SKRIPSI
OLEH
NIM : 2009
NIRM : 12.2421.1066.R
2017
PANDANGAN PAULUS TENTANG DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI SEMANGAT
MEMBERI DERMA UMAT DI KOMUNITAS UMAT BASIS ST. PETRUS MENGE PAROKI
STA PERAWAN MARIA “INE WEA”KISARAGHE
SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Kateketik Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Untuk Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.pd)
Oleh
NIM : 2009
NIRM : 12.2421.1066.R
2017
SURAT PERNYATAAN
NIM : 2009
NIRM : 12.2421.1066.R
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan : Kateketik
1. Tulisan ini adalah karya asli penulis. Sepanjang pengetahuan penulis, tidak terdapat
di dalamnya karya orang lain, baik yang pernah diajukan untuk meraih gelar
kesarjanaan di perguruan tinggi manapun, maupun karya atau pendapat yang
pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dikutip dalam naskah
skripsi dengan menyebutkan sumber yang jelas dan secara lengkap dicantumkan
dalam daftar pustaka.
2. Apabila di kemudian hari diketahui secara sah dan meyakinkan bahwa skripsi ini
nyata-nyata merupakan hasil jiplakan baik sebagian maupun secara keseluruhan,
maka saya bersedia dikenai sanksi berupa pencabutan gelar kesarjanaan dan
penarikan ijazah sarjana secara sepihak oleh Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa
Ende.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sungguh –sungguh dan dengan penuh
rasa tanggung jawab.
Ende, ,,,,,,,,,,,2017
NIM : 2009
NIRM : 12.2421.1066.R
Pekerjaan : Mahasiswa
Judul Skripsi :
PANDANGAN PAULUS TENTANG DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI
SEMANGAT MEMBERI DERMA UMAT DI KUB ST.PETRUS MENGE
PAROKI ST.PERAWAN MARIA “INE WEA” KISARAGHE
Ende, ,,,,,,,,2017
Dewan penguji :
MENGESAHKAN
KETUA
RD. FREDERIKUS DHEDU,LIC
MOTTO
( Mazmur 16: 11 )
PERSEMBAHAN
Keberhasilan dalam penulisan skripsi bukan semata-mata perjuangan penulis sendiri melainkan
berkat campur tangan kasih Allah yang tampak dalam wujud tanggung jawab dari kedua orangtua, para
penderma, sanak saudara, sanak keluarga serta para sahabat, maka pantas dan layak serta penuh ketulusan
hati saya persembahankan karyaku ini kepada :
1. Allah Yang Maha kuasa atas rahmat keberhasilan yang di anugerakan kepadaku.
2. Kedua orang tuaku yang tercinta bapak Antonius Mani dan mama Bernadetha Pagho yang
telah melahirkan dan membesarkan aku serta mendidik saya dengan Penuh tanggung
jawab dalam seluruh perjalanan hidupku.
3. Adik-adikku tercinta Erlin, Afrida, Nus, Rius, dan Diana yang telah memberikan
dukungan, doa dan semangat kepadaku selama masa perkuliahanku.
4. Bapak dan mama Asu, Yohanes Waso Nono dan Bertha Moi yang telah mendorong dan
mendukungku secara moril dan materil selama perkuliahanku.
5. Teman-teman seperjuanganku Crlis,Ann Moi,Sonia, Hilthe, Marni Payon, Elsa,fertin,
Retti dan Bibiana.
6. Semua teman, sahabat kenalan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang
telah mendukung segalah usaha dan perjuanganku.
7. Almamater tercinta, Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende.
KATA PENGANTAR
Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapakan Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas segala kasih setia, tuntutan dan penyelamataan-Nya sehinggah penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini.
Dalam menyelesaikan tulisan ini, banyak mengalami kendalaan namun berkat kemurahan Tuhan,
penulis telah mendapatkan bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah
sepantasnya ucapan terima kasih penulis ampaikan kepada :
1. RD. Fredirikus Dhedu, Lic, selaku Ketua Stipar yang dengan setia memimpin lembaga
pendidikan ini.
2. Ignasius Seswakara, S. Fil.M. TH.sabagai dosen pembimbing yang telah mengorbankan
banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti dengan kesabaran sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Para Dosen Stipar Ende yang telah dengan rela hati mendidik seta membimbing peneliti
dapat menyelesaikan studi di lembaga ini pada waktunya.
4. Pegawai perpustakaan
5. RD. Agustinus Lengga Tiala.dan pastor rekan RD. Hieronimus Emilianus Ery Lise. Serta
semua umat Paroki Sta. Perawan Maria “ Ine wea” Kisaraghe yang dengan rela menerima
penulis untuk menjalankan TOP Pastoral.
6. Kedua orang tuaku dan saudaraku tercinta beserta semua keluarga yang telah berkorban
dan dengan cara mereka masing-masing memberikan dukungan demi kelangsungan
pendidikan.
7. Taman-teman seperjuanganku dan sahabat kenalan yang dengan caranya tersendiri telah
membantu penulis selama proses penilisan ini.
Semogah Allah mengganjari mereka dengan berkatnya. Penulis sungguh menyadari
bahwa ini masih jauh sempurnah, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi menyempurnaan tilisan skripsi ini.
Ende, ,,,,,,,,,2017
ABSTTRAKSI
Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari seorang paulus. Gereja telah berabad-abad lamanya
hidup dan berkembang dari ajaran Paulus. Salah satunya adalah kebiasaan untuk memberi derma. Sebuah
tindakan memberi dari kekurangan kepada orang lain yang membutuhkan. Derma berasal dari kata
donatian yang berarti memberi bantuan. Dalam gereja dikenal beberapa istilah yang berhubungan dengan
derma. Pertama, persembahan (oblations) yang menunjukan pada pemberian sukarela dari umat baik
kepada Gereja maupun sesama. Maka umat harus memberi dengan hati yang tukus serta cinta kasih
Kedua, kolekte (collection ) artinya kegiatan mengumpulkan persembahan dalam satu perayaan
liturgi. Setiap umat berhak dan berkewajiban mempersembahkan diri lahir batin sebagai korban bagi
Allah dalam kesatuan dengan kurban kristus. Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat
beriman. Sebagaimana kristus memepersembakan diri-Nya dalam rupa roti dan anggur demikian juga
umat mempersembahkan dirinya dalam rupa kolekte atau memberi dari kekurangan. Ketiga, dalam
pelaksanaan kebijakan pastoral di paroki-paroki, derma hadir dalam rupa iuran paroki yaitu sumbangan
dari umat untuk gereja lokal demi pengembangan karya pelayanan di paroki dimana mereka tinggal.
Derma dlam bentuk apapun haruslah lahirdari ketulusan hati, dari kerelaan hati untuk memberi.
Dalam hubungan dengan derma, Gereja mengenal dua prinsip yaitu prinsip subsidiaritas dan
prinsip solidaritas. Pertama, prinsip subsidiaritas (kemandirian) adalah ungkapan hakikat kemerdekaan,
yaitu hak setiap orang untuk menentukan nasibnya sendiri dan mementukan apa yang terbaik bagi
lingkungannya. Kemandirian disini adalah upaya jemaat untuk membangun kemandirian dalam iman
(spiritual), kemandirian dalam tenaga-tenaga pelayan umat (personalia), dalam ekonomi atau keuangan
Kedua, prinsip solidaritas. Seseorang (beriman) yang berusaha untuk menyadari, mengenali, dan
mengembangkan potensi dan keunggulan dirinya akan serentak pada waktu yang bersama berusaha
menumbuhkan kesetiakawanan dengan sesama umat beriman dalam persekutuan persaudaraan, untuk
Fenomena ini tampak juga dalam KBG di Stasi St.Menge, Paroki St. Perawan Maria “Ine Wea”
kisaraghe, Keuskupan Agung Ende. Di sana pemahaman umat tentang memberi ,kolekte, atau Iuran
paroki sangat minim karena umat belum menyadari pentingnya memberi kepada sesama yang
membutuhkan. Hidup bersama sebagai sebuah persekutuan Komunitas Umat Basis (KUB) tidak
membuat umat sadar. Sekalipun, orang yang membutuhkan bantuan nyata-nyata di depan mata.
Sebenarnya, ketika umat hidup dalam persekutuan sebagai bagian dari suatu komunitas, yang harus
kelihatan adalah kehidupan yang saling melengkapi dan saling mendukung dalam mencapai tujuan hidup
bersama. Kebersamaan dalam komunitas seperti itu telah ditemukan dalam komunitas-komunitas Jemaat
perdana, atau komunitas para murid Kristus, seperti yang dicatat dalam tulisan-tulisan perjanjian baru,
PENDAHULUAN
"Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak
kekurangan" (2 Kor. 8:15). Kata-kata Paulus ini telah mempengaruhi banyak jemaat saat itu sehingga
mereka rela memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Kata-kata yang menunjukan
semangat Gereja awal bahwa hanya dengan saling memberi bantuan mereka menunjukkan perhatian
kepada sesama. Semangat ini sudah ada sejak gereja perdana, dan mendapatkan penegasan dari rasul
Paulus “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah
kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing” (Bdk Kis. 2:44-45).
Dalam seluruh karyanya Rasul Paulus sangat peduli untuk berbicara mengenai pemberian yang
tulus dari seorang murid Kristus kepada sesamanya. Tidak hanya berbicara ia sendiri manjadi
penginisiator pengumpulan dana dari umat kepada jemaat-jamaat yang membutuhkan. Bagi Paulus,
derma adalah keutamaam orang yang percaya kepada Kristus. Ia juga memotivasi semua murid untuk
memberi dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan. “Hendaklah masing-masing memberikan
menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang
Paulus adalah seorang terpelajar, berasal dari lingkungan budaya Yunani yang tinggi. Tutur
bahasa dan pengetahuannya luas, bahkan tulisannya sering diwarnai oleh seni sastra yang indah. Ia
banyak bergaul dengan lingkungan Yahudi, terutama farisi, tetapi kemudian ia menjadi Kristen dan hidup
Paulus adalah pewarta Kristus sebagai juru selamat yang sejati. Sebagai rasul, ia memusatkan
seluruh perhatian pada pewartaan kebenaran, yakni bahwa Allah telah menyelamatkan dunia melalui
wafat dan kebangkitan putra-Nya. Dengan demikian, Paulus adalah juga gembala sejati bagi umat Kristen
di banyak kota. Ia merintis terbentuknya umat, ia memelihara iman umat, dan ia membela umat melalui
Pertobatannya di gerbang kota Damsyik merubah seluruh hidupnya. Ia hidup untuk Kristus. Ia
yang sebelumnya adalah penganiaya murid Kristus kini tampil menjadi orang yang terdepan untuk
membela imannya akan Kristus. Kasih Kristus yang luar biasa kepadanya mengajarkannya bahwa hidup
adalah suatu pelayanan kasih yang cuma-cuma kepada orang lain. Ia berkata: “Upahku ialah ini: bahwa
aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita
Injil” (1 Kor. 9:18). Kata-kata ini lahir dari jiwa yang telah hanyut sepenuhnya dalam Kristus. Ia telah
menunjukkan suatu pemberian diri yang luar biasa dan mengajarkan ini kepada setiap orang yang ia
temui.
Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari seorang Paulus. Gereja telah berabad-abad lamanya
hidup dan berkembang dari ajaran Paulus. Salah satunya adalah kebiasaan untuk memberi derma. Sebuah
tindakan memberi dari kekurangan kepada orang lain yang membutuhkan. Derma berasal dari kata
donation yang berarti memberi bantuan. Dalam gereja dikenal beberapa istilah yang berhubungan dengan
derma. Pertama, persembahan (oblations) yang menunjuk pada pemberian sukarela dari umat baik
kepada Gereja maupun sesama. Maka umat harus memberi dengan hati yang tulus serta cinta kasih
kepada orang yang membutuhkan tanpa ada unsur paksaan. Istilah persembahan disini tidak saja untuk
menunjuk suatu bagian dalam liturgi (perayaan ekaristi) tetapi juga pemberian umat dalam bentuk apa
Kedua, kolekte (collection) artinya kegiatan mengumpulkan persembahan dalam satu perayaan
liturgi. Setiap umat berhak dan berkewajiban mempersembahkan diri lahir batin sebagai korban bagi
Allah dalam kesatuan dangan kurban kristus. Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat
beriman. Sebagaimana Kristus mempersembakan Diri-Nya dalam rupa roti dan anggur demikian juga
umat mempesembahkan dirinya dalam rupa kolekte atau memberi dari kekurangan. Ketiga, dalam
pelaksanaan kebijakan pastoral di paroki-paroki, derma hadir dalam rupa iuran paroki yaitu sumbangan
dari umat untuk gereja lokal demi pengembangan karya pelayanan di paroki dimana mereka tinggal.
Derma dalam bentuk apapun haruslah lahir dari ketulusan hati, dari kerelaan hati untuk memberi.
Tantangan zaman ini sangat berpengaruh bagi kehidupan orang beriman, baik mereka yang hidup
dalam kesulitan maupun mereka yang hidup dalam kelebihan. Kehidupan yang serba sulit membuat
banyak orang miskin jatuh dalam keputusan. Iman mereka dapat menjadi lemah dan mulai bertanya-tanya
akan peranan Allah dalam hidup-Nya. Dalam kesusahan banyak orang miskin mencari-cari apakah Allah
adil memberikan hidup mereka menderita dan apa rencana Allah dalam hidup mereka yang menderita.
Sedangkan, bagi mereka yang hidup berkelebihan akan mencari-cari kebahagiaan yang sesungguhnya,
karena kelebihan yang mereka miliki tidak memberikan kepuasan batin bagi dirinya karena apa yang
Di tengah situasi ini, derma menjadi kekayaan spiritual yang tidak ternilai. Dengan berderma,
umat menemukan makna hidupnya sebagai suatu pemberian bagi orang lain. Suatu pemberian yang lahir
dari cinta akan sesama. Bagi umat yang memberi akan mendapatkan kelimpahan. Kelimpahan itu adalah
kebaikan Allah. Kebaikan dari Kristus yang telah menunjukkan solidaritas dan pemberian diri yang utuh
kepada manusia.
Dalam hubungan dengan derma, Gereja mengenal dua prinsip yaitu prinsip subsidiaritas dan
prinsip solidaritas. Pertama, prinsip subsidiaritas (kemandirian) adalah ungkapan hakikat kemerdekaan,
yaitu hak setiap orang untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi
lingkungannya. Kemandirian disini adalah upaya jemaat untuk membangun kemandirian dalam iman
(finansial) dan dalam tata kelola pastoral. Kemandirian yang dibangun itu bukanlah kemandirian dalam
keisolasian melainkan kemandirian dalam kebersamaan dan kebersamaan dalam kemandirian. Inilah arti
subsiadiaritas yaitu sikap menghargai potensi dan sumber daya pada pihak lain dan membiarkannya
berkembang.
Kedua, prinsip solidaritas. Seseorang (beriman) yang berusaha untuk menyadari, mengenali dan
mengembangkan potensi dan keunggulan dirinya akan serentak pada waktu yang sama berusaha
menumbuhkan kesetiakawanan dengan sesama umat beriman dalam persekutuan persaudaraan, untuk
bersama-sama membangun komunitas yang lebih bermutu dan tangguh. Dengan demikian solidaritas
adalah ungkapan kemajuan iman dan kasih, suatu prestasi etika dan moral. Dalam semangat solidaritas
umat berupaya membagi nilai dan visi alternatif. Sikap mandiri dan semangat solider merupakan dua
Melalui derma, nampaklah prinsip subsidiaritas dan solidaritas kaum beriman. Derma menjadi
suatu tanda kemandirian sekaligus solidaritas kepada orang lain. Hal ini senada dengan semangat
memberi yang diajarkan oleh Paulus. Pandangan Paulus mengenai sumbangan kepada umat di Yerusalem
itu berarti bahwa umat harus menyadari akan pentingnya memberi kepada sesama yang membutuhkan
Kenyataan menunjukkan masih banyak umat yang kurang menyadari akan pentingnya memberi
derma, kolekte atau iuran paroki karena umat merasa itu merupakan suatu beban buat mereka.Terkesan
bahwa umat belum memiliki tentang kesadaran bersama tentang pentingnya memberi derma, kolekte atau
iuran paroki untuk membangun persaudaraan dan kesejahteraan bersama untuk perkembangan gereja.
Fenomena ini tampak juga dalam Komunitas Umat Basis (KUB) di Stasi St. Petrus Menge, Paroki
St.Perawan Maria” Ine Wea” Kisaraghe, Keuskupan Agung Ende. Di sana umat yang memberi derma,
kolekte, atau iuran paroki sangat minim karena umat belum menyadari pentingnya memberi kepada
sesama yang membutuhkan. Hidup bersama sebagai sebuah persekutuan Komunitas Umat Basis (KUB)
tidak membuat umat sadar. Sekalipun, orang yang membutuhkan bantuan nyata-nyata di depan mata.
Sebenarnya, ketika umat hidup dalam persekutuan sebagai bagian dari suatu komunitas, yang harus
kelihatan adalah kehidupan yang saling melengkapi dan saling mendukung dalam mencapai tujuan hidup
bersama. Kebersamaan dalam komunitas seperti itu telah ditemukan dalam komunitas-komunitas Jemaat
perdana, atau komunitas para murid Kristus, seperti yang dicatat dalam tulisan-tulisan perjanjian baru,
khususnya dalam kisah para rasul (Bdk. Kis 2:1; Kis 2:45-47).
Peneliti terdorong untuk mengkaji lebih dalam tentang semangat memberi derma umat tersebut.
Kajian ilmiah yang peneliti tempuh berfokus pada pemahaman dan praktek umat dalam memberi derma,
2. Dan, sejauh mana kesadaran umat KUB St. Petrus Menge dalam memberi derma?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
2. Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran umat KUB St. Petrus Menge dalam memberi derma.
1. Untuk meningkatkan kesadaran umat KUB St. Pertus Menge dalam memberi derma untuk
kesejahteraan bersama.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pastor Paroki dan agen pastoral di Paroki St. Perawan Maria
“Ine Wea” Kisaraghe untuk meningkatkan kesadaran umat dalam memberi derma.
3. Untuk memenuhi sebagian persyaratan akademis dalam memperoleh gelar Sarjana Agama di
Untuk menghindarkan pembiasan, maka peneliti membatasi topik pembahasan ini hanya pada
pandangan Paulus tentang memberi derma dan implikasinya bagi semangat memberi derma umat KUB
St.Petrus Menge Paroki Ine Wea Kisaraghe. Sedangkan lokasi penelitian hanya terbatas pada KUB Stasi
KAJIAN PUSTAKA
Paulus Lahir di Tarsus di wilayah Kilikia Propinsi Sisilia dekat pantai selatan Asia (Kis 9:11;
21:3) sekitar tahun 10 Masehi. Keluarganya adalah keturunan Yahudi yang tinggal di Tarsus. Tarsus
adalah sebuah kota kecil yang sangat maju dalam perdagangan dan kebudayaan Yunani. Orang tua Paulus
adalah seorang Yahudi perantau. Dari orang tuanya Paulus mewarisi kewarganegaraan Roma.
Kewarganegaraan ini memainkan perang penting dalam konflik yang dialaminya dengan para penguasa
lokal tempat ia mewartakan Injil (Kis. 16:37 dst; 22:28;10). Pada waktu itu di setiap kota dalam
lingkungan wilayah pemerintahan Roma terdapat orang Yahudi, yang giat dalam perdagangan ataupun
Di kota Yunani itu memang terdapat banyak orang Yahudi perantau. Sekalipun perantau dan
tinggal di kota dengan berkebudayaan Yunani, mereka tetap taat pada iman leluhur mereka tanpa harus
tinggal sebagai kelompok tertentu. Dalam keluarganya tentu saja ia dididik dalam agama Yahudi
sehingga ia menjadi seorang Yahudi yang taat. Kehidupannya sebagai anak kota juga turut mempengaruhi
pengajarannya. Ia banyak mempergunakan kiasan yang berasal dari lingkungan hukum, olahraga, atau
aktivitas lain yang terdapat di kota. Tidak seperti Yesus yang banyak mempergunakan kiasan dari
mengatakan bahwa orang tuanya berasal dari Giskala, di Galilea (Brunot A., 1972 : 14). Mereka termasuk
suku Benyamin. Mereka bangga karena pada zaman dahulu salah seorang bangsa mereka dipilih menjadi
raja bagi Israel yaitu raja Saul. Di dalam suku bangsa ini dia termasuk Mashab Farisi. Mashab Farisi
Paulus dididik oleh seorang yang bernama Gamaliel; dan ia mempunyai kemampuan dan
pengalaman yang sangat menakjubkan tentang agama Yahudi sehingga ia sangat membenci agama
Kristen yang dianggap sebagai bidaah dan menjadi penganiaya jemaat Kristen (Kis. 22:3-4; 26:4-9:12;
Gal.1:13; Flp.3:6). Sekitar tahun 34 Sesudah Masehi, dalam perjalanannya ke Damaskus Siria untuk
mengejar dan menganiaya jemaat Kristen, Paulus mendapat penampakan Yesus dari Nazareth yang telah
bangkit; dan penampakan ini merubah jalan hidup Paulus dan Paulus bertobat (Kis.9:3-16; Gal. 1:12-15;
Ef. 3:2). Kemudian, Paulus ke tanah Arab untuk bersemedi atau ret-ret (Gal. 1: 17). Sesudahnya Paulus
Tahun 37 Sesudah Masehi, Paulus untuk pertama kali mengunjungi Petrus di Yerusalem. Pada
tahun 39 sesudah Masehi, Paulus mewartakan Injil di Siria, Kilikia, Antiokia (Kis. 9:26-29; 11:26; Gal.
1:21). Tahun 45-49 sesudah Masehi, Paulus melakukan perjalanan bersama dengan Barnabas ke Siprus,
Pamfilia, Pisidia, dan Likaonia. Pada saat ini Paulus disunat dan dirubah namanya dari Saulus menjadi
Kepribadian Paulus bertumbuh dan berkembang karena didukung oleh latar belakang seperti situasi
kota Tarsus, orang tua dan pendidikannya. Paulus dalam mengabdi kepada Allah memiliki sifat pribadi
yang menyala-nyala, tidak kenal kompromi. Hal ini baik ketika ia masih sebagai seorang Farisi dan
teristimewa waktu ia berubah menjadi pewarta injil. Dalam interaksi dengan jemaat maupun siapa saja
Paulus memiliki temperamen, sifat yang penuh kontras. Dia bisa tampil lembut, halus tetapi bisa juga
kasar (sarkastik) terhadap musuh-musuhnya dan kepada jemaat yang membelot dari ajaran yang ia
wartakan. Dia bisa menegur dengan keras dan menyakitkan. (1 Kor 3:1-3;5:1-2;2 Kor 11:3-6). Tetapi juga
memperlunakan tegurannya dengan penuh kasih (2Kor 12:14-15). Bahkan Paulus begitu lembut hati
kepada jemaatnya dengan menyatakan dirinya sebagai “Bapak” (1Kor 4:14-16) dan sebagai “Ibu” (1 Tes
Pribadi Paulus nampak jelas bahwa dia seorang Yahudi tulen sekalipun bertumbuh dalam budaya
Helenis (Yunani). Ketika menjadi pengikut Kristus, terlihat Paulus memiliki pribadi luar biasa sebagai
pewarta Injil. Demi cinta kepada Kristus dan Injil Paulus tidak kenal lelah. Baginya mewartakan Injil
adalah suatu prioritas dalam hidupnya. Demi menunjang karya pewartaannya, Paulus memiliki
kepribadian yang mandiri dalam kehidupannya. Ia mencintai etos kerja dan tidak menggantungkan diri
dan terikat pada kebaikan orang lain. “Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku
tidak menyusahkan seorang pun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang
datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu,
Paulus adalah seorang yang beremosi kuat. Kadang ia terlihat seperti seorang yang pemarah, dalam
kemarahan-nya ini akan berkembang menjadi kebencian, setelah beberapa kali terlibat dalam
pertengkaran-pertengkaran yang secara langsung ikut mengejar orang-orang Kristen, dia melakukan hal
ini sebagai wujud kesetiaan imannya. Maka tidaklah mengherankan bila sifat ini memberikan kesan
bahwa tulisan-tulisan Paulus bertentangan dengan dirinya sendiri. Tentu saja Paulus sangat cepat
tergugah, kalau ancaman-ancaman terhadap kebebasan Kristen timbul di tengah umat sendiri. Khususnya
dia merasa bertanggung jawab untuk menyebarkan agama Kristen di antara bangsa-bangsa yaitu di
daerah-daerah di luar Palestina yang tidak diduduki oleh bangsa Roma. Kewenangan yang dikerjakan
oleh Paulus berasal dari Kristus sendiri, kemudian juga dengan para rasul lainnya.
Setelah berumur lima belas tahun, Paulus dikirim ke kota Yerusalem untuk mendapat pendidikan
yang dibimbing oleh Gamaliel, dalam hukum nenek moyang sehingga mereka menjadi orang yang penuh
gairah bekerja bagi Allah (Kis. 22:3). Gamaliel adalah cucu sekaligus penerus ajaran Rabbi Hillei (60
SM-20 M). Ia lebih maju dan lebih terbuka dalam menyampaikan ajaran agama Yahudi dari pada
“lawannya.”yaitu Shammai. Kedua Rabbi besar ini dapat digambarkan sebagai berikut: Hillei
Pendidikan intensif yang harus dijalani seorang Farisi untuk menjadi Rabbi berlangsung sampai dia
berusia 20 atau 21 tahun dan sesudahnya ia dapat berperan sebagai guru agama Yahudi. Berkat
pendidikan yang diperolehnya, Paulus menjadi jauh lebih maju dari banyak teman sebaya, “sebagai orang
yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku” (Gal 1:14). Bahkan ia berani menyatakan
bahwa tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat aku tidak bercacat (Flp. 3:6).
Pendidikan menjadi seorang sebagai orang Farisi membuat Paulus sangat terlatih dalam
menggunakan Kitab Suci. Perbedaan dari seorang Saduki yang hanya menerima kelima kitab Musa
(Taurat), orang Farisi menerima seluruh perjanjian lama sebagai Kitab Suci. Dari surat- surat yang
ditulisnya, Paulus adalah seorang yang menguasai “Kitab Suci’’ sehingga ia sangat mahir menggunakan
teks-teks Kitab Suci untuk membuktikan bahwa dia memahami isi Kitab Suci seperti dalam surat Galatia
ia menyatakan bahwa janji Allah Abraham mengacu pada satu orang keturunannya, yaitu Yesus Kristus
(Gal.3:16).
Paulus juga memiliki keterampilan yang lain seperti menjadi tukang kayu, tukang batu, penjahit,
pedagang dan sebagainya. Di saat itu juga Paulus belajar juga untuk membuat kemah dan kemudian
menjadi tukang kemah (Kis 18:3). Dengan keterampilan inilah Paulus mencari penghasilan untuk
kehidupannya. Ia mencintai etos kerja dan tidak menggantungkan dirinya pada kebaikan orang lain.
Paulus memiliki pribadi yang luar biasa sebagai pewarta injil. Demi cintanya kepada Kristus dan injil, ia
tidak kenal lelah. Karena baginya mewartakan injil adalah suatu prioritas dalam hidupnya (1Kor. 9:1-18).
. Pendidikan yang dijalani oleh Paulus karena ada dalam diri Paulus keinginan untuk menjadi ahli,
lebih-lebih dalam bidang untuk mempertahankan ajaran. Namun, latihan-latihan dibidang intelektual
memberikan dorongan untuk mencintai serta membuat tafsiran-tafsiran serta menyusun pertanyaan-
pertanyaan berdasarkan kutipan-kutipan dari Kitab Suci. Namun dalam tulisan-tilisan Paulus terlihat ia
Banyak ahli berbicara mengenai Paulus baik dari sisi historis maupun teologis. Mereka sepakat
bahwa karya misionaris Paulus dimulai dari pertobatannya. Dalam kisah rasul-rasul dapat diketahui
riwayat pertobatan Paulus ada tiga versi. Versi yang paling pertama dan paling terkenal adalah versi
Santo Lukas. Ia menceritakan fakta-fakta dasar, tanpa mempeributkan diri untuk mempertegas peristiwa
ini dengan detail-detail yang tidak penting (Kis. 9:1-23). Versi kedua berasal dari Paulus sendiri. Ini
merupakan permohanannya secara terus terang yang di sampaikannya kepada orang-orang Yahudi
sesudah ia ditangkap di kenisah Yerusalem. Peristiwa ini terjadi sekitar hari Pentekosta pada tahun 57
(Kis 22:1- 21). Dan versi yang ketiga adalah versi yang paling jarang dikutip dan yang paling mendetail.
Versi ini merupakan pembebasan Paulus di mahkamah peradilan Romawi di hadapan Agripa (Kis. 26:12-
23).
Pertobatan Paulus sungguh merubah hidupnya dari seorang penganiaya jemaat Kristen menjadi
rasul Kristus yang paling giat. Paulus sendiri tidak pernah bisa melupakan apa yang pernah ia perbuat
kepada orang-orang Yahudi, yang telah menerima ajaran Yesus (I korintus 15:9). Bahkan, ia sendiri
menjuluki dirinya sebagai “penganiaya jemaat” (Filipi 3:6;Galatia 1:3) dan orang yang paling berdosa’’ (I
Timotius 1:15), karena ia telah menganiaya Yesus dan para pengikut-Nya. Penganiaya Saulus terhadap
orang Kristen karena sebelunnya ia adalah seorang Yahudi yang sangat taat dan karena ketaatannya itu ia
menganiaya jemaat Allah, sebab ia berpikir bahwa dengan melakukannya ia berbuat sesuatu yang benar
menurut Hukum Taurat (Darmawijaya, 2006:120). “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu
dalam agama Yahudi, tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di
dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku,
sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat astiadat nenek moyangku’’ (Gal 1:13-14). “Karena aku
yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah’’ (1Kor 15:9). “…aku yang
tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya,
karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman” (1 Tim 1:13). ..”tentang
pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang
kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (Flp 3:5-6).
Seseorang yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-
Nya, dan sungguh rahmat Tuhanlah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa, yang
dikenal dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubahnya seluruh Rasul Paulus, dan karena
pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga
dapat menjadi ungkapan hati semua yang mengimini Kristus yang hidup dalam aku. Dan hidupku yang
kuhidupi sekarang dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan
Paulus menjadi pewarta injil yang berkobar-kobar kepada orang non-Yahudi dan karena itu ia
menjadi Rasul bangsa-bangsa. Dalam kisah Para Rasul Lukas mencatat gambaran mengenai karya misi
yang dijalankan oleh Paulus. Bahwa Paulus mengadakan tiga perjalanan Misi. Ia masuk ke kota-kota
Perjalanan misi Paulus yang pertama ini dilakukan oleh Paulus antara tahun 45 dan 49. Di
bawah pimpinan Roh Kudus dan sebagai utusan jemaat di Antiokhia di Siria, Barnabas, Paulus,
dan Markus berangkat menempuh perjalanan misi itu (Kis. 12:24-13:3). Mereka mengunjungi
Pulau Siprus (Kis. 13:4-12), tanah kelahiran Barnabas. Pemberitahuan Injil di pulau ini berhasil
dengan baik, bahkan Gubernur pulau itu percaya dan takjub oleh ajaran Tuhan (Kis.13:12).
Paulus berangkat dari Siprus menuju Asia kecil bagian selatan, sampai akhirnya tiba di
Kota Antiokhia yang terletak di wilayah Pisidia (Kis 13:13-49). Di situ Markus meninggalkan
rombongan dan kembali ke Yerusalem karena tidak cocok dengan Paulus (Kis. 15:38). Dalam
pewartaan Paulus di Antiokhia tampaklah pola pelayanannya. Mula-mula mewartakan Injil kepada
orang-orang Yahudi, baru kemudian kepada orang-orang non- Yahudi. Dari Antiokhia, Paulus
pergi ke Ikonium, Listra, dan Derbe, yang terletak di pedalaman Pamfilia (Kis. 13:50-14:20).
Dapat dikatakan bahwa perjalanan misi ini berhasil dengan baik. Pewartaan Paulus dan Barnabas
mendapatkan sambutan yang baik sehingga mereka dapat mendirikan jemaat-jemaat di kota-kota
itu. Walaupun demikian, mereka harus menghadapi banyak tantangan terutama yang datang dari
dirikan di Asia Kecil, sekalipun mereka menyadari bahwa mereka harus berhadapan dengan para
musuh mereka. Setelah menyelesaikan perjalanan misi pertama, Paulus kembali ke Antiokhia dan
Antara tahun 49-52 untuk kedua kalinya Paulus melakukan perjalanan misi. Setelah
beberapa lama tinggal di Antiokhia, Paulus mengajak Barnabas untuk mengunjungi dan melihat
keadaan jemaat-jemaat yang telah mereka dirikan (Kis.15:36). Barnabas menerima ajakan Paulus
tetapi kemudian menjadi konflik di antara keduanya (Kis.15:37-40) yang berujung pada
perpisahan. Barnabas mengajak Markus berlayar ke Siprus, sedangkan Paulus memilih Silas untuk
mengunjungi Siria dan Kilikia (Kis. 15:41). Disini terlihat pribadi Paulus yang tegas dan
berprinsip. Ia tidak menyertakan Yohanes Markus, karena Yohanes Markus telah meninggalkan
mereka saat perjalanan misi pertama. Namun, perselisihan antara kedua misonaris tersebut tidak
jalur yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama yakni mewartakan Injil. Justru karena
perpisahan itu, Firman Allah tersebar lebih luas. Dalam perjalanan misi II ini, Paulus dan Silas
berangkat dari Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia dan tiba di selatan Galatia (Kis. 16:20-38),
(Suswakara Ignasius, 2016:64). Di Listra, yang terletak di wilayah Galatia, seorang murid Paulus
yang bernama Timotius menggabungkan diri dan menjadi teman seperjalanan Paulus (Kis. 16:1-
3).
Di Filipi sejumlah besar orang non-Yahudi yang biasa datang ke Sinagoga menjadi
percaya dibaptis, termasuk Lidia, seorang pedagang kain sutra. Tetapi, Paulus dan Silas dikejar-
kejar karena mengusir roh jahat dari seorang budak perempuan sehingga pemiliknya kehilangan
penghasilan. Pengejaran itu berujung pada penangkapan Paulus dan Silas. Mereka didera dan
dipenjarakan tetapi kemudian dibebaskan bahkan mereka dapat membaptis kepala penjara dan
keluarganya. Pewartaan di Tesalonika pun berjalan dengan baik. Mereka berhasil membentuk
jemaat sekitarnya.Tetapi, di kota ini pun Paulus dikejar-kejar oleh orang Yahudi yang iri hati
padanya sehingga ia terpaksa lari meninggalkan kota itu. Pewartaan di Atena dapat dikatakan
gagal karena hanya sedikit orang yang menjadi percaya dan dibaptis. Untuk pertama kalinya di
kota ini Paulus harus berhadapan dengan orang Yahudi yang sesungguhnya. Ia berhadapan dengan
para filsuf yang tidak dapat menerima kebangkitan orang mati. Bagi mereka badan adalah penjara
jiwa sehingga kematian dipandang dapat membebaskan jiwa manusia dari penjara yang
membuatnya menderita. Dengan demikian mereka mengharapkan kematian yang akan membuat
manusia bahagia.Jika orang bangkit kembali, artinya jiwa harus masuk lagi ke dalam penjara.
Di Korintus Paulus berkenalan dengan sepasang suami istri, Akwila dan Priskila yang baru
datang dari Roma (Kis. 18:2). Mereka bertobat dan dibaptis dan sesudah itu Paulus tinggal di
rumah mereka. Pewartaan Paulus di Korintus bukan hal yang mudah karena kota ini adalah kota
pelabuhan dan perdagangan yang terkenal karena penduduknya memiliki tata susila yang rendah.
Walaupun demikian, pewartaan di kota itu membuahkan hasil yang menggembirakan karena
banyak orang menjadi percaya dan dibaptis. Di Efesus Paulus meninggalkan Akwila dan Priskila,
lalu masuk ke sinagoga dan berbicara kepada orang Yahudi. Kunjungannya di kota ini tidak
Perjalanan Misi yang ketiga ini dilakukan oleh Paulus antara tahun 53 dan 58. Dari Antiokhia
Paulus berangkat lagi ke Asia Kecil menuju Efesus. Pewartaan Paulus di kota ini menimbulkan
huru-hara yang digerakkan oleh seorang tukang perak yang membuat kuil-kuilan Dewi Artemis
dari perak. Ia menggerakan tukang-tukangnya untuk mengacau kota dan melawan Paulus karena
pewartaan Paulus dinilai telah merugikan mereka. Dalam pewartaan injilnya, Paulus mengajak
orang untuk menyembah Allah yang sejati dan meninggalkan penyembahan berhala, buatan
tangan manusia.
Sebenarnya Paulus cukup lama tinggal di Efesus (2-3 tahun) tetapi Kisah Para Rasul tidak
berbicara banyak mengenai kegiatan Paulus di kota itu. Dari surat-surat yang ditulisnya di Efesus
(Gal, Flp, Flm., 1-2 Kor) tampak sisi lain dari pewartaannya di kota itu. Ia berhasil membangun
jemaat yang besar dan kuat. Tetapi, di kota itu juga Paulus rupanya harus mengalami berbagai
kesulitan dalam bentuk penganiayaan seperti yang di sampaikannya dalam 2 Kor. 11:23-29.
Bahkan, cukup lama ia dipenjarakan di kota itu oleh pemerintah Romawi walaupun akhirnya ia
dibebaskan.
Dari Efesus Paulus melanjutkan perjalanan ke wilayah Makedonia dan Yunani Selatan lalu
kembali ke Siria (Antiokhia) melalui jalan darat (Kis. 20:1- 3). Dalam perjalanan kembali ke Siria
itu Paulus dan teman-temannya melewati wilayah Makedonia dan singgah di Troas. Di kota ini
terjadi peristiwa yang mengejutkan. Paulus bercerita sampai larut malam sampai seseorang
pemuda yang duduk di jendela jatuh dan mati tetapi Paulus menghidupkan orang itu kembali.
Paulus sudah memutuskan untuk tidak singgah ke Efesus (20:16), karena ingin segera tiba
di Yerusalem. Karena itu sesampainya di Miletus, ia mengumpulkan para penatua jemaat Miletus
dan Efesus dan menyampaikan wejangan perpisahan kepada mereka (Kis. 20:17-35). Ia berpesan
kepada para pemimpin jemaat untuk menjaga diri dan seluruh kawanan karena merekalah yang
dipilih oleh Roh Kudus untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh dengan darah
Anaknya sendiri (Kis. 20:28). Mereka perlu waspada karena setelah kepergian Paulus serigala-
serigala ganas siap memangsa kawanan itu (Kis.20:29) dan dari antara mereka sendiri akan
muncul orang-orang yang menyampaikan ajaran palsu dan berusaha menarik murid-murid dari
Dalam perjalanan ini ia mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi jemaat di Tirus. Para murid
yang tinggal di situ mengingatkan Paulus untuk membatalkan niatnya untuk pergi ke Yerusalem,
tetapi ia tidak menerima nasihat itu. Ia pun mengunjungi rumah Filipus di Kaisarea dan di tempat
itu sekali lagi Paulus mendapat nasihat untuk tidak pergi ke Yerusalem karena ia pasti menghadapi
Dan apa yang kuatirkan murid-murid lain terhadap Paulus terjadi. Karena berniat untuk
memberikan bantuan kepada Jemaat di Yerusalem, Paulus pun ditangkap dan dipenjarakan di situ.
Yerusalem telah membulatkan tekad Paulus untuk tetap menuju Yerusalem, sekalipun nyawa
adalah taruhannya.
Teologi Paulus tertuju kepada Teologi Salib karena kebangkitan merupakan puncak dari inti karya
Penebusan. Pemberitaan tentang salib (1 Kor 1: 18) merupakan pusat Injil Paulus. Oleh sebab itu Paulus
juga berkata: “Aku bermegah atas kelemahanku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku, karena itu aku
senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam kesaksian, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan
kesesakan, oleh karena Kristus. Sebab aku lemah, maka kuatlah Aku” (2 Kor 12,9-10).
Paulus begitu menonjolkan kelemahan sebagai dasar untuk tindakan penyelamatan Allah untuk itu
ia mempunyai dua alasan: Pertama, dijelaskannya dalam 1 Kor 1:27-29. “Apa yang bodoh bagi dunia,
dipilih Allah untuk memalukan orang-orang berhikmat dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah
untuk melakukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah,
bahkan apa yang tidak berarti dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti supaya jangan ada seorang
manusia yang memegahkan diri di hadapan Allah.’’ Semua itu dirumuskan dengan amat jelas sekali
Kedua, Paulus bermegah atas salib Kristus karena salib Kristus itu adalah tanda cinta Allah yang
paling jelas bagi kita. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk
kita, ketika kita masih berdosa (Rom. 5,8). Wafat Kristus adalah tanda kasih Allah. Sebab Allah sendiri
mengutus Anak-Nya dalam daging yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa. Ia tidak
menyayangkan anak-Nya sendiri tetapi menyerahkannya bagi kita (Rom 8:3- 32). Allah masuk ke dalam
dunia manusia, menjadi senasib dengan kita. Pada hari raya perdamaian imam agung mengadakan
perdamaian dengan Tuhan dengan memerciki tutup tabut itu dengan darah kurban. Dengan demikian
Kemah suci di mana tabut perjanjian berada adalah tempat pertemuan antara Allah dan umat-Nya,
sekarang Paulus berkata bahwa dalam Darah Kristus artinya dalam wafat Kristus, Allah bertemu dengan
manusia. Sebab dalam wafat- Nya Kristus bersatu dengan umat manusia dan sekaligus penyerahan
ketaatan-Nya kepada Bapa. Dosa merupakan dasar dan sebab Kristus senasib dengan manusia. Wafat
Kristus adalah suatu perbuatan kebenaran (Rom 5:18) maka oleh kematian-Nya kita semua diterima oleh
Maka Paulus dengan berani berkata bahwa wafat Kristus adalah tanda cinta Allah bagi kita. Sebab
dalam wafat Kristus Allah mendekati kita dan menerima kita bersama dengan Kristus. Wafat dan
kebangkitan Kristus adalah pertemuan antara Allah dan manusia. Dalam wafat kelihatan solidaritas
Kristus dengan manusia. Dalam kebangkitan-Nya nampak kesatuan-Nya dengan Allah. Tetapi, Kristus
dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1 Kor
15:20). Kebangkitan Kristus adalah awal keselamatan kita, Kristus sebagai buah sulung sesudah itu
mereka yang menjadi miliknya pada waktu kedatangan-Nya (1 Kor 15:23). Wafat dan kebangkitan
Kristus tidak bisa dipisahkan, tetapi jalan kepada kebangkitan melalui wafat, Dan, sekarang manusia
pertama-tama ikut mengalami Wafat Kristus. Maka, kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus dan
telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia
oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh
kemuliaan Bapa, Demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Rom 6:3-4). Kita sekarang
sudah hidup. Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (2 Kor 5,17). Namun sekarang kita
melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan
muka (1Kor 13,12). Kita sudah bersatu dengan Allah tetapi kesempurnaan baru datang dengan
kebangkitan.
Pandangan Paulus tentang memberi derma bersumber dari pemahamannya tentang salib Kristus
sebagai tanda cinta Allah yang paling jelas bagi manusia. “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,
oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Rom. 5,8). Wafat Kristus adalah
tanda kasih Allah. Kasih Kristus lewat salibnya adalah tanda yang mendorong setiap muridnya untuk
berani memberi diri bagi Kristus. Cinta manusia kepada Kristus dapat terlihat dalam pelayanan kasihnya
Kesadaran akan pelayanan kasih inilah yang memotivasi Paulus untuk mengasihi sesamanya
terutama mereka yang miskin. Ia bahkan melihat misinya untuk mewartakan Kristus sebagai suatu
pewartaan bagi mereka yang miskin. “…supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan
mereka kepada orang-orang yang bersunat; hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan
Untuk membantu mereka yang bersusah hal pertama yang dilakukan Paulus adalah berani hidup
mandiri. Ia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Ia hidup dari apa yang ia kerjakan dan mencukupi
dirinya dari uang hasil pekerjaannya sebagai tukang kemah. “Sebab, juga waktu kami berada di antara
kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2
Tes 3:10). Suatu peringatan kepada mereka yang percaya kepada Kristus agar terus bekerja keras, mandiri
dan dengan itu tidak menjadi beban bagi yang lain bahkan bisa memberi bantuan kepada yang lain.
Dengan kemandiriannya, Paulus pun melakukan pelayanan kasih kepada orang lain sekalipun ia
sendiri berkekurangan. Inilah dasar dari pemberian derma bagi Paulus. Memberi derma kepada sesama
tidak harus menunggu seseorang menjadi kaya. Paulus membandingkan sikap ini dengan Kristus sendiri.
“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu
menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9).
Dengan semangat ini, Paulus telah memulai pengumpulan dana dari jemaat-jemaat yang dikunjunginya
Terhadap situasi di Yerusalem dimana jemaat Yerusalem telah jatuh miskin akibat penganiayaan
yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi (1 Kor 16:1-4), Paulus berinisiatif mengumpulkan dana dari
umat. Dan, hal tersebut telah mendapat tanggapan positif dari jemaat-jemaat. Ia juga tidak segan-segan
memuji umat yang tetap rela memberi walaupun mereka sendiri berkesusahan. “Selagi dicobai dengan
berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun
mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan
sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk
dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Kor 13:3). Di
tulisan yang lain Paulus menulis: “ “Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya
dengan hati yang ikhlas” (Rm 12:8). Kasih menjadi dasar dari pemberian derma umat. Tanpa kasih dan
ketulusan, umat akan terjebak pada pemberian dengan paksaan, dengan imbalan dan hal ini bertentangan
Kesadaran untuk memberi derma yang telah dilakukan oleh Paulus bukannya tanpa tantangan.
Banyak orang malah menuduhnya sebagai yang mengambil keuntungan dari pengumpulan dana tersebut.
“Sebab kami hendak menghindarkan hal ini: bahwa ada orang yang dapat mencela kami dalam hal
pelayanan kasih yang kami lakukan dan yang hasilnya sebesar ini. Karena kami memikirkan yang baik,
bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia” (2 Kor 8:20-21). Hal lain yang juga telah
menurun adalah sistem “kepemilikan bersama’’ yang pernah dipraktikkan di dalam jemaat ternyata
kurang berhasil (Kis 2:41-47 ). Umat yang sedang berkembang ternyata sulit diyakinkan bahwa memberi
Dari semua usaha Paulus untuk meningkatkan kesadaran umat dalam memberi derma di tengah
jemaat, yang paling berhasil adalah pengumpulan dana bagi umat di Yerusalam di tengah umat
Makedonia dan Akhaya. Sumbangan finansial itu dibutuhkan tampaknya karena jemaat di Yerusalem
yang terjepit. Sebagian besar dari jemaah itu berasal dari Galilea. Mereka harus mencukupi hidup mereka
sendiri di lingkungan yang tidak menguntungkan, menjadi saksi Yesus Kristus yang tidak popular.
Kecuali itu penduduk Yerusalem sendiri yang menjadi Kristen, tampaknya berasal dari lingkungan
miskin. Oleh karena itu solidaritas dari saudara-saudara Kristen yang lain dibutuhkan.
Paulus sendiri menceritakan ini begitu panjang lebar dalam tulisannya sebagai contoh bagi umat di
daerah-daerah lainnya (2 Kor 8:1-9:15). Dalam penilaian Paulus, umat di Akhaya dan Makedonia
memberikan bantuan melampaui kemampuan mereka sendiri dan lebih banyak daripada yang diharapkan
oleh Paulus. Mereka mendesak Paulus agar diperbolehkan mengambil bagian dalam pelayanan kepada
jemaat Yerusalem. Mereka menanggapi kebutuhan jemaat Yerusalem dan menempatkan-Nya di atas
Berangkat dari niat jemaat di Makedonia, Paulus mengajak jemaat di Korintus, Roma dan daerah-
daerah lainnya untuk bermurah hati membantu saudara-saudara di Yerusalem. Ia ingin menguji
keikhlasan kasih mereka karena mereka sendiri telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus yang
sekalipun kaya menjadi miskin supaya mereka menjadi kaya karena kemiskinan-Nya. Yesus memiliki
kemuliaan sebagai Allah, tetapi meninggalkannya dan memilih menjadi seorang manusia dan mati di
kayu salib (Flp. 2:6-11). Ia melakukan semua ini agar manusia memperoleh warisan abadi dalam rumah
Bapa di surga.
Paulus pun mengingatkan bahwa memberi derma dilakukan agar terjadi keseimbangan di antara
umat. Paulus berharap agar kelebihan yang dialami oleh jemaat-jemaat lain dapat mencukupkan
kekurangan yang dialami oleh jemaat yang membutuhkan. Ia tidak menghendaki satu jemaat lain hidup
dalam kelimpahan. Setiap orang hendaknya memberi dengan senang hati sesuai dengan kerelaannya dan
mereka yang memberi tidak perlu khawatir akan berkekurangan karena Allah sendiri memenuhi
kebutuhan mereka. Ia akan memperhatikan kesejahteraan mereka sehingga dapat terus membantu sesama.
Mereka harus menyadari bahwa pelayanan kasih yang mereka lakukan tidak hanya dimaksudkan untuk
mencukupi keperluan jemaat yang dibantu, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
Bantuan yang mereka berikan itu juga akan mendorong orang lain untuk memuliakan Allah.
Dari pembahasan di atas nampak jelas pandangan Paulus tentang semangat memberi derma yang
harus lahir dari kemandirian dan semangat solidaritas. Kemandirian menjadi awal dari kesediaan setiap
umat untuk tidak menjadi beban bagi orang lain. Dengan tidak menjadi beban bagi orang lain, umat dapat
Derma berasal dari kata donation yang berarti memberi bantuan. dalam gereja dikenal beberapa
istilah yang berhubungan dengan derma. Pertama, persembahan (oblations) yang menujuk pada
pemberian sukarela dari umat baik kepada gereja maupun sesama. Istilah pesembahan disini tidak saja
untuk menunjuk suatu bagian dalam liturgi (perayaan Ekaristi) tetapi juga pemberian umat dalam bentuk
Kedua, kolekte (collection) artinya kegiatan mengumpulkan persembahan dalam satu perayaan
liturgi. Setiap umat berhak dan berkewajiban mempersembahkan diri lahir batin sebagai korban bagi
Allah dalam kesatuan dangan kurban Kristus. Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat
beriman. Sebagaimana Kristus mempersembahkan Diri-Nya dalam rupa roti dan anggur demikian juga
Ketiga, istilah stipendium dalam KHK 1917, berasal dari kata Latin stips (stipis) yang berarti
derma, sedeka,gaji, dari kata pendare berarti membayar derma atau gaji. Berbeda dengan KHK 1983, kata
stips digabungkan dengan kata kerja offere yang berarti menghaturkan, memberi, mempersembahankan.
Padanan kata stips dan offere berarti memberi derma. Makna kata stipendium dalam kodeks 1983
mempunyai arti baru lebih bernuansa rohani/spiritual bila dibandingkan dengan kodeks yang lama.
Keempat, iuran dan aksi. Kedua istilah ini menunjukan kepada pemberian umat untuk kepentingan
gereja dan umat Allah baik gereja lokal maupun universal. Semangat dari pemberian iuran dan aksi masih
dalam semangat pemberian derma yaitu semangat kasih dam kerelaan. “Tidak dengan hati sedih dan
paksaan, melainkan dengan rela hati, maka Allah akan melimpahkan segala kasih karunia kepadamu
supaya kamu berkecukupan dalam segala sesuatu, maka berkelebihan dalam segala kebijakan” (2 Kor
9:7-8).
Pandangan Gereja mengenai memberi derma tidak terlepas dari ajaran Yesus tentang Hukum
Cinta Kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri" (Luk 10:27). Hukum cinta kasih adalah hukum terutama yang diajarkan Yesus untuk
menjadi dasar bagi kehidupan umat beriman. Yesus kemudian menceritakan suatu perumpamaan yang
indah tentan kasih kepada sesama tersebut. Kisah Orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37) dan
Orang Kaya dan Lasarus yang Miskin (Luk 16:19-31) menjadi cerita penuh refleksi akan kasih terhadap
sesama.
Ajaran Yesus inilah yang telah dilanjutkan oleh Jemaat Perdana dan kemudian oleh para pimpinan
Gereja untuk melanjutkan pelayanan kasih kepada sesama. Memberi derma adalah bagian yang tak
terpisahkan dari pelayanan kasih. Dalam Kitab Hukum Kanonik, diperjelaskan juga mengenai hak dan
kewajiban umat Allah untuk memberi dan tidak memberi derma; karena berkat kelahiran kembali dalam
Kristus, terdapat kesamaan sejati dalam martabat dan kegiatan untuk bekerjasama membangun Tubuh
Kristus dengan kewajiban untuk selalu memelihara persekutuan dengan penuh semangat dalam
menjalankan tugas-tugas serta hidup dengan suci untuk memajukan perkembangan Gereja serta
kekudusannya.
Selain itu juga umat beriman berhak menyampaikan kepada para gembala-gembala Gereja tentang
keperluan-keperluan mereka dan berhak menerima bantuan dari khazanah rohani Gereja, mengenai sabda
Allah dan sakramen-sakramen sesuai dengan kondisi khas masing-masing. Dengan demikian, umat
beriman kristiani berkewajiban pula untuk menghaturkan derma agar misa diaplikasikan bagi intensinya,
membantu kesejahteraan Gereja dan dengan persembahan itu, turut berpartisipasi dalam usaha Gereja
Dalam kutipan dokomen Rerum Novarum, menjelaskan bahwa usaha dalam memberi merupakan
hal pokok dalam ajaran Gereja katolik. Hai ini juga disampaikan oleh Paus Leo ke-XXIII, bahwa adanya
kurang perhatian dari para imam, dalam memberikan pemahaman, pengetahuan serta pengertian bagi
kemanusiaan sosial. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk hidup bersolider bersama orang lain demi
Dalam hubungannya dengan memberi derma, dalam Gereja dikenal dua (2) prinsip:
a. Prinsip subsidiaritas
Katekismus menjelaskan prinsip ini sebagai berikut: “Bagi komunitas yang berada pada
level yang lebih tinggi dilarang untuk mengambil alih tugas komunitas-komunitas yang berlevel
rendah serta mengambil haknya. Namun, bila ada kebutuhan oleh komunitas rendah, maka
komunitas yang berlevel tinggi dapat mendukungnya’’(katekismus, 2009: 137). Komunitas disini
menunjuk pada kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara ekonomi maupun
status sosialnya. Contoh dari prinsip ini adalah komunitas-komunitas masyarakat yang
berpenghasilan cukup dapat membantu mereka yang kekurangan secara ekonomi. Misalnya, para
fakir miskin, kaum buruh, nelayan, janda miskin dan lain sebagainya, agar mereka memperoleh
dalam kemandirian. Inilah arti subsiadiaritas yaitu sikap menghargai potensi dan sumber daya
pada pihak lain dan membiarkannya berkembang. Prinsip subsidiaritas (kemandirian) adalah
ungkapan hakikat kemerdekaan, yaitu hak setiap orang untuk menentukan nasibnya sendiri dan
menentukan apa yang terbaik bagi lingkungannya. Kemandirian disini adalah upaya jemaat untuk
membangun kemandirian dalam iman (spiritual), kemandirian dalam tenaga-tenaga pelayan umat
b. Prinsip Solidaritas
Prinsip solidaritas itu berkaitan dengan “pernyataan dan tuntutan seseorang” bahwa pada
kodratnya setiap pribadi manusia secara individu membutuhkan bantuan manusia lain dan juga
bertanggung jawab atas kehidupan bersama seperti dirinya sendiri. Singkatnya, prinsip solidaritas
itu menyangkut sikap sosial manusia yang mencakup pada suatu kepekaan, terhadap suatu
perubahan yang mendalam dalam kondisi hidup manusia serta kemampuan untuk mengatasi etika
memberikan sumbangan bagi kepentingan bersama atau kesejahteraan umum (Solidaritas, 1992:
144).
Solidaritas berarti seseorang (beriman) yang berusaha untuk menyadari, mengenali dan
mengembangkan potensi dan keunggulan dirinya akan serentak pada waktu yang sama berusaha
untuk bersama-sama membangun komunitas yang lebih bermutu dan tangguh. Dengan demikain
solidaritas adalah ungkapan kemajuan iman dan kasih, suatu prestasi etika dan moral. Dalam
semangat solidaritas umat berupaya membagi nilai dan visi alternatif. Sikap mandiri dan semangat
Memberi derma kepada orang miskin adalah satu kesaksian utama cinta kasih kepada sesama,
merupakan satu perbuatan keadilan yang berkenan kepada Allah. Paulus pun mengingatkan agar
pengumpulan dana itu didasari dengan kerelaan hati dan disesuaikan dengan kemampuan mereka, dan
Paulus juga berharap bahwa kesatuan umat Kristen memuat dua dimensi pokok.
Dimensi pertama adalah dimensi yang akan lahirnya kerukunan berdasarkan kasih. Dasar Paulus
adalah ajaran Yesus tentang cinta kasih. Komunitas Umat Basis menciptakan peluang bagi anggota untuk
hidup dalam kasih, tempat para anggotannya salimg menghormati sebagai saudara dan saling mendahului
dalam memberi hormat. Dalam pengharapan dan sukacita persaudaraan segenap anggota berjuang
membebaskan diri dari lilitan berbagai masalah hidup (Rm. 12: 10-18). Kasih kepada Allah ditunjukan
Dimensi yang kedua adalah dimensi yang lebih batiniah, yakni dimensi kesatuan rohani. Umat
Kristen bersatu secara rohani sebab mereka memiliki Allah, satu Tuhan, satu iman, satu baptis, dan satu
pengharapan. Gereja adalah sebuah persekutuan dimana orang-orang yang percaya kepada Kristus
disatukan sebagai anak-anak Allah. Rasa persekutuan itu ditunjukkan dalam tindakan saling
Komunitas Umat Basis (KUB) adalah persekutuan umat Kristen yang paling dasar. KBG
mencontohi cara hidup jemaat perdana yang mendasarkan hidup mereka pada pemecahan roti dan kasih
persaudaraan. Derma menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan jemaat perdana (Kis. 2: 41-47).
Derma menjadi keharusan bagi murid Kristus sebagai bentuk kasih mereka kepada sesama. Umat KBG
mesti ambil bagian dalam derma sebagai bentuk perwujudan iman mereka kepada Kristus.
Mengekspresikan secara nyata kehidupan Gereja Kristus yang universal sebagai perwujutan Kerajaan
Allah melalui penghayatan nilai-nilai kebenaran, keadilan, perdamaian dan cinta kasih.
Pemberian derma umat dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk yang berbeda-beda. Ada
umat yang memberikan sumbangan lewat Gereja namun ada pula yang memberi derma secara mandiri.
Intinya, sumbangan itu dihayati betul sebagai persembahan kepada Tuhan. Persembahannya dihayati
sebagai pemberian yang diterimanya dari Tuhan. Semangat inilah yang perlu dipupuk dalam pemberian
derma umat.
Dalam kegiatan menggereja, ada beberapa jalan untuk memberi derma. Bentuk-bentuk pemberian
a. Kolekte
Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat beriman. Dalam sejarahnya kolekte
mengalami perubahan bentuk dalam pemberian umat. Pada pertengahan abad II Yustinus
mengingatkan kewajiban persembahan bagi orang yang berkekurangan yakni para janda, orang
sakit, dalam penjara dan diletakkan di kaki pemimpin perayaan. Dalam kitab Didacbe,
Tertulianus berbicara banyak tentang kolekte. Pada zaman Kostantin Agung, awal abad IV
terdapat mosaik yang indah di lantai gereja di Aquileia dimana dilukiskan para pria dan wanita
berarak menghantar persembahan bukan hanya roti dan anggur tetapi juga buah-buah anggur,
bunga, dan burung. Sinode di Hippo th. 393 menertibkan menjadi hanya roti dan anggur.
Bahkan persembahan lainnya dibawa saja ke pastoran untuk dibagi-bagikan kepada yang
memerlukan. Dalam upacara tahbisan, imam baru menghantar lilin bernyala. Dalam
pentahbisan Uskup, Hippolitus dalam traditio apostolica menetapkan: roti, anggur, susu,
madu. Di banyak tempat ada kebiasaan menghantarkan emas atau bahan bangunan dan
peralatan suci untuk keperluan gereja. Tetapi sejak abad IX persembahan dalam bentuk uang
menjadi lebih umum. Dari kenyataan sejarah dengan beraneka cara dan kebijakan itu, gereja
dewasa ini melanjutkan kedua-duanya: kolekte dengan pengumpulan uang dan kemungkinan
menghantar persembahan dalam wujud hasil karya dan hasil bumi dilaksanakan pada
perayaan-perayaan istimewa.
Di dalam gereja lokal Keuskupan Agung Ende terdapat beberapa jenis kolekte di luar
Kolekte ini bertujuan agar mulai tumbuhlah semangat misioner di dalam hati dan budi
anak-anak serta kaum remaja. Rasa kesadaran ini diungkapkan secara nyata lewat saling
kurban untuk menolong anak-anak yang lebih malang nasibnya, baik rohani maupun
pastoral para misionaris khususnya yang berhubungan dengan pembinaan anak-anak dan
remaja, pendidikan formal bagi kanak-kanak (TK). perwujud dan solidaritas antar
menunjang dan membantu pembinaan para calon imam pribumi melalui pemberian
derma secara tetap atau tidak tetap menunjang pembangunan seminari dan biara-biara
mengundang kaum muda untuk berani memberikan diri sebagai calon imam dan
biarawan-biarawati.
jaringan media masa serta menyadarkan umat sekalian akan tugas dan tanggungjawab
untuk mewartakan Yesus Kristus melalui sarana-sarana komunikasi yang ada di jaman
Kolekte ini bertujuan untuk mengajak umat katolik di seluruh dunia untuk ikut
serta mendukung karya kegembalaan Bapa Suci di Roma. Juga menjadi tanda kesatuan
para anggota Gereja di seluruh dunia yang siap mewartakan Yesus Kristus dan yang
Keuskupan Agung Ende untuk turut serta menandai reksa pastoral keuskupan Agung
Ende di bidang pendidikan. Mengungkapkan tanggung jawab dan solidaritas antara
sesama umat dalam mewujutkan Gereja Lokal Keuskupan Agung Ende sebagai gereja
Kolekte ini bertujuan untuk mengajak umat untuk tekun berdoa bagi penyebaran
kabar gembira dan siapa saja yang bekerja untuk karya misi. Menyadarkan umat bahwa
seluruh dunia.
Kolekte ini bertujuan mengajak umat untuk turut serta menyebarluaskan kitab suci,
mendalami serta mempelajari kitab suci, dan menjadikan Kitab Suci sebagai buku
Komisi Kitab Suci pada Konperensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta untuk
Stipendium adalah sumbangan sukarela umat beriman dalam bentuk uang kepada
seorang imam dengan permintaan agar dirayakan satu atau sejumlah Misa untuk
ujud/intensi dari penderma. Sesuai kebiasaan Gereja, imam yang merayakan misa atau
membantu kesejahteraan gereja dan dengan persembahan itu berpartisipasi dalam usaha
gereja mendukung para pelayan dan karyanya. Jika umat yang memberikan stipendium itu
kepada imam yang saat merayakan ekaristi meskipun kecil tetapi sangat berharga untuk
imam (KHK Kanon 946 Hal: 263). Sedangkan iurae stolae, adalah sumbangan umat
beriman kepada seoarang imam yang melaksanakan perayaan sakramen dan sakramentali
(misalnya; baptis, perkawinan) atau melakukan suatu pelayanan pastoral lainnya seperti
c. Iuran Paroki
Adalah sumbangan umat beriman kepada paroki tempat di mana ia tinggal sebagai
bagian dari persekutuan Gereja lokal. Dengan adanya iuran paroki kegiatan-kegiatan
rohani dapat dijalankan dengan lancar. Umat yang memberikan iuran paroki dapat
membantu kesejahteraan gereja dan usaha gereja untuk mendukung para pelayan dan
karyanya.
disini adalah gereja yang hidup di tengah rumah-rumah putra-putrinnya dan juga paroki
ialah kommunitas kaum beriman Kristiani tertentu yang dibentuk secara tetap di Gereja
partikular, yang reksa pastoralnya, dibawah otoritas Uskup diosesan, dipercayakan kepada
pastor-paroki sebagai gembalanya sendiri (KHK Kanon 515. hal: 161). Dengan adanya
iuran paroki, paroki tidak hidup dari bantuan orang lain tetapi paroki hidup dan
Prinsipnya adalah umat memberikan bantuan dengan penuh ketulusan sebagai anggota
semua umat. Walaupun iuran paroki itu merupakan suatu kewajiban namun umat tidak
Aksi Puasa dan Natal merupakan sumbangan sukarela umat pada masa puasa dan
natal dari tiap-tiap kepala keluarga. Hasil pengumpulan dana ini akan digunakan untuk
kepentingan gereja lokal setempat terutama untuk kebutuhan perayaan Natal dan Paskah.
Kebanyakan orang katolik telanjur mengenal akronim APP sebagai judul amplop yang harus
diisi dan di serahkan kepada pengurus lingkungan atau paroki. Merintis gerakan APP mulai
tahun 1968 sebagai wujud solidaritas dan keberpihakan gereja kepada rakyat kecil, amplop
yang mestinya melayani niat baik berubah menjadi tujuan bersama. Dengan kata lain APP
Dalam setiap tahap kegiatan APP mulai dari merumuskan tujuan hingga pelaksanaan di
komunitas basis, keterlibatan umat beriman sangat penting sebagai bagian dari usaha
membangun komunita. Sebagai gerakan solidaritas APP juga merekatkan hubungan antar
f. Aksi sosial
Aksi sosial adalah orang beriman yang peduli dengan kepentingan umum. Dengan ini iman
seseorang selalu memiliki dimensi sosial yang nyata dan tidak ada iman sejati tanpa dimensi
sosial atau solidaritas. Contohnya, memberikan sumbangan kepada orang yang menderita, dan
lain-lain.
2.3.3. Meningkatkan Semangat Memberi Derma Umat di Tengah KUB/KBG
Komunitas Umat Basis mengambil bentuk teritorial yakni komunitas yang berdasarkan kedekatan
tempat tinggal dan hidup bertetangga serta memiliki kepentingan bersama sebagi umat Allah. Muspas V
KAE mengartikan KUB sebagai persekutuan umat beriman kristiani yang relatif kecil, 10-20 keluarga
katolik yang secara berkala bertemu (seminggu sekali). Di situ mereka saling mengenal dan tinggal
berdekatan, mereka bersama-sama berdoa, membaca Kitab Suci, mengadakan sharing iman berdasarkan
sabda Tuhan yang direnungkan, dan membicarakan masalah nyata keseharian yang dihadapi, dan
merayakan Ekaristi.
Dengan terang Kitab Suci mereka mencari solusi dan mengadakan aksi nyata bersama-sama
dalam pelayanan kasih sebagai pencerminan kasih Tritunggal Yang Kudus. Dalam kesatuan dengan umat
dari komunitas basis lainnya, Lingkungan/ Stasi, Paroki, Keuskupan serta Gereja universal dan dipimpin
oleh gembala-gembala yang syah, persekutuan umat ini bahu-membahu memperjuangkan kebebasan,
pemberdayaan dan terbuka untuk merangkul yang beriman lainnya (Komunitas Umat Basis.Hal 11-12).
Memberi derma tidaklah selalu identik dengan pemberian kolekte di gereja. Derma juga menunjuk
pada pemberian bantuan kepada sesama yang dilakukan secara mandiri oleh setiap umat beriman.
Terhadap umat yang membutuhkan bantuan, setiap orang beriman digerakkan hatinya untuk membantu.
KUB sebagai persekutuan umat beriman terkecil menjadi tempat umat saling berbagi dalam kasih dan
persaudaraan. Aksi-aksi derma perlu digalakkan oleh agen pastoral di lingkup KUB untuk
Aksi derma di lingkup KUB dapat dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi yang terjadi. Ini
perlu dilakukan agar umat menjadi lebih peduli terhadap sesamanya, terutama mereka yang hidup
bertetangga dan berdekatan. Misalnya terhadap umat yang sedang mengalami bencana, sakit, atau
meninggal dunia. Pengumpulan derma dapat dilakukan sebagai tanda perhatian dan solidaritas umat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu prosedur ilmiah yang berkaitan dengan analisa yang dilakukan secara
metodologis, sistematis dan konsisten. Karena itu peneliti memperhatikan beberapa konsepsi yakni :
Lokasi penelitian ini adalah di KUB ST. Petrus Menge paroki Santa Perawan Maria ‘’Ine Wea’’
Metode penelitian dipahami sebagai segala cara dan usaha untuk memperoleh data atau informasi
lapangan tentang sesuatu hal atau objek yang diteliti. Didalam metode penelitian tersebut terdapat alat dan
bahan yang harus dipersiapkan sebelum melakukan penelitian atau pada saat melaksanakan penelitian
dalam usaha mencari, memperoleh data atau informsi. Untuk penelitian ini, penulis menggunakan jenis
penelitian lapangan dan metode penelitian kualitatif. Penulis melakukan penelitian dengan model
deskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai implikasi pandangan Paulus
tentang semangat memberi derma bagi umat di Komunitas Umat Basis St. Petrus Menge paroki Santa
‘’Ine Wea Kisaraghe. Narasumber untuk penelitian berjumlah 17 orang, yang terdiri dari 10 KK, ketua
KUB, dan Pastor Paroki. Mereka akan diwawancarai sehubungan dengan semangat memberi derma
Dipakai untuk mengetahui pemahaman tentang memberi derma. Untuk penelitian mengenai
persepsi ini, penulis menggunakan metode alat yakni satu intrumen yang berisi pertanyaan-
pertayaan dan responden diminta untuk menyatakan sikap dan pendapatnya tentang
pertanyaan tersebut dengan memilih dari lima kemungkinan dalam skala berjenjang yakni
apakah dia setuju, sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju atau bersikap netral. Setiap
pilihan di beri bobot berjenjang sebagai berikut, selalu bobotnya 5; sering bobotnya 4;
kadang-kadang bobotnya 3; jarang bobotnya 2; hampir tidak perna bobotnya 1 (Downie dan
Heath, 1984)
b. Wawancara
c. Observasi
Melihat secara langsung dan mencatat dengan teliti apa yang terjadi di lapangan.
d. Dokumentasi
Metode mengumpulkan data sekunder yang diperoleh lewat memeriksa dan membaca
Dalam penelitian ini, proses analisis yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang
meliputi:
1. Penulis memeriksa apakah semua data dikembalikan oleh responden lengkap sesuai yang
disebarkan
2. Hasil angket akan ditabulasi dengan proses memasukan data dalam tabel agar mempermudah
4. Mengambil kesimpulan
Tabel I
Skema Data
Adapun penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 6-10 Februari 2017 setelah
HASIL PENELITIAN
Wilayah KUB St. Petrus Menge jika dilihat dari administrasi pemerintah, terletak di desa Inelika,
Kecamatan Bajawa Utara Kabupatan Ngadah.Wilayah KUB St. Petrus Menge berada daerah yang datar,
beriklim tropis, dengan curah hujan yang tetap. Musim panas berlangsung sekitar bulan Mei sampai
Oktober, dan musim hujan berlangsung dari bulan November sampai April. Keadaan tanahnya subur
sehingga cocok untuk usaha pertanian dengan mayoritas penduduknya bersawah. Umat KUB St. Petrus
Menge memberi nama KUB St. Petrus karena KUB tersebut berhadapan dengan pintu kapela Menge
karena Petrus adalan penjaga pintu surga. Terbentuknya KUB St. Petrus Menge sejak pertama kalinya
berdiri Kapela Menge tahun 1947. KUB St. Petrus Menge merupakan salah satu KUB dalam Paroki St.
Perawan Maria “Ine Wea’’ Kisaraghe yang terletak di Stasi St. Yosep Menge dengan batas-batasnya
sebagai berikut:
Wilayah KUB St. Pertus Menge tidak terlalu luas, hanya berkisah 2 km2, termasuk di dalamnya
pemukiman warga. Sisanya merupakan daerah pertanian warga. Daerah pertanian ini letaknya agak
Berdasarkan data yang diambil pada tanggal 11 Februari 2017, Umat KUB St. Petrus Menge
mengalami peningkatan pada setiap tahun. KUB ini terdiri dari 16 Kepala Keluarga ( KK), dan 78 jiwa
termasuk anak-anak terhitung laki-laki 35 orang, perempuan 43, jompo/cacat 5 orang, 0-6 Tahun/ TKK
11 Orang, SD Belum Komuni 8 orang, SD Komuni 6 orang, SMP/SMA 6 orang, OMK 8 Orang, Petani
Mengenai pendapatan perkapita umat KUB St. Petrus Menge belum ada data pasti. Pada umunnya
mereka bermata pencaharian sebagai petani. Mereka hidup sehari-hari dari hasil pertanian yang diolah
dengan cara yang masih tradisional. Ada dua jenis tanaman dibudidayakan oleh umat yakni:
1. Padi sawah. Pada umumnya penduduk di sini menanam padi sawah, dengan jangka waktu
masa panen hanya 3 bulan. Para petani mengerti akan teknik bercocok tanam. Mereka
berusaha mencari bibit unggul dengan jangka waktu panen yang lebih cepat, sehingga bisa
mendatangkan keuntungan.
2. Tanaman umur panjang seperti: kopi, kemiri dan kakao. Hasil dari tanaman perdagangan ini,
biasanya digunakan untuk kebutuhan pangan, kebutuhan pendidikan, membayar iuran paroki,
dan urusan adat. Umat KUB St. Petrus Menge sangat kaya akan hasil pertanian, tetapi harga
hasil produktif relatif rendah bila dibandingkan dengan tenaga dan waktu yang digunakan
untuk mengelolah hasil pertanian tersebut. Di samping itu juga, sebagai tambahan mereka juga
memelihara ternak seperti kuda, sapi, babi,dan kerbau untuk kebutuhan seremonia atau ritus-
ritus adat.
Kisaraghe, sangat bervariasi mulai dari yang tidak tamat (drop out sekolah dasar) sampai dengan yang
telah menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi, diantara responden yang ada, ada di antara
mereka yang menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah
Kehidupan sosial budaya umat KUB St. Petrus Menge paroki Sta. Perawan Maria “Ine Wea “
Kisaraghe menganut kebudayaan matrilinear dengan sistem “kolo setoko aze satebu”.Artinya bersatu, satu
pikiran, satu ide, atau satu pemahaman. Adat istiadat dan bahasa umumnya sama yakni dari etnis Bajawa.
Di Ngada ada tiga etnis yakni Bajawa, Riung, dan Ngekeo. Untuk etnis Bajawa menyangkut dengan
budayanya hampir semua sama yakni punya suku, Ngadhu Bhaga, dan adat istiadat, bahasanya hampir
Umat yang berdomisili di KUB St. Petrus Menge seluruhnya beragama katolik. Dalam kehidupan
menggereja setiap umat sangat aktif dan berpartisipasi dalam setiap tugas dan kegiatan. Kegiatan umat
sangat nampak dalam kegiatan-kegiatan rohani seperti tanggung koor pada hari raya maupun tanggung
Umat Basis St. Petrus Menge yang teliti oleh penulis adalah 15 orang. Selanjutnya, responden penelitian
Dari 15 responden, ada 10 orang berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian kaum
perempuan yang lebih mendominasi dari kaum pria yang hanya berjumlah 5 orang
Berdasarkan usia
Berdasarkan usia maka rata-rata usia umat /responden berkisar dari 35-40 berjumlah 4
Data penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi. peneliti membuat tabel-tabel jawaban yang telah
ditentukan. Tabel ini dilengkapi dengan kolom frekuensi dan presentase jawaban berdasarkan rumus: F%
= F/Nx 100%.
Keterangan:
N = Jumlah responden
Untuk mendapatkan prosentase keseluruhan, setiap jawaban diberi bobot dari 1-5.
Dari hasil jawaban, responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 14
orang dengan persentase 93,3%, dan yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%,
dan tidak ada responden yang menjawab kadang-kadang, jarang,dan hampir tidak pernah. Jadi persentase
keseluruhannya adalah 98,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:
kelulusan
1 Selalu 14 93,3
Sering 1 6,67
Kadang-kadang 0 0 98,6%
Jarang 0 0
Total 15 100%
Dari hasi jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 14 orang
dengan persentase 93,3%, yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak
ada responden yang menjawab kadang-kadang, jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase
keseluruhannya adalah 98,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:
2 Selalu 14 93,3
Sering 1 6,67
Kadang-kadang 0 0 98,6%
Jarang 0 0
Total 15 100%
Pernyataan 3: Anda percaya bawah paroki mengelola uang dari umat dengan jujur
Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 8 orang
dengan persentase 53,3%, yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak
ada responden yang menjawab kadang-kadang, jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase
keseluruhan adalah 82,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:
keseluruhan
3 Selalu 8 53,3
Sering 1 6,67
Kadang-kadang 6 40 82,6%
Jarang 0 0
Total 15 100%
Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 11
orang dengan persentase 73,3%, yang menjawab sering berjumlah 2 orang dengan presentase 13,3%,
yang menjawab kadang-kadang berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, yang menjawab jarang
berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak ada responden yang menjawab hampir tidak
pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 90,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:
keseluruhan
4 Selalu 11 73,3
Sering 2 13,3
Jarang 1 6,67
Total 15 100%
Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 13
orang dengan persentase 86,67%, yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan presentase 6,67
orang, yang menjawab kadang-kadang berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak ada
responden yang menjawab jarang dan hampir tidak pernah. Jadi presentase keseluruhanya adalah 96%.
keseluruhan
5 Selalu 13 86,67
Sering 1 6,67
Jarang 0 0
Total 15 100%
Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 8
orang dengan presentase 53,3% dan menjawab sering berjumlah 1 orang dengan presentase 6,6% , yang
menjawab kadang-kadang berjumlah 6 orang dengan 40%, dan tidak ada responden yang menjawab
jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase keseluruhan aadalah 82,6%. untuk lebih jelas lihat tabel
berikut ini:
Keseluruhan
6 Selalu 8 53,3
Kadang-kadang 6 40
Jarang 0 0
Total 15 100%
Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 5
orang dengan persentase 33,3% , dan menjawab sering berjumlah 4 orang dengan persentase 26,6%, yang
menjawab kadang-kadang berjumlah 6 orang dengan persentase 40%, dan tidak ada responden yang
menjawab jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 78,6%. Untuk lebih jelas
keseluruhan
7 Selalu 5 33,3
Sering 4 26,6
Kadang-kadang 6 40 78,6%
Jarang 0 0
Total 15 100%
Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 2 orang
dengan persentase 13,3%, dan yang menjawab sering berjumlah 6 orang dengan persentase 40%, yang
menjawab kadang- kadang berjumlah 5 orang dengan persentase 33,3%, yang menjawab jarang
berjumlah 2 orang dengan persentase 13,3%, dan tidak ada responden yang menjawab hanpir tidak
pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 70,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:
keseluruhan
8 Selalu 2 13,3
Sering 6 40
Jarang 2 13,3
Total 15 100%
Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 11
orang dengan persentase 73,3%, dan yang menjawab sering 3 orang dengan persentase 20%, yang
menjawab kadang-kadang 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak ada responden yang menjawab
jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 93,3%. Untuk lebih jelas lihat tabel
berikut ini:
No Jawaban Frekuensi % Presentase
keseluruhan
9 Selalu 11 73,3
Sering 3 20
Jarang 0 0
Total 15 100%
Pertanyaan 10: Anda berusaha membantu orang lain atau tetangga yang berkesusahan
Dari hasi jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 5 orang
dengan persentase 33,3%, dan yang menjawab sering berjumlah 7 orang dengan persentase 46,6%, yang
menjawab kadang-kadang berjumlah 2 orang dengan persentase 13,3%, yang menjawab jarang berjumlah
1 orang dengan persentase 6.67%, dan tidak ada responden yang menjawab hampir tidak pernah. Jadi
persentase keseluruhan adalah 81,3%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:
keseluruhan
10 Selalu 5 33,3
Sering 7 46,6
Jarang 1 6,67
4.3.2. Wawancara
Selain melalui angket, peneliti juga mencari akar persoalan melalui wawancara. Adapun hal yang
ditanyakan mengenai seputar persoalan pemahaman umat tentang memberi derma dan kebiasaan umat
Tabel
No Pertanyaan Jawaban
ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV tentang semangat memberi derma umat KUB St. Menge
menunjukan adanya peningkatan. Hal ini berdasarkan angket yang dijawab oleh 15 responden yang
menjadi sampel dan juga berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan observasi.
Indikator pemahaman umat tentang semangat memberi terdiri dari 5 pernyataan masing-masing
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel pertama (1) nampak bahwa 98,6% responden
mengatakan selalu berkewajiban membayar Iuran Paroki. Hal ini menunjukan bahwa umat
KUB St. Petrus Menge menyadari mempunyai kewajiban membayar Iuran Paroki.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel dua (2) nampak bahwa 98,6% responden
mengatakan selalu memberi kolekte dengan penuh ketulusan. Hal ini menunjukkan bahwa
mengatakan selalu percaya paroki mengelola uang umat dengan jujur. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya sikap percaya dari umat terhadap paroki dalam mengelola uang.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel empat (4) nampak bahwa 90,6% responden
mengatakan bahwa selalu membantu orang lain yang membutuhkan bantuan. Hal ini
menunjukkan bahwa umat KUB St. Petrus Menge memiliki tingkat kepedulian terhadap orang
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel lima (5) nampak bahwa 96% responden
mengatakan selalu wajib memberi kolekte kepada Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa umat
Hasi angket dari lima pernyataan berkaitan pemahaman umat tentang semangat memberi sudah
mencapai angka diatas 50%. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman umat tentang semangat memberi
mengalami peningkatan. Untuk mengetahui lebih jauh pemahaman umat tentang semangat memberi
selain melalui angket, penulis juga melakukan wawancara dengan 7 responden. Analisa wawancara
Dari hasil wawancara dengan tujuh (7) responden dari lima pernyataan berkaitan dengan
pemahaman umat tentang semangat memberi menunjukan bahwa umat KUB St. Petrus Menge belum
memiliki semangat dalam memberi. Masih sebagian umat yang belum memiliki pemahaman tentang
memberi. Hal ini juga ditegaskan oleh ketua KUB St. Petrus Menge bahwa masih sebagian umat yang
belum memiliki semangat dalam memberi. Pastor paroki sebagai gembala umat juga menegaskan bahwa
Kerelaan dan kemurahan hati adalah sikap utama dalam memberi derma. Kesadaran akan pelayanaan
kasih inilah yang seharusnya memotivasi umat untuk mengasihi sesamanya terutama mareka yang miskin.
Inilah dasar dari pemberian derma. umat semestinya menyadari bahwa pelayanan kasih yang dilalukan
tidak hanya dimaksudkan untuk mencukupi keperluan Gereja tetapi juga melimpahkan ucapan syukur
kepada Allah.
Indikator ini terdiri dari lima (5) pernyataan masing-masing sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengolaan data pada tabel (6) nampak bahwa 82,6% responden mengatakan
selalu memberi kolekte pada misa hari minggu. Hal ini menunjukkan bahwa umat KUB St. Petrus
Menge selalu memiliki kebiasaan untuk memberi kolekte pada misa hari minggu
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel (7) nampak bahwa 78,6% responden mengatakan
sering mempunyai uang kolekte pada hari minggu. Hal ini menunjukkan bahwa umat menyadari
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel (8) nampak bahwa 70,6% responden mengatakan
sering membawakan intensi atau permohonan saat merayakan Ekaristi. Hal ini menunjukkan
bahwa umat menyadari penting memberikan intensi atau permohonan saat merayakan Ekaristi
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel (9) nampak bahwa 93,3% responden mengatakan
selalu membayar Iuran Paroki tepat pada waktunya. Hal ini menunjukkan bahwa umat KUB St.
Petrus Menge sudah memiliki kebiasaan untuk membayar Iuran Paroki tepat pada waktunnya.
selalu membantu atau tetangga lain yang berkesusahan. Hal ini menunjukkan bahwa umat sudah
memiliki tinggkat kepedulian untuk membantu orang lain atau tetangga yang berkesusahan.
Hasil angket dari lima (5) pernyataan tentang praktek atau kebiasaan umat memberi derma
menunjukan angka di atas 50%. Hal ini menunjukkan bahwa praktek atau kebiasaan umat KUB St.
Petrus Menge dalam memberikan derma menunjukkan ada perkembangan. Untuk mengetahui
praktek atau kebiasaan umat dalam memberi derma selain melalui angket penulis juga melakukan
Dari hasil wawancara dengan tujuh (7) responden dari lima pernyataan tentang praktek atau
kebiasaan umat dalam memberi derma menunjukkan bahwa umat KUB St. Petrus Menge sudah
memiliki kebiasaan untuk memberi derma. Menurut responden kebiasaan memberi derma
pengakuan umat Pastor Paroki juga mengatakan bahwa kebiasaa memberi derma merupakan
ungkapan syukur dan terima kasih atas rahmat dan Berkat Tuhan sekaligus sebagai bentuk
partisipasi dan sekaligus keterlibatan umat dalam membangun Gereja. Umat mesti ambil bagian
dalam memberi derma sebagai bentuk perwujudan iman kepada Kristus. Pemberian derma umat
dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk yang berbeda-beda. Persembahan yang dihayati
sebagai pemberian kembali yang diterima dari Tuhan. Semangat inilah yang harus dipupuk dalam
PENUTUP
Mengakhiri seluruh proses pembahasan tentang Memberi Derma , maka peneliti menyimpulkan
beberapa pokok sebagai inti dari tulisan dan sekaligus memberi satu dua usul yang perlu dibaca .
5.1. Kesimpulan
Memberi derma seperti kolekte, Stipendium, Iuran paroki untuk pembangunan dan
perkembangan paroki, dapat berjalan dengan baik apabila adanya dukungan dan partisipasi aktif dan
kesadaran dari seluruh umat. Membantu untuk pembangunan dan perkembangan paroki bukan dari
perorangan, melainkan memberi derma sebagai tanda kita untuk membantu sesama kita dan untuk
perkembangan Gereja, karena itu partisipasi dan kesadaran umat sangat dibutuhkan karena Iuran paroki
mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembangunan paroki. Bila umat menyadari pentingnya
memberi Iuran paroki maka paroki akan berkembang dan untuk mensejahterakan umat.
Namun, umat di KUB St. Petrus Menge, Paroki St. Perawan Maria” Ine Wea” Kisaraghe. Mulai
sadar dan paham dalam hal memberi. Karena derma adalah memberi bantuan atau sumbangan kepada
Berdasarkan hasil angket dan wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa sebagian responden
sudah memahami tentang pentingnya memberi derma. Akan tetapi sebagian besar responden belum
memahami tentang pentingnya memberi derma kepada Gereja. Hal ini disebabkan:
1. Individu atau umat sedikit sadar memberi Iuran paroki yang sudah ditetapkan oleh
setengah hati.
Melihat kenyataan ini bahwa umat kurang memahani arti dan makna memberi derma kepada
mengusulkan :
1. Pastor paroki, selaku pemimpin umat dalam wilaya paroki, hendaknya memberi
penekanan akan pentingnya memberi derma kepada paroki, sehingga umat mengerti dan
2. Pastor paroki dan pengurus Stasi bekerjasama dengan pengurus-pengurus KUB untuk
memberikan pemahaman kepada umat tentang pentingnya memberi Iuran paroki kepada
Gereja.
3. Agar umat semakin menyadari pentingnya memberi derma kepada Gereja, sebagai
pemberian yang muncul dari dalam hati yang tidak ada paksaan dari orang lain dan
4. Perlu adanya katekese yang lebih khusus tentang pemahaman umat mengenai pentingnya
Iuran paroki.
5. Pastor paroki membuat solisasi tentang pemahaman umat tentang memberi Iuran Paroki
Demikian beberapa kesimpulan dan usul saran yang dapat dikemukakan untuk membantu umat KUB St.
Petrus Menge Paroki Sta. Perawan Maria “ Ine Wea” Kisaraghe dalam hal memberi derma kepada Gereja.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMEN-DOKUMEN
BUKU-BUKU
JURNAL, MAJALAH
1. Suswakara, Ignasius, 2016. Katekis dan Pewartaan. Penerbit Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa,
Jl. Gatot Subroto Ende, Flores-NTT.
2. Kusamawanta, Bagus, Gusti, D. 2007. Liturgi Sumber dan Puncak Kehidupan. Penerbit Komisi
Liturgi KWI. Jl. Jend. Sudirman, Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Petunjuk :
1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan teliti dan jawablah sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
2. Berikanlah tanda contang pada salah satu pilihan jawaban yang benar.
3. Setelah diisi lembar quesioner kemudian dikumpulkan kembali.
4. Atas kerja sama Bapak/ibu, saudara/ saudari saya ucapkan terimakasih.
IDENTITAS
NAMA :
JENIS KELAMIN :
USIA :
PENDIDIKAN :
BOBOT NILAI
5 (selalu)
4 (sering)
3 (kadang-kadang)
2 (jarang)
Petunjuk :
1. Bacalah pertanyaan dibawa ini dengan teliti dan jawablah sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
2. Berikanlah tanda centang ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban yang benar.
3. Setelah di isi lembaran quisioner kemudian dikumpulkan kembali.
4. Atas kerja sama bapak/ibu, saudara/saudari saya ucapkan terimakasih.