Anda di halaman 1dari 10

Sakramen Krisma|1

SAKRAMEN PENGUATAN (KRISMA)

A. Pengertian Sakramen
Setiap orang beriman akan lebih cepat memahami dan menghayati akan sakramen-
sakramen yang disediakan oleh gereja kalau setiap orang mengerti dengan jelas arti
sakramen-sakramen tersebut. Kata sakramen berasal dari kata latin Sacramentum, yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Maka, kalau orang merayakan
sakramen berarti orang berada dalam situasi yang berhubungan dengan pribadi Allah sendiri,
baik dalam kata-kata maupun benda yang dipakai.1
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, sakramen adalah upacara suci dan resmi
untuk bertemu dengan Tuhan dan untuk menerima rahmat Tuhan lewat tanda-tanda. Tanda-
tanda ini, yakni pembaptisan, krisma, ekaristi, tobat, imamat, perkawinan, dan pengurapan
orang sakit.

B. Asal-usul Sakramen Krisma


Sakramen baptis, krisma dan ekaristi merupakan sebuah sakramen inisiasi kristen.
Sakramen krisma awalnya diberikan bersamaan dengan sakramen pembaptisan dan satukan
dengan sakramen ekaristi. Tetapi karena semakin banyak anak-anak yang dibaptis dan
bertambahnya paroki-paroki dan beberapa alasan lainnya yang tidak memungkinkan uskup
hadir, akhirnya kedua sakramen ini dipisahkan. Tetapi gereja Timur masih mempertahankan
kedua sakramen ini dalam satu kesatuan.
Sakramen penguatan sering juga disebut dengan sakramen krisma. Krisma sendiri
berarti pengurapan. Pengurapan menjelaskan nama Kristen yang berarti ‘yang terurapi’ yang
dapat kita lihat kesempurnaannya pada diri Yesus Kristus, yang diurapi oleh Allah dengan
Roh Kudus-Nya (Kis. 10:38). Jadi, sakramen krisma adalah pengurapan yang menjadikan
kita seperti Yesus Kristus, dengan menerima pengurapan Roh Kudus yang sama seperti yang
diterima oleh Kristus. Krisma adalah campuran minyak zaitun dan balsem, yang setiap tahun
diberkati oleh uskup dalam misa Krisma pada hari Kamis Putih pagi. Digunakan dalam
perayaan Sakramen penguatan, Tahbisan (uskup atau imam) dan pemberkatan gereja, altar
dan lain-lain.2

1
L. Prasetya,Sakramen Yang Menyelamatkan, Cetakan ke-4(Malang:Dioma, 2004), hal. 1
2
Gunawan dkk, Harta Baru dan Lama Dari Khazanah Ibadat Gereja, Cetakan I (Jakarta:Cipta Loka Caraka,
1980), hal. 17
Sakramen Krisma|2

Sakramen Krisma atau penguatan adalah sakramen yang melengkapi apa yang sudah
dimulai dalam pembaptisan. Hidup ilahi yang diterima waktu dibaptis perlu tumbuh, menjadi
kuat dan dewasa. Dengan demikian sakramen penguatan adalah sakramen pendewasaan
dalam gereja; orang beriman disanggupkan untuk hidup sesuai kehendak Allah baik dalam
hidup pribadi, dalam menjalankan pekerjaannya, maupun dalam mengamalkan peranannya
dalam masyarakat dan umat beriman.3

C. Teologi Krisma
Amanat pokok dari konstitusi apostolik adalah konteks alkitabiah yang luas, dalam
mana ditempatkan sakramen ini: Kristus dibaptis, dan Roh turun atas-Nya (Mrk. 1:10), dan Ia
mengawali tugas perutusan-Nya di bawah dorongan Roh yang sama (Luk. 4:17-21); Ia
menjanjikan Roh kepada rasul-rasul-Nya, sehingga mereka dapat memberikan kesaksian
tentang iman mereka di hadapan orang-orang yang mengejar-ngejar mereka (Luk. 12:12); dan
sebelum menderita Ia memaklumkan bahwa mereka harus menerima Roh Kebenaran yang
akan tinggal bersama mereka untuk selama-lamanya (Yoh. 15:26; 14:16). Kemudian pada
hari Pentakosta mereka bersama Maria dan para murid menerima Roh Kudus.Kemudian
menyusul pewartaan zaman Alamasih yang baru, dan mereka yang percaya pun dibaptis,
serta menerima karunia Roh (Kis. 2:38).4 Para rasul menerima pemenuhan janji rahmat
penguatan dari Roh Kudus tersebut pada hari Pentakosta, setelah oleh Roh Kudus, para murid
menjadi berani untuk mewartakan “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis.
2:11) dan curahan Roh Kudus merupakan tanda untuk saat mesianis pada hari-hari terakhir
terakhir (lih. Kis. 2:17-18) yang mendatangkan Roh Kudus.
Dalam sakramen Krisma menerima Roh Kudus sendiri, dengan mana mereka
dianugerahi suatu kekuatan khusus, ditandai dengan ‘cap’, diikat lebih ketat untuk memberi
kesaksisan tentang Kristus, mewartakan iman dan membelahnya. Akhirnya, krisma begitu
erat terikat pada Ekaristi, sehingga orang-orang kristen yang telah dikrismakan itu
dicangkokkan secara penuh dalam Kristus lewat Ekaristi.
Oleh karena sakramen Krisma orang diikat lebih sempurna dengan gereja, dan
dianugerahi kekuatan Roh Kudus yang dikhususkan. Dengan demikian mereka diwajibkan
lebih giat lagi untuk menyebarkan dan membela iman sebagai saksi-saksi Kristus sejati, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan (LG 11).

3
A. Heuken, “Penguatan” dalam Ensiklopedia Gereja(Jakarta:Cipta Caraka, 2008), hal. 200
4
J. D. Chrichton, Christian Celebration: The Sacraments, Cetakan I, Terjemahan Indonesia : Perayaan Sakramen
Baptis dan Krisma (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hal. 89-90
Sakramen Krisma|3

D. Forma dan Materia dari Sakramen Krisma


Biasanya pelaksanaan sakramen penguatan sering dilaksanakan dalam perayaan
ekaristi, setelah liturgi sabda. Adapun rumusan (forma) yang dipakai dalam pelaksanaan
sakramen krisma adalah krisma diterimakan dengan penumpangan, pengurapan dengan
krisma pada dahi, disertai kata-kata “... Terimalah tanda pemberian Roh Kudus”.5
Dan untuk bahan (materia) yang digunakan dalam sakramen penguatan adalah krisma.
Krisma merupakan campuran minyak zaitun (atau kalau tidak mungkin, minyak dari tumbuh-
tumbuhan lain) dengan balsem (atau bahan wangi-wangian lain: lih. KHK Kan. 847 § 1 dan
Pontificale Romanum). Minyak krisma diberkati uskup diosesan (Kan. 880) biasanya dalam
misa krisma pada hari kamis putih dalam pekan suci di gererja katedral bersama-sama dengan
minyak suci lainnya.6

E. Syarat-syarat dalam penerimaan Sakramen Krisma


Untuk demi sahnya, syarat untuk menerima sakramen penguatan (Krisma) adalah
sebagai berikut :
 Yang dapat menerima sakramen penguatan ialah orang yang sudah dibaptis dan
atau belum pernah menerima sebelumnya. (KHK Kan. 889 § 1)
 Setiap umat beriman wajib menerima sakramen penguatan pada waktunya; orang
tua dan gembala jiwa-jiwa, terutama para Pastor, hendaknya mengusahakan agar
umat beriman diberi pengajaran dengan baik untuk menerima sakramen itu dan
pada waktu yang baik datang menerimanya. (KHK Kan. 890)
 Setiap calon hendaknya sudah dewasa atau dalam hal ini calon sudah mencapai
usia yang dapat menggunakan akal. (KHK Kan. 891)
Adapun syarat-syarat yang ditentukan untuk layaknya sakramen penguatan, kalau tidak
dalam bahaya maut adalah sebagai berikut:
 Umur yang ditentukan KWI/Uskup
 Tahun mengenai Krisma dan akibatnya
 Rela hidup sesuai dengan sakramen Krisma
 Berada dalam rahmat=tidak dalam dosa besar yang belum diampuni dalam
sakramen rekonsiliasi
Jika dalam bahaya maut, maka syarat umur batal dan syarat lain bisa dipernuhi. Dan
mengenai orang dewasa, yang akan menerima sakramen penguatan dalam rangka inisiasi

5
FX. W. Ardhi, Sakramen Krisma, Cetakan I(Yogyakarta:Kanisius, 1993), hal. 13
6
A. Heuken, “Krisma” dalam Ensiklopedia Gereja(Jakarta:Cipta Caraka, 2008), hal. 72
Sakramen Krisma|4

Kristen, hendaknya diikuti pedoman yang berlaku di masing-masing keuskupan tentang


persiapan para katekumen akan sakramen pembaptisan dan ekaristi. Para calon krisma
hendaknya diberikan pelajaran-pelajaran yang sesuai serta harus juga bersatu dengan umat
setempat dan bergaul dengan saudara-saudara seiman, sehingga para calon krisma menerima
dorongan dan bimbingan untuk memberi kesaksian hidup Kristen dan melakukan karya
kerasulan. Mereka juga haruss menunjukkan keiginan yang iklas untuk ikut serta dalam
perayaan ekaristi.7 Jika seorang menerima sakramen penguatan (krisma) dalam bahaya maut,
hendaknya ia diberi persiapan yang sesuai sejauh keadaan mengizinkan. Hendaknya calon
krisma didampingi oleh seorang calon wali-pengutan, untuk mengarakan agar setelah
menerima penguatan bertindak sebagai saksi Kristus yang sejati dan setia menjalankan
kewajiban-kewajiban yang melekat pada sakramen itu (KHK Kan. 892).

F. Pelayan Sakramen Krisma


Dalam gereja timur, biasanya yang memberikan sakramen penguatan adalah imam.
Imam memberikan pembaptisan langsung memberikan penguatan di dalam satu upacara yang
sama. Namun imam melaksanakan ini dengan krisma kudus yang telah diberkati oleh Batrik
atau Uskup. Demikian halnya dalam gereja latin, mengikuti susunan ini dalam pembaptisan
orang dewasa atau juga kalau calon krisma yang telah dibaptis dalam persekutuan Kristen
lain, dan belum menerima sakramen penguatan secara sah.
Sedangkan dalam gererja latin, biasanya yang memberikan sakramen penguatan adalah
Uskup. Tetapi juga boleh dilakukan oleh imam yang diberi wewenang langsung oleh uskup
(minister extra ordinarius) supaya menerimakan sakramen ini karena alasan-alasan yang
berat. Dan jika umat kristen yang belum menerima sakramen penguatan berada dalam
keadaan maut, maka setiap imam dapat memberikan penguatan kepadanya.

7
Lih. Upacara Krisama (Flores:Arnoldus Ende, 1974),hal. 12-13
Sakramen Krisma|5

G. TATA CARA PERAYAAAN PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA

I. Upacara Krisma dalam Misa


Liturgi Sabda dilangsungkan seperti Upacara Misa. Sesudah bacaan Injil Uskup (dan para
imam pembantu) duduk. Para calon Krisma dipanggil oleh Pastor Paroki, atau seorang
imam lain, atau diakon, atau katekis menurut kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para
calon dipanggil masing-masing, lalu maju ke ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar
oleh salah seorang dari para wali Krisma atau dari orang tua, lalu mereka berdiri di depan
petugas Krisma. Kalau jumlah calon Krisma terlalu besar tidak perlu dipanggil satu per
satu, tetapi hendaknya mereka berdiri secara teratur di depan Uskup

Homili
Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia menerangkan isi bacaan kepada calon
Krisma, para wali Krisma, orang tua, serta umat beriman, supaya mereka mengerti lebih
jelas dari sakramen Krisma

Pembaharuan Janji Baptis


Sesudah bacaan dan Homili, para calon penerima Krisma dianjukan oleh para wali Krisma.
Kemudian Uskup mengajak para calon penerima Krisma untuk membarui janji-janji baptis
dan iman (hlm. 20)
Pemimpin bertanya kepada Calon Krisma:
U : Jadi, apakah kamu menolak setan, segala perbuatan dan tipu muslihat?
CK : Ya kami menolak
U : Percayakah saudara akan Allah Bapa yang Maha kuasa Pencipta langit dan bumi
CK : Ya kami percaya
U : Percayakah saudara akan Yesus Kristus PuteraNya yang tunggal Tuhan kita yang
dilahirkan oleh Perawan Maria yang menderita sengsara, wafat dan dimakamkan; yang
bangkit dari alam maut dan duduk di sisi kanan Bapa?
CK : Ya kami percaya
U : Percayakah saudara akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, Tuhan yang
menghidupkan, yang pada hari ini dalam sakramen Krisma dianugerahkan kepada saudara
secara istimewa seperti kepada para rasul pada hari Pentekosta?
CK : Ya kami percaya
U : Percayakah kamu akan Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus,
pengampunan dosa, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal?
CK : Ya kami percaya

Uskup meneguhkan pengakuan imam ini dengan menyerukan/ menyanyikan:


U : Inilah iman kita, inilah iman Gereja yang kita akui dengan bangga dalam Kristus
Tuhan kita.
CK/U: Amin

Penumpangan tangan
Dengan tangan terkatup Uskup (bersama imam pembantu) berdiri menghadap umat dan
berkata:
U : Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa
agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah dilahirkan
kembali bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh Kudus yang
Sakramen Krisma|6

menguatkan mereka dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga berkat


pengurapanNya mereka menjaid serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Semua hadirin berdoa sejenak dan batin.
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua belah tangan ke arah calon
Krisma, lalu Uskup mengucapkan doa Krisma (hlm.22)

Pengurapan dengan Krisma


Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah itu para calon diantar satu
persatu oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang mengantar calon meletakan
tangan kanan atas bahu calon dan menyebutkan nama calon kepada Uskup/calon sendiri
menyebutkan namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada
dahi calon Krisma dengan berkata:
U : ……..(Nama Calon Krisma) terimalah tanda karunia Roh Kudus
CK : Amin
U : Damai Kristus besertamu
CK : Dan sertamu juga
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma maka semua tempat minyak
Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup sendiri yang menyerahkannya kepada
masing-masing imam yang membantu itu. Sesudah pengurapan, Uskup (para imam
pembantu) membasuh tangan.
Setelah itu menyusul Doa Umat.
Setelah doa umat Uskup mengucapkan Doa Penutup Upacara Krisma. Marilah
berdoa…..(hlm.25)

Liturgi Ekaristi
Sesudah doa umat menyusul Liturgi Ekaristi menurut aturan upacara misa. Kecuali hal-hal
berikut:
1. Syahadat tidak diucapkan karena sudah ada pengakuan iman
2. Beberapa orang yang baru saja menerima Krisma dapat ikut serta membawa
persembahan ke altar
3. Apabila dipergunakan Doa Syukur Agung I, diucapkan “Tuhan sambutlah” khusus
Jika mungkin para wali Krisma, orang tua, suami atau istri dan para katekis bersama para
penerima Krisma dapat menyambut komuni dua rupa
Sebagai ganti berkat biasa misa dapat diakhiri dengan rumus berkat khusus sambil
mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat atau dengan doa untuk umat dan ditutup
dengan berkat (hlm. 26-27).

II. Upacara Krisma di Luar Misa


Upacara Pembukaan
Setelah para calon Krisma, para wali Krisma, para orang tua dan umat berkumpul, Uskup
(bersama imam pembantu) disertai para diakon dan pelayan berarak menuju ke ruang Imam.
Sementara itu umat melagukan Mazmur atau nyanyian yang sesuai. Sesudah memberi
hormat kepada altar, Uskup memberi salam kepada umat yang hadir dan berdoa doa
Pembukaan (hlm. 28).

Liturgi Sabda
Dalam liturgi sabda sekurang-kurangnya dibacakan satu dari bacaan-bacaan yang
disediakan. Contoh: Efesus 4:1-6, Efesus 1:3a,4a, 13-19a). Apabila ada lebih dari satu
Sakramen Krisma|7

bacaan, hendaknya diikuti urutan biasa yakni Perjanjian Lama, Surat Para Rasul dan Injil.
Antara Bacaan Pertama dan Kedua dapat dinyanyikan Mazmur atau nyanyian lain.
Sesudah bacaan-bacaan, Uskup (dan para imam pembantu) duduk. Para calon Krisma
dipanggil oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau diakon, atau katekis menurut
kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para calon dipanggil masing-masing, lalu maju ke
ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar oleh salah seorang dari para wali Krisma atau
dari orang tua, lalu mereka berdiri di depan petugas Krisma. Kalau jumlah calon Krisma
terlalu besar tidak perlu dipanggil satu per satu, tetapi hendaknya mereka berdiri secara
teratur di depan Uskup

Homili atau Amanat


Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia menerangkan isi bacaan kepada calon
Krisma, para wali Krisma, orang tua, serta umat beriman, supaya mereka mengerti lebih
jelas dari Sakramen Krisma.

Pembaharuan Janji Baptis


Para calon Krisma berdiri, Uskup bertanya kepada mereka,dan mereka menjawab bersama-
sama (lih. Pembaharuan Janji Baptis seperti Upacara Krisma di dalam Misa)
Uskup meneguhkan pengakuan imam ini dengan menyerukan/menyanyikan:
U : Inilah iman kita, inilah iman gereja yang kita akui dengan bangga dalam kristus
Tuhan kita
CK/U : Amin
Dengan tangan terkatup, Uskup (bersama imam pembantu) berdiri menghadap umat dan
berkata
U : Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa
agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah dilahirkan
kembali bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh Kudus yang
menguatkan mereka dengan anugerahNya yang berlimpah, dan semoga berkat
pengurapanNya mereka menjaid serupa dengan Kristus, Putera Allah.
Semua hadirin berdoa sejenak dalam batin

Penumpangan Tangan
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua belah tangan ke arah calon
Krisma, lalu Uskup mengucapkan doa Krisma (hlm.34)

Pengurapan dengan Krisma


Diakon menyerahkan minyak Krisma kepada Uskup. Sesudah itu para calon diantar satu
persatu oleh wali Krisma atau orang tua kepada Uskup.Yang mengantar calon meletakan
tangan kanan atas bahu calon dan menyebutkan nama calon kepada Uskup/calon sendiri
menyebutkan namanya .
Uskup mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada
dahi calon Krisma dengan berkata:
U : ………….(Nama Calon Krisma) terimalah tanda karunia Roh Kudus
CK : Amin
U : Damai Kristus besertamu
CK : Dan sertamu juga
Bila ada imam yang membantu memberikan sakramen Krisma maka semua tempat minyak
Krisma diserahkan dulu kepada Uskup, lalu Uskup sendiri yang menyerahkannya kepada
masing-masing imam yang membantu itu. Upacara ini dapat diiringi dengan
nyanyianSesudah pengurapan, Uskup (para imam pembantu) membasuh tangan.
Sakramen Krisma|8

Doa Umat
Lalu Uskup mengucapkan doa penutup Krisma (hlm. 36-37)

Doa Bapa Kami


Kemudian semua hadirin mengucapkan doa Bapa Kami

Berkat
Kemudian Uskup memberkati semua hadirin. Sebagai ganti rumus berkat yang biasa, dapat
digunakan rumus berkat khusus (hlm. 37-38) atau doa untuk umat dan ditutup dengan berkat
(hlm. 39).

III. Upacara Krisma dalam Bahaya Maut


Seseorang yang telah dibaptis sebaiknya menerima juga sakramen Krisma dan ekaristi
supaya inisiasinya lengkap. Jadi, kalau ia berada dalam bahaya maut, hendaknya ia
menerima sakramen Krisma dan kemudian, kalau ia sudah cukup umur, komuni bekal suci
(viaticum) sejauh keadaan mengizinkan, hendaknya ia diberi sekadar penjelasan
sebelumnya.
Bila keadaan mengizinkan hendaknya dipergunakan upacara lengkap seperti upacara
sakramen Krisma di dalam atau di luar misa.
Dalam keadaan darurat petugas Krisma menumpangkan tangan atas orang sakit dan berkata
(hlm. 40-41).
Kemudian petugas Krisma mencelupkan ibu jari kanan dalam minyak Krisma lalu membuat
tanda salib pada dahi orang sakit sambil berkata:
P: …….(nama) terimalah tanda karunia Roh Kudus
Kalau dapat orang sakit menjawab:
CK: Amin
Bagian-bagian upacara persiapan dan penutup dapat ditambahkan sejauh keadaan
mengizinkan.
Dalam keadaan yang sangat mendesak, cukup orang sakit diurapi dengan Krisma dengan
rumus berikut:
P: …….(nama) terimalah tanda karunia Roh Kudus
Sakramen Krisma|9

KESIMPULAN

Buah utama dari sakramen penguatan adalah Roh Kudus. Sakramen penguatan mau
menyadarkan kita untuk senantiasa mengembangkan, menguatkan dan meneguhkan apa yang
telah kita terima dalam pembaptisan kita. Dengan semakin menyadari kehadiran Roh Kudus
secara penuh dalam diri kita, kita mampu melaksanakan tugas-tugas pelayanan kita dalam
mewartakan dan bersaksi tentang Kristus sebagai Mesias. Jadi, sangat eratlah hubungan
antara sakramen penguatan dengan umat kristen. Kehadiaran Roh Kudus dalam setiap pribadi
orang beriman membawa dampak positif serta buah nyata, diantaranya:
a. Umat beriman menjadi serupa dengan Kristus. Roh Kudus tidak lain adalah Roh
Kristus sendiri, sehingga dengan dijiwai Roh Kudus kita dipenuhi semangat Kristus
sendiri;
b. Umat beriman menjadi lebih mantap dan dewasa dalam iman;
c. Umat beriman semakin setia mengikuti Kristus;
d. Semakin berani di dalam membela iman.
e. Semakin dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus yang sejati;
f. Lebih bertanggung jawab terhadap kehidupan menggereja; menghayati cita-cita
hidup menggereja: membina persekutuan jemaah yang guyub rukun;
g. Dengan menerima penguatan, seseorang semakin cermat dalam menentukan
panggilan hidup;
h. Menjadi orang yang beriman yang lebih dinamis, ingin senantiasa berkembang ke
arah lebih baik, dan tak henti-hentinya membina sikap tobat yang tulus.
Dengan demikian, melalui penguatan kita diangkat dan ditugaskan, dengan kekuatan
Roh Kudus, untuk siap sedia menjadi saksi Kristus dan membangun persekutuan di tengah-
tengah masyarakat dan dunia. Membangun dunia yang lebih baik menuju kerajaan Allah
nantinya.
S a k r a m e n K r i s m a | 10

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Utama:
Prasetya, L. Sakramen Yang Menyelamatkan. Cetakan ke-4. Malang:Dioma, 2004.
Gunawan, dkk. Harta Baru dan Lama Dari Khazanah Ibadat Gereja. Cetakan I. Jakarta:Cipta Loka
Caraka, 1980
Heuken, A. “Penguatan” dalam Ensiklopedia Gereja. Jakarta:Cipta Caraka, 2008
Chrichton, J. D. Christian Celebration: The Sacraments, Cetakan I, Terjemahan Indonesia:
Perayaan Sakramen Baptis dan Krisma. Yogyakarta: Kanisius, 1990
Ardhi, FX. W. Sakramen Krisma. Cetakan I. Yogyakarta:Kanisius, 1993
PWI-Liturgi. Upacara Krisma. Ende: Arnoldus, 1974
KWI. Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. 1996
KWI. Katekismus Gereja Katolik. Cetakan ke-3. Ende: Arnoldus, 2007

Sumber Lainnya :
http://www.katolisitas.org/menuju-kedewasaan-iman-di-dalam-kristus/
http://imankatolik.or.id/sakramenkrisma.html
http://yesaya.indocell.net

Anda mungkin juga menyukai