Anda di halaman 1dari 7

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang.
Sakramen krisma merupakan sakramen yang diberikan Tuhan kepada umat
beriman sebagai sakramen yang diktakan dewasa dalam iman akan Yesus Keristus.
Sakramen ini juga disebut sebagai sakramen kekuatan, di mana seseorang diberikan
pengurapan sebagai tanda penguatan dan pengutusan dari Yesus. Untuk itulah orang itu
dikatakan semakin dewasa dalam iman untuk mendapat pengutusan untuk mewartakan
kerajaan Allah. Semua orang pasti menginginkan mereka bertumbuh dewasa dalam iman
baik itu secara rohani maupun jasmani. Secara khusus para orangtua yang menginginkan
anak mereka bertumbuh dewasa dalam iman.
Sebelum sampai pada penerimaan sakramen krisma, umat beriman tentunya sudah
mendapat gambaran tentang sakramen krisma. Apa itu sakramen krisma, apa makna dari
sakramen krisma, siapa saja yang melayani, dan bagai mana cara menerima sakramen
krisma kemudian apa yang dilakukan sesudah itu. Di kalangan kita umat katolik
meyakini adanya kehadiran Tuhan melalui sakramen, secara khusus sakramen krisma.
Namun akhir-akahir ini meskipun ada yang sudah menerima sakramen krisma,
kebanyakan orang hanya mengetahui secara umum sakramen krisma bahkan ada yang
tidak tahu sama sekali. Tidak tahu apakah selama bimbingan mereka serius menghayati
apa yang diterangkan pembimbing, atau mereka menerima sakramen krisma tanpa
bimbingan. Untuk itulah dalam pembahasan ini, penulis menerangkan mengenai
sakramen krisma.
B. Tujuan masalah.
1. Apa itu sakramen krisma
2. Forma dan Materi
3. Pelayan sakramen krisma
SAKRAMEN KRISMA

7
4. Makna sakramen krisma

Bab II
Pembahasan

1. Apa itu sakramen Krisma.


Pada materi sebelumnya kita sudah mengetahui apa itu sakramen. Sakramen merupakan
tanda dan sarana dari apa yang tidak kelihatan. Dengan kata lain, sesuatu yang menghadirkan
dari apa yang tidak kelihatan. Sedangkan sakramen krisma merupakan kelanjutan dari sakramen
babtis, di mana seseorang akan dibabtis dengan Roh Kudus melalui urapan yang diberikan (bdk.
Mat 3:16). Karena dibabtis dengan Roh Kudus, maka orang yang dibabtis telah dewasa dalam
iman baik itu jasmani maupun rohani untuk mendapatkan tugas sebagai yang iurapi sebagai
mana Yesus telah diurapi untuk menjalankan tugas mulia yakni mewartakan kerajaan Allah.
Sakramen krisma juga dikenal sebagai sakramen penguatan, di mana melalui sakramen
krisma, setiap orang mendapat rahmat pencurahan Roh Kudus. Roh Kudus itu yang membuat
agar setiap orang dilahirkan kembali (Yoh 3:3,5) dan diberi kekuatan untuk mewartakan kerajaan
Allah (Kis 2:1-13). “Seseorang harus menyadari dan menghayati kehadiran Roh Kudus dalam
diri mereka sebagai jiwa seluruh umat yang percaya kepada Yesus dan aktivitas-ativitasnya. Roh
Kudus yang salalu menjiwai orang beriman secara resmi dilantik menjadi saksi Kristus, baik itu
melalui perkataan maupun perbuatan” (dikutip dari Ernest Mariyanto, Persiapan Krisma Suci,
Buku Calon, Yogyakarta: Kanisius, 1987 hal 27 ).
Katekismus Gereja Katolik menegaskan demikian: “ia menjadikan kita lebih dengan
sungguh-sungguh anak-anak Allah dan membuat kita berkata, “Abba, ya Bapa” (Rm 8:15). Ia
menyatukan kita lebih teguh dalam Kristus; ia menambah karunia Roh Kudus di dalam diri kita;
ia mengikat kita lebih sempurna kepada Gereja; ia menganugerahkan kepada kita kekuatan
khusus Roh Kudus, supaya sebagai saksi-saksi Kristus yang tangguh menyebarluaskan dan
membela iman dengan perkataan dan perbuatan, mengakui nama Kristus dengan lebih berani dan
supaya kita tidak pernah malu karena salib”.

SAKRAMEN KRISMA

7
2. Forma dan Materi.
Dalam setiap sakramen, terdapat forma dan materi yang memperlihatkan adanya
kehadiran Allah. Forma merupakan ucapan atau tindakan yang menunjukan adanya
kehadiran Allah, sedangkan materi merupakan barang atau benda yang menjadikan tanda
kehadiran Allah. Paus Inosensius III menyatakan secara resmi bahwa sakramen krisma
termasuk ke dalam daftar sakramen-sakramen. Sama seperti sakramen-sakramen yang
lain, sakramen krisma memiliki forma dan materi seperti yang sudah dijelaskan.
Materinya adalah penguluran tangan yang memperlihatkan bahwa orang itu telah
diberikan wewenang atau kuasa, sebab dikatakan telah dewasa dalam iman. Sambil
menumpangkan tangan, si pelayan mengurapi atau mengolesi dahi orang yang
menerimanya dalam bentuk tanda salib. Hal ini menunjukan bahwa orang yang menerima
krisma itu siap memikul salib dan mengikuti Yesus. Sedangkan formanya sebagai
berikut “Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus”(bdk. KGK 1300).
Dalam sakramen krisma tentunya terdapat simbol-simbol yang di mana masing-
masing simbol itu memiliki makna dan arti.
 Minyak Krisma atau oleum crisma.
Penerimaan sakramen krisma menggunakan minyak krisma yang diartikan
sebagai materi dari Allah. Minyak itu terbuat dari buah zaitun dan mencampuri
sdikit balsam, sehari sebelum misa kamis putih. Minyak krisma hadir sebagai
simbol pengudusan oleh Roh Kudus yang hadir dalam bentuk bau harum dan
wangi.
 Penumpangan tangan.
Setelah si penerima didoakan, mereka maju satupersatu untuk menerima
urapan dari Tuhan melalui si pelayan. Penumpangan ini merupakan simbol
turunnya Roh Kudus bagi para calon. Roh itu akan mendewasakan dan memberi
kekuatan. Dalam pengertian lain, merupakan suatu tanggungjawab yang harus
dilaksanakan oleh si penerima krisma dalam persekutuan gereja.
SAKRAMEN KRISMA

7
 Pengurapan minyak krisma.
Setelah penumpangan tangan dari si pelayan, si penerima menerima minyak
krisma pada dahinya. Pengurapan ini menjadi simbol pemberian anugerah Allah
yang menguatkan, melantik, menguduskan dan menjadi seseorang yang memiliki
tugas baru dalam hidupnya. Pngurapan juga dimaksudkan untuk menumbuhkan
sikap semangat dan ketetapan hati pada diri orang-orang yang menerimanya
dengan bantuan Roh Kudus.
 Tepukan pada pipi si penerima.
Tepukan pada pipi ini merupakan pemberian semangat kepada si penerima
untuk menjadi saksi mewartakan kerajaan Allah, untuk itu si penerima hidupnya
dipetaruhkan demi iman dan kasih Kristus.
 Pemberian nama penguatan.
Saat pembaptisan, si penerima diberi nama sebagai pengangkatan menjadi
anak Allah. Begitu pula dalam sakramen krisma. Kita telah dibabtis melalui Roh
kudus, untuk itu kita diangkat sebagai anak Allah dan menerima nama sebagai
kekuatan untuk menjalankan misi yakni mewartakan kerajaan Allah.

3. Pelayan sakramen Krisma.


Sama seperti sakramen-sakramen yang lain, ada pelayan untuk memberikan
sakramen, dalam hal ini sakramen krisma. Untuk pelayan sakramen krisma, kita tidak
lepas jauh dari kanon hukum gereja, pengulasannya sebagai berikut:
Kan 882: Pelayanan biasa sakramen krisma ialah Uskup; sakramen itu dapat juga
diberikan secara sah oleh imam yang memiliki kewenangan itu berdasarkan hukum
universal atau pemberian khusus dari otoritas yang berwenang.
Dari kanon ini, mewakili kanon yang lain bahwa si pelayan krsima adalah uskup namun
dapat diberikan kepada imam dengan alasan tertentu.

SAKRAMEN KRISMA

7
4. Buah-buah sakramen Krisma.
Sakramen krisma akan memberikan buah-buah bagi si penerima, secara umum
buah-buah dari sakramen itu adalah pencurahan roh kudus baik itu dalam iman dan dalam
kehidupan sehari-hari. Dapat kita lihat pada 1 Kor di dalamnya berisakan tentang buah-
buah roh, di mana kita harus melakukannya, jika tidak maka sama saja si penerima
menghianati roh kudus yang menggerakan hatinya untuk berbuat baik atau buah-buah roh
kudus. Pencurahan menandakan sebuah meterai yang tidak terhapuskan dari Allah dan
menumbuh kembangkan iaman sebagai buah rahmat kelanjutan dari sakramen baptis.
Melalui sakramen krisma si penerima masuk menjadi anak-anak Allah, mempererat
hubungan dengan Allah dan gerejaNya. Maka dari itu sakramen krisma disebut juga
sakramen kedewasaan iman dan kasih yang akan mengemban sebuah tugas perutusan
dari Allah.
Dalam konteks perutusan, berkat Roh Kudus yang diterima entah saat ditumpangi
tangan atau durapi minyak krisma orang dikuatkan oleh Roh kudus Allah sendiri
sehingga siap menjalankan aneka tugas perutusan gereja, terutama tugas menjadi saksi
Kristus dan menjadi rekan kerja-Nya dalam menjalankan tugas perutusan mewartakan
kabar gembira akan keselamatan (dikutip dari Komkat KWI, 2021:44).
Ketika mendapat kekuatan melalui sakramen krisma, si penerima mendapat tugas
perutusan untuk mewartakan kerajaan Allah. Apa saja perutusan itu? mari kita lihat lebih
mendalam perutusan tersebut.
a. Leiturgia.
Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima sakramen krisma diutus untuk
terlibat dalam aneka tugas liturgi misalnya menjadi petugas liturgi. Partisipasi yang
dimaksudkan adalah suatu dorongan dari dalam diri untuk turut serta
mengembangkan pribadi salam persekutuan gereja. Sebab yang telah menerima
sakramen krisma ia turut bertanggungjawab atas mati hidupnya, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari melalui tuntunan Roh Kudus. Sebagai
SAKRAMEN KRISMA

7
wujud keterlibatan, partisipasi juga dapat dalam bentuk aneka tugas liturgi sesuai
dengan kemampuannya. Kehadirannya tentu akan turut membawa kemajuan dalam
bidang liturgi.
b. Koinonia.
Karena sama seperti tubuh yang adalah satu, namun memiliki banyak anggota,
dan segala anggota yang banyak itu merupakan satu kesatuan dari satu tubuh, bagitu
pula dengan Yesus melalui gerejaNya, sebab dalam satu Roh kita semua telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua minum dari satu roh (bdk 1 Kor 12:12-
13). Hal ini menunjukan panggilan Tuhan bukan saja secara personal antara Tuhan
dan manusia, tetapi panggilan Tuhan juga diarahkan untuk mengembangkan
persekutuan (koinonia) antar umat beriman dalam kesatuan iman akan Yesus. Setiap
orang telah menerima sakramen krisma didorong untuk masik dalam persekutuan dan
terlibat di dalamnya. Tidak hanya menjadi anggota persekutuan, tetapi juga
diharapkan turut memikirkan dan mengembangkan persekutuan agar lebih hidup dan
tumbuh menjadi persekutuan yang sehati dan sejiwa dalam kasih. Untuk itu sebagai
orang yang telah menerima sakramen krisma, perlu untuk mengembangkan sikap-
sikap sebagai bagian dari satu tubuh yakni Yesus.

c. Kerygma.
Ada pula kerigma di mana orang yang baru saja menerima sakramen krisma
mengambil bagian dalam menjadi pewarta. Ia tidak hanya menerima pewartaan tetapi
juga menjadi pewarta itu sendiri. Namun sebelum itu terlebih dahulu si penerima sudah
mendapat plajaran khusus untuk menjadi pewarta dengan kata lain, mendapat bimbingan
sedemikian rupa agar menjadi pewarta yang handal, benar-benar dewasa dalam iman.
Pewartaan tidak hanya dituju kepada banyak orang, melainkan juga kepada tiap-tiap
personal yang ia jumpai. Untuk mendukung tugas ini, seorang perlu membekali diri terus
menerus dengan membaca kitab suci, mendapat bimbingan rohani, mngikuti perayaan
ekaristi, dan lain-lain.

SAKRAMEN KRISMA

7
d. Martyria.
Menjalani martyria haruslah memiliki semangat dan berkorban demi Yesus. Sama
seperti para rasul sesudah menerima Roh Kudus, mereka menapat kekuatan untuk
mewartakan kerajaan Allah. Begitu pula dengan kita, mempertaruhkan nyawa kita
demi mewartakan kerajaan Allah. Memang situasi sekarang yang tidak
memungkinkan untuk menjadi martir seperti para rasul dan murid-murid jemaat
perdana, namun kesediaan kitalah yang menunjukan bahwa kita telah diurapi oleh
Roh Kudus kemmudian menjadi martir untuk mewartakan kerajaan Allah. Bukan
saja mengajarkan apayang diajarkan oleh Yesus melalui kata-kata yang diucapkan,
tetapi juga melalui tindakan yang menunjukan bahwa si penerima benar-benar dewasa
dalam iman.

5. Kesimpulan.
Setelah lewati dan mendalami materi tentang sakramen krisma, dapat kita
simpulkan sakramen krisma menjadi beberapa bagian antara lain yakni:
 Dilahirkan kembali dalam Roh dan Air.
 Mendapat Kehidupan baru.
 Mendapat Kekuatan melalui Roh Kudus.
 Menerima urapan sebagai yang diutus seperti Yesus.
 Serta resmi menjadi anak Allah karena telah dibabtis.
Oleh sebab itu, sakaramen krisma yang menentukan setiap umat beriman bertumbuh
dewasa dalam iman baik itu jasmani maupun rohani.

SAKRAMEN KRISMA

Anda mungkin juga menyukai