Anda di halaman 1dari 27

Yesaya 6:1-8 (3 Juni 2012)

TREMENDUM FASCINAN
Firman Tuhan ini mengisahkan tentang panggilan Yesaya. Dalam panggilan ini, Yesaya
melihat Tuhan sedang duduk, dan jubahnya memenuhi Bait Suci. Betapa mulianya Tuhan
dalam pandangan Yesaya. Yesaya juga melihat para Serafim (malaikat) sedang melayanglayang, sambil mengumandangkan lagu dengan bersahutsahutan, layaknya paduan
suara : "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
Penglihatan Yesaya ini menggambarkan, bahwa : Tuhan menghendaki seluruh bumi ini baik
adanya, sehingga manusia boleh menikmati sukacita dan hidup bahagia.
Namun dalam kenyataannya, bangsa dimana Yesaya berada begitu bobrok. Bangsa itu hidup
begitu najis ; jahat, angkuh, penuh dosa baik tindakan dan perkataan. Yesaya menyadari
bahwa dosa itu juga ada dalam dirinya. Itu sebabnya, Yesaya berkata (ay.5) : "Celakalah
aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah
bangsa yang najis bibir.

Pengampunan dan Pengutusan Yesaya


Pengakuan Yesaya atas dosanya membuat Tuhan mengampuni dosanya. Tuhan sungguhsungguh maha pengampun. Ada pergumulan dalam diri Yesaya : Mengapa Tuhan
memberikan pengampunan dosa baginya ? Tuhan mempunyai maksud atas orang yang
memperoleh pengampunan dosa. Maksud Tuhan itu terkandung dalam ungkapan
(8) : "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Pertanyaan ini
menjadikan Yesaya sadar atas pengampunan dosanya, bahwa Tuhan memanggil Yesaya
untuk diutus kepada banyak orang. Dengan penuh keyakinan Yesaya menjawab : "Ini aku,
utuslah aku!"
Dalam pelayanannya, Yesaya tampil dengan keunikannya. (a) Berani. Yesaya termasuk nabi
yang berani mengkritik tindakan-tindakan raja yang berkuasa, jika bertentangan dengan
Tuhan. (b) Patriot sejati. Yesaya menentang segala yang merusak bangsa. Yesaya
menubuatkan, bahwa bangsa itu akan mengalami penderitaan karena menyembah berhala.
(c) Lemah-lembut dan penuh kasih.Yesaya juga memberitahukan, bahwa keselamatan bukan
hanya milik umat Israel, tetapi setiap bangsa akan memperoleh keselamatan jika setia
kepada Tuhan. (d)Kesetiaan yang tinggi. Dalam menjalankan tugasnya, Yesaya bukan tidak
mendapat rintangan, tetapi semua itu tidak mengahalangi Yesaya untuk menjalankan
tugasnya
Yesaya telah tampil sebagai nabi yang sangat mempesonakan. Mempesona karena pada saat
itu, tidak ada yang berani untuk menyatakan kebenaran.

Kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan Tuhan. Tuhan telah memberikan
pengampunan dosa bagi kita. Sesungguhnya kita perlu menyadari maksud Tuhan atas diri
kita. Kita perlu menyatakan kebenaran firman Tuhan melalui tindakan kita. Ditengah-tengah
hidup manusia yang penuh kejahatan ini, kita bisa tampil beda.
Dalam kehidupan ini, baik dalam RT, Pekerjaan, masyarakan, dan gereja ; kita perlu memiliki
sifat-sifat yang memesonakan Tuhan dalam panggilan kita sebagai garam dan terang.
-

Saat orang lain menganut istilah lidah tak bertulang, tapi kita bisa tampil dengan tutur kata
yang manis dan sopan.
Seorang militer selalu dipandang begitu menakutkan. Betapa bahagianya orang ketika
melihat seorang militer yang lembut.
Di saat orang tidak setia mengikut Tuhan dengan alasan sibuk, kita bisa tampil dengan
menunjukkan kesetiaan kita pada Tuhan.

Dengan hidup dalam Tuhan, maka banyak orang yang bersukacita dan berbahagia. Dengan
demikian, kita menjadi berkat bagi banyak orang. Hendaknya, kita dapat menjadi pelaku
firman Tuhan dalam seluruh hidup kita.AMIN.

Invocatio :
Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa. (Yeremia 1:5).
Pembacaan : Wahyu 4:1-11 (Tunggal); Khotbah : Yesaya 6:1-8 (Tunggal)
Tema : Ini aku, utuslah aku!
Pendahuluan :
(1) Tema Ini aku, utuslah aku! sering menjadi tema persidangan Gereja
dan menjadi teks dalam pemanggilan atau pengutusan pelayan Gereja.
(2) Tentu banyak cara memanggil seseorang untuk menjadi pegawai atau
karyawan resmi sebuah perusahaan atau di pemerintahan. Ada melalui
iklan penerimaan pegawai baru, brosur yang dibagikan, surat kabar rubrik
lowongan kerja, warta jemaat atau juga melalui informasi dari teman.
Sedangkan diterima atau tidaknya calon pegawai, bisa dalam bentuk
panggilan langsung, telepon, papan pengumuman atau melalui surat.
Setelah diterima, tidak langsung menjadi pegawai atau karyawan tetap. Dia
harus mengikuti proses masa training seputar skill, integritas dan loyalitas
dalam tugas yang diberikan. Ada proses masa percobaan. Setelah semuanya
dijalani baru dapat diterima secara resmi dengan SK Pengangkatan.
(3) Bagaimana dengan Imam, Nabi, Rasul, Raja yang dipanggil Tuhan
menjadi karyawan-Nya yang sering dijuluki hamba-Nya?. Alkitab
menceritakan

banyak

cara

yang

dipakai

oleh

Tuhan.

Misalnya,

pemanggilan Musa di Gunung Horeb melalui nyala api di semak duri (Kel.
3:1-3); Samuel dipanggil 3 kali ketika sedang mau tidur (1 Sam. 3:1-10),
Daud menjadi Raja Israel melalui seleksi terhadap ketujuh anak Isai oleh
Samuel (2 Sam.16:1-13). Yeremia bahkan telah terpilih sejak dalam
kandungan ibunya (Invocatio Yer.1:5). Yesus dalam pemilihan kedua belas
rasul memiliki berbagai peristiwa dalam pertemuan dengan mereka.
Bahkan pemanggilan Paulus justru ketika dalam perjalanan membunuh
orang Kristen, namun bertemu Yesus di Damsyik. Dan banyak lagi
peristiwa yang lain.
(4) Teks kita menceritakan suatu proses bagaimana Allah telah memilih
dan mengutus Yesaya. Proses itu diawali dengan perjumpaan pribadi
Yesaya dengan Allah, melalui sebuah penglihatan. Dalam penglihatan itu,
Yesaya menyadari siapa Allah dan siapa dirinya. Allah adalah Maha Kudus
dan penuh kemuliaan. (ay.4) Sedangkan dirinya adalah orang yang tidak
layak. Dikatakan dalam ayat 5, "Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini
seorang yang najis bibir..." Perjumpaan pribadi dengan Allah, membuat
kita sadar akan keberadaan kita sebagai orang yang berdosa. Dan kita
membutuhkan seorang Juruselamat dalam hidup kita.
Jadi pemanggilan Yesaya memiliki keunikan tersendiri karena dalam
bentuk visi (penglihatan) di Bait Suci. Pemanggilan Yesaya sendiri dalam
konteks ketika orang Israel berada dalam kekacauan baik sosial, politik
dan spiritual. Mereka sedang berada dalam keterpurukan karena sibuk
berperang dengan bangsa seperti Asyur dan Babel. Juga mereka menjauh
dari Tuhan dengan menyembah ilah lain. Dari kondisi ini membuat Allah
marah kepada mereka (Yes.1:1-4)
Khotbah:
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kita baru saja memperingati Jubileum 125 Tahun Gereja Batak Karo
Protestan (GBKP), tepatnya Sabtu 18 April 2015 di Lapangan Samura

Kabanjahe. Sebuah refleksi teologis Pergi dan Beritakanlah yang menjadi


dasar Lembaga Pekabaran Injil di Negeri Belanda yang bernama
Nederlandschs Zendeling Genootschap untuk pertama sekali mengutus
Pdt.H.C.Kruyt dengan membawa pembantunya dari Minahasa Nicolas
Pontoh pada tanggal 18 April 1890 di Belawan dan menjadikan Desa
Buluhawar sebagai tempat tinggal dan pos misinya. Kemudian dilanjutkan
dengan mendatangkan Guru Injil dari Minahasa yaitu Guru Injil B.Wenas,
H.Pesik, H.Pinontoan dan R.Tampenawas. Selanjutnya Pendeta pengganti
Kruyt seperti: Pdt.J.K.Wijngaarden, Pdt.M.Joustra, Pdt.H.Guillaume,
Pdt.J.H.Neumann, Pdt.E.J.Van den Berg.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kalau sejenak kita merefleksikan proses pemanggilan Yesaya, sangat
menarik karena diawali dengan unsur-unsur panggilan yang penting yaitu
penglihatan, pendengaran, keterlibatan pribadi terhadap sapaan Allah
dalam peristiwa ibadah. Ayat 1 Aku melihat Tuhan duduk di atas tahta yang
tinggi dan menjulang dan ujung jubah-Nya memenuhi Baith Suci. Nabi
melihat Allah yang kudus memanggilnya, untuk mewartakan kekudusan
Allah. Itulah sebabnya nabi dengan penuh kesadaran dan ketegasan berani
menyatakan diri sanggup diutus. Keterlibatan seperti inilah yang
memberikan makna dan nilai pada penghayatan iman yang hidup. Tugas
yang

diterima

Yesaya

benar-benar

bersumber

pada

Allah

untuk

membangun iman jemaat. Bukan seperti nabi palsu yang ikut-ikutan


menuruti suasana hidup. Yesaya merasa bahwa rencana dan kehendak
Allah harus direspons dengan jelas dan tegas.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Kalau kita memperhatikan perikop kita, maka ada 2 (dua) penekanan yaitu
ayat 1-7 lebih menekankan visi dan reaksi nabi; Visi untuk menguduskan
Allah di dalam kehidupan. Disamping itu kita juga melihat reaksi nabi,
karena menyadari dirinya, pasti celaka karena telah melihat Allah. Hal ini
tentu sesuai pemahaman pada waktu itu, bahwa siapa yang melihat Allah

pasti akan mati (Kel.33:20). Puji Tuhan! Tuhan mengampuni Yesaya


dengan mengambil bara api dari mezbah dan menyentuhkannya ke
mulutnya sebagai tanda pengampunan. Sedangkan ayat 8-11 lebih
mempertegas program kerja nabi. Bagian ini mengingatkan kita akan
Amanat Agung Tuhan kita yang sudah bangkit untuk menyampaikan Injil
keselamatan ke seluruh dunia (Mat.18-20). Jikalau perintah untuk pergi itu
menguasai hati, kita akan menanggapinya seperti Yesaya: Ini aku, utuslah
aku!
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Sama seperti Yesaya, demikian dalam pembacaan Wahyu 4:1-11 Yohanes
juga mempunyai penglihatan seputar tahta Allah dan kemuliaannya.
Ditengah-tengah tahta itu dan disekelilingnya ada 4 (empat) makhluk
penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. Makhluk
pertama seperti singa, makhluk kedua seperti anak lembu, makhluk ketiga
seperti muka manusia dan makhluk keempat seperti burung nazar yang
sedang terbang. Keempat makhluk ini sebagai simbol hakikat Allah yang
paling tahu (simbol makhuk manusia), yang paling kuat (simbol makhluk
lembu), yang paling mengagumkan (simbol makhluk singa) dan yang
paling cepat dan ada dimana-mana (simbol makhluk rajawali). Seperti
dalam kitab Yesaya, keempat makhluk ini masing-masing bersayap enam,
dan tidak henti-hentinya berseru siang dan malam: Kudus, kudus,
kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada, dan yang ada,
dan yang akan datang. Pesan pokok bahwa Allah itu tetap teguh, dan pada
waktunya Ia akan datang untuk menghakimi.
Jemaat yang dikasihi Tuhan! Ini aku, utuslah aku! Merupakan kesediaan
dan bukti dari kesungguhan hati, kesetiaan yang tentu saja dengan segala
konsekwensinya, apakah penderitaan, celaan, hinaan bahkan pembunuhan
dari sesama sebangsanya. Namun Yesaya menerima semuanya itu, karena
dia tahu bahwa Tuhan akan bersamanya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan! Bagaimana dengan saudara dan saya?


Mungkin dengan kesungguhan hati dan kesetiaan dengan segala resiko,
sehingga Panitia Sidang Sinode ke-XXXV dan Jubileum 125 Tahun GBKP
meng-informasikan bahwa kini jumlah jemaat GBKP sekitar 400.000
orang, 22 Klasis, 504 Majelis jemaat, 800 unit gereja serta 450 Pendeta.
Jemaat yang dikasihi Tuhan! Bagaimana GBKP kedepan? Kita bersama
jemaat GBKP dengan Moderamen terpilih Periode 2015-2020 hari ini
kembali disegarkan akan tugas merasul. Syukuri dan kagumilah bahwa
Tuhan memanggil kita menjadi umat-Nya dengan proses dan harga yang
mahal melalui kematian Yesus di kayu salib. 1 Petrus 1:18-19
mengingatkan, Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan
dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan
dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Nabi Yesaya adalah nabi yang dijuluki sebagai nabi kekudusan ditengahtengah situasi yang sedang dalam keterpurukan. Biarlah kita juga menjadi
Yesaya masa kini yang terus menjaga dan memelihara kekudusan kita
ditengah kondisi yang dapat juga dikatakan terpuruk (korupsi, narkoba,
praktek prostitusi, judi, keserakahan, KDRT, HIV/AIDS). Dengan
meningkatkan kekudusan, kesetiaan dan kesungguhan kita dalam
pelayanan, pasti akan berdampak bagi perkembangan GBKP kedepan.
Seperti Yesaya artinya Tuhan menyelamatkan, maka semkin banyak orangorang yang akan diselamatkan. Panggilan Allah hendaknya menimbulkan
pembaharuan, menciptakan suasana serba baru.
Jemaat yang dikasihi Tuhan!
Dalam sebuah ilustrasi, sekali jadi ada orang yang bertanya kepada Ibu
Theresa, "Ibu telah melayani kaum miskin di Calcutta, India. Tetapi,
tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang

terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?" Ibu Theresa menjawab,


"Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk
setia ...."
Setiap pelayan Tuhan di mana pun dan dalam peran apa pun, tidak
dipanggil untuk berhasil. Sebab jika panggilannya adalah keberhasilan, ia
akan sangat riskan jatuh pada kesombongan atau penghalalan segala cara.
Pelayan Tuhan dipanggil untuk setia. Melakukan tugas pelayanannya
dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. Semampunya, bukan
semaunya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan! Paulus dalam pelayanannya menunjukan hal
serupa dalam Filipi

3:13-14

Saudara-saudara, aku

sendiri

tidak

menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan:


aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada
apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh
hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya,
kamu tidak akan pernah tersandung (2 Petrus 1:10). Amin. (EP)

Ini aku Tuhan, utuslah


Pendahuluan
Kisah panggilan Yesaya ditulis dengan menggunakan gaya bahasa yang luar
biasa. Kisah ini merupakan kisah tergugahnya seorang manusia hingga
menemukan kenyataan diri yang sebenamya dan kemudian bangun
menghadapi kenyataan bahwa ia dipanggil dan diutus Tuhan untuk
memimpin.
Yesaya mengakui jarak yang ada antara dirinya dengan Tuhan, dan jalan
terbuka

baginya

untuk

menerima

pengampunan.

Pengampunan

inidigambarkan sebagai bara yang menyala dan pengampunan ini


meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam kehidupannya. Oleh
karena itu, ketika Tuhan bertanya Siapakah yang akan Kuutus, dan
siapakah yang mau pergi untuk Aku?", dengan lantang ia menjawab, "Ini
aku,

utuslah

aku!"

Pokok-Pokok Khotbah
1. Dalam tahun matinya Raja Uzia.. Sekitar tahun 740 SM (bd.
2Taw 26:16-21). Penglihatan Yesaya dikaitkan dengan kematian Raja
Uzia, saat terjadinya kritis dari segi sosial-ekonomi-politis itu. Uzia
mati, tetapi Allah ada di atas takhta-Nya yang menjulang tinggi
meliputi surga sampai ke bumi. Uzia mati dalam kekerasan hatinya,
tetapi firman Allah harus tetap dikumandangkan oleh hamba Allah.
Dunia dipenuhi kekuatan-kekuatan yang memberontak terhadap
Allah, tetapi sesungguhnya Allahlah yang sedang dipuji seluruh
pasukan malaikat yang siap bergerak melaksanakan kehendak-Nya.
2. Penglihatan Yesaya memberi pemahaman yang tepat tentang amanat
dan panggilannya. Penglihatan ini menyatakan bahwa kemuliaan,
keagungan, dan kekudusan Allah menuntut bahwa mereka yang
melayani Dia juga harus kudus.

3. Di hadapan seluruh kekudusan Allah, Yesaya langsung menyadari


ketidaksempurnaan dan kenajisannya sendiri, khususnya dalam
kaitan dengan tutur katanya (bd. Yak 3:1-6). Ia juga menyadari akibat
melihat Allah berhadapan muka (bd. Kel 33:20) sehingga menjadi
ketakutan. Allah kemudian membersihkan mulut dan hatinya (bd. Im
16:12; Yer 1:9) dan menjadikannya layak untuk tetap berada di
hadapan-Nya selaku hamba.
4. Semua orang yang menghampiri Allah harus diampuni dahulu dosadosanya dan hati mereka disucikan oleh Roh Kudus (bd. Ibr 10:1922), karena hanya Allah dapat menyediakan kesucian yang dituntutNya
5. Serafim adalah makhluk malaikat bertingkat tinggi; kata ini mungkin
mengacu kepada makhluk-makhluk hidup yang dinyatakan juga di
bagian yang lain dalam Alkitab (mis. Wahyu 4:6-9). Nama mereka
(harfiah -- "makhluk yang menyala") mungkin menunjukkan
kemurnian mereka sebagai yang melayani Allah di sekitar takhtaNya; mereka mencerminkan kemuliaan Allah sedemikian rupa
sehingga kelihatan seperti terbakar.
Penutup
Kita perlu menyadari siapa diri kita yang menerima panggilan mulia, agar
kita dapat menjalankan tugas kita dengan benar. Hanya dengan mengenal
kekudusan Allah, kita menyadari kenajisan dirinya. Hanya dengan
dikuduskan oleh Allah, kita dilayakkan untuk melayani Dia. Dengan
kesadaran bahwa kekudusan diri kita semata-mata anugerah, kita tidak
menjadi sombong melainkan sepenuhnya bersandar pada kekuatan Allah
untuk

menyampaikan

firman

kepada

umat-Nya.

Pada suatu hari sekelompok pemuda tengah mengadakan retret. Mereka


berdiskusi tentang komitmen untuk melayani dalam memenuhi panggilan
dan pengutusan Tuhan. Diakhir diskusi, sang pemimpin membacakan

Yesaya 6:8 Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi
untuk Aku? Ini sebagai tantangan kepada para pemuda agar siap
menerima tugas. Ketika sang pemimpin hendak melanjutkan bacaan, tibatiba dari arah belakang terdengar suara seorang Pemuda yang berteriak:
Ini aku, utuslah dia! sambil menunjuk seorang teman di sampingnya.
Suasana yang tadinya khidmat tiba-tiba berubah penuh gelak tawa. Apakah
ini hanya sekedar bercanda ataukah memang ini adalah ekspresi dari
kebanyakan orang ketika diperhadapkan pada panggilan dan pengutusan
Tuhan.
Menjawab panggilan Tuhan untuk melakukan tugas pelayanan memang
bukanlah

sesuatu

yang

mudah.

Kisah Yesaya ini menunjukkan sesuatu yang mengejutkan berkenaan


dengan hubungan kita dengan Tuhan. Kita tidaklah sempurna. Namun, kita
berdiri dalam posisi yang bebas dan memiliki daya untuk menjawab Ya
atau

Tidak

kepada

panggilan

dan

pengutusan

Tuhan.

Namun saat ini mari kita nyatakan bersama: ini aku Tuhan, utuslah.

PEMANGGILAN YESAYA
INI AKU TUHAN,
UTUSLAH AKU (Refleksi
Yesaya 6:1-8)
Jun

Banyak cara untuk memanggil seseorang untuk menjadi


pegawai/karyawan resmi sebuah perusahaan atau juga di
pemerintahan. Misalnya, melalui iklan penerimaan pegawai baru,
brosur yang dibagikan, atau juga melalui informasi dari teman.
Diterima atau tidak bisa dalam bentuk panggilan langsung,
panggilan via telepon, melalui papan pengumuman atau juga via
surat.
Setelah diterima, tidak langsung menjadi pegawai/karyawan
tetap. Dia harus mengikuti masa training atau pelatihan dulu
berhubungan dengan skill, integritas dan juga loyalitas dalam
tugas yang diberikan. Setelah semuanya dijalani baru dia diterima
secara resmi.
Bagaimana juga dengan Iman, Nabi, Rasul, Raja yang dipanggil
Tuhan menjadi karyawan/pegawai-Nya yang sering disebut
hamba-Nya?. Dalam Alkitab menceritakan banyak cara yang
dipakai oleh Tuhan. Misalnya, pemanggilan Musa di gunung Horeb
melalui nyala api di semak duri (Kel. 3:1-3); Samuel dipanggil 3
kali ketika sedang mau tidur (I Sam. 3:1-10), Daud menjadi Raja
Israel melalui seleksi terhadap ketujuh anak Isa oleh Samuel.
Yeremia bahkan telah terpilih sejak dalam kandungan ibunya (Yer.
1:5). Yesus juga dalam pemilihan kedua belas rasul memiliki
berbagai peristiwa dalam pertemuan dengan mereka. Bahkan
pemanggilan Paulus justru ketika dia sedang dalam perjalanan
membunuh orang Kristen, namun bertemu Yesus di Damsyik. Dan
banyak lagi peristiwa yang lain.

Dalam Firman Tuhan ini, pemanggilan Yesaya memiliki keunikan


tersendiri karena dalam bentuk visi (penglihatan) di Bait Suci.
Pemanggilan Yesaya sendiri dalam konteks ketika orang Israel
berada dalam kekacauan baik sosial, politik dan spiritual.
Mereka sedang berada dalam keterpurukan karena sibuk
berperang dengan bangsa seperti Asyur dan Babel. Juga mereka
menjauh dari Tuhan dengan menyembah ilah lain. Dari kondisi ini
membuat Allah marah kepada mereka (lebih jelasnya lihat Yes.
1:1-4)
Untuk itu dia memanggil seorang Nabi yang bisa menjadi juru
bicaranya dalam menegur sekaligus menubuatkan kehancuran
bagi Orang Israel/Yehuda karena telah berpaling dari Tuhan (Yes.
1:9-12).
Dalam proses pemanggilan tersebut, Allah didampingi oleh para
malaikat Serafim. Serafim secara harfiah disebut dengan
malaikat yang menyala sehubungan dengan kemuliaan yang
mereka miliki disamping Allah. Mereka memiliki 6 sayap yang
terdiri dari dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua
sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap
dipakai untuk melayang-layang.Sambil melayang mereka
menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan. Karena suara mereka yang
luar biasa sehingga menggoyangkan Bait Allah (Yes. 6:2-4)
Melihat situasi ini, Yesaya menjadi takut karena menyadari dirinya
pasti Celaka karena telah melihat Allah. Karena pemahaman pada
saat itu, siapa yang melihat Allah pasti mati (bd. Kel 33:20). Dan
dia menyadari sebabnya karena dia adalah orang yang berdosa
atau najis bibir (Yes. 6:5).
Tetapi Tuhan mengampuni Yesaya dengan mengambil bara dari
mezbah dan menyentuhkannya ke mulutnya sebagai tanda
pengampunan (Yes. 6:6-7). Sekarang setelah hidup Yesaya
dipulihkan, maka muncul pertanyan, siapa yang diutus Allah
menyampaikan maksud dan tujuannya? Dengan segera Yesaya
menjawab, Ini Aku, Utuslah Aku (Yes. 6:8). Kesediaan ini adalah
berasal dari kesungguhan hati, kesetiaan yang tentu saja dengan
segala konsekwensinya yaitu penderitaan, celaan, hinaan bahkan

pembunuhan dari sesama sebangsanya. Namun Yesaya


menerima semuanya itu, karena dia tahu bahwa Tuhan akan
bersamanya.
Bagaimana dengan kita? Kita juga telah dipanggil Tuhan menjadi
umat-Nya dengan proses yang mahal melalui kematian Yesus di
kayu salib. I Petrus 1:18-19 tertulis, Sebab kamu tahu, bahwa
kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu
warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana,
bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak
domba yang tak bernoda dan tak bercacat
Tugas kita sekarang adalah memulai hidup baru di dalam Tuhan (II
Kor. 5:17), dengan menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia
(Mat. 28:19-20 dan Kis. 1:8), melalui seluruh eksistensi kehidupan
kita dengan menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16).
Tentu menjadi pengikut Yesus banyak tantangan dan cobaan,
tetapi kita tidak perlu takut, karena Yesus sendiri melalui kuasa
Roh Kudus akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman.
Ingat, banyak yang terpanggil, tetapi sedikit yang terpilih.

Siapakah Aku Ini Tuhan?


(Refleksi

Keterpangilan

Menjadi

Yohanes 15:14-17)[1]
Oleh : Pdt. Gustav G. Harefa

Pelayan

Berdasarkan

15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang


Kuperintahkan kepadamu.
15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak
tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut
kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu
segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu
pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa
yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya
kepadamu.
15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang
lain.
Siapakah Aku Ini Tuhan?
Saya memulai renungan ini dengan pertanyaan di atas
yang merupakan kutipan dari sebuah lagu penyembahan yang
cukup familiar dinyanyikan dalam persekutuan-persekutuan doa.
Lagu ini diciptakan oleh seorang hamba Tuhan yang memiliki
bakat mencipta lagu-lagu rohani penyembahan, Pdt. Ir. Niko
Njotoraharjo, pada tahun 1990, dengan judul Kasih SetiaMu[2].

Lagu

yang

sebagian

berasal

dari

Mazmur

ini,

mengungkapkan bagaimana perasaan si pemazmur (pencipta


lagu) terheran-heran dan kagum atas karya Tuhan di dalam
hidupnya. Bagaimana Tuhan mengasihi dan memberkatinya,
meskipun dia merasa bahwa dirinya adalah hina dihadapan
Tuhan. Dalam syair lagu yang bersifat dialog ini, pelantun
bertanya apa yang dapat dia lakukan sebagai balasan untuk
segala kebaikan Tuhan ini? Lalu dia menjawab sendiri yaitu selain

memuji juga menyembah Tuhan! Meskipun demikian, ada juga


yang

memplesetkan

lagu

ini

mengalami Amnesia, karena


mengenal

dan

sebagai

seakan-akan

mengetahui

siapa

lagu
si

dirinya

orang

yang

penyanyi

tidak

sendiri,

padahal

konteksnya tidaklah demikian.


Jika kita menghubungkan dengan diri kita sebagai
pelayan[3] yang hadir pada pembinaan ini, tentu pertanyaan ini
juga

kita

ajukan

kepada

Tuhan

Yesus, Sang

Pemilik

Pelayanan, kenapa aku yang terpilih, ya Tuhan? Dalam Alkitab,


di sepanjang sejarah keselamatan terungkap bahwa orang-orang
yang dipilih Tuhan selalu mempertanyakan hal ini, misalnya Musa,
Samuel, Elia, Yesaya, Yeremia, Amos, Yunus, bahkan murid-murid
Tuhan Yesus sendiri. Mereka merasa tidak layak, tidak mampu,
tidak bisa berbicara, tidak memiliki pengetahuan, takut ditolak,
dihina,

dll

dalam

menerima

tugas

dari

Tuhan

dalam

menyampaikan Firman-Nya. Belum lagi apabila Firman yang


disampaikan dalam bentuk hukuman atau kritikan kepada para
penguasa atau orang yang melakukan kelalilam, wah, bisa gawat!
Hal ini berlaku bagi kita yang telah terpilih dalam
melayani di ladang Tuhan khususnya di Resort 45. Jikalau
ditelusuri, mana ada di antara kita yang langsung menyodorkan
diri untuk menjadi pelayan di jemaat tempat kita melayani? Meski
sebenarnya kita mau tetapi masih ada perasaan malu (malumalu tapi mau). Tentu masih ada pertimbangan dengan dalih,
kenapa harus saya, kan masih ada orang lain? Saya tidak
sanggup!

Tempat

tinggal

saya

jauh!

Saya

tidak

memiliki

kendaraan! Saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang


Alkitab! dan berbagai alasan logis lainnya. Intinya kita kembali
kepada pertanyaan tadi di atas, Siapakah Aku Ini Tuhan?
Tuhan Yesus Sendiri Yang Memilih Kita

Renungan kita malam ini justru memberi penegasan


bahwa Tuhan Yesus sendiri yang mengambil inisiatif untuk
memilih kita menjadi sahabatnya dalam melayani (ay. 16a).
Dalam teks ini, ketika Yesus memilih murid-Nya, Dia tidak
melihat latar belakang sosial-budaya, ekonomi bahkan pribadi
orang-orang yang dipanggilnya. Dia dengan kasih dan anugerahNya

memanggil

mengagumkan,

mereka
Yesus

untuk

menjadi

menjadikan

mereka

murid-Nya.

Yang

sebagai

murid

sekaligus sahabat.
Kata

sahabat

adalah

mengungkapkan

bahwa

ungkapan
dalam

Yesus

yang

pelayanan

itu

luar

biasa,

berhubungan

dengan kemitraaan, kebersamaan, kesatuan dalam suka dan


duka

bukan

atasan-bawahan.

Yesus

memposisikan

diri-Nya

sebagai sahabat bagi murid-murid yang dipilih-Nya. Menjadi


sahabat menurut Yesus sepertinya mengutip apa pesan dari salah
seorang kakek buyutnya yang sangat bijaksana, Raja Salomo,
dalam Amsal 17:17 Seorang sahabat menaruh kasih setiap
waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Bukti nyata bahwa Yesus menjadikan mereka sebagai sahabat,
selama

kurang

lebih

(tiga)

tahun,

Yesus

mengajar,

membimbing, memperhatikan, menemani dan menggembalakan


mereka dalam segala bidang kehidupan. Yesus juga selalu tampil
menjadi benteng bagi murid-murid-Nya dalam menghadapi
tantangan dan cobaan. Meskipun kadang kala murid-murid-Nya
kurang percaya, kurang peduli, kurang mendengar bahkan
terakhir ada yang menyangkal, mengkhianati bahkan menjual
diri-Nya sampai menderita di kayu salib, tetapi Yesus tetap
menjadikan mereka sebagai sahabat dalam pelayanan dan rela
berkorban untuk mereka. Pengalaman Yesus dan murid-Nya ini

dapat disebut Sekolah Pelayanan yang dipimpin oleh Yesus


sendiri.
Malam ini kita juga dipanggil dan dipilih Yesus menjadi murid
sekaligus sahabat-Nya dalam pelayanan. Kita sungguh beruntung
karena kita yang terpilih dan tidak semua orang memiliki
kesempatan untuk itu. Yesus sendiri mengatakan dalam Matius
22:14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.

Tugas Kita: Menghasilkan Buah Dan Saling Mengasihi.


Untuk memberi pendekatan tentang tugas kita, saya
ingin membagi sebuah kisah (yang mungkin sudah pernah kita
dengar) bagi kita:
Konon di sebuah Kerajaan, ada seorang Raja yang bijaksana
memiliki 3 (tiga) orang putera. Dia bingung memilih siapa yang
menjadi penggantinya, karena sudah berjanji tidak ada anak
emas atau tiri. Akhirnya dia memanggil anaknya satu persatu
secara terpisah dan memberi satu pertanyaan yang sama kepada
mereka, seberapa besar kasih sayangmu kepadaku, anakku?
tanya Raja. Anak pertama menjawab,seperti seindah mutiara
batu manikam di dasar laut, ayahanda. Sang Raja pun senang
dengan jawaban ini. Anak kedua menjawab, seperti emas yang
berkilauan ayahanda, demikian kasihku kepadamu.Ayahnya juga
senang

dengan

jawaban

ini.

Kemudian

anak

yang

ketiga

(bunggu) dipanggil dan memberi jawaban yang lain dari yang


lain, kasihku kepadamu ayahanda seperti garam dapur.
Mendengar jawaban ini, sang Raja kurang senang bercampur
marah dan mengatakan, engkau tidak pantas menjadi seorang
Raja!. Anak itupun pergi dengan hati yang sedih. Tetapi sang

koki (juru masak) kerajaan sempat mendengar jawaban anak


bungsu ini.
Suatu ketika, juru masak menghidangkan makanan dengan tidak
membubuhi garam. Akhirnya sang Raja tidak selera makan.
Sementara emas dan mutiara tidak bisa dimakan!. Demikian juga
ketika mengalami gangguan pencernaan, dan sang tabib kerajaan
kebetulan sedang keluar daerah, maka si bungsu tampil dengan
membawa LGG (larutan garam-gula). Juga ketika menghadapi
binatang berbisa yang berkeliaran di taman bunga istana, maka si
bungsu menaburkan garam di sekeliling taman itu, sehingga
binatang berbisa menjauh. Akhirnya sang Raja baru mengerti
bahwa meski sederhana, namun nilai kasih si bungsu sungguh
luar biasa baginya. Sehingga si bungsu yang terpilih menjadi
Raja.
Tuhan telah memilih kita sebagai sahabatnya dalam melayani,
tugas kita sekarang adalah pergi untuk menghasilkan buah yang
menetap. Itu adalah perintah Yesus (ay. 16b). Tentu kita berkata,
saya tidak memiliki harta (emas dan mutiara) yang banyak dalam
melayani warga jemaat. Bukan itu yang paling utama dikehendaki
Yesus dari kita. Buah yang menetap itu nampak ketika kita
menjadi garam bahkan menjadi terang di tengah-tengah dunia
(band. Mat. 5:13-16). Menjadi garam terwujud dalam sikap,
perbuatan dan tutur kata kita yang menjadi berkat dan menjadi
penyembuh bagi orang lain yang mengalami berbagai persoalan
dan pergumulan hidup[4].
Melalui

garam

dalam

bentuk

iman,

doa,

kesetiaan

dan

ketulusan kita dalam melayani dapat juga menjadi alat yang


ampuh dalam menghadang segala cobaan dan godaan dari
berbagai ajaran yang menyesatkan warga jemaat yang menjadi
tanggungjawab kita dalam pelayanan. Tugas ini tidak dapat

dikerjakan sendiri-sendiri, melainkan perlu kerjasama yang saling


menerima kelebihan dan kekurangan antar sesama pelayan.
Disinilah perlu saling mengasihi (ay. 17).
Imanuel : Tuhan Beserta Kita
Tugas pelayanan yang kita emban memang berat dan
menguras energi, tenaga, pikiran bahkan materi. Kadang kala
kita juga harus rela meninggalkan kepentingan pribadi dan
keluarga demi pelayanan. Tetapi Yesus memberi satu jaminan
bahwa Dia akan beserta dengan kita sekaligus memenuhi apa
yang menjadi permintaan kita (ay. 16c). Tentu saja dengan
catatan kita tetap patuh dan setia kepada perintah-Nya (ay. 1415). Sekarang kembali kepada kita apakah masih terus bergumul
dengan

pertanyaan, Siapakah

sebaliknya

kita

kembali

dari

aku

ini

Tuhan? Atau

pembinaan

ini

dengan

justru
satu

komitment seperti apa yang dikatakan Nabi Yesaya kepada


Tuhan, Inilah Aku, Utuslah Aku (Yes. 6:8)?

Yesaya 6:1-3

YESAYA 6:1-3

I. PENDAHULUAN

Yesaya dalah seorang nabi yang sangat unik yang dipanggil


Tuhan pada abad ke-8 dari kerajaan selatan (Yehuda) untuk
memberitakan hukuman dan keselatan bagi bagsa Allah (pada
saat itu bangsa Israel). Bahkan E. J. Young dalam bukunya An
Introduction To The Old Testament Yesaya adalah nubuatan
terbesar dari seluruh nubuatan perjanjian lama. Bahkan di
menambahkan bahwa nabi Yesaya adalah nabi yang paling
memahami pikiran Allah dan rencanaNya pada masaNya.
Sehingga topic dari Kitab Yesaya adalah pengkudusan. Dan ini

juga bersangkut paut dengan nama Yesaya yang berarti Allah


menyelamatkan, dan Allah mengkudus kan Yesaya, demikian
juga bagsa Israel.
Dalam perikop kita ini, kita akan disuguhkan megenai
suatu perubahan besar yang terjadi dalam diri Yesaya yang
dipanggil dari dunia kemewahannya (dimana latar belakang
hidup Yesaya adalah latarbelakang kehidupan istana) dipangil
untuk memberitakan nubuatan Allah kepada bangsaNya. Dan
Yesaya mengalami sebuah penglihatan besar yang segera
mengkuduskan dia dan merubah total jalan kehidupannya dan
siap menjadi nabi Allah untuk membawa warta Allah ditengahtengah bangsa Israel setelah kematian raja Uzia (783-742 sM).

II. PEMAHAMAN NATS


Kegagalan pertama yang manusia lakukan adalah
kegagalan menyembah Allah. Menyembah Allah dalam artian
beribadah dan bersekutu terhadap Allah. Demikian juga
penyebab kematian dari raja Uzia sebagai awal kisah
pemanggilan nabi Yesaya. Raja Uzia (yang dinamakan juga raja
Azarya) sebenarnya adalah seorang raja yang saleh (II Raj. 15:3;
II Taw. 26:4-5) dan memerintah Israel dengan bijaksana sehingga
bangsa Israel mengalami
kesejahteraan
pada
masa
pemerintahannya. Tapi lama kelamaan dia menjadi tinggi hati dan
sombong sehingga gagal dalam praktek penyembahan terhadap
Allah seperti yang dikehendaki Allah. Pada zaman PL yang bisa
memberikan persembahan (dupa) kepada Allah adlah
bangsa Israel keturunan Lewi (bertugas dalam bait Allah). Uzia
dengan kecerobohannya karena hatinya yang sombong,
mempersembahkan sendiri dupa kepada Allah tanpa melalui
perantaraan dari suku Lewi. Kecerobohannya ini membuat uzia
dipukul Allah dengan Kusta (II Raj. 15:5) sehingga dia tinggal
dalam pengasingan sampai Uzia meninggal.

Saudaraku, kita juga seringgal sekali gagal dalam


menyembah
Allah.
Perilaku
raja
Uzia
menyimbolka
kesepeleannya terhadap penyembahan kepada Allah. Artinya
Allah tidak mau penyembahan yang tidak kudus (Pada zaman PL
penyembahan akan kudus apabila melalui orang Lewi). Dalam
ibadah kita juga perlu merendahkan diri kita. Jangan kita
menghadap Allah dengan asal-asal. Karena kecerobohan kita
pergi ke Gereja hanya memakai pakaian/rok mini, kita ke gereja
hanya menunjukan perhiasan, pakaian. Oleh karena kita adalah
penyumbang dalam gereja, kita ingin semua yang di gereja
tunduk kepada kita dan hanya kita yang harus dihormati. Ini
adalah kesombongan dan kecerobohan dalam ibadah. Dan Tuhan
tidak menginginkan hal yang demikian kepada kita. Tapi pada
hakekatnya system penghukuman Allah sudah berbeda dengan
masa PL, dimana apabila umat bersalah Allah langsung
menghukum seperti raja Uzia. Kita berpikir, kita tidak pernah
dihukum walau system ibadah dan kehidupan kita sudah sangat
bertentangan dengan kehendak dan kekudusan Allah. Toh kita
baik-baik saja, malah tambah sukses. Inilah faedah dan
keuntungan kita oleh Karena Yesus Kristus. Melalui Kristus kita
sering di maafkan Allah malah kalau tidak melakukan pertobatan
kita tetap ditunggu Allah (diberi kesempatan). Melalui Kristus,
sifat Allah yang murka diganti dengan pengasih. Tetapi kita juga
harus mengingat, bahwa semua yang ada di dunia ini ada
masanya. Ada masanya waktu bertobat ditutup bagi kita saat ajal
kita menjemput dan kita tinggal menunggu penghakiman. Dan
sebelum ini terjadi, agar kusta dan pengasingan yang kekal (api
neraka) dating kepada kita, marilah kita merobah kecerobohan
akibat keangkuhan kita ini kepada Allah. Kita harus mneyadari
kelemahan kita kepada Allah. Dunia yang kita miliki tidak berarti
apa-apa dihaapan Tuhan. Kita tetap orang yang berdosa yang
perlu penyucian Allah.
Penglihatan (visi) Yesaya dan juga bisa dikatakan
pemanggilannya sebagai seorang nabi Allah yang akan

bernubuat bagi bangsa Isarel dimulai dari kematian raja Uzia ini.
dan moment ini juga bisa disebut sebagai pelantikan dari nabi
Yesaya untuk tingkat kenabian yang lebih tinggi. Visi Yesaya
adalah bahwa dia melihat Allah. Ini adalah penagalaman yang
dimiliki oleh hanya sedikit dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama.
Tetapi Yesaya adalah orang khusus, dan dia diprkenankan Allah
untuk melihat Allah di atas takhta yang tinggi dan menjulang,
seta ujung jubahNya memenuhi bait suci (Ay. 1). Tetapi menurut
Yoh. 12:41, kata adonai menunjk kepada Anak atau Yesus
Kristus. Dan Paulus mengatakan ini dalam Kisah Para Rasul
adalah Roh Kudus. Dalam manifestasi apapung, yang pasti
inilah bentuk keTritunggalan Allah. Bahwa dari sejak semula
Allah sudah 3 oknum tapi dalam satu wujud. Dan ini bukan hanya
dalam PB baru dimulai. Ini telah ada sebelum sejarah manusia
dimulai.
Dalam ayat 2, visi (penglihatan Yesaya) bertambah. Dia
juga melihat para Seraphim (banyak seraphim; bukan hanya
satu)
berdiri
diatasNya. Serafim (Heb. ,
pl. Seraphim, lat. seraph[us], pl. seraphi[m]) adalah salah
satu makhluk surga yang disebutkan sekali di dalam Kitab Suci
Yahudi
(Tanakh atau Perjanjian
Lama),
yaitu
hanya
dalam kitab Yesaya ini. Gambaran kaum Yahudi atas makhluk ini
dalam hierarki malaikat, Serafim mewakili tingkatan tertinggi para
malaikat. Adajuga
yang
beranggapan
bahwa
Serafim
diterjemahkan sebagai "ular terbang yang berapi-api" dari
Bahasa Ibrani dan adalah kata yang digunakan bagi ular-ular
yang menggigit bangsa Israel di gurun. Bilangan 21:6 "Lalu
Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang
memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati".
Dan menurut para ahli tradisi Ibrani, malaikat ini suci karena
terdiri aria pi suci dan seluruh tubuhnya dibakar oleh api suci
tersebut. Yesaya juga melihat sayap yang ada di tubuh mahluk
sorga tersebut. Ada 6 sayap. 2 menutupi muka yang berarti tidak
layak/tidak dapat melihat Allah karena kamuliaan Allah; 2 sayap

untuk menutupi kaki, yang menggambarkan ketaatan terhadap


Allah; dan 2 sayap untuk terbang, artinya siap menjalankan
perintah yang Allah tugaskan kepada malaikat Serafim.
Yang pasti mahluk sorgawi sendiri memperlihatkan
ekspresi kerendahan diri mereka dihadapan Allah yang begitu
mulia. Malaikat sadar bahwa malakat adalah hanya ciptaan, dan
yang paling agung adalah Pencipta mereka yaitu Allah. Elia dan
Musa juga melakukan hal yang sama dihadapan Allah. Demikian
juga kita saudaraku. Apabila kita sadar akan kelemahan dan
keterbatasan kita yang sangat bersar, disbanding dengan
kemuliaan Allah, layaklah kita berbangga hati dan bersyukur
Allah mau menghampiri kita terlebih melalui Yesus Kristus
dimana Firman itu sendiri telah datang ke dalam dunia. Tetapi
kita sering kali merasa besar, sombong, akibat dari pengaruh dan
kebearan yang diberikan oleh dunia ini kepada kita. Tetapi apalah
guna kebesaran yangakan lenyap dibandingkan dengan
kemegahan Allah dan yang akan diberikanNya kepada kita. Yang
pasti orang-orang yang tidak bisa merendahkan diri, maka orang
tersebut tidak akan bisa dan tidak akan mungkin mau beribadah
dan sujud kepada Allah
Atas kebesaran Allah tersebut dan kelemahan dari
malaikat sehingga para malaikat seraphim berseru Kudus,
Kudus, Kuduslah Tuhan. Tuhan adalah kudus, dan orang-orang
yang ingin bersekutu denganNya haruslah juga kudus. Sebelum
Yesaya diutus Tuhan, Allah ingin menyucikan Yesaya dan
merobah pemahamannya tentang Allah. Dan setelah kejadian
tersebut Yesaya mengakui kelemahannya dan berkata celakalah
aku, sebab aku orang yang najis bibir dan tinggal di tengahtengah orang yang najis bibir (Ay. 5). Api Allah dari kesucianNya
telah mnyucikan bibir dari Yesaya yang najis karena factor
kehidupan nabi Yesaya sebelum dia dipanggil Allah. Dan Allah
mengampuni segala dosa-dosaNya sehinggia dia layak menjadi
wakil Allah di dunia ini.

Perobahan, sebuah transformasi yang dibawa oleh Allah


kepada Yesaya, dan Yesaya dengan tegas dapat merespon
panggilan Allah dengan menjawab Ini Aku, Utuslah aku (Ay. 8).
Dari hal ini, Yesaya mengetahui apa yang Allah minta kepada
Yesaya, dan dia benar-benar menyerahkan seluruh hidupnya
kepada Allah sehingga dia mengatakan hal yang sedemikian. Hal
ini juga perlu kita renungkan, apabila kita menjadi wakil Allah
dalams etiap aspek kehidupan kita: keluarga, Masyarakat, dan
Negara. Kita harus terlebih dahulu bertemu dengan Allah melalui
ibadah yang benar, dan terjadi pengudusan yang berakibat
perubahan positif dalam hidup kita, dan juga menjadi perubahan
bagi orang-orang yang perlu diselamatkan.
Kita memang tidak dapat lagi mengalami visi
(penglihatan) seperti yang didapatkan oleh nabi Yesaya. Tetapi
oleh iman dan tekad yang seperti nabi Yesaya, maka kita juga
akan dibaka Tuhan dengan apiNya dan mendapat pengampunan
sehingga kita mengalami perobahan untuk menjadi alat Tuhan di
dunia ini. Yesaya mendapat penkudusan dan kekuatan. Demikian
juga kita, melalui mata hati da pikiran kita, kita menyadari bahwa
kita tidak layak dipakai Allah dalam setiap profesi kehidupan kita,
terutama dalam pelayanan Tuhan melalui gereja. Kita harus
tunduk dihadapan tahta Allah yang mulia dan siap untuk
diubahNya menjadi pribadi yang mulia.

III. KESIMPULAN
Tuhan memakai Yesaya untuk menyampaikan nubuat
melalui sebuah visi Yesaya yang mengubah hidup Yesaya
dengan pengkudusan yang dilakukan oleh Allah terhadap pribadi
Yesaya. Allah perlu menguduskan bibir nya terlebih dahulu,
supaya bibir itu layak untuk menyampaikan pernyataanpernyataan Tuhan dengan benar. Seringkali kita juga
mempergunakan bibir kita untuk hal-hal yang tidak berkenan

dihadapan Tuhan, atau mengeluh, berkata sia-sia, marah ataupun


membicarakan keburukan orang lain. Kita perlu minta kepada
Tuhan supaya Serafim menguduskannya dengan bara api.
Sehingga bibir kita jadi kudus dan bisa dipakai oleh Tuhan untuk
bernubuat dengan benar dan tepat. Dan ketika Serafim
menyentuhkan bara dibibir Yesaya, maka Yesaya sudah
dikuduskan dan diampuni . Mulai sejak waktu itu, kemudian
Yesaya bernubuat dan nubuatannya sangat luar biasa, sampai
nubuat tentang janji Allah mengenai langit baru dan bumi baru.
Efek dari pengkudusan yang dilakkan Allah membuat
sebuah perubahan dan respon dari nabi Yesaya sehingga dia
siap untuk dipakai Tuhan. Apakah kita yang telah dipilih dan
dikuduskan Tuhan melalui Yesus Kristus juga mengikrarkan
seperti yang diikrarkan oleh nabi yesaya? Atau kita membuat
beribu alas an dalam hidup kita, Cth: tunggulah aku besar
sedikit, tunggulah banyak tabunganku, tunggulah tunggulah
terakhir menjadi penantian yang tidak berujung bagi Allah untuk
menunggu kita semuanya. Dan satu hal yang perlu kita ingat.
Nubuatan
Yesaya
yang
tidak
pernah
dindahkan
bangsa Israelmengakibatkan mereka dibuang Allah ke tanah
babel. Demikian juga kita. Pengkudusan yang diberikan Yesus
melalui kematianNya, apabila tidak kita respon, Api Allah yang
membara telah siap bukan untuk menyucikan kita kembali. Tetapi
untuk membakar kita sampai selama-lamanya, yaitu Neraka.
Terserah saudara, mau merespon atau tidak. Tapi yang pasti buat
saudara-saudara yang merespon, Tuhan juga memberikan
kekuatan dan perlindungan bagi kita, pentakoste (Roh Tuhan)
akan membimbing kita. Mahluk sorgawi (malaikat) akanselalu
memperhatikan kita dan memberikan laporan kepada Tuhan dan
mengawal kita dalam setiap aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus
memberkati.

Anda mungkin juga menyukai