Anda di halaman 1dari 22

Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {49

RASIONALITAS URGENSI BERAGAMA BAGI MANUSIA

Oleh : Muhammad Syarif


(Dosen Fakultas Agama Islam-Universitas Serambi Mekkah)

ABSTRAK

Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan kepada para nabi


sebagai ajaran yang dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata
hidup, mengatur tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat dan
alam sekitarnya. Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa
faktor dominan, yaitu fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia dan
tantangan yang dihadapinya. Urgensi agama bagi manusia merangkap dalam
kehidupan individu yang meliputi agama sebagai sumber nilai dalam menjaga
kesusilaan, sarana untuk mengatasi prustasi, mengatasi ketakutan dan untuk
memuaskan keingintahuan. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat meliputi
fungsi edukatif, penyelamat, perdamaian, sosial kontrol, pemupuk solidaritas,
tranformatif dan fungsi kreatif. Oleh karena itu agama adalah paket yang
sangat dan amat dibutuhkan oleh manusia.

Kata Kunci: Manusia, Urgensi, Beragama.

A. PENDAHULUAN
Agama merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.
Manusia membutuhkan agama karena lemah dan memiliki banyak keterbatasan.
Manusia memerlukan sosok yang kuat di atas segalanya sebagai tempat
bersandar yaitu Tuhan (Allah Swt). Karena keterbatasan manusia mencakup
semua aspek terutama yang berkaitan dengan spiritual dan metafisik, manusia
mencari sumber yang dianggap akurat, yaitu agama.
50} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

Demikian pentingnya pengetahuan dan eksistensi agama dalam kehidupan,


sehingga diakui atau tidak sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama.
Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum berkembang
tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi telah demikian
maju dan berkembang.
Ada beberapa alasan mengapa agama itu sangat penting dalam
kehidupan manusia di antaranya; pertama, agama merupakan sumber
moral. Kedua, agama sebagai petunjuk kebenaran. Ketiga, agama sumber
informasi metafisika. Keempat, agama sebagai pembimbing rohani manusia.
Namun demikian, dari sekian banyak fungsi agama ada yang lebih penting untuk
dikaji yaitu peran agama di dalam kehidupan manusia.
Untuk memahami tingkat urgensi agama bagi manusia kiranya perlu
diketahuai lebih dulu eksistensi manusia dan kebutuhan-kebutuhannya di satu
pihak, dan kemudian dikaitkan dengan peran yang bisa difungsikan oleh agama
terhadap pemenuhan kebutuhan itu pada pihak lain. Berpijak dari hal ini kiranya
dapatlah dikemukakan sejumlah pertanyaan: siapakah manusia? Apa sebabnya
manusia beriman dan beragama? Apa faktor pendorong manusia beragama,
mempercayai realitas yang tidak dilihatnya? dan sebagainya.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Agama
Secara sederhana pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan
(etimologi) dan sudut istilah (terminologi). Pengertian agama dari sudut
kebahasaan akan sangat mudah diartikan dari pada pengertian dari sudut
istilah, karena pengertian dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan
subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Atas dasar ini, maka tidak
mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik mendefenisikan
agama.
Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {51

Agama memilik arti penting bagi manusia agar tidak tersesat di dalam
menjalani kehidupan di dunia. Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan)
kepada Tuhan yang Maha Kuasa (Allah Swt), tata peribadatan dan tata kaidah
yang bertalian erat dengan pergaulan antara manusia dengan sesama manusia
serta lingkungannya dengan kepercayaan itu.1
Definisi lain menyebutkan bahwa kata “agama” berasal dari bahasa
Sanskrit “a” yang berarti "tidak" dan “gama ” yang berarti "pergi", tetap
ditempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia.2 Dalam hal ini,
ternyata agama memang mempunyai sifat seperti itu.
Siti Galzaba memberikan definisi bahwa agama ialah kepercayaan
kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk
ritus, kultus, dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan dokrin
tertentu. Karena dalam definisi yang dikemukakan di atas terlihat kepercayaan
yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat umum, Gazalba
mengemukakan definisi agama Islam, yaitu kepercayaan kepada Allah Swt
yang direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk Taqwa
berdasarkan al-Quran dan Sunnah.3
Selanjutnya, definisi sebagai suatu peraturan tuhan yang mendorong
jiwa seseorang yang mempunyai akal dengan kehendak dan pilihannya sendiri
mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 4

1Pusat Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hal. 18.


2Harun Nasution, Islam Dilihat dari Beberapa Aspeknya, (Jakarta: UI Press,

1979), hal. 9.
3Sidi Gazalba, Ilmu Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1978), hal. 103.


4Abuddin Natta, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, 2012), hal.

121.
52} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

Karena terlalu banyaknya pengertian tentang agama yang dikemukakan


oleh para ahli, maka Harun Nasution, agama dapat diberi defenisi sebagai
berikut:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib
yang harus dipatuhi,
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia,
c. Mengikat diri kepada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan
pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia,
d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu,
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib,
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini sumber
pada suatu kekuatan gaib,
g. Pemujaan terhadap kekuatan yang gaib yang timbul dari perasaan yang
lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat
dari dalam alam sekitar manusia,
h. Agama yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
rasul.5

Selanjutnya defenisi agama sebagai peraturan Tuhan yang mendorong


jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk menjalankan kehendak dan
pilihannya sendiri mengikuti peraturanya tersebut, guna mencapai kebahagiaan
hidupnya di dunia dan akhirat.
Dari beberapa defenisi tersebut di atas, dapat diambil karakteristik
agama sebagai berikut:
a. Unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut
dapat mengambil bentuk yang bertacam-macam. Dalam agama primitif
kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda-benda yang
memiliki kekuatan misterius, ruh atau jiwa yang terdapat dalam benda-
benda yang memiliki kekuatan misterius (dewa). Kepercayaan akan
adanya Tuhan adalah dasar yang utama sekali dalam paham agama.
Tiap-tiap agama kecuali Budaisme yang asli dan beberapa agama yang
lain berdasar atas kepercayaan pada suatu kekuatan gaib, dan cara tiap-
tiap hidup manusia yang percaya pada agama di dunia ini amat rapat
hubunganya dengan kepercayaan tersebut,

5Harun Nasution, Islam Dilihat..., hal. 9-10.


Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {53

b. Unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di


dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang
baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya
hubungan yang baik itu kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari
akan hilang pula. Hubungn baik ini selanjutnya diwujudkan dalam
bentuk peribadatan, selalu mengingatnya, melaksanakan segala
perintahnya dan menjaihi larangannya.
c. Unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon tersebut
dapat mengambil rasa takut, seperti yang terdapat pada agama primitif,
atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada agama-agama
monoteisme. Selanjutnya respon tersebut dapat pula mengambil bentuk
dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
d. Unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk
kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengajarkan ajaran
agama yang dersangkutan, tempat-tempat tertuntu, peralatan untuk
menyelenggarakan ibadah dan sebagainya. 6

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa agama merupakan


ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung
dalam kitab suci yang turun-temurun diwariskan oleh suatu generasi ke
generasi berikutnya dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman
hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yang di
dalamnya mencakup unsur kepercayaan dan kekuatan gaib yang selanjutnya
menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup
tersebut tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib
tersebut.
Dari kesimpulan tersebut dapat dijumpai lima aspek yang terkandung
dalam agama. Pertama aspek asal-usul, yaitu yang berasal dari Tuhan seperti
agama samawi, dan ada yang berasal dari hasil pemikiran manusia seperti
agama ardi atau agama kebudayaan. Kedua aspek tujuan, yaitu untuk memberi
tuntunan hidup agar bahagia di dunia dan di akhirat. Ketiga aspek ruang
lingkupnya yaitu keyakinan akan adanya kekuatan gaib, keyakinan manusian
bahwa kesejahteraan di dunia ini dan kehidupan di akhirat tergantung pada

6Harun Nasution, Islam Dilihat..., hal. 11.


54} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

adanya hubungan yang baik dengan dengan kekuatan gaib, respon yang bersifat
emosional dan adanya yang dianggap suci. Keempat aspek pemasyarakatanya,
yaitu disampaikan secara tutun-temurun dan diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya, dan kelima aspek sumbernya, yaitu kitab suci.
2. Perlunya Agama Bagi Manusia
Manusia terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani dan secara
otomatis kedua unsur tersebut memiliki kebutuhan sendiri. Kebutuhan jasmani
dipenihi oleh sains dan teknologi, sedangkan kebutuhan rohani dipenuhi oleh
kebutuhan agama dan moralitas. Apabila kedua kebutuhan tersebut telah
terpenuhi, menurut agama, ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Bahkan agama menekankan bahwa kebahagiaan rohani itu lebih
penting dari kebahagiaan materi. Kebahagiaan materi menurut agama, bersifat
sementara dan akan mudah hancur, sedangkan kebahagiaan rohani bersifat
abadi.7 Maka terdapat tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia
terhadap agama, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Latar belakang fitrah manusia
Fitrah manusia dalam bentuknya yang murni, selaras dengan
hukum alam. Ia mempersembahkan diri, parsah dan tunduk kepada
Tuhannya, sepasrah dan setunduk segala sesuatu dan setiap yang
bernyawa. Maka setiap orang yang menyimpang dari hukum illahi, bukan
saja ia bertabrakan dengan alam, melainkan juga dengan fitrah yang ada
dalam dirinya. Akibatnya ia akan sengsara, gelisah, galau dan bingung.
Manusia kini dihadapkan dengan kekosongan jiwa. Jiwanya
kosong akan hakikat iman serta aturan illahi. Dan fitrahnya yang murni
tidak dapat bertahan lama dengan sesuatu yang hampa. Aturan illahi inilah

7Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal.
254.
Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {55

yang sanggup mengharmonisasikan gerakannya dengan gerak alam tempat


ia hidup.8
Nabi diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian yang
telah diikat kepada fitrah mereka, yang kelak mereka akan dituntut untuk
memenuhinya. Perjanjian itu tidak tercatat di atas kertas, tidak pula
diucapkan dengan lidah, melainkan terukir dengan penciptaan Allah yang
terukit dalam kalbu dan lubuk fitrah manusia, dan di setiap permukaan hati
murni serta di dalam perasaan batiniah. Adanya setiap manusia dilahirkan
atas dasar beragama Islam, karena Allah telah mengadakan dialog dengan
semua roh manusia sejak manusia pertama sampai manusia yang bakal
lahir diakhir zaman kelak. Sebelum diciptakanya jasad, Allah telah
meminta kesaksian roh di dalam alam arwah. Dan semua roh manusia itu
sudah sama-sama memberikan kesaksianya. Kesaksian dan pengakuan roh-
roh semacam itu dapat di baca dalam al-Qur'an surat Al-A’raf ayat 172,
yaitu:
Artinya:
“Dan ingatah tatkala Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh-roh mereka
seraya Allah berkata: Bukankah aku Tuhanmu? mereka menjawab: Ya,
(Engkau Tuhan kami) kami bersaksi (kami lakukan yang demikian itu)
agar nanti dihari kiamat kami tidak mengatakan: sesungguhnya kami lupa
tentang hal ini (tidak diberi peringatan)”. (QS. Al-'Araf: 72)
Mengapa Allah meminta kesaksian lebih dahulu terhadap roh-roh
atas dirinya sebelum diciptakan? Terdapat dua alasan untuk menjawab
pertanyaaan tersebut, yaitu:
1) Agar manusia tidak beralasan dan lupa, karena Roh suci itu, tidak bisa
lupa
2) Agar manusia tidak melemparkan kesalahan kepada nenek
moyangnya yang telah mempersekutukan Allah dengan Tuhan lainya.
Karena Roh nenek moyangnya, cucu, dan anaknya itu sudah sama-
sama memberi kesaksian di hadapan Allah. Roh itulah yang di tiupkan

8Ahmad Faiz, Cita Keluarga Islami, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003),
hal. 20.
56} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

oleh Allah kedalam jasad manusia setelah sempurna kejadianya


setelah berumur 4 bulan dalam kandungan ibunya.

Terdapat tiga bukti bahwa Roh manusia itu sudah pernah


mengadakan perjanjian dengan allah, yaitu: 1) Adanya rasa takut dan
harap, 2) Adanya rasa estetika, dan 3) Adanya rasa berTuhan.
Menurut ilmu sosiologi, fitrah tersebut dinamakan hasrat bergaul.
Di antara hasrat-hasrat tersebut, yaitu: a) Hasrat ingin bergaul, b) Hasrat
ingin mengetahui, c) Hasrat ingin memberi tahu, d) Hasrat ingin patuh, dan
e) Hasrat ingin dihormati.
Adanya hasrat itulah setiap manusia, bagaimana jeleknya, tetap
akan merasa malu bila dikatakan jelek. Manusia bagaimana kecil dan
hinanya dalam pandangan masyarakat pasti tidak mau dihina dan
direndahkan.
Bukti bahwa manusia merupakan mahluk yang memiliki potensi
beragama ini dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis. Melalui
bukti historis dan antropologis diketahui pada manusia primitif yang
kepadanya tidak pernah datang informasi mengenai Tuhanya, ternyata
mereka mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang mereka
sembah itu terbatas pada data hayalan. Mereka misalnya memperTuhankan
pada benda-benda alam yang menimbulkan kesan misterius atau
mengagumkan. Pohon kayu yang usianya sudah ratusan tahun tidak
tumbang dianggap memiliki kekuatan misterius dan selanjutnya mereka
perTuhankan. Kepercayaan demikian itu kemudian dinamakan agama
dinamisme.
Kekuatan misterius tersebut diganti istilah ruh atau jiwa yang
memiliki karakter dan kecenderungan baik dan buruk yang selanjutnya
dinamkan agama animisme. Ruh yang memiliki karakter tersebut mereka
personofikasikan dalam bentuk dewa yang jumlahnya banyak dan
selanjutnnya dianamakan agama politeisme.
Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {57

Kenyataan ini menunjukan bahwa manusia memiliki potensi


berTuhan. Namun karena potensi tersebut tidak diarahkan, maka
mengambil bentuk bermacam-macam yang keadaanya serba relatif. Dalam
keadaan itulan diutus para Nabi kepada mereka untuk menginformasikan
bahwa Tuhan yang mereka cari itu adalah Allah yang memiliki sifat-sifat
sebagaimana juga dinyatakan dalam agama yang di sampaikan Nabi. Untuk
itu, jika manusia ingin mendapatkan keagamaan yang benar haruslah
melalui bantuan para Nabi. Para Nabi menginformasikan bahwa Tuhan
yang menciptakan mereka dan wajib di sembah adalah Allah. Dengan
demikian sebutan Allah adalah Tuhan, bukanlah hasil karya ciptaan manusi
dan bukan pula hasil seminar, penelitian dan lain sebagainya. Sebutan
nama Allah bagi Tuhan adalah disampaikan oleh Tuhan sendiri.
Melalui beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa latar
belakang perlunya manusia terhadap agama adalah karena dalam diri manusia
sudah terdapat potensi untuk beragama. Potensi ini tentunya memerlukan
bimbingan, pengarahan dan pengembangan dan seterusnya mengenalkan
agama kepadanya.
b. Kelemahan dan kekurangan manusia
Manusia adalah mahluk berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya
adalah mencari jawaban, mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Jadi
manusia adalah makhluk mencari kebenaran. Manusia terdiri dari dua
unsur, jasmani dan rohani. Kedua unsur tersebut berasal dari bahasa Arab
yaitu roh dan jasad. Roh bisa diartikan nyawa atau jiwa, jasad berarti tubuh
atau raga, sehingga bisa disebut jiwa raga. Masalah jasad tubuh atau raga,
sudah diketahui oleh manusia. Sedangkan masalah roh, nyawa atau jiwa,
ilmu pengetahuan belum berhasil mengetahui hakikatnya. Allah sendiri
telah menyatakan ketidakmampuan manusia untuk mengetahui masalah
roh tersebut. Surat al-Isra’ ayat 85 yaitu;
58} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

Artinya:
"Mereka menanyakan engkau tentang roh. Katakanlah: Roh itu termasuk
urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit sekali. (QS. Al-
Ira': 85)

Berdasarkan ayat tersebut terkandung pengertian bahwa; a)


Hakikat roh, hanya diketahui oleh Allah, b) Manusia sejak dulu, belum
mengetahui hakikat roh tersebut, dan c) Ilmu pengetahuan tersebut
belum/tidak akan mampu menyingkap rahasia roh itu. 9
Berarti, manusia belum mampu menyingkap hakikat dirinya. Atau
dengan kata lain, manusia belum mengetahui hakikat manusia itu sendiri.
Namun yang harus diketahui hakikat manusia adalah masalah rohnya.
Maka roh akan dihadapkan dengan pengetahuan agama apa yang
seharusnya dianut oleh manusia ini. Apabila tidak memiliki pegangan
maka akan hanyut dibawa gelombang propaganda. Dalam Islam terdapat
ajaran bahwa manusia dilahirkan atas dasar fitrah. Fitrah dalam artian
mamiliki sifat-sifat yang baik, sifat-sifat ketuhanan atau beragama.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi yang diraiwayatkan dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, yaitu:
Artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a berkata: bersabda Nabi Saw. Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi
atau Nasrani atau Majusi”. (HR. Bukhari). 10

Setelah Abu Huraira menbacakan hadits tersebut, beliau


mengatakan bacalah firman Allah yaitu:
Artinya:

9Abubakar Muhammad, Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Quran,


(Surabaya: Al-Ikhlas, 1988), hal. 23.
10Abu Abdullah bin Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahihul Bukhari,

Juz I, (Mesir: Maktabah al Husaini, t.t), hal. 240.


Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {59

"Fitrah Allah, yang di atas fitrah itulah Allah menciptakan manusia tidak
ada perubahan bagi ciptaan Allah tersebut (Ar-Rum: 30).

Ditambahkan bahwa kita diilhami oleh potensi agar manusia


melalui jiwa menangkap makna kebaikan dan keburukan. Namun diperoleh
pula isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif manusia labih kuat dari
pada isyarat negatifnya. Sifat-sifat yang cenderung kepada keburukan yang
ada pada diri manusia itu antara lain berlaku dzalim (aniaya), dalam
keadaan susah payah (kabad), suka melampaui batas (anid), sombong
(kubbar), ingkar dan lain sebagainya. Karena itu manusia dituntut agar
memelihara kesucian jiwanya dan tidak mengotorinya. Untuk dapat
menjaga kesucian jiwanya, manusia harus mendekatkan diri kepada
Tuhannya dengan bimbingan dan disinilah letak kebutuhan manusia
terhadap agama.
c. Tantangan manusia
Latar belakang perlunya agama adalah karena manusia dalam
kehidupanya selalu dihadapkan dengan tentangan, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam adalah hawa nafsu yang
mempengaruhi jasad dan berpengaruh pada tugas jiwa dalam menguasai
emosi, perasaan dan sikap sentimentilnya.
Semua perbuatan yang dilakukan bersifat kehendak, pasti akan
dilakukan dengan proses berfikir. Proses tersebut biasanya disertai
beberapa langkah strategi dan terkadang strategi itu harus dilaksanakan
secara keseluruhan. Akan tetapi dalam sebuah keadaan, strategi itu
dilaksanakan hanya sebagian saja. Terdapat beberapa langkah dalam
berfikir; Langkah pertama; dalam berfikir adalah merasakan bahwa setiap
masalah pasti ada solusinya. Langkah kedua; menentukan masalah yang
sedang dihadapi. Langkah ketiga; memikirkan langkah-langkah yang akan
ditempuh sebagai strategi untuk diselesaikan. Langkah keempat;
60} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

menimbang solusi yang tepat. Langkah kelima; mengambil satu dari sekian
banyak solusi yang ada untuk dijadikan solusi akhir.
Langkah-langkah tersebut akan berjalan di dalam jiwa manusia
seakan ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Allah berfirman dalam
al-Quran, yang artinya; dan sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dan mengetahui apa yang dibisikan dalam hatinya, dan kami
lebih dekat kepadanya lebih dari urat lehernya.11
Banyak unsur yang masuk ketika terjadi dialog dalam diri manusia,
kemudian jiwa akan mementukan kehendaknya dalam nenentukan pilihan
tertentu sehingga dalam diri manusia terdapat keinginan yang sangat kuat
untuk mendapatkan kehendaknya tersebut. Semua ini akan berlalu dengan
sangat cepat malalui rangkayan fisiologi, yaitu melalui rangkayan otak dan
jasad manusia, lalu lahirlah sebuah perbuatan. Perbuatan yang tidak
didasari oleh pemahaman agama tentu akan membawa manusia melebihi
sikap hewani, karena didasari oleh hawa nafsu dan bisikan syaitan.

3. Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia


Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang
Maha Kuasa (adi kodrati) menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan manusia
baik dalam kehidupan individu, masyarakat, materil, spiritual, duniawi,
ukhruawi. Tidak ada satu ruangpun dalam kehidupan manusia yang tidak
dijamah oleh ajaran agama. Meski manusia ditujukan pada dunia yang tidak
dapat dilihat akhiratnya, namun agama juga melibatkan diri dalam masalah-
masalah kehidupan sehari hari.
a. Fungsi agama dalam kehidupan individu
1) Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan
Dalam ajaran agama terdapat nilai-nilai bagi kehidupan manusia,
nilai ini dijadikan acuan dan sekaligus sebagai petunjuk. Agama

11Departemen Agama, Al-Qurannul Karim dan Terjemahnya, (Bandung:


Diponegoro, 1995), Al-Qaff, Ayat, 16.
Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {61

menjadi kerangka acuan dalam berfikir, bersikap dan berperilaku


agar sejalan dengan keyakinan yang dianutnya.
2) Agama sebagai sarana untuk mengatasi prustasi
Manusia memerlukan kebutuhan hidup seperti makan, pakaian dan
istirahat dan seks sampai kebutuhan psikis, keamanan ketenteraman,
persahabatan, penghargaan dan kasih sayang, maka seseorang akan
memuaskan kebutuhan tersebut, namun apabila tidak terpenuhi maka
akan menimbulkan kekecewaan yang tidak menyenangkan, kondisi
atau keadaan yang disebut prustasi.
3) Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan
Ketakutan ini sangat penting dalam psikologi agama, Ketakutan
tanpa objek tentu akan membingungkan manusia, sedangkan yang
ada objek mudah diatasi dengan memberantas atau memerangi objek
tersebut, tetapi biasanya ketakutan yang tidak mempunyai objek ini
sulit diteliti namun biasa dilihat dari gejala-gelanya, umpamanya
gejala malu, rasa bersalah, takut kecelakaan, rasa bingung dan takut
mati. Untuk mengatasi ketakutan tersebut orang biasanya
menbutuhkan tempat perlindungan, dari rasa takut, misalkan disaat
terjadi gempa atau tsunami, di mana sebagian orang berduyun-duyun
pergi rumah ibadah untuk minta pertolongan dan perlindungan
kepada yang Maha Kuasa.12
4) Agama sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan
Agama mampu memberikan kesukaran intelektual-kognitif, sejauh
kesukaran itu diresapi oleh keingininan eksistensial dan psikologis,
yaitu oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam
kehidupan yaitu dari mana manusia datang dan apa tujuan manusia
hidup, dan mengapa manusia ada dan kemana manusia kembali
setelah mati. Kebanyakan orang tidak dapat menerima bahwa
sesungguhnya kehidupannya tanpa tujuan hanya sia-sia saja.
Ketidaktahuan manusia akan segala persoalan orientasi kehidupan
itu dapat ditemukan jawabannya dalam agama yang tegasnya lebih
tegas dari filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian
dipandang dari segi psikologi dapat dikatakan agama memberikan
sumbangan istimewa kepada manusia dengan mengarakan diri pada
Tuhan. Agama dapat menjadikan manusia merasa aman dalam
hidupnya, kesadaran akan hal seperti itu dapat menimbulkan tingkah
laku keagamaan.

12Elisabeth K. Nottingham, .Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi


Agama, (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. 95.
62} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

b. Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat


Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari
kehidupan bermasyarakat, karena agama itu sendiri diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam
masyarakat antara lain sebagai berikut:
1) Berfungsi edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang
mereka anut memberikan ajaran yang harus dipatuhi, ajaran agama
secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur
tersebut mempunyai latar belakang mengarahkan, bimbingan agar
pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang terbaik
menurut ajaran bagama masing-masing.13
2) Berfungsi penyelamat
Dimanapun manusia berada, selalu menginginkan dirinya selamat,
keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah keselamatan
yang diajarkan agama. Keselamatan yang diberikan agama meliputi
dua alam yaitu dunia dan akhirat, dan dalam hal ini penganut
haruslah mengenal sesuatu yang di sebut supernatural.
3) Sebagai perdamaian
Seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian
batin melalui tuntunan agama, rasa bersalah dan berdosa dapat
hilang dari batin apabila seseorang yang bersalah telah menebus
dosanya dengan cara bertaubat.14
4) Berfungsi sebagai sosial kontrol
Para penganut agama, sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya
terkait batin dalam tuntunan baik secara bindividu maupun
kelompok dan ajaran agama dianggap penganutnya sebagai norma-
norma dalam kehidupan, sehingga dalam hal ini agama dapat
berfungsi sebagai pengawas baik secara individu maupun kelompok.
5) Berfungsi sebagai pemupuk solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan memiliki
kesamaan dalam satu kesatuan dalam iman dan kepercayaan, rasa
kesatuan ini dapat menimbulkan solidaritas dalam kelompok
maupun perorangan, kadang dapat membina persaudaraan yang
kokoh, pada beberapa agama dapat diwujudkan dalam bentuk harga
menghargai dalam agama.

13M. Ustman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Peterjemah, Ahmad Rofi’
Utsman, (Bandung: Pustaka, 1985), hal. 72.
14Harun Nasution, Filsafat dan Mitisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

1973), hal. 45.


Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {63

6) Berfungsi tranformatif
Ajaran agama dapat merubah kehidupan seseorang atau kelompok
menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang dianutnya.
Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang
dipeluknya itu kadang kala mampu mengubah kesetiaannya kepada
adat dan norma yang dianutnya sebelum itu.
7) Fungsi kreatif
Ajaran agama mendukung segalah usaha manusia bukan saja bersifat
ukhrawi melainkan juga bersifat duniawi. Segala usaha
manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama,
bila dilakukan dengan ikhlas karena Allah, tentu merupakan ibadah.
Ibadah tersebut ada yang bercorak ritual seperti shalat, puasa dan
sebagainya dan ada juga yang bercorak non ritual seperti gotong-
royong, menyantuni fakir miskin, membangun rumah sakit dan lain
sebagainya.15

Dengan demikian, fungsi agama bagi manusia merangkap fungsi


dalam kehidupan individu yang meliputi agama sebagai sumber nilai
dalam menjaga kesusilaan, sarana untuk mengatasi prustasi, mengatasi
ketakutan dan untuk memuaskan keingintahuan. Sedangkan fungsi agama
dalam kehidupan masyarakat meliputi fungsi edukatif, penyelamat,
perdamaian, sosial kontrol, pemupuk solidaritas, tranformatif dan fungsi
kreatif
binaan dan pengembangan potensi yang dimiliki siswa secara
optimal. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu: untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Kecerdasan,
keterampilan, memupuk rasa kebangsaan, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan negara
dan bangsa.
Dalam upaya membina dan mengembangkan potensi agar ia
mampu mengembangkan diri sesuai dengan potensinya dituntut upaya

15Muhammad Ali Qadir, Biologi Islam, Alih bahasa, Rusydi Malik, (Padang:
Al Hidayah, 1981), hal. 27.
64} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

kreatif dari siswa sendiri agar ia dapat mengikuti program-program yang


dilaksanakan di sekolah. Prinsip-prinsip yang menjadi landasan utama
dalam pelaksanaan manajemen kesiswaan menurut Gunawan (2007:12)
adalah:
a) Siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek,
sehingga ia harus didorong untuk berperan serta dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
kegiatan mereka.
b) Setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
Berhubung kondisi siswa yang beragam, ditinjau dari aspek fisik,
intlektual, sosial ekonomi, minat dan lain-lain maka diperlukan
wahana kegiatan yang beragam sebagai wadah pengembangan
potensinya.
c) Pembelajaran harus dapat mengembangkan motivasi siswa. Siswa
akan termotivasi untuk belajar, jika mereka menyenangi apa yang
diajarkan.
d) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah
kognitif, tetapi juga ranah efektif dan psikomotor.
Pengembangan potensi siswa yang hanya menitikberatkan pada
aspek kognitif akan menghasilkan output yang tidak sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan dunai kerja. Dengan penekanan pada aspek
kognitif saja dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotor dikhawatirkan
outputnya hanya mengetahui pengetahuan sementara sikap dan
kepribadiaannya kering dari nilai-nilai spiritual.
4. Hak dan Kewajiban Siswa
Dalam prinsip-prinsip dasar manajemen kesiswaan telah ditegaskan
bahwa siswa adalah subjek bukan objek pendidikan saja. Artinya, siswa-siswa
harus dipandang sebagai anggoata masyarakat sekolah. Sebagai anggota
masyarakat sekolah tentu mereka memiliki sejumlah hak dan kewajiban.
Hak sebagai anggota masyarakat sekolah adalah: 1) Menerima
Pelajaran; 2) Mengikuti kegiatan yang diadakan sekolah; 3) Menggunakan
semua fasilitas yang ada; 4) Memperoleh bimbingan; 5) Memperoleh
Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {65

penghargaan; 6) Memperoleh pelayanan administrasi, dan lain-lain (Gunawan,


2007:24). Hak-hak ini harus mampu diterapkan oleh guru sebagai komponen
utama dalam proses pembelajaran, demi terciptanya kegiatan pembelajaran
yang menyenangkan bagi peserta didik. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh
Sanjaya (2009:227), sebagai berikut:
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh
potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang
manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan menyenangkan. Oleh karena
itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran yang menyenangkan
(enjoyful learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat
dilakukan dengan menata ruang yang apik dan menarik, melalui
pembelajaran yang hidup dan bervariasi, dengan menggunakan pola dan
model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan serta
gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar
siswa.
Melalui pembelajaran yang menyenangkan, maka hasil belajar juga
akan optimal. Di samping itu, siswa akan termotivasi untuk belajar dengan
lebih giat dan melaksanakan berbagai kewajibannya dengan baik. Kewajiban-
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh siswa menurut Gunawan (2007:25)
antara lain: “Hadir pada waktunya; 2) Mengikuti pelajaran dengan tertib; 3)
Mengikuti ujian, atau kegiatan-kegiatan lain yang ditentukan oleh sekolah; 4)
Mentaati tata tertib dan peraturan yang berlaku, dan sebagainya.” Inti dari
pengelolaan manajemen kesiswaan adalah upaya agar siswa dapat
melaksanakan kewajiban-kewajiban serta mendapatkan hak-haknya selaku
anggota masyarakat sekolah. Hak dan kewajiban itu terangkum dalam
serangkaian kegiatan yang telah ditetapkan di dalam program sekolah.
5. Kegiatan-kegiatan Manajemen Kesiswaan
Lebih lanjut, Gunawan (2007:9) membagi kegiatan manajemen
kesiswaan adalah upaya agar siswa dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban
serta mendapatkan hak-haknya selaku anggota masyarakat sekolah. Hak dan
66} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

kewajiban itu terangkum dalam serangkaian kegiatan yang telah ditetapkan di


dalam program sekolah.
1. Kegiatan-kegiatan di luar kelas adalah:

a. Penerimaan siswa (murid) baru meliputi:

1) Penyusunan panitia beserta program kerjanya.


2) Pendaftaran calon peserta didik.
3) Penyeleksian berdasarkan NEM dan daya tampung sekolah.
4) Pengumuman calon siswa yang diterima dan cadangan.
5) Registrasi atau pendaftarn ulang calon siswa yang diterima.
b. Pencatatan Siswa baru dalam Buku Induk dan Buku Klapper.
1) Format buku Induk dan Buku Klapper (lampiran)
2) Data yang diisi (keterangan siswa dan orang tua) siswa
3) Kelengkapan data akta kelahiran, dll.
4) Buku Klapper mengutamakan pengisian berdasarkan abjad.
(1) Pembagian seragam sekolah beserta kelengkapannya,
seragam praktikum, seragam pramuka dan tata tertib
penggunaannya.
(2) Pembagian kartu anggota OSIS dan Tata Tertib Sekolah.
(3) Pembinaan peserta didik, dan pembinaan kesejahteraan
peserta didik meliputi:
(a) Kesejahteraan mental/ spiritual (BP, tempat shalat,
dsb).
(b) Kesejahteraan fisik (UKS, keamanan sekolah, dsb).
(c) Kesejahteraan akademik (perpustakaan, lab,
bimbingan, dll).
(d) Organisasi (OSIS, PMR, Koperasi, dsb).
(e) Kegiatan ekstrakurikuler (pengembangan bakat dan
minat).
(f) Rekreasi, pertandingan persahabatan, dsb.
c. Kegiatan-kegiatan di dalam kelas
1) Penataan kondisi kelas untuk PBM (fisik, non fisik,
ketertiban).
2) Menciptakan interaksi belajar-mengajar yang positif.
3) Perhatian guru terhadap dinamika kelompok belajar.
4) Pemberian pengajaran remedial.
Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {67

5) Pelaksanaan presensi secara kontinu.


6) Pelaksanaan jadwal pelajaran secara tertib.
7) Perhatian guru terhadap pelaksanaan tata tertib kelas.
8) Pembentukan pengurus kelas.
9) Penyediaan alat/media belajar yang sesuai kebutuhan.
10) Penyediaan alat penunjang belajar.
Pelaksanaan semua kegiatan manajemen kesiswaan yang telah
dikemukakan di atas bersifat fleksibel artinya dapat disesuaikan dengan
kondisi siswa di sekolah masing-masing. Ada sejumlah kegiatan lain yang
sangat penting dalam manajemen kesiswaan yaitu:
a) Pembinaan Kesiswaan
Tujuan yang ingin dicapai melalui pembinaan siswa adalah agar
siswa tumbuh dan berkembang sesuia dengan tujuan pendidikan nasional
dan untuk meningkatkan peran serta dan inisiatif para siswa dalam
menjaga dan membina sekolah. Keberhasilan pembinaan siswa sangat
ditentukan oleh faktor jalur atau wadah sebagai wahana untuk
melaksanakan pembinaan dan substansi atau materi yang dijadikan bahan
pembinaan benar-benar bermanfaat dalam membina pola pikir sikap dan
perilaku siswa.
b) Menangkal Kenakalan Remaja
Agar para siswa tidak terjerumus dalam tindakan yang dikenal
dengan sebutan kenakalan remaja, guru dan kepala sekolah dituntut untuk
menciptakan kondisi sekolah yang mampu menangkal kenakalan remaja
sehingga tidak merasuki pikiran siswa.
Dalam kehidupan sekolah sering terjadi tawuran antar siswa,
kecanduan narkoba, menonton film yang tidak mendidik, minum minuman
keras berjudi dan sebagainya. Jika guru telah memahami cara dan jalur
untuk menangkal perbuatan tercela tersebut maka siswa akan terhindar dari
kenakalan remaja.
Upaya menangkal kenakalan remaja sangat penting dewasa ini
mengingat masalah kenakalan remaja sudah merambah para siswa di
berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Salah satu jalur yang sangat efektif
untuk menangkal kenakalan remaja adalah dengan pendekatan agama.
68} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

c) Mekanisme Pembinaan Siswa di SMP


Pembinaan kesiswaan mempunyai nilai strategis, di samping
sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pembinaan sumber daya
manusia untuk masa depan. Sasarannya adalah siswa sekolah pertama
(SMP), yang berada dalam suatu periode usia yang ditandai dengan kondisi
kejiwaan yang tidak stabil, agresivitas yang tinggi dan mudah dipengaruhi
oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembinaan siswa terutama di SMP
ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain:
1) Cara pengelompokan
Pengelompokan siswa yang paling awal adalah
pengelompokan dalam kelas, yaitu ketika siswa mulai mengikuti
pelajaran. Ada dua cara yang selama ini ditempuh dalam
pengelompokan di kelas yaitu pegelompokan homogen dan
pengelompokan heterogen. Pada pengelompokan secara homogen
para siswa yang kemampuannya sama atau mendekati ditempatkan
dalam satu kelas. Sedangkan pengelompokan yang heterogen
kemampuan siswa yang ditempatkan dalam satu kelas berbeda-
beda. Jika pola ini diterapkan maka sekolah merancang wahana
untuk proses sosialisasi di luar kelas, serta mengontrol
pelaksanaannya.
Pengelompokan secara heterogen menjadikan kemampuan
siswa antar kelas relatif sebanding. Cara ini memudahkan siswa
bersosialisasi di kelas, tetapi guru perlu menerapkan strategis
pembelajaran yang efektif untuk kondisi kelas yang heterogen.
2) Kenaikan Kelas
Menetapkan kenaikan kelas seorang siswa harus dilakukan
berdasarkan aturan yang berlaku secara konsisten. Menaikkan
siswa yang seharusnya tidak naik akan menyulitkan siswa yang
bersangkutan, guru dan bahkan sekolah. Dalam hal ini kepala
sekolah harus dapat menerapkan peraturan naik kelas secara
konsisten serta menyakinkan hal itu kepada guru, orang tua siswa
dan pihak-pihak yang terkait lainnya.
3) Pembinaan Disiplin
Disiplin mengandung pengertian pengembangan diri
sendiri pada peserta didik yang timbul sendiri dari kesadaran diri
tanpa paksaan. Tujuan dari pembinaan disiplin siswa adalah: untuk
Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia {69

mendorong siswa menjadi matang pribadinya dan berubah dari


sifat ketergantungan ke arah tidak ada ketergantungan, mencegah
timbulnya persoalan. Persoalan disiplin dalam menciptakan situasi
dan kondisi pembelajaran dapat dilakukan dengan mengikuti
segala ketentuan atau peraturan yang ada dengan penuh perhatian.
Dengan kedisiplinan akan tercipta suatu keteraturan dan
kenyamanan dalam proses pembelajaran.
Pendidikan agama merupakan salah satu upaya pembina
disiplin para siswa. Sebagai contoh adalah pelaksanaan shalat lima
waktu. Pemahaman siswa tentang shalat dan pelaksanaannya
secara konsisten dan tepat waktu akan mempengaruhi perilaku
siswa dalam seluruh aspek kehidupannya. Disiplin yang ia
tanamkan pada dirinya ketika melaksanakan shalat akan mewarnai
seluruh perilaku dalam kehidupannya.
4) Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan-kegiatan
siswa di luar jam pelajaran, yang dilaksanakan di sekolah atau di
luar sekolah, dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
memahami keterkaitan bakat dengan minat, serta dalam rangka
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan para siswa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan
bernegara, berbudi pekerti luhur, dan sebagainya.

C. PENUTUP
Agama merupakan suatu kebutuhan dasar setiap manusia, munculnya
berbagai perasaan dalam diri manusia yang bersifat khayali dan imajiner, menjadi
modal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu agama atau kepercayaaan.
Agama muncul dari adanya kepercayaan-kepercayaan terhadap sesuatu yang
dianggap suci dan menempati berbagai aspek dalam kehidupan manusia yang
akhirnya suatu agama atau kepercayaan dapat melekat dan mengambil peranan
penting pada seorang individu atau masyarakat.
Fungsi agama bagi manusia merangkap fungsi dalam kehidupan individu
yang meliputi agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan, sarana untuk
70} Vol. 9, No. 01, Januari 2023

mengatasi prustasi, mengatasi ketakutan dan untuk memuaskan keingintahuan.


Sedangkan fungsi agama dalam kehidupan masyarakat meliputi fungsi edukatif,
penyelamat, perdamaian, sosial kontrol, pemupuk solidaritas, tranformatif dan
fungsi kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Abdullah bin Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahihul Bukhari, Juz I,
Mesir: Maktabah al Husaini, t.t.
Abubakar Muhammad, Membangun Manusia Seutuhnya Menurut Al-Quran,
Surabaya: Al-ikhlas, 1988.
Abuddin Natta, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2012.
Ahmad Faiz, Cita Keluarga Islami, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003.
Amsal Bahtiar, Filsafat Agama, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Departemen Agama, Al-Qurannul Karim dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro,
1995.
Elisabeth K. Nottingham, .Agama dan Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi
Agama, Jakarta: Rajawali, 1985.
Harun Nasution, Islam Dilihat dari Beberapa Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979.
----------------------, Filsafat dan Mitisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1973.
Muhammad Ali Qadir, Biologi Islam, Alih bahasa, Rusydi Malik, Padang: Al
Hidayah, 1981.
M. Ustman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Peterjemah, Ahmad Rofi’ Utsman,
Bandung: Pustaka, 1985.
Pusat Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Sidi Gazalba, Ilmu Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, Jakarta: Bulan
Bintang, 1978.

Anda mungkin juga menyukai