Gereja
1. Gereja yang satu
2. Gereja yang kudus
3. Gereja yang Katolik
4. Gereja yang Apostolik
Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik adalah ciri atau sifat dari Gereja. Dengan
keempat ciri itu Gereja menyatakan bahwa yang insani dan yang ilahi bersatu dalam
diri Gereja. Keempat ciri itu saling berkaitan. Gereja tidak berdiri dengan dirinya sendiri,
tetapi berkat karunia Roh Kudus, dan Kristus yang menjadikan Gereja.
1. Gereja Yang Satu
Kesatuan dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Allah yang Tunggal dalam Tiga
Pribadi yaitu: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Sama halnya dengan Gereja kendati beraneka
ragam namun tetap satu, yaitu Gereja yang berkumpul dalam Yesus Kristus. Roh Kuduslah
yang menyatukan Gereja.
2. Gereja yang Kudus
Gereja menjadi kudus karena Yesus Kristus adalah kudus. Yesus mengasihi GerejaNya dan
menyerahkan diri kepada Gereja untuk menguduskannya sehingga umat dipersatukan dengan
Yesus menjadi kudus. Pengudusan manusia dalam Kristus merupakan bagian dari semua
karya di dalam Gereja.
3. Gereja Yang Katolik
Katolik berarti umum, universal, ingin merangkul segalanya. Gereja diutus oleh Yesus ke
seluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa menjadi muridNya (Mat 28 : 19).
Setiap Gereja lokal bersama dengan Uskup berusaha menterjemahkan keberadaan Kristus
sesuai dengan kondisi dan kehidupan kongkrit di masyarakat. Wajah Gereja di dunia tidak
bisa sama, tetapi yang sama adalah isi atau esensinya.
4. Gereja Yang Apostolik
Gereja itu apostolik, artinya ajarannya sesuai dengan ajaran para Rasul, utusan atau duta dari
Kristus. Kesesuaiannya itu merupakan wujud dari pesan Kristus sendiri, agar para muridNya
mengajarkan segala sesuatu yang telah diperintahkan kepadanya (Mat 28 : 20). Dan jemaat
perdana hidupnya sesuai dengan pesan Yesus itu, yaitu bertekun dalam pengajaran para Rasul
(Kis 2 : 42).
Gereja didirikan atas dasar para Rasul memiliki tiga macam arti, yaitu :
4.1. Gereja tetap dibangun atas dasar para Rasul dan para Nabi.
4.2. Dengan bantuan Roh Kudus, Gereja menjaga ajaran, warisan iman, pedoman sehat para
Rasul dan meneruskannya.
4.3. Gereja tetap diajar, dikuduskan dan dibimbing oleh para Rasul sampai kedatangan
kembali Yesus. Sekarang tugas para Rasul itu diteruskan oleh para Uskup, dibantu olh para
Imam.
Peran Hierarki dan Awam dalam Gereja Katolik
1. Hierarki dalam Gereja Katolik.
Istilah “Awam” diterjemahkan dari kata Yunani “Laikos” yang berarti bukan ahli. Dalam
kaitan dengan kehidupan agama Yahudi, kelompok “Awam” adalah anggota umat yang
bukan golongan Imam atau Levit yang terkenal sebagai ahli Kitab Suci (Taurat).
Kompendium Ajaran Sosial Gereja menjelaskan bahwa “ciri khas hakiki Kaum Awam
beriman yang bekerja di kebun anggur Tuhan (bdk.Mat 20:1-16) adalah corak sekular
dari kemuridan mereka sebagai orang Kristen, yang justru dilaksanakan di dalam dunia”.
Fakta dalam kehidupan Gereja, bagian terbesar dalam Gereja adalah Kaum Awam. Menurut
Lumen Gentium art.31, Kaum Awam adalah semua orang beriman Kristiani kecuali mereka
yang termasuk golongan Imam atau berstatus religius yang diakui dalam Gereja. Jadi, kaum
beriman Kristiani, berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi
Umat Allah. Dengan cara mereka sendiri, mereka ikut mengemban tugas Imamat, kenabian,
dan rajawi Kristus. Dengan demikian, sesuai dengan kemampuannya mereka melaksanakan
perutusan segenap umat Kristiani dalam Gereja dan dunia.Tugas khas Kaum Awam adalah
melaksanakan dan mewujudkan kabar baik di tengah-tengah dunia, di mana kaum klerus dan
biarawan-biarawati tidak dapat masuk ke dalamnya kecuali melalui Kaum Awam.
Dewasa ini keterlibatan Kaum Awam dalam tugas menggereja dan memasyarakat semakin
aktif. Harus diakui bahwa masih ada Awam yang masih bersifat pasif, menunggu perintah
dari hierarki. Namun demikian, hal itu tidak mengurangi meningkatnya partisipasi Kaum
Awam dalam kegiatan kerasulan gerejani. Melalui pelajaran ini, para peserta didik dibimbing
untuk memahami siapa yang dimaksud dengan Kaum Awam dan apa yang menjadi tugas
khasnya dalam Gereja dewasa ini. Peserta didik juga dibimbing untuk memahami makna,
bentuk-bentuk keRasulan Awam serta apa dan bagaimana hubungan antara Awam dan
hierarki sebagai partner kerja yang sederajat untuk membangun Kerajaan Allah.
Siapakah Kaum Awam itu? “Yang dimaksud dengan istilah Awam disini ialah semua orang
beriman kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan Imam atau status religius yang
diakui dalam Gereja. Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat babtis telah menjadi
anggota tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut
mengemban tugas Imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dengan demikian sesuai dengan
kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap Umat kristiani dalam Gereja dan di
dunia. Ciri khas dan istimewa Kaum Awam yakni sifat keduniaannya. Sebab mereka yang
termasuk golongan Imam, meskipun kadang-kadang memang dapat berkecimpung dalam
urusan-urusan keduniaan, juga dengan mengamalkan profesi keduniaan, berdasarkan
panggilan khusus dan tugas mereka terutama diperuntukkan bagi pelayanan suci. Sedangkan
para religius dengan status hidup mereka memberi kesaksian yang cemerlang dan luhur,
bahwa dunia tidak dapat diubah dan dipersembahkan kepada Allah, tanpa semangat Sabda
bahagia. Berdasarkan panggilan mereka yang khas, Kaum Awam wajib mencari kerajaan
Allah, dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah.
Mereka hidup dalam dunia, artinya: menjalankan segala macam tugas dan pekerjaan duniawi,
dan berada ditengah kenyataan biasa hidup berkeluarga dan sosial. Hidup mereka kurang
lebih terjalin dengan itu semua. Di situlah mereka dipanggil oleh Allah, untuk menunaikan
tugas mereka sendiri dengan dijiwai semangat Injil, dan dengan demikian ibarat ragi
membawa sumbangan mereka demi pengudusan dunia bagaikan dari dalam. Begitulah
mereka memancarkan iman, harapan dan cinta kasih terutama dengan kesaksian hidup
mereka, serta menampakkan Kristus kepada sesama. Jadi tugas mereka yang istimewa yakni:
menyinari dan mengatur semua hal-hal fana, yang erat-erat melibatkan mereka, sedemikian
rupa, sehingga itu semua selalu terlaksana dan berkembang menurut kehendak Kristus, demi
kemuliaan Sang Pencipta dan Penebus”. (Lumen Gentium, Art. 31)
Hendaklah para Awam, seperti semua orang beriman kristiani, mengikuti teladan Kristus,
yang dengan ketaatan-Nya sampai mati, membuka jalan yang membahagiakan bagi semua
orang, jalan kebebasan anak-anak Allah. Hendaklah mereka dengan ketaatan kristiani
bersedia menerima apa yang ditetapkan oleh para Gembala hierarkis sejauh menghadirkan
Kristus, sebagai guru dan pemimpin dalam Gereja. Dan janganlah mereka lupa mendoakan
di hadirat Allah para pemimpin mereka, sebab para pemimpin itu berjaga karena akan
memberi pertanggungjawaban atas jiwa-jiwa kita, supaya itu mereka jalankan dengan
gembira tanpa keluh-kesah (lih. Ibr 13:1).
Sebaliknya hendaklah para Gembala hierarkis mengakui dan memajukan martabat serta
tanggung jawab Kaum Awam dalam gereja. Dan hendaklah mereka diberi kebebasan dan
keleluasaan untuk bertindak; bahkan mereka pantas diberi hati, supaya secara spontan
memulai kegiatan-kegiatan juga. Hendaklah para Gembala dengan kasih kebapaan, penuh
perhatian dalam Kristus, mempertimbangkan prakarsa-prakarsa , usul-usul serta keinginan-
keinginan yang diajukan oleh Kaum Awam. Hendaklah para Gembala dengan saksama
mengakui kebebasan sewajarnya, yang ada pada semua warga masyarakat duniawi.
Dari pergaulan persaudaraan antara Kaum Awam dan para Gembala itu boleh
diharapkan banyak manfaat bagi Gereja. Sebab dengan demikian para Awam diteguhkan
kesadaran bertanggungjawab dan ditingkatkan semangat. Lagi pula tenaga Kaum Awam
lebih mudah digabungkan dengan karya para Gembala. Sebaliknya, dibantu oleh pengalaman
para Awam, para Gembala dapat mengadakan penegasan yang lebih jelas dan tepat dalam
perkara-perkara rohani maupun jasmani. Dengan demikian seluruh Gereja, dikukuhkan oleh
semua anggotanya akan menunaikan secara lebih tepat perutusannya demi kehidupan dunia.
(Lumen Gentium artikel 37)
Pengertian Awam: Yang dimaksud dengan kaum Awam adalah semua orang beriman
Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status
kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (lih. LG 31). Definisi Awam dalam praktek dan
dalam dokumen- dokumen Gereja ternyata mempunyai dua macam:
Definisi ini dikutip dari Lumen Gentium yang rupanya menggunakan definisi tipologis. Dan
untuk selanjutnya istilah “Awam” yang digunakan adalah sesuai dengan pengertian tipologis
di atas.
Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Patner Kerja: Sesuai dengan ajaran Konsili
Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan Awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda
fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi
Kerajaan Allah.
Sampai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat keRasulan dalam tata dunia
bukan sebagai kegiatan keRasulan. Mereka menyangka bahwa keRasulan hanya berurusan
dengan hal-hal rohani yang sakral, kudus, serba keagamaan, dan yang menyangkut kegiatan-
kegiatan dalam lingkup Gereja.
Hubungan antara Awam dan hierarki, perlu memerhatikan hal-hal berikut ini: