Anda di halaman 1dari 6

MANUSIA DAN AGAMA

Who’s human?
 Makhluk Allah Swt diciptakan dari tanah sebagai khalifah di muka bumi
 Al-Quran menyebut dua nama manusia yang dijadikan nama surah, yaitu
al-Insaan (76) dan al-Naas (114)
 Ada beberapa kalimat yang mewakili makna manusia yang disebutkan
dalam Al-Quran, yaitu: Basyar, Al-Naas, Al-Insaan, Unaas, Insi

Karakteristik manusia
 Manusia makhluk mulia
 Manusia makhluk berfikir
 Manusia makhluk unik

Agama
 Agama [Sanskerta, a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau
adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan
tertentu. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang
berarti "tradisi".[1].
 Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare
yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Definisi agama
 Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya.
 Definisi agama secara umum adalah kepercayaan yang suci yang
terkumpul dalam suatu set prilaku yang menunjukkan ketundukan pada
suatu Dzat, kecintaan, hinaan keinginan dan kekaguman. (muqoronatul
adyan KMI Gontor)
 Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin
berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas
beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya

lanjutan
 Mukti Ali berpendapat bahwa ada tiga argumentasi yang dapat dijadikan
alasan dalam menanggapi statemen “Barangkali tak ada kata yang
paling sulit diberikan pengertian dan defenisi selain dari kata
agama.”.
 Pertama karena pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif.
Kedua barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional
daripada membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama
selalu dengan emosi yang kuat dan yang ketiga konsepsi tentang
agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan
pengertian agama.

Paradigma sosiolog
 Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem
sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan
tertentu [yang supra natural] dan berfungsi agar dirinya dan masyarakat
keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan
masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri atau pengajar
utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial
tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-kata yang
langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan
kata-kata tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat
difungsikan untuk mencapai atau memperoleh keselamatan [dalam arti
seluas-luasnya] secara pribadi dan masyarakat.

Paradigma kebudayaan
 Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya,
manusia membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan
perkembangan budaya serta peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-
bentuk penyembahan kepada Ilahi [misalnya nyanyian, pujian, tarian,
mantra, dan lain-lain] merupakan unsur-unsur kebudayaan. Dengan
demikian, jika manusia mengalami kemajuan, perubahan,
pertumbuhan, dan perkembangan kebudayaan, maka agama pun
mengalami hal yang sama. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan
ritus, nyanyian, cara penyembahan [bahkan ajaran-ajaran] dalam
agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan sikon dan perubahan
sosio-kultural masyarakat.

Tiga unsur agama


 Manusia
 Penghambaan
 Tuhan
Pada setiap agama ada keterikatan kuat antara yang menyembah
[manusia] dan yang disembah atau Ilahi. Ikatan itu menjadikan yang
menyembah [manusia, umat] mempunyai keyakinan tentang
keberadaan Ilahi. Keyakinan itu dibuktikan dengan berbagai tindakan
nyata [misalnya, doa, ibadah, amal, perbuatan baik, moral, dan lain-
lain] bahwa ia adalah umat sang Ilahi. Hal itu berlanjut, umat
membuktikan bahwa ia atau mereka beragama dengan cara
menjalankan ajaran-ajaran agamanya.

lanjutan
 Pada setiap agama mempunyai sasaran atau tujuan penyembahan atau
Sesuatu Yang Ilahi dan disembah. Ia bisa disebut TUHAN, Allah, God,
Dewa, El, Ilah, El-ilah, Lamatu’ak, Debata, Gusti Pangeran, Deo, Theos
atau penyebutan lain sesuai dengan konteks dan bahasa masyarakat
[bahasa-bahasa rakyat] yang menyembah-Nya.
 Penyebutan tersebut dilakukan karena manusia percaya bahwa Ia yang
disembah adalah Pribadi yang benar-benar ada; kemudian diikuti
memberi hormat dan setia kepada-Nya. Jadi, jika ada ratusan
komunitas bangsa, suku, dan sub-suku di dunia dengan bahasanya
masing-masing, maka nama Ilahi yang mereka sembah pun berbeda satu
sama lain. Nama yang berbeda itu pun, biasanya diikuti dengan
pencitraan atau penggambaran Yang Ilahi sesuai sikon berpikir manusia
yang menyembahnya. Dalam keterbatasan berpikirnya, manusia
melakukan pencitraan dan penggambaran Ilahi berupa patung, gambar,
bahkan wilayah atau lokasi tertentu yang dipercayai sebagai tempat
tinggal.
 Pada umumnya, setiap agama ada sumber ajaran utama [yang tertulis
maupun tidak tidak tertulis]. Ajaran-ajaran tersebut antara lain: siapa
Sang Ilahi yang disembah umat beragama; dunia; manusia; hidup
setelah kematian; hubungan antar manusia; kutuk dan berkat; hidup
dan kehidupan moral serta hal-hal [dan peraturan-peraturan] etis untuk
para penganutnya.

Cara beragama
 Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti
cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari
angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit
menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi
bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang
dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
 Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di
lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara
beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda
dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki
lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat
meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya
mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan
masyarakatnya.

lanjutan
 Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio
sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara
tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
 Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal
dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan
dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada
orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh
ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi
atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan
bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.

Unsur agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur
pokok:
 Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada
keraguan lagi
 Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
 Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan
Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat
beragama sesuai dengan ajaran agama
 Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan
yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
 Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
Fungsi agama
 Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
 Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia.
 Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
 Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
 Pedoman perasaan keyakinan
 Pedoman keberadaan
 Pengungkapan estetika (keindahan)
 Pedoman rekreasi dan hiburan
 Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

Agama di indonesia
 Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama
Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu
melaksanakan agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No.
6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut.
Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang
mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah. Ada juga
penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya,
meskipun jumlahnya termasuk sedikit.
lanjutan
 Menurut Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-
undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan
agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-
agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah:
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun
demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh
tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah
berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan agama-agama
tersebut.
lanjutan
 Sebenarnya tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak diakui atau
agama resmi dan tidak resmi di Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi
karena adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam negeri pada tahun
1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya menyatakan
kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah
dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap
bertentangan dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang
Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia.
 Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga dikenal
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang ditujukan kepada
sebagian orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi bukan
pemeluk salah satu dari agama mayoritas.

Anda mungkin juga menyukai