Anda di halaman 1dari 7

GEREJA DAN SAKRAMEN PERKAWINAN Apakah tujuan hidup manusia?

Tujuan hidup manusia adalah : untuk mengabdi dan mencintai Tuhan agar memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat mencari kebahagiaan sempurna melalui putera-Nya Yesus Kristus.

Yesus bersabda, Aku ini jalan kebenaran dan hidup tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6) 1. Apa artinya gereja? a. Gereja = kumpulan atau golongan. Kumpulan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus yang dibaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus untuk meneruskan karya keselamatan Allah di dunia. Gereja adalah umat Allah yang sedang berziarah ke rumah Bapa yang membutuhkan gedung untuk berkumpul dan beribadat bersama. Jadi gereja adalah: - jemaat/umat Allah -Tempat ibadat orang Kristen b. Gereja adalah sakramen keselamatan Tuhan (menjadi tanda dan sarana). Tanda yaitu anggota-anggotanya jadi tanda kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus di dunia. Sarana yaitu anggota-anggotanya menyampaikan dan meneruskan karya keselamatan Allah di dunia sehingga orang lain juga bisa memperoleh keselamatan Allah. c. Gereja disebut tubuh mistik Kristus (1 Kor 12:13) Karena tubuh (seluruh umat beriman) dipersatukan, dipelihara, dipenuhi dengan Roh Kudus oleh Yesus Kristus sendiri. Yesus Kristus menjadi kepala gereja-Nya yang mengajar, berkarya, dan tinggal dalam hati serta kehidupan setiap umat beriman (Kolose 1: 18 Roma 12: 5) Untuk meneruskan pekerjaanNya Yesus mendirikan gereja yaitu gereja kudus (gereja Katolik untuk seluruh dunia/bangsa)
1

Yesus memilih 12 rasul yaitu Petrus dan murid-murid Nya yang lain untuk meneruskan kepemimpinanNya dalam gereja. Petrus menjadi pemimpin gereja Katolik (Matius 16 : 18, Yohanes 21: 15-17)

Kristus adalah Imam Agung : Ia menjadi pengantara rahmat Bapa kepada umat Allah yaitu gereja kudus dan seluruh umat manusia Ia menjadi pengantara doa-doa, pujian, dan permohonan umat kepada Bapa, sehingga setiap doa permohonan selalu diakhiri dengan karena Kristus Tuhan kami, Amin.

2. Sifat-sifat dan ciri-ciri gereja a. SATU. Yaitu satu iman yang sama pada Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit. (Yoh 17 : 20-23) Satu dalam pengakuan iman (Yoh 17:25-26), tetapi tidak harus sama dalam pengungkapan iman (ritus latin, ritus timur). b. KUDUS Berasal dari yang kudus yaitu Kristus sendiri (Yoh 17-19 / Efesus 5 : 25-27) Tujuan yang kudus yaitu bersatu dengan Allah yang kudus (Efesus 1: 4 / 1 Petrus 1: 14) Dibimbing oleh Roh Kudus (Markus 13:11 Yoh 14: 26)

c. KATOLIK Artinya umum atau universal yaitu diperuntukkan bagi umat manusia dari segala bangsa, tempat dan zaman (Mat 28: 19. Kis Para Rasul 1:8). d. APOSTOLIK Apostolos artinya rasul, utusan atau duta. Jemaat yang pertama hidupnya sesuai dengan pesan Yesus, sesuai dengan ajaran para rasul menjadi duta atau utusan untuk mewartakan karya Kristus di dunia. (Mat 28:20. Kis Para Rasul 2:42) Gereja punya deretan pengganti Petrus yang tidak pernah putus dari dulu sampai sekarang yaitu Paus/Santu Bapa sebagai pengganti Petrus dan Uskup sebagai pengganti para rasul. (Matius 16 : 18)

e. PERSEKUTUAN PARA KUDUS Semua orang beriman kepada Kristus dipersatukan oleh Roh Kudus menjadi umat Allah yang kudus. Persekutuan ini mencakup hidup di dunia dan di akhirat, yaitu baik orang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Kita berdoa kepada Bapa di surga melalui Yesus Kristus dan perantaraan para kudus untuk mendoakan kebutuhan-kebutuhan umat beriman yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.

3. Panca perutusan gereja Katekismus gereja Katolik merumuskan gereja sebagai himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh firman Allah yakni, berhimpun bersama untuk membentuk umat Allah dan yang diberi santapan dengan tubuh Kristus. Keberadaan himpunan umat Allah ini diwujudkan secara lokal dalam hidup berparoki. Di dalam paroki inilah himpunan umat Allah mengambil bagian dan terlibat dalam menghidupkan peribadatan yang menguduskan (liturgia), mengembangkan pewartaan kabar gembira (kerygma), menghadirkan dan membangun persekutuan (koinonia), memajukan karya cinta kasih dan pelayanan (diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Yesus Kristus (martyria). Kehidupan umat Kristiani sesudah ditinggal Yesus merupakan buah didikan Tuhan Yesus selama Dia aktif di tengah masyarakat sebelum wafatNya di salib. Kehidupan menggereja jemaat perdana telah terungkap lewat lima tugas perutusan gereja ini (Kis Para Rasul 2: 41-47).

a. LITURGIA Berarti ikut serta dalam ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam gerejaNya kepada Allah Bapa. Ini berarti mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Dalam kehidupan menggereja peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman. Melalui bidang karya ini setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan dalam doa, symbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin ibadat sabda, doa bersama, membagi komuni, menjadi lektor, pemazmur, organis, putera puteri altar, paduan

suara, penghias altar dan sakristi serta secara aktif mengambil bagian dalam setiap perayaan (berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan). b. KERYGMA (PEWARTAAN) Berarti ikut serta membawa kabar gembira bahwa Allah telah menyelamatkan dan menebus manusia dari dosa melalui Yesus Kristus PuteraNya. Melalui bidang karya ini umat Allah dibantu untuk mendalami kebenaran firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat injil, mengusahakan pengenalan semakin mendalam akan pokok iman Kristiani agar tidak mudah goyah dan tetap setia. Partisipasi umat dalam bidang ini adalah pendalaman iman, katekese para calon baptis dan persiapan penerimaan sakramen-sakramen lainnya terlebih bagi orang yang sudah katolik lewat kegiatan-kegiatan katekese. c. PERSEKUTUAN KOINONIA Berarti ikut serta dalam persekutuan/persaudaraan sebagai anak-anak Bapa dengan pengantaraan Kristus dalam kuasa Roh KudusNya. Bidang karya ini menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus. Hal ini berhubungan dengan pemeliharaan jiwa-jiwa dan menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Hal ini diharapkan dapat menciptakan hubungan antar umat dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat yang diwujudkan dalam menghayati hidup menggereja baik secara territorial (keuskupan, paroki, stasi/lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompokkelompok kategorial (kaum ibu/bapak/mudika/ME-karismatik/WKRIwarakawuri/Legio Maria) yang ada dalam gereja. d. PELAYANAN (DIAKONIA) Berarti ikut serta dalam melaksanakan karya karitatif/cinta kasih melalui kegiatan amal kasih Kristiani khususnya kepada mereka yang miskin, terlantar, dan tersingkir. Melalui bidang karya ini umat beriman menyadari akan tanggung jawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Dibutuhkan adanya kerja sama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat (Kis Para Rasul 4:32-35). e. KESAKSIAN (MARTYRIA) Berarti ikut serta menjadi saksi Kristus bagi dunia. Hal ini dapat diwujudkan dalam menghayati hidup sehari-hari sebagai orang beriman di tempat kerja
4

maupun di tengah masyarakat. Melalui bidang karya ini umat beriman diharapkan dapat menjadi ragi, garam dan terang di tengah masyarakat sekitarnya sehingga mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

4. Sakramen dalam gereja Berkat beda dari rahmat karena rahmat hanya dapat diberikan oleh Allah. Orang beriman dapat selamat dengan usaha-usaha yang baik dan bantuan rahmat Ilahi, bukan dengan usaha-usaha manusiawi mereka sendiri. Rahmat dapat diperoleh melalui sakramen-sakramen. Sakramen artinya tanda dan sarana keselamatan Tuhan (sebagai penyaluran cinta kasih Ilahi).

Ada tujuh sakramen dalam gereja yaitu: a. Sakramen Baptis: memberi hidup Ilahi, menjadi Putera Allah, dan pewaris kerajaan surga (Yoh 3:1-6). Sakramen baptis sah bila dibaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. b. Sakramen Penguatan/Krisma: menerima anugerah kedewasaan iman melalui Roh Kudus (Kis Para Rasul 8:14-17). Penumpangan tangan oleh Bapa Uskup. c. Sakramen Ekaristi/Maha Kudus: persatuan manusia dengan Yesus Kristus dalam kurban dan perjamuan cinta kasih melalui perayaan Ekaristi (Yoh 6:51-56, Luk 22:19-20, 1 Kor 11:23-25). d. Sakramen Pertobatan/Rekonsiliasi/Pengakuan Dosa: pertemuan antara orang berdosa dengan penyelamat yang berkuasa mengampuni dosa yaitu Yesus Kristus melalui para imam. (Yoh 20:21-23 & Matius 18 : 18) e. Sakramen Perkawinan: meneguhkan perjanjian antara pria dan wanita untuk membangun keluarga. Pria dan wanita mempunyai martabat yang sama namun berbeda perannya. f. Sakramen Imamat: Kristus memilih dan mengangkat manusia dan diberi kekuasaan meneruskan karyanya, mengajar, dan mempersembahkan kurban serta menerimakan sakramen-sakramen dalam penggembalaan umat beriman. (Matius 19 : 12 dan 19) g. Sakramen Pengurapan Orang Sakit: pertemuan Tuhan dengan orang yang sakit (Yakobus 5:14-15).
5

SAKRAMEN PERKAWINAN

1. Alasan pentingnya persiapan perkawinan. Perkawinan adalah masalah sosial, masalah masa depan generasi bukan hanya masalah cinta individual muda-mudi. Dalam perkawinan seorang pria dan wanita saling mengikat diri atas dasar cinta kasih yang total (psikologis, biologis, sosial, ekonomis) demi penyempurnaan dan perkembangan pribadi masing-masing serta kelangsungan umat manusia. 2. Beberapa pandangan tentang perkawinan: Perkawinan merupakan persekutuan hidup dan cinta Perkawinan merupakan lembaga sosial Perkawinan merupakan lembaga hukum negara Perkawinan antara dua orang yang dibaptis merupakan sakramen 3. Tujuan perkawinan Menurut UU RI nomor 1 tahun 1974 pasal 1 berbunyi: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 4. Perkawinan dalam pandangan Katolik. Hakekat perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang kekal dengan persetujuan bebas dari keduanya yang tidak dapat ditarik kembali dengan tujuan: - Kelangsungan bangsa (Kejadian 1 : 26-27) - Perkembangan pribadi (Kejadian 2 : 18, 21-24) - Kesejahteraan keluarga (kejadian 1 : 28-29) Perkawinan itu bukan kontrak, bukan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak (persatuan badani- keluarga- hobi- harta/kekayaan dsb) melainkan persekutuan dua orang yang dasarnya dipadukan secara rohani yaitu cinta kasih. (Kejadian 2 : 23-25) Perkawinan merupakan suatu tindakan kesepakatan dan kemauan secara bebas yang memberikan kewenangan bagi setiap orang untuk memilih dan menentukan sesuatu, yang tidak bisa dicabut atau diganti oleh siapapun atau lembaga apapun. Ini merupakan sebuah hak asasi menurut UU RI tentang HAM nomor 39 tahun 1999. Perkawinan menurut kodratnya menuntut: a. Kesetiaan, menerima pasangan apa adanya. b. Kepercayaan, berlaku jujur satu sama lain. c. Tanggung jawab, terlibat dalam kehidupan bersama.

Kehidupan perkawinan adalah kehidupan dalam Tuhan dimana suami istri makin mendekati kesempurnaan, saling menguduskan dan memuliakan Allah sebagai mana Kristus dan umatNya saling memberi dan menerima (give and receive bukan take and give = mengambil dan menerima). Perkawinan itu perlu diresmikan/disahkan dan disaksikan orang lain secara hukum negara dan gereja. 5. Perkawinan sebagai Sakramen Sakramen perkawinan adalah tanda dan sarana untuk mengungkapkan iman, mempersembahkan penghormatan kepada Allah serta menghasilkan pengudusan manusia. Dalam sakramen perkawinan: a. Suami menjadi tanda kehadiran Allah dan sumber keselamatan bagi istri dan anak-anaknya, demikian juga sebaliknya suami yang tidak beriman dikuduskan oleh istri. b. Menandakan kasih Tuhan hadir secara kongkrit dalam seluruh aspek hidupnya secara jasmani dan rohani, sebagaimana relasi cinta Yesus dengan umatNya (Efesus 5: 22-33). c. Memberi rahmat untuk dapat melaksanakan tugas mereka sebagai suami istri. Ciri-ciri perkawinan Katolik adalah: Monogami Setia, tidak terceraikan Pilihan bebas atas dasar cinta Punya ikatan resmi yang dilindungi hukum negara dan gereja Bersifat sakramen, artinya disucikan Tuhan.

6. Mengapa perkawinan harus diberkati dalam gereja? Karena suami istri memberi kesaksian kepada seluruh umat tentang betapa membahagiakan dan menyeluruh cinta Allah sendiri pada umatNya (cinta Kristus kepada gerejaNya). 7. Apakah harapan anda ketika menikah? Harapan suami terhadap istri : a. Istri memelihara/mengurus keperluan pribadi suami. b. Istri pandai mengurus rumah tangga = bersih-bersih dan menyenangkan. c. Istri mendukung pekerjaan suami, beri kebebasan dalam pekerjaan tanpa ikut campur tangan dalam urusan kantor. d. Istri menjadi teman berbagi rasa dalam suka duka/pengertian. Harapan istri terhadap suami: a. Bersikap sebagai ayah/kekasih dan sahabat: istri merasa aman, bebas jadi dirinya sendiri. b. Tidak bertindak kasar dan melukai hatinya. c. Setia 100%.
7

Anda mungkin juga menyukai