Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Singkat Ekaristi

By  Mpg  12:17 AM  Perayaan Ekaristi

oleh: P. Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D. *

Pernahkah kalian ikut ambil bagian dalam permainan di mana semua peserta duduk melingkar dan
orang pertama membisikkan suatu kalimat ke telinga orang di sebelahnya, dan orang di sebelahnya
itu membisikkan kalimat ke orang di sebelahnya lagi, dan terus demikian hingga kalimat itu telah
diteruskan ke semua orang dalam kelompok? Kemudian orang terakhir menyerukan kalimat dengan
lantang, dan suatu kalimat yang semula adalah, misalnya, �My horse is afraid to go upstairs!�
menjadi �My house has learned to say its prayers!�

Permainan ini sungguh menyenangkan, tetapi juga menggambarkan betapa sulitnya meneruskan
informasi secara akurat dari satu orang ke orang lainnya. Dan jika sulit meneruskan satu kalimat,
coba pikirkan betapa sulitnya meneruskan dari satu generasi ke generasi berikut sesuatu yang
kompleks, mengagumkan dan misterius seperti Ekaristi Kudus!

Kesulitan dalam hal meneruskan ini kita temui diungkapkan dalam kisah tertulis paling awal
mengenai Ekaristi. Kepada jemaat di Korintus, St Paulus menulis: �Apa yang telah kuteruskan
kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia
diserahkan, mengambil roti�� (1 Korintus 11:23). Paulus selanjutnya mengatakan bahwa jemaat
Korintus tidak secara akurat menerima apa yang diteruskan. Dengan tajam ia mengkritik cara
mereka merayakan Ekaristi: �Pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi
mendatangkan keburukan� (1 Korintus 11:17). Adakah yang hilang dan tidak diteruskan? Apakah
yang tidak mereka terima dengan benar?

Misteri Inkarnasi

Ekaristi merupakan suatu misteri yang kompleks. Tak seorang pun dari kita - tak peduli betapa
terpelajarnya, tak peduli betapa kudusnya - dapat memahami sepenuhnya. Roh Kudus membantu
kita untuk meneruskan ke generasi berikut apa yang telah kita terima dari generasi sebelum kita
agar �Gereja tiada hentinya menuju kepenuhan kebenaran ilahi� (Konstitusi Dogmatis tentang
Wahyu Ilahi, #8).
Tetapi tiada hentinya menuju kepenuhan ini terjadi dalam suatu cara manusia: terjadi pada suatu
kurun waktu, selama berabad-abad, dengan periode-periode perkembangan pesat dan peride-
periode yang ragu-ragu dan kemunduran. Allah bekerja �secara inkarnasi�. Allah telah
menempatkan misteri-misteri ilahi, bahkan misteri agung Ekaristi, dalam tangan manusia. �PutraMu
yang telah mewariskan kepada kami jaminan cinta kasih-Nya ini� (Doa Syukur Agung untuk Tobat
II).

Inkarnasi Yesus dapat membantu kita memahami misteri Ekaristi. Kita percaya bahwa Sabda Bapa
yang kekal mengenakan daging dan menjadi sungguh manusia. Dalam kodrat ilahi-Nya, Yesus telah
ada sebelum segala masa bersama dengan Bapa dan Roh. Dalam kodrat manusia-Nya Yesus dari
Nazaret adalah manusia dari jaman-Nya: Ia berpakaian seperti orang-orang Yahudi abad pertama
lainnya, berbicara dalam bahasa mereka, menyantap makanan mereka dan hidup dalam budaya
mereka.

Demikia pula, Ekaristi memiliki baik unsur-unsur ilahi maupun manusiawi. Sementara Ekaristi dulu,
sekarang dan selamanya akan menjadi perayaan misteri Paskah wafat dan kebangkitan Kristus,
misteri ilahi ini di�inkarnasi�kan ke dalam budaya manusia. Perayaan Ekaristi menggunakan
bahasa, busana, sikap tubuh dan irama yang sesuai dengan budaya di mana Ekaristi dirayakan.
Dan, sebagaimana budaya berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya dan dari abad ke abad,
kita dapat menerima perbedaan-perbedaan yang demikian dalam perayaan Ekaristi.

Awal yang Beragam

Salah satu hal terpenting yang saya pelajari mengenai sejarah Ekaristi adalah bahwa tidak ada cara
yang satu, seragam dan orisinil dalam merayakan Misa. Ada banyak cara merayakan Ekaristi
sebagaimana ada banyak komunitas Kristiani. Hanya secara perlahan upacara-upacara ibadat ini
menjadi lebih teratur dan seragam.

Sekitar abad keempat berbagai ritual dan kebiasaan ini mulai melebur ke dalam tradisi-tradisi
setempat seputar kota-kota besar; tradisi-tradisi ini berkembang menjadi apa yang sekarang kita
sebut ritus-ritus liturgi. Sebagai contoh, dari Alexandria ke Mesir kita mempunyai Ritus Koptik; dari
Antiokhia, Ritus Syrian; dari Konstantinopel, Ritus Byzantine dan dari Roma, ritus Roma (ritus liturgi
yang kita bicarakan dalam serial ini).

Ekaristi ber�inkarnasi� atau �menjadi daging� dalam kerangka budaya yang beragam ini.
Bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat setempat menjadi bahasa liturgis yang dipergunakan
dalam Ekaristi: Koptik, Syrian, Yunani dan Latin. Busana, gerakan, makanan, bejana-bejana, musik,
dll, dari daerah dimasukkan ke dalam liturgi. Inilah aspek-aspek manusia atau budaya dari Perayaan
Ekaristi.

Tetapi tak satupun dari hal-hal ini yang membangkitkan amarah St Paulus ketika ia menulis kepada
jemaat di Korintus. Ia tidak memusatkan perhatian pada busana yang mereka kenakan, bahasa
yang mereka pergunakan ataupun bentuk bejana-bejana ataupun bentuk roti yang dipergunakan
dalam Ekaristi. Ia memusatkan perhatian pada �unsur ilahi� - cara dengan mana Ekaristi
mewujudkan misteri ilahi.

Misteri Iman

Satu cara untuk memasuki misteri Ekaristi adalah melalui ketiga peristiwa inti Misteri Paskah: Kamis
Putih, Jumat Agung dan Minggu Paskah.

1. Kamis Putih: Misa adalah suatu perjamuan kudus di mana kita makan dan minum Tubuh dan
Darah Tuhan kita, dan dengan kuasa Roh Kudus kita menjadi Tubuh Tuhan. Ekaristi mewujudkan
misteri pengilahian kita, keikutsertaan kita dalam hidup ilahi Tritunggal Mahakudus.

2. Jumat Agung: Melalui pemahaman biblis akan anamnese (= kenangan), Ekaristi memungkinkan
kita untuk hadir dalam kurban penebusan Kristus di Kalvari yang satu-kali-untuk selamanya. Ekaristi
mewujudkan misteri keselamatan dan penebusan kita dalam Kristus.

3. Minggu Paskah: Dalam Ekaristi kita mengalami kehadiran Kristus yang Bangkit. Tuhan yang
Bangkit begitu diidentifikasikan dengan para pengikut-Nya hingga apa yang kita lakukan satu sama
lain, kita lakukan terhadap Kristus Sendiri. �Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku� (Matius
25:40). Kehadiran Tubuh Kristus ini merupakan inti dari pengalaman awal St Paulus akan Yesus
yang mengubahnya: �Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?� (Kisah Para Rasul
9:4). Ekaristi mewujudkan kehadiran secara real dan substansial dari Kristus yang Bangkit.

Kesulitan utama dalam meneruskan misteri iman dari generasi ke generasi seringkali terletak pada
memelihara keseimbangan dan integritas dari ketiga makna inti ini.

Ketika Paulus menulis kepada jemaat di Korintus, keluhannya tampaknya adalah mereka makan
dan minum perjamuan kudus mereka dalam kenangan akan Tuhan yang Bangkit akan
tetapi mengidentifikasikan kehadiran Ekaristik dengan Kepala Tubuh tanpa mempedulikan anggota-
anggota Tubuh Kristus di sini di dunia, teristimewa mereka yang miskin dan terpinggirkan.

Paulus mengkritik mereka sebab apabila mereka berkumpul bersama �bukanlah berkumpul untuk
makan perjamuan Tuhan. Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya
sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk.� Ia bertanya, �Apakah kamu tidak
mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah
dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa?� (lih 1 Korintus 11:17-22). Yang
menjadi persoalan adalah cara dengan mana kehadiran Tuhan yang Bangkit dimanifestasikan dan
dialami dalam perjamuan kudus dan implikasi moral dari kehadiran itu.

Perlunya Keseimbangan

Sementara Gereja meneruskan misteri Ekaristi dari generasi ke generasi, terdapat suatu pergulatan
terus-menerus untuk meneruskan tradisi secara akurat. Menengok ke abad-abad lampau, kita
mendapati periode-periode sejarah ketika dimensi Kamis Putih (perjamuan) dari Ekaristi tampaknya
kurang dipentingkan dan umat pergi ke Misa tanpa ikut ambil bagian dalam perjamuan kudus, tanpa
menyambut Komuni Kudus.

Ada masa-masa ketika kita melupakan dimensi komunitas dari Perjamuan Tuhan dan para imam
mempersembahkan Misa secara pribadi dengan hanya seorang pelayan yang melayani. Ada masa-
masa ketika dimensi Jumat Agung (Kurban) dari Ekaristi tampaknya terlalu ditekankan hingga
mengaburkan hakekat sekali-dan-untuk-selamanya dari Kurban Yesus di Kalvari. Ini mengakibatkan
reaksi dari pihak mereka yang meminimalkan dimensi Kurban Ekaristi dan menekankan Perjamuan
Tuhan.
Gerakan Liturgis

Di awal abad keduapuluh, Roh Kudus mengilhami para ahli dari berbagai negara dengan
pembaharuan perhatian dalam sejarah, ritual dan makna Ekaristi. Naskah-naskah dan catatan-
catatan yang telah diabaikan atau hilang selama berabad-abad ditemukan kembali dan dipelajari.
Banyak fakta-fakta baru ditemukan. Informasi baru ini membuka pintu bagi pembaharuan liturgis
sebagaimana diwujudkan dalam Konstitusi tentang Liturgi Suci, dokumen pertama dari Konsili
Vatican Kedua.

Sejak itu, kita melihat banyak perubahan dalam cara kita merayakan Ekaristi. Sebagian dari kita
senang dengan perubahan-perubahan ini; sebagian lainnya tidak. Tetapi, bagaimanapun juga,
banyak umat Katolik bertanya-tanya mengapa Ekaristi - tanda dan sumber persatuan kita - telah
menjadi sumber dari begitu banyak perpecahan dan perdebatan.

Dinamika Perubahan

Bertahun-tahun yang lalu saya melihat suatu grafik yang memetakan dinamika perubahan. Garis-
garis vertikal dan horizontalnya adalah �berapa lama� dan �tingkat kesulitan�. Sepanjang garis
diagonal adalah: 1) fakta-fakta; 2) sikap; 3) perilaku dan 4) perilaku kelompok. Grafik
menggambarkan bahwa adalah jauh lebih mudah dan cepat menerima fakta-fakta baru daripada
mengubah sikap atau perilaku. Dan untuk mengubah perilaku kelompok bahkan terlebih sulit dan
membutuhkan banyak waktu.

Sebagai contoh, bertahun-tahun yang lalu saya biasa merokok. Ketika pemerintah mulai
mewajibkan label-label peringatan pada bungkus rokok dan program bahaya merokok muncul di
televisi, saya mulai mempelajari fakta-fakta baru mengenai rokok. Sedikit demi sedikit saya menjadi
yakin akan kebenaran fakta-fakta ini, tetapi saya terus merokok.

Bahkan setelah sikap saya berubah dan saya tidak suka merokok lagi, saya pun masih merokok.
Hanya setelah upaya keras dan banyak kegagalan saya berhasil mengubah perilaku saya dan
berhenti demi kebaikan saya. Dan sekarang, empatpuluh tahun kemudian, saya dapat melihat
bagaimana perilaku kelompok telah berubah di restoran-restoran, bandara-bandara dan tempat-
tempat umum.
Tetapi sebagian orang masih terus merokok. Mungkin mereka tidak mengetahui fakta-faktanya?
Mungkin mereka mengetahui fakta-faktanya tetapi menafsirkannya secara berbeda? Mungkin
mereka memang suka merokok? Mungkin mereka selalu merokok dan tak dapat atau tak hendak
mengubah perilaku yang telah mereka nikamti selama bertahun-tahun?

Bagaimana hal ini berhubungan dengan Ekaristi? Selama empatpuluh tahun belakangan, saya telah
mendaptkan banyak fakta-fakta baru mengenai Ekaristi. Saya mendengarkan Doa Syukur Agung
dalam bahasa saya sendiri. Saya telah belajar bagaimana perjamuan merupakan tanda sakramental
dari kurban. Saya memahami pentingnya makan dan minum. Saya melihat bahwa point Ekaristi
bukan hanya perubahan roti dan anggur, melainkan juga perubahan umat, Gereja, menjadi Tubuh
dan Darah Kristus.

Fakta-fakta baru ini telah mulai mempengaruhi sikap dan kesalehan saya. Sedikit demi sedikit
mempengaruhi perilaku dan devosi saya - ke arah yang lebih baik, saya percaya. Dan saya yakin
dalam duapuluh atau limapuluh tahun mendatang, kita akan mulai melihat perubahan-perubahan
dalam perilaku kelompok kita. Pada saat itulah Ekaristi akan menjadi sumber yang begitu penuh
daya kuasa dari kekuatan dan rahmat dalam hidup kita hingga orang akan berbicara mengenai kita
sebagaimana mereka berbicara mengenai umat Kristen perdana, �Lihatlah betapa mereka saling
mengasihi satu sama lain! Tak ada seorang pun yang miskin di antara mereka!�

Kita telah meninjau Misa dari berbagai sudut pandang - sakramen, kurban, perjamuan, kehadiran
nyata. Akan tetapi umat Katolik juga menghormati Ekaristi di luar Misa, dan itulah yang akan
menjadi topik artikel kita selanjutnya, artikel terakhir dalam serial ini

Anda mungkin juga menyukai