Anda di halaman 1dari 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KESETIAAN YEREMIA DALAM MENGHAYATI PANGGILAN


KENABIAN SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN
KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Ignasius Sudari
NIM: 131124023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Keuskupan Tanjung Karang, seluruh umat Paroki

St. Maria, umat stasi Onoharjo, untuk kedua orang tua, serta adik-adikku dan semua

keluargaku serta sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan semangat

untuk menyelesaikan skripsi ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

"Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus,
haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kau
sampaikan”
(Yer 1:7)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kesetiaan Yeremia dalam Menghayati Panggilan


Kenabian Sebagai Sumber Inspirasi Bagi Pelayanan Katekis di Zaman
Sekarang”. Judul ini dipilih berdasarkan keprihatinan penulis terhadap pergulatan
katekis di zaman ini. Katekis menghadapi tantangan zaman yang tidak mudah.
Tantangan zaman seperti sekularisme, radikalisme, kemiskinan, globalisasi dan
sebagainya berdampak terhadap semangat dan kesetiaan katekis. Katekis dalam
menanggapi tantangan zaman sekarang tidak mudah. Fakta bahwa semakin sulit
menemukan katekis paroki yang mau bertahan dalam karya pelayanan untuk
beberapa tahun. Keadaan ini menuntut Gereja untuk lebih memperhatikan katekis.
Skripsi ini bermaksud memberikan sumbangan inspirasi pada katekis agar semakin
setia dan bersemangat menghayati panggilannya sebagai katekis.
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah menemukan inspirasi yang
dapat digali dari sosok Yeremia oleh katekis untuk meningkatkan pelayanan katekis
di zaman sekarang. Masalah tersebut diolah melalui metode deskriptif analitis
mengenai kisah kesetiaan Yeremia dalam menghayati kenabiannya. Hal ini supaya
penulis dapat menemukan inspirasi-inspirasi dari kesetiaan nabi Yeremia dalam
menghayati panggilannya. Inspirasi yang telah dipaparkan harapannya berguna bagi
para katekis agar semakin setia dan semangat melayani umat.
Nabi Yeremia merupakan sosok yang sangat menginspirasi. Yeremia
merupakan nabi yang setia dalam menyampaikan firman Allah. Yeremia berani
menghadapi penderitaan dan siksaan dalam mewartakan kebenaran Firman Allah. Ia
selalu berpegang pada janji Allah. Yeremia merupakan pribadi yang tabah dan tekun
dalam melaksanakan tugas perutusannya. Yeremia memperingatkan bangsa Yehuda
supaya kembali pada cinta Allah namun selalu menuai kegagalan. Yeremia sempat
mau menyerah namun Firman Allah membangkitkannya. Yeremia tetap setia
menjadi pewarta kehendak Allah. Semangat dan kesetiaan Yeremia pantas menjadi
teladan dan inspirasi bagi katekis zaman sekarang.
Keikutsertaan katekis dalam menumbuh kembangkan Gereja tidak dapat
diremehkan. Katekis memegang peran penting di dalam karya pewartaan Gereja.
Namun begitu banyak tantangan yang katekis hadapi di zaman ini. Hal ini
berpengaruh terhadap kesetiaan dan semangat katekis. Katekis membutuhkan
pendampingan dan pembinaan baik dari keuskupan atau pun paroki supaya semakin
setia, bersemangat dan siap menghadapi tantangan zaman. Penulis dalam hal ini
ingin membantu Gereja dengan menawarkan kegiatan rekoleksi sebagai upaya untuk
meningkatkan semangat dan kesetiaan katekis dalam menghayati panggilannya.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

This undergraduate thesis entitled “The Loyalty of Jeremiah in Living of


Prophecy as a Source of Inspiration for Catechist Service today”. This title is
chosen based on the writer's concerns about the catechist struggle of in this day. As
a catechist, in preaching work must be faced various of challenging and difficulties.
The catechist challenging of servicing in this day such as secularism, radicalism,
poverty, globalization and so on become one of way to influence for the catechist
spirit. On another side, the catechist response of challenging is not easy. In fact, now
too difficult to find the parish catechist who want to royal. It can’t be left but must be
handled seriously and heart. Therefore, this thesis intends to contribute to the
catechist's inspiration to be more loyal and to keep in running of catechist
responsibility as a servicer.
The main problem in this thesis is to find the inspiration which can be
extracted from the figure of Jeremiah by catechists to improve catechist servicing in
this day. The problem is solved through literary studies of the story of Jeremiah's
faithfulness in living of prophecy. Based on this case, the writer finds inspirations
from the loyalty of the Jeremiah prophecy in living of vocation. The inspiration that
has been expressed in his hopes is useful for catechists to be more faithful and spirit
serving for the people.
The prophecy Jeremiah is a very inspiring person. Jeremiah is famous for his
courage and faithfulness in conveying the word of God. Jeremiah is brave to face for
suffering and torture in proclaiming the truth of the Word of God. He always holds
the promise of God. Jeremiah is a steadfast and persevering man in carrying out his
missionary duties. People are repeatedly warned by Jeremiah to repent back to
God's love but always reap failure. Jeremiah does not give up, he is faithfully strove
to remind and accompany God's people to return to God's love. Jeremiah's passion
and loyalty is worthy of being an example and an inspiration to catechists today.
Catechist participation in the growth of the Church can’t be underestimated.
The catechists play an important role in the work of evangelization of the Church.
But there are many challenging which face by catechist today. This affects to the
loyalty and catechist spirit. The catechist need to be accompanied and built by the
diocese or parish to be more faithful and more spirit to serve the people. In this
situation, the writer wants to help through offering recollection activities as an effort
to increase the catechist's loyalty in living vocation and the catechist spirit in
serving the people

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

kasih karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Kesetiaan Yeremia dalam Menghayati Panggilan Kenabian Sebagai Sumber

Inspirasi Bagi Pelayanan Katekis di Zaman Sekarang. Skripsi ini diajukan guna

memberikan sumbangan pemikiran, gagasan dan inspirasi bagi katekis supaya

mereka semakin setia dan bersemangat dalam melayani umat

Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Terselesaikan nya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku dosen pembimbing utama

dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan perhatian

yang tulus, meluangkan waktu untuk mendampingi dan membimbing penulis

menyelesaikan skripsi dengan sabar, memberi saran masukan dan memotivasi

penulis untuk terus berusaha berjuang menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama

Katolik dan sekaligus dosen penguji III yang telah bersedia membaca,

memberikan kritikan dan masukan, serta mendampingi penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Dr. St. Eko Riyadi Pr selaku dosen penguji II yang telah bersedia membaca,

memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

yang telah mendidik dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan

studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma

dengan baik.

5. Kepada ayah, ibu, adik-adikku dan seluruh keluarga yang telah memberikan

dukungan semangat, dukungan moral, motivasi, doa dan juga material yang tiada

hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi

Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma dengan baik.

6. Kepada Rm. Yohanes Adrianto Dwi Mulyono, SJ yang telah memberikan

bantuan dukungan semangat, motivasi maupun materiel yang berguna sehingga

penulis terbantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2013 yang selalu memberikan semangat, dukungan dan

bantuan bagi penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh staf perpustakaan Kolose St. Ignatius Kotabaru, Perpustakaan Program

Studi Pendidikan Agama Katolik, dan Perpustakaan Kota Jogjakarta yang begitu

ramah dan bermurah hati melayani memberikan fasilitas ruang yang nyaman dan

meminjamkan buku-buku yang penulis perlukan selama kuliah maupun dalam

penyelesaian skripsi ini.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 5
E. Metode Penulisan .................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 6
BAB II. NABI YEREMIA DAN KESETIAANNYA DALAM MENGHAYATI
PANGGILAN KENABIAN ................................................................... 8
A. Sosok Nabi Yeremia ............................................................................... 9
1. Sosok Nabi Yeremia........................................................................... 10
2. Nabi Yeremia Nabi Sejati .................................................................. 12
B. Kesetiaan Yeremia dalam Menghayati Panggilan Kenabian ................. 16
1. Awal Yeremia Dipanggil sebagai Nabi ............................................. 16
2. Kesetiaan Yeremia Menghayati Panggilan Kenabian ........................ 17

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Periode Pertama ............................................................................ 17


b. Periode Kedua .............................................................................. 19
c. Periode Ketiga .............................................................................. 22
3. Sumber Kekuatan Yeremia ................................................................ 24
4. Kisah Hidup Nabi Yeremia yang Masih Relevan .............................. 27
a. Perintah Allah untuk dilaksanakan bukan untuk ditawar .............. 27
b. Yeremia melaksanakan tugas tanpa putus asa dan penuh
semangat ........................................................................................ 27
c. Yeremia setia dalam menyampaikan Sabda Tuhan ....................... 28
d. Yeremia terbuka pada sapaan Allah ............................................. 29
e. Yeremia mengolah pengalamannya dengan baik .......................... 29
f. Allah menjadi tempat berkeluh kesah nabi Yeremia ..................... 30
g. Firman Allah menjadi sumber kekuatan Yeremia ......................... 30
BAB III. KATEKIS DAN TANTANGANNYA DI ZAMAN SEKARANG ..... 31
A. Katekis .................................................................................................. 33
1. Panggilan dan Identitas Katekis ........................................................ 33
2. Pengelompokan Katekis...................................................................... 34
a. Dari segi waktu berkarya ................................................................ 34
b. Dari segi pendidikan ..................................................................... 34
3. Peranan Katekis ................................................................................ 35
a. Peranan katekis di dalam perutusan Gereja .................................. 35
1). Katekis berperan memperjuangkan suara Umat Kristiani ....... 36
2). Sebagai seorang nabi ................................................................ 37
3). Sebagai pembimbing ................................................................ 38
4). Sebagai saksi Kristus................................................................ 39
b. Peranan katekis di dalam Masyarakat .......................................... 39
c. Peranan katekis di dalam Keluarga ............................................... 40
4. Tugas Katekis...................................................................................... 41
5. Spiritualitas Katekis ............................................................................ 42

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Keterbukaan pada Allah Tritunggal ............................................... 42


2. Keterbukaan terhadap Gereja ......................................................... 43
3. Keterbukaan terhadap dunia ........................................................... 44
4. Keutuhan dan keaslian hidup ......................................................... 45
5. Semangat missioner........................................................................ 46
6. Mempunyai devosi sejati pada Bunda Maria ................................. 47
B. Tantangan Zaman yang Mempengaruhi Semangat dan Kesetiaan
Katekis .................................................................................................. 48
1. Sekularisasi dan Sekularisme .............................................................. 48
2. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan ........................................... 50
3. Ateisme dan Relativisme yang Melahirkan Krisis Iman dan
Moral .................................................................................................. 52
4. Perkembangan Teknologi Digital ....................................................... 53
5. Keberagaman yang Diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme .... 55
6. Globalisasi .......................................................................................... 56
7. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup ......................... 57
8. Kemiskinan ........................................................................................ 59
C. Katekis dalam Menanggapi Tantangan Zaman Sekarang ...................... 60
1. Katekis memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam hidup
bermasyarakat .................................................................................... 61
2. Katekis menyesuaikan tuntutan zaman ............................................... 62
3. Katekis masuk dan memberi kesaksian di era digital ......................... 63
BAB IV. INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN
SEKARANG ........................................................................................ 64
A. Inspirasi dari Nabi Yeremia Bagi Pelayanan Katekis Zaman Sekarang . 66
1. Mengandalkan Tuhan dalam Setiap Perkara Hidup ........................... 66
2. Jangan Ragu Katakana ‘Ya’ pada Panggilan Tuhan .......................... 67
a. Inspirasi bagi katekis ataupun calon katekis .................................. 67
b. Inspirasi bagi penulis ...................................................................... 69

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Pengalaman dikasihi Allah Membawa Semangat dan Kegembiraan . 70


4. Pribadi yang Setia pada Allah ............................................................ 71
5. Pertobatan dan Janji Allah Membawa Semangat Baru ...................... 74
6. Bertekun dalam Kesulitan dan Cobaan ............................................. 76
B. Usulan Kegiatan Rekoleksi untuk Meningkatkan Kesetiaan dan
Semangat Pelayanan Para Katekis di Paroki St. Maria Keuskupan
Tanjung Karang ..................................................................................... 78
1. Latar Belakang Diadakannya Rekoleksi ............................................. 78
2. Pengertian Rekoleksi .......................................................................... 81
3. Tema Rekoleksi .................................................................................. 81
4. Tujuan Diadakannya Rekoleksi .......................................................... 82
5. Materi Rekoleksi ................................................................................ 82
a. Setia pada Allah ............................................................................. 83
b. Pengalaman Krisis .......................................................................... 85
c. Setia pada Umat ............................................................................. 87
6. Waktu Rekoleksi ................................................................................. 89
7. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi untuk Meningkatkan
Kesetiaan dan Semangat Pelayanan Para Katekis di Paroki St. Maria
Keuskupan Tanjung Karang ............................................................... 89
BAB V. PENUTUP .............................................................................................. 93
A. Kesimpulan ............................................................................................. 93
B. Saran ....................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 96

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengutip Alkitab

Deuterokanonika @ LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia,

ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga

Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konfrensi Wali Gereja

Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal.8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes: Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Missioner

Gereja, 7 Desember 1965.

CD : Christus Dominus, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Tugas Pastoral

Para Uskup dalam Gereja, 28 Oktober 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus

II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang

Katekese Masa Kini. 16 Oktober 1979.

EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang

Sukacita Injil, 24 November 2013.

KHK :Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik

dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LG :Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja di Dunia Dewasa Ini, 21 November 1964.

C. Singkatan Lain

CEP :Congregation for Evangelization of People, Kongregasi

Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa

Kan : Kanon

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KAJ : Keuskupan Agung Jakarta

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

KTP : Kartu Tanda Penduduk

Lih : Lihat

OMK : Orang Muda Katolik

PERNAS : Pertemuan Nasional

PENDIKKAT : Pendidikan Keagamaan Katolik

USD : Universitas Sanata Dharma

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nabi adalah orang yang menjalankan perutusan untuk menyampaikan

kehendak Allah (Suharyo, 2015: 16). Ia berbicara atas nama Allah dan dengan

demikian pewartaan nabi ialah menyampaikan sabda Allah bagi manusia. Nabi

adalah orang-orang yang memiliki kedekatan dengan Allah. Dapat dikatakan,

mereka adalah orang-orang pilihan Allah. Mereka juga orang-orang yang amat

prihatin dengan kehidupan umat. Dengan demikian, nabi merupakan pelayan atau

abdi Allah yang menjadi perpanjangan mulut atau tangan Allah dalam karya

keselamatan bagi umat manusia.

Gambaran seorang nabi yang setia menyampaikan kehendak Allah

tergambar dalam pribadi Yeremia. Yeremia adalah nabi pilihan Allah, nabi sejati.

Allah telah mengenal nabi Yeremia bahkan sejak sebelum ia dilahirkan dan

menetapkannya sebagai nabi bagi bangsa-bangsa (Yer 1:5). Pada usia muda ia

sudah menanggapi panggilannya sebagai nabi. Dinamika panggilan sebagai nabi

terlukis indah dalam pengalaman Yeremia (Sumarno, 2015: 32). Dinamika

panggilan Yeremia digambarkan dalam 3 periode (Suharyo, 2015: 16-17). Periode

pertama 626-609 SM, saat Yeremia dipanggil dan diutus (Yer 1:6-8.9-10).

Yeremia masih muda, bersemangat (2:1-8) dan bahagia dalam panggilannya

(15:6). Ini semua karena baginya kasih Allah begitu jelas (2: 12-13; 3:19-20).

Walaupun demikian bukan berarti Yeremia lepas dari kekecewaan-kekecewaan.

Usaha Yeremia memang tidak banyak membuahkan hasil, namun hal ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

membuat hatinya kecil. Periode kedua: 609-598 SM, saat pewartaan Yeremia

semakin keras. Akibatnya ia dimusuhi oleh semua orang. Hidupnya terancam

(26:1-15) dan daya tahannya melemah. Yeremia mengalami tekanan yang berat

sampai rasanya ia tidak bisa bertahan lagi. Yeremia merasa tidak mampu

menjalankan tugas, tetapi di sisi lain ia tidak bisa menolak (19:9). Yeremia ingin

melepaskan panggilan kenabiannya. Ia merasa sudah tidak berdaya lagi. Periode

ketiga: 597-585 SM, ketika Yeremia mengalami panggilan baru (15:19-21).

Yeremia mempunyai keyakinan yang baru, yaitu komitmen kuat yang dilandaskan

pada Allah (17:5-8). Allah adalah misteri (23:33). Allah memberi harapan (29:11)

karena Dia tetap mencintai. Namun situasi yang terjadi pada saat itu, hidup umat

semakin berat dan putus asa. Mereka tidak bisa beribadah di tempat pembuangan.

Sementara itu tampillah nabi-nabi palsu di tengah umat (23:9; 27:16-22; 28:1-17).

Seperti nabi katekis merupakan seorang pewarta. Nabi dan katekis sama-

sama dipanggil untuk menyampaikan Sabda Allah. Katekis selayaknya seorang

nabi, ia berperan sebagai pendidik dan saksi Kristus (Adisusanto, 1993: 66).

Seperti nabi, katekis perlu mengusahakan agar memiliki kepekaan dan

keprihatinan atas masalah-masalah kemasyarakatan setempat dan mendengarkan

Tuhan yang bersabda di tengah-tengah masalah tersebut (Adisusanto, 1993: 71).

Katekis diminta untuk tanggap terhadap apa yang menjadi keprihatinan hidup

umat. Apa yang menjadi keprihatinan Tuhan atas masalah yang dihadapi oleh

umat harus menjadi keprihatinan katekis. Dalam upaya menanggapi permasalahan

dan keprihatinan umat, katekis akan menghadapi berbagai macam tantangan.

Seiring dengan perubahan zaman katekis menghadapi berbagai masalah dan

tantangan yang semakin rumit dan kompleks dalam tugas pewartaannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tantangan maupun masalah yang dihadapi oleh katekis di zaman ini kerapkali

mempengaruhi semangat dan keteguhan nya sebagai pewarta.

Mempertahankan panggilan dan semangat sebagai pewarta dalam situasi

berat dan penuh dengan tekanan bukanlah hal yang mudah. Era modern

memberikan tantangan bagi para katekis. Dunia memberikan banyak tawaran

kenikmatan pada setiap orang. Orang semakin sibuk dengan dirinya sendiri.

Sebagian orang tidak sempat lagi memikirkan kepentingan orang lain.

Perkembangan teknologi dan media sosial juga turut memberikan tantangan baru

bagi para katekis dalam menyampaikan pewartaan. Tantangan baru tersebut lebih

mengarah tentang bagaimana katekis mengemas pewartaan Injil dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada agar lebih menarik dan memikat

orang muda untuk turut berpartisipasi. Pemberian upah yang layak bagi katekis

juga sampai saat ini masih menjadi masalah yang susah untuk di pecahkan.

Tantangan yang dihadapi katekis sangat kompleks dan rumit. Fakta bahwa

semakin sulit menemukan katekis paroki yang mau bertahan dalam karya

pelayanan untuk beberapa tahun. (EG, 81). Katekis-katekis yang telah diberikan

mandat oleh Gereja mengalami penurunan semangat.

Seorang katekis perlu memiliki iman yang kuat di tengah situasi yang

tidak mudah. Katekis perlu menimba kekuatan dari Tuhan sendiri. Katekis

berupaya untuk dekat pada Tuhan. Kedekatan katekis pada Tuhan dibangun

melalui hidup doa. Katekis perlu mohon kekuatan pada-Nya supaya tetap berdiri

tegak dalam panggilannya sebagai pewarta di tengah situasi yang tak mudah

seperti nabi Yeremia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Katekis memiliki peran yang besar terhadap karya pewartaan Gereja.

Gereja perlu memperhatikan dan mendampingi para katekis agar semakin

diteguhkan dan bersemangat dalam melayani umat. Katekis juga harus berusaha

mengembangkan dirinya sendiri dengan mau belajar dan membekali diri. Salah

satu upaya yang dapat katekis lakukan yakni dengan belajar dari nabi Yeremia

pewarta yang tangguh dan setia. Nabi Yeremia dapat dijadikan sumber inspirasi

bagi katekis zaman sekarang. Katekis dapat belajar dari nabi Yeremia dalam

menghayati panggilannya sebagai pewarta atau nabi Allah.

Katekis dalam karya pewartaannya akan menghadapi berbagai masalah

dan tantangan. Persoalannya apakah tantangan dan situasi sulit yang katekis

hadapi di jaman sekarang membuatnya semakin semangat atau justru membuatnya

tidak berdaya dan mudah menyerah begitu saja. Katekis perlu belajar dari sosok

nabi Yeremia dalam menghadapi tantangan zaman. Yeremia selalu setia dan

berpegang teguh pada pengharapan akan penyertaan Allah. Yeremia menghayati

panggilannya sebagai nabi di tengah situasi berat, dimana semua orang

membencinya bahkan mengancam jiwa dan keselamatannya. Katekis perlu

menggali dan terus belajar mengolah diri agar semakin mantap dan semakin

mendalam menjadi seorang katekis. Pengolahan diri sendiri juga memiliki arah

dan dasarnya. Maka dari itu dalam skripsi ini penulis mengusulkan agar para

katekis mau belajar dan menimba inspirasi kisah Yeremia yang setia dalam

menghayati panggilan kenabiannya.

Sebagai calon katekis penulis merasa tergerak hati untuk mendalami sosok

nabi Yeremia yang menyimpan banyak inspirasi bagi pelayanan para katekis di

zaman sekarang. Penulis mendalami sosok Nabi Yeremia dalam tulisan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berjudul “Kesetiaan Yeremia dalam Menghayati Panggilan Kenabian sebagai

Sumber Inspirasi bagi Pelayanan Katekis di Zaman Sekarang”.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Nabi Yeremia dan bagaimana gambaran kesetiaannya dalam

menghayati panggilan kenabian?

2. Siapakah katekis dan bagaimana katekis menanggapi tantangan pelayanan

di zaman sekarang?

3. Dari kesetiaan nabi Yeremia Inspirasi apa yang dapat digali oleh para

katekis untuk meningkatkan pelayanan mereka di zaman sekarang?

C. Tujuan Penulisan

1. Menggambarkan sosok nabi Yeremia dan kesetiaannya dalam menghayati

kenabiannya.

2. Menggambarkan sosok katekis dan cara katekis dalam menanggapi

tantangan pelayanan di zaman sekarang.

3. Menemukan inspirasi kepada katekis bahwa gambaran kesetiaan Yeremia

dalam menghayati kenabiannya dapat menjadi inspirasi yang menguatkan

dan menyemangati bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi katekis, dengan belajar dari kisah kesetiaan Yeremia dalam

menghayati kenabiannya dapat semakin meneguhkan panggilan katekis

dan menyemangati katekis dalam melayani umat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Bagi penulis sendiri, dengan menulis skripsi ini penulis dapat membuka

wawasan dan juga semakin memantapkan panggilan penulis sebagai calon

katekis pewarta suka cita Injil.

E. METODE PENULISAN

Sebagai studi pustaka penulisan ini menggunakan metode deskriptif

analitis. Metode ini membahas tema pokok skripsi mengenai sosok Yeremia dan

kesetiaannya dalam menghayati kenabiannya sebagai sumber inspirasi bagi

katekis untuk pelayanan katekis di zaman sekarang. Penulis menganalisa kisah

Yeremia sebagai sumber inspirasi untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh

katekis. Metode ini membutuhkan banyak sumber kepustakaan untuk membahas

tema pokok skripsi ini.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Kesetiaan Yeremia dalam Menghayati

Panggilan Kenabian Sebagai Sumber Inspirasi Bagi Pelayanan Katekis di

Zaman Sekarang”, secara garis besar memuat pokok-pokok sebagai berikut:

Bab I berisi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II mendeskripsikan sosok Nabi Yeremia, termasuk di dalamnya menyinggung

mengenai arti namanya, kelahiran Yeremia dan latar belakang keluarga

nya. Bab ini juga membahas mengenai kesejatian Yeremia sebagai nabi,

kesetiaan Yeremia dalam menghayati kenabiannya, mulai dari awal

Yeremia dipanggil sebagai nabi pada periode pertama hingga periode


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ketiga. Bab II ini juga mendalami mengenai sumber kekuatan Yeremia dan

kisah hidup nabi Yeremia yang masih relevan.

Bab III menggambarkan katekis dan tantangannya di zaman sekarang. Bab III ini

menjelaskan siapa katekis yakni meliputi panggilan dan identitas katekis

,pengelompokan, peranan, tugas, spiritualitas, tantangan zaman yang

mempengaruhi semangat dan kesetiaan katekis, dan cara katekis dalam

menanggapinya.

Bab IV ini memaparkan inspirasi dari nabi Yeremia bagi pelayanan katekis zaman

sekarang. Bab ini juga membahas mengenai usulan kegiatan rekoleksi

untuk meningkatkan kesetiaan dan semangat pelayanan para katekis di

Paroki St. Maria Keuskupan Tanjung Karang.

Bab V mengemukakan kesimpulan dan saran.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

NABI YEREMIA DAN KESETIAANNYA DALAM MENGHAYATI


PANGGILAN KENABIAN

Nabi Yeremia adalah tokoh yang sangat menginspirasi. Banyak hal yang

dapat dipelajari dari kisah hidup kenabiannya. Selama masa pelayanannya sebagai

nabi, Yeremia mengalami banyak tantangan dan persoalan. Para pembesar

Yehuda seperti raja, pemimpin, dan imam-imam Yehuda menentang pewartaan

Yeremia. Rakyat pun ikut menentang Yeremia. Mereka tidak menyetujui dan

menyukai apa yang dinubuatkan oleh Yeremia. Yeremia bahkan harus menderita.

Yeremia dituduh sebagai nabi yang memberikan ajaran yang tidak karuan sampai-

sampai ia dipenjara khusus untuk para nabi palsu. Walaupun demikian ia mampu

menghadapi dengan setia dan berani. Dan akhirnya sejarah membuktikan bahwa

Yeremia adalah hamba Tuhan yang setia. Apa yang dinubuatkan oleh Yeremia

sungguh terjadi. Sungguh unggul dan menginspirasi kisah hidup dan

pelayanannya sampai-sampai ia mendapat gelar ”Nabi bagi bangsa-bangsa”

(Bullock, 2014: 253). Kisah pelayanan nabi Yeremia sangat menarik dan berguna

untuk dipelajari oleh para katekis sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan

mereka.

Maka dari itu, pembahasan dalam bab II ini menjadi bagian yang penting

dalam keseluruhan tulisan ini, dimana menjadi sumber belajar utama untuk

mencapai maksud dan tujuan utama penulisan skripsi ini. Pembahasan bab II ini

terdiri dari dua bagian utama yaitu mengenai sosok nabi Yeremia dan bagian

kedua tentang kesetiaan penghayatan kenabian nabi Yeremia. Bagian pertama

dibagi menjadi 3 topik. Topik pertama dan kedua berisi mengenai sosok Yeremia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seperti, kelahirannya, arti namanya, latar belakang keluarga dan juga karakternya.

Topik ketiga membahas mengenai status kesejatian Yeremia sebagai nabi utusan

Allah. Sedangkan sub bab berikutnya terdiri dari 4 topik. Topik pertama

mengenai awal-mula Yeremia dipanggil menjadi nabi. Topik kedua membahas

mengenai kesetiaan Yeremia dalam menghayati tugasnya sebagai nabi yang terdiri

dari 3 periode. Sedangkan untuk topik ketiga berbicara mengenai rahasia sumber

kekuatan Yeremia. Dan terakhir topik ke-4 berisi kisah hidup nabi Yeremia yang

masih relevan yang terbagi ke dalam beberapa sub topik yaitu: a. Perintah Allah

untuk dilaksanakan bukan untuk ditawar, b. Yeremia melaksanakan tugas tanpa

putus asa dan penuh semangat, c. Yeremia setia dalam menyampaikan perkataan

Tuhan, d. Yeremia terbuka pada sapaan Allah, e. Yeremia mengolah

pengalamannya dengan baik, f. Allah menjadi tempat berkeluh kesah nabi

Yeremia, dan g. Firman Allah menjadi sumber kekuatan Yeremia.

A. Sosok Nabi Yeremia

Nabi adalah orang yang menjalankan perutusan untuk mewartakan

kehendak Allah (Suharyo, 2015: 16). Nabi berbicara atas nama Allah dan dengan

demikian pewartaan nabi ialah menyampaikan sabda Allah bagi manusia. Nabi

memiliki hubungan yang sangat erat dengan Allah. Dapat dikatakan, nabi adalah

orang pilihan Allah. Seorang nabi memiliki perhatian yang besar pada kehidupan

umat. Dengan demikian, nabi merupakan pelayan atau abdi Allah yang menjadi

perpanjangan mulut atau tangan Allah dalam karya keselamatan bagi umat

manusia. Semua ciri kenabian itu terlihat jelas pada pribadi Nabi Yeremia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

1. Sosok Nabi Yeremia

Nabi Yeremia merupakan seorang nabi yang terkemuka di antara nabi

orang Israel (Marx, 1997: 14). Bahkan Nabi Yeremia oleh Allah sendiri

ditetapkan sebagai “nabi bagi bangsa-bangsa” (Bullock, 2014: 253). Dalam Kitab

Yeremia juga disebutkan bahwa “Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi

bagi bangsa-bangsa” (Yer 1:5). Yeremia mendapatkan wawasan tentang karya

Allah dalam sejarah suatu bangsa. Berkat wawasan yang ia peroleh itulah

Yeremia diakui sebagai nabi besar bangsanya.

Nama Yeremia memiliki arti bahwa ”Tuhan adalah tinggi luhur” (Marx,

1971: 14). Kedudukan Tuhan adalah tertinggi, yang paling luhur. Nama itu dirasa

sesuai dan tepat, oleh karena baik waktu senang, sedih Yeremia tetap

meninggikan dan meluhurkan nama Tuhan. Yeremia tetap menjalankan perintah

Tuhan walau dalam situasi sulit sekalipun. Yeremia tetap patuh pada perintah

Tuhan.

Yeremia lahir kira-kira tahun 645 SM pada saat pemerintahan raja Yosia

(Paterson, 1983: 12). Yeremia dilahirkan di kampung Anatot, terletak kira-kira 5

km di sebelah utara Yerusalem. Hilkia adalah nama ayahnya dan Yeremia berasal

dari suatu keluarga para imam. Banyak yang menyangka bahwa Yeremia

merupakan seorang keturunan Abyatar, imam raja Daud, yang dipecat oleh

Salomo dari jabatannya di Yerusalem dan yang pindah ke tanah miliknya di

Anatot (1 Raj 2: 26 - 27). Meskipun Yeremia berasal dari keluarga imam-imam,

namun Yeremia sendiri tidaklah menjabat sebagai imam (Paterson, 1983: 20).

Berdasarkan Firman Tuhan kepadanya tentang masa ia dikandung dan

tentang masa lahirnya, Yeremia akan dipanggil menjadi hamba-Nya. Namun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

terduga olehnya bahwa pekerjaannya nanti bukan memangku jabatan sebagai

imam melainkan sebagai nabi. Tambah lagi Yeremia tidak menyangka bahwa

panggilan yang datang padanya kira-kira di saat umurnya belum genap 30 tahun.

Dibandingkan dengan para imam, ketika itu mereka barulah diperkenankan

menjalankan pekerjaannya sebagai imam sesudah genap 30 tahun umurnya (Bil.

4:3, 23, 30). Maka Yeremia sungguh terkejut dan merasa belum siap tambah lagi

ia masih muda (Marx, 1971: 14).

Yeremia adalah seorang yang memiliki perasaan yang halus (Marx, 1971:

14). Namun Yeremia diminta Tuhan tampil sebagai nabi di ibu kota Yerusalem

dengan membawa pesan berupa ancaman akan kehancuran. Orang-orang Yehuda

tidak mau mendengarkan suaranya. Yeremia dibenci banyak orang, disiksa dan

bahkan mau dibunuh oleh orang sekampung (Yer 11:18 dst). Yeremia

berbentrokan dengan kalangan atas di Yerusalem, raja-raja, para penguasa dan

pemimpin. Mereka tidak menyukai dan tidak menyetujui kebenaran yang

diberitakan oleh Yeremia dengan setia (Marx, 1971: 14).

Yeremia merupakan nabi yang setia. Kesetiaannya terlihat dari

pergumulan dan keluh kesah Yeremia (Yer 15 – 17). Tugas kenabiannya terasa

berat bagi Yeremia, sampai-sampai ia ingin mengundurkan diri dari tugasnya

menjadi nabi (Marx, 1971: 15) namun ia mampu bertahan dan tetap setia. Dalam

kitabnya terdapat beberapa keluhan pribadi. Di dalamnya Yeremia mencurahkan

segenap isi hatinya yang menderita tertekan oleh tugas kenabian yang terlalu berat

(Bullock, 2014: 257). Keluhan-keluhan itu menyatakan siapa sebenarnya nabi

Yeremia (Yer. 15:10-21; 17:1-18; 20:7-18) yakni nabi yang setia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Walaupun demikian, Yeremia adalah seorang yang sungguh beriman pada

Tuhannya. Antara dirinya dan Allah terdapat hubungan yang amat erat (Marx,

1971: 15). Secara pribadi ia sangat menderita, lahir dan batin. Tampaknya seluruh

karyanya menemui kegagalan, orang-orang sebangsanya tidak mau mendengarkan

kebenaran yang ia sampaikan, justru ia disiksa dan dimusuhi. Dalam kemelut dan

kegoncangannya, Yeremia yang secara manusiawi merasakan putus asa dan tidak

melihat lagi jalan keluar, namun ia yakin bahwa “pada waktunya Tuhan pasti akan

turun tangan untuk menolong dia” (Njiolah, 2005: 32).

2. Nabi Yeremia Nabi Sejati

Nama Yeremia memiliki arti “Tuhan adalah tinggi luhur” (Marx, 1971:-

14). Nama itu sangat sesuai dengan dirinya karena baik senang maupun susah ia

tetap meninggikan dan memuliakan nama Tuhan dengan melakukan pekerjaan-

Nya. Suatu teladan yang patut kita contoh sebagai pengikut Kristus.

Keinginan Yeremia untuk memuliakan Allah dan melakukan pekerjaan-

Nya membawa konsekuensi terhadap dirinya. Dalam melakukan pekerjaannya itu

Yeremia mengalami banyak sengsara (Marx, 1971: 14). Raja-raja Yehuda, dan

pemimpin-pemimpinnya, imam-imam dan rakyat negeri Yehuda berusaha

menyiksa dan membunuh Yeremia. Mereka tidak menyukai dan menyetujui

segala berita kebenaran yang dinubuatkan oleh Yeremia (Marx, 1971: 14).

Secara garis besar ada 4 pokok isi pewartaan Yeremia. Pewartaan tersebut

yakni; (1) Mengenai kesetiaan/ketidaksetiaan religius, mengutuk kultus dewa-

dewa asing (bdk. Reformasi Yosia) pada periode I (626-609 SM). (2) Kritik

terhadap kebijaksanaan politik: memperingatkan para raja (Yoyakim dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

khususnya Zedekia) pada periode II (609-598 SM) untuk tidak memberontak

terhadap Babel dan tidak mencari bantuan dari Mesir. (3) Kritik melawan nabi-

nabi lain (nabi-nabi palsu) yang mewartakan pesan pembebasan dalam waktu

dekat kepada orang-orang yang dibuang dalam pembuangan pertama (periode III

597-585 SM)

Pewartaan Yeremia banyak menuai penolakan namun ia tetap setia

menyampaikan kehendak Allah. Sungguh berat, di tengah ancaman militer Babel,

bukannya memotivasi umat membela bangsanya, dia malah menubuatkan

kekalahan Israel oleh tentara Babel. Oleh karena pernyataan Yeremia yang

menggambarkan kehancuran Israel tersebut, para pemimpin militer menuduh

Yeremia memadamkan semangat juang rakyat.

Yeremia dituduh gila. Bangsa Yehuda tidak mengerti apakah yang

menyebabkan Yeremia menyarankan bangsa Israel supaya mengalah kepada

Babel. Apakah sebabnya Yeremia menganggap kecil segala harapan Yehuda

dalam keagamaan (Marx, 1971: 23). Pengajaran Yeremia dianggap tidak karuan.

Yeremia dipasung ke dalam penjara (20:2; 29:26) khusus untuk orang gila dan

nabi-nabi palsu (Marx, 1971: 23). Tuduhan itulah yang menjebloskannya ke

dalam penjara.

Nubuat yang Yeremia beritakan dengan keras dibantah oleh kalangan nabi

Yehuda. Nabi itu bernama Hananya kalangan nabi yang tak sejalan dengannya.

Hananya merasa Yeremia berdusta. Hananya percaya Allah mengasihi Israel.

Dalam pandangan Hananya, Allah tak mungkin membiarkan kehancuran Israel

(Yer 28 : 1-4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Yeremia menanggapi nubuat Hananya. Darmawijaya (1990: 93)

mengatakan bahwa “Yeremia mencela nubuat Hananya” (Yer. 28). Hananya

bernubuat bahwa Babel akan segera hancur. Sedangkan Yeremia bernubuat

Yehuda akan hancur oleh Babel. Yeremia mengenakan kuk di leher dan

menunjukkan masa perbudakan yang akan datang. Sedangkan Hananya

mematahkan kuk menjadi dua untuk menunjukkan pembebasan dari perbudakan.

Umat menjadi bingung dalam menafsirkan mana yang sungguh akan terlaksana.

Bahkan keduanya berbicara atas nama Tuhan dan dengan penuh wibawa berkata:

demikian firman Tuhan (Darmawijaya, 1990: 93).

Dalam hal ini Njiolah (2005: 27) berpendapat bahwa misi Yeremia untuk

memperingatkan orang Yehuda mengenai kehancuran mereka semakin sulit,

sebab nabi lain justru mewartakan keselamatan kepada mereka (Yer 14:13-15;

23:13-17; 26:1-24; 28:1-17). Yeremia berusaha mengingatkan bangsa Yehuda

supaya bertobat dari kejahatan mereka (Yer 7:3), namun nabi lain justru

menguatkan hati mereka untuk terus berbuat jahat (Yer 23:14). Yeremia

menubuatkan malapetaka bagi Yehuda (Yer 7: 12-15; 26:4-6), sementara nabi-

nabi lain justru memberi rasa aman kepada mereka (Yer 14:13; 23:17) dengan

terus-menerus memberitakan dami sejahtera (Yer 6:14;8:11)

Dalam hal ini Bullock (2014: 262) berpendapat bahwa “para nabi palsu

menyampaikan pesan kedamaian ketika tidak ada damai (6:13-15; 8:11; 14:13-16;

23:17). Mereka bersalah karena pesan yang disampaikan kepada bangsa Yehuda

adalah dusta bukan pesan yang bersumber dari Allah.

Dari kedua nabi ini ada perbedaan, yang satu menyatakan kehancuran,

yang lainnya menyatakan kejayaan dan kedamaian. Lalu muncullah pertanyaan:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Marx (1971: 23) mengatakan “Yang manakah yang benar? Perdamaian, keamanan

dan kemakmuran atau hukuman dan kebinasaan ?”. Sejarah membuktikan bahwa

Yeremia benar. Tentara Babel menyerbu kota Yerusalem. Pemimpin-pemimpin

Yehuda dan Yoyakim sendiri akhirnya percaya bahwa Yeremia menyampaikan

suara Tuhan. Walaupun mereka sudah percaya pada Yeremia, namun mereka

tidak bersedia bertobat kepada-Nya. Mereka bermaksud untuk membunuh

Yeremia. Sikap Yoyakim, pemimpin-pemimpin Yehuda dan juga sikap orang

Israel terhadap nabi Yeremia membuktikan bahwa, mereka tak sudi mengakui

Yeremia sebagai nabi yang resmi dan sah. Barulah pada waktu tentara Babel

mengepung dan menyerbu kota Yerusalem, Yeremia diakui sebagai hamba Allah

(Marx, 1971: 20).

Dapat dikatakan bahwa Yeremia adalah nabi sejati. Mengapa, karena apa

yang dinubuatkan oleh Yeremia sungguh terlaksana dan apa yang dinubuatkan

oleh nabi lain seperti Hananya sebuah kedamaian dan kejayaan nyatanya tidak

terlaksana. Sebagai nabi yang adalah juru bicara Allah, Yeremia telah

mengumandangkan suara Allah. Yeremia tidak mengumandangkan suara hatinya

sendiri. Yeremia juga tidak mengumandangkan apa yang orang ingin dengar. Dia

hanya mengumandangkan suara Allah.

Selain itu juga bisa ditarik kesimpulan bahwa nabi Hananya adalah nabi

palsu atau nabi gadungan. Nubuat yang diwartakan oleh Hananya mengenai

kejayaan dan kedamaian tidak sungguh terjadi, namun nubuat Yeremia mengenai

kehancuran Yehuda yang sungguh terjadi.

Nabi yang mewartakan kedamaian dan kejayaan Yehuda adalah nabi palsu

atau nabi gadungan. ”Nabi gadungan menyampaikan sabda yang mengenakan raja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

dan para pemimpin tetapi nabi sejati menyampaikan bagaimana Allah

menghendaki kelangsungan bangsa dan negara” (Darmawijaya, 1990: 93). Nabi

Yeremia menyampaikan apa yang Allah kehendaki supaya Yehuda bertobat,

namun Hananya hanya menyenangkan hati raja. Hananya mewartakan akan

terjadi kedamaian dan kejayaan pada Yehuda di masa yang akan datang sehingga

tidak perlu bertobat. Ia melakukan itu supaya hati sang raja dan para pemimpin

senang.

B. Kesetiaan Yeremia dalam Menghayati Panggilan Kenabian

1. Awal Yeremia Dipanggil sebagai Nabi

Berdasarkan firman Tuhan, Yeremia dipanggil Allah menjadi hamba-Nya

(Yer 1:5) sejak ia masih muda. Yeremia mendapat perhatian yang khusus sejak ia

masih berada dalam kandungannya (Njiolah, 2005: 17). Kita tahu bahwa Yeremia

berasal dari keluarga imam. Namun yang membuat terkejut, Yeremia dipanggil

Allah menjadi hambanya bukan untuk dijadikan seorang imam tetapi ia dipanggil

untuk menjadi nabi (Marx, 1971: 14). Yeremia semakin terkejut ketika ia

dipanggil sebagai nabi pada tahun 626 SM saat usianya belum genap 30 tahun.

Padahal jika dibandingkan untuk menjadi seorang imam (Bil 4:3, 23, 30) para

imam bangsa Israel barulah menjalankan pekerjaanya sebagai imam sesudah

genap 30 tahun umurnya (Marx, 1971: 14).

Yeremia merasa dirinya tidak siap untuk menjadi nabi. Yeremia

mengungkapkan hal itu dengan berkata "Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku

tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda " (Yer 1:6). Hal senada juga

diungkapkan oleh Darmawijaya bahwa nabi berkeberatan terhadap panggilan itu,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

dengan mengajukan alasan bahwa ia masih muda dan tidak pandai berbicara.

Namun alasan yang diajukan Yeremia tidak diterima Allah. Kemudian Allah

berbicara kepada Yeremia yang masih muda, yang Ia pilih sebagai nabi sejak awal

kehidupan, atau dengan gaya Alkitabiah disebut sejak kandungan ibu. Allah

meyakinkan Yeremia bahwa “tugas bernubuat adalah prakarsa Allah, dan Allah

sendiri yang akan menyiapkan sabda yang akan diucapkannya” (Darmawijaya,

1990: 96).

Kisah pemanggilan Yeremia sebagai nabi ini memberikan penegasan

bahwa, inisiatif datang dari Allah. ”Panggilan kenabian Yeremia tidak datang

secara mendadak, melainkan sudah ditetapkan Tuhan sebelum kejadian dan

kelahiran Yeremia” (Njiolah, 2005: 17). Allah yang memilih Yeremia dan bukan

Yeremia yang mengajukan diri sebagai nabi.

2. Kesetiaan Yeremia Menghayati Panggilan Kenabian

Kesetiaan nabi Yeremia dalam menghayati tugasnya sebagai nabi dapat

dicermati melalui kisah hidup kenabiannya mulai dari periode pertama hingga

periode ketiga. Isi dari masing-masing periode dijelaskan dalam buah-buah

PERNAS Katekis 2005 oleh Mgr. Suharyo.

a. Periode Pertama: 626-609 SM

Pada masa ini Yehuda masih dipimpin oleh raja yang bernama Yosia (2

Raj 22). Pemerintahan raja Yosia ditandai oleh pembaharuan agama. Yosia

melakukan pembaharuan agama dengan berlandaskan Hukum Sinai. Dalam situasi

seperti inilah Yeremia dipanggil dan diutus oleh Tuhan menjadi Nabi (Yer 1:6-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

8.9-10). Saat itu Yeremia masih muda ± 20 tahun, bersemangat (2:1-8) dan

bahagia dalam panggilannya sebagai nabi (15:6). Yeremia merasakan kasih Allah

yang begitu jelas dalam hidupnya (2:12-13; 3: 19-20) dan hal itu pula yang

menyebabkannya bersemangat dan bahagia dalam panggilannya sebagai nabi

(Suharyo, 2005: 76).

Meskipun Yeremia merasa bahagia dan bersemangat bukan berarti

Yeremia terbebas dari kekecewaan. Yeremia mengalami kekecewaan hanya saja

ia tetap tegar. Yeremia heran dan tidak mengerti mengapa bangsa Israel menolak

kasih Allah yang begitu jelas. Yeremia tidak putus asa untuk terus meyakinkan

bangsa Israel akan kasih Allah. Yeremia juga berusaha menyadarkan mereka

dengan cara mengajar mereka menyadari keadaan diri mereka yang hidup hanya

secara lahiriah saja (Suharyo, 2005: 76).

Perjuangan Yeremia pada masa ini tidak berhasil. Yeremia gagal dalam

menyelamatkan Israel dari hukuman Tuhan. Yehuda tidak mau belajar dari

pengalaman sejarah pada tahun 721 SM yang mana kerajaan Israel atau kerajaan

utara hancur. Hal ini membuat hati Yeremia sedih (4:19-21) karena Yehuda pun

juga akan hancur. Maka menjadi jelas bahwa pada periode ini fokus Yeremia

adalah ingin menyatakan kehendak Allah (Suharyo, 2005: 76).

Ada beberapa hal pokok penting dari periode pertama ini. Pertama,

Yeremia mendapat dukungan dan semangat dari keadaan negara yang pada saat

itu sedang melakukan pembaharuan agama. Kedua, Yeremia merasakan

pengalaman kasih Allah yang begitu nyata dalam hidupnya yang membuatnya

semakin bersemangat. Ketiga, upaya yang dilakukan Yeremia hasilnya tidak

banyak namun Yeremia tidak merasa berkecil hati (Suharyo, 2005: 77).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

b. Periode Kedua: 609 - 598 SM

Ketika raja Yosia hendak menghadang kekuatan Mesir yang akan

melawan Babel pada tahun 609, ternyata raja Yosia wafat di Megido. Mesir

mampu mengalahkan Palestina (609-605). Pilihan rakyat untuk pengganti Yosia

adalah putranya, Yoahaz. Setelah bertakhta selama tiga bulan, ia dipanggil oleh

Nekho II ke Riblah dan dipecat dari pemerintahannya serta dibuang ke Mesir.

Setelah itu Firaun Nekho, merasakan kemenangannya di Megido, mengangkat

saudara laki-lakinya, Elyakim (namanya sebagai raja adalah Yoyakim) ke atas

takhta dan menuntut pajak yang besar (Bullock, 2014; 265).

Raja Yoyakim tidak meneruskan pembaharuan agama yang dilakukan oleh

raja Yosia. Yoyakim melakukan apa yang jahat di mata Allah (2 Raj 24:37).

Kebijakan raja Yoyakim tersebut berakibat merosotnya hidup keagamaan Israel.

Pada awal pemerintahan Yoyakim ini, Yeremia berdiri di pelataran Bait Allah di

Yerusalem dan menyampaikan nubuat yang mengejutkan (Yer 26:1-24). Nubuat

Yeremia menjanjikan kehancuran Bait Allah jika Yehuda tidak bertobat.

Akibatnya Yeremia menjadi korban kemarahan para imam, nabi dan seluruh

rakyat. Mereka menangkap Yeremia dan berkata “engkau harus mati!” (Yer 26:7-

8). Yeremia dibawa ke pengadilan dimana nyawanya dipertaruhkan ketika ia

diadili berkhianat. Yeremia dibela oleh Ahikam dan tua-tua lainnya yang

menyebutkan contoh nubuat Mikha yang juga menubuatkan kehancuran Bait

Allah (Bullock, 2014; 265).

Suharyo (2005: 77) menjelaskan bahwa pewartaan Yeremia yang semakin

keras mengakibatkan Yeremia dimusuhi oleh semua orang. Nyawa Yeremia

bahkan juga terancam di kota asalnya sendiri yakni di Anatot. Orang-orang Anatot
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

menolak Yeremia mereka ingin mencabut nyawa Yeremia "Janganlah bernubuat

demi nama Tuhan, supaya jangan engkau mati oleh tangan kami” (Yer 11:21).

Daya tahan Yeremia makin melemah. Yeremia merasa kesepian, ia mengeluh

semua orang membenci dan mencelanya .

15:15 “Engkau mengetahuinya; ya Tuhan, ingatlah aku dan perhatikanlah aku,


lakukanlah pembalasan untukku terhadap orang-orang yang mengejar aku.
Janganlah membiarkan aku diambil, karena panjang sabar-Mu, ketahuilah
bagaimana aku menanggung celaan oleh karena Engkau
15:17 Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang
bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab
Engkau telah memenuhi aku dengan geram.
15:18 Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan luka ku sangat
payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang
bagiku, air yang tidak dapat dipercaya”

Satu-satunya andalan atau perlindungan Yeremia adalah Allah sendiri.

Namun bagi Yeremia, Allah sendiri tidak bisa ia mengerti lagi, mengapa harus ia

bergumul dengan pengalaman berat ini. Yeremia mengumpamakan janji Allah

padanya bagaikan “sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercaya”

(15:18). Yeremia meragukan janji Allah yang akan selalu menyertainya karena

nyatanya yang dialami Yeremia adalah penolakan, dicela, dibenci semua orang

bahkan sampai mau dibunuh.

1:18 “Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku membuat engkau
menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok
tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan
pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini.
1:19 Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau,
sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah
firman Tuhan”.

Yeremia mengalami frustasi yang berat. Yeremia berkeluh kesah (lih.

11:18-20; 12:1-6; 17:5-8.14-18; 18:18-23; 20:7-18). Frustasinya memuncak

hingga ia merasa tidak bisa bertahan lagi. Yeremia mengalami dilema di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

batinnya. Di satu pihak ia merasa tidak mampu menjalankan tugasnya, tetapi di

lain pihak ia tidak bisa menolak (20:9). Oleh sebab itu Yeremia menggugat Allah

sebagai yang curang (15:18). Ia menganggap hidupnya sebagai siksaan (20:14-

18). Namun dalam Yer 15:18-21 justru situasi berat semacam itu nampaknya

komitmen Yeremia diperbaharui entah bagaimana (Suharyo, 2005: 77).

Pada tahun 598 Babel mengepung Yerusalem. 3 bulan sesudah

pengepungan itu Yoyakim mati. Raja yang baru, Yoyakhin, anak Yoyakim,

memerintah selama masa pengepungan tetapi kemudian dibuang ke Babel

bersama keluarga kerajaan dan anggota-anggota masyarakat yang berpengaruh

(Bullock, 2014; 266).

Beberapa hal pokok yang perlu digarisbawahi dalam periode kedua ini

adalah bahwa:

Pertama, tantangan yang dialami oleh Yeremia semakin berat karena tidak

adanya dukungan dari pemerintah Yoyakim sehingga pewartaan Yeremia semakin

keras. Antusiasme Yeremia pada periode pertama hilang. Kedua, sesudah

menjalankan tugasnya sebagai nabi sekitar 20 tahun, Allah ingin disingkirkan dan

panggilannya sebagai nabi ingin ia lepaskan. Ketiga, Yeremia merasa dalam

keadaan tidak berdaya. Keempat, Israel mengalami keterpurukan, kesulitan dan

krisis yang luar biasa yang paling besar dan tersulit dalam sejarah pada periode

ini. Dalam keadaan seperti ini Israel perlu ditemani dan dituntun oleh orang yang

juga pernah mengalami krisis sendiri seperti Yeremia yang mengalami krisis

hingga ingin meninggalkan pekerjaanya melakukan kehendak Allah (Suharyo,

2005: 77).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

c. Periode Ketiga : 597-585 SM

Periode ketiga ini ditandai dengan pemerintahan baru yang dipimpin oleh

putra Yosia yang bernama Metanya (nama raja “Zedekia”). Ia melakukan apa

yang jahat di mata Tuhan. Zedekia memberontak terhadap Nebukadnezar. Selama

2 tahun masa pengepungan Yeremia ditahan dalam rumah tahanan istana Zedekia.

Alasannya sederhana bahwa Yeremia telah menasihatkan penyerahan kepada

Babel, sebuah rencana yang menurut Zedekia akan mematahkan semangat juang

bangsa Yehuda dan melemahkan usaha perang. Ini juga cara Zedekia untuk

membungkam Yeremia dan mengelakkan pengaruhnya atas rakyat. Yeremia

kemudian dimasukan ke dalam perigi yang penuh dengan lumpur dan tidak ada

air. Yeremia sangat tersiksa namun akhirnya ia diselamatkan oleh Ebed-Melekh

(Bullock, 2014; 266)

Situasi pada periode ini semakin buruk dari periode-periode sebelumnya.

Tentara Babel berhasil menghancurkan kota Yerusalem (Yer 39:1-10). Para

pemuka Yehuda diangkut ke Babel dan terjadi penghancuran total. Seluruh bangsa

dibuang ke Babilonia. Pembuangan ini baru akan berakhir setelah 50 tahun

(Suharyo, 2005: 78).

Umat hidup dalam keputusasaan. Umat tidak dapat beribadah di tempat

pembuangan. Pembuangan dianggapnya sebagai hukuman final dari Allah. Umat

beranggapan bahwa Allah tidak mau mengampuni. Mereka merasa tidak punya

harapan, tidak ada masa depan lagi bagi mereka (21-24). Dalam situasi seperti ini

muncullah nabi-nabi palsu bdk (Yer 23:9; 27:16-22; 28:1-17). Mereka

meramalkan masa depan yang baik dan optimis tetapi tanpa dasar (Suharyo, 2005:

78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Dalam keadaan seperti ini Yeremia mempunyai keyakinan yang baru,

yakni komitmen kuat yang dilandaskan pada Allah.

17:5 "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang


mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari
pada Tuhan”
17:9 “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh
harapannya pada Tuhan”

Allah bagi Yeremia adalah misteri hal itu karena baik nabi maupun imam yang

dihormati dianggap orang baik oleh rakyat, Allah menganggap mereka sebagai

beban. “Kamulah beban itu! Sebab itu kamu akan Kubuang dari hadapan-Ku,

demikianlah firman Tuhan” (Yer 23:33). Allah juga merupakan pemberi

pengharapan karena ia tetap mencintai. Pada periode ini tugas Yeremia berubah

tidak lagi menyampaikan nubuat kehancuran Yehuda namun mendampingi,

mengumpulkan umat Yehuda yang tercerai berai dan menyampaikan pesan

pengharapan dari Allah (Suharyo, 2005: 78).

29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada


pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu
rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

Dari tiga periode yang dialami oleh Yeremia bisa ditarik beberapa hal

penting yakni; melalui pengalaman-pengalaman yang dahsyat ini, Yeremia

dituntun oleh Tuhan untuk menjadi The Wounded Healer penyembuh bagi

terluka. Yeremia dipersiapkan Tuhan menjadi nabi pewarta pengharapan.

Mengapa demikian, karena dalam keadaan sulit dan amat jelek, Yeremia

mewartakan masa depan yang disiapkan oleh Allah sendiri (31:31-34). Oleh

karena pendampingan yang dilakukan oleh Yeremia, umat tidak hancur dalam

krisis yang teramat besar (Suharyo, 2005: 78).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

3. Sumber Kekuatan Yeremia

Yeremia adalah sosok yang berani dan teguh. Namun bila dilihat kembali

bagaimana sosok Yeremia ketika awal dipanggil Allah untuk menjadi nabi

sepertinya kesan itu tidak tergambar pada dirinya. Yeremia merasa ragu-ragu dan

merasa tidak mampu. Ia mencoba berdalih (Darmawijaya, 1990: 96).

Hal ini memperlihatkan bahwa keberanian dan keteguhan yang selama ini

diperlihatkan bukanlah sifat bawaannya. Tepatnya, Yeremia dapat

memperlihatkan kekuatan yang luar biasa selama kariernya sebagai nabi karena ia

bergantung sepenuhnya kepada Allah (Marx, 1971: 24).

Firman Allah menguatkan Yeremia. Firman Allah datang ketika Yeremia

mengalami krisis iman dan semangat pada periode II tahun 609 - 598 SM.

Yeremia mengutuki kelahiran dirinya sendiri (Yer 15:10) “Celaka aku, ya ibuku,

bahwa engkau melahirkan aku”. Yeremia mengalami krisis iman ia meragukan

janji Allah. (Yer 15:18) “mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan luka

ku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang

curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai”. Yeremia mengalami krisis

semangat. Ia tenggelam dalam perasaan putus asa dan bermaksud meninggalkan

panggilannya sebagai nabi (Marx, 1971: 15)

Allah menjawab Yeremia dengan Firman-Nya (Yer 15:19-21) :

15:19"Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi


pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga
dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku.
Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu
kembali kepada mereka.

15:20 Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu
dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk


menyelamatkan dan melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.

15:21 Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan
membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim”.
Ternyata Yeremia mengalami kemelut batiniah yang hebat sekali di

tengah-tengah karyanya sebagai nabi. Sama seperti pada (Yer 12: 5)

12:5 ”Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah
dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan
jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang
akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan?”

Allah menginginkan Yeremia agar lebih teguh dan tegar menghadapi rintangan

yang ada. Allah sekali-kali tidak meringankan kesesakan Yeremia. Sebaliknya,

keluhan Yeremia di cap sebagai “hina”. (Yer 15:19) Tuhan menuntut Yeremia

agar bertobat “jika engkau mau kembali dan mengucapkan apa yang berharga dan

tidak hina”. Pertobatan itu diteguhkan Tuhan dengan mengulang penugasan dan

janji Allah (Yer 15:19-21) yang diberikan- Nya waktu awal Yeremia dipanggil

Allah menjadi nabi (bdk. Yer 1: 18-19).

Pada kisah berikutnya kita bisa melihat bagaimana Yeremia mengalami

semangat dan keyakinan yang baru akan Allah.

16:19 Ya Tuhan, kekuatanku dan benteng ku, tempat pelarian ku pada hari
kesesakan! Kepada-Mu akan datang bangsa-bangsa dari ujung bumi
serta berkata: "Sungguh, nenek moyang kami hanya memiliki dewa
penipu, dewa kesia-siaan yang satu pun tiada berguna”

17:5 “…..Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang


mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari
pada Tuhan”

17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh


harapannya pada Tuhan.

20:11 Tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu
orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka
tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan.

20:12 “…., sebab kepada-Mu lah kuserahkan perkaraku”.

Perkataan Yeremia dalam ayat-ayat diatas dapat dikatakan Yeremia

mengimani Allah dan mengandalkan Allah. Semua perkara hidupnya ia serahkan

kepada Allah. Hal ini berbeda jauh ketika Firman Allah (Yer 15:19-21) belum

datang padanya. Allah dianggap sebagai yang curang seperti air yang janjinya

tidak dapat dipegang (Yer 15:18).

Yeremia memiliki hubungan yang sangat erat dengan Allah. Allah

menyertai sang nabi ”seperti orang yang sangat perkasa” karena Ia mendukung

dan memberi Yeremia kekuatan untuk melaksanakan tugasnya (Yer. 20:11).

”Yeremia, seorang manusia yang biasa dan lemah, dijadikan-Nya seorang nabi

yang luar biasa kuatnya” (Marx, 1971: 15). Keberanian dan ketabahan Yeremia

begitu terkenal sehingga selama pelayanan Yesus di bumi, ada yang mengira

Yesus adalah Yeremia yang hidup kembali! (Mat. 16:13-14).

Hidup rohaninya adalah rahasia kekuatan nabi Yeremia. Yeremia tidak

ragu untuk berkeluh kesah sampai menitikkan air mata di hadapan Allah. Bahkan

segala kelemahan dirinya, ketakutan, kekhawatiran dan kebimbangan yang kerap

kali menimpa dia akui (Yer 1:6, 4:10). Semua itu dibawanya dalam doa-doa

Yeremia (Marx, 1971: 15).

Dalam pengalaman rohaninya, Yeremia menyadari bahwa hamba terpilih

memang harus merasai penderitaan lahir-batin dan pengalaman yang sangat pahit.

Yesus yang lebih dahulu, sebelum dimahkotai dengan mahkota kemuliaan,

dimahkotai dengan mahkota “penderitaan” sungguhpun Ia adalah Anak, tetapi Ia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

mau belajar taat dengan segala sesuatu yang dirasainya itu” (Ibr 5:8). Apalagi

Yeremia hanyalah seorang manusia berdosa dan lemah, patutlah ia menjalani jalan

kesusahan itu, supaya pada akhirnya Yeremia menerima anugerah dan kuasa-

rohani dengan berkelimpahan, dan agar supaya air-hidup mengalir dari dalam

jiwanya (Marx, 1971: 30).

Kesadaran Yeremia mengenai hamba terpilih harus merasai penderitaan

lahir-batin dan pengalaman yang sangat pahit menunjukkan bahwa pengalaman

rohani Yeremia makin bertambah. Yeremia meyakini Allah sendiri lah yang dapat

mengubah kesukaran menjadi kemuliaan, duka menjadi suka, kehinaan menjadi

kehormatan, dan kematian menjadi kehidupan (Marx, 1971: 30).

4. Kisah Hidup Nabi Yeremia yang Masih Relevan

a. Perintah Allah untuk Dilaksanakan Bukan untuk Ditawar

Yeremia dipanggil Allah untuk menjadi nabi. Namun Yeremia merasa

dirinya tidak siap untuk menjadi nabi sebab ia masih muda. Yeremia berkata "Ah,

Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih

muda" (Yer- 1:6). Yeremia berkeberatan terhadap panggilan itu. Alasan yang

diajukan Yeremia tidak diterima oleh Allah. Allah meyakinkan Yeremia bahwa

“tugas bernubuat adalah prakarsa Allah, dan Allah sendiri yang akan menyiapkan

sabda yang akan diucapkannya” (Darmawijaya, 1990: 96).

b. Yeremia Melaksanakan Tugas Tanpa Putus Asa dan Penuh Semangat

Yeremia merasa semangat dan bahagia dalam melaksanakan tugasnya

sebagai nabi pada periode pertama. Hal tersebut bukan berarti Yeremia terbebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dari kekecewaan. Yeremia mengalami kekecewaan hanya saja ia tetap tegar dan

tidak putus asa. Yeremia tetap berusaha menyadarkan bangsa Israel dengan cara

mengajar mereka menyadari keadaan diri mereka yang hidup hanya secara

lahiriah saja (Suharyo, 2005: 76).

c. Yeremia Setia dalam Menyampaikan Sabda Tuhan

Yeremia dipanggil untuk jabatan sebagai nabi pada masa yang sangat tidak

kondusif. Babilonia dan Mesir adalah dua negara yang sama-sama sedang

berusaha menguasai Timur-Tengah. Hal itu bisa menjadi ancaman cukup serius

bagi Yehuda pada saat itu. Terlebih krisis rohani yang terjadi di Yehuda.

Pembaharuan rohani di masa Yosia sudah berakhir dan pengaruhnya hanya

sebentar. Kemerosotan jelas sedang terjadi. Ketika Yeremia dipanggil untuk

jabatan itu, ada isyarat bahwa pesannya pasti tentang hukuman dan panggilan

untuk bertobat bagi bangsanya. Di sisi lain perkataan Tuhan bagaikan api di dalam

hatinya, mau tidak mau harus ia sampaikan kepada bangsanya (Marx, 1971: 65).

Hal ini sebagai bukti bahwa ia sangat cinta kepada bangsanya dan sama sekali

tidak senang menubuatkan hukuman ke atas mereka.

Begitu keras peringatan Tuhan melalui Yeremia untuk bangsa Yehuda,

sampai-sampai Yeremia hendak akan dibunuh oleh tetangga dan sanak

keluarganya sendiri (Marx, 1971: 19). Tetapi sungguh, ketetapan hati yang luar

biasa dari Yeremia untuk menjalankan misi yang tidak terbilang enteng ini.

Karena ia menjadikan perkataan Tuhan suatu kenikmatan dan kegirangan dalam

hidupnya (15:16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

d. Yeremia Terbuka pada Sapaan Allah

Nabi Yeremia selalu menyikapi pergulatan hidupnya dengan penuh

kerendahan hati dan keterbukaan akan sapaan Allah. Sikap hidup nabi Yeremia

memampukan dirinya untuk berdiri tegar dalam melanjutkan pelayanannya.

Meskipun pelayanan yang Yeremia lakukan beresiko membahayakan nyawanya

sekalipun namun ia tetap melaksanakan dengan setia. Selain itu pengalaman hidup

dan pergulatan yang dialaminya justru menjadi kekuatan rohaninya (Marx, 1971:

30). Pengalaman hidup dan pergulatan yang ia alami membuat Yeremia semakin

menjadi lebih bertanggungjawab terhadap tugas-tugasnya. Yeremia bahkan tidak

pernah melalaikan atau meninggalkan tugasnya sebagai nabi. Hal ini didasari oleh

cinta nabi Yeremia kepada Allah dan kepada umatnya.

e. Yeremia Mengolah Pengalamannya dengan Baik

Yeremia selalu mengalami suatu pergulatan hidup sejak awal

panggilannya menjadi seorang nabi. Yeremia mengalami pergulatan dalam karya

pelayanannya ketika harus menjadi penyambung lidah Allah (bdk. Yer 15: 10-14).

Namun Yeremia mampu mengatasi hal tersebut dengan pergumulan batin yang

diolah dengan baik. Yeremia berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik walau

sering mengalami pergulatan hidup. Yeremia menghadapi penganiayaan,

pengucilan, dipenjara, dibenci bahkan hendak dibunuh oleh orang-orang Yehuda.

Yeremia sangat menderita bahkan sahabat karib dan keluarganya sendiri pun

hendak mencelakakan nya. Yeremia tetap berusaha melaksanakan tugasnya

dengan baik sebagai hamba Allah meskipun ia diperlakukan sedemikian rupa

(Pinehas Djendjengi: 2017). Yeremia mengasihi bangsanya. Ia tetap setia untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

mendampingi bangsanya dalam masa kehancuran dan pembuangan.

f. Allah Menjadi Tempat Berkeluh Kesah Nabi Yeremia

Kepahitan hidup yang dirasakan oleh nabi Yeremia sempat membuat ia

jatuh dan terpuruk dalam keputusasaan hidup. Dalam kitab Yeremia dikisahkan

mengenai perasaan Yeremia yang hampir tenggelam dalam keputusasaan. (bdk.

Yer 15:6 ; Yer 20:9) sampai pada akhirnya Yeremia bermaksud meninggalkan

tugas yang diberikan Allah kepadanya (Marx, 1971: 15).

Yeremia tidak segan-segan untuk mencurahkan segala perasaan dan apa

yang ia alami pada Allah (Bullock, 2014: 257). Apa yang ia alami ia bawa dalam

doa. Doa-doanya banyak berisi keluh kesah dan kesedihan kepada Allah (lih. Yer.

12:1-11; 14: 7-11; 15:15-18; 17: 13-18). Yeremia mencurahkan segenap isi

hatinya yang menderita tertekan oleh tugas kenabian yang terlalu berat itu kepada

Allah.

g. Firman Allah Menjadi Sumber Kekuatan Yeremia

Pada waktu Yeremia hampir menyerah, firman Allah yang ada dalam

dirinya bagaikan api yang bernyala-nyala dan tidak dapat dipadamkan atau

disembunyikan. Semua firman Allah seolah-olah harus disampaikan dan

dicurahkan kepada bangsanya. Semangat yang berkobar bangkit berkat karya

Allah yang bekerja dalam hati nabi Yeremia. Yeremia seorang manusia yang

biasa dan lemah dibuat Allah menjadi seorang nabi yang luar biasa kuatnya

(Marx, 1971: 15).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

BAB III

KATEKIS DAN TANTANGANNYA


DI ZAMAN SEKARANG

Tugas utama perutusan katekis adalah mewartakan Injil atau Sabda suka cita

Injil. Katekis oleh karena tugasnya tersebut dapat dikatakan ia merupakan seorang

pewarta. Nabi diutus oleh Allah untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada umat

Allah. Kehendak Allah atau Firman, Sabda Allah disampaikan oleh nabi Yeremia

dengan setia. Nabi juga dapat dikatakan sebagai seorang pewarta oleh karena

tugas perutusannya tersebut. Katekis ataupun nabi dalam menjalankan tugas

perutusannya sebagai pewarta menghadapi berbagai masalah dan tantangan.

Tantangan yang dihadapi oleh katekis maupun nabi bisa berpengaruh

terhadap semangat dan kesetiaan mereka sebagai pewarta. Katekis diharapkan

mau berjuang. Katekis setia dan tetap mempertahankan panggilan sebagai

pewarta dalam situasi sulit bukanlah hal yang mudah. Yeremia pun sempat merasa

tidak berdaya dalam situasi sulit mempertahankan panggilannya sebagai nabi.

Situasi atau tantangan berat juga dialami oleh para katekis pada zaman sekarang.

Tantangan katekis di zaman modern semakin kompleks. Dunia memberikan

banyak tawaran kenikmatan pada setiap orang. Orang semakin sibuk memuaskan

dirinya sendiri. Sebagian orang tidak sempat lagi memikirkan kepentingan orang

lain. Kehadiran dan campur tangan Allah mulai tidak dihiraukan lagi. Selain itu

adanya perkembangan teknologi dan komunikasi turut memberikan tantangan

baru bagi para katekis dalam menyampaikan pewartaan.

Katekis harus memiliki iman yang kuat di tengah situasi yang tidak

mudah. Tantangan zaman semakin sulit, rumit dan kompleks. Katekis perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

mohon kekuatan dari pada-Nya supaya tetap setia sebagai pewarta di tengah

situasi yang tak mudah seperti nabi Yeremia.

Pembahasan bab III ini lebih berisi mengenai katekis dan tantangannya di

zaman sekarang. Bab III ini terdiri 3 bagian utama yaitu pertama mengenai

katekis, bagian kedua tantangan katekis di zaman sekarang yang mempengaruhi

semangat dan kesetiaan katekis dan terakhir katekis dalam menanggapi tantangan

zaman sekarang. Bagian pertama terdiri dari 5 topik yakni panggilan dan identitas

katekis, pengelompokan, peranan, tugas, dan spiritualitas katekis. Sedangkan

bagian kedua dari bab III ini fokus berbicara mengenai tantangan zaman yang

mempengaruhi semangat dan kesetiaan katekis. Tantangan tersebut diantara

yakni: 1.sekularisasi dan sekularisme, 2. pendangkalan hidup dan budaya instan,

3. ateisme dan relativisme yang melahirkan krisis iman dan moral, 4.

perkembangan teknologi digital, 5. keberagaman yang diwarnai fundamentalisme

dan radikalisme, 6. globalisasi, 7. keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup, dan 8.

kemiskinan. Bagian ketiga dari bab III ini secara khusus membahas katekis dalam

menanggapi tantangan zaman sekarang. Ada 3 cara katekis dalam menanggapi

tantangan zaman sekarang dibahas pada bagian ketiga dari bab ini yaitu: katekis

memperjuangkan nilai kerajaan Allah dalam hidup bermasyarakat, katekis

menyesuaikan tuntutan zaman dan terakhir katekis masuk dan memberi kesaksian

di era digital. Penjabaran masing-masing bagian dan topik bab III adalah sebagai

berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

A. Katekis

1. Panggilan dan Identitas Katekis

Gereja selalu berupaya untuk menghadirkan Kerajaan Allah dalam hidup

manusia. Setiap orang Kristiani yang telah dibaptis diundang untuk berpartisipasi

demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam dunia seperti kedamaian,

kasih, dan keadilan. Bagi awam ada berbagai panggilan atau kerasulan yang dapat

ditempuh seperti menjadi kepala rumah tangga dan sebagainya. Dari berbagai

panggilan umum awam ada salah satu diantaranya merupakan panggilan khusus

yakni menjadi katekis (CEP, 1997: 15).

Kekhususan pada panggilan katekis ini dilihat dari adanya panggilan

khusus dari Roh Kudus yakni suatu “ karisma khusus yang diakui Gereja” dan

dipertegas oleh tugas perutusan langsung dari uskup (CEP, 1997: 15). Katekis

harus menyadari hal ini dan memberikan kepenuhan hatinya dengan sikap seperti

nabi “Ini aku, utuslah aku” (Yes 6:8). CEP (1997: 15) dengan jelas menegaskan

bahwa “panggilan katekis bersifat khusus yakni untuk tugas katekese dan umum,

untuk bekerja sama dalam pelayanan kerasulan apa saja yang berguna untuk

membangun Gereja “. Singkatnya, panggilan khusus sebagai katekis

dilatarbelakangi oleh 3 hal yakni; (1) panggilan dari Roh Kudus, (2) merupakan

tugas perutusan Gereja dan (3) bekerja sama dengan tugas perutusan apostolic dari

uskup.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dinyatakan katekis adalah seorang

awam yang ditunjuk secara khusus oleh Gereja, sesuai dengan kebutuhan

setempat untuk memperkenalkan Kristus yang ia cintai dan ia ikuti kepada mereka

yang belum mengenal Kristus maupun yang sudah mengimani-Nya. Katekis


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

berkerja sama dengan pastor setempat. Hal itu bukan berarti ketika tidak ada

imam tidak menjadikan katekis pastor. Katekis dapat memimpin ibadat sabda

pada hari minggu atau hari raya ketika tidak ada imam. CEP (1997:17) “Katekis

bukan sekadar pengganti imam, melainkan menurut hukum adalah seorang saksi

Kristus”

2. Pengelompokan Katekis

Berdasarkan segi waktu dan pendidikan seorang katekis, katekis dapat

dikelompokkan dalam beberapa kelompok di antaranya;

a. Dari Segi Waktu Berkarya

Dari segi waktu berkarya, katekis dapat dikelompokkan menjadi 4

kelompok. Kelompok pertama yakni kelompok katekis full time. Mereka

mengabdikan dirinya secara penuh dalam pekerjaan sebagai katekis. Biasanya

mereka bekerja di paroki dan mendapat gaji. Seluruh penghasilan yang diperoleh

bersumber dari pekerjaannya sebagai katekis.

Kelompok kedua yakni katekis part time. Mereka adalah katekis yang

memberikan sebagian waktunya untuk digunakan berkarya sebagai katekis”

(Komisi Kateketik KWI, 2005: 143). Katekis part time memiliki perbedaan

dengan katekis full time. Perbedaannya yakni sumber penghidupan katekis part

time tidak bergantung pada pekerjaannya sebagai katekis. Ia juga biasa disebut

sebagai katekis sukarelawan.

b. Dari Segi Pendidikan

Katekis dapat digolongkan menjadi 2 kelompok ditinjau dari segi tingkat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

pendidikannya. Dua kelompok tersebut adalah kelompok katekis akademis dan

non akademis. Katekis akademis adalah katekis yang dibentuk dengan latar

belakang pendidikan formal berbasis umum Kateketik, Pastoral, Filsafat/Teologi

(Komkat KWI, 2005: 143). Sebagai contoh pendidikan formal yang

diselenggarakan oleh PENDIKKAT USD Yogyakarta yang setiap tahunnya

mencetak katekis-katekis akademis dengan jenjang akademis S1.

Sedangkan katekis non akademis adalah katekis yang tidak memiliki dasar

pendidikan secara formal baik Kateketik, Pastoral, Filsafat/Teologi. Mereka

menjadi katekis biasanya dengan menempuh suatu pelatihan, kursus ataupun

belajar sendiri secara otodidak dengan membaca buku. Biasanya katekis seperti

ini berkarya di paroki, stasi ataupun di lingkungan sebagai katekis sukarelawan.

Katekis sukarelawan yakni katekis yang berkarya secara sukarela, dari dorongan

hatinya sendiri dan dari keinginannya sendiri. Kerapkali katekis sukarelawan ini

tidak mengharapkan upah atau gaji. Ia hanya ingin turut serta berpartisipasi dalam

karya pewartaan Injili dengan hati yang tulus (Komisi Kateketik KWI, 2005: 143).

3. Peranan Katekis

Berdasarkan sumber yang penulis temukan ada beberapa peranan yang

diemban oleh katekis. Peranan tersebut yakni peranan katekis dalam perutusan

Gereja, masyarkat dan keluarga.

a. Peranan Katekis dalam Perutusan Gereja

Peran katekis dalam keikutsertaannya mengembangkan Gereja tidak bisa

diremehkan. Keberadaan katekis dalam perjalanan waktu semakin dirasakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

manfaatnya. Katekis tanpa lelah menebarkan benih-benih iman kepada banyak

orang sehingga menjadi anggota Gereja. Peristiwa lahirnya Gereja Katolik di

tanah Jawa sebagai bukti nyata sumbangan penting katekis dalam menumbuh

kembangkan Gereja (Prasetya, 2007: 5-6).

Peranan katekis dalam karya pewartaan Gereja sungguh penting. Paus

Yohanes Paulus II dalam dokumen Catechesi Tradendae (CT, 66) berterima

kasih pada katekis awam. Ia menjelaskan bahwa katekis telah melayani umat

dengan penuh komitmen dan karena katekis lah Gereja berkembang hingga saat

ini.

Berkaitan dengan hal itu, Komisi Kateketik KWI (1993: 70) mengatakan

bahwa “katekis sebagai pengemban karya pewartaan Gereja mempunyai

panggilan dan tugas yang penting serta mulia dalam karya perutusan Gereja di

Indonesia”. Dalam konteks karya perutusan Gereja tersebut ada 4 peranan katekis

yang dapat digambarkan. Peranan tersebut yakni sebagai juru bicara jemaat

Kristiani, sebagai seorang nabi, pembimbing dan saksi Kristus.

1). Katekis Berperan Memperjuangkan Suara Umat Kristiani

Kristus telah menyerahkan kepercayaan dan tugas untuk mewartakan

Kabar Gembira kepada Gereja. Pelaksanaan tugas untuk mewartakan Kabar

Gembira ini telah diserahkan secara khusus kepada para Uskup sebagai pimpinan

Gereja. Kemudian katekis mendapat mandat dari pimpinan Gereja untuk

mewartakan Kabar Gembira dan memberikan kesaksian iman. Katekis

menjalankan tugasnya atas nama Umat Kristiani atau Gereja. Katekis mewartakan

bukan atas nama dirinya sendiri. Hal itu berarti katekis memperjuangkan suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Umat Kristiani atau Gereja. Itu artinya katekis mendukung dan ikut

memperjuangkan apa yang menjadi keprihatinan dan harapan Gereja.

Keadilan dan kedamaian merupakan kebutuhan setiap umat manusia.

Gereja selalu menyuarakan perdamaian terhadap dunia. Katekis turut berusaha

mewujudkan hal tersebut dengan menumbuhkan kesadaran umat untuk saling

menghargai sesama misalnya dengan jalan dialog antar agama. Katekis berupaya

bersama Gereja dan dengan semua orang yang berkehendak baik mengusahakan

tegaknya Kerajaan Allah yakni situasi dunia yang damai, adil dan sejahtera

(Komisi Kateketik KWI, 1993: 70).

2). Sebagai Seorang Nabi

Tugas seorang nabi adalah menyampaikan kehendak Tuhan pada umat-

Nya supaya umat memperoleh keselamatan. Katekis berperan sebagai nabi yang

mewartakan keselamatan yang ditawarkan oleh Allah pada manusia seperti yang

telah dilakukan oleh para nabi. Selain itu katekis juga perlu mengikuti Kristus,

meneladan cara hidup-Nya dan tetap setia mewartakan Kabar Gembira Kerajaan

Allah pada semua manusia (Komisi Kateketik KWI, 1993: 70).

Katekis sebagai nabi artinya ia terpanggil untuk mewartakan dan

mengungkapkan misteri Kristus pada umat manusia. Dalam pandangan Suharyo

(2015: 16) nabi merupakan orang yang menjalankan perutusan untuk mewartakan

kehendak Allah. Ia berbicara atas nama Allah dan dengan demikian pewartaan

nabi ialah menyampaikan Sabda Allah bagi manusia. Tugas tersebut dilaksanakan

dengan mewartakan peristiwa-peristiwa keselamatan seperti di dalam Kitab Suci.

Kemudian katekis membantu umat dengan menjelaskan pengalaman iman Gereja


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

yang pernah Gereja alami dari peristiwa-peristiwa keselamatan yang ada di dalam

Kitab Suci dengan segala ungkapannya (Komisi Kateketik KWI, 1993: 71).

Katekis sebagai nabi terpanggil untuk menafsirkan sejarah manusia dalam

terang iman, agar orang-orang menemukan tanda-tanda kerajaan Allah dalam

sejarah manusia. Dengan pola tersebut, katekis juga diharapkan dapat membantu

umat menafsirkan peristiwa hidup mereka sehari-hari dalam terang Kitab Suci

sehingga umat dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan (Komisi Kateketik

KWI, 1993: 71).

Berkaitan dengan tugasnya sebagai nabi, katekis dituntut untuk memiliki

perhatian dan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di dalam

masyarakat sekitar. Katekis melihat masalah itu dengan mendengarkan suara

Tuhan, apa yang Tuhan kehendaki (Komisi Kateketik KWI, 1993: 71).

3). Sebagai Pembimbing

Peran katekis sebagai pembimbing dimaksudkan bahwa katekis berperan

membantu terlaksananya pertobatan dan perkembangan hidup iman umat. Hal

tersebut diupayakan oleh katekis dengan membantu umat supaya dapat mengikuti

jejak Yesus dan menghayati semangat hidup Yesus dalam kehidupan sehari-hari.

Katekis membimbing umat untuk berjumpa dan berdialog dengan Tuhan

yang berkarya dan bersabda dalam dan melalui peristiwa yang mereka alami

sehari-hari. Katekis mengajak dan mendampingi umat untuk sharing iman melalui

katekese, mendiskusikan dalam kelompok atau anggota sehingga iman umat yang

semakin berkembang dewasa (Komisi Kateketik KWI, 1993: 71).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

4). Sebagai Saksi Kristus

Ketua Komkat KWI Mgr. John Liku pada pernas katekis III berpendapat

bahwa katekis adalah saksi Kristus. Katekis harus bisa menghadirkan wajah

Kristus dalam hidup sehari-hari sehingga orang lain dapat mengenal dan

mengikuti Yesus Kristus sang Juru Selamat umat manusia. Pertemuan nasional

katekis (PERNAS Katekis) ke-3 yang berlangsung pada tahun 2015 juga

mengusung tema yang berkaitan dengan saksi Kristus yakni “pergilah dan jadilah

saksi Kristus di tengah masyarakat multikultur” (komkat-kwi.org).

Katekis sebagai saksi Kristus membawa konsekuensi bahwa kesaksian

hidup sebagai seorang Kristiani adalah lebih penting dan berkesan daripada

sekadar memiliki pengetahuan yang luas tentang firman dan segala cara-cara

penyampaiannya. Katekis berusaha supaya Yesus Kristus dapat dilihat oleh orang

lain melalui kehidupan katekis (www.komkat-kwi.org).

Supaya katekis dapat melaksanakan peranannya seperti digambarkan di

atas maka katekis perlu dibantu. Katekis harus dipersiapkan dan dibina agar

katekis memiliki dan menghayati semangat Yesus Kristus yang dengan gigih

mengajarkan, melayani dan memperjuangkan Kerajaan Allah (Komisi Kateketik

KWI, 1993: 71). Dalam hal ini Paroki ataupun Keuskupan lah yang paling

bertanggung jawab untuk mendampingi katekis.

b. Peranan Katekis di dalam Masyarakat

Katekis awam merupakan bagian dari hidup masyarakat. Maka kehadiran

katekis perlu memberikan dampak atau kontribusi yang baik di dalam masyarakat.

Komisi Kateketik KWI (2017: 81) juga mengundang setiap umat beriman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Kristiani untuk melibatkan diri dalam dinamika masyarakat di mana mereka

berada. Katekis dapat mengamalkan perintah Yesus untuk menjadi terang dan

garam dunia. Hal itu diwujudkan dengan memberikan keteladanan hidup

bermasyarakat yang baik.

Komisi Kateketik KWI (1993: 72) berpesan bahwa “katekis perlu memiliki

semangat dan keberanian untuk melibatkan diri dalam persoalan-persoalan hidup

yang dihadapi oleh masyarakat”. Kiranya katekis dapat hadir menjadi bagian dari

penyelesaian masalah masyarakat supaya tercipta lah kedamaian dalam

masyarakat. Komisi Kateketik KWI (2017: 82) dengan tegas menekankan bahwa

”peran para katekis adalah menjadi pembawa damai, memberi diri hadir untuk

masyarakat sekitarnya yang sangat mendambakan kedamaian sejati”.

c. Peranan Katekis di dalam Keluarga

Katekis sebagai pewarta Injil diharapkan dapat menghidupi dan mewariskan

tradisi Kekristenan dalam keluarganya. Artinya peran katekis adalah menjadi

teladan bagi istri, suami dan anak-anaknya dengan menjalankan tradisi umat

Kristiani seperti hidup doa (doa harian, Ekaristi mingguan) menghidupi nilai-nilai

Kristiani seperti kejujuran, syukur, disiplin, kasih, kesetiaan, tanggung jawab dll

(Komisi Kateketik KWI, 2017: 84).

Katekis perlu memberikan perhatiannya terhadap keluarga. Katekis

memelihara komunikasi yang baik dan positif. Katekis memelihara hubungan

kasih sayang pada keluarga dan menciptakan suasana keterbukaan dan berusaha

untuk kemajuan kualitas hidup berkeluarga (Komisi Kateketik KWI, 2017: 85).

Katekis juga bertanggung jawab untuk mengomunikasikan nilai kekatolikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dalam keluarganya. Katekis memberikan pemahaman yang baik tentang nilai

kekatolikan dan memberikan contoh nyata dalam keluarga.

4. Tugas Katekis

Tugas katekis adalah mewartakan Sabda Allah melalui pengajaran

katekese dan keteladanan hidupnya. Stefanus Tay (2015) menjelaskan bahwa

katekis adalah semua umat beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang dipanggil

dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda Allah. Katekis mewartakan

Sabda Allah melalui katekese. Isi katekese adalah Kristus dan ajaran-Nya

(Rukiyanto, 2012: 61).

CEP (1997: 18) menegaskan bahwa katekis memiliki tugas khusus yakni

mengajarkan katekese. Pandangan CEP tersebut didukung oleh Kitab Hukum

Kanonik , 1983 kan. 773 yang menyatakan bahwa;

“menjadi tugas khusus dan berat, terutama bagi para gembala


rohani, untuk mengusahakan katekese umat kristiani agar iman kaum
beriman melalui pengajaran agama dan melalui pengalaman kehidupan
kristiani, menjadi hidup, disadari dan penuh daya”.

Tugas katekese ini mencakup pendidikan iman bagi kaum muda maupun

orang dewasa, menyiapkan para calon dan keluarga untuk menerima sakramen

inisiasi dan memberikan pertemuan atau retret yang terkait dengan katekese CEP,

1997: 18). Tugas ini dapat dikatakan merupakan tugas utama seorang katekis.

Selain sebagai pewarta Sabda Allah tugas katekis adalah memberikan

kesaksian. Kesaksian katekis dilihat dari keteladanan hidup katekis sebagai orang

yang beriman. Katekis tidak cukup memberi pengetahuan ajaran, informasi,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

gagasan saja saat katekese melainkan juga kesaksian hidup nyata dari katekis.

Umat akan lebih terbantu dengan menerima pengajaran agama dengan contoh,

kesaksian hidup dari pada hanya ajaran, ide, gagasan saja ( Stefanus Tay, 2015).

Seperti filosofi orang jawa yakni jarkoni atau ngajar yo nglakoni yang maksudnya

adalah bisa mengajari bisa juga memberi contoh atas apa yang sudah ia ajarkan.

5. Spiritualitas Katekis

Indra Sanjaya (2011: 22) menjelaskan bahwa semestinya hidup itu didorong

oleh suatu spirit (makanya disebut spiritualitas) tertentu, yaitu spirit atau Roh

Allah sendiri. Demikian pula dengan para katekis, katekis dapat melaksanakan

karyanya dengan baik karena ada daya dorong yang mendasari dalam dirinya.

Daya dorong yang membuat katekis memiliki semangat dalam melaksanakan

karyanya tidak lain adalah Roh Allah sendiri. Roh Allah membantu katekis untuk

memperbaharui semangat katekis dalam panggilan hidup mereka (Komkat KWI,

1997: 22).

Spiritualitas yang harus dimiliki oleh seorang katekis sebagai seorang

pewarta adalah sebagai berikut;

1. Keterbukaan pada Allah Tritunggal

Komisi Kateketik KWI (2005: 134) menjelaskan bahwa ”katekis memiliki

relasi erat dengan Allah Tritunggal dan mampu menafsirkan kehendak-Nya bagi

Gereja dan dunia”. Katekis harus mempunyai kedekatan relasi dengan sang Ilahi.

Katekis sudah sepantasnya mampu mengenali pribadi Allah dan Yesus Kristus

secara personal (Prasetya, 2007: 44).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Katekis harus terbuka dan menyadari bahwa Allah Tritunggal juga hadir

dan berdiam dalam lubuk hati yang terdalam setiap orang. Allah Tritunggal

memberi makna pada kehidupan setiap orang. Makna tersebut dirasakan melalui

keyakinan, keputusan, tindakan nyata, relasi yang akrab dengan Allah Tritunggal.

Allah Tritunggal yakni Bapa yang menyampaikan Sabda, Putra sang

pengejawantah Sabda yang berbicara tentang Sabda yang didengar-Nya dari Bapa

dan Roh Kudus yang menerangi pikiran dan membuka hati untuk memahami dan

menerima Sabda dengan penuh cinta dan mempraktekkannya (CEP, 1997: 24).

Katekis juga harus terbuka dan membiarkan diri dipimpin oleh Allah

Tritunggal. Sabda Allah menegaskan “ jangan takut…sebab Aku menyertai

engkau” (Kis 18:9-10) maka sikap yang dapat katekis usahakan adalah

membiarkan dirinya dibentuk oleh Roh dan diubah menjadi saksi Kristus yang

berani dan pewarta sabda yang cemerlang (Komkat KWI, 1997: 24). Roh Kudus

bekerja memimpin dan mengarahkan diri katekis dalam karya pewartaan Injil.

Roh Kudus meletakkan dalam bibirnya kata-kata yang akan katekis ucapkan

(Prasetya, 2007: 44). Dalam hal ini Paus Fransiskus dalam Dokumen Gereja

Evangelii Gaudium (EG, 259, 261) menjelaskan bahwa katekis perlu memohon

pada Allah dalam doa supaya api Roh Kudus selalu bernyala dalam diri mereka

dan memperoleh semangat yang luar biasa dan tidak merasa hampa dalam karya

pewartaan.

2. Keterbukaan terhadap Gereja

Gereja adalah persekutuan umat beriman yang mengimani Yesus Kristus

sebagai Tuhan. Katekis adalah anggota Gereja. Katekis dipilih oleh Gereja dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

mendapat amanat untuk kemudian menjadi katekis. Gereja mengharapkan katekis

yang telah dipilih mempunyai tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap Gereja.

Katekis berusaha untuk membangun Gereja lebih baik (CEP, 1997: 24).

Keterbukaan katekis terhadap Gereja terungkap melalui cinta, pengabdian

pelayanan dan kesediaan katekis untuk Gereja. Keterbukaan katekis terhadap

Gereja juga terungkap dari sikap ketaatan dan ketertarikan nya pada Paus, Uskup,

bapak dan pemimpin Gereja lokal. Katekis harus merasa bersatu dengan Gereja.

Hal itu menjadi pendorong dalam dirinya. Karya pelayanan katekis untuk Gereja

harus didasari oleh cinta yang tulus pada Gereja. Kristus yang mencintai Gereja

sampai Ia mau mengorbankan diri-Nya untuk Gereja adalah contoh teladan

sekaligus inspirasi luar bisa bagi katekis (CEP, 1997: 24-25).

3. Keterbukaan terhadap Dunia

Allah menghendaki supaya manusia memperoleh keselamatan. Maka

Sabda Allah tinggal bersama umat manusia untuk menebus kita. Roh kudus

dicurahkan pada umat manusia supaya mereka dapat dikuduskan dan

dikumpulkan ke dalam Gereja. Hal itu supaya mereka mempunyai jalan masuk

kepada Bapa melalui Kristus dan persekutuan dengan Roh Kudus ( CEP, 1997:

25).

Keterbukaan katekis terhadap dunia dibuktikan dengan turut ambil bagian

dalam karya misi penyelamatan manusia. Maka katekis harus terlibat secara

langsung dalam kehidupan masyarakat. Katekis harus berani menyuarakan Sabda

Tuhan. Katekis sadar akan panggilan mereka yakni bekerja di dunia dan untuk

dunia tanpa sepenuhnya menjadi milik dunia. Keterbukaan pada dunia ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

merupakan ciri spiritualitas katekis. Katekis terbuka pada dunia didasari oleh cinta

seperti Kristus Gembala yang baik. Dia mengumpulkan dan menyatukan anak-

anak Allah yang tercerai-berai (CEP, 1997: 25-26).

Mengingat dunia yang terus berubah maka diharapkan katekis mau belajar

terus-menerus seiring dengan perkembangan zaman. Hal itu supaya katekis dapat

melihat tuntutan zaman dan menyesuaikan diri dengan baik atau dengan kata lain

katekis tidak ketinggalan zaman. Dalam hal ini Prasetya (2007: 48) meminta

supaya ” katekis mempunyai niat dan kemauan keras untuk belajar dan belajar

terus agar dirinya semakin berkembang dan karyanya dapat

dipertanggungjawabkan”. Komkat KWI (2005: 134) juga menekankan hal yang

sama yakni supaya katekis memiliki kesadaran ”Mau belajar terus-menerus dan

terbuka terhadap perkembangan zaman yang cepat berubah”. Selain itu,

perubahan zaman yang ditandai oleh kemajuan teknologi ini juga perlu

dimanfaatkan oleh para katekis dalam melaksanakan tugasnya. Sanjaya (2007: 44)

menjelaskan “seharusnya katekis memanfaatkan kekayaan melimpah yang

ditawarkan oleh kemajuan teknologi informasi sekarang ini”.

4. Keutuhan dan Keaslian hidup

Keutuhan hidup adalah keselarasan antara apa yang katekis wartakan

dengan apa yang ia hidupi sehari-hari. Seluruh hidup katekis menjadi tanda karya

pewartaannya (CEP, 1997: 26). Katekis berusaha menjadikan dirinya sebagai

terang dan garam dunia. Maksudnya katekis berjuang mengusahakan agar diri dan

hidup katekis dapat menjadi teladan yang baik bagi orang lain dan mempunyai

kualitas hidup pribadi yang baik (Komkat KAS, 2007: 66).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Sedangkan keaslian hidup berarti hidup doa, pengalaman akan Allah, dan

kesetiaan terhadap bimbingan Roh Kudus (CEP, 1997: 26). Semangat keaslian

hidup menuntut katekis agar memiliki keteraturan batin dan lahiriah yang

disesuaikan dengan situasi pribadi dan keluarga katekis. Katekis tetap mempunyai

kesempatan untuk mengusahakan sebuah persekutuan yang tinggi dengan Allah

dan suatu ritme doa yang teratur. Katekis berusaha menemukan keheningan

masuk dalam kontemplasi tentang Tuhan. Hal tersebut penting karena semakin

mendalam dan nyata kehidupan rohani seseorang, kesaksian dan kegiatannya akan

meyakinkan dan ampuh (CEP, 1997: 26-27).

5. Semangat Missioner

Katekis hidup di tengah-tengah masyarakat yang syarat akan pluralitas.

Katekis bergaul dengan sebagian besar orang bukan Kristen. Dalam dekrit tentang

kegiatan missioner Gereja, Ad Gentes (AG, 17) ditegaskan bahwa di daerah-

daerah misi, peran katekis menjadi sesuatu yang penting untuk penyebaran iman

dan Gereja.

Para katekis diharapkan mempunyai semangat missioner. Katekis

berupaya memperkenalkan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya.

Para katekis berperan menjadi perpanjangan tangan Kristus yang berkehendak

menjangkau mereka yang belum mengenal-Nya. Hal ini selaras dengan perintah

Allah “pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

(Mrk 16:15). Katekis harus yakin tentang apa yang ia wartakan, harus antusias

dan berani, tanpa malu mewartakan Injil (CEP, 1997: 27-28).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

6. Mempunyai Devosi Sejati pada Bunda Maria

Devosi adalah bentuk ungkapan cinta, hormat, dan dedikasi kepada

seseorang (Amoredio, 2017). Katekis mempunyai devosi sejati pada Bunda Maria

artinya melalui devosi kepada Bunda Maria, iman katekis semakin dapat tumbuh

dan diteguhkan sehingga mempengaruhi pelayanannya. Bunda Maria adalah Ibu

Gereja yang kita cintai dan hormati. Bunda Maria mendedikasikan seluruh

hidupnya pada kehendak dan perintah Allah. Hal itu terbukti dari kata-katanya

yang penuh dengan kerendahan hati “sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan;

jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Dalam buku Pedoman

Untuk Katekis CEP (1997: 29) dikatakan bahwa:

Bunda Maria merupakan guru yang mengajari Yesus pengetahuan akan


Kitab Suci dan akan rencana kasih Allah bagi umat-Nya, dan cinta yang
mendalam akan Bapa. Namun Bunda Maria juga merupakan murid Yesus
yang pertama. St. Agustinus menegaskan bahwa bagi Bunda Maria
menjadi murid-Nya adalah jauh lebih penting daripada menjadi ibu-Nya.
Bunda maria adalah “katekismus hidup”, ibu dan model katekis. Hal itu

dikarenakan semangat dan keteladanan yang dicontohkan oleh Bunda Maria.

Bunda Maria sosok yang rendah hati dan patuh terhadap kehendak dan perintah

Allah. Ia juga merupakan pribadi yang setia. Bunda Maria setia menemani Yesus

hingga sampai wafat di kayu salib. Katekis perlu menimba semangat dari Bunda

Maria melalui devosi yang mendalam kepada bunda Tuhan. Katekis harus

merasakan sendiri kehadiran Bunda Maria dalam hatinya. Barulah sesudahnya

katekis membagikan kesaksian akan kesucian yang tulus dari Bunda Maria kepada

umat. Dengan devosi sejati pada Bunda Maria katekis akan menemukan suatu

sosok katekis yang sederhana, rendah hati dan setia pada kehendak Allah (CEP,

1997: 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

B. Tantangan Zaman yang Mempengaruhi Semangat dan Kesetiaan Katekis

Ada berbagai tantangan yang katekis hadapi di zaman sekarang.

Tantangan-tantangan tersebut dirasa semakin sulit dan kompleks bagi katekis.

Tantangan yang katekis hadapi mempengaruhi semangat dan daya juang atau

kesetiaan katekis. Setiap tantangan memiliki daya pengaruh yang berbeda-beda

artinya ada tantangan yang sangat mempengaruhi kesetiaan katekis ada juga yang

hanya mempengaruhi semangat katekis. Di sisi lain ada kalanya dari sebuah

tantangan muncul suatu peluang positif untuk kemajuan pewartaan. Adapun

tantangan pelayanan katekis di zaman sekarang adalah sebagai berikut.

1. Sekularisasi dan Sekularisme

Sekularisasi berasal dari kata saeculum, yang artinya: tata dunia, hidup

duniawi, zaman dan lain-lain. Sedangkan imbuhan “-sasi” berarti proses

menjadikan. Maka dapat dikatakan sekularisasi proses menjadikan sesuatu itu

sekular, artinya menjadikannya duniawi, lepas dari dunia keagamaan (Pidyarto,

1994: 20). Sekularisasi adalah gerakan atau reaksi wajar untuk menerima otonomi

dunia di satu pihak, dan di lain pihak mengakui adanya eksistensi "Yang Ilahi".

Sekularisasi secara mendasar mempengaruhi hidup manusia baik pola pikir, pola

hidup manusia dan berdampak pada segala bidang kehidupan manusia

(Direktorium Formatio Iman 2014: 11).

Sekularisasi menjadi suatu proses penemuan jati diri dunia menuju dunia

yang otonom. Dunia yang otonom berarti dunia memiliki hukum dan nilai-

nilainya sendiri terlebih pada umat manusia (Direktorium Formatio Iman 2014:

11). Namun hukum-hukum itu berdiri sendiri, dan lepas dari dunia keagamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Kemajuan ilmu pengetahuan manusia seperti filsafat, ilmu alam, ilmu

ekonomi, ilmu politik dan sebagainya memacu kesadaran manusia akan otonomi

alam. Sekularisasi memberikan pembedaan yang terlalu tajam antar tata dunia dan

tata ilahi. Karena dunia semakin otonom artinya semakin dilepaskan dari otoritas

agama atau dunia ilahi, maka dampaknya manusia cenderung melupakan Allah

dan agama (Pidyarto, 1994: 21).

Selain itu sekularisasi menyebabkan orang terjerumus ke dalam

sekularisme yakni ideologi yang lebih eksklusif. Pidyarto (1994: 21) menjelaskan

bahwa “sekularisme yakni paham yang menolak campur-tangan agama dan Allah

dalam hidup manusia”. Direktorium Formatio Iman (2014: 11) menjelaskan

sekularisasi yakni ideologi tertutup yang memutlakkan otonomi duniawi tanpa

keterbukaan pada Sang Pencipta. Selain itu, Hardijantan, (1997: 295) seorang

imam diocesan KAJ dalam tulisannya yang berjudul “Sekularisme Sebagai

Tantangan Zaman” menjelaskan bahwa sekularisme sebagai “sebuah ideologi

yang hanya memikirkan dan menjelaskan segala sesuatu dengan kaca mata

dunia”. Artinya sekularisme mengesampingkan adanya keterlibatan Allah dalam

perjalanan hidup manusia. Sekularisme mengakibatkan manusia bertindak semua

dirinya sendiri tanpa menghiraukan Allah. Manusia tidak memperhitungkan Allah

dalam mengambil keputusan dalam hidupnya. Manusia menganggap Allah

seolah-olah tidak ada.

Sekularisme ini merupakan bahaya yang katekis dan seluruh umat hadapi

dalam memahami dunia. Kemajuan ilmu pengetahuan kini telah mampu

menjelaskan tentang dunia secara ilmiah dengan teori-teori yang mudah dipahami

oleh logika manusia. Katekis jika tidak hati-hati dalam memahami tentang dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dan segala peristiwanya, akan mudah terperosok oleh pemahaman yang salah

yang membuatnya tidak menghiraukan lagi campur tangan Allah dalam kehidupan

ini. Jika hal itu terjadi katekis maupun umat akan mengalami krisis iman, mulai

meragukan keberadaan Allah bahkan tidak percaya adanya Tuhan seperti orang

ateis. Bagaimana seseorang akan setia menjadi katekis apabila ia mulai terganggu

oleh pikiran apakah Tuhan itu benar-benar ada, atau sebuah ilusi?

2. Pendangkalan Hidup dan Budaya Instan

Pendangkalan hidup ini masih ada kaitannya dengan sekularisme.

Sekularisme mengakibatkan kehidupan manusia menjadi dangkal. Paham

sekularisme yang tidak menganggap kehadiran Allah membuat manusia tidak

menghargai hidup sebagai anugerah dari Sang Pencipta. Hidup manusia semakin

dangkal dan tak berakar. Hidup manusia mudah ditukarkan dengan hal-hal

duniawi. Maka tidak mengherankan apabila ada orang yang berperilaku korupsi,

menjual diri dan sebagainya. Hal-hal duniawi menjadi orientasi atau tujuan hidup

manusia.

Darminta (2003: 187) menyatakan bahwa “bila manusia kehilangan

kedalaman hidup, orang hanya menghayati hidupnya secara dangkal”.

Kedangkalan hidup ini membawa manusia pada kesengsaraan yang sia-sia.

Kedangkalan hidup terjadi apabila orang hanya berfokus pada kemampuan diri

sendiri dan mengesampingkan bahwa segala daya kemampuan itu mengalir dari

kedalaman hidup yang bersumber pada Allah. Orang sudah lupa akan asal dan

tujuan hidup manusia yaitu Allah sendiri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Kedangkalan hidup manusia semakin diperburuk dengan tumbuh suburnya

budaya instan. Ketersediaan segala sesuatu serba cepat saji, serba instan segera

dapat dinikmati, berpotensi untuk melemahkan daya juang, menyuburkan

kemalasan, dan membentuk sikap asal-asalan.

Manusia cenderung mengesampingkan proses dengan menghalalkan

segala cara untuk sebuah hasil. Orang cenderung menginginkan segala sesuatu

didapat dengan serba mudah, cepat, menguntungkan, dan tak usah berjuang dan

bekerja keras. Tanpa sadar orang sudah dibuat nyaman oleh budaya instan ini.

Budaya instan tanpa disadari telah merasuki kepribadian manusia bahkan hati

nurani manusia untuk meningkat ke korupsi (Sutidjah, 2012: 15-16). Paul (2002:

32) berkaitan dengan budaya instan menyatakan bahwa “oleh karena setiap hari

kita dijejal hal-hal yang serba cepat itu, maka lama-kelamaan membudaya dalam

diri kita, sehingga tanpa sadar kita dipengaruhi oleh hal itu”.

Kini manusia makin terfokus pada kepentingan diri sendiri. Orang semakin

terjebak dengan keegoisan diri mengejar kenikmatan duniawi. Orang semakin

sukar untuk memperhatikan dan menghargai orang lain. Allah juga semakin

dilupakan. Hidup manusia semakin jauh dari Allah. Manusia dilanda berbagai

persoalan moral dan krisis iman. Akhirnya pendangkalan hidup manusia

menghasilkan masyarakat yang tanpa nilai, masyarakat tanpa akar. Sistem

masyarakat yang tidak menghargai nilai hidup, tidak mempedulikan solidaritas

dan kepentingan umum (Direktorium Formatio Iman 2014: 12).

Pendangkalan hidup bisa saja dialami oleh siapa pun manusia tak

terkecuali katekis. Ketika Allah bukan lagi menjadi suatu tujuan dan arah hidup

katekis, ia akan mudah tidak setia dan mengejar hal-hal duniawi yang menurutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

membuat bahagia. Katekis dalam karya pelayanannya juga akan bertemu dengan

orang-orang yang memiliki kedangkalan hidup yang lupa akan asal dan tujuan

hidupnya yakni Allah sendiri. Katekis ditantang untuk mendampingi mereka

supaya menemukan kesadaran akan asal dan tujuan hidupnya yakni Allah. Katekis

juga akan melayani orang-orang dengan kepribadian yang telah dipengaruhi oleh

budaya instan, yakni orang-orang dengan kecenderungan yang kurang menghargai

proses, ingin agar semuanya berjalan cepat dan bahkan instan. Hal ini tentu bukan

perkara mudah, jika katekis tidak siap menyiasati nya maka respons dari umat

yang tidak terpenuhi kebutuhannya itu sangat tidak mengenakkan bagi katekis.

Hal itu seperti umat tidak mau datang saat katekese, tidak menyimak, tidak

antusias atau asal yang penting datang semuanya itu akan sungguh melelahkan

bagi katekis dan mempengaruhi semangat katekis.

3. Ateisme dan Relativisme yang Melahirkan Krisis Iman dan Moral

Ateisme merupakan bentuk pengabaian akan Allah. Pengabaian akan Allah

ini terwujud juga dalam ritualisme, yakni pelaksanaan agama yang hanya

mengutamakan ritual-ritual saja tanpa menekankan penghayatan dan perwujudan

iman dalam hidup nyata. Yakobus menegaskan “sebab seperti tubuh tanpa roh

adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak

2:26). Manusia kehilangan hidup mistik nya yakni manusia kehilangan hubungan

yang akrab dengan Allah (Direktorium Formatio Iman 2014: 12-13). Adalah

iman yang dangkal apabila orang Kristiani yang mengikrarkan rasa percaya nya

terhadap Allah namun tingkah lakunya sangat berlawanan dengan ajaran Injil

(Lepp,1985: 185-186).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Pengabaian dan penolakan terhadap Allah berdampak pada hati nurani

manusia. Hati nurani manusia menjadi tumpul akibatnya getar religiositas batin

manusia runtuh. Hal ini mendorong sikap relativisme pada manusia muncul, yakni

sikap merelatifkan segalanya. Sikap relativisme ini memicu tidak adanya lagi

sesuatu yang absolut, tidak ada kebenaran yang pasti dan hakiki. Manusia

berpegang pada kebenarannya sendiri-sendiri (Direktorium Formatio Iman 2014:

13). Efeknya manusia merasakan krisis moral, manusia bertindak semuanya

sendiri tanpa memikirkan kepentingan dan dampak bagi orang lain atas

tindakannya.

Gambaran seperti itulah yang menjadi tantangan katekis. Orang semakin

memikirkan kepentingannya sendiri tidak peduli apa yang dirasakan oleh orang

lain. Mengaku beragama namun dalam tindakan nyata justru berlainan dengan

ajaran Injil. Bisa juga di istilahkan Katolik KTP. Peran katekis menjadi tidak

mudah tatkala orang-orang yang ia dampingi tidak memiliki kepedulian terhadap

sesama. Katekis ditantang untuk bersama-sama dengan umat mewujudkan iman

dalam tindakan atau perbuatan nyata. Jika iman itu tidak disertai perbuatan maka

iman itu pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2: 26).

4. Perkembangan Teknologi Digital


Teknologi secara umum dipahami sebagai alat yang memiliki kemampuan

untuk menunjang suatu kegiatan manusia yang digunakan secara instan.

Teknologi mengarah dan memiliki ciri-ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan

manusia (Terasania, 2017). Sedangkan digital berasal dari kata bahasa latin

„digitus‟, artinya jari. Di dunia modern yang ditandai oleh kemajuan teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

digital ini komunikasi antar pribadi tidak hanya bisa dibangun dengan mulut atau

komunikasi lisan, tetapi juga melalui jari-jemari (komunikasi tertulis). Kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi modern semakin memperluas cara

berkomunikasi dengan sarana digital atau teknologi digital (Agus Widayanto,

2012: 23).

Kemajuan teknologi digital memudahkan anak-anak muda zaman sekarang

memperoleh informasi dengan cepat. Mereka didukung oleh akses dan jejaring

yang mampu menjawab keinginan mereka dengan cepat. Hal ini juga merupakan

peluang sekaligus tantangan bagi katekis. Peluangnya, katekis dapat masuk dan

memanfaatkan kemajuan teknologi seperti internet untuk karya pewartaannya

sehingga dapat semakin memperluas dan menjangkau banyak anak muda. Namun

dengan kemajuan teknologi ini mereka cenderung menginginkan segala sesuatu

dengan cepat. Mereka cenderung mengandalkan teknologi untuk berinteraksi,

berkomunikasi, berjejaring dan bersosial. Dampak yang ditimbulkan yakni

mereka mengalami kelemahan dalam berkomunikasi secara langsung dan verbal.

Mereka cenderung mementingkan dirinya sendiri, individualis, ingin serba cepat,

kurang sabar dan tidak menghargai proses itulah tantangan yang dihadapi katekis

(Direktorium Formatio Iman 2014: 13-14).

Sarana komunikasi modern sudah menjadi bagian hidup orang modern di

zaman ini. Para penggiat katekese di zaman sekarang harus mampu membawa

keselarasan Tradisi Injili kepada kehidupan modern. Bagaimana mengaktualkan

sabda Allah dengan memberinya ungkapan baru yang lebih berbicara bagi orang

zaman sekarang. Dalam katekese, katekis juga harus pandai menggunakan bahasa

yang sesuai dan mampu menyapa orang zaman sekarang tanpa meninggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

kedalaman isinya (Purwono, 2012: 432). Hal ini menjadi tantangan bagi katekis

khususnya katekis yang sudah tua dan kurang begitu akrab dengan teknologi

digital. Bagi katekis-katekis muda zaman ini yang sudah akrab dengan teknologi

digital mungkin tidak akan kesulitan namun ia harus tetap belajar dan mengemas

katekese dengan se menarik mungkin namun tidak melupakan kedalaman isi.

5. Keberagaman yang Diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme

Fakta kondisi Indonesia adalah masyarakat yang multikultur. Bumi Pertiwi

ini mewariskan keberagaman budaya, tradisi, religi, suku, mentalitas, alam

pikiran, situasi geografis yang berbeda-beda. Keanekaragaman diharapkan dapat

menumbuhkan kekuatan sosial seperti nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong,

persatuan, kerukunan dan semangat Bhineka Tunggal Ika.

Namun ternyata dalam prosesnya tak semua lapisan masyarakat

mensyukuri keberagaman itu. Keberagaman telah memicu adanya benturan-

benturan sosial. Ihsanuddin (2017) mengatakan “belakangan ini intoleransi dan

radikalisme sudah sampai tahap kedaruratan.” Radikalisme sendiri merupakan

gerakan kembali ke akar kepercayaan. Namun radikalisme ini justru berubah

menjadi ideologi yang fanatik dan sempit. Bukannya memperbaiki namun

radikalisme ini justru mencemari agama yang bersangkutan (Direktorium

Formatio Iman 2014: 15).

Selain itu sikap yang juga berpotensi dapat merusak kerukunan antar

sesama yakni fundamentalisme. Fundamentalisme menganggap keyakinan,

kepercayaan atau agamanya paling benar sehingga cenderung untuk menutup diri

dan tidak menghargai dialog. Fundamentalisme menginginkan hukum agamanya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

dijadikan sebagai hukum positif yang berlaku bagi semua warga (Direktorium

Formatio Iman 2014: 14).

Sikap tidak menghargai dialog ini akan menghambat terciptanya

perdamaian dunia. Dalam seruan Apostolik Paus Fransiskus dinyatakan bahwa

“dialog antar agama merupakan syarat yang perlu untuk perdamaian dunia” (EG,

250).

Dalam situasi masyarakat yang dipengaruhi oleh fundamentalisme dan

radikalisme ini tidak semua masyarakat mau menerima kehadiran warga non-

muslim. Katekis ditantang untuk bisa menjadi panutan dan penggerak perdamaian

melalui karya dan pelayanannya di tengah umat dan masyarakat. Katekis

ditantang untuk berani bersaudara dan berdialog dengan semua orang, demi

terwujudnya misi Kerajaan Allah yaitu persaudaraan sejati dan keselamatan

semua orang.

6. Globalisasi

Globalisasi merupakan proses berbagai segi kehidupan seperti ekonomi,

sosial, budaya dan politik yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi

(Rukiyanto, 2012: 65). Rukiyanto (2012:66) menyatakan bahwa “Globalisasi

menyebabkan imperialisme budaya yakni ancaman budaya barat terhadap nilai-

nilai tradisional yang berakar dalam budaya dan agama yang bertentangan

dengannya”. Kebudayaan memberikan ruang bagi pribadi-pribadi untuk berjumpa

dengan Injil. Melalui budaya lokal seperti budaya Jawa, budaya Tionghoa, dan

budaya lainnya, umat dapat mengungkapkan imannya kepada Yesus Kristus.

Gereja mendukung budaya lokal yang ada dalam masyarakat dengan gerakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

inkulturasi liturgi. Gereja terpanggil untuk menjalankan evangeli sasi kebudayaan

(Direktorium Formatio Iman 2014: 15-16).

Globalisasi melahirkan budaya yang bertolak belakang dengan nilai-nilai

budaya lokal-tradisional. Budaya tersebut memprioritaskan pada sesuatu yang

sifatnya lahiriah, langsung, terlihat, cepat, dangkal dan sementara (EG, 62).

Dewasa ini orang semakin memperlihatkan keburukannya. Nilai-nilai

kesopanan menjadi luntur. Orang cenderung memperlihatkan sikapnya yang

egois, tak mampu mengendalikan dirinya. Banyak orang terjerat kasus korupsi.

Orang semakin tidak disiplin, mudah tersinggung, benci dan dendam. Orang suka

memilih jalan pintas, bekerja asal jadi tidak melihat kualitas kerja, fanatik , mudah

melakukan kekerasan maupun ikut dalam kekerasan yang dilakukan oleh massa,

namun tentang itu semua mereka tidak merasa malu (Magnis, 2012: 46-47).

Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk pelayanan katekis di zaman ini.

Pelayanan katekis menjadi tidak mudah apabila yang ia layani adalah orang-orang

dengan tingkat kesabaran yang rendah. Orang saat ini kurang menghargai proses

ingin serba cepat. Padahal katekis dalam berkarya misalnya ketika berkatekese

tentu membutuhkan suatu proses, membutuhkan waktu, dilaksanakan dari tahap

ke tahap, membutuhkan refleksi dan tentu tidak bisa tergesa-gesa. Itulah

kenyataannya, katekis harus bersiap untuk menghadapi tantangan ini supaya tidak

putus asa.

7. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup

Paus Fransiskus dalam ensiklik “Laudato Si” (LS), 2015 menegaskan

bahwa bumi ini merupakan “rumah kita bersama” (LS 1). Disebutkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Bumi sedang menjerit karena segala kerusakan yang telah ditimpakan padanya

(LS 2). Kita berpikir bahwa kita adalah tuan dan penguasanya. Dalam konteks itu,

Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk berdialog dengan cara baru tentang

Bumi ini, dialog tentang “rumah kita bersama”, tentang bagaimana kita

membentuk planet kita itu. Ajakan dialog ini ditujukan kepada semua orang

untuk melindungi keutuhan ciptaan (LS 14).

Menjaga alam ciptaan dan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab

seluruh umat manusia. Manusia diberikan tugas oleh Allah melestarikan alam

ciptaan (Kej 2:15). Namun saat ini keutuhan ciptaan telah terancam bencana

dikarenakan ulah dan keserakahan manusia maupun oleh karena alam. Manusia

memandang dirinya sebagai subjek dan alam ciptaan sebagai objek belaka

sehingga kekayaan alam terus di keruk tanpa diimbangi dengan usaha

pelestariannya (Direktorium Formatio Iman, 2014:16).

Manusia harus menjalani pertobatan ekologis, yakni perubahan paradigma

dari antroposentris menjadi biosentris. Manusia lah yang membutuhkan alam

bukan sebaliknya. Melindungi karya ciptaan Allah merupakan bagian penting dari

kehidupan yang saleh. (Direktorium Formatio Iman, 2014:16) .

Manusia berada di bumi untuk jangka waktu yang lama. Semua orang

perlu masuk ke dalam dialog baru tentang bagaimana manusia membentuk masa

depan planet nya. Manusia harus bijak tentang bagaimana menggunakan

teknologi, mencintai orang miskin, merawat lingkungan secara terpadu serta

mengembangkan cinta dan hormat kepada seluruh ciptaan Allah dengan tepat

waktu dan tanpa batas (Kerry Weber, 2015: 24).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Dalam hal ini katekis ditantang untuk memberikan suatu keteladanan

dalam menjaga kelestarian alam ciptaan Allah. Katekis juga diharapkan mau

mengusahakan dan menanamkan kesadaran pada masyarakat sekitar tentang

kelestarian alam ciptaan ini.

8. Kemiskinan

Paham materialisme dan konsumerisme di era modern seperti sekarang ini

terus menjalar dan masuk hingga ke masyarakat kecil. Hal ini memperparah

kemiskinan. Masyarakat cenderung konsumtif, memenuhi keinginan dan bukan

kebutuhan. Paus Fransiskus juga menyinggung tentang tantangan zaman ini dalam

dokumen Evangelii Gaudium (EG) pada artikel berikut;

Bahaya besar dalam dunia sekarang ini, yang diliputi oleh


konsumerisme, adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang
puas namun tamak, pengejaran akan kesenangan sembrono dan hati nurani
yang tumpul. Ketika kehidupan batin kita terbelenggu dalam kepentingan
dan kepeduliannya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama, tak ada tempat
bagi si miskin papa. Suara Allah tidak lagi didengar, suka cita kasih-Nya
tidak lagi dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baik pun hilang (EG, 2).

Hal ini menjadi tantangan bagi pelayanan katekis dalam mewartakan Allah

yang penuh kasih. Lama kelamaan kemiskinan menyebabkan orang mengalami

kesengsaraan, bukan hanya fisik namun juga rohani. Orang miskin bisa saja

terjebak dan mulai mempertanyakan kehadiran Allah yang maha adil dan belas-

kasih itu dalam kehidupan mereka.

Komkat KWI (1987: 34) menerangkan bahwa kaum miskin atau papa

(miskin secara material) harus dibantu merasakan kasih Gereja. Mereka didorong

untuk mengatasi kesulitan mereka dengan bantuan iman Kristen dan mereka

sendiri menjadi pelaku perkembangan integral mereka. Kaum miskin seharusnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

mendapatkan perhatian utama dari para katekis. Perhatian dan keberpihakan pada

kaum miskin haruslah didasari oleh kasih.

Selain itu tantangan yang dihadapi oleh katekis berkaitan dengan

kemiskinan ini adalah mengenai persoalan keuangan. Pemberian gaji yang pantas

pada katekis masih menjadi persoalan yang sangat sulit dipecahkan (CEP, 1997:

63). Katekis mengalami dilema yang mempengaruhi semangat dan kesetiaannya

sebagai katekis. Hal itu tergambar jelas dalam sebuah cerita yang berjudul “Ingin

Menjadi Katekis Tetapi Juga Ingin Hidup” (Utusan, 2008: 16).

Tantangan-tantangan katekis zaman sekarang berdampak terhadap kesetiaan

katekis. Tantangan-tantangan yang ada melemahkan semangat juang katekis.

Kesetiaan katekis menjadi tergoyahkan oleh karena tantangan-tantangan tersebut.

Fakta saat ini semakin sulit menemukan katekis paroki yang mau bertahan atau

setia dalam karya pelayanan untuk beberapa tahun (EG, 81).

C. Katekis dalam Menanggapi Tantangan Zaman Sekarang

Konstitusi dogmatis tentang Gereja Lumen Gentium (LG, 1) telah

menyinggungnya bahwa “keadaan zaman sekarang lebih mendesak Gereja untuk

menunaikan tugas secara lebih erat”. Artinya katekis dapat menanggapi tantangan

zaman saat ini dengan lebih serius, cermat dan bijaksana. Realita hidup umat

zaman sekarang harus dicermati secara serius untuk menentukan pelayanan yang

akan dirancang sehingga sungguh menjawab kebutuhan umat (Seri Pastoral 429,

2016: 9-10).

Masyarakat dewasa ini dihadapkan pada kemajuan cara berpikir, cara

bertindak, dan berbagai bentuk perubahan seperti pada bidang teknologi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

komunikasi. Kemajuan ini membawa berbagai perubahan perilaku, sikap, moral

dan tata budaya. Perubahan yang besar ini juga berpengaruh pada kehidupan

menggereja. Jika kita amati sekarang ini, kehidupan masyarakat dalam bidang

agama mengalami perubahan dan pergeseran yang sangat besar. Moral dan iman

umat tidak lagi menjadi kebanggaan. Tidak sedikit orang muda dengan mudah

meninggalkan imannya. Katekis harus memiliki cara untuk menghadapi tantangan

zaman ini di antaranya adalah:

1. Katekis memperjuangkan nilai-nilai kerajaan Allah dalam hidup


bermasyarakat

Nilai-nilai kerajaan Allah yang dimaksudkan di sini adalah terciptanya

suasana kasih, kedamaian, keadilan, kepedulian di dalam masyarakat. Katekis

berusaha menekankan penghayatan dan perwujudan iman dalam hidup nyata.

Katekis berani menjadi penggerak sekaligus sebagai contoh sebagai orang yang

beragama. Artinya iman akan Yesus Kristus diwujudkan melalui tindakan nyata

dalam kehidupan umat sehari-hari supaya tercipta nilai-nilai kerajaan Allah di

dalam dunia. Kerajaan Allah dapat terwujud bukan melalui pengetahuan atau teori

melainkan lewat perubahan sikap iman yang nyata (Irianto, 2012: 100). Usaha ini

sekaligus menjawab tantangan katekis di zaman sekarang yakni ateisme. Ateisme

adalah pengabaian akan Allah yang terwujud dalam ritualisme, yakni pelaksanaan

agama yang hanya mengutamakan ritual-ritual saja (Direktorium Formatio Iman,

2014: 12-13).

Katekis memperjuangkan nilai Kerajaan Allah itu artinya katekis juga

berusaha memperjuangkan terciptanya perdamaian di dalam masyarakat. Dialog


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

sosial sebagaimana disebut dalam dokumen Evangelii Gaudium (EG, 238) dapat

diupayakan sebagai sumbangan untuk perdamaian. Ada berbagai jenis dialog di

dalam dialog sosial termasuk di dalamnya adalah dialog antar agama yang

menjawab mengenai fundamentalisme dan radikalisme (EG, 250). Katekis harus

terbuka terhadap dialog dan mau dibina untuk terlibat di dalamnya.

Dialog antar agama adalah bagian dari misi pewartaan Injil dalam Gereja

(CEP, 1997: 36-37). Hal itu juga yang sudah diusahakan oleh Program Studi

Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma selama bertahun-tahun.

Prodi ini selalu mengadakan kunjungan dialog lintas agama setiap tahunnya. Hal

ini ditempuh dalam rangka untuk mempersiapkan dan menciptakan sikap toleransi

antar umat beragama pada mahasiswa para calon katekis (Mery, 2010).

2. Katekis Menyesuaikan Tuntutan Zaman


Fakta bahwa orang saat ini cenderung memilih sesuatu yang serba cepat dan

dan efisien. Hal-hal yang serba cepat atau instan telah membudaya dalam diri

manusia dan mempengaruhi cara berfikir ataupun cara bertindak manusia (Paul,

(2002: 32). Subjek yang katekis layani zaman ini adalah orang-orang yang lebih

memilih sesuatu yang serba cepat, efisien dan instant. Katekis sebaiknya

menyesuaikan dengan minat orang zaman sekarang. Katekis harus merubah

metode pewartaannya dengan menyesuaikan tuntutan zaman supaya dapat

diterima dengan baik dan berhasil.

Hal itu dapat diupayakan dengan merubah pola, metode, langkah-langkah

dan sarana yang digunakan katekis harus disesuaikan disusun dalam fragmen yang

pendek-pendek meliputi banyak hal sekaligus, dan berdurasi pendek namun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

mengurangi kualitas isi. Proses katekese yang melewati langkah panjang dapat

diupayakan sebaik mungkin untuk dapat dipersingkat dalam bentuk yang sesuai.

Katekis juga dapat memanfaatkan sarana seperti power point, gambar simbolik,

foto-foto, film yang bersifat singkat, padat, menarik, dan mudah diingat

(Sarjumunarsa, 2012: 489).

3. Katekis masuk dan memberi kesaksian di era digital

Era digital memungkinkan manusia bisa saling bertukar informasi dan

berkomunikasi dengan sangat cepat. Bapa Suci Benediktus XVI dalam pesan paus

mengenai „kesaksian di era digital‟ menginginkan umat kristiani tidak terkecuali

katekis supaya „bertolak lebih dalam‟. Paus mengajak supaya umat Kristiani mau

memberikan kesaksian di era digital dengan “masuk ke dalam dunia maya” untuk

menawarkan sebuah integritas dari nilai-nilai Katolik. Maksudnya adalah umat

kristiani memberikan suatu kesaksian yang dapat dipercaya. Kesaksian akan

pengalaman Allah yang bercampur tangan dalam hidup manusia. Kesaksian yang

diberikan haruslah asli dan autentik, konsisten antara apa yang dikatakan dengan

apa yang diperbuat, tidak menonjolkan polesan wajah, mengejar popularitas atau

menjadi narsis! (Rahardi, 2011: 8-11).

Pesan paus ini ditangkap baik oleh para katekis dalam kesimpulan hasil

PERNAS Katekis II 2010 dinyatakan bahwa “kami mau “bertolak ke tempat yang

dalam” (Luk 5:4), dengan berani menggunakan sarana-sarana baru seperti media

komunikasi modern dalam pelayanan kami” (Komkat-KWI, 2010). Tanggapan ini

sekaligus menjawab tantangan katekis zaman sekarang yakni perkembangan

teknologi digital, sekularisasi dan sekularisme.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

BAB IV

INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG

Karya pewartaan paroki tidak dapat dipisahkan dari keberadaan katekis

atau pewarta (Komkat KAS, 2007: 52). Katekis dewasa ini menghadapi tantangan

zaman yang semakin berat, rumit dan kompleks. Tantangan katekis seperti

sekularisme, kemiskinan dan sebagainya kerapkali mempengaruhi semangat dan

kesetiaan katekis. Dalam hal ini keuskupan atau paroki bertanggung jawab untuk

mendampingi dan membekali katekis agar siap menghadapi tantangan zaman saat

ini. Dalam dekrit Christus Dominus (CD, 14) dekrit tentang Uskup menegaskan

bahwa “hendaklah para Uskup mengusahakan supaya para katekis disiapkan

dengan baik untuk tugas mereka”. Hal ini menandakan bahwa katekis memegang

peran penting di dalam Gereja sehingga katekis perlu dibekali dan didampingi

dengan baik.

Fakta bahwa saat ini banyak orang awam semakin takut atau ragu-ragu

bila diminta untuk melakukan karya kerasulan. Mereka cenderung berusaha

menghindari tanggung jawab yang mengganggu waktu luang mereka. Katekis

paroki saat ini juga semakin sulit kita temukan yang mau setia bertahan dalam

karya pelayanan mereka (EG, 81). Katekis dewasa ini memang menghadapi

banyak tantangan zaman sehingga melemahkan kesetiaan dan semangat mereka

sebagai pewarta.

Sekali lagi keuskupan dan paroki bertanggung jawab dalam mendampingi

para katekis di zaman ini. Paroki tidak boleh menyepelekan situasi ini. Paroki

harus berusaha supaya katekis semakin setia dan bersemangat dalam menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

panggilannya. Paroki juga perlu mengupayakan regenerasi katekis (Komkat KAS,

2007: 61) supaya terjadi kesinambungan yang baik. Keuskupan dan paroki perlu

berusaha supaya muncul katekis-katekis baru dengan semangat dan tanpa

keraguan menjawab panggilan sebagai katekis.

Maka bab IV ini bermaksud memberikan sumbangan inspirasi bagi para

katekis untuk menanggapi tantangan katekis zaman sekarang yang bersumber dari

kesetiaan Yeremia. Hal ini dimaksudkan supaya semakin meningkatkan semangat

dan kesetiaan katekis dalam menghayati panggilannya. Katekis dan nabi

mewartakan kehendak Allah dan sama-sama menghadapi tantangan yang berat.

Nabi Yeremia merupakan nabi yang terkenal dengan kesetiaannya sebagai

pewarta. Katekis dapat belajar dari nabi Yeremia supaya semakin setia dan

bersemangat dalam menghayati panggilannya.

Supaya inspirasi nantinya dapat ditindaklanjuti oleh katekis, penulis

mengusulkan sebuah kegiatan rekoleksi. Usulan kegiatan rekoleksi ini bertujuan

untuk meningkatkan kesetiaan dan semangat pelayanan para katekis khususnya di

paroki St. Maria Keuskupan Tanjung Karang.

Bab IV ini terbagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama memaparkan

mengenai inspirasi dari nabi Yeremia dan bagian kedua tentang usulan kegiatan

rekoleksi bagi katekis. Bagian pertama pemaparan inspirasi dari nabi Yeremia

yang meliputi: 1. jangan ragu katakan „ya‟ pada panggilan Tuhan, 2. pengalaman

dikasihi Allah membawa semangat dan kegembiraan, 3. pribadi yang setia pada

Allah, 4. pertobatan dan janji Allah membawa semangat baru, dan 5. bertekun

dalam kesulitan dan cobaan. Sedangkan bagian kedua ini berisi usulan kegiatan

rekoleksi paroki St. Maria. Bagian kedua ini dijelaskan kedalam masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

topik di antaranya: latar belakang diadakannya rekoleksi, pengertian rekoleksi,

tujuan diadakannya rekoleksi, tema rekoleksi, materi rekoleksi yang meliputi; a.

Setia pada Allah, b. pengalaman Krisis, dan c. Setia pada umat. Topik berikutnya

yakni mengenai waktu rekoleksi dan contoh persiapan kegiatan rekoleksi untuk

meningkatkan kesetiaan dan semangat pelayanan para katekis di paroki St. Maria

Keuskupan Tanjung Karang.

A. Inspirasi dari Nabi Yeremia Bagi Pelayanan Katekis Zaman Sekarang

1. Mengandalkan Tuhan dalam Setiap Perkara Hidup

Inspirasi ini menjawab tantangan yang dihadapi oleh katekis khususnya

sekularisme, pendangkalan hidup, krisis iman dan juga kemiskinan. Tantangan

katekis yakni sekularisasi dan sekularisme, membuat manusia mengabaikan

campur tangan Allah dalam hidupnya. Hal itu membuat manusia semakin jauh

dari Allah, manusia lupa aka nasal dan tujuan hidupnya yakni Allah,

menyebabkan hidup manusia menjadi dangkal. Manusia merasakan kehampaan

manusia tidak lagi percaya akan Allah dan membuatnya menjadi krisi iman.

Katekis dapat menimba inspirasi dari nabi Yeremia. Yeremia juga pernah

mengalami krisis iman dan krisis semangat. Namun Yeremia dapat bangkit

kembali ketika ia mau percaya dan mengendalakan Allah dalam hidup dan

tugasnya. Perkataan Yeremia dapat kita cermati seperti;

16:19 “Ya Tuhan, kekuatanku dan benteng ku, tempat pelarian ku pada hari
kesesakan! …”

17:5 “…..terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan


kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan”

17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

pada Tuhan.

20:11 “..Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, ...”

20:12 “…., sebab kepada-Mu lah kuserahkan perkaraku”.

Katekis hendaknya mengandalkan dan menyerahkan segala perkara pada

Tuhan seperti Yeremia sehingga ia mampu setia dan tabah menjalani tantangan

yang berat. Kiranya katekis jangan khawatir dan cemas akan hidupnya seperti saat

Yeremia merasa cemas dan khawatir akan hidupnya “…ya Tuhan, ingatlah aku

dan perhatikanlah aku…janganlah membiarkan aku diambil, karena panjang

sabar-Mu” (Yer 15:15). Nampak Yeremia khawatir dan meragukan kebijaksanaan

Allah, jika Yeremia percaya dengan janji Allah “Aku menyertai engkau” (Yer

1:19), Yeremia tidak akan berkata demikian. Namun di saat katekis mengalami

kesulitan katekis harus tetap berjuang dan meyakini bahwa Allah akan selalu

menyertainya memberikan jalan dan kemudahan baginya “Aku menyertai

engkau”.

2. Jangan Ragu Katakan „Ya‟ pada Panggilan Tuhan

a. Inspirasi bagi katekis ataupun calon katekis

Tantangan katekis zaman sekarang semakin sulit dan kompleks. Hal ini

tentu mempengaruhi keyakinan katekis untuk menjawab panggilannya sebagai

katekis. Berdasarkan kisah Yeremia ketika awal ia dipanggil oleh Allah untuk

menjadi seoarang pewarta yakni nabi, seorang Yeremia pun sempat mengalami

keraguan, ketakutan bahkan ingin menolak (Njiolah, 2005: 18). Hal itu

dikarenakan tantangan yang akan ia hadapi bukan hal mudah dan penuh risiko.

Yeremia diminta Allah untuk menyampaikan nubuat kehancuran maupun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

keselamatan kepada bangsanya sendiri. Yeremia ragu-ragu karena melihat

keadaan dirinya yang masih muda “aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini

masih muda‟‟ (Yer 1:6). Yeremia meragukan dirinya sendiri dan bermaksud untuk

menolak.

Namun Allah tidak kehabisan akal untuk membuat Yeremia menjadi

berani dan mantap menjawab panggilan Tuhan. Allah menenangkan hati Yeremia

yang cemas. Allah berjanji akan menyertai Yeremia dalam melaksanakan tugas

kenabiannya. Allah juga akan menaruh perkataan-Nya ke dalam mulut Yeremia

sehingga ia sanggup menyampaikan Firman Tuhan pada banyak orang (Njiolah,

2005: 18). Akhirnya Yeremia menerima panggilan itu dengan hati yang mantap.

Katekis bisa belajar dari pengalaman Yeremia ketika ia dipanggil oleh

Allah menjadi pewarta. Katekis tidak perlu ragu menjawab panggilan Allah.

Katekis harus berani menjawab “ya” pada tugas yang Allah berikan padanya.

Yeremia memang tidak menghadapi tantangan zaman yang rumit dan kompleks

seperti sekarang ini namun katekis perlu tahu tantangan Yeremia pada waktu itu

justru lebih berbahaya dan nyawa taruhannya.

Katekis dan Yeremia sama-sama menghadapi tantangan yang berat dan

tidak mudah, namun Allah tidak akan kehabisan akal untuk membuat kita yakin

dan percaya untuk menjawab “ya” pada panggilan-Nya. Panggilan menjadi

pewarta itu datang dari inisiatif Allah. Allah sendiri yang memilih kita para

katekis menjadi pewarta-Nya. Jangan ragu-ragu katakan “Ya” pada panggilan

Allah. Seperti Allah pada Yeremia, Allah akan selalu menyertai kita dan

meletakkan sabda-Nya di dalam mulut kita sehingga kita dapat berkarya dengan

baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Suatu pelajaran berharga dapat kita peroleh bahwa Allah telah memilih

kita orang-orang Kristiani zaman sekarang dan bukan kita yang memilih Allah.

Peterson (1983: 55) dalam hal ini berpendapat:

Sebab meskipun orang-orang Kristen itu sangat sadar tentang keputusan


mereka untuk mengikuti Yesus, dan mereka menekankan bahwa
keputusan-keputusan yang demikian itu sangat penting, tetapi orang yang
matang secara rohani melihat tangan Allah, baik di belakang keputusan itu
maupun dalam peristiwa-peristiwa yang mendahului dan yang
mengikutinya. Allah yang memimpin dan membimbing aku di seluruh
jalan-jalan, merupakan kebenaran yang dalam, yang berdasar atas
pengalaman Kristen. Allah berkerja baik di Gereja maupun dalam
kehidupan masing-masing pribadi, dengan mengambil inisiatif,
memanggil, memilih dan membimbing

Hal ini mengartikan bahwa keputusan untuk mengikuti Kristus berasal dari

inisiatif Allah. Allah yang berinisiatif memanggil dan kita yang menanggapi

panggilan Tuhan tersebut.

b. Inspirasi bagi penulis

Bagi penulis kisah Yeremia dipanggil menjadi nabi merupakan kisah yang

paling mengena di dalam hati. Penulis menemukan kesamaan dengan kisah

Yeremia saat dipanggil menjadi nabi. Yeremia masih muda umurnya belum ada

30 tahun sudah dipanggil Allah untuk menjadi pewarta. Penulis adalah seorang

calon pewarta atau katekis yang juga umurnya juga belum ada 30 tahun. Kami

sama-sama muda dan dipanggil Allah untuk menjadi pewarta-Nya. Penulis jika

mengamati situasi tantangan zaman sekarang juga berpikir “apakah saya

mampu?”

Penulis merasa ragu dengan diri sendiri karena belum memiliki banyak

pengalaman untuk menghadapi tantangan yang begitu rumit di zaman ini. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

penulis setelah membaca jawaban Allah kepada Yeremia, seolah diri ini mendapat

power baru. Sabda Allah yang ditujukan Yeremia menguatkan penulis untuk

menanggapi panggilan Allah. Sabda Allah pada Yeremia:

Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau
Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan
kepadamu, haruslah kau sampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab
Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau. Sesungguhnya, Aku
menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu (bdk Yer 1:7-9).

Penulis merasa seperti Allah juga sedang berbicara pada diri penulis melalui

Firman Allah yang ditujukan pada Yeremia. Penulis merasa diteguhkan dan

merasa semakin yakin untuk berkata “ya” saya mau Tuhan menjadi pewarta-Mu.

Penulis yakin dalam keterbatasan penulis, Allah sendiri yang akan

menyempurnakan dan mendampingi penulis dalam setiap tugas perutusan yang

Dia kehendaki. Paus Fransiskus berpesan pada para katekis bahwa “pergilah tanpa

takut ke setiap kota dan desa di negeri ini, untuk menyebarkan benih yang baik

dari firman Allah, dan yakin lah akan janjinya bahwa anda akan kembali

bersukacita, dengan berkas gandum dan panen yang berlimpah” (Praedicamus,

2017: 154). Maka katekis jangan ragu untuk menanggapi panggilan Tuhan.

3. Pengalaman Dikasihi Allah Membawa Semangat dan Kegembiraan

Yeremia merasa bahagia dan bergembira dalam menjalankan tugasnya

sebagai nabi pada periode pertama yakni saat awal ia dipanggil sebagai nabi.

Walaupun demikian, Yeremia tetap mengalami kekecewaan dan tantangan.

Yeremia sanggup menghadapi semua tantangan dengan tabah. Yeremia

bersemangat dan bertahan karena ia merasakan kasih Allah yang begitu nyata

(bdk Yer 2:1-8). Pengalaman dikasihi Allah rupanya memberi kekuatan tersendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

bagi Yeremia. Hal itu terbukti Yeremia mampu bertahan menghadapi kekecewaan

dan tantangan pewartaan.

Katekis dan nabi adalah pewarta yang sama-sama memerlukan semangat

dan kegembiraan yang bersumber dari Allah dalam menjalankan tugasnya sebagai

pewarta. Rasa ikhlas dan bahagia akan membuat sesuatu yang berat akan terasa

ringan. Katekis tentu bukan pekerjaan yang ringan maka katekis membutuhkan

kegembiraan dan keikhlasan yang bersumber dari Allah sendiri.

Katekis dapat belajar dari pengalaman nabi Yeremia. Yeremia

bersemangat dan bergembira dalam tugasnya karena ia melihat kasih Allah yang

begitu jelas bagi bangsanya yakni bangsa Israel. Hal ini mengarah pada peristiwa

pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir (Suharyo, 2005: 76). Katekis juga

perlu berusaha melihat kasih Allah dalam hidupnya supaya katekis mengalami

suka cita dan semangat seperti Yeremia dalam berkarya.

Katekis tidak mungkin dapat membagikan kasihnya pada umat yang ia

layani apabila ia sendiri tidak menemukan pengalaman dikasihi oleh Allah.

Katekis berusaha merasakan kasih Allah dalam pengalaman hidupnya sehari-hari.

Hal itu penting supaya suka cita semakin dirasakan oleh katekis dan dapat ia

bagikan kepada orang lain. Dalam dokumen Evangelii Gaudium (EG, 164)

dijelaskan bahwa pewartaan utama katekis yang seharusnya disuarakan berulang-

ulang adalah “Yesus Kristus mencintaimu” .

4. Pribadi yang Setia pada Allah

Katekis dan nabi merupakan orang yang diharapkan setia pada kehendak

Allah. Katekis zaman sekarang dapat belajar mengenai sebuah kesetiaan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

melaksanakan perintah Allah dari nabi Yeremia. Yeremia merupakan nabi yang

setia dan pemberani. Yeremia setia melakukan perintah Allah walaupun penuh

risiko. Yeremia diperintah Allah menjadi nabi di usia yang masih muda walaupun

sempat ingin menolak namun akhirnya Yeremia patuh terhadap perintah Allah.

Yeremia diperintahkan Allah untuk bernubuat tentang kehancuran bait Allah dan

kota Yerusalem. Hal itu beresiko, Yeremia dimusuhi oleh bangsa Yehuda. Para

imam dan nabi menghasut seluruh rakyat kerajaan Yehuda untuk membunuh

Yeremia. Yeremia dipenjara di ruang bawah tanah namun diselamatkan Tuhan

melalui perantaraan raja Zedekia. Yeremia dijebloskan ke dalam perigi berlumpur

namun diselamatkan lagi oleh Tuhan melalui perantaraan Ebed-Melekh (Njiolah,

2005: 21).

Tugas Yeremia sarat akan risiko yang dapat mengancam nyawanya namun

Yeremia tetap setia melakukan perintah Allah dengan berani. Yeremia juga tetap

setia melakukan perintah Allah walaupun Yeremia dituduh berkhianat terhadap

bangsanya. Ia dituduh sebagai nabi palsu/ gila oleh bangsanya sendiri. Yeremia

tetap setia mewartakan Firman Allah. Ia mewartakan Firman Allah dengan suara

lantang dan tanpa takut.

Katekis dapat menimba inspirasi dari pribadi Yeremia yang setia dan tabah

dalam melaksanakan perintah Allah yang penuh risiko ini. Katekis harus berani

melakukan perintah Allah. Hal itu dapat diwujudkan salah satunya dengan berani

berkata jujur dan bertindak atas dorongan dari lubuk hati yang terdalam. Karena

Allah Tritunggal berdiam dalam lubuk hati terdalam setiap orang (CEP, 1997:

23). Hal ini selaras dengan spiritualitas katekis yang terbuka terhadap Allah

Tritunggal. Tentu dalam menyuarakan suara hati yang terdalam membutuhkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

suatu keberanian karena mengandung risiko. Katekis bisa jadi akan dimusuhi,

mendapat kecaman dianggap munafik dan sebagainya. Seperti katekis yang berani

untuk berkata tidak pada korupsi mungkin akan dianggap munafik dan

sebagainya.

Kesetiaan Yeremia pada Allah juga dapat kita pelajari dari sikapnya

sebagai juru bicara Allah. Yeremia sebagai juru bicara Allah di ibaratkan seperti

loudspeaker (pengeras suara) Allah. Dia mengatakan kehendak Allah tidak lebih

dan tidak kurang. Dia tidak bertindak selaku editor yang mengedit suara Allah,

agar pendengarnya senang. Yeremia menyatakan kehendak Allah sesuai dengan

apa yang ia dengar. Marx (1971: 22) berpendapat bahwa “nabi adalah juru bicara

Tuhan, sebab yang didengarkan nya jugalah yang dikabarkan nya”.

Menjadi Juru bicara Allah bukan perkara gampang. Orang cenderung

senang mendengarkan apa yang ia ingin dengar. Orang terkadang sering jengah

mendengarkan kebenaran. Apalagi jika kebenaran itu menyakitkan hatinya.

Seperti pengalaman Yeremia, mengumandangkan suara Allah, membuatnya

menjadi tersingkir bahkan dimusuhi. Menjadi refleksi bagi kita, apakah kita para

katekis mau mengumandangkan suara Allah, meski menyakitkan bagi orang lain

ataupun diri kita sendiri? Setiap orang Kristiani dipanggil untuk

mengumandangkan suara Allah. Mengumandangkan suara Allah berarti

menyatakan kebenaran menurut Allah untuk satu tujuan yakni demi kemuliaan

Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

5. Pertobatan dan Janji Allah Membawa Semangat Baru

Bertolak pada periode kedua selama masa pelayan Yeremia, Yeremia

pernah mengalami krisis yang sangat hebat. Yeremia benar-benar tidak berdaya

dan hampir mau mundur dari panggilan Tuhan. Tekanan yang begitu kuat sampai

mengancam nyawanya nampaknya melemahkan semangat Yeremia. Yeremia

mulai mempertanyakan janji Allah yang akan selalu melindunginya. Yeremia

merasa telah diperdaya oleh Tuhan yang menjanjikan pendampingan dan

perlindungan padanya. Yeremia menganggap Tuhan telah membohonginya

sehingga ia mengatakan Tuhan seperti sungai yang curang tidak dapat dipercayai

(Njiolah, 2005: 31). Yeremia begitu frustasi karena ia tidak melakukan kejahatan

namun menjadi buah perbantahan dan pencederaan bagi seluruh negeri (Yer 15:

10). Yeremia juga menganggap kelahirannya adalah sebuah kutukan. Yeremia

merasa putus asa sehingga bermaksud untuk mengundurkan diri dari tugas

kenabiannya.

Allah melihat tekanan dan frustasi yang dialami oleh Yeremia namun

Allah tidak meringankan beban Yeremia. Allah membiarkan tantangan itu tetap

ada dan harus dihadapi Yeremia. Begitulah cara Allah menggembleng Yeremia

untuk menjadi nabi yang kuat tabah dan setia. Seperti halnya dengan pelaut,

pelaut hebat dibentuk dari kebiasaan dia menghadapi badai dan ombak laut besar.

Yeremia dikenal sebagai nabi yang pemberani, setia dan tabah oleh karena

tugasnya yang berhadapan dengan tantangan dan tekanan yang sangat berat

hingga membuatnya sangat frustasi.

Bagi Allah tuduhan yang diberikan oleh Yeremia merupakan sebuah

hinaan. Allah mau Yeremia bertobat dan tidak mengutuki dirinya sendiri. Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

berkata “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi

pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan

tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku” (Bdk Yer

15:19). Pertobatan Yeremia diteguhkan Allah dengan mengulang penugasan dan

janji yang diberikan-Nya waktu Yeremia dipanggil dahulu (bdk Yer 15:19-20

dengan Yer 1:9, 17-19) . Allah akan membuat Yeremia sebagai tembok berkubu

dari tembaga. Yehuda akan memerangi Yeremia tetapi tidak akan bisa

mengalahkannya sebab Allah menyertai Yeremia untuk menyelamatkan dan

melepaskan Yeremia dari orang jahat.

Yeremia merasakan pembaharuan semangat dalam dirinya. Yeremia

semakin mantap dan percaya pada kuasa Allah. Walaupun situasi tantangan yang

ada semakin berat namun Yeremia mampu menghadapinya dengan setia, tabah,

dan semangat. Janji Allah dan pertobatan membawa harapan bagi Yeremia

sehingga ia mampu melewati masa krisis nya yang membuatnya ingin mundur

dari tugas kenabiannya.

Pertobatan ternyata membawa perubahan dalam diri seseorang. Pertobatan

adalah perubahan menyeluruh dalam diri seseorang dan perubahan tersebut

menyangkut perbaikan hati dan hidup seseorang (Rukiyanto, 2013: 53-54).

Katekis bukanlah orang yang sempurna, bahkan seorang nabi pun membutuhkan

pertobatan supaya bisa bangkit kembali menjadi pelayan Allah yang setia.

Pertobatan tidak hanya berlaku bagi pendosa saja tetapi juga bagi orang-orang

saleh, yang menganggap diri tidak memerlukan pertobatan (Rukiyanto, 2013: 52).

Katekis harus mencintai dirinya sendiri baik kekurangan ataupun

kelebihannya. Katekis perlu sadar bahwa panggilan sebagai pewarta datang dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

inisiatif Allah. Allah mengutus para katekis untuk mewartakan Sabda-Nya. Paus

Fransiskus berpesan “pergilah tanpa takut ke setiap kota dan desa di negeri ini,

untuk menyebarkan benih yang baik dari firman Allah, dan yakin lah akan janji-

Nya bahwa anda akan kembali bersukacita, dengan berkas gandum dari panen

yang berlimpah” (En.radiovatikan.va, 2017: 154).

Allah berjanji akan menyertai Yeremia dalam menjalankan tugasnya

sebagai pewarta. Allah juga akan menyertai para katekis dalam pelayanannya.

Dalam hal ini Paus Fransiskus mendorong dan menyemangati katekis agar tetap

bertahan meskipun tugas katekis bermanfaat sekaligus juga tidak mudah.

(En.radiovatikan.va, 2017: 154). Paus Fransiskus menekankan walaupun tugas

tampaknya terlalu banyak, hambatan terlalu besar tidak boleh katekis lupa bahwa

pekerjaan katekis sebagai pewarta merupakan pekerjaan yang kudus. Roh kudus

hadir dimana pun nama Kristus dinyatakan. Dia berada di tengah-tengah kita

setiap kali kita mengangkat hati dan pikiran kita kepada Allah dalam doa. “Dia

akan memberikan cahaya dan kekuatan yang anda butuhkan” (En.radiovatikan.va,

2017: 155).

6. Bertekun dalam Kesulitan dan Cobaan

Tak seorang pun yang suka terlibat dalam masalah dan pencobaan tetapi

setiap orang harus mengalaminya dalam hidup mereka. Sebagai seorang pengikut

Kristus cobaan dan kesulitan mempunyai suatu maksud (purpose) tertentu. Orang

Kristiani sering menyebutnya sebagai „salib‟ yang harus dipikul dalam hidup.

Yesus telah memberi contoh bagaimana kita harus bertekun dalam saat-saat sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

(Lih 1 Ptr 2:21-24). Kita pengikut Kristus diminta untuk mengikuti jejak Yesus

yang selalu setia dan tekun menjalani kehendak Allah walau dalam keadaan sulit.

Allah bukanlah Tuhan yang kejam dan hanya duduk dan melihat

hambanya menderita. Tetapi rencana-Nya ialah untuk mendewasakan kita. Semua

pencobaan itu ialah demi kebaikan kita juga (Ibr 12:10) dan membentuk karakter

kita. Pewarta atau katekis di zaman sekarang tentu akan menghadapi berbagai

cobaan dan kesulitan. Kekecewaan, kesulitan, kegagalan, malu seringkali

dirasakan oleh katekis dan hal itu berpengaruh terhadap kesetiaan dan semangat

katekis. Seperti Yeremia, ia juga mengalami kesulitan ia tidak berbohong dan

berusaha menuruti kehendak perintah Allah justru yang ia dapat fitnah, caci maki

dan penyiksaan terhadap dirinya. Namun Allah tidak meninggalkan kita. Yeremia

selalu diselamatkan oleh Allah dan berkat campur tangan Allah ia selalu luput dari

bahaya mati (Njiolah, 2005: 22).

Masalah keuangan juga termasuk dalam kesulitan yang dihadapi oleh para

katekis zaman ini. Belajar dari sosok nabi Yeremia, katekis tidak usah khawatir

akan hidupnya karena Allah akan selalu menyertai seperti janji Allah pada

Yeremia (Yer 1:8). Kekayaan tidak dapat menjadi kebanggaan namun pengenalan

akan Allah yang membawa kebahagiaan tersendiri. Allah berfirman melalui

Yeremia bunyinya:

Janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya. tetapi siapa yang


mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia
memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan
kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu
Kausukai, demikianlah firman Tuhan (Yer 9:23-24).
Tuhan punya rencana dan jalan yang kadang menjadi rahasia tak terselami

bagi kita. Kita perlu menyelami dan mengenali jalan dan rencana tersembunyi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Tuhan. Namun sering kali kita sebagai pengikut Kristus ingin rasanya semuanya

segera jelas, beres dan sukses. Di saat-saat keadaan sulit dan penuh tantangan

Tuhan menginginkan kita terus berjuang untuk terus bertekun sehingga kita

menjadi tahan uji dan berpengharapan (Eko Riyadi, 2008: 29-30).

B. Usulan Kegiatan Rekoleksi untuk Meningkatkan Kesetiaan dan Semangat


Pelayanan Para Katekis di Paroki St. Maria Keuskupan Tanjung Karang

1. Latar Belakang Diadakannya Rekoleksi

Dalam seruan apostolik Paus Fransiskus dikatakan “saat ini sangat sulit

menemukan para katekis paroki terlatih yang mau bertahan dalam karya

pelayanan untuk beberapa tahun” (EG, 81). Dunia zaman ini menawarkan

berbagai kenikmatan. Bahkan beberapa orang menolak untuk mengalami suka cita

pengutusan dan memilih untuk tidak terlibat dalam karya pelayanan Gereja.

Katekis sering tidak mampu setia bertahan dalam panggilannya disebabkan

oleh karena tantangan zaman yang makin rumit dan kompleks. Namun tidak

hanya itu permasalahan mendasar yang menyebabkan katekis tidak mampu setia

dalam tugas panggilannya adalah lebih kepada kegiatan yang dilakukan dengan

kurang baik, tanpa motivasi yang cukup, tanpa semangat yang meresapi nya dan

membuatnya menjadi menyenangkan (EG, 82). Hal itu menyebabkan karya

pelayanan menjadi terasa melelahkan, tidak memuaskan dan jauh dari

membahagiakan. Pelayanan yang dilakukan menimbulkan rasa kecewa, rasa berat

dan kelelahan yang tak tertahankan. Katekis semakin lemah dan tidak berdaya

akhirnya tidak dapat lagi setia bertahan dalam panggilannya. Karena kecewa

dengan kenyataan, dengan Gereja dan diri mereka sendiri, para katekis mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

godaan terus-menerus yang berujung pada kemurungan, kekurangan harapan dan

akhirnya semangat para katekis semakin ter gerus (EG, 83).

Semangat merupakan hal mendasar yang dapat mempengaruhi kinerja

seseorang. Indra Sanjaya (2011: 22) menjelaskan bahwa semestinya hidup itu

didorong oleh suatu spirit atau semangat tertentu, yaitu spirit atau Roh Allah

sendiri. Dalam hal ini penulis merasa penting untuk meningkatkan semangat

katekis, memberikan motivasi dalam pelayanan sehingga katekis dapat setia

dalam panggilannya.

Menjadi katekis yang setia di zaman ini bukan perkara mudah, orang saat

ini lebih berorientasi pada harta duniawi bukan rohani. Oleh sebab itu Gereja

perlu mendukung penuh pendampingan katekis. Katekis harus dibantu untuk

dapat menghayati panggilannya, bukan sekadar melaksanakan tugas karena

terpaksa sudah ditunjuk oleh Gereja. Katekis perlu diberikan semangat dan

motivasi agar tidak mudah masuk ke dalam godaan-godaan yang mampu

melemahkan semangatnya. Dalam hal ini kisah nabi Yeremia merupakan kisah

yang tepat untuk dijadikan sebagai sumber inspirasi katekis. Nabi Yeremia banyak

memberikan inspirasi kesetiaan dalam menghayati panggilan sebagai pewarta

dalam situasi yang berat.

Pada bagian ini penulis memberikan perhatian khusus di Paroki Santa

Maria Keuskupan Tanjung Karang karena merupakan paroki asal penulis dan

sebagai upaya mendampingi dan membina para katekis yang mengalami

hambatan menghayati panggilan mereka sebagai katekis oleh karena tantangan

pelayanan dan tantangan perubahan zaman.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Pembinaan bagi para katekis di Paroki Santa Maria Keuskupan Tanjung

Karang merupakan sesuatu yang penting dan perlu mendapat perhatian. Paroki St.

Maria saat ini sedang melakukan renovasi pembangunan gedung gereja. Hal itu

dikarenakan umat yang begitu banyak dan gereja tidak mampu menampung umat

sehingga diperlukan pelebaran gedung gereja. Bersamaan dengan hal ini, paroki

juga perlu menyeimbangkannya dengan pendampingan bagi para katekis atau

pewarta. Fakta bahwa semakin bertambahnya jumlah umat di Paroki St. Maria

tidak diimbangi dengan pertambahan jumlah katekis. Oleh karenanya paroki perlu

segera melakukan pembinaan agar katekis yang ada tetap setia dan bersemangat

melayani umat. Romo paroki juga perlu mempromosikan panggilan sebagai

katekis agar pertumbuhan umat juga diimbangi dengan pertumbuhan jumlah

katekis

Berdasarkan pengalaman pribadi penulis ada beberapa hal berkaitan

dengan katekis di zaman sekarang perlu diperhatikan oleh Paroki St. Maria.

Pertama, anak-anak muda sudah mulai tertarik dan mau terjun menjadi katekis.

Mereka melayani adik-adik sekolah minggu, dan Lagio Maria dan juga OMK.

Mereka menyatakan merasa masih kurang maksimal dan meminta supaya ada

yang mendampingi mereka. Kedua, jumlah umat yang semakin banyak tentu akan

berimbas pada peningkatan kebutuhan pelayanan rohani sedangkan jumlah

pelayan rohani tidak mencukupi. Ketiga, pengetahuan iman umat secara umum

masih minim menyebabkan umat mudah dipengaruhi ajaran-ajaran yang

menentang iman Kristiani. Keempat, tidak sedikit orang muda katolik paroki St.

Maria meninggalkan iman mereka dan berpindah ke agama lain. Kelima, zaman

yang telah berubah membawa tantangan yang cukup rumit dan kompleks bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

para katekis. Maka dari itu paroki tidak boleh mengabaikan tanda-tanda zaman

ini. Semakin beratnya tantangan katekis zaman sekarang bisa berpengaruh

terhadap semangat dan kesetiaan katekis sebagai pewarta. Hal ini perlu disikapi

oleh paroki dengan bijaksana. Dalam hal ini penulis berusaha mengupayakan

pendampingan katekis melalui sebuah rekoleksi.

2. Pengertian Rekoleksi

Rekoleksi merupakan upaya untuk melatih hidup rohani dan

manumbuhkan rasa ingin berubah ke arah yang lebih baik. Mangunhardjana

(1984: 7) mengatakan bahwa “rekoleksi, recollectio sebagai usaha untuk

memperkembangkan kehidupan iman atau rohani”. Dalam rekoleksi peserta dapat

terbantu meresapkan pengalaman rohani, mengevaluasi pengalaman selama ini

dan menemukan langkah-langkah baru untuk hidup selanjutnya (Puspitarini,

2008).

3. Tema Rekoleksi

Tema rekoleksi yang dipilih penulis yakni “menjadi pewarta setia

bercermin dari nabi Yeremia”. Tema ini dipilih supaya tujuan rekoleksi tercapai

yakni katekis semakin setia dan bersemangat dalam menghayati panggilannya

sebagai katekis atau pewarta di paroki. Nabi Yeremia dipilih sebagai tema karena

ia adalah nabi yang terkenal dengan kesetiaan dan keberaniannya sebagai pewarta.

Yeremia setia dan berani dalam menjalankan tugasnya sebagai pewarta di tengah

tekanan dan ancaman yang membahayakan nyawanya. Tantangan dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

permasalahan yang dihadapi oleh nabi Yeremia tidak ringan karena sampai

mengancam keselamatan nyawanya namun Yeremia tetap setia. Yeremia juga

pernah mengalami krisis yang sangat berat hingga menyebabkannya hampir

meninggalkan tugas perutusannya namun akhirnya Yeremia bangkit dan tetap

setia. Yeremia mengalami dinamika kenabian dan hal itu patut dijadikan cermin

bagi katekis terhadap panggilannya. Katekis dapat belajar menimba inspirasi dari

kisah Yeremia supaya katekis semakin setia, bersemangat dan termotivasi sebagai

pelayan umat yang tangguh di zaman ini.

4. Tujuan Diadakannya Rekoleksi

Berdasarkan latar belakang diadakannya rekoleksi di atas maka tujuan

rekoleksi ini adalah untuk meningkatkan kesetiaan dan semangat katekis paroki

St. Maria Keuskupan Tanjung Kawang dalam menghayati panggilannya sebagai

pewarta atau katekis.

5. Materi Rekoleksi

Pemilihan materi yang akan dipakai dalam rekoleksi ini adalah materi

yang menitik beratkan pada sisi kesetiaan Yeremia. Hal itu dimaksudkan supaya

tujuan rekoleksi ini dapat tercapai yakni katekis semakin setia dan bersemangat

dalam menghayati panggilannya sebagai katekis. Katekis dapat bercermin melalui

kisah kesetiaan Yeremia dan merefleksikan nya dalam rangka penghayatan

mereka selama ini sebagai katekis atau pewarta di paroki. Katekis dapat melihat

semangat yang dimiliki Yeremia. Katekis juga dapat menggali inspirasi dari nabi

Yeremia dan memiliki semangat yang baru.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

3 periode Yeremia merupakan dasar untuk menunjukkan kesetiaan

Yeremia dalam menghayati panggilan kenabiannya. 3 periode ini akan dikemas

dalam 3 judul materi yang mana masing-masing judul mewakili setiap periode. 3

materi ini akan menjadi bahan refleksi katekis atau bahan renungan katekis selama

rekoleksi. Hal ini supaya katekis dapat „bercermin‟ dari nabi Yeremia dan sembari

membandingkan dengan panggilan mereka sebagai katekis zaman ini. Materi

tersebut meliputi: Setia pada Allah, pengalaman krisis dan setia pada umat.

Masing-masing isi materi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Setia pada Allah

Yeremia mendapat perhatian khusus dari Allah sejak ia masih berada di

dalam kandungan (Marx, 1971: 14). Yeremia Sebelum berumur 30 tahun di

usianya yang masih muda Yeremia dipanggil Allah untuk menjadi nabi. Yeremia

merasa belum siap, tidak percaya diri dan mencoba menolak dengan alasan ia

masih muda dan tidak pandai berbicara. Allah tidak kehabisan akal untuk

membuat Yeremia merasa berani dan mantap untuk menjawab panggilan-Nya.

Firman Allah kepada Yeremia bunyinya:

Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun
engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan
kepadamu, haruslah kau sampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab
Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau. Sesungguhnya, Aku
menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. Ketahuilah, pada
hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-
kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan
meruntuhkan, untuk membangun dan menanam (Yer 1: 7-10).
Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan
sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu.
Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan
engkau di depan mereka!. Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku
membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja


Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat
negeri ini. Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan
engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau (Yer
1:17-19).

Sejak awal panggilannya inilah Yeremia merasakan hubungan yang

istimewa dengan Allah. Ia menjadi milik khusus Allah. Yeremia dikuduskan oleh

Allah bahkan sejak ia masih berada di dalam kandungan (Lih Yer 1:5). Allah

mendekatinya hingga ia merasa seperasaan dan sehati dengan Allah. Hal ini

merupakan karunia yang besar yang menyebabkan Yeremia mau melibatkan diri

sepenuhnya dengan kepentingan Allah. Nabi Yeremia merasa bahagia dan

semangat (Suharyo, 2005: 76). Yeremia merasa bukan sebagai petugas, melainkan

seorang yang menjadi juru bicara Allah atau nabi.

Berkat hubungannya yang istimewa dekat dengan Allah tersebut

nabi Yeremia merasa mantap dalam menjawab panggilan-Nya. Yeremia

memahami hidup dengan mata Allah dan ukuran Allah. Tindakan Yeremia

didasari atas keyakinan tersebut. Seluruh hidup Yeremia benar-benar ia

persembahkan untuk Allah terbukti Yeremia tidak menikah dan hidup selibat

(Marx, 1971: 18).

Yeremia menderita dan sedih karena Allah yang mencintai bangsanya

justru dipermainkan cinta-Nya dengan menyembah Allah lain. Yeremia

mengancam bangsa Yehuda. Yeremia mencoba mengarahkan bangsanya agar

kembali kepada cinta Allah. Namun Yeremia justru mendapat perlawanan dan

dimaki (Bullock, 2014: 265).

Tugas nabi Yeremia sangat berat namun semangat dan jiwa mudanya

mampu mengatasi masa sulit pada periode pertama. Pengalaman akan kasih Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

yang secara jelas dilihat oleh Yeremia juga menguatkan Yeremia (Mark, 1971).

Dengan semangat muda yang penuh dengan romantisme cinta akan Allah,

Yeremia menanggapi panggilan tersebut dengan setia. Walaupun tantangan

Yeremia saat itu berat ia mencoba setia pada Allah yang mencintainya.

b. Pengalaman Krisis

Tahun 609 terjadi peristiwa tragis, raja Yosia meninggal dalam

pertempuran di Megido melawan raja Necho dari Mesir. Raja Yosia kemudian

diganti oleh Yoahaz. Yoahaz hanya bertakhta selama 3 bulan kemudian ia dipecat

dari pemerintahan dan dibuang ke Mesir oleh Nekho II. Raja berikutnya yang

menggantikan Yoahaz adalah Yoyakim (Bullock, 2014; 265). Pada awal

pemerintahan Raja Yoyakim ini, Yeremia berdiri di pelataran bait Allah di

Yerusalem dan menyerukan nubuat dari Allah. Yeremia menyampaikan nubuat

yang sangat mengejutkan yang menjanjikan kehancuran tempat suci yakni bait

Allah jika bangsa Yehuda tidak bertobat (Njiolah, 2005: 25-28).

Yeremia menjadi korban kemarahan imam dan nabi yang bertugas di Bait

Suci. Yeremia dibawa ke pengadilan dan nyawanya dipertaruhkan. Ia dituduh

sebagai pengkhianat karena dinilai melemahkan semangat rakyat dengan

menubuatkan kehancuran bangsanya sendiri (Bullock, 2014: 265). Para pemimpin

politik dan religius serta rakyat mengikuti semangat pemimpin mereka dan secara

terbuka melawan pewartaan nabi Yeremia. Pewartaan Yeremia dicemooh,

pribadinya diejek dan dipermalukan. Raja Yoyakim menghina Yeremia dan

membakar gulungan kitabnya dan memberi perintah menangkap Yeremia dan

Barukh, namun Tuhan menyembunyikan mereka (Bullock, 2014: 262). Yeremia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

dimasukkan ke dalam penjara untuk orang gila atau nabi palsu. Yeremia juga

dimasukan ke dalam perigi yang sangat dalam dan penuh lumpur agar ia mati

kelaparan. Namun walaupun demikian nabi Yeremia masih berusaha

melaksanakan tugas dan panggilannya dengan keberanian besar (Yer 7: 1-15;26).

Yeremia mengalami kesepian dalam situasi ini. Yeremia ditinggalkan

teman-temannya. Sahabat karibnya pun memusuhi Yeremia dan berusaha

mencelakakan dia (Njiolah, 2005: 31). Keluarganya sendiri pun bahkan berniat

untuk membunuhnya. Yeremia benar-benar merasa kesepian tidak ada yang

mendukungnya. Satu-satunya dukungan tinggallah keyakinan Yeremia bahwa

Allah mendukungnya. Keadaan sulit dan berat ini terus saja dialami oleh Yeremia

dalam periode yang cukup lama yakni 20 tahun (Suharyo, 2005: 77).

Yeremia akhirnya mulai merasakan ditinggalkan oleh Allah yang dulu

dicintainya dengan setulus hati. Yeremia rupanya tidak mengerti kebijaksanaan

Allah. Yeremia tidak bisa percaya lagi terhadap Allah yang telah berjanji akan

selalu menyertainya (Njiolah, 2005: 31). Begitu berat dan besar tantangan yang

Yeremia hadapi sebagai nabi. Yeremia menyesali diri kenapa ia harus dilahirkan

(Njiolah, 2005: 32-34). Yeremia mengutuki dirinya sendiri. Allah dituduh nya

sebagai yang curang dan berbelit-belit. Dalam situasi seperti ini tinggallah

kematian yang menjadi dambaan bagi Yeremia. Proses krisis iman dan panggilan

Yeremia ini tercermin di dalam doa-doa dan dialog dengan Allah ( Yer 12:1-6;

15:10-18. 18:18-23).

Dalam pemikiran Yeremia segala sesuatu bisa berakhir dengan kematian

(Yer 15: 18). Namun Allah punya rencana lain dan berbeda dengan rencana atau

pemikiran nabi Yeremia. Allah sekali lagi memanggil Yeremia, ia diajak untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

bertobat dan nabi Yeremia diajak membaharui cinta kepada Allah. Allah kembali

mengulangi janji-Nya seperti awal ketika Yeremia dipanggil untuk menjadi nabi

(Yer 15: 19-21). Berkat panggilan yang dibaharui ini Yeremia mendapat kembali

keyakinannya bahwa Yeremia didukung oleh Allah dalam perjuangan. Keyakinan

ini membuat Yeremia sampai pada suatu pengalaman yang intim dengan Allah

yang memberikan kekuatan luar biasa bagi perjuangan dan pendewasaan imannya.

Yeremia juga merasakan kehadiran Allah sebagai sahabatnya sendiri.

c. Setia pada umat

Pengalaman krisis Yeremia menghantar Yeremia kepada suatu keputusan

dewasa dan matang untuk pelayanan imannya. Yeremia dengan semangat besar

dan bergelora kembali mengajak umat Yehuda untuk bertobat sebelum terlambat.

Semangat Yeremia yang berkobar-kobar ini ternyata masih tidak membuahkan

hasil justru ia dipenjarakan. Yeremia dipenjara karena dikhawatirkan pengaruhnya

dapat melemahkan semangat daya juang bangsa dalam usaha perang. Hal ini

adalah cara raja dalam membungkam Yeremia (Bullock, 2014: 266).

Nubuat Yeremia benar-benar terbukti. Tahun 586 hukuman besar

menimpa bangsa Yehuda yang sudah lama diperingatkan nabi Yeremia. Orang

Babel akhirnya mendobrak tembok kota dan menguasainya (Bullock, 2014: 267).

Sejak saat itu tugas nabi Yeremia berubah. Yeremia tidak lagi memperingatkan

kehancuran Yehuda namun nabi Yeremia mendampingi umat Yehuda dalam

proses kehancuran, menemani dalam penderitaan, menghibur dan menunjukkan

arah harapan (Suharyo, 2005: 78). Kasih Allah mampu menciptakan sesuatu yang

baru, juga dari kegagalan masa lalu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Yeremia merupakan bagian dari bangsa Yehuda. Hal itu dikarenakan ia

besar dan lahir di tanah bangsa Yehuda (Bullock, 2014: 255. Yeremia memang

sudah semestinya memiliki rasa solider dengan teman-teman sebangsanya yang

digiring ke pembuangan. Yeremia berusaha membela bangsa Yehuda dengan

seluruh hati dan tenaganya. Hukuman yang diwartakan Yeremia kepada

bangsanya itu sebetulnya menghancurkan dirinya juga, terbukti Yeremia sangat

menderita karenanya (Yer 4:19-21; 8:18-22). Rasa solidaritas yang dimiliki oleh

Yeremia itulah yang menjadi salah satu landasan ia mencintai bangsanya di

samping imannya akan Allah.

Yeremia selalu mengingat akan kasih ilahi atas bangsanya melalui sejarah

bangsa Israel dan kasih Allah terhadap dirinya sendiri (Marx, 1971: 41). Yeremia

tidak mengingkari kasih Allah itu. Maka dari pengalaman dikasihi Allah itu

Yeremia ingin berbesar hati menyelamatkan orang yang dikasihi. Hal ini bisa

terjadi hanya oleh karena pertobatan yang tulus dari nabi Yeremia.

Usaha nabi Yeremia jika diamati kembali begitu sangat terasa usahanya.

Usahanya untuk memperingatkan umat Yehuda supaya bertobat justru dicemooh.

Pewartaan Yeremia ditolak, pribadinya dibenci, diancam akan dibunuh namun ia

tetap setia (Yer 26; 37; 38). Yeremia begitu setia pada Allah hingga ia berani

mendoakan umat-Nya. Yeremia mencintai Allah dan ia mewujudkan cintanya itu

dengan mengasihi umat-Nya (Yer 15:11; 18:20). Ketika bangsa Yehuda terbuang,

nabi Yeremia mengikuti mereka menjadi penghibur dan mencetuskan harapan

baru. Harapan selalu ada di dalam kasih Allah. Harapan baru selalu dibuka (Yer

30-31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

6. Waktu rekoleksi

Waktu pelaksanaan rekoleksi diselenggarakan hanya satu hari saja yakni

pada hari Minggu mulai pukul 08:00 - 17:15 WIB. Pemilihan waktu ini dipilih

atas pertimbangan situasi dan kondisi katekis di Paroki St. Maria yang mayoritas

adalah petani dan peternak. Waktu ini dipilih supaya katekis tetap bisa

melaksanakan tanggung jawab mereka.

7. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi untuk Meningkatkan Kesetiaan dan


Semangat Pelayanan Para Katekis di Paroki St. Maria Keuskupan
Tanjung Karang

Acara, isi dan susunan acara rekoleksi


Waktu Kegiatan

08.00-08.30 Registrasi
Doa pembuka
Salam pembuka dan ice breaking singkat
Pengantar.
08.30-09.00 Pengantar berisi pengarahan rekoleksi yang meliputi penjelasan
tema, hal pokok yang mau diolah, tata tertib dan partisipasi
peserta rekoleksi.
09.00-10.00 Sesi I: Sharing pengalaman hidup peserta
Katekis diberikan kesempatan dalam forum bersama untuk
mensharingkan pengalaman berharganya, tantangan yang di
hadapi sebagai katekis, dan harapan katekis. Para katekis sharing
memperkaya dan saling menguatkan sebagai katekis satu sama
lain.
10.00-11.30 Sesi II: Kesetiaan Nabi Yeremia
Sesi II ini bermaksud menanggapi hasil sharing sesi I.
Pengalaman, tantangan dan harapan katekis pada sesi I diolah
melalui kisah kesetiaan Yeremia. Kesetiaan Yeremia tergambar
melalui 3 periode dan masing-masing periode dikemas dalam 3
judul materi rekoleksi. Adapun materi tersebut sebagai berikut:

Materi I: Setia pada Allah


Sesi II ini diisi dengan materi dan refleksi. Materi pertama
yaitu setia pada Allah. Materi pada sesi ini bertolak dari kisah
Yeremia di periode pertama. Materi sesi ini berbicara mengenai
panggilan Yeremia, kisah awal Yeremia dipanggil menjadi nabi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Yeremia semangat dan bahagia walaupun sempat ingin menolak


dalam menanggapi panggilan Tuhan. Yeremia sangat percaya
pada janji Allah.

Refleksi katekis :
Katekis mencari tempat sendiri-sendiri dalam suasana
hening dan tenang.
Katekis diminta untuk mengolah diri sendiri dengan bercermin
dari kisah nabi Yeremia dan diakhiri dengan doa masing-masing.

Katekis dalam berefleksi dibantu dengan beberapa pertanyaan


supaya lebih terbantu dan terarah.
Pertanyaan tersebut misalnya :
1. Apa peran Allah dalam panggilan Yeremia?
2. Bagaimana reaksi keberatan Yeremia?
3. Bagaimana cara Allah membuat Yeremia mampu menanggapi
panggilan-Nya?
4. Bagaimana anda sendiri menanggapi panggilan sebagai
katekis?
5. Reaksi manakah yang cenderung muncul dalam benak anda?
6. Bagaimana peran iman anda dalam menghadapi
kecenderungan itu?
7. Bagi anda apakah ada kebanggaan dalam menanggapi
panggilan itu?

11.30 -11.45 Istirahat, snack


Materi II: Pengalaman Krisis
11.45-13.15 Sesi II ini diawali dengan membaca kitab suci Yer 20:7-18.
Bacaan ini menggambarkan Yeremia mengalami krisis hebat.
Pada sesi ini katekis diajak merenungkan perjalanan
panggilan mereka sebagai katekis terlebih pada masa-masa sulit
dalam pelayanan. Katekis merenungkan pengalaman mereka
dengan bercermin dari pengalaman krisis nabi Yeremia.
Pendamping menceritakan kisah Yeremia saat ia mengalami
masa-masa krisis iman dan panggilan. Katekis diminta
merenungkan pengalaman mereka dengan melihat kisah nabi
Yeremia saat masa krisis dengan di bantu beberapa pertanyaan
misalnya:

1. Apa yang terjadi pada Yeremia?


2. Bagaimana situasi yang dialami Yeremia pada saat itu?
bagaimana suasana batinnya
3. Jelaskan bagaimana sikap Yeremia dalam menanggapi
panggilan Tuhan?
4. Bagaimana keyakinan iman Yeremia? (lih 20:11-13)
5. Bagaimana keyakinan anda sendiri kepada Allah?
6. Situasi seperti apa yang membuat anda mengalami “krisis‟‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

dalam menghayati panggilan anda sebagai katekis?


7. Apa upaya yang telah anda lakukan untuk membantu anda
dalam menghadapi krisis tersebut?
8. Rumuskan lah keyakinan anda itu ke dalam suatu semboyan
perjuangan anda atau motto hidup anda!

13:15-14.00 Makan siang


14.00-15.30 Materi III: Setia pada umat
Untuk membangkitkan semangat peserta, sesi II ini diawali
dengan ice breaking singkat chiken dance
Materi sesi II ini juga akan diawali dengan pemutaran film
singkat mengenai pembuangan bangsa Yehuda oleh Babilonia
dan Kesetiaan Yeremia dalam mendampingi bangsanya yang
terbuang itu .
Pendamping menceritakan kisah Yeremia yang sudah dibaharui
semangatnya setelah masa krisis. Tugas perutusan Yeremia
sebagai nabi diperbaharui kembali oleh Allah. Yeremia semakin
bergelora mantap imannya dan bersemangat. Yeremia tidak lagi
memperingatkan kehancuran namun ia bertugas mendampingi
umat Allah yang terbuang untuk berbalik pada Allah dan
memberikan pengharapan pada mereka.
Katekis diminta untuk merenungkan kisah ini dan panggilan
mereka dengan bantuan arahan renungan melalui pertanyaan
misalnya:

1. Apa makna perjanjian yang diperbaharui Allah pada


Yeremia?
2. Hal apa yang membuat Yeremia dan juga bangsanya
memperoleh harapan baru?
3. Sebagai orang Kristiani dimanakah letak pembaharuan
perjanjian dengan Allah?
4. Apakah yang harus dikembangkan supaya memiliki hubungan
batin yang dekat dengan Allah?
5. Sebagai katekis dimanakah kelemahan dan kekuatan kita
sehingga dapat setia?

Katekis diberikan referensi bacaan agar semakin mendalami nabi


Yeremia yakni Yer 31:31-37.

15.30-15.35 Sesi III: Mengusahakan Aksi Konkrit

Pembagian kelompok
Sesi III dibuka dengan pembagian kelompok.
Pembagian kelompok dikemas dalam nuansa permainan.
Misalnya seluruh peserta berdiri dan berpasangan sambil
bergoyang bergandeng tangan menyanyikan lagu “ke kanan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

kiri”. Ketika pendamping meniupkan peluit sebanyak 3 x maka


peserta harus membentuk kelompok yang terdiri dari 3 orang
kemudian mulai menyanyikan lagu dan bergoyang kembali.
15.35-16.00 Sharing
Sharing dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3
orang.
Setiap peserta diberikan kesempatan untuk mensharingkan hasil
kesadaran atau sikap baru yang katekis dapatkan dari sesi
sebelumnya

16.00-16.15 Memikirkan niat konkrit


Untuk menindaklanjuti kesadaran atau sikap baru katekis, selesai
sharing masing-masing peserta diberikan kesempatan untuk
memikirkan sebuah aksi nyata yang akan dilakukan untuk
perkembangan diri dan pelayanan katekis.

16.15-16.45 Pleno
Pleno membahas hasil sharing kelompok dan memikirkan niat
bersama yakni:
- Laporan hasil sharing setiap kelompok
- Tanya jawab informatif mengenai hasil sharing
- Membicarakan dan mendiskusikan niat-niat bersama guna
menentukan niat bersama kemudian peserta mengungkapkan
niat tersebut
- - Tanggapan umum mengenai seluruh hasil sharing dan diskusi
- Penyimpulan mengenai seluruh hasil sharing dan diskusi

16.45-17.00 Evaluasi
Evaluasi atas hal-hal pokok berhubungan dengan rekoleksi
seperti , prosesnya, pemilihan materi, pembawaan pendamping ,
saran dan usulan.
17.00-17.15 Doa penutup
Dalam doa penutup peserta diberikan kesempatan untuk
mengucapkan doa secara spontan
17.15 Sayonara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

BAB V

PENUTUP

Dalam bab 5 ini penulis akan menyampaikan kesimpulan menanggapi

permasalahan skripsi. Bab ini ditutup dengan saran untuk menindaklanjuti

kesimpulan.

A. Kesimpulan

Nabi Yeremia merupakan pewarta yang terkenal dengan kesetiaan dan

keberaniannya dalam menyampaikan kehendak Allah. Yeremia nabi sejati yang

tunduk dan setia terhadap perintah Allah. Kesetiaan Yeremia dalam menghayati

kenabiannya dapat tergambar melalui 3 periode. Periode pertama di masa

pemerintahan raja Yosia panggilan Tuhan datang dan Yeremia merasa ragu

bermaksud ingin menolak. Allah berjanji akan menyertainya. Allah membuat

Yeremia menjadi berani dan ia bersemangat menanggapi panggilan dari Tuhan.

Periode kedua pada pemerintahan Raja Yoyakim Yeremia menghadapi

tantangan dan tekanan yang sangat berat. Yeremia dicemooh, dibenci semua

orang, diciderai dan akan dibunuh. Yeremia merasakan kesepian. Yeremia mulai

mempertanyakan janji Allah yang akan selalu menyertainya. Yeremia mengalami

krisis iman dan panggilan. Ia bermaksud ingin meninggalkan tugasnya sebagai

nabi dan tidak percaya lagi dengan Allah. Kemudian Allah meminta Yeremia

untuk bertobat dan Allah membaharui tugas perutusan Yeremia sebagai nabi

seperti awal ia dipanggil. Periode ketiga semangat Yeremia kembali berkobar-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

kobar. Pembaharuan tugas perutusannya sebagai nabi memberikan semangat yang

baru. Yeremia memiliki pengharapan dan percaya Allah selalu menyertainya.

Katekis seperti nabi ia merupakan seorang pewarta. Katekis berperan serta

dalam karya pewartaan Gereja. Katekis dikenal melalui teladan hidupnya. Katekis

bukanlah profesi biasa ia dipilih oleh Gereja. Setia menjadi katekis di zaman

sekarang bukanlah hal mudah. Tantangan katekis zaman sekarang semakin sulit

dan kompleks. Tantangan tersebut seperti sekularisme, radikalisme, kemiskinan

dan sebagainya turut mempengaruhi semangat dan kesetiaan katekis. Di tengah

situasi tantangan zaman katekis menanggapinya dengan memperjuangkan nilai-

nilai Kerajaan Allah dalam hidup bermasyarakat.

Gereja perlu menyadari dan menyikapi tantangan yang dihadapi katekis

zaman sekarang dengan serius. Pendampingan dan pembinaan bagi katekis mutlak

untuk dilakukan supaya katekis semakin dikuatkan dan bersemangat dalam

melayani umat. Upaya yang dapat diusahakan oleh katekis salah satunya adalah

dengan mau belajar dari nabi Yeremia.

Inspirasi yang dapat digali oleh katekis dari nabi Yeremia adalah menjadi

pewarta yang setia. Yeremia mampu bertahan setia dalam panggilannya walau

dalam situasi tekanan yang sangat berat. Nabi Yeremia memberikan inspirasi

untuk tidak takut dan ragu menjawab panggilan Tuhan. Pertobatan dan

pengharapan Yeremia akan janji Allah sebagai inspirasi yang meneguhkan

membawa semangat baru dalam karya pewartaan. Inspirasi bagi katekis dari nabi

Yeremia adalah supaya berani setia bertekun dalam kesulitan dan cobaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

B. Saran

Bagi para katekis Paroki St. Maria Keuskupan Tanjung Karang penulis

menyarankan supaya para katekis mau menimba inspirasi dari nabi Yeremia. Hal

itu dirasa penting supaya para katekis semakin setia dan bersemangat dalam

menghayati panggilannya sebagai katekis.

Penulis juga menyarankan supaya Paroki St. Maria Keuskupan Tanjung

Karang mengadakan pendampingan untuk katekis entah dilakukan dalam

rekoleksi, retret, pengayaan atau rencana yang terprogram.

Bagi para katekis Gereja pada umumnya penulis memberikan saran supaya

katekis mau terus belajar dan menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Hal itu

supaya pewartaan katekis di zaman sekarang dapat diterima dengan baik dan

dapat berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F. X. (1993). “Peranan Katekis Dalam Misi Gereja Di Indonesia”.


Dalam Eka Warta, tahun XIII. no 6. Hal. 66. Yogyakarta
Amoredio. Pengenalan pada Devosi Sejati kepada Santa Perawan Maria. Dalam
http://cg.amoredio.org/cg-reading/pengenalan-pada-devosi-sejati-kepada-
santa-perawan-maria/. Diakses pada 12 April 2018.
Ayiz. Dialog Lintas Agama, Perkuat Toleransi Antar Umat. Dalam:
https://pkub.kemenag.go.id/berita/467158/dialog-lintas-agama-perkuat-
toleransi-antar-umat. Diakses pada 29 maret 2018.
Bullock Hassell. C (2014). Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama. Malang: Gandum
Mas.
Cooke, Bernard. (1972). Iman dan Katekis. Yogyakarta: Puskat.
Darmawijaya Pr, St. (1990). Warta Nabi Sebelum Pembuangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Darminta, J, SJ. (2003). Berenang Di Arus Zaman: Tantangan Hidup Religious Di
Indonesia Kini. (editor oleh A.Sudiarja. A. Bagus Laksana) Yogyakarta:
Kanisius.
Dewan Karya Patoral KAS. (2014). Direktorium Formatio Iman, Menjadi Katolik
Cerdas-Tangguh dan Misioner Sejak Dini Sampai Mati. Semarang:
Keuskupan Agung Semarang.
Dimas Danang Agus Widayanto, Dominikus, (2012). “Seandainya Paulus Hidup
di Zaman Digital”. Inspirasi no. 89 tahun VIII.
Eko Riyadi. (2008). “Bertekun dalam Kekeringan”. Rohani tahun ke 55 No. 10,
Yogyakarta: BP Basis.
En. Radiovatican.va, (2015). Anda Katekis Tidak Hanya sebagai Guru tetapi
sebagai Saksi dalam Praedicamus. (2017). Pesan Paus Fransiskus untuk
Para Katekis. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Fransiskus. (2014). Evangelii Gaudium, Seri Dokumen Gereja No. 94 (F.X.
Adisusanto & Bernadeta Harini Tri Prasasti, Penerjemah). Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja
Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan tahun 2013).
________. (2015). Ensiklik Laudato Si Paus Fransiskus Tentang Perawatan
Rumah Kita Bersama, (P. Martin Harun OFM, Penerjemah). Jakarta: Obor
Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Anggota SEKSAMA
(Sekretarian Bersama Penerbit Katolik Indonesia).
Hardijantan, Dermawan. (1997). “Sekularisasi sebagai tantangan zaman”. Rohani
tahun XLIV No. 8, Yogyakarta: BP Basis.
Hendro Budiyanto, St. (2011). Menjadi Katekis Volunter. Yogyakarta: Kanisius.
Irianto, Petrus Sukoco (2012). “Pejuang Kerajaan Allah” dalam Heryatno Wono
Wulung, F.X (ED). Secercah Lentera Kehidupan. Yogyakarta: Kanisius.
Ihsanuddin. Sinyal Bahaya, Intoleransi dan Radikalisme Menjangkiti Rakyat
Indonesia. Dalam http://nasional.kompas.com/ride/2017/11/23/17193071/
sinyal-bahaya-intoleransi-dan-radikalisme-menjangkiti-rakyat-indonesia
Diakses pada 25 Maret 2018.
Indra Sanjaya,V. (2011). Belajar dari Yesus “Sang Katekis”. Yogyakarta:
Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Indah Puspitarini, M. Rekoleksi untuk Melengkapi Pembinaan Katekumen di


Paroki Kristus Raja Baciro Yogyakarta. dalam: http://library.usd.ac.id/
Data%20PDF/F.%20Keguruan%20dan%20Ilmu%20Pendidikan/Pendidika
n%20Agama%20Katolik/031124025_full.pdf. Diakses pada 1 Mei 2018.
Kamari, F.X. Kepribadian Seorang Katekis. Seri Pradnyawidya 13. Yogyakarta.
Komisi Kateketik KWI, (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan
Jaman. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
______. (2010). Pertemuan Nasional Katekis ke II. dalam http://komkat-
kwi.org/node/33. diakses pada 3 Maret 2018.
______. (2015). Pernas Katekis ke III: “Katekis sebagai Saksi Iman dan Moral di
Tengah Keluarga dan Masyarakat Multikultural” dalam: http:// komkat-
kwi.org/pernas-katekis-ke3-%E2%80%9Ckatekis-sebagai-saksi-iman-dan-
moral-di-tengah-keluarga-dan-masyarakat. Diakses pada 3 Maret 2018.
Komisi Kateketik KAS. (2007). Panduan Tim Kerja Pewartaan Paroki.
Yogyakarta: Kanisius.
Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa. CEP. (1997). Pedoman Untuk
Katekis (Komisi Kateketik KWI, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Kotan, Daniel boli. (2011). “Identitas, Panggilan dan Spiritualitas Katekis”.
Majalah Praedicamus vol. x, no. 35. h. 14.
Lepp, Ignace. (1985). Ateisme Dewasa Ini: Potret Kegagalan Manusia Modern.
Yogyakarta: Shalahuddin Press.
Lina Sutidjah, M. (2012). “Awas Budaya Instan!”. Rohani No.02, Tahun ke-59.
Yogyakarta: BP Basis.
Lisli, Mugihardjo, C. (2016). Percikan Kisah dan Refleksi Hidup Katekis Akar
Rumput (4); C Lisli Mugihardjo, ”Menjadi 100% Katolik, 100% Warga
Negara Indonesia. Dalam http://komkat-kwi.org/percikan-kisah-dan-
refeksi-hidup-katekis-akar-rumput-4-c-lisli-mugihardjo-menjadi-100-
katolik-100. Diakses pada 10 Mei 2018.
Mangunhardjana, A. M. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius.
Magnis-Suseno, Franz (2012). “Globalisasi: Tantangan Bagi Integritas Kita”
dalam Rukiyanto, B. A. (ED). Pewartaan di Zaman Global. Yogyakarta:
Kanisius.
Marx, Dorothy. (1971) Penjelasan Singkat Tentang Kitab Yeremia. Jakarta: BPK.
Mardikartono, J.B. dkk. 2016. Pelayanan Pastoral Berbasis Data. Yogyakarta:
Kanisius.
Kurnia Sari, Mery. Dialog Religius Lintas Agama. Dalam: https ://www.usd.ac.id/
fakultas/ pendidikan/daftar.php?id=zmsgpwxtnb&noid=631&offset=0.
Diakses pada 29 maret 2018.
Njiolah, Hendrik, Pr. (2005). Mengenal Nabi Yeremia (Suatu Presentasi).
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Paterson, Robert M. (1983). Tafsiran Alkitab Kitab Yeremia Fasal 1-24 I. Jakarta
Pusat: BPK Gunung Mulia.
Paul, Suparno (2002). “Budaya Instan dalam hidup membiara”. Rohani no.08,
tahun ke-49. Yogyakarta: BP Basis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Prasetya,L. (2007). Menjadi Katekis Siapa Takut?!. Yogyakarta: Kanisius.


Pidyarto. O. Carm (1994). “Evangelisasi Baru Dan Sekularisasi”. Rohani tahun
XLI. No.1. h 20 Yogyakarta: BP Basis.
Pinehas, Djendjengi. (2017). Allah Sumber Pertolongan Sejati. Dalam
http://www.suarakristen.com/2017/05/01/allah-sumber-pertolongan-sejati/.
Diakses pada 28 Mei 2018.
Purnomo, A. B. (2012). “Katekese, Katekis, Katekumen”. Inspirasi no. 89 tahun
VIII h.5.
Rahardi, F (2011). Pesan paus: Kesaksian di Era Digital”. Hidup tahun ke-65, no.
23. Jakarta: Yayasan HIDUP Katolik.
Rukiyanto, B. A. (2013). “Dosa dan Pertobatan” dalam Rukiyanto, B. A. (Ed),
Ignatia Esti Sumarah (ED). Teologi Moral Katolik. Buku Kuliah Teologi
Moral Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Rukiyanto, B. A. (2012). “Katekese di Tengah Arus Globalisasi” dalam
Rukiyanto, B. A. (ED). Pewartaan di Zaman Global. Yogyakarta:
Kanisius.
Sarjumunarsa, T.H.S. (2012). “Pradnyawidya Lentera Dalam Menyikapi Arus
Globalisasi” dalam Rukiyanto, B. A. (Ed). Pewartaan di Zaman Global.
Yogyakarta: Kanisius.
Tay, Stefanus. Katekis: Pelaksana Tugas Gereja Mengajar. Dalam: http://www
.katolisitas.org/katekis-pelaksana-tugas-gereja-mengajar/. Diakses pada 2
Maret 2018.
Teguh Joko Sumarno, (2005). “Tersanjung Aku Tuhan…Belajar dari Pengalaman
Nabi Yeremia”. Gema Hati Kudus, no. 18 h 30.
Terasania. (2017). Apa Itu Pengertian Teknologi Menurut Para Ahli, Dan
Pengaruh Teknologi Bagi Manusia. Dalam: https://terasania.com/apa-
pengertian-teknologi-dan-pengaruh-manfaat/. Diakses pada 27 April 2018.
Tim Temu Kanonis Region Jawa. (2016). Kitab Hukum Kanonik, edisi resmi
bahsa Indonesia (R. D. R. Rubiyatmoko, Editor). Jakarta: Konferensi
Waligereja Indonesia.
Utusan. (2008). “Ingin Menjadi Katekis, Tapi Juga Ingin Hidup”. Dalam Utusan
no. 08, tahun ke-55.
Weber, Kerry. (2015). Laudato Si’ Ensiklik Sempurna Untuk Generasi Milenium.
Majalah Utusan No. 11 Tahun ke 65. Yogyakarta: Kanisius.
Yohanes Paulus II. (1990). Catechesi Tradendae (Seri Dokumen Gereja No. 28.
R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Departmen Dokumentasi dan
Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1979).

Anda mungkin juga menyukai