kepada Allah dalam Yesus Kristus.
3.) Sola scriptura mempertahankan bahwa Alkitab (bukan tradisi gereja atau
interpretasi gerejawi dari Alkitab) adalah sumber otoritas final untuk semua orang
Kristen.Sola Scriptura adalah sebuah paham yang dianut oleh gereja-
gereja reformasi dalam iman Kristen terkait dalam memperlakukan kitab sucinya,
yaitu Alkitab.Oleh karena itu Luther mengupayakan Alkitab diterjemahkan dalam
bahasa lokal, misalnya Luther menerjemahkan Alkitab ke bahasa Jerman,
dan Yohanes Calvin menerjemahkan dalam bahasa Perancis.Jika gereja
sebelumnya memberikan otoritas utamanya kepadaPaus, para reformator
memberikan otoritas tertinggi pada Alkitab.Iman dan tindakan orang percaya
(kepada Yesus) selalu didasarkan pada Alkitab.
d. MENURUT AGAMA KATOLIK
Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan
tujuh sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut kitab Suci maupun Tradisi
Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik
Roma sebagai berikut:
1.) Baptis
Baptisan adalah ritualpemurnian dengan menggunakan air.
Baptisan dikenal sebagai ritual inisiasi Kristen yang melambangkan
pembersihan dosa. Ritual Kristen ini dimulai oleh Yohanes Pembaptis, yang
menurut Alkitab membaptis Yesus di Sungai Yordan.
2.) Pengakuan dosa
Sakramen Pengakuan Dosa (sering disebut juga Sakramen Tobata tau
Sakramen Rekonsiliasi) Melalui sakramen ini mereka juga sekaligus
didamaikan dengan Gereja yang telah mereka lukai karena dosa-dosa mereka.
Dengan menerima Sakramen Rekonsiliasi, peniten (sebutan bagi yang
melakukan pengakuan, namun maknanya tidak sebatas dalam hal ini saja)
dapat memperoleh pengampunan atas dosa-dosa yang diperbuat
setelah Pembaptisan; karena Sakramen Baptis tidak membebaskan seseorang
dari kecenderungan berbuat dosa.
3.) Ekaristi
Perjamuan Kudus, Perjamuan Suci, Perjamuan Paskah atau Ekaristi
adalah suatu ritus yang dipandang oleh
kebanyakan Gereja dalam Kekristenan sebagai suatu sakramen. Menurut
beberapa kitab perjanjian baru, Ekaristi dilembagakanoleh Yesus
Kristus saat Perjamuan Malam Terakhir.Yesus memberikan murid-murid-
Nya roti dan anggur saat makan Paskah, lalu memerintahkan para
pengikutnya: "perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" sambil merujuk
roti tersebut sebagai "tubuh-Ku" dan anggur tersebut sebagai "darah-Ku".
4.) Penguatan/Krisma
Dalam gereja Katolik Roma, penguatan adalah salah satu dari
tujuh sakramen. Penguatan dipandang sebagai pemberian
sumber kebijakan, pengetahuan dan keberanian bagi penerima, bila penerima
menginginkannya dengan hati terbuka. Dan penguatan adalah pemenuhan dari
kata Kristus yang berkata "Dan kau akan tahu kebenaran dalam Kristus".
(Yohanes 8:32). Secara umum di defenisikan sebagai pengetahuan dalam
penguatan iman dalam lingkupan hidup dalam kristen khatolik. Hal ini
meyakinkan menjadi suatu pedoman hidup dalam penguatan hati dan iman.
5.) Imamat
Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya seseorang
dijadikan uskup, imam, atau diakon, sehingga penerima sakramen ini
dibaktikan sebagai citra Kristus. Hanya uskup yang boleh melayankan
sakramen ini.Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan
kegenapan sakramen Imamat baginya, menjadikannya anggota badan penerus
(pengganti) para rasul, dan memberi dia misi untuk mengajar, menguduskan,
dan menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja.Pentahbisan seseorang
menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan
Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup
yang bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-
kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi.
6.) Pernikahan
Pernikahan atau Perkawinan, adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi
penerimanya guna suatu misi khusus dalam pembangunan Gereja, serta
menganugerahkan rahmat demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini,
yang dipandang sebagai suatu tanda cinta-kasih yang menyatukan Kristus
dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan suatu ikatan yang
bersifat permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah. Dengan
demikian, suatu pernikahan antara seorang pria yang sudah dibaptis dan
seorang wanita yang sudah dibaptis, yang dimasuki secara sah dan telah
disempurnakan dengan persetubuhan, tidak dapat diceraikan. Demi kesahan
suatu pernikahan, seorang pria dan seorang wanita harus mengutarakan niat
dan persetujuan-bebas (persetujuan tanpa paksaan) masing-masing untuk
saling memberi diri seutuhnya, tanpa memperkecualikan apapun dari hak-
milik esensial dan maksud-maksud perkawinan. Jika salah satu dari keduanya
adalah seorang Kristen non-Katolik, maka pernikahan mereka hanya
dinyatakan sah jika telah memperoleh izin dari pihak berwenang terkait dalam
Gereja Katolik. Jika salah satu dari keduanya adalah seorang non-Kristen
(dalam arti belum dibaptis), maka diperlukan izin dari pihak berwenang
terkait demi sahnya pernikahan.
7.) Pengurapan orang sakit
Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit
dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan orang
sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah mencapai
penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau
usia lanjut" (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit ataupun makin
memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima
berkali-kali oleh seseorang.
e. MENURUT AGAMA BUDDHA
Dalam agama Buddha terdapat 6 dimensi atau konsep ajaran agama Buddha yaitu:
1.) Dimensi Doktrinal Filosofis, yaitu:
a.) Empat Kesunyataan Mulia, Empat Kebenaran Mulia adalah kebenaran
yang berlaku bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya,
maupun agama. Empat Kebenaran itu adalah:
i. Kebenaran tentang adanya Dukkha (Dukkha)
Berbagai bentuk penderitaan yang ada di dunia ini dapat
dirangkum ke dalam tiga bagian utama atau kategori, yaitu:
- Penderitaan Biasa (Dukkha-Dukkha), misalnya sakit flu, sakit
perut, sakit gigi, dan sebagainya.
- Penderitaan karena Perubahan (Viparinama-Dukkha), misalnya
berpisah dengan yang dicintai, berkumpul dengan yang
dibenci, tidak tercapai apa yang diinginkan, sedih, ratap tangis,
putus asa, dan sebagainya.
- Penderitaan karena memiliki Badan Jasmani (Sankhara-
Dukkha), yaitu penderitaan karena kita lahir sebagai manusia,
sehingga bisa mengalami sakit flu, sakit gigi, sedih, kecewa,
dan sebagainya.
ii. Kebenaran tentang sebab Dukkha (Dukkha Samudaya)
Ketiga macam penderitaan di atas tentu tidak muncul
begitu saja, tetapi karena ada sebab yang mendahului, BUKAN
asal mula. Karena disebut dengan SEBAB, maka hal itu tidak
dapat diketahui awal dan akhirnya. Sebab penderitaan itu adalah
karena manusia diliputi Keserakahan, Kebencian dan Kegelapan
Batin, sehingga mengakibatkan kelahiran yang berulang-ulang dari
masa ke masa dari satu alam ke alam berikutnya.Inilah sebab
penderitaan yang menyelimuti kebanyakan umat manusia, yaitu
Nafsu yang tiada henti (Tanha), dan Avijja (kegelapan batin) yang
menjadi sebab kelahiran berulang-ulang bagi dirinya.
iii. Kebenaran tentang lenyapnya Dukkha (Dukkha Niroda)
Sebagaimana kesakitan akan sembuh manakala sebabnya
telah diketahui dan diberikan obat yang tepat, demikian pula
penderitaan seseorang juga dapat ditransformasikan dengan
mempraktikkan cara-cara yang benar dan berlaku secara universal.
Kebahagiaan akan dicapai manakala ia terbebas dari penderitaan
itu. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan sejati, yang mana tidak
akan diketahui ke mana perginya seseorang yang telah bebas dari
derita batin dan jasmani. Inilah kebahagiaan Nirwana (Nibbana).
Kebahagiaan yang dapat dicapai BUKAN setelah meninggal dunia
saja, tetapi juga ketika masih hidup di dunia ini.
iv. Kebenaran tentang jalan berunsur 8 menuju akhir Dukkha (Dukkha
Nirodha Gamini Patipada Magga)
Cara melenyapkan Dukkha adalah dengan memiliki 8 unsur
berikut (disebut juga Jalan Mulia Berunsur Delapan):
- Kebijaksanaan (Pali:Pañña ; Sanskerta:prajñā)
- Pengertian Benar (sammä-ditthi)
- Pikiran Benar (sammä-sankappa)
- Kemoralan (Pali: Sīla)
- Ucapan Benar (sammä-väcä)
- Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
- Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
- Konsentrasi (Pali: Samädhi)
- Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
- Perhatian Benar (sammä-sati)
- Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
b.) Hukum Kamma (Perbuatan) Kamma adalah kata dalam bahasa Pali yang
berarti yang berarti perbuatan. Makna yang luas dan sebenarnya dari
Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-
bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk
(tidak bermoral). Kamma dapat dibagi dalam tiga golongan: Kamma
Pikiran (mano-kamma), Kamma Ucapan (vaci-kamma), Kamma
Perbuatan (kaya-kamma).

c.) Hukum sebab-musabab


Paticca samuppada berarti Hukum Sebab-Musabab yang saling
bergantungan merupakan salah satu ajaran terpenting dalam agama
Buddha.Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam
kehidupan semua mahluk, khususnya manusia. Dengan menganalisa dan
merenungkan Paticca Samuppada inilah, Siddhartha Gautama (yang pada
saat itu masih menjadi Petapa) akhirnya mencapai Penerangan Sempurna
menjadi Buddha.Penerapan akan Paticcasamuppada terdiri dari dua
bagian, satu bagian mengenai pengertian akan Dukkha, dan bagian lain
mengenai kelahiran kembali.
d.) Hukum Tilakkhana (Tiga corak Universal)
Tiga Corak Umum (bahasa Pali: Tilakkhana; bahasa
Sanskerta: Tri-lakkhana) yang sering digunakan oleh mazhabTheravada,
dikenal dengan sebutan Tiga Kesunyataan Mulia oleh
mazhab Mahayana merupakan konsep Agama Buddha mengenai ciri
umum kenyataan eksistensi seperti yang diserap oleh persepsi. Menurut
tradisi Agama Buddhasemua fenomena yang hadir dalam keberadaan
selain dari Nirwana dikusasai oleh tiga ciri umum,
yaitu:ketidakkekalan, penderitaan, dan ketiadaakuan (atau tanpa inti).
- Ketidak-kekalan ini menunjukkan bahwa semua kondisi akan
hilang atau tidak kekal, tetapi juga menunjukkan semua kondisi
pada situasi yang terus berputar (bayangkan sebuah daun
tumbuh dari sebuah pohon, daun itu akan rontok dari pohon
dan digantikan dengan daun yang baru)
- Penderitaan sering pula diterjemahkan sebagai "ketidak-
puasan". Arti filosofisnya lebih menyerupai "kegelisahan",
selayaknya berada dalam keadaan terganggu. Dengan
demikian, "penderitaan" merupakan artian yang terlalu sempit
untuk "konotasi emosional yang negatif" (Jeffrey Po).
- Tanpa Inti atau ke Tidak-akuan, impersonal, atau Tanpa-Ego,
adalah antipola dari konsep "Diri" atau Ego. Dalam tradisi
Hindu ada kebenaran yang mengikat segala fenomena atau zat
pengikat segala hal ihwal(Sanskrit:"Atman").
2.) Dimensi Ritual atau Peribadatan
Terdapat empat hari raya besar atau ritual resmi dalam Agama Buddha.
Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya
Trisuci Waisak, sekaligus satu-satunya hari raya umat Buddha yang dijadikan
hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.
a.) Waisak, Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan
peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama
sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa
Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana.
b.) Kathina, Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada
Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat
Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan
tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha
juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan
berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha.
c.) Asadha, Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha
Puja / Asalha Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah
Hari Raya Waisak, guna memperingati peristiwa dimana Buddha
membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5 orang pertapa
(Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum
Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa,
Mahanama dan Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma,
mereka mencapai arahat. Lima orang pertapa, bekas teman berjuang
Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela merupakan orang-
orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan
mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bersama
dengan Panca Vagghiya Bhikkhu tersebut, Buddha membentuk Arya
Sangha Bhikkhu(Persaudaraan Para Bhikkhu Suci) yang pertama (tahun
588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha, maka Tiratana
(Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma
(yang ditemukan oleh Buddha).
d.) Magha Puja, Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya
Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu.
Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat
tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu:Bhikkhu
yang ditasbihkan sendiri oleh sang Buddha), yang kehadirannya itu tanpa
diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu,
Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha. Tempat
ibadah agama Buddha disebut Vihara

Ritual tidak resmi, terdapat puja bhakti minggu, puja bhakti manggala dan
avamanggala.

3.) Dimensi Naratif (Kitab Suci)


Agama buddha memiliki kitab suci yang biasa disebut dengan tipitaka
(pali) atau tripitaka (sansekerta), yang memiliki arti tiga keranjang atau tiga
kelompok yaitu:
a.) Vinaya Pitaka : berisi aturan-aturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni.
Vinaya Pitaka adalah bagian pertama dari tiga bagian Tripitaka,
kitab suci agama Buddha. Bagian ini berisi hal-hal yang berkenaan dengan
peraturan-peraturan bagi para bhikkhu dan bhikkhuni yang terdiri atas 3
bagian:
I. Sutta Vibhanga
Kitab Sutta Vibhanga berisi peraturan-peraturan bagi
para Bhikkhu dan Bhikkhuni, terdiri dari:
- Bhikkhu Vibhanga, Khandhaka, Kitab Khandhaka terbagi atas:
- Kitab Mahavagga
- Kitab Culavagga

II. Parivara
Kitab Parivara memuat ringkasan dan pengelompokan peraturan-
peraturan Vinaya, yang disusun dalam bentuk tanya jawab untuk
dipergunakan dalam pengajaran dan ujian.
b.) Sutta Pitaka : berisi khotbah-khotbah sang buddha dan murid-
muridnya.Sutta Pitaka terdiri atas 5 kumpulan (nikaya) atau buku, yaitu:
I. Digha Nikāya, Dīgha Nikāya terdiri dari 34 kumpulan diskusi-diskusi
II. Majjhima Nikāya, yang memuat khotbah-khotbah menengah atau yang
memiliki panjang sedang.
III. Saṁyutta Nikāya, Samyutta Nikaya merupakan buku ketiga dari Sutta
Pitaka yang terdiri atas 7.762 sutta. Buku yang aslinya ditulis
dalam bahasa Pali ini dibagi menjadi lima vagga utama dan 56 bagian
yang disebut Samyutta.Aṅguttara Nikāya
IV. Anguttara Nikaya (dalam bahasa Pali: Aṅguttara Nikāya), merupakan
buku keempat dari Sutta Pitaka yang terdiri dari sebelas kelompok,
Anguttara Nikaya selaras dengan Ekottara Agama ("Ceramah Satu
Peningkatan") yang didapati dalam Sutta Pitaka dari berbagai naskah
berbahasa Sanskerta pada awal Buddhisme, sebagian masih ada
dalam berbahasa Sanskerta. Kumpulan lengkap didapati dalam
terjemahan bahasa Tionghoa oleh seseorang bernama Zēngyī
Ahánjīng (增一阿含經)
V. Khuddaka Nikāyamerupakan lima nikaya, atau kumpulan terakhir
dalam "keranjang" Sutta Piṭaka. Nikaya ini berisikan limabelas
(Thailand), tujuhbelas (Sri Lanka) atau delapan belas (Myanmar)
dalam beragam edisi yang ditujukan kepada Buddha dan pemimpin
pengikutnya.
c.) Abhidhamma Pitaka : berisi uraian-uraian tentang kejiwaan Buddhisme
(psikologi, filsafat dan metafisika).Sebagai ajaran tertinggi Abhidhamma
memungkinkan seseorang untuk mencapai pembebasan mutlak dari semua
bentuk penderitaan, karena Abhidhamma berguna untuk mengembangkan
pandangan terang (Vipassana bhavana). Tetapi tidak pula dikatakan bahwa
Abhidhamma mutlak atau sangat perlu untuk mencapai kebebasan,
pengertian dan pencapaian kebebasan semata-mata tergantung pada diri
sendiri. Dikatakan bahwa Empat Kesunyataan Mulia yang merupakan
landasan ajaran Sang Buddha terdapat dalam diri masing-masing manusia.
Dhamma tidak terlepas dari diri manusia sendiri; manusia perlu mencari
ke dalam diri mereka sendiri dan kebenaran akan tampak.
Abhidhamma Pitaka berisi tentang uraian
mengenai filsafat, metafisika dan ilmu jiwa Buddha Dhamma, yang terdiri
dari 42.000 Dhammakhandha (pokokDhamma), yang terbagi menjadi
tujuh kitab:Dhamma sangaṇī.Vibhanga.Dhātukathā.Puggala
paññatti.Kathāvatthu.Yamaka. Paṭṭhana.
4.) Dimensi Material atau Simbol
a.) Air merupakan simbol dari kerendahan hati dan kesucian.
b.) Lilin merupakan simbol dari cahaya atau penerangan batin.
c.) Bunga merupakan simbol dari ketidak-kekalan.
d.) Dupa merupakan simbol dari keharuman nama baik seseorang.
e.) Buddha Rupang merupakan simbol penghormatan.
f.) Bendera Buddhis merupakan Simbol roda dhamma
5.) Dimensi Institusional (Kelembagaan)
Pancasila Buddhis:
a.) Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
b.) Aku bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak
diberikan.
c.) Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila.
d.) Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan bohong.
e.) Aku bertekad melatih diri menghindari minuman keras, barang madat
yang menyebabkan lemahnya kesadaran.
f. MENURUT AGAMA KONGHUCU
Intisari agama konghucu yaitu: Falsafah Dasar, Delapan Pengakuan Iman (Ba
Cheng Chen Gui), Lima Sifat Mulia (Wu Chang), Lima Etika (Wu Lun), Delapan
Kebijakan (Ba De), Kitab Suci
1.) Falsah Dasar, terdiri dari:
a.) Tian adalah Maha Pencipta alam semesta. Manusia tidak dapat memahami
hakikat sejati Tian sehingga Ia dilambangkan dengan ciri-ciri berikut:
- Yuan: yang selalu hadir.
- Heng: yang selalu berhasil.
- Li : yang selalu membawa berkah.
- Zhen: yang selalu adil, tidak membeda-bedakan.
b.) Xing adalah jati diri manusia, kodrat, yaitu perwujudan firman Tian (Tian
Ming) dalam diri manusia. Xing menghubungkan Tian dengan segala
ciptaannya. Manusia sulit mengenali xingnya karena tertutup oleh emosi,
napsu; maka manusia harus dibimbing dengan pedoman etika.
Meskipun xing setiap manusia berbeda-beda, tetapi memiliki satu persamaan
yaitu Ren (perikemanusiaan).
c.) Renatau perikemanusiaan dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu Zhong (setia) dan Shu (solidaritas). Zhong merupakan kependekan dari
istilah zhong yi Tian (setia kepada Tuhan), yaitu berserah diri ,lahir dan batin
kepada Tuhan. Shu merupakan kependekan dari istilah shu yi ren (solider
kepada sesama manusia atau "cinta kasih sejati").
d.) Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui)dalam agama Khonghucu:
a.) Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
b.) Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
c.) Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
d.) Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
e.) Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
f.) Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
g.) Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
h.) Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
2.) Lima Sifat Mulia (Wu Chang) Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang
a.) Ren - Cinta Kasihyaitu sifat mulia pribadi seseorang terhadap moralitas, cinta
kasih, kebajikan, kebenaran, tahu-diri, halus budi pekerti, tanggang rasa,
perikemanusiaan. Ini merupakan sifat manusia yang paling mulia dan luhur.
b.) Yi - Kebenaran/ Keadilan/ Kewajibanyaitu sifat mulia pribadi seseorang
dalam solidaritas serta senantiasa membela kebenaran. Bila Ren sudah
ditegakkan, maka Yi harus menyertai.
c.) Li - Kesusilaan/ Kepantasanyaitu sifat mulia pribadi seseorang yang bersusila,
sopan santun, tata krama, dan budi pekerti. Semula Li hanya dikaitkan dengan
perilaku yang benara dalam upacara keagamaan, tetapi selanjutnya diperluas
hingga ke adat-istiadat dan tradisi dalam masyarakat.
d.) Zhi – Bijaksana yaitu sifat mulia pribadi seseorang yang arif bijaksana dan
penuh pengertian. Kong Hu Cu merangkaikan munculnya kebijaksanaan
seseorang dengan selalu sabar dalam mengambil tindakan, penuh persiapan,
melihat jauh ke depan, serta memperhitungkan segala kemungkinan yang akan
terjadi.
e.) Xin - Dapat dipercayayaitu sifat pribadi seseorang yang selalu percaya diri,
dapat dipercaya orang lain, dan senantiasa menetapti janji.
3.) Lima Etika (Wu Lun) merupakan Lima hubungan norma etika dalam
bermasyarakat merupakan bentuk dasar interaksi manusia. Dengan menjalani
kehidupan yang sesuai dengan asas Wu Lun, seseorang akan menikmati
keselarasan dalam kepribadiannya maupun dalam hubungannya dengan
masyarakat antara lain:
a.) Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
b.) Hubungan antara Suami dan Isteri
c.) Hubungan antara Orang tua dan anak
d.) Hubungan antara Kakak dan Adik
e.) Hubungan antara Kawan dan Sahabat
4.) Delapan Kebijakan (Ba De), terdiri dari:
a.) Xiao - Laku Bakti; yaitu berbakti kepada orangtua, leluhur, dan guru.
b.) Ti - Rendah Hati; yaitu sikap kasih sayang antar saudara, yang lebih muda
menghormati yang tua dan yang tua membimbing yang muda.
c.) Zhong - Setia; yaitu kesetiaan terhadap atasan, teman, kerabat, dan negara.
d.) Xin - Dapat Dipercaya
e.) Li - Susila; yaitu sopan santun dan bersusila.
f.) Yi - Bijaksana; yaitu berpegang teguh pada kebenaran.
g.) Lian - Suci Hati; yaitu sifat hidup yang sederhana, selalu menjaga kesucian,
dan tidak menyeleweng/ menyimpang.
h.) Chi - Tahu Malu; yaitu sikap mawas diri dan malu jika melanggar etika dan
budi pekerti.
5.) Kitab Suci, Kitab suci agama Khonghucu dibagi menjadi dua kelompok:
a.) Wu Jing (五經) (Kitab Suci yang Lima) yang terdiri atas:

- Kitab Sanjak Suci 詩經 Shi Jing


- Kitab Dokumen Sejarah 書經 Shu Jing
- Kitab Wahyu Perubahan 易經 Yi Jing
- Kitab Suci Kesusilaan 禮經 Li Jing
- Kitab Chun-qiu 春秋經 Chunqiu Jing
b.) Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas:

- Kitab Ajaran Besar - 大學 Da Xue


- Kitab Tengah Sempurna - 中庸 Zhong Yong
- Kitab Sabda Suci - 論語 Lun Yu
- Kitab Mengzi - 孟子 Meng Zi

Selain itu masih ada satu kitab lagi: Xiao Jing (Kitab Bhakti).

Anda mungkin juga menyukai