A. Pengertian Sakramen
Setiap orang beriman akan lebih cepat memahami dan menghayati akan sakramen-
sakramen yang disediakan oleh gereja kalau setiap orang mengerti dengan jelas arti
sakramen-sakramen tersebut. Kata sakramen berasal dari kata latin Sacramentum, yaitu hal-
hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Maka, kalau orang merayakan
sakramen berarti orang berada dalam situasi yang berhubungan dengan pribadi Allah sendiri,
baik dalam kata-kata maupun benda yang dipakai.1
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, sakramen adalah upacara suci dan resmi
untuk bertemu dengan Tuhan dan untuk menerima rahmat Tuhan lewat tanda-tanda. Tanda-
tanda ini, yakni pembaptisan, krisma, ekaristi, tobat, imamat, perkawinan, dan pengurapan
orang sakit.
1
L. Prasetya,Sakramen Yang Menyelamatkan, Cetakan ke-4(Malang:Dioma, 2004), hal. 1
2
Gunawan dkk, Harta Baru dan Lama Dari Khazanah Ibadat Gereja, Cetakan I (Jakarta:Cipta Loka Caraka,
1980), hal. 17
Sakramen Krisma|2
Sakramen Krisma atau penguatan adalah sakramen yang melengkapi apa yang sudah
dimulai dalam pembaptisan. Hidup ilahi yang diterima waktu dibaptis perlu tumbuh, menjadi
kuat dan dewasa. Dengan demikian sakramen penguatan adalah sakramen pendewasaan
dalam gereja; orang beriman disanggupkan untuk hidup sesuai kehendak Allah baik dalam
hidup pribadi, dalam menjalankan pekerjaannya, maupun dalam mengamalkan peranannya
dalam masyarakat dan umat beriman.3
C. Teologi Krisma
Amanat pokok dari konstitusi apostolik adalah konteks alkitabiah yang luas, dalam
mana ditempatkan sakramen ini: Kristus dibaptis, dan Roh turun atas-Nya (Mrk. 1:10), dan Ia
mengawali tugas perutusan-Nya di bawah dorongan Roh yang sama (Luk. 4:17-21); Ia
menjanjikan Roh kepada rasul-rasul-Nya, sehingga mereka dapat memberikan kesaksian
tentang iman mereka di hadapan orang-orang yang mengejar-ngejar mereka (Luk. 12:12); dan
sebelum menderita Ia memaklumkan bahwa mereka harus menerima Roh Kebenaran yang
akan tinggal bersama mereka untuk selama-lamanya (Yoh. 15:26; 14:16). Kemudian pada
hari Pentakosta mereka bersama Maria dan para murid menerima Roh Kudus.Kemudian
menyusul pewartaan zaman Alamasih yang baru, dan mereka yang percaya pun dibaptis,
serta menerima karunia Roh (Kis. 2:38).4 Para rasul menerima pemenuhan janji rahmat
penguatan dari Roh Kudus tersebut pada hari Pentakosta, setelah oleh Roh Kudus, para murid
menjadi berani untuk mewartakan “perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis.
2:11) dan curahan Roh Kudus merupakan tanda untuk saat mesianis pada hari-hari terakhir
terakhir (lih. Kis. 2:17-18) yang mendatangkan Roh Kudus.
Dalam sakramen Krisma menerima Roh Kudus sendiri, dengan mana mereka
dianugerahi suatu kekuatan khusus, ditandai dengan ‘cap’, diikat lebih ketat untuk memberi
kesaksisan tentang Kristus, mewartakan iman dan membelahnya. Akhirnya, krisma begitu
erat terikat pada Ekaristi, sehingga orang-orang kristen yang telah dikrismakan itu
dicangkokkan secara penuh dalam Kristus lewat Ekaristi.
Oleh karena sakramen Krisma orang diikat lebih sempurna dengan gereja, dan
dianugerahi kekuatan Roh Kudus yang dikhususkan. Dengan demikian mereka diwajibkan
lebih giat lagi untuk menyebarkan dan membela iman sebagai saksi-saksi Kristus sejati, baik
dengan perkataan maupun dengan perbuatan (LG 11).
3
A. Heuken, “Penguatan” dalam Ensiklopedia Gereja(Jakarta:Cipta Caraka, 2008), hal. 200
4
J. D. Chrichton, Christian Celebration: The Sacraments, Cetakan I, Terjemahan Indonesia : Perayaan Sakramen
Baptis dan Krisma (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hal. 89-90
Sakramen Krisma|3
5
FX. W. Ardhi, Sakramen Krisma, Cetakan I(Yogyakarta:Kanisius, 1993), hal. 13
6
A. Heuken, “Krisma” dalam Ensiklopedia Gereja(Jakarta:Cipta Caraka, 2008), hal. 72
Sakramen Krisma|4
7
Lih. Upacara Krisama (Flores:Arnoldus Ende, 1974),hal. 12-13
Sakramen Krisma|5
Homili
Kemudian Uskup mengadakan homili singkat. Ia menerangkan isi bacaan kepada calon
Krisma, para wali Krisma, orang tua, serta umat beriman, supaya mereka mengerti lebih
jelas dari sakramen Krisma
Penumpangan tangan
Dengan tangan terkatup Uskup (bersama imam pembantu) berdiri menghadap umat dan
berkata:
U : Saudara-saudara terkasih, Marilah kita berdoa kepada Allah Bapa yang maha Kuasa
agar Ia sudi mencurahkan Roh Kudus kepada para anakNya ini, yang telah dilahirkan
kembali bagi hidup abadi dalam sakramen pemBaptisan. Semoga Roh Kudus yang
Sakramen Krisma|6
Liturgi Ekaristi
Sesudah doa umat menyusul Liturgi Ekaristi menurut aturan upacara misa. Kecuali hal-hal
berikut:
1. Syahadat tidak diucapkan karena sudah ada pengakuan iman
2. Beberapa orang yang baru saja menerima Krisma dapat ikut serta membawa
persembahan ke altar
3. Apabila dipergunakan Doa Syukur Agung I, diucapkan “Tuhan sambutlah” khusus
Jika mungkin para wali Krisma, orang tua, suami atau istri dan para katekis bersama para
penerima Krisma dapat menyambut komuni dua rupa
Sebagai ganti berkat biasa misa dapat diakhiri dengan rumus berkat khusus sambil
mengulurkan kedua belah tangan ke arah umat atau dengan doa untuk umat dan ditutup
dengan berkat (hlm. 26-27).
Liturgi Sabda
Dalam liturgi sabda sekurang-kurangnya dibacakan satu dari bacaan-bacaan yang
disediakan. Contoh: Efesus 4:1-6, Efesus 1:3a,4a, 13-19a). Apabila ada lebih dari satu
Sakramen Krisma|7
bacaan, hendaknya diikuti urutan biasa yakni Perjanjian Lama, Surat Para Rasul dan Injil.
Antara Bacaan Pertama dan Kedua dapat dinyanyikan Mazmur atau nyanyian lain.
Sesudah bacaan-bacaan, Uskup (dan para imam pembantu) duduk. Para calon Krisma
dipanggil oleh Pastor Paroki, atau seorang imam lain, atau diakon, atau katekis menurut
kebiasaan setempat. Misalnya begini: Para calon dipanggil masing-masing, lalu maju ke
ruang imam. Anak-anak hendaknya diantar oleh salah seorang dari para wali Krisma atau
dari orang tua, lalu mereka berdiri di depan petugas Krisma. Kalau jumlah calon Krisma
terlalu besar tidak perlu dipanggil satu per satu, tetapi hendaknya mereka berdiri secara
teratur di depan Uskup
Penumpangan Tangan
Kemudian Uskup (bersama imam pembantu) mengulurkan kedua belah tangan ke arah calon
Krisma, lalu Uskup mengucapkan doa Krisma (hlm.34)
Doa Umat
Lalu Uskup mengucapkan doa penutup Krisma (hlm. 36-37)
Berkat
Kemudian Uskup memberkati semua hadirin. Sebagai ganti rumus berkat yang biasa, dapat
digunakan rumus berkat khusus (hlm. 37-38) atau doa untuk umat dan ditutup dengan berkat
(hlm. 39).
KESIMPULAN
Buah utama dari sakramen penguatan adalah Roh Kudus. Sakramen penguatan mau
menyadarkan kita untuk senantiasa mengembangkan, menguatkan dan meneguhkan apa yang
telah kita terima dalam pembaptisan kita. Dengan semakin menyadari kehadiran Roh Kudus
secara penuh dalam diri kita, kita mampu melaksanakan tugas-tugas pelayanan kita dalam
mewartakan dan bersaksi tentang Kristus sebagai Mesias. Jadi, sangat eratlah hubungan
antara sakramen penguatan dengan umat kristen. Kehadiaran Roh Kudus dalam setiap pribadi
orang beriman membawa dampak positif serta buah nyata, diantaranya:
a. Umat beriman menjadi serupa dengan Kristus. Roh Kudus tidak lain adalah Roh
Kristus sendiri, sehingga dengan dijiwai Roh Kudus kita dipenuhi semangat Kristus
sendiri;
b. Umat beriman menjadi lebih mantap dan dewasa dalam iman;
c. Umat beriman semakin setia mengikuti Kristus;
d. Semakin berani di dalam membela iman.
e. Semakin dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus yang sejati;
f. Lebih bertanggung jawab terhadap kehidupan menggereja; menghayati cita-cita
hidup menggereja: membina persekutuan jemaah yang guyub rukun;
g. Dengan menerima penguatan, seseorang semakin cermat dalam menentukan
panggilan hidup;
h. Menjadi orang yang beriman yang lebih dinamis, ingin senantiasa berkembang ke
arah lebih baik, dan tak henti-hentinya membina sikap tobat yang tulus.
Dengan demikian, melalui penguatan kita diangkat dan ditugaskan, dengan kekuatan
Roh Kudus, untuk siap sedia menjadi saksi Kristus dan membangun persekutuan di tengah-
tengah masyarakat dan dunia. Membangun dunia yang lebih baik menuju kerajaan Allah
nantinya.
S a k r a m e n K r i s m a | 10
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Utama:
Prasetya, L. Sakramen Yang Menyelamatkan. Cetakan ke-4. Malang:Dioma, 2004.
Gunawan, dkk. Harta Baru dan Lama Dari Khazanah Ibadat Gereja. Cetakan I. Jakarta:Cipta Loka
Caraka, 1980
Heuken, A. “Penguatan” dalam Ensiklopedia Gereja. Jakarta:Cipta Caraka, 2008
Chrichton, J. D. Christian Celebration: The Sacraments, Cetakan I, Terjemahan Indonesia:
Perayaan Sakramen Baptis dan Krisma. Yogyakarta: Kanisius, 1990
Ardhi, FX. W. Sakramen Krisma. Cetakan I. Yogyakarta:Kanisius, 1993
PWI-Liturgi. Upacara Krisma. Ende: Arnoldus, 1974
KWI. Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. 1996
KWI. Katekismus Gereja Katolik. Cetakan ke-3. Ende: Arnoldus, 2007
Sumber Lainnya :
http://www.katolisitas.org/menuju-kedewasaan-iman-di-dalam-kristus/
http://imankatolik.or.id/sakramenkrisma.html
http://yesaya.indocell.net