Anda di halaman 1dari 11

Gelar-gelar yang diberikan atau yang dimiliki oleh Yesus Kristus:

Guru

Dari ketiga Injil Sinopsis hanya Markus yang menggunakan kata “guru” yang sesuai
dengan bahasa aslinya yaitu “didaskalos”. Meskipun Lukas juga menggunakan kata guru
dalam terjemahan LAI tetapi sebenarnya dalam bahasa aslinya ia tidak menggunkan kata
“didaskalos” melainkan “epistetes” yang artinya “pemimpin”.1 Murid-murid dalam Matius
justru tidak menggunakan kata “guru” tetapi diganti dengan kata “Tuhan” atau “Tuan”.
Sapaan guru dalam Injil Matius hanya digunakan oleh mereka yang menentang Yesus
ataupun yang belum percaya kepada Yesus seperti orang farisi dan ahli-ahli Taurat (Matius
12:38).2 Itulah sebabnya, disini saya akan mengkhususkannya dalam Injil Markus. Istilah
“guru” memang dikenal atau diketahui oleh orang Yahudi bahkan sebelum nama itu
diberikan kepada Yesus. Walaupun begitu, hal ini tidak berarti bahwa makna gelar Yesus
persis sama dengan makna gelar Yahudi. Tetapi sangat penting juga bahwa kita harus melihat
dengan teliti makna gelar-gelar tertentu yang pada akhirnya tidak ditentukan secara
menyeluruh oleh arti dan makna yang sudah ada sebelum Yesus, melainkan oleh hal ikhwal
Yesus sendiri. Sapaan “guru” adalah suatu sapaan yang agak umum. Yesus disapa sebagai
guru yaitu berarti guru hukum Taurat. Dengan sapaan ini orang menghormati Yesus sebagai
seorang yang mengenal dan mengajarkan kehendak Allah atau Ia mengajar jalan Allah (bnd.
Markus 12:14).3 Sepuluh kali kita membaca bahwa Yesus dipanggil dengan sapaan guru. Hal
ini tidak hanya dilakukan oleh para muridNya (Markus 4:38), tetapi juga oleh orang lain
(Markus 10:17), bahkan oleh lawanNya (Markus 12:14, 19). Dalam bahasa Aram istilah guru
disebut dengan “rabi” (Markus 9:5, 11:21, 14:45) atau “rabuni” (Markus 10:51). Jadi, Yesus
oleh orang sezamanNya secara khusu murid-muridNya, diterima sebagai guru. Yesus tidak
sama persis dengan guru-guru orang Yahudi. Ada dua perbedaanNya:

1. Dalam kebiasaan orang Yahudi, seseorang yang akan memilih guruNya, tetapi Yesus
berbeda. Dia sendiri yang memilih dan memanggil murid-muridNya
2. Yesus memiliki kuasa yang tidak dimiliki oleh ahli-ahli Taurat (Markus 1:22). Yesus
memiliki sesuatu kuasa yang langsung. Ia tidak perlu menunjuk kepada dasar tiap

1
B.F.Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar., hlm. 274.
2
Ibid., hlm. 208.
3
Ibid., hlm. 133.
sabdaNya dalam Perjanjian Lama, melainkan dengan kuasa langsung Ia mengatakan:
“Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, …………”(Markus 10:29).4

Anak Daud

Bisa dikatakan bahwa dari segala gelar sebutan Yesus, gelar Anak Daud adalah yang
paling Yahudi, paling dalam berakar pada tradisi Yahudi dan harapan rakyatnya.5
Berdasarkan II Samuel 7: 12-16, banyak orang Israel yang mengharapkan kedatangan Anak
Daud sebagai Raja yang akan mendatangkan dan memberikan keadilan dan damai sejahtera
(bnd. Markus 11:9, 10). Ada juga yang mengharapkan bahwa mujizat-mujizat akan
dikerjakan oleh Anak Daud.6 Dalam situasi orang Israel saat itu di mana mereka diperbudak
atau dijajah oleh bangsa Romawi, tentunya mereka sangat merindukan keadilan bahkan
kebebasan atau kemerdekaan. Sosok pemimpin seperti Daud yang pernah menjadi raja yang
sangat hebat dan memimpin bangsa Israel sehingga mereka sangat berjaya, begitu dirindukan
oleh orang Israel saat itu. Sebagai raja Israel, Daud adalah satu-satunya raja yang paling
dihormati bangsa Israel, sehingga layaklah kalau kemudian “kerajaan yang akan datang itu”
(Lukas 1:32-33) diidentikkan dengan kerajannya.7Nubuat-nubuat dan impian atau seruan
para nabi-nabi dalam Perjanjian Lama membuat orang Israel menanti-nanti Anak Daud atau
Mesias yang akan memberikan mereka kemerdekaan yang mereka impikan selama ini. Sosok
Yesus hadir dalam masa itu. Beberapa orang dalam kesaksian Injil mulai menganggap
bahkan meyakini Yesus sebagai Anak Daud yang akan membebaskan mereka dari penjajahan
(Markus 10:47,48; Lukas 20:41-44, Matius 9:27, 15:22). Mereka ini adalah orang yang hidup
pada pinggir atau luar masyarakat Yahudi. Mereka meminta pertolongan kepada Yesus
dengan sapaan Anak Daud agar mereka dibebaskan dari penderitaan yang mereka alami.
Dalam kesaksian tentang kelahiran Yesus, ditekankan bahwa Ia adalah keturunan Daud dan
akan memerintah di atas tahta Daud, bapa leluhurnya.8 Dalam perjalanan pelayananNya yang
tidak mulus, Yesus selalu mengatakan bahwa Ia akan disalibkan dan akan menghadapi
kematian. Setelah kematian dan kebangkitanNya, maka jelaslah bagi mereka bahwa Yesus
bukan Anak Daud yang akan membebaskan mereka dari kuasa pemerintahan Romawi
melainkan dari kuasa maut dan dosa. Memang Yesus yang hidup di dunia ini dapat disebut
Anak Daud sebab Dialah Mesias. Tetapi Yesus secara khusus sesudah kebangkitanNya,

4
Ibid., hlm. 133.
5
St. Darmawijaya, Gelar-gelar Yesus., hlm. 39.
6
Ibid., hlm. 135
7
Elisa b. Surbakti, Benarkah Yesus Juruselamat Universal?., hlm. 17.
8
Ibid., hlm. 275
melebihi Anak Daud, Ia adalah “Tuan” bagi Daud (Markus 12:35-37; Matius 22: 41-46;
Lukas 20:41-44).

Mesias

Kata Mesias berasal dari kata kerja masyah yang berarti mengurapi.9 Mesias adalah gelar
Yahudi, yang dalam bahasa Yunani berbunyi “Kristus”, artinya “yang diurapi”.10 Di antara
orang Yahudi, pengurapan dihubungkan dengan tiga macam hal:

1. Dihubungkan dengan nabi (I Raja-raja 19:16).


2. Duhubungkan dengan imam. Allah memerintahkan imam-imam diurapi dan disucikan
sehingga pantas menjadi pelayan bagiNya (Keluaran 28:41).
3. Dihubungkan dengan raja (Hakimj-hakim 9:8, I Samuel 16:12,13).11

Sejak semula dimengerti bahwa sang terurapi adalah nabi, raja dan imam. Tiga eran
yang juga menjadi ciri Yesus. Kata Mesias memang jarang terdapat dalam Perjanjian Baru.
Injil Yohanes menyatakan kepada kita bahwa Kristus dalam bahasa Yunani adalah
terjemahan atau tafsiran Mesias dalam bahasa Ibrani, yang berarti sang terurapi. Istilah
Kristus tidak begitu kerap terdapat dalam Injil sinoptik seperti yang dibayangkan orang.
Menyebut Yesus Kristus adalah memberiNya gelar Mesias. Tidak disangsikan bahwa dalam
Perjanjian Baru Yesus diwartakan sebagai Mesias. Sepertti yang kita lihat, Petrus mengakui
itu dan untuk itu pulalah Yesus dihukum mati. Nkita tahu pula bahwa pengakuan Yesus
Kristus merupakan inti pewartaan Paulus, terutama pewartaannya bagi orang Yahudi.
Gagasan tentang Mesias tertanam di dalam pemikiran orang Yahudi. Mereka mengharapkan
Mesias, berdoadan menanti. Asal-usul ide Mesias erat sekali hubungannya dengan ide
perjanjian antara Allah dan Israel umatNya. Bangsa Yahudi meyakini bahwa mereka itu
bangsa yang dipilih secara istimewa oleh Allah. Karena prakarsa dan kasihNya Allah
menjalin hubungan dengan Israel, dan di situ Allah memilih umat secara unik sehingga umat
juga merasakan hubungan yang unik dengan Allah. Bangsa itu menyanggupkan diri
memegang teguh pada hukum-hukumNya dan taat kepadaNya (Keluaran 24:1-8). Bagi Israel
hubungan denga Alah memberi privilege dan kehormatan istimewa. Mereka pun yakin bahwa
kondisi nasional yang sesuai dengan perjanjian itu akan terlaksana. Karena mereka itu umat
perjanjian, maka mereka yakin bahwa suatu ketika mereka akan menjadi tada
nyatakehormatan, kemuliaan serta supremasi yang menurut mereka menjadi hak bangsa itu.
9
St. Darmawijaya, Gelar-gelar Yesus., hlm. 79.
10
B.F.Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar., hlm. 136.
11
Ibid., hlm. 80.
dengan ini, maka Mesias lalu menjadi duta mrantasi Allah, dengan perantaraan Dia nasib
bangsa harus terpenuhi.

Pada mulanya impian itu sederhana. Impian itu tidak lebih dari negeri yang adil dan
makmur dibawah pemerintahan raja dinasti Daud. Nanti dikemudian hari gambaran mesiani
lebih berbentuk toko super-human dan transenden, meskipun gambar dan tokoh sekaliber raja
Daud tidak pernah sungguh-sungguh lenyap. Impian Mesias seperti Daud tak pernah lenyap.
Yesus tentu mengenal gambar Mesias seperti itu. Dalam bentuk yang sederhana damba akan
raja sekaliber Daud adalah damba tentang kerajaan yang aman, adil, makmur, penuh
kedamaian dan keserasian hidup. Meskipun begitu, tidak semua orang Yahudi memegang
harapan yang sama dan seragam akan Sang Mesias. Misalnya, ada orang yang hidup dekat
Laut Mati, yaitu orang Qumran yang menantikan kedatangan dua orang Mesias, seorang
Mesias sebagai raja dan seorang Mesias sebagai imam.12 Berdasarkan pekerjaan dan
pengajaran Yesus seperti yang diberitahukan dalam bagian pertama Injil Markus, maka di
Markus 8:29, Petrus mengucapkan pengakuan akan kemesiasan Yesus. Tetapi nyatanya
bukan Mesias seperti Yesusyang dimaksudkan Petrus. Bukan kemerdekaan rohani yang
dimaksudkan Petrus melainkan kemerdekaan politik.13 Memang awalnya Petrus juga
merindukan seorang Mesias tanpa penderitaan.hal ini juga dicita-citakan oleh imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat. Mereka mau percaya jikaYesus melepaskan diri dari Salibnya.
Yesus adalah Mesias sejak kelahirannya (Lukas 2:11). Tetapi makna gelar ini berlaku secara
penuh sesudah kebangkitan/kenaikanNya. Memang dalam perjalananNya, Yesus tahu bahwa
kehadiranNya cenderung menimbulkan kesan Mesiasni pada orang banyak, dalam arti bahwa
mereka mengharapkan kedatangan seorang pemimpin yang kuat, yang akan mengalahkan
tentara Romawi dan mendirikan kembali kerajaan Yehuda seperti pada zaman mas, yang
dikaitkan kepada kerajaan Daud.14 Pengurapan Yesus tidak berasal dari manusia, tetapi
langsung dari Allah. Pengurapan itu terjadi setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes pembaptis di
sungai yordan (Matius 3:16,17, Markus 1:9,10, Lukas 3:21,22).

12
Ibid., hlm. 136.
13
Melihat dari latarbelakang pekerjaan Petrus yang dulunya sebelum Yesus memanggilnya adalah nelayan atau
penjala ikan, sangat memungkinkan bahwa benar-benar tradisi mesianik dan ciri-ciri mesianik serta hal-hal
yang menyangkut lainnya di dalam masyarakat Yahudi tidak hanya diketahui oleh mereka yang menggeluti
atau pandai memahami dan menafsirkan Hukum Taurat tetapi juga sampai kepada lapisan-lapisan terbawah
dalam sistem sosial di masyarakat. Jika ada pernyataan yang mengatakan bahwa mungkin saja nanti Petrus
mengenal Yesus dalam pengajaran dan pelayananNya, barulah Petrus mengetahui hal ini, sangat kecil
kemungkinannya, karena dalam kesaksian Alkitab Tuhan Yesus tidak pernah menyatakan diriNya sebagai
mesias dalam kehidupan bersama dengan para muridNya, bahkan terkadang Yesus menyinggung dan
mengungkapkan sesuatu yang merupakan rahasia bagi para murid tetapi mereka tidak mengerti.
14
Robert R. Boehlke, Siapakah Yesus Sebenarnya?., hlm.83.
Anak Allah

Sebutan Yesus Anak Allah mungkin merupakan gelar yang kerap diucapkan namun
barangkali tidak salah jika dikatakan bahwa dari sejumlah gelar Yesus, gelar ini termasuk
yang paling kabur artinya dalam pikiran kita. Dari semula iman Kristen selalu mengaku
Yesus sebagai “Anak Allah”. Ini pun merupakan istilah yang dikenal secara luas pada zaman
Yesus. Orang-orang yang berbahasa Yunani sering memakai istilah itu untuk menyebut tokoh
pahlawan. Ketika perwira ketika di kaki salib Yesus berkata tentang Yesus, “Sungguhm Ia ini
Anak Allah” (Matius 27:54), mungkin ia hanya ingin mengatakan bahwa Yesus adalah
seorang tokoh besar. Memang , cerita dalam Injil Lukas dengan jelas memberi kesan ini,
karena di situ perwira Roma berkata, “Sungguh, orang ini adalah oeang benar!” (Lukas
23:47). 15

Sama seperti istilah-istilah “Anak Daud” dan “Mesias”, istilah “Anak Allah” juga
digunakan dalam Perjanjian Lama. Bangsa Israel sering disebut sebagai “anak Allah” (Hosea
11:1). Raja-raja Israel, teristimewa mereka yang merupakan keturunan Daud, juga diberi
gelar itu.dalam banyak Mazmur raja disebut sebagai anak Allah.16 Tetapi jelas sekali di dalam
kitab-kitab Injil istilah “Anak Allah” dipakai untuk menyatakan apa yang dikatakan Yesus
mengenai hubunganNya yang istimewa dengan Allah sendiri. Yesus sangat sadar akan
hubungan rohani yang erat dengan Allah sebagai BapaNya. Bahkan ketika berusia dua belas
tahun pun, Ia menganggap Bait Allah yang ada di Yerusalem sebagai rumah BapaNya (Lukas
2:49) dan di dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur yang jahat, Ia
menegaskan bahwa Dialah anak laki-laki yang diutus pemilik kebun untuk membereskan
persoalan dengan mereka (Markus 12:1-11). Apa yang tersirat dalam cerita-cerita itu juga
dinyatakan secara ekksplisit oleh Yesus. Misalnya, pernyataan ini yang ditulis oleh Matius
dan Lukas; “semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorang pun mengenal
Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun yang mengenal Bapa selain Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakanNya” (Matius 11:27, Lukas 10:22). Di sini sangat
jelas bahwa Yesus mengakui adanya hubungan yang unik dan lebih dekat dengan Allah.
Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Yesus hanyalah orang baik tetapi tidak mengakui
bahwa diriNya memiliki sifat Ilahi. Kalau pernyataan-pernyataan Yesus tidak benar, berarti
Ia sengaja berbohong atau menipu orang-orang saat itu. Tetapi, menurut kitab-kitab Injil
maupun menurut sejarah umum Yesus bukanlah orang yang seperti itu. jadi apa maksud
15
John Drane, Memahami Perjanjian Baru., hlm. 81
16
Orang Yahudi lebih mengaitkan nats-nats seperti itu mengacu pada Mesias yang akan datang ke dalam
dunia dalam misi penyelamatanNya.
Yesus ketika Ia menyatakan diriNya Anak Allah? Ini tentu merupakan salah satu pertanyaan
besar yang telah dipikirkan dan didiskusikan oleh para teolog berabad-abad lamanya. Karena
itu, pendapat yang dikemukakan di sisni tidak merupakan jawaban lengkap dabn terakhir,
tetapi sekurang-kurangnya ada tiga fakta penting yang perlu kita perhatikan kalau kita ingin
memahami dengan benar tentang apa yang dimaksudkan Yesus dan orang-orang Kristen
pertama dengan Istilah ini:

1. Kalau kita menyebut Yesus sebagai Anak Allah berarti kita menggunakan bahasa
kiasan untuk menggambarkan sesuatu yang pada hakikatnya tidak dapat
digambarkan. Ia mengambil suatu analogi dari hubungan anak dengan orangtua,
yakni “HubunganKu dengan Allah kira-kira seperti itu”. Bukan maksudNya supaya
kita analogi itu secara harafiah dan bukan pula maksudNya bahwa setiap aspek dari
hubungan seseorang dengan orang tuanya persis sama sperti hubungaNya sendiri
dengan Allah. Tidak semua orang memiliki hubungan yang baik dengan orang
tuanya. Walaupun banyak orang dapat mengatakan dengan jujur, “Barangsiapa
membenci aku, ia membenci juga BapaKu” (Yoh. 15:23), tetapi tidak ada
seorangpun yang dapat mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh. 10:30).
Memang seluruh pengajaran Yesus, terutama dalam Injil Yehanes, menjelaskan
uniknya hubungan antara Bapa dan Anak. Hubungan itu sudah jauh sebelum Yesus
dilahirkan di Betlehem: Yesus “pada mulanya bersama-sama dengan Allah” (Yoh
1:2).17
2. Perkataan “anak dari….” Merupakan istilah yang lazim dalam bahasan Ibrani.
Misalnya, dalam PL orang-orang Israel sering disebut “anak-anak” Israel, walaupun
istilah tersebut tidak muncul dalam terjemahan-terjemahan modern. Orang-orang
jahat sering disebut “anak-anak kejahatan” atau “anak-anak Belial” (Ulangan 13:13;
I Samuel 2:12). Lagipula, dalam bahasa Ibrani kata yang diterjemahkan secara
harafiah “anak manusia” berarti “manusia”. kalau kita menyebut diri kita sebagai
“anak-anak manusia”, kitu berarti kita mempunyai ciri-ciri dan sifat yang sama
persis dengan seluruh umat manusia sebelum kita. Jadi kalu PB menyebut Yesus
sebagai “Anak Allah”, itu berarti Yesus mempunyai ciri-ciri dan sifat Allah sendiri.
Ia benar-benar bersifat Ilahi. Beberapa pihak, misalnya bidat saksi Yehowah, tidak
dapat mengerti hal ini karena mengabaikan bahwa Yesus memeakai suatu analogi
ketika Ia menyatakan diriNya sebagai “Anak Allah”. Mereka juga telah

17
Ibid., hlm 82.
mengabaikan arti sebenarnya dari istilah “anak dari ….” Dalam bahasa yang dipaki
Yesus. 18
3. Dalam pasal pertama Injil Yehanes dan dalam kitab Wahyu, hubungan antara Yesus
dan Allah diungkapkan dengan cara lain. di situ Yesus disebut “firman” atau logos
Allah (Yohanes 1:1-18;Wahyu 19:13). Firman Allah tentu adalah cara Allah
berbicara. Tetapi bila PB menyebut Yesus “Firman”, lebih dari itu yang
dimaksudkan. Sebab, Yohanes mengatakan, “Firman itu adalah Allah” (Yohanes
1:1) – yakni, berita Allah kepada umat manusia tidak hanya ditulis dalam sebuah
kitab, namun dinyatakan dalam Pribadi Allah sendiri. Ia juga mengataka, Firman itu
telah menjadi manusia (Yohanes 1:14): Allah sendiri terkandung di dalam
“Firman”, yakni di dalam Yesus. Jadi Yesus menyatakan diriNya sebagai “Anak
Allah” dan penulis PB juga melukiskan hal ini dengan istilah “Firman Allah”. Yang
mereka maksudkan ialah melalui Yesus, kita benar-benar dapat mengenal Allah.
Yesus sendiri berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”
(Yohane 14:9). Itu sebabnya begitu penting bagi kita untuk kembali ke ucapan-
ucapan dan perbuatan-perbuatan Yesus yang sebenarnya, karena dalam kehidupan
dan pengajaranNya kita dapat melihat dan mendengar tentang siapa sebenarnya
Allah itu.19

Hamba Tuhan

Mungkin kita paling baik akan menemukan tentang siapa Allah sebenarnya melalui
gelar ini-“hamba” (Yesaya 52:13) – yang rupanya dikenakan Yesus kepada diriNya sendiri
dan perkerjaanNya. Memang benar tidak ada nats dalam klitab-kitab Injil yang menunjukkan
Yesus menyebut diriNya sendiri sebagai “hamba Allah”. Namun seperti yang telah
dikemukakan di atas, karena Ia hidup dan mati dengan cara seperti yang dinubuatkan bagi
“Hamba TUHAN yang menderita” dalam kitab Yesaya, maka pengertianNya tentang apa
artinya menjadi Mesias dangat berbeda dengan peranan Mesias yang dinanti-nantikan orang
Yahudi pada zamanNya. Kitab-kitab Injil juga banyak menyebutkan bagaimana Yesus
mengerti keharusan bagi Dia untuk mengalami penderitaan. Salah satu diantaranya adalah
pemakaian istilah “Anak Manusia” yang sering berkaitan dengan penderitaan dan
kematianNya. Sejak Ia dibaptis dan mungkin pula sebelunya, Yesus melihat, Dia akan
menderita. Suara yang didengarNya pada waktu dibaptis (Markus 1:11), yang menggemakan

18
Ibid., hlm 82 dan 83.
19
Ibid., hlm 83.
kata-kata dari dalam kitab Yesaya mengenai hamba Tuhan yang menderita (Yesaya 42:1),
menegaskan bahwa pekerjaanNya harus dilaksanakan dengan penyangkalan diri dalam
kerendahan hati. Keyakinan ini diulangi dengan tegas ketika Ia menghadapi pencobaan yang
datang.

Menurut Markus, Yesus memperingatkan murid-muridNya sejak awal pelayananNya


bahwa saatnya sudah dekat ketika mempelai – yakni Dia sendiri – akan diambil dari sahabat-
sahabatNya (Markus 2:20). Segera setelah Petrus menyatakan kepercayaannya bahwa
Yesuslah Mesias, Yesus mengatakan lagi, “Anak Manusia harus menanggung banyak
penderitaan” (Markus 8:31). Tujuan yang agung akan tercapai melalui pelayanan dan
penderitaanNya: “Anak Manusia juga datang…. Untuk memberikan nyawaNya menjadi
tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:45).

Nabi

Yesus dikenal sebagai seorang nabi dan tampaknya Ia menerima sebutan itu.20 Pada
waktu Ia disudutkan oleh pertanyaan serius di dalam ruangan rumah ibadat di tempat
asalNya, Yesus menanggapi, “Seorang nabi di hormati di mana-mana kecuali di tempat
asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya” (Markus 6:4; Lukas 4:24;
Yohanes 4:44). Kemudian Ia menyatakan, “Tidakkah semestinya seorang nabi dibunuhkalau
tidak di Yerusalem” (Lukas 13:33). Menurut pendapat Michael L. Cook yang dikutip oleh A.
Roy Eckardt dalam bukunya “Menggali Ulang Yesus Sejarah” bahwa, “Yesus telah berkiprah
sebagai seorang yang memiliki kuasa (eksousia) yang pasti merupakan ciri kenabian”. Di
dalam tradisi alkitabiah kewibaan seorang nabi diakui dan diterima apabila ia dikuasia oleh
Roh Allah. Pada waktu kaum keluarga Yesus dan orang-orang lainnya kuatir bahwa Yesus
sudah tidak waras atau bahwa Ia mungkin telah dirasuk setan-setan, Ia menanggapi dengan
memuji dan memuliakan kehadiran Roh Kudus dan kehendak Allah. Karena Yesus dikenal
tidak hanya sebagai seorang nabi, tetapi sebagai seorang nabi akhir zaman, sebagai Dia yang
memberitakan telos (maksud akhir) dan finis (tujuan akhir) Allah dan sebagai Dia yang
mendatangkan dan mewujudkan “tindakan akhir Allah yang paling menentukan untuk
menyelamatkan umatNya. Yesus tidak hanya memberitakan kerajaan Allah dan meminta
tanggapan iman, tetapi Ia juga telah mempertaruhkan hidupNya sendiri dengan menempuh
bahaya demi kebenaran yang menjadi isi amanatNya. Akad, tekad dan penyerahan diri

20
A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah., hlm.27
menyeluruh pada amanat seseorang inilah yang memberikan kewibawaan sejati pada
perkataan kenabian.

Dua faktor tambahan memuncuulkan diri:

1. Bagi Yesus dan para pengikutNya, “nabi” jelas-jelas sama artinya dengan “pembuat
mujizat”. Karena itu, pantas saja Yesus melakukan banyak penyembuhan atas
bermacam-macam penyakit khususnya sakit karena dirusak setan. Ia adalah seorang
suci pembuat mujizat. Menurut E.P. Sanders sesuai yang dikutip A. Roy
menyimpulkan bahwa Yesus “menjadi terkenal” karena mujizat-mujizat yang
dibuatNya.
2. Seperti juga nabi-nabi lainnya, Yesus menuunjukkan kepedulianNya yang khusus
kepada orang-orang yang tersingkir, yang menderita, yang hina. Kepedulian-
kepedulian ini ditekankan dalam teologi pembebasan. Menurut Albert Nolan sesuai
yang dikutip A. Roy menulis bahwa “Orang-orang yang Yesus perhatikan disebut di
dalam kitab-kitab Injil dengan bermacam-maca istilah: orang miskin, orang buta,
orang timpang, orang lumpuh, orang berpenyakit kusta, orang yang lapar, orang yang
sengsara, orang berdosa, para tuna susila, para pemungut pajak, orang-orang yang
dirasuki setan, orang yang dianiaya, yang diijak-injak, yang tertawan, semua yang
bekerja keras dan berbeban terlampau berat, rakyat jelata yang tida tahu apa-apa
tentang hukum, orang banyak, orang-orang kecil, yang paling kecil dan kanak-kanak
atau domba yang hilang dari rumah Israel.” Kepada merekalah Yesus memberitakan
kabar baik tentang kerajaan Allah.21

21
Ibid., hlm. 28.
Daftar Pustaka

Drewes, B. F. Satu Injil Tiga Pekabar. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.

Darmawijaya. Gelar-gelar Yesus. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1991.

Surbakti, Elisa B. Benarkah Yesus Juruselamat Universal?. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008.

Drane John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Eckardt, A. Roy. Menggali Ulang Yesus Sejarah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
TUGAS AKHIR

TEOLOGI PERJANJIAN BARU 1

DOSEN PENGAMPU: Pdt.Ny.Resty Arnawa T. M.Th

Oleh:

SEPSON SAMBARA (2131.3308)

Sekolah Tinggi Teologia untuk Indonesia bagian Timur di Makassar

Tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai