Anda di halaman 1dari 7

AKU AKAN MENYERTAI ENGKAU

Penulis : Gideon
Nats : Yosua 1:1-9
Tujuan : Agar jemaat menyadari bahwa ketika mereka mengalami ketakutan dan
kegentaran, ada kekuatan dari Tuhan yang akan memampukan mereka untuk
mengatasi ketakutan dan kegentaran tersebut.

Pendahuluan
Saudara, pernahkah Saudara mendengar seseorang berkata: “Saya tidak dapat
melakukannya. Saya tidak berani ambil resiko. Saya memang yakin hal itu adalah yang terbaik,
tetapi saya terlalu takut.”
Saudara, mungkin kita termasuk orang yang pernah berkata seperti itu, dan hanya sedikit
dari kita yang berhasil bebas dari perasaan bingung yang datang pada waktu kita terlalu takut
untuk melangkah. Dari menaiki tangga pesawat terbang, mengejar kesempatan berkarier sampai
menanggung resiko dalam suatu persahabatan, kehidupan penuh dengan keadaan yang membuat
kita takut.
Salah satu hal yang paling menakutkan, tentu saja, adalah takut pada ketakutan itu
sendiri. Kita jarang mengungkapkannya kepada orang lain, tetapi kebanyakan kita berpikir:
“Orang Kristen yang baik, yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, tidak pernah
mengalami ketakutan. Jadi, pasti saya telah gagal menjadi seorang Kristen. Kita berpikir bahwa
Tuhan mengharapkan kita untuk memiliki keberanian yang luar biasa untuk mengalahkan
ketakutan. Sebagai akibatnya, kita takut bahwa ketika kita mengalami ketakutan Tuhan akan
menolak kita.
Saudara, Allah kita bukanlah Allah yang seperti itu, karena di dalam Alkitab penuh
dengan kisah yang menggambarkan Allah meresponi orang-orang yang mengalami ketakutan.
Yosua termasuk salah seorang di dalamnya, dimana Yosua mendapatkan kekuatan dalam
menghadapi rasa takut dan gentar.
Perkataan Tuhan kepada Yosua, yang menguatkan Yosua, juga menjadi kunci kekuatan
kita, takkala mengalami ketakutan dan kegentaran. Melalui Yosua 1:1-9, kita dapat melihat ada
dua kunci kekuatan kita:

1. Memegang Teguh Janji Tuhan (ay. 5).


Saudara, ketakutan dan kegentaran itu merupakan sesuatu yang manusiawi sekali, karena
begitu akrab dengan kehidupan kita. Hal inilah yang pernah dialami oleh Yosua, salah seorang
pemimpin bangsa Israel. Pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir, Yosua masih muda (Kel

1
33:11) dan kemudian Musa memilih dia menjadi pembantu pribadinya selama 40 tahun
pengembaraan di padang gurun. Yosua merupakan pembantu yang akrab dan setia bagi Musa.
Kemudian terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan banyak perubahan, terutama bagi Yosua,
yaitu dengan matinya Musa, sang pemimpin besar. Dengan kalimat pembuka kitab Yosua:
“Sesudah Musa, Hamba TUHAN itu mati …” (Yos 1:1), maka jelaslah bahwa kepemimpinan
Musa telah berakhir.
Saudara, setelah kematian Musa, Yosua menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya.
Mengapa demikian? Karena Yosua dipanggil Tuhan untuk mengambil alih kepemimpinan
Musa. Sekarang Yosualah pemimpin bangsa Israel. Meskipun tanggung jawab yang harus
dipikul pada saat itu tidak mengejutkan Yosua lagi, namun kenyataannya bahwa kini dia menjadi
pengganti Musa sangat membuatnya terhentak. Dia yang dulunya adalah abdi Musa kini
menjadi pengganti Musa. Dia yang dulunya adalah pelayan Musa kini menjadi pemimpin
bangsa Israel. Ketakutan dan kegentaran mulai menyelimuti dirinya.
Kata “ketakutan” dalam ayat 6, 7, 9 ini bukan sekedar takut saja, tetapi dalam bahasa
aslinya mengandung pengertian gemetar dengan sangat. Keadaan ini sungguh menggambarkan
bagaimana perasaan Yosua yang “gemetar dengan sangat” pada saat itu. Pertanyaan-pertanyaan
yang mengkhawatirkan mulai menghantui pikirannya.
Saudara, mungkin kita bertanya, “Apa yang sebenarnya membuat Yosua takut, hingga dia
gemetar dengan sangat”? Kita akan mencoba melihat ketakutan-ketakutan apa yang sebenarnya
membuat Yosua gemetar dengan sangat:

* Ketakutan yang berasal dari dirinya sendiri.


Ada penafsir yang mengatakan Yosua merasa rendah diri dan tidak layak di dalam
pandangannya sendiri untuk menggantikan Musa. Yosua terlalu peka dan melihat betapa dia
terlalu jauh dari Musa di dalam kebijaksanaan dan ketangguhannya. Padahal kita mengetahui
dengan jelas bahwa Yosua adalah seorang yang berani. Bukankah dia telah melayani seorang
pemimpin perang yang berhasil pada masa pengembaraan? Bukankah dia merupakan salah
seorang dari dua pengintai yang berpandangan positif untuk memasuki dan menduduki tanah
Kanaan? Mengapa pengalaman-pengalaman ini tidak cukup untuk menguatkan Yosua?

* Ketakutan karena sosok Musa.


Musa adalah seorang pemimpin yang berkharisma, seorang pemimpin besar, dan sekarang
Yosua harus menggantikan posisi Musa. Yosua telah melihat bagaimana Musa dengan
keberaniannya masuk ke istana Raja Firaun, dia tahu bagaimana karakter Musa, dia juga melihat
2
saat Laut Merah terbelah menjadi dua, dan lebih dari itu Yosua juga melihat keintiman hubungan
Musa dengan Tuhan. Dalam dirinya mungkin timbul pertanyaan: “Mampukah saya
menggantikan Musa? Bagaimana bila saya gagal?”

* Ketakutan yang berasal dari bangsa Israel.


Bangsa Israel adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Selama 40 tahun Yosua mengikuti
Musa, ia mengetahui seperti apakah bangsa Israel itu. Mungkinkah ia dapat memimpin bangsa
yang seperti itu?

* Ketakutan karena ini merupakan tugas yang berat.


Yosua harus mengemban tugas dengan tanggung jawab yang besar, yaitu membawa bangsa
Israel memasuki dan menduduki tanah perjanjian, sehingga ia bertanya “Mungkinkah saya dapat
melaksanakan tugas ini dengan baik? Mampukah saya bertanggung jawab atas tugas ini?”
Saudara, semua ketakutan Yosua itu dapat kita pahami, karena kemungkinan besar jika
kita berada dalam posisi Yosua, kita juga akan mengalami ketakutan yang sama. Yosua harus
menghadapi dan menjalankan tanggung jawab kepemimpinan dari suatu bangsa yang besar, yang
tidak bisa diramalkan kestabilannya. Namun Allah memahami kegentaran dan ketakutan Yosua.
Allah mengerti perasaan Yosua itu. Sehingga dalam perikop ini kita melihat Allah yang secara
aktif menguatkan Yosua. Allah berulang kali berbicara secara pribadi kepada Yosua untuk
menguatkan dia sama seperti Ia menguatkan Musa (Ul 11:24; 31:3-8).
Bahkan Allah memberikan janji yang sangat indah kepada Yosua, dan menyatakan
bahwa: “Seorangpun tidak akan dapat menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku
menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau
dan tidak akan meninggalkan engkau.” (ay. 5)
Tuhan berjanji akan menyertai Yosua, “I will be with you”. Kata “be/ada”, sama
dengan bahasa aslinya, yang berarti Tuhan selalu ada bersama-sama dengan Yosua, Tuhan ada di
sisi Yosua. Bahkan kalimat ini mempunyai konotasi, bukan hanya ada di sisi Yosua, menyertai
Yosua, tetapi ada di sisinya untuk memimpin, menopang dan memberikan jaminan
kesuksesan.
Saudara, janji Tuhan ini sungguh-sungguh memberi kekuatan kepada Yosua di tengah-
tengah ketakutan dan kegentarannya. Karena dengan janji itu Tuhan meyakinkan dan
menguatkan Yosua bahwa Ia sendiri yang akan menolong Yosua di dalam segala keadaan.

3
Ilust. : Ada seorang pendeta memberi kesaksian sehubungan dengan kerusuhan Mei tahun 1998.
Ketika seorang jemaatnya menelepon dan memberitahukan bahwa daerah di sekitar lokasi
rumahnya akan dibakar, dan sekarang rumahnya sudah terkepung, pendeta ini dengan segera
berkata, “Saya akan datang menolongmu.” Setelah berdoa, pendeta tersebut segera mengendarai
mobil menuju rumah jemaatnya. Saat itu jalanan begitu sepi. Tiba-tiba pendeta ini diliputi
perasaan takut yang luar biasa. Apalagi ketika hampir memasuki lokasi tempat tinggal
jemaatnya dan melihat kerumunan orang yang begitu banyak. Hatinya mulai gentar dan ia
merasa seluruh tubuhnya gemetar. Beliau lalu berdoa dengan gemetar, dan pada saat itu dia
teringat akan perkataan Tuhan, “Janganlah takut dan gentar, Aku akan menyertai engkau”. Janji
Tuhan itu menguatkan pendeta ini. Di dalam ketakutannya, janji Tuhan ini dipegangnya dengan
teguh dan dengan bersandar pada janji Tuhan, ia pun memasuki lokasi tersebut.
Dan sungguh ajaib, ketika mobilnya memasuki lokasi itu, orang-orang yang berkerumun
itu menyingkir dan membiarkan dia lewat. Mereka tidak melakukan apapun. Padahal saat itu,
orang yang berjubel sedang memasuki rumah orang-orang dan menjarah di sana. Ada juga
beberapa orang yang berusaha mendobrak pintu, dll. Tetapi mereka tidak melakukan apapun
terhadap pendeta ini, kecuali menyingkir dan memberi jalan kepadanya. Pendeta ini melihat
bahwa mobilnya merupakan satu-satunya mobil yang ada di lokasi itu, dan ia merasakan
bagaimana Tuhan menyertai dan menjaganya, sehingga mobilnya dapat maju selangkah demi
selangkah. Akhirnya pendeta ini tiba di rumah jemaatnya dan membawa mereka keluar dari
rumah. Sekali lagi tidak terjadi apa-apa, biarpun ada orang-orang di depan pintu rumah
jemaatnya.
Pendeta ini sungguh merasa bagaimana Tuhan ada di sisinya, menyertainya dan
menolongnya. Dia dan jemaatnya dapat keluar dari lokasi tersebut, tanpa mengalami sesuatu
apapun. Sungguh, janji penyertaan Tuhan itu memberi kekuatan kepadanya di kala ketakutan itu
datang.
Saudara, ketakutan dan kegentaran seperti apa yang sedang Saudara alami? Apakah itu
perasaan takut tentang masa depan yang tidak pasti, perasaan takut karena sakit penyakit yang
berkepanjangan? Atau perasaan takut, bila penganiayaan itu datang? Ingatlah, bahwa tidak ada
satu janjipun yg lebih mengagumkan daripada janji Tuhan yang akan menyertai kita ketika kita
dalam keadaan yang takut dan gentar. Saudara, peganglah teguh janji penyertaan-Nya yg
merupakan sumber kekuatan bagi kita. Janji-Nya yang menyertai kita akan terus menopang
kita.

Kunci kekuatan kita yang kedua ialah:


4
2. Memegang teguh perintah Tuhan (ayat 7-9).
Seringkali janji-janji Tuhan kepada kita itu diberikan bersamaan dengan perintah Tuhan.
Jadi, jika kita mau memegang teguh janji Tuhan, maka sudah seharusnya kita juga memegang
teguh perintah Tuhan. Kedua hal ini tidak boleh terpisah, karena merupakan satu mata rantai
yang saling mempengaruhi. Di dalam ayat-ayat yang telah kita baca tadi kita dapat melihat
bahwa perkataan-perkataan Tuhan kepada Yosua bukan hanya berisi janji-janji Tuhan tetapi juga
bergandengan dengan perintah-perintah Tuhan.
Saudara, apa yang harus dilakukan Yosua setelah memperoleh janji Tuhan? Tentunya
Yosua harus memegang teguh perintah Tuhan, karena perintah Tuhan dapat menjadi
pedoman/petunjuk bagi Yosua ketika ia mengalami tantangan dan masalah, dan untuk
melaksanakan tugas kepemimpinan dengan baik.
Saudara, apakah perintah yang Tuhan berikan pada Yosua itu?
Pertama, Yosua harus bertindak hati-hati sesuai dengan seluruh hukum (1:7a). Ini berarti
Yosua harus menepati semua perintah Musa yang telah Musa peroleh dari Tuhan. Yosua harus
berhati-hati di dalam segala tindakannya agar sesuai dengan perintah Tuhan itu. “Berhati-hati”
di sini juga berarti mempunyai hati yang bijaksana di dalam mengambil setiap keputusan. Ia
juga tidak boleh menyimpang ke kiri dan ke kanan (1:7b). Ungkapan ke kiri dan ke kanan,
menunjukkan tidak ada sesuatu penyimpangan atau penyelewengan yang dapat diijinkan. Yosua
juga tidak boleh lupa memperkatakan kitab Taurat (1:8a). Di dalam kondisi dan situasi
apapun, di dalam setiap perkataannya, kebenaran dan pengajaran ini harus selalu diajarkan dan
dikumandangkan. Dan yang terakhir, semua hukum Taurat itu harus dia renungkan siang
dan malam ( 1:8b). Yosua harus membaca kitab ini berulang kali secara konsisten dan
merenungkan apa yang tertulis di dalamnya, kemudian menerapkannya di dalam seluruh langkah
kehidupannya.
Saudara, ini berarti segenap pikiran, perkataan dan perbuatan Yosua harus sesuai dan
tidak boleh menyimpang dari perintah Tuhan. Yosua harus memegang teguh kebenaran perintah
Tuhan itu. Perintah ini ditegaskan oleh Allah kepada Yosua dengan pernyataan: “Kuatkan dan
teguhkan hatimu”, di mana kalimat ini memberikan suatu gambaran yang “menegur dan
sekaligus memerintahkan.” Kalimat ini diulang sebanyak tiga kali dalam bagian ini (ay. 6,7,9).
Pengulangan perintah agar menjadi kuat dan teguh, bukan hanya mengekspresikan peneguhan
kekuatan yang dari Tuhan, tetapi penekanan yang lebih khusus di sini ialah menjadi setia dan
taat kepada perintah Tuhan.
Bahkan di ayat 9, Tuhan lebih tegas lagi berfirman: “Bukankah telah Kuperintahkan
kepadamu: Kuatkan dan teguhkanlah hatimu?” Otoritas Allah yang dinyatakan dalam ayat 9 ini
5
diungkapkan kepada Yosua untuk menolong hamba-Nya dari keragu-raguan. Dalam pernyataan-
Nya ini terkandung makna bahwa Tuhan yang telah memerintahkan Yosua, Dia juga yang akan
menyertai Yosua.
Jadi, Yosua harus setia dan taat di dalam menjalankan setiap perintah Tuhan dan
memegang perintah tersebut dengan teguh. Dengan berpegang teguh pada janji dan perintah
Tuhan itulah Yosua dikuatkan untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil memikul
tanggung jawab yang besar untuk membawa bangsa Israel memasuki Tanah Perjanjian.

Ilust. Ada seorang anak remaja dan ayahnya yang tersesat di hutan. Untuk bisa keluar, ternyata
mereka harus menyeberangi sebuah sungai untuk bisa keluar dari hutan tersebut. Sedangkan
sungai itu mempunyai arus yang sangat deras dan di tengah-tengah sungai itu terdapat sebuah
balok kayu yang dipakai sebagai tempat penyeberangan. Balok kayu itu hanya cukup untuk
dilewati satu orang saja.
Anak remaja itu sangat ketakutan ketika melihat situasi yang seperti itu dan ia menjadi
ngeri membayangkan bagaimana ia harus berjalan di atas balok kayu itu. Pada saat itu ayahnya
berkata kepadanya, “Jangan takut , ayah akan menyertai kamu, dan kamu pasti akan selamat tiba
di seberang. Tetapi kamu harus menutup matamu dan memegang kayu yang ayah ulurkan
kepadamu.”
Anak ini menuruti apa yang dikatakan oleh ayahnya, meskipun ia masih takut. Dengan
tubuh yang gemetar, ia mulai mencoba melangkahkan kakinya. Pada saat ayahnya berkata lagi,
“Jangan takut, ayah ada bersamamu, kamu pasti bisa sampai ke seberang dengan selamat”, maka
perkataan ayahnya ini memberi keyakinan yang menguatkan untuk mulai melangkahkan kakinya
setapak demi setapak menyusuri balok kayu itu. Dan akhirnya anak itu tiba dengan selamat di
seberang. Pada saat itulah ia menyadari bahwa janji dan perintah ayahnyalah yang telah
menolong kegentarannya yang mula-mula, yang kemudian diganti dengan keyakinan yang
menguatkan dia untuk melangkah, karena ia memegang teguh janji dan karena ia juga melakukan
perintah ayahnya.
Seringkali di dalam ketakutan kita, kita sulit untuk tetap taat pada perintah Tuhan.
Padahal justru dari perintah Tuhan itulah kita dikuatkan oleh-Nya, karena ketika kita takut dan
gentar, perintah Tuhan menolong kita untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan Saudara,
seharusnya kita mempunyai keyakinan untuk menghadapi berbagai ketakutan kita seperti halnya
Yosua, yang setelah memperoleh janji dan perintah dari Tuhan yang menguatkannya, ia tidak
membuang waktu untuk menanggapi semua perintah Tuhan.

6
Saudara, ketika kita menghadapi ketakutan kita, maukah kita datang kepada Tuhan
sumber kekuatan kita? Janji penyertaan-Nya dan perintah-Nya membuat kita mampu untuk
menghadapi rasa takut dan gentar yang sedang kita hadapi.

Penutup
Saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, hari ini kita telah belajar satu pelajaran
yang berharga. Tidak seorangpun yang dapat memberikan kepada kita janji yang mengagumkan
seperti yang Tuhan janjikan kepada Yosua, bahwa Ia akan menyertainya dan tidak akan pernah
membiarkan dan meninggalkan Yosua dalam kondisi yang bagaimanapun. Perkataan Tuhan yg
berupa janji dan perintah-Nya yang menguatkan Yosua juga menjadi kunci kekuatan bagi kita.
Tuhan tidak pernah terlalu sibuk sehingga Ia meninggalkan kita ketika kita berada dalam
kesulitan yang sesulit apapun. Tuhan tidak pernah menutup mata dan menolak kita. Dia adalah
Tuhan yang selalu memberikan kekuatan kepada kita melalui janji dan perintah-Nya. Di dalam
ketakutan dan kegentaran kita akan apapun yang sedang maupun yang akan kita alami, maukah
kita memperoleh kekuatan dari Tuhan untuk menghadapi semuanya itu? Maukah kita
mengarahkan pandangan kepada-Nya, sumber kekuatan kita? Kekuatan yang akan kita peroleh
apabila kita memegang teguh janji Tuhan dan juga memegang teguh perintah Tuhan. Amin.

Anda mungkin juga menyukai