Anda di halaman 1dari 18

BAB II

SIFAT-SIFAT GEREJA
A. Gereja yang satu
B. Gereja yang Kudus
C. Gereja yang Katolik
D. Gereja yang Apostolik
A. Gereja yang Satu
 Mengamati gambar di buku paket dan
video

1. Pertemuan itu adalah pertemuan kaum


muda Katolik sejagad! Apa tujuannya?
2. Sifat-sifat Gereja yang mana tampak
cukup jelas dalam acara-acara
pertemuan itu?
3. Apakah dalam acara-acara pertemuan
itu cukup terungkap segi-segi yang
menunjukkan bahwa Gereja itu Satu?
4. Apa artinya Gereja itu Satu?
Ajaran Kitab Suci dan Ajaran
Gereja tentang Makna Kesatuan
(1Petrus 2: 5-10; 1 Korintus 12:12; 2 Timoteus
2:22; Efesus 4:3-6; Matius 16:16-19)

 Ajaran Gereja tentang Makna


Kesatuan Gereja
(Gaudium et Spes art.1)
Rangkuman
A. Arti Gereja Yang Satu
 Menurut Ensiklopedi Gereja, “ Gereja adalah satu karena bersatu
dalam iman, pembaptisan, perayaan ekaristi dan pimpinan di seluruh
dunia.
 Kesatuan ini harus dibina, dijaga, dipelihara dalam semangat saling
mengampuni dan menghormati.
 Oleh karena itu ciri Gereja yang satu menuntut suatu communio
dengan Gereja Roma atau sekurang-kurangnya tidak terpisah
daripadanya (ex-communicatio).”
 Gereja yang satu adalah Gereja yang percaya akan kehendak
Allah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, bahwa orang-orang
beriman kepada Kristus hendaknya berhimpun menjadi Umat
Allah (1Ptr 2:5-10) dan menjadi satu Tubuh (1Kor 12:12).
 Gereja Katolik percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh
dan kuat karena secara historis bertolak dari penetapan Petrus
sebagai penerima kunci Kerajaan Surga.
Menurut ajaran Kitab Suci
 Allah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan
Kristus menjadi Umat Allah (lih. 1Ptr 2: 5-10) dan membuat
mereka menjadi satu tubuh (lih. 1Kor 12: 12). Tetapi,
bagaimana rencana Allah itu dilaksanakan oleh setiap orang
Kristen? Semangat persatuan harus selalu dipupuk dan
diperjuangkan oleh setiap orang Kristen itu sendiri.
 Kesatuan Gereja pertama-tama adalah kesatuan iman (lih. Ef
4: 3-6) yang mungkin dirumuskan dan diungkapkan secara
berbeda-beda.
 Kristus memang mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul,
supaya kolegialitas para rasul tetap satu dan tidak terbagi.
 Di dalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar
kesatuan iman serta persekutuan yang tetap kelihatan.
 Kristus akan tetap mempersatukan Gereja,
tetapi dari pihak lain disadari pula bahwa
perwujudan konkret harus diperjuangkan
dan dikembangkan serta disempurnakan
terus menerus. Oleh karena itu kesatuan
iman mendorong semua orang Kristen
supaya mencari “persekutuan” dengan
semua saudara seiman
Kesatuan Gereja pertama-tama harus
diwujudkan dalam persekutuan konkret
antara orang beriman yang hidup bersama
dalam satu negara atau daerah yang sama.
Tuntutan zaman dan tantangan masyarakat merupakan
dorongan kuat untuk menggalang kesatuan iman dalam
menghadapi tugas bersama.
 Kesatuan Gereja terarah kepada kesatuan yang jauh
melampaui batas-batas Gereja dan terarah kepada kesatuan
semua orang yang “berseru kepada Tuhan dengan hati yang
murni” (2Tim 2: 22).
Kesatuan Gereja itu terungkap dalam: Kesatuan iman para
anggotanya; Kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis,
tetapi kesatuan yang dinamis.
Iman adalah prinsip kesatuan batiniah Gereja. Kesatuan dalam
pimpinannya, yaitu hierarki; Hierarki mempunyai tugas untuk
mempersatukan umat. Hierarki sering dilihat sebagai prinsip
kesatuan lahiriah dari Gereja.
Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental.
Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi
simbolis dari kesatuan Gereja itu (lih. Ef 4: 3-6).
Menurut Ajaran Gereja
 Umat Katolik merupakan satu persekutuan dalam Roh Kudus.
Umat terjalin satu sama lain dengan ikatan iman dan sarana-
sarana rahmat yang sama. Persatuan umat turut
mengusahakan persaudaraan, perdamaian dan cinta kasih
serta pengembangan kehidupan manusia yang lebih layak.
Dengan demikian umat turut menyumbangkan terwujudnya
Kerajaan Allah.
 Semangat dan Roh Kristus adalah semangat dan Roh cinta
kasih harus menjadi pendorong seluruh jajaran umat untuk
mengabdi kepada persatuan, kesatuan dan solidaritas bangsa,
untuk membina toleransi dan kerukunan, untuk
mengikhtiarkan kepentingan umum dan turut membangun di
segala sektor.Semuanya dilakukan sambil menghormati
otonomi dunia dalam terang cahaya Injil.
 HaL-hal yang dapat melukai Gereja yang Satu
adalah
Kita menyadari bahwa kenyataannya dalam
Gereja sering terjadi perpecahan dan
keretakan-keretakan. Perpecahan dan
keretakan yang terjadi dalam Gereja itu tentu
saja disebabkan oleh perbuatan manusia
sendiri yang mementingkan kepentingannya
sendiri.
 Usaha-usaha yang dapat digalakkan untuk menguatkan
persatuan kita ke dalam adalah antara lain:
 Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja.
 Berusaha setia dan taat kepada persekutuan umat,
termasuk hierarki, dsb.

 Usaha-usaha yang dapat digalakkan untuk menguatkan


persatuan antar-Gereja adalah antara lain:
 Lebih bersifat jujur dan terbuka kepada satu sama lain.
 Lebih melihat kesamaan daripada perbedaan.
 Mengadakan berbagai kegiatan sosial dan peribadatan
bersama, dsb.
Tugas

1. Tuliskan doa syukur dan harapan untuk ikut


ambil bagian dalam kesatuan Gereja
2. Tuliskan dan jelaskan arti Gereja yang Satu?
3. Tuliskan hal-hal yang dapat melukai Gereja
yang Satu.
4. Tuliskan usaha-usaha untuk mewujudkan
Gereja yang Satu.
Thank you
B. GEREJA YANG KUDUS
1. ARTI GEREJA YANG KUDUS
 Kudus sebetulnya berarti “yang dikhususkan bagi Tuhan”. Maka,
pertama-tama “kudus” (suci) itu menyangkut seluruh bidang
keagamaan.
 Yang “Kudus” bukan hanya orang, tempat, atau barang yang
dikhususkan bagi Tuhan, melainkan lingkup kehidupan Tuhan. Yang
kudus itu adalah Allah.
 Gereja menerima kekudusan sebagai anugerah dari Allah dalam Kristus
oleh iman.
 Kekudusan tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah yang
mempersatukan Gereja dengan Kristus dalam Roh Kudus.
 Maka, Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggota
sudah kudus tetapi lebih pada panggilan kepada kekudusan oleh
Tuhan.
2. Menurut Ajaran Kitab suci
 Perjanjian Baru melihat proses pengudusan manusia sebagai pengudusan
oleh Roh Kudus. Dikuduskan karena terpanggil. Dari pihak manusia,
kekudusan (kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah, terutama
dengan sikap iman dan pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala
perbuatan dan kegiatan kehidupan yang serba bisa . Kesucian bukan soal
bentuk kehidupan (seperti menjadi biarawan), melainkan sikap yang
dinyatakan dalam hidup sehari-hari.
 Kekudusan itu terungkap dengan aneka cara pada setiap orang. Kehidupan
Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk
semua, melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan Gereja,
yang berasal dari Kristus. Kesucian ini adalah kekudusan yang harus
diperjuangkan terus-menerus.
 Gereja didirikan oleh Kristus. Gereja menerima kekudusannya dari kristus
dan doa-Nya.
 Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan
Allah dan penyelamatan umat manusia.
3. Ajaran Gereja tentang Kekudusan Gereja
 Tuhan kita sendiri adalah sumber dari segala kekudusan: ‘sebab hanya satulah
pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam
tubuh-Nya, yakni Gereja.
Kristus menguduskan Gereja dan pada gilirannya, melalui Dia dan bersama Dia,
Gereja adalah agen pengudusan-nya. Melalui pelayanan Gereja dan kuasa Roh
Kudus, Tuhan kita mencurahkan berlimpah rahmat, teristimewa melalui
sakramen. 0leh karena itu, melalui ajarannya, doa dan sembah sujud, serta
perbuatan-perbuatan baik, Gereja adalah tanda kekudusan yang kelihatan.
 “Uskup mempunyai kepenuhan sakramen tahbisan, maka ia menjadi
“pengurus rahmat imamat tertinggi” terutama dalam Ekaristi, yang
dipersembahkannya sendiri atau yang dipersembahakan atas kehendaknya dan
yang tiada hentinya menjadi sumber kehidupan dan pertumbuhan Gereja”
Masing-masing kita sebagai anggota Gereja, telah dipanggil kepada kekudusan.
Melalui sakramen Baptis, kita telah dibebaskan dari dosa asal, dipenuhi dengan
rahamat pengudusan, dibenamkan ke dalam misteri sengsara, wafat, dan
kebangkitan Tuhan, dan dipersatukan ke dalam Gereja, “umat kudus Allah”.
Dengan rahmat Tuhan, kita berjuang mencapai kekudusan.
• Konsili Vatikan II mendesak, “ segenap umat Katolik menuju kesempurnaan
Kristen, dan menurut situasi masing-masing mengusahakan, supaya
Gereja,seraya membawa kerendahan hati dan kematian Yesus dalam
tubuhnya, dari hari ke hari makin dibersihkan dan diperbaharui, sampai
kristus menempatkannya di hadapan dirinya penuh kemuliaan, tanpa cacat
atau kerut”
• Gereja lita telah ditandai dengan teladan-teladan kekudusan yang luar biasa
dalam hidup para kudus sepanjang masa. Tak peduli betapa gelapnya masa
bagi Gereja kita, selalu ada para kudus besar melalui siapa terang Kristus
dipancarkan. Kita manusia yang rapuh, dan sekali lagi kita melanjutkan
perjalanan di jalan kekudusan.
• Dalam arti tertentu, Gereja kita adalah Gereja kita adalah kaum pendosa,
bukanlah kaum yang merasa diri benar atau merasa yakin akan
keselamatannya sendiri. Salah satu doa terindah dalam misa dipanjatkan
sebelum tanda Damai, “Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa
kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu” Meski individu-individu warga
Gereja rapuh dan malang, jatuh dan berdosa, Gereja terus menjadi tanda
dan sarana kekudusan.
Usaha memperjuangkan Kekudusan Gereja

 Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai


putra-putri Allah
 Meneladani semangat hidup orang-orang Katolik
yang sudah mencapai kekudusan seperti para Santo-
Santa, Beato-Beata atau para Martir yang berjuang
menegakkan kebenaran, keadilan demi kemanusiaan.
 Merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya
ajaran dan hidup Yesus, yang merupakan pedoaman
dan arah hidup kita dan sebagainya.
TUGAS
 Tuliskanlah sebuah puisi dengan tema
“kekudusan Gereja
 Tuliskan usaha-usaha untuk mewujudkan
Gereja yang Kudus.
 Tuliskan dan jelaskan arti Gereja yang Kudus?

Anda mungkin juga menyukai