Anda di halaman 1dari 76

TAHUN A / B / C

* Tahun A : Injil Matius , Tahun Masehi : 3, sisa 1


* Tahun B : Injil Markus , Tahun Masehi : 3, sisa 2
* Tahun C : Injil Lukas , Tahun Masehi : 3, habis

TAHUN I / II
* Tahun I : Misa Harian I, Tahun Masehi ganjil
* Tahun II : Misa Harian II, Tahun Masehi genap

CONTOH
* TM-2007 : 3 = 669 (habis) => C ; TM-2007 (ganjil) => I
Jadi TM-2007 = Tahun Liturgi C / I
* TM-2008 : 3 = 669 (sisa 1) => A; TM-2008 (genap) => II
Jadi TM-2008 = Tahun Liturgi A / II
SIKAP-SIKAP
LITURGI
01. Membuat Tanda Salib 21. Mengatupkan Tangan
02. Berlutut 22. Memberkati
03. Berjalan 23. Menumpangkan Tangan
04. Perarakan 24. Menelungkup
05. Membungkuk 25. Mengurapi
06. Mengecup 26. Penerimaan Komuni
07. Mendupai 27. Pembasuhan Tangan
08. Berdiri 28. Pembasuhan Kaki
09. Menebah Dada 29. Mencelupkan Ke Air Suci
10. Menundukkan Kepala 30. Menyanyi
11. Duduk 31. Memecahkan Roti
12. Bersila 32. Mendengarkan
13. Memerciki 33. Melihat
14. Merentangkan Tangan 34. Menyentuh
15. Menengadahkan Kepala 35. Merasakan
16. Mengangkat Tangan 36. Membau
17. Bersalaman 37. Meniarap
18. Bergandengan tangan
19. Mencium
20. Menyembah
MEMBUAT TANDA SALIB
Gerakan membuat tanda salib untuk diri sendiri
yang disertai dengan rumus trinitaris, “Dalam
nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus” atau
membuat tanda salib ‘kecil’ pada dahi, mulut dan
dada sebelum Injil merupakan simbol liturgi
gerakan tangan yang mengungkapkan iman
dasar Kristiani akan salib Kristus yang
membawa penebusan dan keselamatan; tanda
perlindungan Kristus terhadap kuasa jahat.
Membuat tanda salib dengan seruan Allah Tritunggal, “Dalam
nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”, untuk mengenang
pengakuan singkat atas iman yang dinyatakan ketika kita
dibaptis, yaitu ketika kita menjadi milik Kristus dengan mengakui
bahwa keselamatan kita terjadi lewat salib. Jadi tanda salib
merupakan tanda keselamatan dan berkat yang kita terima dari
Allah sendiri.
BERLUTUT - MEMBUNGKUK

Gerakan berlutut dan membungkuk merupakan sama-sama simbol


liturgi yang mengungkapkan sembah sujud, sikap merendahkan
diri, menyadari kekecilan dan kekerdilan dihadapan Tuhan; juga
mengungkapkan penghormatan, rasa ‘wedi asih’ (segan) dan
kerendahan hati serta pertobatan yang mendalam.
MENCIUM INJIL
Tindakan mencium Injil pada akhir Injil dibacakan dalam
perayaan liturgi menunjuk pada sikap hormat terhadap Sabda
Tuhan; demikian pula dengan mengangkat Kitab Suci setelah
dibacakan atau ketika prosesi Kitab Suci.

MENCIUM SALIB
Tindakan mencium salib dalam
perayaan liturgi (Jumat Agung)
menunjuk pada sikap hormat
terhadap Salib Tuhan.
MENCIUM MEJA ALTAR

Tindakan mencium meja altar pada awal dan akhir


perayaan liturgi menunjuk pada sikap hormat
terhadap meja perjamuan.
MENEPUK DADA Gerakan menepuk dada atau
menempelkan telapak tangan
(kanan) pada dada merupakan
simbol liturgi yang mengungkapkan
ketidakpantasan, penyesalan yang
mendalam dan pengakuan bahwa
dirinya bersalah dan berdosa di
hadapan Allah. Dalam Perayaan
Ekaristi, simbol menepuk dada
digunakan pada saat pengakuan
dosa - tobat (confiteor), yakni ketika
mengatakan, “Saya berdosa, saya
berdosa, saya sungguh berdosa
......” dan juga pada saat jawaban
bagi penerimaan komuni, “ Ya
Tuhan, saya tidak pantas Tuhan
datang kepada saya ........”
MENUNDUKKAN KEPALA
Gerakan menundukan kepala
sebagai tanda penghormatan.
Menundukkan kepala dilakukan
oleh imam ketika mengucapkan
nama Yesus, Santa Perawan Maria,
dan santo atau santa yang
dirayakan atau diperingati hari itu;
oleh imam sebelum dan sesudah
mendupai salib, altar; oleh misdinar
sebelum dan sesudah mendupai
imam dan umat; oleh lektor atau
petugas lain yang akan menuju
altar untuk menghormati altar
Tuhan dan imam.
DUDUK
Bagi umat beriman, sikap duduk
dipandang dalam liturgi sebagai
sikap tenang dan kesiap-sediaan
untuk mendengarkan Sabda
Tuhan. Bagi pemimpin liturgi resmi
seperti uskup dan imam, sikap
duduk selain mengungkapkan
kesiap-sediaan mendengarkan
Sabda Tuhan, juga untuk
mengungkapkan martabatnya
sebagai seorang pemimpin atau
pengajar dalam menjalankan
tugas kepemimpinannya.
MENENGADAHKAN KEPALA
Gerakan menengadahkan kepala
merupakan simbol liturgi yang
mengungkapkan permohonan
dengan kebulatan hati. Kita bisa
membayangkan ketika Yesus
berdoa di taman Getsemani, juga
bersikap demikian. Imam juga
bersikap demikian ketika
mempersembahkan roti dan
anggur dalam Perayaan Ekaristi.
TANGAN TERANGKAT

Gerakan tangan terangkat merupakan simbol liturgi yang


mengungkapkan kesiap-sediaan, keterbukaan hati, kekosongan
dan kemiskinan dihadapan Allah, penyerahan diri, ketidak-
berdayaan dan permohonan penuh pengharapan. kekosongan
dan kemiskinan manusia dihadapan Allah.
TANGAN TERKATUP

Gerakan tangan terkatup merupakan simbol liturgi yang


mengungkapkan perjumpaan antara Allah dan manusia,
sikap hormat, permohonan dan penyerahan diri manusia
kepada Allah.
MEMBERKATI
Gerakan pemberian berkat kepada
umat beriman atau benda (oleh
imam) merupakan simbol liturgi
gerakan tangan yang
mengungkapkan pelimpahan kuasa
dan daya Allah yang
menyelamatkan dan menunjuk
bahwa mereka (orang atau benda
itu) adalah milik Kristus ; juga
mengungkapkan sikap permohonan
kepada Allah, semoga yang diminta
umat-Nya dikabulkan dan
terlaksana.
PENUMPANGAN TANGAN

Gerakan penumpangan tangan merupakan simbol liturgi yang


mengungkapkan pelimpahan wewenang atau kuasa
kepemimpinan untuk tugas menggembalakan, mengajar dan
menguduskan (dalam liturgi tahbisan); permohonan serta
pencurahan, penganugerahan Roh Kudus sehingga menjadi kudus.
PENERIMAAN KOMUNI

Tindakan menerima komuni menjadi simbol liturgi


yang menunjuk pada kesiap-sediaan menyambut
Tubuh (dan Darah) Kristus dengan hati yang pantas.
PEMBASUHAN TANGAN
Gerakan pembasuhan tangan merupakan simbol liturgi yang
mengungkapkan pembersihan dosa, permohonan dari pihak
kita agar Allah mau mengampuni dan membersihkan dari
kesalahan dan dosa-dosa kita. Dalam liturgi Ekaristi, imam
berdoa, “Ya Tuhan, bersihkanlah aku dari kesalahanku, dan
cucilah aku dari dosaku”, pada saat persembahan.

PEMBASUHAN KAKI
Gerakan pembasuhan kaki merupakan
simbol liturgi (Kamis Putih) juga
mengungkapkan pembersihan dosa,
permohonan dari pihak kita agar Allah mau
mengampuni dan membersihkan dari
kesalahan dan dosa-dosa kita.
MENCELUPKAN TANGAN
KE AIR SUCI
Gerakan mencelupkan
tangan ke air suci
merupakan simbol liturgi
yang mengungkapkan
kesetiaan pada janji baptis
dan bertingkah laku
sebagai anak-anak Allah,
yang harus menerangi
banyak orang. Kita
menandai dengan air suci
supaya layak mengikuti
Perayaan Ekaristi.
TINDAKAN KEGIATAN INDRAWI MANUSIA

MENDENGARKAN
Mendengarkan bukanlah sekadar tindakan pasif, yang hanya
menerima saja, melainkan tindakan aktif untuk menerima dengan
sadar sapaan, suara, atau kata-kata dari luar diri kita; untuk
memberi perhatian dan mau masuk ke dalam diri pribadi si
pembicara dan ikut ambil bagian dalam peristiwa yang
didengarkan itu. Misalnya, bila kita mendengarkan bel, doa,
nyanyian, musik, koor, homili, Sabda Tuhan, dsb.
Secara khusus, apabila kita mendengarkan Sabda Tuhan yang
dibacakan, kita membuka diri dan hati terhadap sapaan dan daya
kuasa Allah yang hadir melalui Sabda yang sedang dibacakan itu;
dan itu berati kita ikut ambil bagian secara aktif di dalam karya
keselamatan Allah yang dihadirkan dalam Sabda itu. Jadi
‘mendengarkan’ merupakan bentuk ungkapan liturgi yang
menyatakan kesiap-sediaan iman dan ketaatan
Warna-warna
LITURGI
MERAH
Warna liturgi Merah
melambangkan
pengorbanan,
keberanian, Roh Kudus,
semangat dan cinta kasih
=> digunakan: Jumat
Agung dan Minggu
Palma; Peringatan Para
Martir; Pentakosta.
PUTIH / KUNING / CREAM
Warna liturgi Putih /
Kuning/Cream
melambangkan kemuliaan,
kemenangan, kesucian,
kegembiraan => digunakan:
Masa Natal dan Paskah;
Hari Raya dan Pesta Tuhan
Yesus dan Maria. Pesta dan
Peringatan Para Kudus dan
Perayaan Besar.
HIJAU
Warna liturgi
Hijau
melambangkan
rasa syukur dan
pengharapan =>
digunakan:
Masa Biasa.
UNGU
Warna liturgi Ungu
melambangkan
matiraga, tobat,
sesal, mawas diri,
prihatin, kesedihan,
kedukaan =>
digunakan:
Masa Adven dan
Prapaskah (terkadang
dipakai untuk Misa
arwah dan
pemakaman).
HITAM

Warna liturgi Hitam


melambangkan
berkabung =>
digunakan untuk
misa arwah dan
pemakaman. Warna
Hitam, biasanya
dapat digantikan
dengan warna ungu.
PAKAIAN-PAKAIAN
LITURGI
PAKAIAN MISA
1. Amik / Amictus 3. Singel - cingulum = tali 5. Kasula / Paenula

2. Alba - albus: putih 4. Stola


PAKAIAN MISA
1. Amik / Amictus
Selembar kain putih penutup leher berbentuk segi empat dimana kedua
ujungnya diberi tali agar dapat diikatkan pada bahu / punggung. Amik
melambangkan perisai dan keselamatan
2. Alba - albus: putih
Semacam jubah yang terbuat dari kain linen putih. Apabila dalam perayaan
Ekaristi, tidak mengenakan jubah, imam akan mengenakan alba. Warna putih
melambangkan kesalehan, kesucian dan kemurnian
3. Singel - cingulum = tali
Tali pengikat yang panjang dan berfungsi untuk mengikat Stola dan Alba agar
tidak kepanjangan. Singel melambangkan penguasaan diri
4. Stola
Semacam selempang atau selendang yang dikenakan pada bahu turun
menyimpang di depan dada. Stola melambangkan martabat untuk diakon,
imam dan uskup; tanda jabatan kepemimpinan liturgi resmi. Warna stola
selalu mengikuti warna liturgi yang bersangkutan.
5. Kasula / Paenula
Pakaian resmi imam paling luar, pada saat mempersembahkan Ekaristi, yang
bentuknya seperti mantol lebar. Kasula melambangkan keutamaan Ilahi.
PAKAIAN MISA
1. Amik / Amictus

Selembar kain putih penutup leher berbentuk


segi empat dimana kedua ujungnya diberi tali
agar dapat diikatkan pada bahu / punggung.
Amik melambangkan perisai dan keselamatan
PAKAIAN MISA
2. Alba - albus: putih

Semacam jubah yang terbuat


dari kain linen putih.
Apabila dalam perayaan Ekaristi,
tidak mengenakan jubah, imam
akan mengenakan alba.
Warna putih melambangkan
kesalehan, kesucian dan
kemurnian
PAKAIAN MISA
3. Singel - cingulum = tali

Tali pengikat yang panjang dan berfungsi untuk


mengikat Stola dan Alba agar tidak kepanjangan.
Singel melambangkan penguasaan diri
PAKAIAN MISA
4. Stola
Semacam selempang atau
selendang yang dikenakan
pada bahu turun menyimpang
di depan dada.
Stola melambangkan
martabat untuk diakon, imam
dan uskup; tanda jabatan
kepemimpinan liturgi resmi.
Warna stola selalu mengikuti
warna liturgi yang
bersangkutan.
PAKAIAN MISA
5. Kasula / Paenula
Pakaian resmi imam
paling luar, pada saat
mempersembahkan
Ekaristi, yang bentuknya
seperti mantol lebar.
Kasula melambangkan
keutamaan Ilahi.
JUBAH PUTIH

Semacam jubah putih panjang.


Pakaian harian resmi para
rohaniwan berwarna putih.
Warna putih melambangkan
kesalehan, kesucian dan
kemurnian.
KOLAR

Kerah warna putih


yang dikenakan
melingkar
pada leher imam.
Kolar melambangkan
bahwa orang yang
bersangkutan adalah
seorang imam.
MITRA TONGKAT CINCIN
TIARA
Mahkota bertingkat tiga
yang dulu dikenakan paus
pada upacara-upacara
meriah sebagai pengganti
mitra.
Tiara menandakan tiga
bidang wewenang paus:
memimpin, mengajar,
menguduskan.
Tiara tidak digunakan lagi
sejak Paus Yohanes Paulus I,
pada tahun 1978
Peralatan-peralatan
LITURGI
SUSUNAN PIALA EKARISTI
1. Piala Ekaristi / Kaliks
Tempat minum yang terbuat dari emas atau sekurang-kurangnya bagian dalamnya dilapisi emas yang digunakan
untuk tempat menuang anggur dan air dalam Perayaan Ekaristi
2. Purificatorium (kain piala)
Sehelai kain linen yang mudah menyerap air, warnanya putih, bentuknya kecil segi empat persegi panjang, ukuran
sekitar 16 x 8 inci dengan salib kecil ditengah warna merah untuk membedakan purificatorium dengan kain lap
tangan; kain ini biasanya dilipat tiga memanjang lalu dilipat dua sehingga salib merah akan terlihat pada lipatan. Kain
purificatorium ini berfungsi untuk membersihkan dan mengeringkan piala sesudah komuni.
3. Sendok Kecil
Digunakan imam untuk mengambil sedikit air dalam ampul untuk dicampurkan ke dalam piala berisi anggur
4. Patena - piring
Sejenis piring kecil pipih yang terbuat dari logam berlapiskan emas, yang berfungsi untuk meletakkan hosti besar
untuk Perayaan Ekaristi
5. Hosti Besar - untuk Imam
Roti bundar yang terbuat dari gandum murni tanpa campuran bahan lain yang akan diubah menjadi ‘Tubuh Kristus’
dalam perayaan Ekaristi
6. Palla - palla corporalis -kain untuk Tubuh Kristus
Sebuah kain linen warna putih yang dikeraskan sehingga menjadi kaku seperti papan, berbentuk persegi empat
dengan ukuran sekitar 20x20 cm, yang berfungsi untuk menutup piala dan patena dalam Perayaan Ekaristi. Sekarang
ada palla yang terbuat dari bahan bukan dari kain linen,tapi dari plastik, mika atau melamin.
7. Korporal - corporale
Berasal dari bahasa latin ‘Corpus’ (tubuh) dimaksudkan Tubuh Kristus; karena Tubuh Kristus diletakkan di atasnya.
Sehelai kain segi empat yang dibentangkan di atas meja altar, bentuknya segi empat, berukuran sekitar 60x60 cm.
Fungsinya sebagai alas untuk piala Ekaristi, patena, sibori dan bahan persembahan lainnya. Pada salah satu
ujungnya korporal biasanya ada tanda salib kecil warna merah sebagai petunjuk supaya pemasangan korporal
tidak terbalik. Korporal dilipat sedemikian rupa sehingga kalau dibuka akan didapati 9 kotak
PIALA EKARISTI

Tempat minum yang


terbuat dari emas atau
sekurang-kurangnya
bagian dalamnya
dilapisi emas yang
digunakan untuk
tempat menuang
anggur dan air dalam
Perayaan Ekaristi
SUSUNAN PIALA EKARISTI

1. Piala Ekaristi / Kaliks


2. Purificatorium
(kain piala)
3. Sendok Kecil
4. Patena – piring
5. Hosti Besar
- untuk Imam -
6. Palla - palla corporalis -
kain untuk Tubuh Kristus
7. Korporal – corporale
SUSUNAN PIALA EKARISTI
1. Piala Ekaristi / Kaliks
Tempat minum yang
terbuat dari emas atau
sekurang-kurangnya bagian
dalamnya dilapisi emas
yang digunakan untuk
tempat menuang anggur
dan air dalam Perayaan
Ekaristi
SUSUNAN PIALA EKARISTI
2. Purificatorium (kain piala)
Sehelai kain linen yang mudah
menyerap air, warnanya putih,
bentuknya kecil segi empat
persegi panjang, ukuran sekitar
16 x 8 inci dengan salib kecil
ditengah warna merah untuk
membedakan purificatorium
dengan kain lap tangan; kain ini
biasanya dilipat tiga memanjang
lalu dilipat dua sehingga salib
merah akan terlihat pada lipatan.
Kain purificatorium ini berfungsi
untuk membersihkan dan
mengeringkan piala sesudah
komuni.
SUSUNAN PIALA EKARISTI
3. Sendok Kecil
Digunakan imam untuk
mengambil sedikit air
dalam ampul untuk
dicampurkan ke dalam
piala berisi anggur
SUSUNAN PIALA EKARISTI
4. Patena – piring

Sejenis piring kecil pipih


yang terbuat dari logam
berlapiskan emas,
yang berfungsi untuk
meletakkan hosti besar
untuk Perayaan Ekaristi
SUSUNAN PIALA EKARISTI
5. Hosti Besar - untuk Imam -

Roti bundar yang terbuat dari gandum murni tanpa campuran


bahan lain yang akan diubah menjadi ‘Tubuh Kristus’ dalam
perayaan Ekaristi
SUSUNAN PIALA EKARISTI
6. Palla - palla corporalis –
kain untuk Tubuh Kristus

Sebuah kain linen warna putih yang dikeraskan sehingga


menjadi kaku seperti papan, berbentuk persegi empat
dengan ukuran sekitar 20x20 cm, yang berfungsi untuk
menutup piala dan patena dalam Perayaan Ekaristi.
Sekarang ada palla yang terbuat dari bahan bukan dari
kain linen,tapi dari plastik, mika atau melamin.
SUSUNAN PIALA EKARISTI
7. Korporal – corporale

Berasal dari bahasa latin ‘Corpus’


(tubuh) dimaksudkan Tubuh Kristus;
karena Tubuh Kristus diletakkan di
atasnya. Sehelai kain segi empat
yang dibentangkan di atas meja altar,
bentuknya segi empat, berukuran
sekitar 60x60 cm.
Fungsinya sebagai alas untuk piala Ekaristi, patena, sibori
dan bahan persembahan lainnya. Pada salah satu ujungnya
korporal biasanya ada tanda salib kecil warna merah
sebagai petunjuk supaya pemasangan korporal tidak
terbalik. Korporal dilipat sedemikian rupa sehingga kalau
dibuka akan didapati 9 kotak
SIBORI

Semacam piala besar,


yang bagian dalamnya
dilapisi emas yang
punya tutup,
fungsinya untuk
menyimpan Sakramen
Mahakudus yang
dimasukkan dalam
Tabernakel
AMPUL
Sejenis angkir kecil berisi
air dan anggur yang
akan digunakan dalam
Perayaan Ekaristi.
Ampul bertanda
A(aqua) untuk air
dan bertanda
V (vinum) untuk anggur
LAVABO

Tempat cuci tangan imam. Biasanya lavabo dilengkapi


dengan kain lap untuk mengeringkan tangan.
MONSTRANS

Alat yang terbuat dari


emas (atau bahan lain
yang pantas) yang
digunakan untuk
memperlihatkan
Sakramen Mahakudus
sewaktu perarakan /
ibadat pujian
LUNULA

Benda berbentuk bulan sabit, terbuat dari emas,


yang berfungsi untuk mengapit hosti Kudus (besar)dan
dipasang di dalam montrans, pada saat kebaktian pada
Sakramen Mahakudus atau
pentahtaan Sakramen Mahakudus.
CUSTODIA

Semacam sibori kecil


tempat menyimpan hosti besar yang sudah diapit dengan lunulla.
THURIBULUM - WIROK

Alat yang NAVIKULA


digunakan untuk - TEMPAT DUPA RATUS -

pendupaan
Tempat ratus
/dupa,
bentuknya
seperti kapal
laut.
LILIN
Perlengkapan liturgi yang terbuat dari malam dengan sumbu di
tengah dan biasanya dinyalakan selama ibadat. Lilin yang
melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia, yang juga hadir di
antara umat-Nya
KANDELAR
Tiang untuk menancapkan atau memasang lilin. Kaki lilin pendek
biasanya diletakkan pada menja altar; sedangkan kaki lilin panjang
biasanya diletakkan di samping altar atau mimbar. Salah satu kaki
lilin yang terkenal adalah kaki lilin Paskah. Bentuknya harus indah
serasi dengan lilin Paskah, dan ukurannya cukup besar sehingga
dapat dilihat dari segala penjuru. Kaki lilin juga digunakan pada saat
perararakan masuk, pembacaan Injil, dan perarakan persembahan.
SALIB
Dua potong kayu, logam yang
disilangkan satu vertikal, satu
horizontal. Bagi orang Katolik,
salib merupakan lambang
keselamatan, sehingga Gereja
sangat menghormati salib:
memberikan pemberkatan
dengan tanda salib; meletakkan
salib di atas meja altar; salib
dipasang di rumah keluarga
dan bangunan-bangunan milik
orang Katolik.
SALIB ALTAR
Salib altar adalah salib kecil yang dipasang dimeja altar.
Salib altar ini untuk mengingatkan kita pada Yesus Kristus
yang telah mengorbankan Diri dengan wafat di salib.
SALIB BESAR
Salib besar adalah salib yang terdapat di panti Imam
sebagai tanda keselamatan.
SALIB PERARAKAN
Salib perarakan
adalah salib yang
dibawa dalam
perarakan liturgi.
Salib ini memiliki tiang
panjang (sekira 1,5m)
sesauai dengan
besarnya salib.
Pada akhir perarakan,
salib ini dipancangkan
pada tempat yang
sudah disediakan di
sekitar panti imam.
TAKBERNAKEL

Semacam lemari kecil untuk menyimpan Sakramen Mahakudus


yang sudah dimasukkan dalam sibori, yang tidak habis dibagikan
pada umat waktu perayaan Ekaristi. Tabernakel artinya ‘kemah’,
yakni tempat Tuhan sendiri bersemayam
MEJA ALTAR

Meja besar yang dipasang pada tempat yang sentral, yang


perhatian umat mudah dipusatkan ke sana. Meja altar ini
digunakan untuk mengadakan perayaan Ekaristi. Di atas meja ini
roti dan anggur akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Kristus hadir dalam rupa Roti dan anggur. Karena fungsi simbolisnya
dalam satu ruang gereja hendaknya hanya ada satu meja altar, yang
menjadi pusat perayaan jemaat.
MEJA KREDENS

Meja kecil yang diletakkan di panti imam, tempat untuk meletakkan perlengkapan
piala Ekaristi, sibori, piksis, monstrsn, ampul berisi air dan anggur serta lavabo
MIMBAR – AMBO
Tempat
mengadakan ibadat
sabda (bacaan dari
perjanjian lama,
surat-surat para
rasul atau epistola,
dan Injil),
berkotbah,
pembacaan
mazmur,
pembacaan doa
umat dan
pengumuman.
REHAL

Semacam meja kecil yang diletakkan di meja altar dan digunakan


untuk meletakkan buku yang tidak dapat dibaca oleh Imam yang
telah lanjut (tua) apabila diletakkan secara mendatar
SIDILIA
Tempat duduk imam dan para pembantunya.
LAMPU TUHAN
Lampu merah yang
terus menyala di dekat
Tabernakel sebagai
tanda bahwa dalam
tabernakel di simpan
Sakramen Mahakudus.
Lampu Tuhan ini
menunjukkan bahwa
Tuhan hadir dalam
Sakramen Mahakudus
yang disimpan dalam
tabernakel.
PARVA CAMPANA
CAMPUNULA

Empat buah lonceng Lonceng Misdinar


yang digabung yang berfungsi untuk
menjadi satu dan memberitahukan
biasanya dibunyikan kedatangan Imam
sebelum konsekrasi. sebelum masuk gereja.
KEPRAK

Istilah jawa untuk menyebut alat bunyi dari kayu yang khusus
digunakan para perarakan Sakramen Mahakudus pada hari Kamis
Putih. Suara keprak mengungkapkan duka karena Kristus sedang
mengalami kedukaan yang besar mmenjelang kematian-Nya.
GONG

Alat bunyi gamelan yg digunakan untuk memberi tanda konsekrasi,


guna menciptakan suasana hening, khusuk, penuh perhatian.
LONCENG GEREJA
Alat bunyi yang biasanya
digunakan untuk mengiringi
ibadat sebagai tanda
kegembiraan, misalnya pada
malam Paskah saat
menyanyikan Kemuliaan
(Gloria). Lonceng gereja juga
dibunyikan pada saat-saat
tertentu untuk mengundang
umat mengadakan ibadat, maka
perlu suaranya nyaring dan
meluas sampai jauh; pada
pk.06.00,12.00 dan 18.00
sebagai tanda doa Malaikat
Tuhan(=Angelus Domini)
BEJANA BAPTIS

Tempat air
untuk
membaptis.
Biasanya
berada di dekat
pintu masuk
depan gereja.
TEMPAT AIR SUCI

Bejana kecil di kanan dan kiri pintu masuk gereja.


Umat yang akan mengikuti perayaan liturgi sebelum
masuk ke gereja mengambil air suci dengan tangan dan
menandai diri dengan tanda salib.
Tindakan ini mengingatkan kita pada sakramen
pembaptisan yang telah diterimanya.
HYSOP / ASPERGIL

Alat pemercik yang dipakai untuk memerciki umat dengan air suci.
Disebut juga aspergil, karena pemercikan itu biasanya diiringi lagu
‘Asperges Me’ yang artinya percikilah aku.
PIKSIS

Wadah kecil yang terbuat dari logam


dan bagian dalamnya berlapiskan emas.
Wadah ini digunakan untuk menyimpan Hosti Kudus
yang akan dikirimkan kepada orang sakit

Anda mungkin juga menyukai