Anda di halaman 1dari 4

AGAMA (HAM MENGENAI BUDAYA KASIH DAN KEKERASAN)

Budaya Kekerasan vs Budaya Kasih. Dalam bagian ini kita diajak untuk memahami bahwa
sikap Gereja menolak keras setiap tindakan kekerasan yang merendahkan martabat manusia. Yesus
adalah tokoh teladan yang sempurna yang mengajarkan dan mempraktik dalam hidup-Nya
dengan budaya kasih ketika mengalami kekerasan yang dilakukan oleh sesamanya sendiri
bangsa Yahudi dan penguasa kolonial Romawi.

A. BUDAYA KEKERASAN

istilah “budaya kekerasan” adalah sebuah contradiction in terminis. Dimana nilai-nilai budaya
yang digunakan untuk membenarkan dan mengesahkan penggunaan kekerasan langsung
atau tidak langsung (kekerasan sudah dianggap menjadi kebudayaan/perilaku umum).
Wujud dari kekerasan cultural adalah, pidato para pemimpin, dalil-dalil dalam agama, dan
beragam poster yang membangkitkan dorongan untuk menjalankan kekerasan sehingga
kekerasan ini menjadi sah secara budaya dan mendapatkan legitimasi.
Kekerasan yang dilakukan secara berkelompok lebih berbahaya dibandingkan kekerasan
yang dilakukan secara individual. Karena selain jumlah pelakunya lebih banyak, juga karena
efek yang ditimbulkan lebih merusak. Tren tindak kekerasan yang dilakukan secara tidak
biasaa yang paling menonjol adalah tindak kekerasan yang dilakukan oleh Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas).
▪ Alasan terjadinya kekerasan
terjadi karenaa adanya berbagai bentuk “perbedaan kepentingan” kelompok-kelompok
masyarakat sehingga kelompok yang satu ingin menguasai bahkan memusnahkan kelompok
lain. Hampir semua kerusuhan di Indonesia disebabkan oleh terganggunya (disfunsi)
sejumlah institusi sosial, terutama lembaga politik yang menunjang integritas Indonesia
sebagai satu bangsa.
Masyarakat Indonesia sangat majemuk secara budaya, etnis dan agama. Kemajemukan ini
apabila tidak dikelola dengan baik dan benar maka dapat menimbulkan konflik dan
kekerasan. Kekerasan yang sering terjadi di negeri kita menunjukkan rupa-rupa dimensi dan
rupa-rupa wajah.
▪ Rupa-rupa dimensi kekerasan
a. Kekerasan langsung (secara langsung,fisik)
Kekerasan langsung adalah kekerasan yang dilakukan oleh satu atau sekelompok orang
kepada pihak lain dengan menggunakan alat kekerasan, dan seringkali lebih bersifat fisik
dan secara langsung, jelas siapa subjek siapa objek, siapa korban dan siapa pelakunya.
Contoh : pembunuhan, pemotongan anggota tubuh dan lain sebagainya. Jadi identifikasi
paling mendasar tentang kekerasan langsung adalah dengan adanya korban luka maupun
meninggal.
b. Kekerasan tidak langsung (secara psikis)
Kekerasan tidak langsung adalah kebalikan dari kekerasan langsung, dimana lebih bersifat
psikis,
contoh : kasus gizi buruk,akibat ulah kekerasan kepada akibat tatanan sistem politik, sosial
budaya dan juga ekonomi yang tidak adil atau tidak seimbang dalam menjalankan perannya,
karena alasan ini sehingga menyebabkan kekerasan menjadi terbuka, atau contoh lain seperti
pembalasan dendam, pengasingan, blokade, diskriminasi.
▪ Wajah-wajah kekerasan
a. Kekerasan Sosial
Kekerasan sosial adalah situasi diskriminatif yang mengucilkan sekelompok orang agar
tanah atau harta milik mereka dapat dijarah dengan alasan “Pembangunan Negara”.
Contoh : kekerasan antar suku, tawuran antar warga beda kampung, bentrok antara polisi
dan masyarakat yang menolak digusur
b. Kekerasan Kultural
Kekerasan kultural terjadi ketika ada pelecehan, penghancuran nilai-nilai budaya minoritas
demi kepemimpinan penguasa. Kekerasan kultural sangat mengandaikan “stereotyp” dan
“prasangka-prasangka kultural”. Dalam konteks ini, keseragaman dipaksakan, perbedaan
harus dimusuhi, dan dilihat sebagai momok. Apa yang menjadi milik kebudayaan daerah
tertentu dijadikan budaya nasional tanpa sebuah proses yang demokratis, dan budaya daerah
lainnya dilecehkan.
Contoh ; kebencian, ketakutan, rasisme, ketidaktoleranan,
c. Kekerasan Etnis
Kekerasan etnis berupa pengusiran atau pembersihan sebuah etnis karena ada ketakutan
atau ancaman bagi kelompok tertentu. Suku tertentu dianggap tidak layak bahkan
mencemari wilayah tertentu dengan berbagai alasan. Suku yang tidak disenangi harus
hengkang dari tempat diam yang sudah menjadi miliknya bertahun-tahun dan turun-
temurun.
Contoh : kerusuhann sampit, kerusuhan etnis dayak dan madura di kalimantan
d. Kekerasan Keagamaan
Kekerasan keagamaan terjadi ketika ada “fanatisme, fundamentalisme, dan eksklusivisme”
yang melihat agama lain sebagai musuh. Kekerasan atas nama agama ini umumnya dipicu
oleh pandangan agama yang sempit atau absolut. Menganiaya atau membunuh penganut
agama lain dianggap sebagai sebuah tugas luhur.
e. Kekerasan Gender
Kekerasan gender adalah situasi di mana hak-hak perempuan dilecehkan. Budaya patriarkhi
dihayati sebagai peluang untuk tidak atau kurang memperhitungkan peranan perempuan.
Contoh : pelecehan seksual, trafficking atau perbudakan, female genital mutilation (sunat
perempuan), perkawinan anak, penyiksaan seksual, esploitasi seksuaal
f. Kekerasan Politik
Kekerasan politik adalah kekerasan yang terjadi dengan paradigma “politik adalah
panglima”
Contoh : rusakan alat peraga, kampanye di luar jadwal dan pemalsuan dokumen.
g. Kekerasan Militer
Kekerasan militer berdampingan dengan kekerasan politik. Kekerasan terjadi karena ada
militerisasi semua bidang kehidupan masyarakat. Cara pandang dan tata nilai militer
merasuk sistem sosial masyarakat. Dalam jenis kekerasan ini terjadi banyak sekali hal-hal
Contoh : pembredelan pers, larangan berkumpul, dan litsus sistematis, agresi, pelanggaran
wilayah, pemberontakan bersenjata, sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman
keamanan laut dan udara, serta konflik komunal.
h. Kekerasan Terhadap Anak-Anak
Contoh : Anak-anak di bawah umur dipaksa bekerja dengan jaminan yang sangat rendah
sebagai pekerja murah. Prostitusi anak-anak tidak ditanggapi aneh karena dilihat sebagai
sumber nafkah bagi keluarga. Dalam pendidikan, misalnya, masih merajlela ideologi-
ideologi pendidikan yang fanatik. Konservatisme pendidikan dan fundamentalisme
pendidikan tidak dicermati dan tidak dihindari sehingga anak tumbuh dan berkembang
secara tidak sehat.
i. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi paling nyata ketika masyarakat yang sudah tidak berdaya secara
ekonomis diperlakukan secara tidak manusiawi. Ekonomi pasar bebas dan bukannya pasar
adil telah membawa kesengsaraan bagi rakyat miskin.
j. Kekerasan Lingkungan Hidup
Bumi manusia tidak dilihat lagi secara akrab dan demi kehidupan manusia itu sendiri
Contoh : tidakan yang merusak lingkungan hidup seperti penebangan hutan, pembakaran
hutan, membuang sampah ke sungai.

B. MENGEMBANGKAN BUDAYA NON-VIOLENCE DAAN BUDAYA KASIH

Dengan adanya konflik dan kekerasan, kita bisa mencoba usaha – usaha mencegah adanya
konflik dan kekerasan :
• Usaha-usaha Membangun Budaya Kasih sebelum Terjadi Konflik dan Kekerasan
perlu diusahakan beberapa hal.;
1. Dialog dan komunikasi yang baik antar sesame umat manusia : Dialog dan
komunikasi sangatlah berpengaruh dalam lingkup kemasyarakatan, apalagi di
Indonesia yang memiliki berbagai macam perbedaan yang bisa menjadi potensi
dalam menyebabkan konflik. Hal itu disebabkan karena kurang bagus komunikasi
antara satu kelompom dengan kelompok lain. Maka dari itu komunikasi yang baik
antara sesama umat manusia di kehidupan sehari – hari dapat mempersempit atau
memperkecil kemungkinan adanya konflik yang menyebabkan perpecahan hingga
kekerasan.
2. bekerja sama untuk membentuk suatu organisasi bebas kekerasan untuk
memperjuangkan kepentingan umum. Dengan adanya kerja sama antara manusia
dengan manusia lain dalam memperjuangkan kepentingan uum dapat
menimbulkan satu pola fikir yang sama, sehingga mereka bisa saling memahami
satu sama lain dan berjuang bersaama – sama. Hal imi mampu mencegah adaanya
konflik – konflik di masyarakat akibat adanya sikap individualisme pihak tertentu.

• Usaha – usaha Membangun Budaya Kasih sesudah Terjadi Konflik dan Kekerasan

1. Menceritakan konflik ataupun kekerasan yang telah dialami oleh korban.


2. Mengakui kesalahan dan minta maaf serta penyesalan dari pihak atau kelompok
yang melakukan kekerasan atau menjadi penyebab konflik dan kekerasan.
Pengakuan ini harus dilakukan secara publik dan terbuka, sebuah pengakuan jujur
tanpa mekanisme bela diri;
3. Pengampunan dari korban kepada yang melakukan kekerasan dan adanya
tanggung jawab dari para pihak yang berkonflik
4. Rekonsiliasi yang berupa bentuk penyelesaian konflik yang justru menumbuhkan
rasa percaya antar pihak yang tengah berkonflik.
• Usaha pencegahan tindak kekerasan di Indonesia
1. Menciptakan pemerintahan yang baik bagi rakyatnya dengan Menyusun
strategi dan kebijakan yang adil, sehingga rakyat mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa perasaan yang ketidakadilan atau rasa
ketidakpuasan yang dapat memicu indak kekerasan sebagai wujud protes.
2. Adanya penegakan hukum yang adil dan tegas sehingga dapat mengurangi
angka kekerasan yang terjadi.
3. Para masyarakat Indonesia khususnya generasi muda bisa melakukan
melakukan kampanye aantikekerasan. Kampanye ini bertujuan untuk
mengajak masyarakat dalam menciptakan suatu kedamaian.
4. Mengajak masyarakat Indonesai untuk melakukan penyelesaian masalah
dengan cara bijak salah satunya dengan rekonsiliasi. Rekonsiliasi adalah
sebuah cara yang terbaik dalam menyelesaikan suatu permasalahan, karena
penyelesaian masalah dengan menggunakan rekonsiliasi ini membangun
Kembali kepercayaan antara kedua belah pihak tanpa adanya kekerasan.
Rekonsiliasi adaalh perbuatan memulihkan hubungan antara kedua belah pihak
ke keadaan semua sebelum adanyaa konflik. Syaratnya ada pihak yang
mengaku bersalah dan meminta maaf, serta pihak lainnya yang menjadi korban
memaafkan, sehingga tercapainya perdamaian.
5. Memiliki pola fikir yang terbuka dengan mau menerima pendapat ataupun
usulan dari pihak lain. Jika tidak bisa menerimanya sampaikan dengan hal yang
baik, jangan dengan kekerasan.

BACAAN PERIKOP (MATIUS 26 : 47-56)


Tuhan Yesus bukan saja mengajak kita untuk tidak menggunakan kekerasan menghadapi
musuh-musuh, tetapi juga untuk mencintai musuh-musuh dengan tulus, buktinya saja Ia
melarang seorang yang menyertai-Nya untuk menggunakan pedaang saat Ia akan di tangkap
(lih Mat 26:51-52). Tuhan Yesus juga mengajak kita untuk mengembangkan budaya kasih
dengan mencintai sesama, bahkan mencintai musuh (lih. Luk 6: 27-36). Maka berikut ini
beberapa hal yang dapat kita renungkan berkaitan dengan perikup diatas:
• Pesan Yesus untuk kita memang sangat radikal dan bertolak belakang dengan
kebiasaan, kebudayaan, dan keyakinan kekerasan dibalas juga dengan kekerasan.
Kasih yang berdimensi keagamaan sungguh melampaui kasih manusiawi. Kasih
Kristiani tidak terbatas pada lingkungan keluarga karena hubungan darah; tidak
terbatas pada lingkungan kekerabatan atau suku; tidak terbatas pada lingkungan
daerah atau idiologi atau agama. Kasih Kristiani menjangkau semua orang, sampai
kepada musuh-musuh kita.
• Dasar kasih Kristiani adalah keyakinan dan kepercayaan bahwa semua orang adalah
putra dan putri Bapa kita yang sama di surga. Dengan menghayati cinta yang
demikian, kita meniru cinta Bapa di surga, yang memberi terang matahari dan curah
hujan kepada semua orang (orang baik maupun orang jahat).
• Mengembangkan budaya kasih untuk melawan budaya kekerasan memang tidak
mudah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa betapa sulitnya untuk berbuat baik
dan mencintai orang yang membuat kita sakit hati.
• Apabila kita memiliki kebenaran maka kebenaran ini akan merdekakan kita untuk
berbuat kasih kepada sesama (bdk. Yoh 8:32)
• Apabila kita sungguh hidup dalam Kristus maka kita akan menjadi pembawa damai
dan hidup tanpa memperhitungkan kesalahan atau pelanggaran yang dibuat orang
lain. Iman dalam Kristus Yesus menjadikan kita juru damai dalam setiap perselisihan
(bdk. 2 Kor 5:17-19)

Anda mungkin juga menyukai