Anda di halaman 1dari 107

Agama

sistem kepercayaan supranatural

Berbagai macam simbol agama

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari


kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan
tatanan/perintah dari kehidupan.[note 1] Banyak
agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci
yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna
hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan
mereka tentang kosmos dan sifat manusia,
orang memperoleh moralitas, etika, hukum
agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut
beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama
di dunia.[1]

Banyak agama yang mungkin telah


mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi
tentang apa yang merupakan kepatuhan atau
keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab
suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual,
khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa
atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance,
inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan,
meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat
layanan atau aspek lain dari kebudayaan
manusia. Agama juga mungkin mengandung
mitologi.[2]

Kata agama kadang-kadang digunakan


bergantian dengan iman, sistem kepercayaan
atau kadang-kadang mengatur tugas;[3] Namun,
dalam kata-kata Émile Durkheim, agama
berbeda dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu
adalah "sesuatu yang nyata sosial"[4] Émile
Durkheim juga mengatakan bahwa agama
adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri
atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah jajak
pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59%
dari populasi dunia adalah beragama, dan 36%
tidak beragama, termasuk 13% yang ateis,
dengan penurunan 9 persen pada keyakinan
agama dari tahun 2005.[5] Rata-rata, wanita
lebih religius daripada laki-laki[6]. Beberapa
orang mengikuti beberapa agama atau beberapa
prinsip-prinsip agama pada saat yang sama,
terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip
agama mereka mengikuti tradisional yang
memungkinkan untuk terjadi unsur
sinkretisme.[7][8][9]

Etimologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama
adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "Agama"
berasal dari bahasa Sanskerta, āgama (आगम)
yang berarti "tradisi".[10]. Kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar
pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa


Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin
religio, awalnya digunakan untuk yang berarti
hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa,
merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi,
kesalehan" ( kemudian selanjutnya Cicero
menurunkan menjadi berarti " ketekunan " ).[11][12]
Max Müller menandai banyak budaya lain di
seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India,
sebagai bagian yang memiliki struktur
kekuasaan yang sama pada saat ini dalam
sejarah. Apa yang disebut agama kuno hari ini,
mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".[13]

Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat


diterjemahkan sebagai "agama", tetapi mereka
mungkin menggunakannya dalam cara yang
sangat berbeda, dan beberapa tidak memiliki
kata untuk mengungkapkan agama sama sekali.
Sebagai contoh, dharma kata Sanskerta,
kadang-kadang diterjemahkan sebagai "agama",
juga berarti hukum. Di seluruh Asia Selatan klasik,
studi hukum terdiri dari konsep-konsep seperti
penebusan dosa melalui kesalehan dan upacara
serta tradisi praktis. Jepang pada awalnya
memiliki serikat serupa antara "hukum
kekaisaran" dan universal atau "hukum Buddha",
tetapi ini kemudian menjadi sumber independen
dari kekuasaan.[14][15]

Tidak ada setara yang tepat dari "agama" dalam


bahasa Ibrani, dan Yudaisme tidak membedakan
secara jelas antara, identitas keagamaan
nasional, ras, atau etnis.[16] Salah satu konsep
pusat adalah "halakha", kadang-kadang
diterjemahkan sebagai "hukum" ",yang memandu
praktik keagamaan dan keyakinan dan banyak
aspek kehidupan sehari-hari.
Penggunaan istilah-istilah lain, seperti ketaatan
kepada Allah atau Islam yang juga didasarkan
pada sejarah tertentu dan kosakata.[17]

Definisi

Kegiatan keagamaan di seluruh dunia

Definisi tentang agama di sini sedapat mungkin


sederhana dan meliputi. Definisi ini diharapkan
tidak terlalu sempit maupun terlalu longgar,
tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama
yang selama ini dikenal melalui penyebutan
nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu
lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan
rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang
dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari
titik persamaannya dan titik perbedaannya.

Manusia memiliki kemampuan terbatas,


kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa
ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya.
Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari
sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang
luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai
dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan,
Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti
Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De
Weldadige, dan lain-lain.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari


kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu:

menerima segala kepastian yang menimpa


diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari
Tuhan, dan
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll
yang diyakini berasal dari Tuhan.

Dengan demikian, agama adalah penghambaan


manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian
agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham
atau ajaran yang mengandung ketiga unsur
pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan


sebagai jalan hidup. Yakni bahwa seluruh
aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh
agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan,
bagaimana kita bergaul, bagaimana kita
beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh
aturan/tata cara agama.

Definisi menurut beberapa ahli

Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk


menyebut enam agama yang diakui resmi
oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan,
Hindu, Budhisme, dan Khonghuchu. Sedangkan
semua sistem keyakinan yang tidak atau
belum diakui secara resmi disebut “religi”.[18]
Agama sebagai seperangkat aturan dan
peraturan yang mengatur hubungan manusia
dengan dunia gaib, khususnya dengan
Tuhannya, mengatur hubungan manusia
dengan manusia lainnya, dan mengatur
hubungan manusia dengan lingkungannya.
Secara khusus, agama didefinisikan sebagai
suatu sistem keyakinan yang dianut dan
tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu
kelompok atau masyarakat dalam
menginterpretasi dan memberi tanggapan
terhadap apa yang dirasakan dan diyakini
sebagai yang gaib dan suci. Bagi para
penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran
mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak
tentang eksistensi manusia dan petunjuk-
petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di
akhirat. Karena itu pula agama dapat menjadi
bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang
ada dalam kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan, dan menjadi pendorong serta
pengontrol bagi tindakan-tindakan para
anggota masyarakat tersebut untuk tetap
berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan
dan ajaran-ajaran agamanya.[19]

Jenis agama
Peta tentang persebaran dan populasi agama di dunia

Kategori

Beberapa ahli mengklasifikasikan agama baik


sebagai agama universal yang mencari
penerimaan di seluruh dunia dan secara aktif
mencari anggota baru, atau agama etnis yang
diidentifikasi dengan kelompok etnis tertentu
dan tidak mencari orang baru untuk bertobat
pada agamanya.[20] Yang lain-lain menolak
perbedaan, menunjukkan bahwa semua praktik
agama, apa pun asal filosofis mereka, adalah
etnis karena mereka berasal dari suatu budaya
tertentu.[21][22][23]

Pada abad ke-19 dan ke-20, praktik akademik


perbandingan agama membagi keyakinan
agama ke dalam kategori yang didefinisikan
secara filosofis disebut "agama-agama dunia".
Namun, beberapa sarjana baru-baru ini telah
menyatakan bahwa tidak semua jenis agama
yang harus dipisahkan oleh filosofi yang saling
eksklusif, dan selanjutnya bahwa kegunaan
menganggap praktik ke filsafat tertentu, atau
bahkan menyebut praktik keagamaan tertentu,
ketimbang budaya, politik, atau sosial di alam,
yang terbatas.[24][25][26] Keadaan saat studi
psikologis tentang sifat religiusitas menunjukkan
bahwa lebih baik untuk merujuk kepada agama
sebagai sebagian besar fenomena invarian yang
harus dibedakan dari norma-norma budaya (
yaitu " agama " )[27].
Beberapa akademisi mempelajari subjek telah
membagi agama menjadi tiga kategori:

1. agama-agama dunia, sebuah istilah yang


mengacu pada yang transkultural, agama
internasional;
2. agama pribumi, yang mengacu pada yang
lebih kecil, budaya-tertentu atau kelompok
agama-negara tertentu, dan
3. gerakan-gerakan keagamaan baru, yang
mengacu pada agama baru ini
dikembangkan.[28]

Kerjasama antar agama

Karena agama tetap diakui dalam pemikiran


Barat sebagai dorongan universal, banyak
praktisi agama bertujuan untuk bersatu dalam
dialog antaragama, kerja sama, dan perdamaian
agama. Dialog utama yang pertama adalah
Parlemen Agama-agama Dunia pada 1893
Chicago World Fair, yang tetap penting bahkan
saat ini baik dalam menegaskan " nilai-nilai
universal " dan pengakuan keanekaragaman
praktik antar budaya yang berbeda. Abad ke-20
terutama telah bermanfaat dalam penggunaan
dialog antar agama sebagai cara untuk
memecahkan konflik etnis, politik, atau bahkan
agama, dengan rekonsiliasi Kristen-Yahudi
mewakili reverse lengkap dalam sikap banyak
komunitas Kristen terhadap orang Yahudi.

Inisiatif antaragama terbaru termasuk " A


Common Word ", diluncurkan pada tahun 2007
dan difokuskan pada membawa para pemimpin
Muslim dan Kristen bersama-sama bersatu,[29]
yang "C1 World Dialogue",[30] yang " Common
Ground " inisiatif antara Islam dan Buddhisme,[31]
dan PBB disponsori " World Interfaith Harmony
Week ".[32][33]

Cara Beragama
Berdasarkan cara beragamanya:

1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar


tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama
nenek moyang, leluhur, atau orang-orang
dari angkatan sebelumnya. Pemeluk cara
agama tradisional pada umumnya kuat
dalam beragama, sulit menerima hal-hal
keagamaan yang baru atau pembaharuan,
dan tidak berminat bertukar agama.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan
formalitas yang berlaku di lingkungannya
atau masyarakatnya. Cara ini biasanya
mengikuti cara beragamanya orang yang
berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
Pada umumnya tidak kuat dalam
beragama. Mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan
atau masyarakat yang berbeda dengan
cara beragamnya. Mudah bertukar agama
jika memasuki lingkungan atau
masyarakat yang lain agamanya. Mereka
ada minat meningkatkan ilmu dan amal
keagamaannya akan tetapi hanya
mengenai hal-hal yang mudah dan tampak
dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan rasio sebisanya.
Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran
agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari
orang yang beragama secara tradisional
atau formal, bahkan orang tidak beragama
sekalipun.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan akal dan hati
(perasaan) di bawah wahyu. Untuk itu
mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan
ilmu, pengamalan dan penyebaran
(dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu
kepada orang yang dianggap ahlinya
dalam ilmu agama yang memegang teguh
ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari
Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul
sebelum mereka mengamalkan,
mendakwahkan dan bersabar (berpegang
teguh) dengan itu semua.

Unsur-unsur
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama
terdiri dari beberapa unsur pokok:

Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip


yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
Simbol agama, yakni identitas agama yang
dianut umatnya.
Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal
antara manusia dan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat
beragama sesuai dengan ajaran agama
Pengalaman keagamaan, yakni berbagai
bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
Umat beragama, yakni penganut masing-
masing agama

Fungsi
Sumber pedoman hidup bagi individu maupun
kelompok
Mengatur tata cara hubungan manusia
dengan Tuhan, makhlukh hidup, dan serta
hubungan manusia dengan manusia.
Merupakan tuntunan tentang prinsip benar
atau salah
Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
Pedoman perasaan keyakinan
Pedoman dalam membentuk nilai-nilai
kehidupan
Pengungkapan estetika (keindahan)
Pedoman rekreasi dan hiburan
Memberikan identitas kepada manusia
sebagai umat dari suatu agama.

Agama di Indonesia

Sesajian di Candi Parikesit, dataran tinggi Dieng, Jawa


Tengah, pada tahun 1880-an (gambar dari majalah Eigen
Haard)
Haard)

Enam agama besar yang paling banyak dianut di


Indonesia, yaitu: agama Islam, Kristen
(Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha , dan
Khonghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia
pernah melarang pemeluk Konghucu
melaksanakan agamanya secara terbuka.
Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden
Abdurrahman Wahid mencabut larangan
tersebut. Ada juga penganut agama Yahudi,
Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya,
meskipun jumlahnya termasuk sedikit.

Menurut Penetapan Presiden (Penpres)


No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang
No.5/1969 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam
penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan
bahwa Agama-agama yang dianut oleh sebagian
besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun
demikian bukan berarti agama-agama dan
kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan
berkembang di Indonesia. Bahkan pemerintah
berkewajiban mendorong dan membantu
perkembangan agama-agama tersebut.

Tidak ada istilah agama yang diakui dan tidak


diakui atau agama resmi dan tidak resmi di
Indonesia, kesalahan persepsi ini terjadi karena
adanya SK (Surat Keputusan) Menteri Dalam
Negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom
agama pada KTP yang hanya menyatakan
kelima agama tersebut. SK tersebut kemudian
dianulir pada masa Presiden Abdurrahman
Wahid karena dianggap bertentangan dengan
Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang
Kebebasan beragama dan Hak Asasi Manusia.

Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru


juga dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, yang ditujukan kepada sebagian
orang yang percaya akan keberadaan Tuhan,
tetapi bukan pemeluk salah satu dari agama
mayoritas.

Kelompok agama
Daftar gerakan-gerakan keagamaan yang masih
aktif yang diberikan di sini merupakan upaya
untuk meringkas pengaruh regional dan filosofis
yang paling penting pada masyarakat lokal,
tetapi tidak berarti keterangan lengkap dari
setiap umat beragama, juga tidak menjelaskan
elemen yang paling penting dari religiusitas
individu.

Kelima kelompok agama terbesar menurut


jumlah penduduk dunia, diperkirakan mencapai 5
miliar orang, yaitu Kristen, Islam, Budha, Hindu
(dengan angka relatif untuk Buddha dan Hindu
tergantung pada sejauh mana sinkretisme) dan
agama tradisional rakyat Cina.

Agama dan kepercayaan yang dicantumkan di


bawah ini merupakan agama dan kepercayaan
dengan jumlah pemeluk yang signifikan di
seluruh dunia. Beberapa komunitas di berbagai
belahan dunia juga memeluk berbagai aliran
kepercayaan yang dianggap sebagai golongan
minoritas dan belum dipaparkan. Beberapa
agama dan kepercayaan dengan jumlah
pemeluk yang besar antara lain:
Jumlah
Agama/kepercayaan Keterangan
pemeluk

2,000 - 2,200
Kekristenan
miliar[34]

1,570 - 1,650
Islam
miliar[35][36][37]

Non-Adherent
(Sekuler/Ateis/Tidak 1,1 miliar[38]
Beragama/Agnostik)

828 juta - 1 beberapa aliran kepercayaan seperti Ayyavazhi dan


Hinduisme
miliar[39] Kaharingan diakui sebagai bagian dari Hinduisme[39]

450 juta - 1
Buddhisme
miliar[40][41][42]

Kepercayaan tradisional (di 400 - 500


Afrika, Amerika, Asia) juta [nb 1]

Kepercayaan tradisional 400 - 500


termasuk Taoisme dan Khonghucu
Tionghoa juta [43][nb 1]

Sikhisme 23 juta [44]

Yudaisme (agama Yahudi) 14 juta [40]

beberapa komunitas Jaina dianggap suatu sekte


Jainisme 8 - 12 juta
Hinduisme[nb 2]

7,6 - 7,9
Baha'i
juta [45][46]

banyak orang Jepang yang memeluk agama Shinto dan


Shinto 27 - 65 juta
Buddha sekaligus[47]

Cao Dai 1 - 3 juta [48]

Spiritisme 2,5 juta [49]

Tenrikyo 2 juta [50]

meliputi Druid, Wicca, Magick, Asatru, Agama Asli Suku


Neo-Paganisme 1 juta [51]
Indian, dll.

Gerakan Rastafari 700 ribu [52]

Unitarian Universalisme 630 ribu [53]

Zoroastrianisme (Majusi) 145 - 210


ribu [54]
Abrahamik

Patriark Abraham (oleh József Molnár)

Agama-agama abrahamik adalah agama


monoteisme yang percaya bahwa ajaran
mereka turunan dari Abraham.

Yudaisme adalah yang tertua dalam agama


Abrahamik, yang berasal dari orang-orang
Israel kuno dan Yudea. Yudaisme didasarkan
terutama pada Taurat, teks yang beberapa
orang Yahudi percaya diturunkan kepada
orang-orang Israel melalui Nabi Musa. Ini
bersama dengan jeda dari Alkitab Ibrani dan
Talmud yang adalah teks utama Yudaisme.
Orang-orang Yahudi yang tersebar setelah
penghancuran Bait Suci di Yerusalem pada
tahun 70 Masehi. Saat ini ada sekitar 13 juta
orang Yahudi, sekitar 40 persen tinggal di
Israel dan 40 persen di Amerika Serikat.[55]
Kekristenan didasarkan pada kehidupan dan
ajaran Yesus dari Nazaret ( abad ke-1 ) yang
disajikan dalam Perjanjian Baru. Iman Kristen
pada dasarnya adalah iman kepada Yesus
sebagai Kristus, Anak Allah, dan sebagai
Juruselamat dan Tuhan. Hampir semua orang
Kristen percaya pada Tritunggal, yang
mengajarkan kesatuan Bapa, Anak (Yesus
Kristus), dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi
dalam satu Ketuhanan. Kebanyakan orang
Kristen dapat menjelaskan iman mereka
dengan Kredo Nicea. Sebagai agama
Kekaisaran Bizantium di milenium pertama
dan Eropa Barat pada masa penjajahan,
Kristen telah disebarkan di seluruh dunia.
Divisi utama Kekristenan, menurut jumlah
penganut:
Gereja Katolik, yang dipimpin oleh Paus
di Roma, adalah persekutuan penuh
Gereja Katolik Roma (Barat) dan 22
Gereja Katolik Timur—yang mana
masing-masing adalah otonom (Gereja
partikular).
Protestan, terpisah dari Gereja Katolik
dalam Reformasi abad ke-16 dan
membentuk perpecahan dalam banyak
denominasi.
Kristen Timur, yang meliputi Ortodoks
Timur, Ortodoks Oriental, dan Gereja
Timur.
Kelompok-kelompok kecil lainnya, seperti
Saksi-Saksi Yehuwa dan Gerakan Orang Suci
Zaman Akhir, yang dimasukkan ke dalam
agama Kristen yang kadang-kadang
diperdebatkan.

Muslim melakukan Tawaf di Ka'bah, situs paling suci dalam


Islam
Islam didasarkan pada Al-Quran, salah satu
buku suci yang dianggap oleh umat Islam
sebagai wahyu dari Tuhan, dan ajaran-ajaran
nabi Muhammad, tokoh politik dan tokoh
agama dari abad ke-7 Masehi. Islam adalah
agama yang paling banyak dipraktikkan di
Asia Tenggara, Afrika Utara, Asia Barat, dan
Asia Tengah, sementara negara-negara
mayoritas Muslim juga ada di beberapa
bagian Asia Selatan, Sub-Sahara Afrika, dan
Eropa Tenggara. Ada juga beberapa republik
Islam, termasuk Iran, Pakistan, Mauritania,
dan Afghanistan.
Baha'i adalah sebuah agama Abrahamik yang
didirikan pada abad ke-19 di Iran dan sejak itu
telah menyebar ke seluruh dunia. Ini
mengajarkan kesatuan semua filsafat agama
dan menerima semua nabi-nabi Yahudi,
Kristen, dan Islam serta nabi tambahan
termasuk pendiri Bahá'u'lláh sendiri.
Kelompok yang lebih kecil dari regional
Abrahamik, termasuk Samaria (terutama di
Israel dan Tepi Barat), Rastafari (terutama di
Jamaika), dan Druze (terutama di Suriah dan
Lebanon).

Iran

Kuil api Zoroastrian di India


Agama Iran mencakup agama-agama kuno yang
akarnya mendahului Islamisasi di Iran Besar.
Saat ini agama ini dilakukan dan dianut hanya
oleh minoritas.

Zoroastrianisme adalah agama dan filsafat


berdasarkan ajaran nabi Zarathustra pada
abad ke-6 SM. Zoroastrian menyembah Sang
Pencipta Ahura Mazda. Dalam
Zoroastrianisme baik dan yang jahat memiliki
sumber-sumber yang berbeda, dengan
kejahatan yang berusaha menghancurkan
penciptaan Mazda, dan yang baik mencoba
untuk mempertahankannya.
Mandean adalah agama monoteistik dengan
pandangan dunia sangat dualistik. Mandean
yang kadang-kadang diberi label sebagai
"Gnostik terakhir".
Agama Kurdi termasuk kepercayaan
tradisional Yazidi, Alevi, dan Ahl-e Haqq.
Kadang-kadang diberi label Yazdânisme.

India

Patung Hindu Rama di Candi Kalaram (India)


Fresco dari Guru Nanak di Goindwal Sahib Gurdwara

Agama-agama India dipraktikkan atau didirikan


di anak benua India. Mereka kadang-kadang
diklasifikasikan sebagai agama Dharmik, karena
mereka semua memiliki dharma, hukum spesifik
realitas dan tugas yang diharapkan sesuai
dengan agama.[56]

Hindu/Hinduisme adalah synecdoche


menjelaskan filosofi serupa Vaishnavisme,
Shaivisme, dan kelompok-kelompok terkait
dipraktikkan atau didirikan di anak benua
India. Konsep kebanyakan dari mereka
berbagi dalam praktik umum termasuk karma,
kasta, reinkarnasi, mantra, yantras, dan
Darsana.[note 2] Hindu adalah agama yang
paling kuno yang masih aktif,[57][58] dengan
asal usul mungkin sejauh waktu prasejarah.[59]
Hindu bukanlah agama monolitik tetapi
kategori agama yang berisi puluhan filosofi
terpisah digabung sebagai Sanatana Dharma,
yang merupakan nama dari Hindu yang telah
dikenal sepanjang sejarah oleh para
pengikutnya.
Jain/Jainisme, diajarkan terutama oleh Parsva
(abad ke-9 SM) dan Mahavira (abad ke-6
SM), adalah sebuah agama India kuno yang
mengatur jalur non-kekerasan untuk semua
bentuk makhluk hidup di dunia ini. Jain
kebanyakan ditemukan di India.
Buddha/Buddhisme didirikan oleh Siddhartha
Gautama pada abad ke-6 SM. Buddha
umumnya sepakat bahwa Gotama bertujuan
untuk membantu makhluk hidup mengakhiri
penderitaan mereka (dukkha) dengan
memahami hakikat fenomena, sehingga
melarikan diri dari siklus penderitaan dan
kelahiran kembali (samsara), yaitu mencapai
Nirvana.
Theravada Buddhisme, yang
dipraktikkan terutama di Sri Lanka dan
Asia Tenggara bersama agama
tradisional, saham dari beberapa
karakteristik agama-agama India. Hal ini
didasarkan pada kumpulan besar teks
disebut Pali Canon.
Buddhisme Mahayana (atau "Kendaraan
Besar") di bawah banyak doktrin yang
dimulai perkembangan mereka di Cina
dan masih relevan di Vietnam, Korea,
Jepang dan pada tingkat lebih rendah di
Eropa dan Amerika Serikat. Buddhisme
Mahayana mencakup ajaran-ajaran
yang berbeda seperti Zen, Tanah Suci,
dan Soka Gakkai.
Vajrayana Buddhisme pertama kali
muncul di India pada abad ke-3.[60] Saat
ini paling menonjol di daerah
Himalaya[61] dan meluas di seluruh
Asia[62] (lih. Mikkyo).
Dua dari sekte terkenal Buddha baru
Hoa Hảo dan gerakan Dalit Buddha, yang
dikembangkan secara terpisah pada
abad ke-20.
Sikh/Sikhisme adalah agama monoteisme
yang didirikan pada ajaran-ajaran Guru
Nanak dan sepuluh guru Sikh secara berturut-
turut pada abad ke-15 Punjab. Ini adalah
agama yang terorganisasi terbesar kelima di
dunia, dengan sekitar 30 juta pengikut
Sikh.[63][64] Sikh diharapkan untuk mewujudkan
kualitas dari Sant-Sipāhī-tentara saint,
memiliki kontrol atas kejahatan intern
seseorang dan menjadi mampu terus-
menerus tenggelam dalam kebajikan
diklarifikasi dalam Guru Granth Sahib.
Keyakinan utama Sikhi adalah iman
Waheguru-diwakili oleh frasa ōaṅkār ik, yang
berarti satu Tuhan, yang berlaku dalam segala
hal, bersama dengan praksis di mana Sikh
diperintahkan untuk terlibat dalam reformasi
sosial melalui mengejar keadilan bagi semua
manusia.

Tradisional Afrika

Agama tradisional di Afrika meliputi keyakinan


agama tradisional orang di Afrika . Ada juga
agama-agama diaspora Afrika terkenal
dipraktikkan di Amerika .

Afrika Utara:

Agama Berber tradisional ( Mauritania,


Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya )
Agama Mesir kuno ( Mesir, Sudan )

Afrika Timur Laut:


Waaq ( Horn of Africa )

Afrika Barat:

Agama Akan ( Ghana )


Dahomey ( Fon ) mitologi ( Benin )
Mitologi Efik ( Nigeria, Kamerun )
Odinani orang Igbo ( Nigeria, Kamerun )
Agama Serer ( Senegal, Gambia )
Agama Yoruba ( Nigeria, Benin )

Afrika Tengah:

Mitologi bantu ( Central, Tenggara, dan Afrika


Selatan )
Mitologi Bushongo ( Kongo )
Mbuti ( Pygmy ) mitologi ( Kongo )
Mitologi Lugbara ( Kongo )
Agama Dinka( Sudan Selatan )
Mitologi Lotuko ( Sudan Selatan )

Afrika Tenggara:

Mitologi bantu ( Central, Tenggara, dan Afrika


Selatan )
Mitologi Akamba ( Kenya )
Mitologi Masai ( Kenya, Tanzania )
Mitologi Malagasi ( Madagaskar )

Afrika Selatan:

Mitologi bantu ( Central, Tenggara, dan Afrika


Selatan )
Agama Saan ( Afrika Selatan )
Mitologi Lozi ( Zambia )
Mitologi Tumbuka ( Malawi )
Mitologi Zulu ( Afrika Selatan )

Diaspora:

Santeria ( Kuba )
Candomble ( Brasil )
Vodun ( Haiti, Amerika Serikat )
Lucumi ( Karibia )
Umbanda ( Brasil )
Macumba ( Brasil )

Tradisional
Dupa dibakar di China

Agama tradisional merujuk pada kategori yang


luas dari agama-agama tradisional yang
mencakup perdukunan dan unsur-unsur
animisme dan ibadah leluhur, di mana cara
tradisional "pribumi, bahwa yang asli atau dasar,
diturunkan dari generasi ke generasi ...".[65] Ini
adalah agama yang berkaitan erat dengan
sekelompok orang tertentu, etnis atau suku,
mereka sering tidak memiliki kepercayaan
formal maupun teks-teks suci[66] Beberapa
agama yang sinkretik, menggabungkan
keyakinan agama yang beragam dan termasuk
praktik[67].

Kepercayaan tradisional Tionghoa, misalnya:


aspek-aspek Konfusianisme dan Taoisme
yang dipandang sebagai agama oleh pihak
luar, serta beberapa Buddhisme Mahayana.
Gerakan-gerakan keagamaan baru termasuk
Falun Gong dan I Kuan Tao.
Agama rakyat lainnya di kawasan Asia-
Pasifik, misalnya: pergerakan Cheondoisme,
perdukunan Korea, Shinbutsu-Shugo dan
Modekngei.
Mitologi Aborigin Australia.
Agama rakyat Amerika, misalnya: agama asli
Amerika

Agama rakyat sering diabaikan sebagai kategori


dalam survei bahkan di negara-negara di mana
mereka secara luas dipraktikkan, misalnya di
Cina.[66]
Baru

Gerakan-gerakan keagamaan baru termasuk:

Shinshūkyō adalah kategori umum untuk


berbagai gerakan-gerakan keagamaan yang
didirikan di Jepang sejak abad ke-19.
Gerakan-gerakan ini dalam pembagiannya
hampir tidak ada kesamaan kecuali tempat
pendirian mereka. Gerakan keagamaan
terbesar yang berpusat di Jepang termasuk
Soka Gakkai, Tenrikyo, dan Seicho - No- Ie
antara ratusan kelompok-kelompok kecil .
Cao Đài adalah sinkretistis, agama
monoteistik, yang didirikan di Vietnam pada
tahun 1926.
Raelianisme adalah gerakan keagamaan baru
didirikan pada tahun 1974 mengajarkan
bahwa manusia diciptakan oleh alien. Ini
adalah numerik dunia agama UFO terbesar.
Gerakan reformasi Hindu, seperti Ayyavazhi,
Iman Swaminarayan dan Ananda Marga,
adalah contoh dari gerakan-gerakan
keagamaan baru dalam agama-agama India.
Unitarian Universalisme adalah agama
ditandai dengan dukungan untuk "pencarian
bebas dan bertanggung jawab atas
kebenaran dan makna", dan tidak memiliki
kredo yang diterima atau teologi.
Noahidisme adalah ideologi Alkitab-Talmud
dan monoteistik untuk non-Yahudi
berdasarkan Tujuh Hukum Nuh, dan
interpretasi tradisional mereka dalam
Yudaisme.
Scientology mengajarkan bahwa orang adalah
makhluk abadi yang telah melupakan sifat
sejati mereka. Metode rehabilitasi spiritual
adalah jenis konseling yang dikenal sebagai
audit, di mana praktisi bertujuan untuk
menyadarkan kembali pengalaman dan
memahami peristiwa menyakitkan atau
traumatis dan keputusan pada masa lalu
mereka dalam rangka untuk membebaskan
diri dari efek yang membatasi mereka.
Eckankar adalah agama panteistik dengan
tujuan membuat Allah realitas sehari-hari
dalam kehidupan seseorang .
Wicca adalah agama neo-pagan pertama kali
dipopulerkan pada tahun 1954 oleh PNS
Inggris Gerald Gardner, yang melibatkan
penyembahan Allah dan Dewi.
Druidry adalah agama yang mempromosikan
harmoni dengan alam, dan menggambar pada
praktik-praktik dari druid.
Satanisme adalah kategori yang luas dari
agama yang, misalnya, menyembah setan
sebagai dewa ( teistik Setanisme ) atau
menggunakan "Setan" sebagai simbol hawa
nafsu dan nilai-nilai duniawi ( LaVeyan
Setanisme ).

Klasifikasi sosiologis gerakan keagamaan


menunjukkan bahwa dalam setiap kelompok
agama tertentu, masyarakat dapat menyerupai
berbagai jenis struktur, termasuk " gereja ", "
denominasi ", " sekte ", " sekte ", dan " lembaga ".

Isu dalam agama


Ekonomi

Pendapatan nasional negara berkorelasi negatif dengan


religiusitas mereka.[5]

Meskipun telah ada banyak perdebatan tentang


bagaimana agama mempengaruhi perekonomian
negara-negara, secara umum ada korelasi
negatif antara religiusitas dan kekayaan
bangsa. Dengan kata lain, semakin kaya suatu
bangsa, semakin kurang religius cenderung.[68]
Namun, sosiolog dan ekonom politik Max Weber
berpendapat bahwa negara-negara Protestan
yang kaya karena etika kerja Protestan
mereka.[69]

Kesehatan

Mayo Clinic peneliti meneliti hubungan antara


keterlibatan agama dan spiritualitas, dan
kesehatan fisik, kesehatan mental, kualitas hidup
terkait kesehatan, dan hasil kesehatan lainnya.
Para penulis melaporkan bahwa: "Sebagian
besar penelitian telah menunjukkan bahwa
keterlibatan agama dan spiritualitas yang
dikaitkan dengan hasil kesehatan yang lebih
baik, termasuk umur panjang lebih besar,
keterampilan coping, dan kualitas kesehatan
yang berhubungan dengan kehidupan (bahkan
selama penyakit terminal) dan kurangnya
kecemasan, depresi, dan bunuh diri. "[70]

Para penulis penelitian selanjutnya


menyimpulkan bahwa pengaruh agama terhadap
kesehatan adalah "sebagian besar
menguntungkan", didasarkan pada tinjauan
literatur terkait.[71] Menurut akademik James W.
Jones, beberapa studi telah menemukan "korelasi
positif antara keyakinan agama dan berlatih dan
kesehatan mental dan fisik dan umur panjang.
"[72]
Sebuah analisis data dari 1998 US Survei Sosial
Umum, sementara luas membenarkan bahwa
kegiatan keagamaan dikaitkan dengan
kesehatan yang lebih baik dan kesejahteraan,
juga menyarankan bahwa peran dimensi yang
berbeda dari spiritualitas / religiusitas dalam
kesehatan agak lebih rumit. Hasil penelitian
menunjukkan "bahwa itu mungkin tidak tepat
untuk menyamaratakan temuan tentang
hubungan antara spiritualitas / religiusitas dan
kesehatan dari satu bentuk spiritualitas /
religiusitas yang lain, seluruh denominasi, atau
menganggap efek seragam untuk pria dan
wanita.[73]

Infeksi. Sejumlah praktik keagamaan telah


dilaporkan menyebabkan infeksi. Ini terjadi
selama praktik sunat Yahudi ultra-ortodoks yang
dikenal sebagai metzitzah b'peh, ritual 'sisi
gulungan' dalam agama Hindu[note 3], persekutuan
komuni Kristen, dan Islam selama haji dan
setelah wudhu mereka.[74][75]

Kekerasan

Perang Salib adalah serangkaian dari kampanye militer


berjuang terutama antara Kristen Eropa dan Muslim.
Ditampilkan di sini adalah adegan pertempuran dari Perang
Salib Pertama.
Setiap agama mengajarkan dan menuntun
manusia kepada kebenaran, dan jalan yang
lurus. Menentang kekerasan dan bersikap
toleransi untuk saling menghormati. Namun,
ilmuan Barat mempunyai pemikiran-pemikiran
tersendri bagi kelompok-kelompok yang
menganut agama itu sendiri, diantaranya:

Charles Selengut mengkarakterisasikan frasa


"agama dan kekerasan" sebagai "gemuruh",
menyatakan bahwa "agama dianggap
menentang kekerasan dan kekuatan untuk
perdamaian dan rekonsiliasi. Ia mengakui,
bagaimanapun, bahwa "sejarah dan kitab suci
agama-agama di dunia memberitahu cerita
kekerasan dan perang karena mereka
berbicara tentang perdamaian dan cinta."[76]
Hector Avalos berpendapat bahwa, karena
agama mengklaim kemurahan ilahi untuk diri
mereka sendiri, dan melawan kelompok lain, hal
kebenaran ini mengarah pada kekerasan
karena konflik klaim untuk sebuah keunggulan,
berdasarkan alasan banding yang diverifikasi
kepada Tuhan, yang kemudian tidak dapat diadili
secara obyektif.[77]

Kritik agama dari Christopher Hitchens dan


Richard Dawkins melangkah lebih jauh dan
menyatakan bahwa agama luar biasa merugikan
kepada masyarakat dengan menggunakan
kekerasan untuk mempromosikan tujuan
mereka, dengan cara yang didukung dan
dimanfaatkan oleh para pemimpin
mereka.[78][79]
Regina Schwartz berpendapat bahwa semua
agama monoteistik secara inheren kekerasan
karena suatu eksklusivisme yang pasti
mendorong kekerasan terhadap mereka yang
dianggap orang luar.[80] Lawrence Wechsler
menegaskan bahwa Schwartz tidak hanya
menyatakan bahwa agama-agama Ibrahim
memiliki warisan kekerasan, tetapi warisan
sebenarnya genosida di alam.[81]

Byron Bland menegaskan bahwa salah satu


alasan yang paling menonjol untuk "kebangkitan
sekuler dalam pemikiran Barat" adalah reaksi
terhadap kekerasan agama dari abad 16 dan 17.
Dia menegaskan bahwa " sekuler adalah cara
hidup dengan perbedaan agama yang telah
menghasilkan begitu banyak horor. Dalam
sekularitas, entitas politik memiliki surat perintah
untuk membuat keputusan independen dari
kebutuhan untuk menegakkan versi tertentu
ortodoksi agama. Memang, mereka mungkin
bertentangan dengan keyakinan tertentu yang
dipegang teguh jika dibuat untuk kepentingan
kesejahteraan bersama. Dengan demikian, salah
satu tujuan penting dari sekuler adalah untuk
membatasi kekerasan."[82]

Richard Dawkins telah menyatakan bahwa


kekejaman Stalin dipengaruhi bukan oleh
atheisme tetapi dengan dogmatis Marxisme,[83]
dan menyimpulkan bahwa sementara Stalin dan
Mao kebetulan adalah atheis, mereka tidak
melakukan perbuatan-perbuatan mereka dalam
nama ateisme.[84] Pada kesempatan lain,
Dawkins telah membalas argumen bahwa Adolf
Hitler dan Josef Stalin yang antireligius dengan
respon bahwa Hitler dan Stalin juga sama
tumbuh kumis, dalam upaya untuk menunjukkan
argumen yang menyesatkan[85]. Sebaliknya,
Dawkins berpendapat dalam The God Delusion
bahwa "Yang penting bukanlah apakah Hitler dan
Stalin adalah ateis, namun apakah ateisme
secara sistematis mempengaruhi orang untuk
melakukan hal-hal buruk. Tidak ada bukti terkecil
tentang hal itu." Dawkins menambahkan bahwa
Hitler sebenarnya, berulang kali menegaskan
keyakinan yang kuat dalam agama Kristen,[86]
tetapi kekejaman nya tidak lebih disebabkan
teisme ketimbang Stalin atau Mao adalah untuk
ateisme mereka. Dalam semua tiga kasus ini,
menurutnya, tingkat pelaku 'religiusitas adalah
insidental.[87] D'Souza menjawab bahwa seorang
individu tidak perlu secara eksplisit memanggil
ateisme dalam melakukan kekejaman jika sudah
tersirat dalam pandangannya, seperti halnya
dalam Marxisme.[88].

Sains

Ilmu agama, menurut praktisi agama, bisa


diperoleh dari para pemimpin agama, teks-teks
suci, kitab suci. Menurut praktisi agama, dalam
kitab suci agama yang diyakininya, dapat
ditemui beberapa penjelasan fakta ilmiah
mengenai proses penciptaan alam semesta dan
makhluk hidup, semua diterangkan secara jelas,
dan menakjubkannya dapat dibuktikan dengan
fakta ilmiah yang telah diuji oleh ilmuan-ilmuan
dan peneliti di zaman modern ini. Namun,
beberapa agama melihat pengetahuan seperti
terbatas dalam lingkup dan sebatas cocok untuk
menjawab pertanyaan, yang lain melihat
pengetahuan agama sebagai memainkan peran
yang lebih terbatas, sering sebagai pelengkap
pengetahuan yang diperoleh melalui
pengamatan fisik. Penganut berbagai agama-
agama sering mempertahankan bahwa
pengetahuan agama yang diperoleh melalui
teks-teks suci atau wahyu adalah mutlak dan
sempurna dan dengan demikian menciptakan
sebuah kosmologi agama yang menyertainya,
meskipun bukti seperti yang sering disebut
tautologis dan umumnya terbatas pada teks-
teks agama dan wahyu yang membentuk dasar
dari keyakinan mereka.
Sebaliknya, metode ilmiah kemajuan
pengetahuan dengan menguji hipotesis untuk
mengembangkan teori-teori melalui penjelasan
fakta atau evaluasi oleh eksperimen dan dengan
demikian hanya menjawab pertanyaan-
pertanyaan kosmologi tentang alam semesta
yang dapat diamati dan diukur. Ini
mengembangkan teori-teori dunia yang paling
sesuai dengan bukti-bukti fisik yang diamati.
Semua pengetahuan ilmiah tunduk pada
perbaikan di kemudian, atau bahkan penolakan
langsung, dalam menghadapi bukti tambahan
yang mendukung. Teori-teori ilmiah yang
memiliki dominan besar terhadap bukti yang
menguntungkan sering diperlakukan sebagai de
facto verities dalam bahasa umum, seperti teori
relativitas umum dan seleksi alam untuk
menjelaskan masing-masing mekanisme
gravitasi dan evolusi.

Mengenai agama dan ilmu pengetahuan, Albert


Einstein menyatakan (1940): "Untuk ilmu
pengetahuan hanya bisa memastikan apa yang
ada, tetapi tidak apa yang seharusnya, dan di
luar pertimbangan nilai domainnya dari segala
macam tetap diperlukan. Agama, di sisi lain,
hanya berurusan dengan evaluasi pemikiran dan
tindakan manusia, tidak dapat dibenarkan
berbicara tentang fakta-fakta dan hubungan
antara fakta. Kini, meski alam agama dan ilmu
pengetahuan dalam diri mereka ditandai dengan
jelas keluar dari satu sama lain, namun ada di
antara dua hubungan timbal balik yang kuat dan
dependensi. Meskipun agama bahwa mungkin
yang menentukan tujuan, dan bagaimanapun
belajar dari ilmu pengetahuan, dalam arti yang
luas, apa yang diartikan akan memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan."[89]

Hewan kurban

Hewan kurban adalah ritual pembunuhan dan


korban binatang untuk menenangkan atau
mempertahankan nikmat dengan dewa. Bentuk-
bentuk pengorbanan yang dipraktikkan dalam
banyak agama di seluruh dunia dan telah muncul
historis di hampir semua budaya.

Sekularisme dan tidak


beragama
Ranjit Singh mendirikan pemerintahan sekuler di wilayah
Punjab pada awal abad ke-19.

Istilah "ateis" ( tidak mempercayai pada setiap


dewa atau tuhan) dan "agnostik" ( keyakinan
namun dalam ketidaktahuan tentang
keberadaan/eksistensi dewa atau tuhan),
meskipun secara khusus bertentangan dengan
para teistik ( misalnya Kristen, Yahudi, dan
Muslim ) dalam ajaran agama, menurut definisi
tidak berarti kebalikan dari "agama". Ada agama
( termasuk agama Buddha dan Taoisme ) yang
pada kenyataannya mengelompokkan beberapa
pengikut mereka sebagai agnostik, ateis, atau
nonteistik. Kebalikan sebenarnya dari "agama"
adalah kata "tidak beragama". Tidak beragama
menggambarkan absen terhadap agama
apapun, sedangkan anti-agama
menggambarkan oposisi aktif atau keengganan
terhadap agama pada umumnya.

Agama menjadi urusan pribadi secara lebih


dalam budaya Barat, diskusi masyarakat
menjadi lebih terfokus pada makna politik dan
ilmiah, dan sikap keagamaan (dominan Kristen)
yang semakin dilihat sebagai tidak relevan untuk
kebutuhan dunia Eropa. Di sisi politik, Ludwig
Feuerbach merombak keyakinan Kristen dalam
terang humanisme, membuka jalan bagi
karakterisasi terkenal Karl Marx tentang agama
sebagai "candu rakyat". Sementara itu, dalam
komunitas ilmiah, T.H. Huxley pada tahun 1869
menciptakan istilah "agnostik" istilah-kemudian
diadopsi oleh tokoh-tokoh seperti Robert
Ingersoll-bahwa, sementara secara langsung
bertentangan dengan dan novel untuk tradisi
Kristen, diterima dan bahkan memeluk di
beberapa agama lain. Kemudian, Bertrand
Russell mengatakan kepada dunia Mengapa
Saya Bukan seorang Kristen, yang dipengaruhi
beberapa penulis kemudian untuk membahas
memisahkan diri mereka dari asuhan agama
mereka sendiri dari Islam ke Hindu.

Beberapa ateis juga membangun agama parodi,


misalnya, Gereja SubGenius atau Monster
Spageti Terbang, yang memparodikan argumen
ketika waktu yang sama yang digunakan oleh
perancangan cerdas teori Kreasionisme[90].
Agama Parodi juga dapat dianggap sebagai
pendekatan postmodernisme dengan agama.
Misalnya, di Discordianisme, mungkin sulit untuk
mengetahui apakah bahkan ini "serius" ketika
pengikutnya tidak hanya mengambil bagian
dalam sebuah lelucon yang lebih besar. Lelucon
ini, pada gilirannya, dapat menjadi bagian dari
jalan besar menuju pencerahan, dan seterusnya
ad infinitum.

Kritik agama

Kritik agama memiliki sejarah panjang, akan


kembali setidaknya sejauh abad ke-5 SM.
Selama zaman klasik, ada kritikus agama di
Yunani kuno, seperti Diagoras "ateis" dari Melos,
dan pada abad ke-1 SM di Roma, dengan Titus
Lucretius Carus's De Rerum Natura.

Selama Abad Pertengahan dan terus ke masa


Renaissance, kritikus potensial terhadap agama
dianiaya dan sebagian besar dipaksa untuk
tetap diam. Ada kritikus terkenal seperti
Giordano Bruno, yang dibakar di tiang karena
tidak setuju dengan otoritas keagamaan.[91]

Pada abad ke-17 dan ke-18 dengan Pencerahan,


pemikir seperti David Hume dan Voltaire
mengkritik agama.

Pada abad ke-19, Charles Darwin dan teori


evolusi menyebabkan meningkatnya skeptisisme
tentang agama. Thomas Huxley, Jeremy
Bentham, Karl Marx, Charles Bradlaugh, Robert
Ingersol, dan Mark Twain telah tercatat dalam
abad ke-19 dan kritikus awal abad ke-20. Pada
abad ke-20, Bertrand Russell, Sigmund Freud,
dan lain-lain terus mengkritik agama.

Sam Harris, Daniel Dennett, Richard Dawkins,


Victor J. Stenger, dan almarhum Christopher
Hitchens adalah kritikus aktif selama akhir abad
20 dan awal abad ke-21.

Kritikus menganggap agama sudah menjadi


usang, berbahaya bagi individu ( misalnya
pencucian otak anak-anak, iman kesembuhan,
mutilasi alat kelamin perempuan, sunat ),
merugikan masyarakat ( misalnya perang suci,
terorisme, pemborosan sumber daya ),
menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, untuk
melakukan kontrol sosial, dan untuk mendorong
tindakan asusila ( misalnya pengorbanan darah,
diskriminasi terhadap kaum homoseksual dan
perempuan, dan bentuk-bentuk tertentu dari
kekerasan seksual seperti perkosaan )[92][93][94].
Sebuah kritik utama dari banyak agama adalah
bahwa dari mereka membutuhkan keyakinan
yang tidak rasional, tidak ilmiah, atau tidak
masuk akal, karena keyakinan agama dan
tradisi tidak memiliki dasar ilmiah atau rasional.

Beberapa kritikus modern, seperti Bryan Caplan,


menahan agama yang tidak memiliki utilitas
dalam masyarakat manusia; mereka mungkin
menganggap agama sebagai irasional[95]
pemenang Nobel Perdamaian Shirin Ebadi telah
berbicara untuk menentang negara-negara
Islam yang tidak demokratis karena
membenarkan "tindakan menindas" dalam nama
Islam[96].

Sumber
Primary
Saint Augustine; The Confessions of Saint Augustine
(John K. Ryan translator); Image (1960), ISBN 0-385-
02955-1.
Lao Tzu; Tao Te Ching (Victor H. Mair translator);
Bantam (1998).
The Holy Bible, King James Version; New American
Library (1974).
The Koran; Penguin (2000), ISBN 0-14-044558-7.
The Origin of Live & Death, African Creation Myths;
Heinemann (1966).
Poems of Heaven and Hell from Ancient
Mesopotamia; Penguin (1971).
Selected Work Marcus Tullius Cicero
United States Constitution
Secondary
Barzilai, Gad; Law and Religion; The International
Library of Essays in Law and Society; Ashgate
(2007), ISBN 978-0-7546-2494-3
Borg, J. (November 2003), "The Serotonin System
and Spiritual Experiences", American Journal of
Psychiatry, 160: 1965–1969,
doi:10.1176/appi.ajp.160.11.1965 , PMID 14594742
Brodd, Jefferey (2003). World Religions. Winona,
MN: Saint Mary's Press. ISBN 978-0-88489-725-5.
Yves Coppens, Origines de l'homme - De la matière
à la conscience, De Vive Voix, Paris, 2010
Yves Coppens, La preistoria dell'uomo, Jaka Book,
Milano, 2011
Descartes, René; Meditations on First Philosophy;
Bobbs-Merril (1960), ISBN 0-672-60191-5.
Dow, James W. (2007), A Scientific Definition of
Religion
Durant, Will (& Ariel (uncredited)); Our Oriental
Heritage; MJF Books (1997), ISBN 1-56731-012-5.
Durant, Will (& Ariel (uncredited)); Caesar and
Christ; MJF Books (1994), ISBN 1-56731-014-1
Durant, Will (& Ariel (uncredited)); The Age of Faith;
Simon & Schuster (1980), ISBN 0-671-01200-2.
Durkheim, Emile (1976) The Elementary Forms of
the Religious Life. London: George Allen & Unwin (in
French 1912, English translation 1915)
Geertz, Clifford. 1993 [1966]. Religion as a cultural
system di Wayback Machine (archived 25
September 2007). pp. 87–125 in Clifford Geertz,
The Interpretation of Cultures: Selected Essays .
London: Fontana Press.
Marija Gimbutas 1989. The Language of the Goddess.
Thames and Hudson New York
Gonick, Larry; The Cartoon History of the Universe;
Doubleday, vol. 1 (1978) ISBN 0-385-26520-4, vol. II
(1994) ISBN 0-385-42093-5, W. W. Norton, vol. III
(2002) ISBN 0-393-05184-6.
Haisch, Bernard The God Theory: Universes, Zero-
point Fields, and What's Behind It All—discussion of
science vs. religion (Preface ), Red Wheel/Weiser,
2006, ISBN 1-57863-374-5
Khanbaghi, A., The Fire, the Star and the Cross:
Minority Religions in Medieval and Early Modern
Iran (IB Tauris; 2006) 268 pages. Social, political and
cultural history of religious minorities in Iran, c. 226-
1722 AD.
King, Winston, Religion [First Edition]. In:
Encyclopedia of Religion. Ed. Lindsay Jones. Vol. 11.
2nd ed. Detroit: Macmillan Reference USA, 2005.
p7692-7701.
Korotayev, Andrey, World Religions and Social
Evolution of the Old World Oikumene Civilizations: A
Cross-cultural Perspective, Lewiston, NY: Edwin
Mellen Press, 2004, ISBN 0-7734-6310-0.
Lynn, Richard; Harvey, John; Nyborg, Helmuth
(2009). "Average intelligence predicts atheism
rates across 137 nations" . Intelligence. 37: 11–15.
doi:10.1016/j.intell.2008.03.004 . Diakses tanggal 25
May 2015.
McKinnon, Andrew M. (2002), "Sociological
Definitions, Language Games and the 'Essence' of
Religion" . Method & theory in the study of religion,
vol 14, no. 1, pp. 61–83.
Marx, Karl; "Introduction to A Contribution to the
Critique of Hegel's Philosophy of Right", Deutsch-
Französische Jahrbücher, (1844).
Palmer, Spencer J., et al. Religions of the World: a
Latter-day Saint [Mormon] View. 2nd general ed.,
tev. and enl. Provo, Utah: Brigham Young University,
1997. xv, 294 p., ill. ISBN 0-8425-2350-2
Pals, Daniel L. (2006), Eight Theories of Religion,
Oxford University Press
Ramsay, Michael, Abp. Beyond Religion? Cincinnati,
Ohio: Forward Movement Publications, (cop. 1964).
Saler, Benson; "Conceptualizing Religion: Immanent
Anthropologists, Transcendent Natives, and
Unbounded Categories" (1990), ISBN 1-57181-219-9
Schuon, Frithjof. The Transcendent Unity of
Religions, in series, Quest Books. 2nd Quest ... rev.
ed. Wheaton, Ill.: Theosophical Publishing House, 1993,
cop. 1984. xxxiv, 173 p. ISBN 0-8356-0587-6
Smith, Wilfred Cantwell (1962), The Meaning and
End of Religion
Stausberg, Michael (2009), Contemporary Theories
of religion, Routledge
Wallace, Anthony F. C. 1966. Religion: An
Anthropological View. New York: Random House.
(p. 62-66)
The World Almanac (annual), World Almanac Books,
ISBN 0-88687-964-7.
The World Almanac (for numbers of adherents of
various religions), 2005

Lihat pula
Agama asli Nusantara
Kebudayaan
Masyarakat
Nilai sosial
Norma sosial
Referensi
1. ^ The Everything World's Religions Book:
Explore the Beliefs, Traditions and Cultures
of Ancient and Modern Religions, page 1
Kenneth Shouler - 2010
2. ^ Oxford Dictionaries mythology, retrieved
9 September 2012
3. ^ Kant, Immanuel (2001). Religion and
Rational Theology. Cambridge University
Press. hlm. 177. ISBN 9780521799980.
4. ^ Émile Durkheim|Durkheim, E. (1915) The
Elementary Forms of the Religious Life.
London: George Allen & Unwin, p.10.
5. ^ a b "Global Index of Religiosity and
Atheism" (PDF). WIN-Gallup International.
27 July 2012. Diakses tanggal 24 August
2012.
6. ^ Women More Religious Than Men
retrieved 14 July 2013
7. ^ Soul Searching:The Religious and Spiritual
Lives of American Teenagers - Page 77,
Christian Smith, Melina Lundquist Denton -
2005
8. ^ Christ in Japanese Culture: Theological
Themes in Shusaku Endo's Literary Works,
Emi Mase-Hasegawa - 2008
9. ^ New poll reveals how churchgoers mix
eastern new age beliefs retrieved 26 July
2013
10. ^ Menurut kamus Sanskerta-Inggris
Monier-Williams (cetakan pertama tahun
1899) pada entri āgama: ...a traditional
doctrine or precept, collection of such
doctrines, sacred work [...]; anything
handed down and fixed by tradition (as the
reading of a text or a record, title deed,
&c.)
11. ^ Max Müller, Natural Religion, p.33, 1889
12. ^ Lewis & Short, A Latin Dictionary
13. ^ Max Müller. Introduction to the science of
religion . p. 28.
14. ^ Kuroda, Toshio and Jacqueline I. Stone,
translator. "The Imperial Law and the
Buddhist Law ." Japanese Journal of
Religious Studies 23.3-4 (1996)
15. ^ Neil McMullin. Buddhism and the State in
Sixteenth-Century Japan. Princeton, N.J.:
Princeton University Press, 1984.
16. ^ Hershel Edelheit, Abraham J. Edelheit,
History of Zionism: A Handbook and
Dictionary , p.3, citing Solomon Zeitlin, The
Jews. Race, Nation, or Religion? (
Philadelphia: Dropsie College Press, 1936).
17. ^ Colin Turner. Islam without Allah? New
York: Routledge, 2000. pp. 11-12.
18. ^ Koentjaraningrat. 1974. "Kebudayaan,
Mentalitet dan Pembangunan", pp. 137-142.
Jakarta: Gramedia.
19. ^ Parsudi Suparlan dalam Robertson,
Roland (ed). 1988. "Agama: Dalam Analisis
dan Interpretasi Sosiologis", pp. v-xvi.
Jakarta: CV Rajawali.
20. ^ Hinnells, John R. (2005). The Routledge
companion to the study of religion .
Routledge. hlm. 439–440. ISBN 0-415-
33311-3. Diakses tanggal 2009-09-17.
21. ^ Timothy Fitzgerald. The Ideology of
Religious Studies. New York: Oxford
University Press USA, 2000.
22. ^ Craig R. Prentiss. Religion and the
Creation of Race and Ethnicity. New York:
NYU Press, 2003. ISBN 0-8147-6701-X
23. ^ Tomoko Masuzawa. The Invention of
World Religions, or, How European
Universalism Was Preserved in the
Language of Pluralism. Chicago: University
of Chicago Press, 2005. ISBN 0-226-
50988-5
24. ^ Brian Kemble Pennington Was Hinduism
Invented? New York: Oxford University
Press US, 2005. ISBN 0-19-516655-8
25. ^ Russell T. McCutcheon. Critics Not
Caretakers: Redescribing the Public Study
of Religion. Albany: SUNY Press, 2001.
26. ^ Nicholas Lash. The beginning and the end
of 'religion'. Cambridge University Press,
1996. ISBN 0-521-56635-5
27. ^ Joseph Bulbulia. "Are There Any Religions?
An Evolutionary Explanation." Method &
Theory in the Study of Religion 17.2
(2005), pp.71-100
28. ^ Harvey, Graham (2000). Indigenous
Religions: A Companion. (Ed: Graham
Harvey). London and New York: Cassell.
Page 06.
29. ^ A Common Word
30. ^ C1 World Dialogue
31. ^ Islam and Buddhism Common Ground
32. ^ World Interfaith Harmony Week
33. ^ UN resolution
34. ^ World Christian Database Gordon–
Conwell Theological Seminary Centre for
the Study of Global Christianity
35. ^
http://www.religionfacts.com/big_religion
_chart.htm
36. ^ 2010 World Muslim Population pdf Dr.
Houssain Kettani January 2010
37. ^ "Mapping the Global Muslim Population" .
Diakses tanggal 2009-10-08.
38. ^ Major Religions of the World Ranked by
Number of Adherents adherents.com
39. ^ a b Clarke, Peter B. (editor), The Religions
of the World: Understanding the Living
Faiths, Marshall Editions Limited: USA
(1993); pg. 125
40. ^ a b "World ". CIA World Factbook, 2010
41. ^ Fischer-Schreiber, Ingrid, et al. The
Encyclopedia of Eastern Philosophy &
Religion: Buddhism, Hinduism, Taoism, Zen.
Shambhala: Boston (English: pub. 1994;
orig. German: 1986); pg. 50.
42. ^ a BBC News article
43. ^ http://www.asiasentinel.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=468&
Itemid=206
44. ^ Indian Registrar General & Census
Commissioner. "Religious Composition ".
Census of India, 2001
45. ^ "World Religions (2005)" . QuickLists >
The World > Religions. The Association of
Religion Data Archives. 2005. Diakses
tanggal 2009-07-04.
46. ^ "World: People: Religions" . CIA World
Factbook. Central Intelligence Agency.
2007. ISSN 1553-8133 . Diakses tanggal
2009-09-06.
47. ^ Japanese government
48. ^ Sergei Blagov. "Caodaism in Vietnam:
Religion vs Restrictions and Persecution ".
IARF World Congress, Vancouver, Canada,
July 31st, 1999.
49. ^ "Brazil ". CIA World Factbook, 2011, based
on the 2000 Brazilian Census
50. ^ Self-reported figures printed in Japanese
Ministry of Education's 宗教年間
Shuukyou Nenkan, 2003
51. ^ Adherents.com
52. ^ Leonard E. Barrett. The Rastafarians:
Sounds of Cultural Dissonance. Beacon
Press, 1988. p. viii.
53. ^ American Religious Identification Survey
54. ^ Goodstein, Laurie (2008-09-06).
"Zoroastrians Keep the Faith, and Keep
Dwindling" . The New York Times. Diakses
tanggal 2009-10-03.
55. ^
http://www.cbs.gov.il/shnaton61/st02_27
.pdf
56. ^ Mittal, Sushil (2003). Surprising
Bedfellows: Hindus and Muslims in
Medieval and Early Modern India.
Lexington Books. hlm. 103.
ISBN 9780739106730.
57. ^ P. 484 Merriam-Webster's Encyclopedia
of World Religions By Wendy Doniger, M.
Webster, Merriam-Webster, Inc
58. ^ P. 219 Faith, Religion & Theology By
Brennan Hill, Paul F. Knitter, William
Madges
59. ^ P. 6 The World's Great Religions By
Yoshiaki Gurney Omura, Selwyn Gurney
Champion, Dorothy Short
60. ^ Williams, Paul; Tribe, Anthony (2000),
Buddhist Thought: A complete introduction
to the Indian tradition, Routledge, ISBN 0-
203-18593-5 p=194
61. ^ Smith, E. Gene (2001). Among Tibetan
Texts: History and Literature of the
Himalayan Plateau. Boston: Wisdom
Publications. ISBN 0-86171-179-3
62. ^ Kenkyusha's New Japanese-English
Dictionary, ISBN 4-7674-2015-6
63. ^ "Sikhism: What do you know about it?" .
The Washington Post. Diakses tanggal 13
December 2012.
64. ^ Zepps, Josh. "Sikhs in America: What You
Need To Know About The World's Fifth-
Largest Religion" . Huffington Post. Diakses
tanggal 13 December 2012.
65. ^ J. O. Awolalu (1976) What is African
Traditional Religion? Studies in
Comparative Religion Vol. 10, No. 2. (Spring,
1976).
66. ^ a b Pew Research Center (2012) The
Global Religious Landscape. A Report on
the Size and Distribution of the World’s
Major Religious Groups as of 2010 . The
Pew Forum on Religion & Public Life.
67. ^ Central Intelligence Agency. "Religions" .
World Factbook. Diakses tanggal 3 January
2013.
68. ^ WIN-Gallup. "Global Index of religion and
atheism" (PDF). Diakses tanggal 21
October 2012.
69. ^ Max Weber, [1904] 1920. The Protestant
Ethic and the Spirit of Capitalism
70. ^ Paul S. Mueller, MD; David J. Plevak, MD;
Teresa A. Rummans, MD. "Religious
Involvement, Spirituality, and Medicine:
Implications for Clinical Practice" (PDF).
Diakses tanggal 13 November 2010. “We
reviewed published studies, meta-analyses,
systematic reviews, and subject reviews
that examined the association between
religious involvement and spirituality and
physical health, mental health, health-
related quality of life, and other health
outcomes. We also reviewed articles that
provided suggestions on how clinicians
might assess and support the spiritual
needs of patients. Most studies have
shown that religious involvement and
spirituality are associated with better
health outcomes, including greater
longevity, coping skills, and health-related
quality of life (even during terminal illness)
and less anxiety, depression, and suicide”
71. ^ Seybold, Kevin S. (Feb 2001). "The Role
of Religion and Spirituality in Mental and
Physical Health". Current Directions in
Psychological Science. 10 (1): 21–24.
doi:10.1111/1467-8721.00106 .
72. ^ Jones, James W. (2004). "Religion, Health,
and the Psychology of Religion: How the
Research on Religion and Health Helps Us
Understand Religion". Journal of Religion
and Health. 43 (4): 317–328.
doi:10.1007/s10943-004-4299-3 .
73. ^ Maselko, J. and Kubzansky, L. D. (2006)
Gender differences in religious practices,
spiritual experiences and health: Results
from the US General Social Survey . Social
Science & Medicine, Vol 62(11), June,
2848-2860.
74. ^ PMID 23791225
(23791225&dopt=Abstract PubMed )
Citation will be completed automatically in
a few minutes. Jump the queue or expand
by hand
75. ^ Kannathasan, S.; Murugananthan, A.;
Rajeshkannan,, N.; Renuka de Silva, N. (25
January 2012). "Cutaneous Larva Migrans
among Devotees of the Nallur Temple in
Jaffna, Sri Lanka" . 7 (1). PloS ONE.
doi:10.1371/journal.pone.0030516 . Diakses
tanggal 22 February 2014.
76. ^ Selengut, Charles (2008-04-28). Sacred
fury: understanding religious violence .
hlm. 1. ISBN 978-0-7425-6084-0.
77. ^ Avalos, Hector (2005). Fighting Words:
The Origins of Religious Violence. Amherst,
New York: Prometheus Books.
78. ^ Hitchens, Christopher (2007). God is not
Great. Twelve.
79. ^ Dawkins, Richard (2006). The God
Delusion. Bantam Books.
80. ^ The Curse of Cain: The Violent Legacy of
Monotheism By Regina M. Schwartz.
University of Chicago Press. 1998.
81. ^ Wechsler, Lawrence. "Mayhem and
Monotheism" (PDF).
82. ^ Bland, Byron (May 2003). "Evil Enemies:
The Convergence of Religion and Politics"
(PDF). hlm. 4.

83. ^ Dawkins, Richard (2006-09-18). The God


Delusion . Ch. 7: Houghton Mifflin.
ISBN 978-0-618-68000-9.
84. ^ Interview with Richard Dawkins
conducted by Stephen Sackur for BBC
News 24’s HardTalk programme, July 24th
2007. [1]
85. ^ The Video: Bill O'Reilly Interviews Richard
Dawkins
86. ^ Baynes, Norman H., ed. (1969). The
Speeches of Adolf Hitler: April 1922-August
1939. New York: Howard Fertig. pp. 19-20,
37, 240, 370, 371, 375, 378, 382, 383,
385-388, 390-392, 398-399, 402, 405-
407, 410, 1018, 1544, 1594.
87. ^ Dawkins 2006, hlm. 309
88. ^ Answering Atheist’s Arguments Dinesh
D'Souza
89. ^ Einstein, Albert (21 Sep 1940). "Personal
God Concept Causes Science-Religion
Conflict". The Science News-Letter. 38
(12): 181–182. doi:10.2307/3916567 .
JSTOR 3916567 .
90. ^ USA Today - Spaghetti Monster is
noodling around with faith
91. ^ BRUNO His Life and Thought ;Giordano
Bruno (1548-1600)
92. ^ Islam Channel censured by Ofcom | Media
| theguardian.com
93. ^ BBC NEWS | Asia-Pacific | Cleric 'must
deny' views on rape
94. ^ Valley paper criticized over pastor's
column on spousal rape | Alaska
Newsreader | ADN.com
95. ^ Bryan Caplan. "Why Religious Beliefs Are
Irrational, and Why Economists Should
Care" . The article about religion and
irrationality.
96. ^ Earth Dialogues 2006 Conference,
Brisbane. "In these countries, Islamic rulers
want to solve 21st century issues with laws
belonging to 14 centuries ago. Their views
of human rights are exactly the same as it
was 1400 years ago."

Catatan
1. ^ Sementara agama susah untuk
didefinisikan, sebuah model standar dari
agama, digunakan dalam perkuliahan
religious studies, diajukan oleh Clifford
Geertz, yang dengan sederhana
menyebutnya sebagai sebuah "sistem
kultural" (Clifford Geertz, Religion as a
Cultural System, 1973). Sebuah kritikan
untuk model Geertz oleh Talal Asad
mengategorikan agama sebagai "sebuah
kategori antropologikal." (Talal Asad, The
Construction of Religion as an
Anthropological Category, 1982.)
2. ^ Hinduisme didefinisikan sebagai "agama"
dengan berbagai cara, "kumpulan dari
berbagai kepercayaan dan praktik religius",
"tradisi religius", dan sebagainya. Untuk
diskusi topik ini, lihat: "Establishing the
boundaries" oleh Gavin Flood (2003),
halaman 1-17. René Guénon dalam bukunya
Introduction to the Study of the Hindu
Doctrines (edisi 1921), Sophia Perennis,
ISBN 0-900588-74-8, mengajukan sebuah
definisi dari istilah "agama" dan sebuah
diskusi yang berkaitan dengan (meskipun
tidak ditunjang pengetahuan yang
mendalam mengenai) doktrin-doktrin Hindu
(bagian II, bab 4, halaman 58).
3. ^ The ‘side roll’ is a ritual performed during
a Hindu festival in which large numbers of
male devotees lie prostrate on the ground
and roll sideways around the temple
premises in fulfilment of vows taken at the
temple. Because the men’s upper bodies
are usually bare during this ritual, their skin
comes into contact with the parasitic
larvae that infest the soil or sand on the
ground, resulting in the Cutaneous larva
migrans (CLM) skin disease.
Catatan penjelas
1. ^ a b Jumlah orang yang menganggap diri
mereka sebagai anggota dari sebuah
"kepercayaan tradisional" tidak mungkin
ditentukan.
2. ^ Jumlah penganut Jainisme tidak pasti,
yaitu antara lebih dari enam juta hingga
dua belas juta jiwa, karena penganut
Jainisme sulit diidentifikasikan, terutama
karena pada beberapa wilayah Jainisme
dianggap sebagai sebuah sekte Hindu.
Banyak penganut Jainisme pada saat
disensus tidak menyebut Jainisme sebagai
agama mereka karena berbagai alasan,
misalnya beberapa kasta Jain menganggap
diri mereka sebagai penganut Hindu dan
Jain. Setelah sebuah kampanye mendesak
penganut Jainisme untuk mengisi data yang
sebenarnya, sensus India pada tahun 1981
memperoleh data sebanyak 3.19 juta
penganut Jainisme. Pada masa itu, data
yang diperoleh masih diperkirakan baru
memunculkan sekitar separuh jumlah
sebenarnya dari keseluruhan populasi
penganut Jainisme. Sensus India pada
tahun 2001 mendata sebanyak 8.4 juta
penganut Jainisme.

Bacaan lanjutan
MH, Amin Jaiz, Pokok-pokok Ajaran Islam,
Korpri Unit PT. Asuransi Jasa Indonesia
Jakarta, 1980
Monier Williams, 1899, A Sanskrit English
Dictionary. Oxford University Pressa

Pranala luar
(Indonesia) Kementerian Agama (Kemenag)
Indonesia
(Inggris) Religion and Science. Lev Regelson

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?


title=Agama&oldid=15584096"

Lihat riwayat suntingan halaman ini.

Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali dinyatakan


lain.

Anda mungkin juga menyukai