Anda di halaman 1dari 77

PANDANGAN PANGAN PAULUS TENTANG DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI

SEMANGAT MEMBERI DERMA UMAT DI KOMUNITAS UMAT BASIS ST. PETRUS


MENGE PAROKI ST. PERAWAN MARIA “ INE WEA” KISARAGHE

SKRIPSI

OLEH

ERNESTINA TANTIANA SOKE

NIM : 2009

NIRM : 12.2421.1066.R

JURUSAN : Pastoral Kateketik

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

SEKOLAH TINGGI PASTORAL ATMA REKSA

ENDE – FLORES – NTT

2017
PANDANGAN PAULUS TENTANG DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI SEMANGAT
MEMBERI DERMA UMAT DI KOMUNITAS UMAT BASIS ST. PETRUS MENGE PAROKI
STA PERAWAN MARIA “INE WEA”KISARAGHE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Kateketik Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Untuk Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.pd)

Oleh

ERNESTINA TANTIANA SOKE

NIM : 2009

NIRM : 12.2421.1066.R

JURUSAN : KATEKETIK PASTORAL

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

SEKOLAH TINGGI PASTORAL ATMA REKSA

ENDE – FLORES – NTT

2017
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ERNESTINA TANTIANA SOKE

NIM : 2009

NIRM : 12.2421.1066.R

Pekerjaan : Mahasiswa

Jurusan : Kateketik

ST : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Tulisan ini adalah karya asli penulis. Sepanjang pengetahuan penulis, tidak terdapat
di dalamnya karya orang lain, baik yang pernah diajukan untuk meraih gelar
kesarjanaan di perguruan tinggi manapun, maupun karya atau pendapat yang
pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dikutip dalam naskah
skripsi dengan menyebutkan sumber yang jelas dan secara lengkap dicantumkan
dalam daftar pustaka.
2. Apabila di kemudian hari diketahui secara sah dan meyakinkan bahwa skripsi ini
nyata-nyata merupakan hasil jiplakan baik sebagian maupun secara keseluruhan,
maka saya bersedia dikenai sanksi berupa pencabutan gelar kesarjanaan dan
penarikan ijazah sarjana secara sepihak oleh Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa
Ende.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sungguh –sungguh dan dengan penuh
rasa tanggung jawab.

Ende, ,,,,,,,,,,,2017

Ernestina Tantiana Soke


HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ernestina Tantiana Soke

NIM : 2009

NIRM : 12.2421.1066.R

Pekerjaan : Mahasiswa

Jurusan : Pastoral Kateketik

ST : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa

Judul Skripsi :
PANDANGAN PAULUS TENTANG DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI
SEMANGAT MEMBERI DERMA UMAT DI KUB ST.PETRUS MENGE
PAROKI ST.PERAWAN MARIA “INE WEA” KISARAGHE

DISETUJUI DAN DITERIMA UNTUK DIUJI

Ende, ,,,,,,,,2017

Ketua Program Studi Dosen pembimbing

DRS. ALEXANDER REBA, MTH. IGNASIUS SUSWAKARA, S.FIL.M.TH.


Skirpsi yang berjudul, “PANDANGAN PAULUS TENTANG DERMA DAN IMPLIKASINYA
BAGI SEMANGAT MEMBERI DERMA UMAT DI KOMUNITAS UMAT BASIS ST. MENGE
PAROKI STA. PERAWAN MARIA” , disusun dan diajukan oleh ERNESTINA TANTIANA SOKE
kepada jurusan Kateketik Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, guna memenuhi sebagian dari
persyaratan untuk memperoleh gelar SARJANA PENDIDIKAN telah berhasil dipertahankan di depan
Dewan Penguji pada tanggal,,,,,,,,,2017

Dosen Pembimbing : Ignasius Suswakara, S. Fil. M. Th. (……………………)

Dewan penguji :

1. Penguji I : DR. Herman Embuiru Wetu, Lic. (……………………)

2. Penguji II : Titus Tara, S.Ag.M.Th. (…………………….)

3. Penguji III : Ignasius Suswakara, S. Fil. M. Th. (…………………….)

MENGESAHKAN

SEKOLAH TINGGI PASTORAL ATMA REKSA ENDE

KETUA
RD. FREDERIKUS DHEDU,LIC

MOTTO

“ ENGKAU MEMBERITAUKAN KEPADAKU JALAN KEHIDUPAN DIHADAPANMU


ADA SUKACITA BERLIMPAH-LIMPAH, DI TANGAN KANANMU ADA NIKMAT
SENANTIASA”

( Mazmur 16: 11 )
PERSEMBAHAN

Keberhasilan dalam penulisan skripsi bukan semata-mata perjuangan penulis sendiri melainkan
berkat campur tangan kasih Allah yang tampak dalam wujud tanggung jawab dari kedua orangtua, para
penderma, sanak saudara, sanak keluarga serta para sahabat, maka pantas dan layak serta penuh ketulusan
hati saya persembahankan karyaku ini kepada :

1. Allah Yang Maha kuasa atas rahmat keberhasilan yang di anugerakan kepadaku.
2. Kedua orang tuaku yang tercinta bapak Antonius Mani dan mama Bernadetha Pagho yang
telah melahirkan dan membesarkan aku serta mendidik saya dengan Penuh tanggung
jawab dalam seluruh perjalanan hidupku.
3. Adik-adikku tercinta Erlin, Afrida, Nus, Rius, dan Diana yang telah memberikan
dukungan, doa dan semangat kepadaku selama masa perkuliahanku.
4. Bapak dan mama Asu, Yohanes Waso Nono dan Bertha Moi yang telah mendorong dan
mendukungku secara moril dan materil selama perkuliahanku.
5. Teman-teman seperjuanganku Crlis,Ann Moi,Sonia, Hilthe, Marni Payon, Elsa,fertin,
Retti dan Bibiana.
6. Semua teman, sahabat kenalan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang
telah mendukung segalah usaha dan perjuanganku.
7. Almamater tercinta, Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende.
KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapakan Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang
Maha Kuasa, atas segala kasih setia, tuntutan dan penyelamataan-Nya sehinggah penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini.

Penulis menyusun skiripsi ini dengan judul : “ PANDANGAN PAULUS TENTANG


DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI SEMANGAT MEMBERI DERMA UMAT DI
KOMUNITAS UMAT BASIS ST. PETRUS MENGE PAROKI STA. PERAWAN MARIA “INE
WEA”KISARAGHE “ dibuat dalam rangka memenuhi sebagian syarat-syarat akademis guna
memperoleh gelar Serjana Agama Katolik pada Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende.

Dalam menyelesaikan tulisan ini, banyak mengalami kendalaan namun berkat kemurahan Tuhan,
penulis telah mendapatkan bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah
sepantasnya ucapan terima kasih penulis ampaikan kepada :

1. RD. Fredirikus Dhedu, Lic, selaku Ketua Stipar yang dengan setia memimpin lembaga
pendidikan ini.
2. Ignasius Seswakara, S. Fil.M. TH.sabagai dosen pembimbing yang telah mengorbankan
banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti dengan kesabaran sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Para Dosen Stipar Ende yang telah dengan rela hati mendidik seta membimbing peneliti
dapat menyelesaikan studi di lembaga ini pada waktunya.
4. Pegawai perpustakaan
5. RD. Agustinus Lengga Tiala.dan pastor rekan RD. Hieronimus Emilianus Ery Lise. Serta
semua umat Paroki Sta. Perawan Maria “ Ine wea” Kisaraghe yang dengan rela menerima
penulis untuk menjalankan TOP Pastoral.
6. Kedua orang tuaku dan saudaraku tercinta beserta semua keluarga yang telah berkorban
dan dengan cara mereka masing-masing memberikan dukungan demi kelangsungan
pendidikan.
7. Taman-teman seperjuanganku dan sahabat kenalan yang dengan caranya tersendiri telah
membantu penulis selama proses penilisan ini.
Semogah Allah mengganjari mereka dengan berkatnya. Penulis sungguh menyadari
bahwa ini masih jauh sempurnah, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi menyempurnaan tilisan skripsi ini.

Ende, ,,,,,,,,,2017

Ernetina Tantiana Soke


DANGAN PAULUS TENTANG MEMBERI DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI SEMANGAT
MEMBERI DERMA UMAT DI KUB ST. PETRUS MENGE PAROKI ST. PERAWAN MARIA “INE
WEA” KISARAGHE

ABSTTRAKSI

Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari seorang paulus. Gereja telah berabad-abad lamanya

hidup dan berkembang dari ajaran Paulus. Salah satunya adalah kebiasaan untuk memberi derma. Sebuah

tindakan memberi dari kekurangan kepada orang lain yang membutuhkan. Derma berasal dari kata

donatian yang berarti memberi bantuan. Dalam gereja dikenal beberapa istilah yang berhubungan dengan

derma. Pertama, persembahan (oblations) yang menunjukan pada pemberian sukarela dari umat baik

kepada Gereja maupun sesama. Maka umat harus memberi dengan hati yang tukus serta cinta kasih

kepada orang yang membutuhkan tanpa ada unsur paksaan.

Kedua, kolekte (collection ) artinya kegiatan mengumpulkan persembahan dalam satu perayaan

liturgi. Setiap umat berhak dan berkewajiban mempersembahkan diri lahir batin sebagai korban bagi

Allah dalam kesatuan dengan kurban kristus. Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat

beriman. Sebagaimana kristus memepersembakan diri-Nya dalam rupa roti dan anggur demikian juga

umat mempersembahkan dirinya dalam rupa kolekte atau memberi dari kekurangan. Ketiga, dalam

pelaksanaan kebijakan pastoral di paroki-paroki, derma hadir dalam rupa iuran paroki yaitu sumbangan

dari umat untuk gereja lokal demi pengembangan karya pelayanan di paroki dimana mereka tinggal.

Derma dlam bentuk apapun haruslah lahirdari ketulusan hati, dari kerelaan hati untuk memberi.

Dalam hubungan dengan derma, Gereja mengenal dua prinsip yaitu prinsip subsidiaritas dan

prinsip solidaritas. Pertama, prinsip subsidiaritas (kemandirian) adalah ungkapan hakikat kemerdekaan,

yaitu hak setiap orang untuk menentukan nasibnya sendiri dan mementukan apa yang terbaik bagi

lingkungannya. Kemandirian disini adalah upaya jemaat untuk membangun kemandirian dalam iman
(spiritual), kemandirian dalam tenaga-tenaga pelayan umat (personalia), dalam ekonomi atau keuangan

(finansial) dan dalam tata kelola pastoral.

Kedua, prinsip solidaritas. Seseorang (beriman) yang berusaha untuk menyadari, mengenali, dan

mengembangkan potensi dan keunggulan dirinya akan serentak pada waktu yang bersama berusaha

menumbuhkan kesetiakawanan dengan sesama umat beriman dalam persekutuan persaudaraan, untuk

bersama-sama membangun komunitas yang lebih bermutu dan tangguh.

Fenomena ini tampak juga dalam KBG di Stasi St.Menge, Paroki St. Perawan Maria “Ine Wea”

kisaraghe, Keuskupan Agung Ende. Di sana pemahaman umat tentang memberi ,kolekte, atau Iuran

paroki sangat minim karena umat belum menyadari pentingnya memberi kepada sesama yang

membutuhkan. Hidup bersama sebagai sebuah persekutuan Komunitas Umat Basis (KUB) tidak

membuat umat sadar. Sekalipun, orang yang membutuhkan bantuan nyata-nyata di depan mata.

Sebenarnya, ketika umat hidup dalam persekutuan sebagai bagian dari suatu komunitas, yang harus

kelihatan adalah kehidupan yang saling melengkapi dan saling mendukung dalam mencapai tujuan hidup

bersama. Kebersamaan dalam komunitas seperti itu telah ditemukan dalam komunitas-komunitas Jemaat

perdana, atau komunitas para murid Kristus, seperti yang dicatat dalam tulisan-tulisan perjanjian baru,

khususnya dalam kisah para rasul (Bdk. Kis 2:1;Kis 2:45-47).


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

"Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak

kekurangan" (2 Kor. 8:15). Kata-kata Paulus ini telah mempengaruhi banyak jemaat saat itu sehingga

mereka rela memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan. Kata-kata yang menunjukan

semangat Gereja awal bahwa hanya dengan saling memberi bantuan mereka menunjukkan perhatian

kepada sesama. Semangat ini sudah ada sejak gereja perdana, dan mendapatkan penegasan dari rasul

Paulus “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah

kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya

kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing” (Bdk Kis. 2:44-45).

Dalam seluruh karyanya Rasul Paulus sangat peduli untuk berbicara mengenai pemberian yang

tulus dari seorang murid Kristus kepada sesamanya. Tidak hanya berbicara ia sendiri manjadi

penginisiator pengumpulan dana dari umat kepada jemaat-jamaat yang membutuhkan. Bagi Paulus,

derma adalah keutamaam orang yang percaya kepada Kristus. Ia juga memotivasi semua murid untuk

memberi dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan. “Hendaklah masing-masing memberikan

menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang

yang memberi dengan sukacita” (2 Kor. 8;9)

Paulus adalah seorang terpelajar, berasal dari lingkungan budaya Yunani yang tinggi. Tutur

bahasa dan pengetahuannya luas, bahkan tulisannya sering diwarnai oleh seni sastra yang indah. Ia
banyak bergaul dengan lingkungan Yahudi, terutama farisi, tetapi kemudian ia menjadi Kristen dan hidup

dalam lingkungan orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen.

Paulus adalah pewarta Kristus sebagai juru selamat yang sejati. Sebagai rasul, ia memusatkan

seluruh perhatian pada pewartaan kebenaran, yakni bahwa Allah telah menyelamatkan dunia melalui

wafat dan kebangkitan putra-Nya. Dengan demikian, Paulus adalah juga gembala sejati bagi umat Kristen

di banyak kota. Ia merintis terbentuknya umat, ia memelihara iman umat, dan ia membela umat melalui

surat-suratnya kepada mereka.

Pertobatannya di gerbang kota Damsyik merubah seluruh hidupnya. Ia hidup untuk Kristus. Ia

yang sebelumnya adalah penganiaya murid Kristus kini tampil menjadi orang yang terdepan untuk

membela imannya akan Kristus. Kasih Kristus yang luar biasa kepadanya mengajarkannya bahwa hidup

adalah suatu pelayanan kasih yang cuma-cuma kepada orang lain. Ia berkata: “Upahku ialah ini: bahwa

aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita

Injil” (1 Kor. 9:18). Kata-kata ini lahir dari jiwa yang telah hanyut sepenuhnya dalam Kristus. Ia telah

menunjukkan suatu pemberian diri yang luar biasa dan mengajarkan ini kepada setiap orang yang ia

temui.

Ada banyak hal yang dapat dipelajari dari seorang Paulus. Gereja telah berabad-abad lamanya

hidup dan berkembang dari ajaran Paulus. Salah satunya adalah kebiasaan untuk memberi derma. Sebuah

tindakan memberi dari kekurangan kepada orang lain yang membutuhkan. Derma berasal dari kata

donation yang berarti memberi bantuan. Dalam gereja dikenal beberapa istilah yang berhubungan dengan

derma. Pertama, persembahan (oblations) yang menunjuk pada pemberian sukarela dari umat baik

kepada Gereja maupun sesama. Maka umat harus memberi dengan hati yang tulus serta cinta kasih

kepada orang yang membutuhkan tanpa ada unsur paksaan. Istilah persembahan disini tidak saja untuk
menunjuk suatu bagian dalam liturgi (perayaan ekaristi) tetapi juga pemberian umat dalam bentuk apa

saja dan kapan saja kepada Gereja.

Kedua, kolekte (collection) artinya kegiatan mengumpulkan persembahan dalam satu perayaan

liturgi. Setiap umat berhak dan berkewajiban mempersembahkan diri lahir batin sebagai korban bagi

Allah dalam kesatuan dangan kurban kristus. Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat

beriman. Sebagaimana Kristus mempersembakan Diri-Nya dalam rupa roti dan anggur demikian juga

umat mempesembahkan dirinya dalam rupa kolekte atau memberi dari kekurangan. Ketiga, dalam

pelaksanaan kebijakan pastoral di paroki-paroki, derma hadir dalam rupa iuran paroki yaitu sumbangan

dari umat untuk gereja lokal demi pengembangan karya pelayanan di paroki dimana mereka tinggal.

Derma dalam bentuk apapun haruslah lahir dari ketulusan hati, dari kerelaan hati untuk memberi.

Tantangan zaman ini sangat berpengaruh bagi kehidupan orang beriman, baik mereka yang hidup

dalam kesulitan maupun mereka yang hidup dalam kelebihan. Kehidupan yang serba sulit membuat

banyak orang miskin jatuh dalam keputusan. Iman mereka dapat menjadi lemah dan mulai bertanya-tanya

akan peranan Allah dalam hidup-Nya. Dalam kesusahan banyak orang miskin mencari-cari apakah Allah

adil memberikan hidup mereka menderita dan apa rencana Allah dalam hidup mereka yang menderita.

Sedangkan, bagi mereka yang hidup berkelebihan akan mencari-cari kebahagiaan yang sesungguhnya,

karena kelebihan yang mereka miliki tidak memberikan kepuasan batin bagi dirinya karena apa yang

mereka berikan itu merupakan suatu beban buat mereka.

Di tengah situasi ini, derma menjadi kekayaan spiritual yang tidak ternilai. Dengan berderma,

umat menemukan makna hidupnya sebagai suatu pemberian bagi orang lain. Suatu pemberian yang lahir

dari cinta akan sesama. Bagi umat yang memberi akan mendapatkan kelimpahan. Kelimpahan itu adalah

kebaikan Allah. Kebaikan dari Kristus yang telah menunjukkan solidaritas dan pemberian diri yang utuh

kepada manusia.
Dalam hubungan dengan derma, Gereja mengenal dua prinsip yaitu prinsip subsidiaritas dan

prinsip solidaritas. Pertama, prinsip subsidiaritas (kemandirian) adalah ungkapan hakikat kemerdekaan,

yaitu hak setiap orang untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi

lingkungannya. Kemandirian disini adalah upaya jemaat untuk membangun kemandirian dalam iman

(spiritual), kemandirian dalam tenaga-tenaga pelayan umat (personalia), dalam ekonomi/keuangan

(finansial) dan dalam tata kelola pastoral. Kemandirian yang dibangun itu bukanlah kemandirian dalam

keisolasian melainkan kemandirian dalam kebersamaan dan kebersamaan dalam kemandirian. Inilah arti

subsiadiaritas yaitu sikap menghargai potensi dan sumber daya pada pihak lain dan membiarkannya

berkembang.

Kedua, prinsip solidaritas. Seseorang (beriman) yang berusaha untuk menyadari, mengenali dan

mengembangkan potensi dan keunggulan dirinya akan serentak pada waktu yang sama berusaha

menumbuhkan kesetiakawanan dengan sesama umat beriman dalam persekutuan persaudaraan, untuk

bersama-sama membangun komunitas yang lebih bermutu dan tangguh. Dengan demikian solidaritas

adalah ungkapan kemajuan iman dan kasih, suatu prestasi etika dan moral. Dalam semangat solidaritas

umat berupaya membagi nilai dan visi alternatif. Sikap mandiri dan semangat solider merupakan dua

kenyataan yang tidak terpisahkan.

Melalui derma, nampaklah prinsip subsidiaritas dan solidaritas kaum beriman. Derma menjadi

suatu tanda kemandirian sekaligus solidaritas kepada orang lain. Hal ini senada dengan semangat

memberi yang diajarkan oleh Paulus. Pandangan Paulus mengenai sumbangan kepada umat di Yerusalem

itu berarti bahwa umat harus menyadari akan pentingnya memberi kepada sesama yang membutuhkan

untuk membangun persaudaraan dan kesejahteraan bersama.

Kenyataan menunjukkan masih banyak umat yang kurang menyadari akan pentingnya memberi

derma, kolekte atau iuran paroki karena umat merasa itu merupakan suatu beban buat mereka.Terkesan
bahwa umat belum memiliki tentang kesadaran bersama tentang pentingnya memberi derma, kolekte atau

iuran paroki untuk membangun persaudaraan dan kesejahteraan bersama untuk perkembangan gereja.

Fenomena ini tampak juga dalam Komunitas Umat Basis (KUB) di Stasi St. Petrus Menge, Paroki

St.Perawan Maria” Ine Wea” Kisaraghe, Keuskupan Agung Ende. Di sana umat yang memberi derma,

kolekte, atau iuran paroki sangat minim karena umat belum menyadari pentingnya memberi kepada

sesama yang membutuhkan. Hidup bersama sebagai sebuah persekutuan Komunitas Umat Basis (KUB)

tidak membuat umat sadar. Sekalipun, orang yang membutuhkan bantuan nyata-nyata di depan mata.

Sebenarnya, ketika umat hidup dalam persekutuan sebagai bagian dari suatu komunitas, yang harus

kelihatan adalah kehidupan yang saling melengkapi dan saling mendukung dalam mencapai tujuan hidup

bersama. Kebersamaan dalam komunitas seperti itu telah ditemukan dalam komunitas-komunitas Jemaat

perdana, atau komunitas para murid Kristus, seperti yang dicatat dalam tulisan-tulisan perjanjian baru,

khususnya dalam kisah para rasul (Bdk. Kis 2:1; Kis 2:45-47).

Peneliti terdorong untuk mengkaji lebih dalam tentang semangat memberi derma umat tersebut.

Kajian ilmiah yang peneliti tempuh berfokus pada pemahaman dan praktek umat dalam memberi derma,

dengan judul: ’’PANDANGAN PAULUS TENTANG DERMA DAN IMPLIKASINYA BAGI

SEMANGAT MEMBERI DERMA UMAT DI KOMUNITAS UMAT BASIS ST.PETRUS MENGE

PAROKI ST. PERAWAN MARIA “INE WEA” KISARAGHE’’.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan Paulus tentang memberi derma?

2. Dan, sejauh mana kesadaran umat KUB St. Petrus Menge dalam memberi derma?
1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan Paulus tentang memberi derma.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran umat KUB St. Petrus Menge dalam memberi derma.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penulisan ini, yaitu :

1. Untuk meningkatkan kesadaran umat KUB St. Pertus Menge dalam memberi derma untuk

kesejahteraan bersama.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pastor Paroki dan agen pastoral di Paroki St. Perawan Maria

“Ine Wea” Kisaraghe untuk meningkatkan kesadaran umat dalam memberi derma.

3. Untuk memenuhi sebagian persyaratan akademis dalam memperoleh gelar Sarjana Agama di

Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende.

1.5. RUANG LINGKUP

Untuk menghindarkan pembiasan, maka peneliti membatasi topik pembahasan ini hanya pada

pandangan Paulus tentang memberi derma dan implikasinya bagi semangat memberi derma umat KUB

St.Petrus Menge Paroki Ine Wea Kisaraghe. Sedangkan lokasi penelitian hanya terbatas pada KUB Stasi

St. Yoseph Menge Paroki Ine Wea Kisaraghe.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. TENTANG PAULUS

2.1.1. Asal-Usul Paulus

Paulus Lahir di Tarsus di wilayah Kilikia Propinsi Sisilia dekat pantai selatan Asia (Kis 9:11;

21:3) sekitar tahun 10 Masehi. Keluarganya adalah keturunan Yahudi yang tinggal di Tarsus. Tarsus

adalah sebuah kota kecil yang sangat maju dalam perdagangan dan kebudayaan Yunani. Orang tua Paulus

adalah seorang Yahudi perantau. Dari orang tuanya Paulus mewarisi kewarganegaraan Roma.

Kewarganegaraan ini memainkan perang penting dalam konflik yang dialaminya dengan para penguasa

lokal tempat ia mewartakan Injil (Kis. 16:37 dst; 22:28;10). Pada waktu itu di setiap kota dalam

lingkungan wilayah pemerintahan Roma terdapat orang Yahudi, yang giat dalam perdagangan ataupun

bidang kehidupan jasa lainya.

Di kota Yunani itu memang terdapat banyak orang Yahudi perantau. Sekalipun perantau dan

tinggal di kota dengan berkebudayaan Yunani, mereka tetap taat pada iman leluhur mereka tanpa harus

tinggal sebagai kelompok tertentu. Dalam keluarganya tentu saja ia dididik dalam agama Yahudi

sehingga ia menjadi seorang Yahudi yang taat. Kehidupannya sebagai anak kota juga turut mempengaruhi

pengajarannya. Ia banyak mempergunakan kiasan yang berasal dari lingkungan hukum, olahraga, atau

aktivitas lain yang terdapat di kota. Tidak seperti Yesus yang banyak mempergunakan kiasan dari

kehidupan pedesaan, seperti pertanian, nelayan, atau kebun anggur.


Paulus dari Tarsus adalah seorang Yahudi. Tradisi seperti yang dikutip oleh Santo Hironimus,

mengatakan bahwa orang tuanya berasal dari Giskala, di Galilea (Brunot A., 1972 : 14). Mereka termasuk

suku Benyamin. Mereka bangga karena pada zaman dahulu salah seorang bangsa mereka dipilih menjadi

raja bagi Israel yaitu raja Saul. Di dalam suku bangsa ini dia termasuk Mashab Farisi. Mashab Farisi

terkenal sebagai mashab yang keras dan tekun beribadat.

Paulus dididik oleh seorang yang bernama Gamaliel; dan ia mempunyai kemampuan dan

pengalaman yang sangat menakjubkan tentang agama Yahudi sehingga ia sangat membenci agama

Kristen yang dianggap sebagai bidaah dan menjadi penganiaya jemaat Kristen (Kis. 22:3-4; 26:4-9:12;

Gal.1:13; Flp.3:6). Sekitar tahun 34 Sesudah Masehi, dalam perjalanannya ke Damaskus Siria untuk

mengejar dan menganiaya jemaat Kristen, Paulus mendapat penampakan Yesus dari Nazareth yang telah

bangkit; dan penampakan ini merubah jalan hidup Paulus dan Paulus bertobat (Kis.9:3-16; Gal. 1:12-15;

Ef. 3:2). Kemudian, Paulus ke tanah Arab untuk bersemedi atau ret-ret (Gal. 1: 17). Sesudahnya Paulus

kembali ke Damaskus dan berkarya di sana (Gal. 1:17; 2 Kor. 11:26).

Tahun 37 Sesudah Masehi, Paulus untuk pertama kali mengunjungi Petrus di Yerusalem. Pada

tahun 39 sesudah Masehi, Paulus mewartakan Injil di Siria, Kilikia, Antiokia (Kis. 9:26-29; 11:26; Gal.

1:21). Tahun 45-49 sesudah Masehi, Paulus melakukan perjalanan bersama dengan Barnabas ke Siprus,

Pamfilia, Pisidia, dan Likaonia. Pada saat ini Paulus disunat dan dirubah namanya dari Saulus menjadi

Paulus sesuai dengan kebiasaan di Yunani.(Kis.13-14), (Leo Lukas, 2013/2014:1-2).

2.1.2. Sifat Paulus

Kepribadian Paulus bertumbuh dan berkembang karena didukung oleh latar belakang seperti situasi

kota Tarsus, orang tua dan pendidikannya. Paulus dalam mengabdi kepada Allah memiliki sifat pribadi

yang menyala-nyala, tidak kenal kompromi. Hal ini baik ketika ia masih sebagai seorang Farisi dan

teristimewa waktu ia berubah menjadi pewarta injil. Dalam interaksi dengan jemaat maupun siapa saja
Paulus memiliki temperamen, sifat yang penuh kontras. Dia bisa tampil lembut, halus tetapi bisa juga

kasar (sarkastik) terhadap musuh-musuhnya dan kepada jemaat yang membelot dari ajaran yang ia

wartakan. Dia bisa menegur dengan keras dan menyakitkan. (1 Kor 3:1-3;5:1-2;2 Kor 11:3-6). Tetapi juga

memperlunakan tegurannya dengan penuh kasih (2Kor 12:14-15). Bahkan Paulus begitu lembut hati

kepada jemaatnya dengan menyatakan dirinya sebagai “Bapak” (1Kor 4:14-16) dan sebagai “Ibu” (1 Tes

2:7:Gal 4:19) (Brunot A., 1972:12).

Pribadi Paulus nampak jelas bahwa dia seorang Yahudi tulen sekalipun bertumbuh dalam budaya

Helenis (Yunani). Ketika menjadi pengikut Kristus, terlihat Paulus memiliki pribadi luar biasa sebagai

pewarta Injil. Demi cinta kepada Kristus dan Injil Paulus tidak kenal lelah. Baginya mewartakan Injil

adalah suatu prioritas dalam hidupnya. Demi menunjang karya pewartaannya, Paulus memiliki

kepribadian yang mandiri dalam kehidupannya. Ia mencintai etos kerja dan tidak menggantungkan diri

dan terikat pada kebaikan orang lain. “Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku

tidak menyusahkan seorang pun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang

datang dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu,

dan aku akan tetap berbuat demikian” (2 Kor. 11:9).

Paulus adalah seorang yang beremosi kuat. Kadang ia terlihat seperti seorang yang pemarah, dalam

kemarahan-nya ini akan berkembang menjadi kebencian, setelah beberapa kali terlibat dalam

pertengkaran-pertengkaran yang secara langsung ikut mengejar orang-orang Kristen, dia melakukan hal

ini sebagai wujud kesetiaan imannya. Maka tidaklah mengherankan bila sifat ini memberikan kesan

bahwa tulisan-tulisan Paulus bertentangan dengan dirinya sendiri. Tentu saja Paulus sangat cepat

tergugah, kalau ancaman-ancaman terhadap kebebasan Kristen timbul di tengah umat sendiri. Khususnya

dia merasa bertanggung jawab untuk menyebarkan agama Kristen di antara bangsa-bangsa yaitu di
daerah-daerah di luar Palestina yang tidak diduduki oleh bangsa Roma. Kewenangan yang dikerjakan

oleh Paulus berasal dari Kristus sendiri, kemudian juga dengan para rasul lainnya.

2.1.3. Riwayat Pendidikan Paulus

Setelah berumur lima belas tahun, Paulus dikirim ke kota Yerusalem untuk mendapat pendidikan

yang dibimbing oleh Gamaliel, dalam hukum nenek moyang sehingga mereka menjadi orang yang penuh

gairah bekerja bagi Allah (Kis. 22:3). Gamaliel adalah cucu sekaligus penerus ajaran Rabbi Hillei (60

SM-20 M). Ia lebih maju dan lebih terbuka dalam menyampaikan ajaran agama Yahudi dari pada

“lawannya.”yaitu Shammai. Kedua Rabbi besar ini dapat digambarkan sebagai berikut: Hillei

mengajarkan jiwa/semangat dari hukum taurat sedangkan Shammai mengajarkan huruf-hurufnya

(mengajarkan hukum secara harafiah).

Pendidikan intensif yang harus dijalani seorang Farisi untuk menjadi Rabbi berlangsung sampai dia

berusia 20 atau 21 tahun dan sesudahnya ia dapat berperan sebagai guru agama Yahudi. Berkat

pendidikan yang diperolehnya, Paulus menjadi jauh lebih maju dari banyak teman sebaya, “sebagai orang

yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku” (Gal 1:14). Bahkan ia berani menyatakan

bahwa tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat aku tidak bercacat (Flp. 3:6).

Pendidikan menjadi seorang sebagai orang Farisi membuat Paulus sangat terlatih dalam

menggunakan Kitab Suci. Perbedaan dari seorang Saduki yang hanya menerima kelima kitab Musa

(Taurat), orang Farisi menerima seluruh perjanjian lama sebagai Kitab Suci. Dari surat- surat yang

ditulisnya, Paulus adalah seorang yang menguasai “Kitab Suci’’ sehingga ia sangat mahir menggunakan

teks-teks Kitab Suci untuk membuktikan bahwa dia memahami isi Kitab Suci seperti dalam surat Galatia

ia menyatakan bahwa janji Allah Abraham mengacu pada satu orang keturunannya, yaitu Yesus Kristus

(Gal.3:16).
Paulus juga memiliki keterampilan yang lain seperti menjadi tukang kayu, tukang batu, penjahit,

pedagang dan sebagainya. Di saat itu juga Paulus belajar juga untuk membuat kemah dan kemudian

menjadi tukang kemah (Kis 18:3). Dengan keterampilan inilah Paulus mencari penghasilan untuk

kehidupannya. Ia mencintai etos kerja dan tidak menggantungkan dirinya pada kebaikan orang lain.

Paulus memiliki pribadi yang luar biasa sebagai pewarta injil. Demi cintanya kepada Kristus dan injil, ia

tidak kenal lelah. Karena baginya mewartakan injil adalah suatu prioritas dalam hidupnya (1Kor. 9:1-18).

. Pendidikan yang dijalani oleh Paulus karena ada dalam diri Paulus keinginan untuk menjadi ahli,

lebih-lebih dalam bidang untuk mempertahankan ajaran. Namun, latihan-latihan dibidang intelektual

memberikan dorongan untuk mencintai serta membuat tafsiran-tafsiran serta menyusun pertanyaan-

pertanyaan berdasarkan kutipan-kutipan dari Kitab Suci. Namun dalam tulisan-tilisan Paulus terlihat ia

tidak begitu berhasil mempergunakan gaya-gaya bahasa kiasan dan perumpamaan.

2.1.4. Pertobatan Paulus

Banyak ahli berbicara mengenai Paulus baik dari sisi historis maupun teologis. Mereka sepakat

bahwa karya misionaris Paulus dimulai dari pertobatannya. Dalam kisah rasul-rasul dapat diketahui

riwayat pertobatan Paulus ada tiga versi. Versi yang paling pertama dan paling terkenal adalah versi

Santo Lukas. Ia menceritakan fakta-fakta dasar, tanpa mempeributkan diri untuk mempertegas peristiwa

ini dengan detail-detail yang tidak penting (Kis. 9:1-23). Versi kedua berasal dari Paulus sendiri. Ini

merupakan permohanannya secara terus terang yang di sampaikannya kepada orang-orang Yahudi

sesudah ia ditangkap di kenisah Yerusalem. Peristiwa ini terjadi sekitar hari Pentekosta pada tahun 57

(Kis 22:1- 21). Dan versi yang ketiga adalah versi yang paling jarang dikutip dan yang paling mendetail.

Versi ini merupakan pembebasan Paulus di mahkamah peradilan Romawi di hadapan Agripa (Kis. 26:12-

23).
Pertobatan Paulus sungguh merubah hidupnya dari seorang penganiaya jemaat Kristen menjadi

rasul Kristus yang paling giat. Paulus sendiri tidak pernah bisa melupakan apa yang pernah ia perbuat

kepada orang-orang Yahudi, yang telah menerima ajaran Yesus (I korintus 15:9). Bahkan, ia sendiri

menjuluki dirinya sebagai “penganiaya jemaat” (Filipi 3:6;Galatia 1:3) dan orang yang paling berdosa’’ (I

Timotius 1:15), karena ia telah menganiaya Yesus dan para pengikut-Nya. Penganiaya Saulus terhadap

orang Kristen karena sebelunnya ia adalah seorang Yahudi yang sangat taat dan karena ketaatannya itu ia

menganiaya jemaat Allah, sebab ia berpikir bahwa dengan melakukannya ia berbuat sesuatu yang benar

menurut Hukum Taurat (Darmawijaya, 2006:120). “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu

dalam agama Yahudi, tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di

dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku,

sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat astiadat nenek moyangku’’ (Gal 1:13-14). “Karena aku

yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah’’ (1Kor 15:9). “…aku yang

tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya,

karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman” (1 Tim 1:13). ..”tentang

pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang

kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (Flp 3:5-6).

Seseorang yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-

Nya, dan sungguh rahmat Tuhanlah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa, yang

dikenal dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubahnya seluruh Rasul Paulus, dan karena

pengalaman dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah ini, yang juga

dapat menjadi ungkapan hati semua yang mengimini Kristus yang hidup dalam aku. Dan hidupku yang

kuhidupi sekarang dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan

menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20)


2.1.5. Misi-Misi Paulus

Paulus menjadi pewarta injil yang berkobar-kobar kepada orang non-Yahudi dan karena itu ia

menjadi Rasul bangsa-bangsa. Dalam kisah Para Rasul Lukas mencatat gambaran mengenai karya misi

yang dijalankan oleh Paulus. Bahwa Paulus mengadakan tiga perjalanan Misi. Ia masuk ke kota-kota

Yunani, mewartakan injil, dan membentuk komunitas-komunitas orang percaya.

1) Perjalanan Misi I (Kis.13:1-14:28)

Perjalanan misi Paulus yang pertama ini dilakukan oleh Paulus antara tahun 45 dan 49. Di

bawah pimpinan Roh Kudus dan sebagai utusan jemaat di Antiokhia di Siria, Barnabas, Paulus,

dan Markus berangkat menempuh perjalanan misi itu (Kis. 12:24-13:3). Mereka mengunjungi

Pulau Siprus (Kis. 13:4-12), tanah kelahiran Barnabas. Pemberitahuan Injil di pulau ini berhasil

dengan baik, bahkan Gubernur pulau itu percaya dan takjub oleh ajaran Tuhan (Kis.13:12).

Paulus berangkat dari Siprus menuju Asia kecil bagian selatan, sampai akhirnya tiba di

Kota Antiokhia yang terletak di wilayah Pisidia (Kis 13:13-49). Di situ Markus meninggalkan

rombongan dan kembali ke Yerusalem karena tidak cocok dengan Paulus (Kis. 15:38). Dalam

pewartaan Paulus di Antiokhia tampaklah pola pelayanannya. Mula-mula mewartakan Injil kepada

orang-orang Yahudi, baru kemudian kepada orang-orang non- Yahudi. Dari Antiokhia, Paulus

pergi ke Ikonium, Listra, dan Derbe, yang terletak di pedalaman Pamfilia (Kis. 13:50-14:20).

Dapat dikatakan bahwa perjalanan misi ini berhasil dengan baik. Pewartaan Paulus dan Barnabas

mendapatkan sambutan yang baik sehingga mereka dapat mendirikan jemaat-jemaat di kota-kota

itu. Walaupun demikian, mereka harus menghadapi banyak tantangan terutama yang datang dari

kalangan orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya pada pewartaannya.


Dari Derbe, Paulus dan Barnabas kembali kepada jemaat-jemaat yang telah mereka

dirikan di Asia Kecil, sekalipun mereka menyadari bahwa mereka harus berhadapan dengan para

musuh mereka. Setelah menyelesaikan perjalanan misi pertama, Paulus kembali ke Antiokhia dan

tinggal di kota itu selama beberapa waktu.

2) Perjalanan Misi II (Kis. 15:35–18:23)

Antara tahun 49-52 untuk kedua kalinya Paulus melakukan perjalanan misi. Setelah

beberapa lama tinggal di Antiokhia, Paulus mengajak Barnabas untuk mengunjungi dan melihat

keadaan jemaat-jemaat yang telah mereka dirikan (Kis.15:36). Barnabas menerima ajakan Paulus

tetapi kemudian menjadi konflik di antara keduanya (Kis.15:37-40) yang berujung pada

perpisahan. Barnabas mengajak Markus berlayar ke Siprus, sedangkan Paulus memilih Silas untuk

mengunjungi Siria dan Kilikia (Kis. 15:41). Disini terlihat pribadi Paulus yang tegas dan

berprinsip. Ia tidak menyertakan Yohanes Markus, karena Yohanes Markus telah meninggalkan

mereka saat perjalanan misi pertama. Namun, perselisihan antara kedua misonaris tersebut tidak

menghentikan semangat mereka untuk melakukan pewartaan. Meskipun, keduanya mengambil

jalur yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama yakni mewartakan Injil. Justru karena

perpisahan itu, Firman Allah tersebar lebih luas. Dalam perjalanan misi II ini, Paulus dan Silas

berangkat dari Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia dan tiba di selatan Galatia (Kis. 16:20-38),

(Suswakara Ignasius, 2016:64). Di Listra, yang terletak di wilayah Galatia, seorang murid Paulus

yang bernama Timotius menggabungkan diri dan menjadi teman seperjalanan Paulus (Kis. 16:1-

3).

Di Filipi sejumlah besar orang non-Yahudi yang biasa datang ke Sinagoga menjadi

percaya dibaptis, termasuk Lidia, seorang pedagang kain sutra. Tetapi, Paulus dan Silas dikejar-

kejar karena mengusir roh jahat dari seorang budak perempuan sehingga pemiliknya kehilangan
penghasilan. Pengejaran itu berujung pada penangkapan Paulus dan Silas. Mereka didera dan

dipenjarakan tetapi kemudian dibebaskan bahkan mereka dapat membaptis kepala penjara dan

keluarganya. Pewartaan di Tesalonika pun berjalan dengan baik. Mereka berhasil membentuk

jemaat sekitarnya.Tetapi, di kota ini pun Paulus dikejar-kejar oleh orang Yahudi yang iri hati

padanya sehingga ia terpaksa lari meninggalkan kota itu. Pewartaan di Atena dapat dikatakan

gagal karena hanya sedikit orang yang menjadi percaya dan dibaptis. Untuk pertama kalinya di

kota ini Paulus harus berhadapan dengan orang Yahudi yang sesungguhnya. Ia berhadapan dengan

para filsuf yang tidak dapat menerima kebangkitan orang mati. Bagi mereka badan adalah penjara

jiwa sehingga kematian dipandang dapat membebaskan jiwa manusia dari penjara yang

membuatnya menderita. Dengan demikian mereka mengharapkan kematian yang akan membuat

manusia bahagia.Jika orang bangkit kembali, artinya jiwa harus masuk lagi ke dalam penjara.

Di Korintus Paulus berkenalan dengan sepasang suami istri, Akwila dan Priskila yang baru

datang dari Roma (Kis. 18:2). Mereka bertobat dan dibaptis dan sesudah itu Paulus tinggal di

rumah mereka. Pewartaan Paulus di Korintus bukan hal yang mudah karena kota ini adalah kota

pelabuhan dan perdagangan yang terkenal karena penduduknya memiliki tata susila yang rendah.

Walaupun demikian, pewartaan di kota itu membuahkan hasil yang menggembirakan karena

banyak orang menjadi percaya dan dibaptis. Di Efesus Paulus meninggalkan Akwila dan Priskila,

lalu masuk ke sinagoga dan berbicara kepada orang Yahudi. Kunjungannya di kota ini tidak

berlangsung lama karena ia segera kembali ke Antiokhia.

3) Perjalanan Misi III (Kis. 18:24-21:26)

Perjalanan Misi yang ketiga ini dilakukan oleh Paulus antara tahun 53 dan 58. Dari Antiokhia

Paulus berangkat lagi ke Asia Kecil menuju Efesus. Pewartaan Paulus di kota ini menimbulkan

huru-hara yang digerakkan oleh seorang tukang perak yang membuat kuil-kuilan Dewi Artemis
dari perak. Ia menggerakan tukang-tukangnya untuk mengacau kota dan melawan Paulus karena

pewartaan Paulus dinilai telah merugikan mereka. Dalam pewartaan injilnya, Paulus mengajak

orang untuk menyembah Allah yang sejati dan meninggalkan penyembahan berhala, buatan

tangan manusia.

Sebenarnya Paulus cukup lama tinggal di Efesus (2-3 tahun) tetapi Kisah Para Rasul tidak

berbicara banyak mengenai kegiatan Paulus di kota itu. Dari surat-surat yang ditulisnya di Efesus

(Gal, Flp, Flm., 1-2 Kor) tampak sisi lain dari pewartaannya di kota itu. Ia berhasil membangun

jemaat yang besar dan kuat. Tetapi, di kota itu juga Paulus rupanya harus mengalami berbagai

kesulitan dalam bentuk penganiayaan seperti yang di sampaikannya dalam 2 Kor. 11:23-29.

Bahkan, cukup lama ia dipenjarakan di kota itu oleh pemerintah Romawi walaupun akhirnya ia

dibebaskan.

Dari Efesus Paulus melanjutkan perjalanan ke wilayah Makedonia dan Yunani Selatan lalu

kembali ke Siria (Antiokhia) melalui jalan darat (Kis. 20:1- 3). Dalam perjalanan kembali ke Siria

itu Paulus dan teman-temannya melewati wilayah Makedonia dan singgah di Troas. Di kota ini

terjadi peristiwa yang mengejutkan. Paulus bercerita sampai larut malam sampai seseorang

pemuda yang duduk di jendela jatuh dan mati tetapi Paulus menghidupkan orang itu kembali.

Paulus sudah memutuskan untuk tidak singgah ke Efesus (20:16), karena ingin segera tiba

di Yerusalem. Karena itu sesampainya di Miletus, ia mengumpulkan para penatua jemaat Miletus

dan Efesus dan menyampaikan wejangan perpisahan kepada mereka (Kis. 20:17-35). Ia berpesan

kepada para pemimpin jemaat untuk menjaga diri dan seluruh kawanan karena merekalah yang

dipilih oleh Roh Kudus untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh dengan darah

Anaknya sendiri (Kis. 20:28). Mereka perlu waspada karena setelah kepergian Paulus serigala-

serigala ganas siap memangsa kawanan itu (Kis.20:29) dan dari antara mereka sendiri akan
muncul orang-orang yang menyampaikan ajaran palsu dan berusaha menarik murid-murid dari

jalan yang benar (Kis. 20:29).

Paulus Meninggalkan Miletus dan melanjutkan perjalanan ke Yerusalem (Kis.21:1- 16).

Dalam perjalanan ini ia mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi jemaat di Tirus. Para murid

yang tinggal di situ mengingatkan Paulus untuk membatalkan niatnya untuk pergi ke Yerusalem,

tetapi ia tidak menerima nasihat itu. Ia pun mengunjungi rumah Filipus di Kaisarea dan di tempat

itu sekali lagi Paulus mendapat nasihat untuk tidak pergi ke Yerusalem karena ia pasti menghadapi

bahaya di kota itu.

Dan apa yang kuatirkan murid-murid lain terhadap Paulus terjadi. Karena berniat untuk

memberikan bantuan kepada Jemaat di Yerusalem, Paulus pun ditangkap dan dipenjarakan di situ.

Dapat dikatakan pelayanan kasihnya untuk memberikan bantuan kepada jemaat-jemaat di

Yerusalem telah membulatkan tekad Paulus untuk tetap menuju Yerusalem, sekalipun nyawa

adalah taruhannya.

2.1.6. Teologi Paulus

Teologi Paulus tertuju kepada Teologi Salib karena kebangkitan merupakan puncak dari inti karya

Penebusan. Pemberitaan tentang salib (1 Kor 1: 18) merupakan pusat Injil Paulus. Oleh sebab itu Paulus

juga berkata: “Aku bermegah atas kelemahanku supaya kuasa Kristus turun menaungi aku, karena itu aku

senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam kesaksian, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan

kesesakan, oleh karena Kristus. Sebab aku lemah, maka kuatlah Aku” (2 Kor 12,9-10).

Paulus begitu menonjolkan kelemahan sebagai dasar untuk tindakan penyelamatan Allah untuk itu

ia mempunyai dua alasan: Pertama, dijelaskannya dalam 1 Kor 1:27-29. “Apa yang bodoh bagi dunia,

dipilih Allah untuk memalukan orang-orang berhikmat dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah
untuk melakukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah,

bahkan apa yang tidak berarti dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti supaya jangan ada seorang

manusia yang memegahkan diri di hadapan Allah.’’ Semua itu dirumuskan dengan amat jelas sekali

dalam salib Tuhan Yesus Kristus.

Kedua, Paulus bermegah atas salib Kristus karena salib Kristus itu adalah tanda cinta Allah yang

paling jelas bagi kita. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk

kita, ketika kita masih berdosa (Rom. 5,8). Wafat Kristus adalah tanda kasih Allah. Sebab Allah sendiri

mengutus Anak-Nya dalam daging yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa. Ia tidak

menyayangkan anak-Nya sendiri tetapi menyerahkannya bagi kita (Rom 8:3- 32). Allah masuk ke dalam

dunia manusia, menjadi senasib dengan kita. Pada hari raya perdamaian imam agung mengadakan

perdamaian dengan Tuhan dengan memerciki tutup tabut itu dengan darah kurban. Dengan demikian

dipertandakan kerukunan kembali antara Yahweh dengan umat-Nya (lih. IM 16).

Kemah suci di mana tabut perjanjian berada adalah tempat pertemuan antara Allah dan umat-Nya,

sekarang Paulus berkata bahwa dalam Darah Kristus artinya dalam wafat Kristus, Allah bertemu dengan

manusia. Sebab dalam wafat- Nya Kristus bersatu dengan umat manusia dan sekaligus penyerahan

ketaatan-Nya kepada Bapa. Dosa merupakan dasar dan sebab Kristus senasib dengan manusia. Wafat

Kristus adalah suatu perbuatan kebenaran (Rom 5:18) maka oleh kematian-Nya kita semua diterima oleh

Allah, sebagaimana nampak dalam kebangkitan-Nya.

Maka Paulus dengan berani berkata bahwa wafat Kristus adalah tanda cinta Allah bagi kita. Sebab

dalam wafat Kristus Allah mendekati kita dan menerima kita bersama dengan Kristus. Wafat dan

kebangkitan Kristus adalah pertemuan antara Allah dan manusia. Dalam wafat kelihatan solidaritas

Kristus dengan manusia. Dalam kebangkitan-Nya nampak kesatuan-Nya dengan Allah. Tetapi, Kristus

dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1 Kor
15:20). Kebangkitan Kristus adalah awal keselamatan kita, Kristus sebagai buah sulung sesudah itu

mereka yang menjadi miliknya pada waktu kedatangan-Nya (1 Kor 15:23). Wafat dan kebangkitan

Kristus tidak bisa dipisahkan, tetapi jalan kepada kebangkitan melalui wafat, Dan, sekarang manusia

pertama-tama ikut mengalami Wafat Kristus. Maka, kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus dan

telah dibaptis dalam kematian-Nya. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia

oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh

kemuliaan Bapa, Demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Rom 6:3-4). Kita sekarang

sudah hidup. Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (2 Kor 5,17). Namun sekarang kita

melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan

muka (1Kor 13,12). Kita sudah bersatu dengan Allah tetapi kesempurnaan baru datang dengan

kebangkitan.

2.1.7. Pandangan Paulus Tentang Memberi Derma

Pandangan Paulus tentang memberi derma bersumber dari pemahamannya tentang salib Kristus

sebagai tanda cinta Allah yang paling jelas bagi manusia. “Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita,

oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa (Rom. 5,8). Wafat Kristus adalah

tanda kasih Allah. Kasih Kristus lewat salibnya adalah tanda yang mendorong setiap muridnya untuk

berani memberi diri bagi Kristus. Cinta manusia kepada Kristus dapat terlihat dalam pelayanan kasihnya

kepada sesama yang membutuhkan.

Kesadaran akan pelayanan kasih inilah yang memotivasi Paulus untuk mengasihi sesamanya

terutama mereka yang miskin. Ia bahkan melihat misinya untuk mewartakan Kristus sebagai suatu

pewartaan bagi mereka yang miskin. “…supaya kami pergi kepada orang-orang yang tidak bersunat dan
mereka kepada orang-orang yang bersunat; hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan

memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya (Gal 2:9-10).

Untuk membantu mereka yang bersusah hal pertama yang dilakukan Paulus adalah berani hidup

mandiri. Ia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Ia hidup dari apa yang ia kerjakan dan mencukupi

dirinya dari uang hasil pekerjaannya sebagai tukang kemah. “Sebab, juga waktu kami berada di antara

kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2

Tes 3:10). Suatu peringatan kepada mereka yang percaya kepada Kristus agar terus bekerja keras, mandiri

dan dengan itu tidak menjadi beban bagi yang lain bahkan bisa memberi bantuan kepada yang lain.

Dengan kemandiriannya, Paulus pun melakukan pelayanan kasih kepada orang lain sekalipun ia

sendiri berkekurangan. Inilah dasar dari pemberian derma bagi Paulus. Memberi derma kepada sesama

tidak harus menunggu seseorang menjadi kaya. Paulus membandingkan sikap ini dengan Kristus sendiri.

“Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu

menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Kor 8:9).

Dengan semangat ini, Paulus telah memulai pengumpulan dana dari jemaat-jemaat yang dikunjunginya

untuk diberikan kepada jemaat-jemaat lain yang membutuhkan bantuan.

Terhadap situasi di Yerusalem dimana jemaat Yerusalem telah jatuh miskin akibat penganiayaan

yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi (1 Kor 16:1-4), Paulus berinisiatif mengumpulkan dana dari

umat. Dan, hal tersebut telah mendapat tanggapan positif dari jemaat-jemaat. Ia juga tidak segan-segan

memuji umat yang tetap rela memberi walaupun mereka sendiri berkesusahan. “Selagi dicobai dengan

berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun

mereka kaya dalam kemurahan. Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan

mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka” (2 Kor 8:2-3).


Bagi Paulus, kerelaan dan kemurahan hati adalah sikap utama dalam memberi derma. “Dan

sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk

dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Kor 13:3). Di

tulisan yang lain Paulus menulis: “ “Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya

dengan hati yang ikhlas” (Rm 12:8). Kasih menjadi dasar dari pemberian derma umat. Tanpa kasih dan

ketulusan, umat akan terjebak pada pemberian dengan paksaan, dengan imbalan dan hal ini bertentangan

dengan ajaran Kristus sendiri.

Kesadaran untuk memberi derma yang telah dilakukan oleh Paulus bukannya tanpa tantangan.

Banyak orang malah menuduhnya sebagai yang mengambil keuntungan dari pengumpulan dana tersebut.

“Sebab kami hendak menghindarkan hal ini: bahwa ada orang yang dapat mencela kami dalam hal

pelayanan kasih yang kami lakukan dan yang hasilnya sebesar ini. Karena kami memikirkan yang baik,

bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia” (2 Kor 8:20-21). Hal lain yang juga telah

menurun adalah sistem “kepemilikan bersama’’ yang pernah dipraktikkan di dalam jemaat ternyata

kurang berhasil (Kis 2:41-47 ). Umat yang sedang berkembang ternyata sulit diyakinkan bahwa memberi

derma adalah bagian dari keberimanan mereka kepada Kristus.

Dari semua usaha Paulus untuk meningkatkan kesadaran umat dalam memberi derma di tengah

jemaat, yang paling berhasil adalah pengumpulan dana bagi umat di Yerusalam di tengah umat

Makedonia dan Akhaya. Sumbangan finansial itu dibutuhkan tampaknya karena jemaat di Yerusalem

yang terjepit. Sebagian besar dari jemaah itu berasal dari Galilea. Mereka harus mencukupi hidup mereka

sendiri di lingkungan yang tidak menguntungkan, menjadi saksi Yesus Kristus yang tidak popular.

Kecuali itu penduduk Yerusalem sendiri yang menjadi Kristen, tampaknya berasal dari lingkungan

miskin. Oleh karena itu solidaritas dari saudara-saudara Kristen yang lain dibutuhkan.
Paulus sendiri menceritakan ini begitu panjang lebar dalam tulisannya sebagai contoh bagi umat di

daerah-daerah lainnya (2 Kor 8:1-9:15). Dalam penilaian Paulus, umat di Akhaya dan Makedonia

memberikan bantuan melampaui kemampuan mereka sendiri dan lebih banyak daripada yang diharapkan

oleh Paulus. Mereka mendesak Paulus agar diperbolehkan mengambil bagian dalam pelayanan kepada

jemaat Yerusalem. Mereka menanggapi kebutuhan jemaat Yerusalem dan menempatkan-Nya di atas

kebutuhan mereka sendiri.

Berangkat dari niat jemaat di Makedonia, Paulus mengajak jemaat di Korintus, Roma dan daerah-

daerah lainnya untuk bermurah hati membantu saudara-saudara di Yerusalem. Ia ingin menguji

keikhlasan kasih mereka karena mereka sendiri telah mengenal kasih karunia Tuhan Yesus yang

sekalipun kaya menjadi miskin supaya mereka menjadi kaya karena kemiskinan-Nya. Yesus memiliki

kemuliaan sebagai Allah, tetapi meninggalkannya dan memilih menjadi seorang manusia dan mati di

kayu salib (Flp. 2:6-11). Ia melakukan semua ini agar manusia memperoleh warisan abadi dalam rumah

Bapa di surga.

Paulus pun mengingatkan bahwa memberi derma dilakukan agar terjadi keseimbangan di antara

umat. Paulus berharap agar kelebihan yang dialami oleh jemaat-jemaat lain dapat mencukupkan

kekurangan yang dialami oleh jemaat yang membutuhkan. Ia tidak menghendaki satu jemaat lain hidup

dalam kelimpahan. Setiap orang hendaknya memberi dengan senang hati sesuai dengan kerelaannya dan

mereka yang memberi tidak perlu khawatir akan berkekurangan karena Allah sendiri memenuhi

kebutuhan mereka. Ia akan memperhatikan kesejahteraan mereka sehingga dapat terus membantu sesama.

Mereka harus menyadari bahwa pelayanan kasih yang mereka lakukan tidak hanya dimaksudkan untuk

mencukupi keperluan jemaat yang dibantu, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.

Bantuan yang mereka berikan itu juga akan mendorong orang lain untuk memuliakan Allah.
Dari pembahasan di atas nampak jelas pandangan Paulus tentang semangat memberi derma yang

harus lahir dari kemandirian dan semangat solidaritas. Kemandirian menjadi awal dari kesediaan setiap

umat untuk tidak menjadi beban bagi orang lain. Dengan tidak menjadi beban bagi orang lain, umat dapat

membangun dirinya dan bersolider dengan sesama.

2.2. PANDANGAN GEREJA TENTANG MEMBERI DERMA

2.2.1. Pengertian Derma

Derma berasal dari kata donation yang berarti memberi bantuan. dalam gereja dikenal beberapa

istilah yang berhubungan dengan derma. Pertama, persembahan (oblations) yang menujuk pada

pemberian sukarela dari umat baik kepada gereja maupun sesama. Istilah pesembahan disini tidak saja

untuk menunjuk suatu bagian dalam liturgi (perayaan Ekaristi) tetapi juga pemberian umat dalam bentuk

apa saja dan kapan saja kepada Gereja.

Kedua, kolekte (collection) artinya kegiatan mengumpulkan persembahan dalam satu perayaan

liturgi. Setiap umat berhak dan berkewajiban mempersembahkan diri lahir batin sebagai korban bagi

Allah dalam kesatuan dangan kurban Kristus. Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat

beriman. Sebagaimana Kristus mempersembahkan Diri-Nya dalam rupa roti dan anggur demikian juga

umat mempersembahkan dirinya dalam rupa kolekte.

Ketiga, istilah stipendium dalam KHK 1917, berasal dari kata Latin stips (stipis) yang berarti

derma, sedeka,gaji, dari kata pendare berarti membayar derma atau gaji. Berbeda dengan KHK 1983, kata

stips digabungkan dengan kata kerja offere yang berarti menghaturkan, memberi, mempersembahankan.

Padanan kata stips dan offere berarti memberi derma. Makna kata stipendium dalam kodeks 1983

mempunyai arti baru lebih bernuansa rohani/spiritual bila dibandingkan dengan kodeks yang lama.
Keempat, iuran dan aksi. Kedua istilah ini menunjukan kepada pemberian umat untuk kepentingan

gereja dan umat Allah baik gereja lokal maupun universal. Semangat dari pemberian iuran dan aksi masih

dalam semangat pemberian derma yaitu semangat kasih dam kerelaan. “Tidak dengan hati sedih dan

paksaan, melainkan dengan rela hati, maka Allah akan melimpahkan segala kasih karunia kepadamu

supaya kamu berkecukupan dalam segala sesuatu, maka berkelebihan dalam segala kebijakan” (2 Kor

9:7-8).

2.2.2. Memberi Derma dalam Dokumen Gereja

Pandangan Gereja mengenai memberi derma tidak terlepas dari ajaran Yesus tentang Hukum

Cinta Kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan

dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti

dirimu sendiri" (Luk 10:27). Hukum cinta kasih adalah hukum terutama yang diajarkan Yesus untuk

menjadi dasar bagi kehidupan umat beriman. Yesus kemudian menceritakan suatu perumpamaan yang

indah tentan kasih kepada sesama tersebut. Kisah Orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37) dan

Orang Kaya dan Lasarus yang Miskin (Luk 16:19-31) menjadi cerita penuh refleksi akan kasih terhadap

sesama.

Ajaran Yesus inilah yang telah dilanjutkan oleh Jemaat Perdana dan kemudian oleh para pimpinan

Gereja untuk melanjutkan pelayanan kasih kepada sesama. Memberi derma adalah bagian yang tak

terpisahkan dari pelayanan kasih. Dalam Kitab Hukum Kanonik, diperjelaskan juga mengenai hak dan

kewajiban umat Allah untuk memberi dan tidak memberi derma; karena berkat kelahiran kembali dalam

Kristus, terdapat kesamaan sejati dalam martabat dan kegiatan untuk bekerjasama membangun Tubuh

Kristus dengan kewajiban untuk selalu memelihara persekutuan dengan penuh semangat dalam

menjalankan tugas-tugas serta hidup dengan suci untuk memajukan perkembangan Gereja serta

kekudusannya.
Selain itu juga umat beriman berhak menyampaikan kepada para gembala-gembala Gereja tentang

keperluan-keperluan mereka dan berhak menerima bantuan dari khazanah rohani Gereja, mengenai sabda

Allah dan sakramen-sakramen sesuai dengan kondisi khas masing-masing. Dengan demikian, umat

beriman kristiani berkewajiban pula untuk menghaturkan derma agar misa diaplikasikan bagi intensinya,

membantu kesejahteraan Gereja dan dengan persembahan itu, turut berpartisipasi dalam usaha Gereja

mendukung para pelayan dan karyanya.

Dalam kutipan dokomen Rerum Novarum, menjelaskan bahwa usaha dalam memberi merupakan

hal pokok dalam ajaran Gereja katolik. Hai ini juga disampaikan oleh Paus Leo ke-XXIII, bahwa adanya

kurang perhatian dari para imam, dalam memberikan pemahaman, pengetahuan serta pengertian bagi

kemanusiaan sosial. Oleh sebab itu, kita dituntut untuk hidup bersolider bersama orang lain demi

mencapai kesejahteraan bersama.

Dalam hubungannya dengan memberi derma, dalam Gereja dikenal dua (2) prinsip:

a. Prinsip subsidiaritas

Katekismus menjelaskan prinsip ini sebagai berikut: “Bagi komunitas yang berada pada

level yang lebih tinggi dilarang untuk mengambil alih tugas komunitas-komunitas yang berlevel

rendah serta mengambil haknya. Namun, bila ada kebutuhan oleh komunitas rendah, maka

komunitas yang berlevel tinggi dapat mendukungnya’’(katekismus, 2009: 137). Komunitas disini

menunjuk pada kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara ekonomi maupun

status sosialnya. Contoh dari prinsip ini adalah komunitas-komunitas masyarakat yang

berpenghasilan cukup dapat membantu mereka yang kekurangan secara ekonomi. Misalnya, para

fakir miskin, kaum buruh, nelayan, janda miskin dan lain sebagainya, agar mereka memperoleh

kesejahteraan hidup bersama (Bonum Commune).


Subsidiaritas di sini juga berarti kemandirian. Kemandirian yang dibangun itu bukanlah

kemandirian dalam keisolasian melainkan kemandirian dalam kebersamaan dan kebersamaan

dalam kemandirian. Inilah arti subsiadiaritas yaitu sikap menghargai potensi dan sumber daya

pada pihak lain dan membiarkannya berkembang. Prinsip subsidiaritas (kemandirian) adalah

ungkapan hakikat kemerdekaan, yaitu hak setiap orang untuk menentukan nasibnya sendiri dan

menentukan apa yang terbaik bagi lingkungannya. Kemandirian disini adalah upaya jemaat untuk

membangun kemandirian dalam iman (spiritual), kemandirian dalam tenaga-tenaga pelayan umat

(personalia), dalam ekonomi/keuangan (finansial) dan dalam tata kelola pastoral.

b. Prinsip Solidaritas

Prinsip solidaritas itu berkaitan dengan “pernyataan dan tuntutan seseorang” bahwa pada

kodratnya setiap pribadi manusia secara individu membutuhkan bantuan manusia lain dan juga

bertanggung jawab atas kehidupan bersama seperti dirinya sendiri. Singkatnya, prinsip solidaritas

itu menyangkut sikap sosial manusia yang mencakup pada suatu kepekaan, terhadap suatu

perubahan yang mendalam dalam kondisi hidup manusia serta kemampuan untuk mengatasi etika

yang individualistic sesuai dengan kemampuan masing-masing, menurut kebutuhan dan

memberikan sumbangan bagi kepentingan bersama atau kesejahteraan umum (Solidaritas, 1992:

144).

Solidaritas berarti seseorang (beriman) yang berusaha untuk menyadari, mengenali dan

mengembangkan potensi dan keunggulan dirinya akan serentak pada waktu yang sama berusaha

menumbuhkan kesetiakawanan dengan sesama umat beriman dalam persekutuan persaudaraan,

untuk bersama-sama membangun komunitas yang lebih bermutu dan tangguh. Dengan demikain

solidaritas adalah ungkapan kemajuan iman dan kasih, suatu prestasi etika dan moral. Dalam
semangat solidaritas umat berupaya membagi nilai dan visi alternatif. Sikap mandiri dan semangat

solider merupakan dua kenyataan yang tidak terpisahkan.

2.3. UMAT ALLAH MEMBERI DERMA SETURUT PANDANGAN PAULUS

2.3.1. Dua Dimensi Memberi Derma Dalam Semangat Paulus

Memberi derma kepada orang miskin adalah satu kesaksian utama cinta kasih kepada sesama,

merupakan satu perbuatan keadilan yang berkenan kepada Allah. Paulus pun mengingatkan agar

pengumpulan dana itu didasari dengan kerelaan hati dan disesuaikan dengan kemampuan mereka, dan

Paulus juga berharap bahwa kesatuan umat Kristen memuat dua dimensi pokok.

Dimensi pertama adalah dimensi yang akan lahirnya kerukunan berdasarkan kasih. Dasar Paulus

adalah ajaran Yesus tentang cinta kasih. Komunitas Umat Basis menciptakan peluang bagi anggota untuk

hidup dalam kasih, tempat para anggotannya salimg menghormati sebagai saudara dan saling mendahului

dalam memberi hormat. Dalam pengharapan dan sukacita persaudaraan segenap anggota berjuang

membebaskan diri dari lilitan berbagai masalah hidup (Rm. 12: 10-18). Kasih kepada Allah ditunjukan

lewat kasih kepada sesama.

Dimensi yang kedua adalah dimensi yang lebih batiniah, yakni dimensi kesatuan rohani. Umat

Kristen bersatu secara rohani sebab mereka memiliki Allah, satu Tuhan, satu iman, satu baptis, dan satu

pengharapan. Gereja adalah sebuah persekutuan dimana orang-orang yang percaya kepada Kristus

disatukan sebagai anak-anak Allah. Rasa persekutuan itu ditunjukkan dalam tindakan saling

memperhatikan dan membantu (Kis. 2: 41-47).

Komunitas Umat Basis (KUB) adalah persekutuan umat Kristen yang paling dasar. KBG

mencontohi cara hidup jemaat perdana yang mendasarkan hidup mereka pada pemecahan roti dan kasih
persaudaraan. Derma menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan jemaat perdana (Kis. 2: 41-47).

Derma menjadi keharusan bagi murid Kristus sebagai bentuk kasih mereka kepada sesama. Umat KBG

mesti ambil bagian dalam derma sebagai bentuk perwujudan iman mereka kepada Kristus.

Mengekspresikan secara nyata kehidupan Gereja Kristus yang universal sebagai perwujutan Kerajaan

Allah melalui penghayatan nilai-nilai kebenaran, keadilan, perdamaian dan cinta kasih.

2.3.2. Bentuk-Bentuk Pemberian Derma dalam Gereja

Pemberian derma umat dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk yang berbeda-beda. Ada

umat yang memberikan sumbangan lewat Gereja namun ada pula yang memberi derma secara mandiri.

Intinya, sumbangan itu dihayati betul sebagai persembahan kepada Tuhan. Persembahannya dihayati

sebagai pemberian yang diterimanya dari Tuhan. Semangat inilah yang perlu dipupuk dalam pemberian

derma umat.

Dalam kegiatan menggereja, ada beberapa jalan untuk memberi derma. Bentuk-bentuk pemberian

derma dalam Gereja adalah sebagai berikut:

a. Kolekte

Kolekte adalah bentuk materi persembahan diri umat beriman. Dalam sejarahnya kolekte

mengalami perubahan bentuk dalam pemberian umat. Pada pertengahan abad II Yustinus

mengingatkan kewajiban persembahan bagi orang yang berkekurangan yakni para janda, orang

sakit, dalam penjara dan diletakkan di kaki pemimpin perayaan. Dalam kitab Didacbe,

Tertulianus berbicara banyak tentang kolekte. Pada zaman Kostantin Agung, awal abad IV

terdapat mosaik yang indah di lantai gereja di Aquileia dimana dilukiskan para pria dan wanita

berarak menghantar persembahan bukan hanya roti dan anggur tetapi juga buah-buah anggur,

bunga, dan burung. Sinode di Hippo th. 393 menertibkan menjadi hanya roti dan anggur.

Bahkan persembahan lainnya dibawa saja ke pastoran untuk dibagi-bagikan kepada yang
memerlukan. Dalam upacara tahbisan, imam baru menghantar lilin bernyala. Dalam

pentahbisan Uskup, Hippolitus dalam traditio apostolica menetapkan: roti, anggur, susu,

madu. Di banyak tempat ada kebiasaan menghantarkan emas atau bahan bangunan dan

peralatan suci untuk keperluan gereja. Tetapi sejak abad IX persembahan dalam bentuk uang

menjadi lebih umum. Dari kenyataan sejarah dengan beraneka cara dan kebijakan itu, gereja

dewasa ini melanjutkan kedua-duanya: kolekte dengan pengumpulan uang dan kemungkinan

menghantar persembahan dalam wujud hasil karya dan hasil bumi dilaksanakan pada

perayaan-perayaan istimewa.

Di dalam gereja lokal Keuskupan Agung Ende terdapat beberapa jenis kolekte di luar

kolekte pada perayaan liturgi umumnya:

1) Kolekte Sekami (Serikat Kerasulan Anak Misioner).

Kolekte ini bertujuan agar mulai tumbuhlah semangat misioner di dalam hati dan budi

anak-anak serta kaum remaja. Rasa kesadaran ini diungkapkan secara nyata lewat saling

mendoakan,membangun persahabatan, dan juga lewat usaha-usaha memberi derma dan

kurban untuk menolong anak-anak yang lebih malang nasibnya, baik rohani maupun

jasmani. Sekami mulai mempraktekkan semangat “Children Helping Children’’

sekaligus mempersiapkan diri anak-anak dan remaja menjadi “ misionari-misionaris

cilik’’ Gereja Millennium Baru.

Kolekte-kolekte dikumpulkan dan selanjutnya dipergunakan untuk membiayai karya

pastoral para misionaris khususnya yang berhubungan dengan pembinaan anak-anak dan

remaja, pendidikan formal bagi kanak-kanak (TK). perwujud dan solidaritas antar

sesama umat katolik sedunia.

2) Kolekte minggu panggilan.


Kolekte ini bertujuan untuk mendoakan para calon imam, menyadarkan umat untuk ikut

menunjang dan membantu pembinaan para calon imam pribumi melalui pemberian

derma secara tetap atau tidak tetap menunjang pembangunan seminari dan biara-biara

mengundang kaum muda untuk berani memberikan diri sebagai calon imam dan

biarawan-biarawati.

Kolekte-kolekte dikumpulkan dan dipergunakan untuk membiayai pendidikan para

calon imam pribumi, biarawan-biarawati yang tersebar diseluruh dunia. Mewujudkan

solidaritas dam kesatuan umat sebagai warga gereja universal.

3) Kolekte Minggu Komunikasi Sosial

Kolekte ini bertujuan untuk menyebarluasakan ajaran iman kristiani melalui

jaringan media masa serta menyadarkan umat sekalian akan tugas dan tanggungjawab

untuk mewartakan Yesus Kristus melalui sarana-sarana komunikasi yang ada di jaman

ini. Kolekte-kolekte dipergunakan oleh komisi Komunikasi Sosial pada Konperensi

Waligereja Indonesia (KWI) untuk kepentingan komunikasi sosial umat.

4) Kolekte Kepausan/ Takhta Suci

Kolekte ini bertujuan untuk mengajak umat katolik di seluruh dunia untuk ikut

serta mendukung karya kegembalaan Bapa Suci di Roma. Juga menjadi tanda kesatuan

para anggota Gereja di seluruh dunia yang siap mewartakan Yesus Kristus dan yang

tetap taat-setia kepadanya.

5) Kolekte solidaritas pendidikan:

Kolekte ini bertujuan mengajak dan mendorong partisipasi umat Katolik

Keuskupan Agung Ende untuk turut serta menandai reksa pastoral keuskupan Agung
Ende di bidang pendidikan. Mengungkapkan tanggung jawab dan solidaritas antara

sesama umat dalam mewujutkan Gereja Lokal Keuskupan Agung Ende sebagai gereja

yang mandiri dalam bidang pendidikan.

6) Kolekte Minggu Misi

Kolekte ini bertujuan untuk mengajak umat untuk tekun berdoa bagi penyebaran

kabar gembira dan siapa saja yang bekerja untuk karya misi. Menyadarkan umat bahwa

mereka adalah juga misonaris bagi sesama dan lingkungannya. Kolekte-kolekte di

kumpulkan dan dipergunakan untuk menunjung pelbagai tugas pewertaan iman di

seluruh dunia.

7) Kolekte Minggu Kitab Suci

Kolekte ini bertujuan mengajak umat untuk turut serta menyebarluaskan kitab suci,

mendalami serta mempelajari kitab suci, dan menjadikan Kitab Suci sebagai buku

kehidupan setiap orang katolik. Kolekte-kolekte dikumpulkan dan dipergunakan oleh

Komisi Kitab Suci pada Konperensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta untuk

kepentingan penyebarluasan Sabda Allah.

b. Stipendium dan Iurae Stolae

Stipendium adalah sumbangan sukarela umat beriman dalam bentuk uang kepada

seorang imam dengan permintaan agar dirayakan satu atau sejumlah Misa untuk

ujud/intensi dari penderma. Sesuai kebiasaan Gereja, imam yang merayakan misa atau

berkonselebrasi boleh menerima stipendium yang dipersembahkan. Umat beriman kristiani

yang menghantarkan stipendiumnya agar misa diaplikasikan bagi intensinya, untuk

membantu kesejahteraan gereja dan dengan persembahan itu berpartisipasi dalam usaha
gereja mendukung para pelayan dan karyanya. Jika umat yang memberikan stipendium itu

kepada imam yang saat merayakan ekaristi meskipun kecil tetapi sangat berharga untuk

imam (KHK Kanon 946 Hal: 263). Sedangkan iurae stolae, adalah sumbangan umat

beriman kepada seoarang imam yang melaksanakan perayaan sakramen dan sakramentali

(misalnya; baptis, perkawinan) atau melakukan suatu pelayanan pastoral lainnya seperti

pemberkatan rumah, ibu hamil (KHK, Kanon:1945).

c. Iuran Paroki

Adalah sumbangan umat beriman kepada paroki tempat di mana ia tinggal sebagai

bagian dari persekutuan Gereja lokal. Dengan adanya iuran paroki kegiatan-kegiatan

rohani dapat dijalankan dengan lancar. Umat yang memberikan iuran paroki dapat

membantu kesejahteraan gereja dan usaha gereja untuk mendukung para pelayan dan

karyanya.

Iuran paroki di maksudkan untuk membangun kemendirian Gereja Lokal. Paroki

disini adalah gereja yang hidup di tengah rumah-rumah putra-putrinnya dan juga paroki

ialah kommunitas kaum beriman Kristiani tertentu yang dibentuk secara tetap di Gereja

partikular, yang reksa pastoralnya, dibawah otoritas Uskup diosesan, dipercayakan kepada

pastor-paroki sebagai gembalanya sendiri (KHK Kanon 515. hal: 161). Dengan adanya

iuran paroki, paroki tidak hidup dari bantuan orang lain tetapi paroki hidup dan

berkembang dari umatnya sendiri.

Besarnya iuran paroki harus dipertimbangkan dengan keadaan ekonomi umat.

Prinsipnya adalah umat memberikan bantuan dengan penuh ketulusan sebagai anggota

Gereja. karena kehidupan umat ada yang b


erbeda-beda status sosialnya, maka besarnya iuran paroki harus dijangkau oleh

semua umat. Walaupun iuran paroki itu merupakan suatu kewajiban namun umat tidak

boleh melihatnya sebagai suatu beban.

d. Aksi Puasa Dan Natal

Aksi Puasa dan Natal merupakan sumbangan sukarela umat pada masa puasa dan

natal dari tiap-tiap kepala keluarga. Hasil pengumpulan dana ini akan digunakan untuk

kepentingan gereja lokal setempat terutama untuk kebutuhan perayaan Natal dan Paskah.

e. Aksi puasa Pembangunan

Kebanyakan orang katolik telanjur mengenal akronim APP sebagai judul amplop yang harus

diisi dan di serahkan kepada pengurus lingkungan atau paroki. Merintis gerakan APP mulai

tahun 1968 sebagai wujud solidaritas dan keberpihakan gereja kepada rakyat kecil, amplop

yang mestinya melayani niat baik berubah menjadi tujuan bersama. Dengan kata lain APP

bukan soal bagaimana mengumpulkan uang melainkan bagaimana menggumpulkan orang.

Dalam setiap tahap kegiatan APP mulai dari merumuskan tujuan hingga pelaksanaan di

komunitas basis, keterlibatan umat beriman sangat penting sebagai bagian dari usaha

membangun komunita. Sebagai gerakan solidaritas APP juga merekatkan hubungan antar

keuskupan, keuskupan yang mampu membantu keuskupan yang membutuhkan bantuan.

(spiritualitas gerakan sosial 2012: 39 )

f. Aksi sosial

Aksi sosial adalah orang beriman yang peduli dengan kepentingan umum. Dengan ini iman

seseorang selalu memiliki dimensi sosial yang nyata dan tidak ada iman sejati tanpa dimensi

sosial atau solidaritas. Contohnya, memberikan sumbangan kepada orang yang menderita, dan

lain-lain.
2.3.3. Meningkatkan Semangat Memberi Derma Umat di Tengah KUB/KBG

Komunitas Umat Basis mengambil bentuk teritorial yakni komunitas yang berdasarkan kedekatan

tempat tinggal dan hidup bertetangga serta memiliki kepentingan bersama sebagi umat Allah. Muspas V

KAE mengartikan KUB sebagai persekutuan umat beriman kristiani yang relatif kecil, 10-20 keluarga

katolik yang secara berkala bertemu (seminggu sekali). Di situ mereka saling mengenal dan tinggal

berdekatan, mereka bersama-sama berdoa, membaca Kitab Suci, mengadakan sharing iman berdasarkan

sabda Tuhan yang direnungkan, dan membicarakan masalah nyata keseharian yang dihadapi, dan

merayakan Ekaristi.

Dengan terang Kitab Suci mereka mencari solusi dan mengadakan aksi nyata bersama-sama

dalam pelayanan kasih sebagai pencerminan kasih Tritunggal Yang Kudus. Dalam kesatuan dengan umat

dari komunitas basis lainnya, Lingkungan/ Stasi, Paroki, Keuskupan serta Gereja universal dan dipimpin

oleh gembala-gembala yang syah, persekutuan umat ini bahu-membahu memperjuangkan kebebasan,

pemberdayaan dan terbuka untuk merangkul yang beriman lainnya (Komunitas Umat Basis.Hal 11-12).

Memberi derma tidaklah selalu identik dengan pemberian kolekte di gereja. Derma juga menunjuk

pada pemberian bantuan kepada sesama yang dilakukan secara mandiri oleh setiap umat beriman.

Terhadap umat yang membutuhkan bantuan, setiap orang beriman digerakkan hatinya untuk membantu.

KUB sebagai persekutuan umat beriman terkecil menjadi tempat umat saling berbagi dalam kasih dan

persaudaraan. Aksi-aksi derma perlu digalakkan oleh agen pastoral di lingkup KUB untuk

menumbuhkembangkan semangat solidaritas umat.

Aksi derma di lingkup KUB dapat dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi yang terjadi. Ini

perlu dilakukan agar umat menjadi lebih peduli terhadap sesamanya, terutama mereka yang hidup

bertetangga dan berdekatan. Misalnya terhadap umat yang sedang mengalami bencana, sakit, atau

meninggal dunia. Pengumpulan derma dapat dilakukan sebagai tanda perhatian dan solidaritas umat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu prosedur ilmiah yang berkaitan dengan analisa yang dilakukan secara

metodologis, sistematis dan konsisten. Karena itu peneliti memperhatikan beberapa konsepsi yakni :

3.1. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian ini adalah di KUB ST. Petrus Menge paroki Santa Perawan Maria ‘’Ine Wea’’

Kisaraghe Kevikepan Bajawa-Keuskupan Agung Ende.

3.2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian dipahami sebagai segala cara dan usaha untuk memperoleh data atau informasi

lapangan tentang sesuatu hal atau objek yang diteliti. Didalam metode penelitian tersebut terdapat alat dan

bahan yang harus dipersiapkan sebelum melakukan penelitian atau pada saat melaksanakan penelitian

dalam usaha mencari, memperoleh data atau informsi. Untuk penelitian ini, penulis menggunakan jenis

penelitian lapangan dan metode penelitian kualitatif. Penulis melakukan penelitian dengan model

deskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai implikasi pandangan Paulus

tentang semangat memberi derma bagi umat di Komunitas Umat Basis St. Petrus Menge paroki Santa

Perawan Maria ‘’Ine Wea’’ Kisaraghe.

3.3. UNIT ANALISIS DAN NARASUMBER


Unit analisis penelitian ialah umat yang berada di Kub St. Petrus Menge Paroki St. Perawan Maria

‘’Ine Wea Kisaraghe. Narasumber untuk penelitian berjumlah 17 orang, yang terdiri dari 10 KK, ketua

KUB, dan Pastor Paroki. Mereka akan diwawancarai sehubungan dengan semangat memberi derma

dalam penghayatan hidup sehari-hari.

3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik Pengumpulan Data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Angket atau kuesioner

Dipakai untuk mengetahui pemahaman tentang memberi derma. Untuk penelitian mengenai

persepsi ini, penulis menggunakan metode alat yakni satu intrumen yang berisi pertanyaan-

pertayaan dan responden diminta untuk menyatakan sikap dan pendapatnya tentang

pertanyaan tersebut dengan memilih dari lima kemungkinan dalam skala berjenjang yakni

apakah dia setuju, sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju atau bersikap netral. Setiap

pilihan di beri bobot berjenjang sebagai berikut, selalu bobotnya 5; sering bobotnya 4;

kadang-kadang bobotnya 3; jarang bobotnya 2; hampir tidak perna bobotnya 1 (Downie dan

Heath, 1984)

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode penggumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara lisan. Penulis mewawancarai langsung para informan dengan

menggunakan daftar pertanyaan terstruktur sebagai pedoman.

c. Observasi

Melihat secara langsung dan mencatat dengan teliti apa yang terjadi di lapangan.
d. Dokumentasi

Metode mengumpulkan data sekunder yang diperoleh lewat memeriksa dan membaca

dokumen tertulis, seperti arsip atau catatan tulis lainnya.

3.5. TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini, proses analisis yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif yang

meliputi:

1. Penulis memeriksa apakah semua data dikembalikan oleh responden lengkap sesuai yang

disebarkan

2. Hasil angket akan ditabulasi dengan proses memasukan data dalam tabel agar mempermudah

untuk dibaca dan dianalisis.

3. Menganalisis hasil wawancara untuk dibandingkan dengan hasil angket.

4. Mengambil kesimpulan

3.6. SKEMA DATA

Tabel I
Skema Data

NO Jenis Data Set Data Sumber Data Metode


1. Profil: KUB St. Petrus 1. Keadaan Pengurus KUB Wawancara
Menge-Paroki Geografi dan Kantor dan
St.Perawan Maria ‘’Ine 2. Keadaan paroki Dokumentasi
Wea’’ Kisarghe. Ekonomi
3. Keadaan sosial
Budaya
4. Keadaan
pendidikan
5. Keadaan
Sosial Religius
2 Pemahaman Umat 1. Pemahaman Narasumber Angket dan
tentang memberi Derma umat tentang Observasi
memberi Wawancara
Derma

3 Praktek memberi derma 1. Kebiasaan Narasumber Angket dan


seturut Pandangan memberi Observasi
Paulus derma umat Wawancara
2. Upaya untuk
meningkatkan
kesadaran
memberi
Derma

3.7. Waktu penelitian

Adapun penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 6-10 Februari 2017 setelah

proposal ini disetujui.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis

Wilayah KUB St. Petrus Menge jika dilihat dari administrasi pemerintah, terletak di desa Inelika,

Kecamatan Bajawa Utara Kabupatan Ngadah.Wilayah KUB St. Petrus Menge berada daerah yang datar,

beriklim tropis, dengan curah hujan yang tetap. Musim panas berlangsung sekitar bulan Mei sampai

Oktober, dan musim hujan berlangsung dari bulan November sampai April. Keadaan tanahnya subur

sehingga cocok untuk usaha pertanian dengan mayoritas penduduknya bersawah. Umat KUB St. Petrus

Menge memberi nama KUB St. Petrus karena KUB tersebut berhadapan dengan pintu kapela Menge

karena Petrus adalan penjaga pintu surga. Terbentuknya KUB St. Petrus Menge sejak pertama kalinya

berdiri Kapela Menge tahun 1947. KUB St. Petrus Menge merupakan salah satu KUB dalam Paroki St.

Perawan Maria “Ine Wea’’ Kisaraghe yang terletak di Stasi St. Yosep Menge dengan batas-batasnya

sebagai berikut:

 Sebelah Utara KUB berbatasan dengan KUB Yohanes Pemandi.

 Sebelah selatan KUB berbatasan dengan KUB Ratu Damai.

 Sebelah timur KUB berbatasan dengan KUB St. Agnes.

 Sebelah barat KUB berbatasan dengan KUB Yohanes.

Wilayah KUB St. Pertus Menge tidak terlalu luas, hanya berkisah 2 km2, termasuk di dalamnya

pemukiman warga. Sisanya merupakan daerah pertanian warga. Daerah pertanian ini letaknya agak

terpisah dari pemukiman.


4.1.2. Keadaan Demografis

Berdasarkan data yang diambil pada tanggal 11 Februari 2017, Umat KUB St. Petrus Menge

mengalami peningkatan pada setiap tahun. KUB ini terdiri dari 16 Kepala Keluarga ( KK), dan 78 jiwa

termasuk anak-anak terhitung laki-laki 35 orang, perempuan 43, jompo/cacat 5 orang, 0-6 Tahun/ TKK

11 Orang, SD Belum Komuni 8 orang, SD Komuni 6 orang, SMP/SMA 6 orang, OMK 8 Orang, Petani

29 orang, dan Guru/pegawai 5 orang.

4.1.3. Keadaan Sosial Ekonomi

Mengenai pendapatan perkapita umat KUB St. Petrus Menge belum ada data pasti. Pada umunnya

mereka bermata pencaharian sebagai petani. Mereka hidup sehari-hari dari hasil pertanian yang diolah

dengan cara yang masih tradisional. Ada dua jenis tanaman dibudidayakan oleh umat yakni:

1. Padi sawah. Pada umumnya penduduk di sini menanam padi sawah, dengan jangka waktu

masa panen hanya 3 bulan. Para petani mengerti akan teknik bercocok tanam. Mereka

berusaha mencari bibit unggul dengan jangka waktu panen yang lebih cepat, sehingga bisa

mendatangkan keuntungan.

2. Tanaman umur panjang seperti: kopi, kemiri dan kakao. Hasil dari tanaman perdagangan ini,

biasanya digunakan untuk kebutuhan pangan, kebutuhan pendidikan, membayar iuran paroki,

dan urusan adat. Umat KUB St. Petrus Menge sangat kaya akan hasil pertanian, tetapi harga

hasil produktif relatif rendah bila dibandingkan dengan tenaga dan waktu yang digunakan

untuk mengelolah hasil pertanian tersebut. Di samping itu juga, sebagai tambahan mereka juga

memelihara ternak seperti kuda, sapi, babi,dan kerbau untuk kebutuhan seremonia atau ritus-

ritus adat.

4.1.4. Keadaan Pendidikan


Tingkat pendidikan untuk umat KUB St. Petrus Menge paroki St. Perawan Maria “Ine Wea”

Kisaraghe, sangat bervariasi mulai dari yang tidak tamat (drop out sekolah dasar) sampai dengan yang

telah menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi, diantara responden yang ada, ada di antara

mereka yang menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah

menengah atas dan perguruan tinggi.

4.1.5. Keadaan Sosial Budaya

Kehidupan sosial budaya umat KUB St. Petrus Menge paroki Sta. Perawan Maria “Ine Wea “

Kisaraghe menganut kebudayaan matrilinear dengan sistem “kolo setoko aze satebu”.Artinya bersatu, satu

pikiran, satu ide, atau satu pemahaman. Adat istiadat dan bahasa umumnya sama yakni dari etnis Bajawa.

Di Ngada ada tiga etnis yakni Bajawa, Riung, dan Ngekeo. Untuk etnis Bajawa menyangkut dengan

budayanya hampir semua sama yakni punya suku, Ngadhu Bhaga, dan adat istiadat, bahasanya hampir

sama hanya beda dialek.

4.1.6. Keadaan Sosial Religius

Umat yang berdomisili di KUB St. Petrus Menge seluruhnya beragama katolik. Dalam kehidupan

menggereja setiap umat sangat aktif dan berpartisipasi dalam setiap tugas dan kegiatan. Kegiatan umat

sangat nampak dalam kegiatan-kegiatan rohani seperti tanggung koor pada hari raya maupun tanggung

koor mingguan. Umat juga terlibat aktif , dalam Ibadat mingguan.

4.2. Pemaparan Data

4.2.1. Data Reaponden Penelitian


Data tentang Pandangan Paulus Tentang semangat umat dalam memberi derma di Komunitas

Umat Basis St. Petrus Menge yang teliti oleh penulis adalah 15 orang. Selanjutnya, responden penelitian

ini di jelaskan lebih rincian sebagai berikut:

 Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 15 responden, ada 10 orang berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian kaum

perempuan yang lebih mendominasi dari kaum pria yang hanya berjumlah 5 orang

 Berdasarkan usia

Berdasarkan usia maka rata-rata usia umat /responden berkisar dari 35-40 berjumlah 4

orang, 41-45 berjumlah 8 orang, 46-57 berjumlah 3 orang.

 Berdasarkan tingkat pendidikan

Para umat/responden memiliki pendidikan yang bervariasi. Tingkat pendidikan dimulai

mereka yang DO berjumlah 3 orang, SD berjumlah 2 orang, SMP berjumlah 3 orang,

SMA berjumlah 5 orang , dan 2 orang S 1

4.2.2. Variabel-variabel Penelitian

Data penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi. peneliti membuat tabel-tabel jawaban yang telah

ditentukan. Tabel ini dilengkapi dengan kolom frekuensi dan presentase jawaban berdasarkan rumus: F%

= F/Nx 100%.

Keterangan:

F% = Jumlah persentase perolehan

F = Jumlah jawaban responden

N = Jumlah responden
Untuk mendapatkan prosentase keseluruhan, setiap jawaban diberi bobot dari 1-5.

pertanyaan 1 : Anda merasa berkewajiban membayar iuran paroki

Dari hasil jawaban, responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 14

orang dengan persentase 93,3%, dan yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%,

dan tidak ada responden yang menjawab kadang-kadang, jarang,dan hampir tidak pernah. Jadi persentase

keseluruhannya adalah 98,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:

No Jawaban Frekuensi % Persentase

kelulusan

1 Selalu 14 93,3

Sering 1 6,67

Kadang-kadang 0 0 98,6%

Jarang 0 0

Hampir tidak pernah 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah

Pertanyaan 2: Anda memberi kolekte dengan penuh ketulusan

Dari hasi jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 14 orang

dengan persentase 93,3%, yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak

ada responden yang menjawab kadang-kadang, jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase

keseluruhannya adalah 98,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:

No Jawaban Frekuensi % Presentase


keseluruhan

2 Selalu 14 93,3

Sering 1 6,67

Kadang-kadang 0 0 98,6%

Jarang 0 0

Hampit tidak pernah 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah

Pernyataan 3: Anda percaya bawah paroki mengelola uang dari umat dengan jujur

Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 8 orang

dengan persentase 53,3%, yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak

ada responden yang menjawab kadang-kadang, jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase

keseluruhan adalah 82,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:

No Jawaban Frekuensi % Presentase

keseluruhan

3 Selalu 8 53,3

Sering 1 6,67

Kadang-kadang 6 40 82,6%

Jarang 0 0

Hampir tidak pernah 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah


Pertanyaan 4: Anda merasa perlu untuk membantu orang lain yang membutukan bantuan

Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 11

orang dengan persentase 73,3%, yang menjawab sering berjumlah 2 orang dengan presentase 13,3%,

yang menjawab kadang-kadang berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, yang menjawab jarang

berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak ada responden yang menjawab hampir tidak

pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 90,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:

No Jawaban Frekuensi % Presentase

keseluruhan

4 Selalu 11 73,3

Sering 2 13,3

Kadang-kadang 1 6,67 90,6%

Jarang 1 6,67

Hampir tidak perna 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah

Pertanyaan 5: Anda merasa wajib untuk memberi kolekte kepada gereja

Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 13

orang dengan persentase 86,67%, yang menjawab sering berjumlah 1 orang dengan presentase 6,67

orang, yang menjawab kadang-kadang berjumlah 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak ada

responden yang menjawab jarang dan hampir tidak pernah. Jadi presentase keseluruhanya adalah 96%.

Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:


No Jawaban Frekuensi % Presentase

keseluruhan

5 Selalu 13 86,67

Sering 1 6,67

Kadang-kadang 1 6,67 96%

Jarang 0 0

Hampir tidak pernah 0 0

Total 15 100%

Sumber :data lapangan yang diolah

Pertanyaan 6: Anda memberi kolekte pada Misa hari minggu !

Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 8

orang dengan presentase 53,3% dan menjawab sering berjumlah 1 orang dengan presentase 6,6% , yang

menjawab kadang-kadang berjumlah 6 orang dengan 40%, dan tidak ada responden yang menjawab

jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase keseluruhan aadalah 82,6%. untuk lebih jelas lihat tabel

berikut ini:

N0 Jawaban Frekuensi % Prosentase

Keseluruhan

6 Selalu 8 53,3

Sering 1 6,6 82,6

Kadang-kadang 6 40
Jarang 0 0

Hampir tidak pernah 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah

Pertanyaan 7: Anda punya uang untuk kolekte pada hari Minggu

Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 5

orang dengan persentase 33,3% , dan menjawab sering berjumlah 4 orang dengan persentase 26,6%, yang

menjawab kadang-kadang berjumlah 6 orang dengan persentase 40%, dan tidak ada responden yang

menjawab jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 78,6%. Untuk lebih jelas

lihat tabel berikut ini:

No Jawaban Frekuensi % Prosentase

keseluruhan

7 Selalu 5 33,3

Sering 4 26,6

Kadang-kadang 6 40 78,6%

Jarang 0 0

Hampir tidak pernah 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah


Pertanyaan 8: Anda menyisipkan uang untuk imam saat merayakan ekaristi,anda membawakan intensi

atau permohonan untuk didoakan

Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 2 orang

dengan persentase 13,3%, dan yang menjawab sering berjumlah 6 orang dengan persentase 40%, yang

menjawab kadang- kadang berjumlah 5 orang dengan persentase 33,3%, yang menjawab jarang

berjumlah 2 orang dengan persentase 13,3%, dan tidak ada responden yang menjawab hanpir tidak

pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 70,6%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:

No Jawaban Frekuensi % Presentase

keseluruhan

8 Selalu 2 13,3

Sering 6 40

Kadang-kadang 5 33,3 70,6%

Jarang 2 13,3

Hampir tidak pernah 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah

Tabel 9: Anda membayar iuran paroki tepat pada waktunya

Dari hasil jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 11

orang dengan persentase 73,3%, dan yang menjawab sering 3 orang dengan persentase 20%, yang

menjawab kadang-kadang 1 orang dengan persentase 6,67%, dan tidak ada responden yang menjawab

jarang dan hampir tidak pernah. Jadi persentase keseluruhan adalah 93,3%. Untuk lebih jelas lihat tabel

berikut ini:
No Jawaban Frekuensi % Presentase

keseluruhan

9 Selalu 11 73,3

Sering 3 20

Kadang-kadang 1 6,67 93,3%

Jarang 0 0

Hampir tidak perna 0 0

Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah

Pertanyaan 10: Anda berusaha membantu orang lain atau tetangga yang berkesusahan

Dari hasi jawaban responden terhadap pertanyaan ini: yang menjawab selalu berjumlah 5 orang

dengan persentase 33,3%, dan yang menjawab sering berjumlah 7 orang dengan persentase 46,6%, yang

menjawab kadang-kadang berjumlah 2 orang dengan persentase 13,3%, yang menjawab jarang berjumlah

1 orang dengan persentase 6.67%, dan tidak ada responden yang menjawab hampir tidak pernah. Jadi

persentase keseluruhan adalah 81,3%. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini:

No Jawaban Frekuensi % Presentase

keseluruhan

10 Selalu 5 33,3

Sering 7 46,6

Kadang-Kadang 2 13,3 81,3%

Jarang 1 6,67

Hampir tidak pernah 0 0


Total 15 100%

Sumber: data lapangan yang diolah

4.3.2. Wawancara

Selain melalui angket, peneliti juga mencari akar persoalan melalui wawancara. Adapun hal yang

ditanyakan mengenai seputar persoalan pemahaman umat tentang memberi derma dan kebiasaan umat

memberi dermadi KUB St. Petrus Menge.

Tabel

Wawancara pastor paroki dan Umat

No Pertanyaan Jawaban

1 Berapa jenis kolekte yang anda lakukan Pastor paroki:


atau alami, kalau sudah (Sebutkan)! Satu jenis kolekte pada perayaan Ekaristi/perayaan
Sabda
Uamat :
Kami memberi derma pada saat hari minggu dan hari
raya dan juga kurban ( persembahan)

2 Apa yang anda mengerti tentang Pastor paroki:


Kolekte berasal dari bahasa Latin yang berarti
kolekte? mengumpulkan bersama demi kepentingan bersama.
Akar katanya kolekte.
Umat :
- Pemberian sedeka untuk Tuhan dari sebagian
rejeki yang kita dapatkan
- Memberi derma kepada Gereja saat kita
mengikuti perayaan Ekaristi
3 Mengapa kita harus memberi kolekte Pastor paroki:
kepada Gereja?
- Kolekte merupakan ungkapan Syukur dan terima
kasih atas Rahmat dan Berkat Tuhan.
- Bentuk partisipasi dan ketlibatan umat dalam
membangun Gereja.
Umat:
- Karena kolekte itu merupakan sumbangan yang
diberikan untuk membantu proses saranah
Rohani.
- Memberi kolekte kepada gereja untuk kebutuhan
paroki dan kebutuhan makan minum romo setiap
hari dan diatur oleh pegawai paroki dan
keryawan
- Untuk memenuhi kebutuhan Geraja

4 Bagaimana perasaan romo, bapak dan Pastor paroki:


ibu ketika memberi kolekte kepada - Perasaan Syukur dan terima kasih karena bisa
Gereja? membagi
Umat:
- Perasaan yang dialami sangat senang
- Bahagia
5 Apakah anda memberi kolekte sesuai Pastor paroki:
kemampuan yang anda miliki atau Sesuai kemampuan.
dengan pertimbangan-pertimbangan? Umat:
Memberi kolekte sesuai dengan kemampuan.

6 Apa yang anda mengerti tentang Pastor paroki:


stependium? Adalah ungkapan syukur atas Rahmat Tuhan dalam
Pelayanan sakramen yang dilakukan oleh seorang iman.
Umat:
- Stependium merupakan sumbangan untuk imam
atau membantu para iman sebagai ungkapan
terima kasih kepada mareka.
- Stependium adalah sumbangan sukarela kepada
iman yang akan membacakan intensi
/permohonan yang kita bawakan pada saat
perayaan Ekaristi .
7 Mengapa kita harus memberi Pastor paroki:
Stependium kepada Iman Stipendium merupakan ungkapan terima kasih kepada
seorang Iman yang melayani sakramen.
Umat:
- Agar para Iman bisa melengkapi kebutuhan
mereka, baik Rohani maupun Jasmani.
- Untuk kebutuhan Iman setiap hari dan ucapan
syukur kita kepada iman yang merayakan
Ekaristi.

8 Bagimana perasaan bapak dan ibu Pastor paroki:


ketika memberi Stipendium kepada - Senang
Iman? Umat:
- Perasaan yang dirasakan adalah senang dan
bahagia.

9 Apakah anda memberi Stipendium Pastor paroki:


sesuai kemampuan yang anda miliki Ya sesuai kemampuan.
atau dengan pertimbangan- Umat:
pertimbangan? Memberi Stipendium sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
10 Apa yang anda mengerti tentang Iuran Pastor paroki:
paroki Iuran paroki merupakan bentuk tanggung jawab umat
beriman untuk ikut membangun paroki dan Gerejanya.
Umat:
- Iuran paroki merupakan keuangan yang harus
wajib dibayar oleh umat agar bisa digunakan
untuk kepentingan Gereja.
- Iuran paroki adalah sumbangan kepada Gereja
untuk pembangunan gereja dan mensejahterakan
umat.

11 Mengapa kita harus memberi Iuran Pastor paroki:


Paroki? Paroki dan Gereja perlu dihidupkan oleh umat beriman.
Umat:
- Karena Iuran paroki merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh umat dengan maksud
membantu Gereja.
- Untuk kebutuhan paroki seperti kegiatan
OMK,Sekami dll. Dan juga untuk perkembangan
paroki.
- Untuk melancarkan kegiatan-kegiatan yang ada
di paroki dengan tujuan untuk membangun gereja
dan mensejahterakan umat.
12 Bagimana perasaan bapak, ibu ketika Pastor paroki:
memberi Iuran Paroki? Dengan sukacita dan senang.
Umat:
- Merasa beban walaupun sudah di sepakati oleh
pastor paroki dan dewan paroki.
- Merasa tidak nyaman dan tidak puasa apa yang
sudah di tentukan/di sepakati oleh pastor paroki
dan dewan paroki.

13 Apakah Iuran paroki yang sudah Pastor paroki:


ditetapkan sesuai dengan kesanggupan Ya
bapak,Ibu atau tidak? Umat:
- Tidak, karena Iuran paroki yang sudah ditetapkan
terlalu mahal sehingga membuat umat menjadi
beban dengan peraturan yang sudah ditetapkan.
- Mereka juga tidak melihat secara langsung hidup
susa senang umat di dalam keluarga setiap hari
14 Apa anda memberi derma atau bantuan Pastor paroki:
berupa uang atau barang kepada paroki Ya
selain dengan Iuran paroki? Umat:
Iya. Kami memberi berupa barang seperti beras, padi,
kopi, telur ayam kampung,dll. Dan juga berupa uang
sumbangan kepada paroki.
BAB V

ANALISIS DATA

5.1. Pemahaman Umat Tentang Semangat Memberi

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV tentang semangat memberi derma umat KUB St. Menge

menunjukan adanya peningkatan. Hal ini berdasarkan angket yang dijawab oleh 15 responden yang

menjadi sampel dan juga berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan observasi.

Indikator pemahaman umat tentang semangat memberi terdiri dari 5 pernyataan masing-masing

sebagai berikut:

1. Merasa berkewajiban membayar Iuran paroki.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel pertama (1) nampak bahwa 98,6% responden

mengatakan selalu berkewajiban membayar Iuran Paroki. Hal ini menunjukan bahwa umat

KUB St. Petrus Menge menyadari mempunyai kewajiban membayar Iuran Paroki.

2. Memberi kolekte dengan penuh ketulusan

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel dua (2) nampak bahwa 98,6% responden

mengatakan selalu memberi kolekte dengan penuh ketulusan. Hal ini menunjukkan bahwa

umat menyadari akan pentingnya memberi kolekte.

3. Percaya bahwa paroki mengelola uang dari umat dengan jujur


Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel tiga (3) nampak bahwa 82,6% responden

mengatakan selalu percaya paroki mengelola uang umat dengan jujur. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya sikap percaya dari umat terhadap paroki dalam mengelola uang.

4. Merasa perlu untuk membantu orang lain yang membutuhkan bantuan

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel empat (4) nampak bahwa 90,6% responden

mengatakan bahwa selalu membantu orang lain yang membutuhkan bantuan. Hal ini

menunjukkan bahwa umat KUB St. Petrus Menge memiliki tingkat kepedulian terhadap orang

lain yang membutuhkan bantuan.

5. Merasa wajib untuk memberi kolekte pada Gereja.

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel lima (5) nampak bahwa 96% responden

mengatakan selalu wajib memberi kolekte kepada Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa umat

menyadari pentingnya memberikan kolekte kepada Gereja.

Hasi angket dari lima pernyataan berkaitan pemahaman umat tentang semangat memberi sudah

mencapai angka diatas 50%. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman umat tentang semangat memberi

mengalami peningkatan. Untuk mengetahui lebih jauh pemahaman umat tentang semangat memberi

selain melalui angket, penulis juga melakukan wawancara dengan 7 responden. Analisa wawancara

didasarkan atas jawaban-jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan peneliti.

Dari hasil wawancara dengan tujuh (7) responden dari lima pernyataan berkaitan dengan

pemahaman umat tentang semangat memberi menunjukan bahwa umat KUB St. Petrus Menge belum

memiliki semangat dalam memberi. Masih sebagian umat yang belum memiliki pemahaman tentang

memberi. Hal ini juga ditegaskan oleh ketua KUB St. Petrus Menge bahwa masih sebagian umat yang

belum memiliki semangat dalam memberi. Pastor paroki sebagai gembala umat juga menegaskan bahwa

Kerelaan dan kemurahan hati adalah sikap utama dalam memberi derma. Kesadaran akan pelayanaan
kasih inilah yang seharusnya memotivasi umat untuk mengasihi sesamanya terutama mareka yang miskin.

Inilah dasar dari pemberian derma. umat semestinya menyadari bahwa pelayanan kasih yang dilalukan

tidak hanya dimaksudkan untuk mencukupi keperluan Gereja tetapi juga melimpahkan ucapan syukur

kepada Allah.

5.2. Praktek atau Kebiasaan Umat Memberi Derma

Indikator ini terdiri dari lima (5) pernyataan masing-masing sebagai berikut:

1. Memberi kolekte pada misa hari minggu

Berdasarkan hasil pengolaan data pada tabel (6) nampak bahwa 82,6% responden mengatakan

selalu memberi kolekte pada misa hari minggu. Hal ini menunjukkan bahwa umat KUB St. Petrus

Menge selalu memiliki kebiasaan untuk memberi kolekte pada misa hari minggu

2. Memiliki uang untuk kolekte pada hari minggu

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel (7) nampak bahwa 78,6% responden mengatakan

sering mempunyai uang kolekte pada hari minggu. Hal ini menunjukkan bahwa umat menyadari

perlunya memberi kolekte pada misa hari minggu.

3. Membawakan intensi atau permohonan saat merayakan Ekaristi

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel (8) nampak bahwa 70,6% responden mengatakan

sering membawakan intensi atau permohonan saat merayakan Ekaristi. Hal ini menunjukkan

bahwa umat menyadari penting memberikan intensi atau permohonan saat merayakan Ekaristi

4. Membayar Iuran paroki tepat pada waktunya

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel (9) nampak bahwa 93,3% responden mengatakan

selalu membayar Iuran Paroki tepat pada waktunya. Hal ini menunjukkan bahwa umat KUB St.

Petrus Menge sudah memiliki kebiasaan untuk membayar Iuran Paroki tepat pada waktunnya.

5. Berusaha membantu orang lain atau tetangga yang berkesusahan


Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel (10) nampak bahwa 81,3% responden mengatakan

selalu membantu atau tetangga lain yang berkesusahan. Hal ini menunjukkan bahwa umat sudah

memiliki tinggkat kepedulian untuk membantu orang lain atau tetangga yang berkesusahan.

Hasil angket dari lima (5) pernyataan tentang praktek atau kebiasaan umat memberi derma

menunjukan angka di atas 50%. Hal ini menunjukkan bahwa praktek atau kebiasaan umat KUB St.

Petrus Menge dalam memberikan derma menunjukkan ada perkembangan. Untuk mengetahui

praktek atau kebiasaan umat dalam memberi derma selain melalui angket penulis juga melakukan

wawancara dengan tujuh (7) responden.

Dari hasil wawancara dengan tujuh (7) responden dari lima pernyataan tentang praktek atau

kebiasaan umat dalam memberi derma menunjukkan bahwa umat KUB St. Petrus Menge sudah

memiliki kebiasaan untuk memberi derma. Menurut responden kebiasaan memberi derma

merupakan sumbangan yang diberikan untuk membantu kebutuhan Gereja. Mempertegas

pengakuan umat Pastor Paroki juga mengatakan bahwa kebiasaa memberi derma merupakan

ungkapan syukur dan terima kasih atas rahmat dan Berkat Tuhan sekaligus sebagai bentuk

partisipasi dan sekaligus keterlibatan umat dalam membangun Gereja. Umat mesti ambil bagian

dalam memberi derma sebagai bentuk perwujudan iman kepada Kristus. Pemberian derma umat

dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk yang berbeda-beda. Persembahan yang dihayati

sebagai pemberian kembali yang diterima dari Tuhan. Semangat inilah yang harus dipupuk dalam

pemberian derma umat.


BAB VI

PENUTUP

Mengakhiri seluruh proses pembahasan tentang Memberi Derma , maka peneliti menyimpulkan

beberapa pokok sebagai inti dari tulisan dan sekaligus memberi satu dua usul yang perlu dibaca .

5.1. Kesimpulan

Memberi derma seperti kolekte, Stipendium, Iuran paroki untuk pembangunan dan

perkembangan paroki, dapat berjalan dengan baik apabila adanya dukungan dan partisipasi aktif dan

kesadaran dari seluruh umat. Membantu untuk pembangunan dan perkembangan paroki bukan dari

perorangan, melainkan memberi derma sebagai tanda kita untuk membantu sesama kita dan untuk

perkembangan Gereja, karena itu partisipasi dan kesadaran umat sangat dibutuhkan karena Iuran paroki

mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembangunan paroki. Bila umat menyadari pentingnya

memberi Iuran paroki maka paroki akan berkembang dan untuk mensejahterakan umat.

Namun, umat di KUB St. Petrus Menge, Paroki St. Perawan Maria” Ine Wea” Kisaraghe. Mulai

sadar dan paham dalam hal memberi. Karena derma adalah memberi bantuan atau sumbangan kepada

paroki dan untuk keperluan paroki.

Berdasarkan hasil angket dan wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa sebagian responden

sudah memahami tentang pentingnya memberi derma. Akan tetapi sebagian besar responden belum

memahami tentang pentingnya memberi derma kepada Gereja. Hal ini disebabkan:

1. Individu atau umat sedikit sadar memberi Iuran paroki yang sudah ditetapkan oleh

Pastor Paroki dan DPP.


2. Umat sudah memahami tentang memberi derma walaupun mereka memberinya dengan

setengah hati.

5.2. Usul- Saran

Melihat kenyataan ini bahwa umat kurang memahani arti dan makna memberi derma kepada

gereja, sehingga mareka memberinya dengan penuh pertimbangan-pertimbangan. Maka penulis

mengusulkan :

1. Pastor paroki, selaku pemimpin umat dalam wilaya paroki, hendaknya memberi

penekanan akan pentingnya memberi derma kepada paroki, sehingga umat mengerti dan

tidak menganggap remeh terhadap Iuran paroki yang sudah diputuskan.

2. Pastor paroki dan pengurus Stasi bekerjasama dengan pengurus-pengurus KUB untuk

memberikan pemahaman kepada umat tentang pentingnya memberi Iuran paroki kepada

Gereja.

3. Agar umat semakin menyadari pentingnya memberi derma kepada Gereja, sebagai

pemberian yang muncul dari dalam hati yang tidak ada paksaan dari orang lain dan

bertanggung jawab memberi Iuran paroki yang sudah ditetapkan.

4. Perlu adanya katekese yang lebih khusus tentang pemahaman umat mengenai pentingnya

Iuran paroki.

5. Pastor paroki membuat solisasi tentang pemahaman umat tentang memberi Iuran Paroki

sehingga umat merasa berkewajiban mambayar Iuran Paroki.

Demikian beberapa kesimpulan dan usul saran yang dapat dikemukakan untuk membantu umat KUB St.

Petrus Menge Paroki Sta. Perawan Maria “ Ine Wea” Kisaraghe dalam hal memberi derma kepada Gereja.
DAFTAR PUSTAKA

DOKUMEN-DOKUMEN

1. Lembaga Biblika Indonesia (LBI). Kitab Suci


2. Kitab Hukum Kanonik. KWI. Obor, Jakarta.
3. Hardawiryana, R., .2004. Konsili Vatikan II. KWI. Grafika Mardi Yuana, Bogor.
4. Konferensi Waligereja Indonesia. 2009. Kompendium Katekismus Gereja Katolik. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
5. Keuskupan Agung Ende, 2016. Arah Pastoral. Puspas KAE

BUKU-BUKU

1. Brunot, A. 1972. Paulus. Penerbit Yayasan Kanisius Yogyakarta.


2. Darnawijaya, St. 1992. Sekilas Bersama Paulus. Penerbit Kanisius, Jl. Cempaka, Yogyakarta.
3. Jacobs, Tom. 1985. Paulus Rasul. Penerbit Kanisius, Jl. P. Senopati, Yogyakarta.
4. Hayon, Nikolaus. 1989. Tema-Tema Paulus. Penerbit Nusa Indah, Jl. Katedral Ende, Flores-NTT.
5. Kieser, B. 1992. Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Penerbit Kanisius, Jl. Cempaka,
Yogyakarta.
6. Marsunu, Seto, Ym. 2008. Paulus Sukacita Rasul Kristus. Penerbit Kanisius, Jl. Campaka,
Yogyakarta.
7. Hardiwardayo, Purwa. 2008. Warisan Paulus Bagi Umat. Penerbit Kanisius, Jl. Cempaka,
Yogyakarta.
8. Marsunu, Seto, Ym. 2016. Pengantar Surat-Surat Paulus. Penerbit Kanisius, Jl. Cempaka,
Yogyakarta.
9. Deskrim, 2001. Perekonomian keuskupan Agung Ende.
10. Deskrim Leo, Lukas, 2013.Surat-Surat Pulus. Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende.

JURNAL, MAJALAH

1. Suswakara, Ignasius, 2016. Katekis dan Pewartaan. Penerbit Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa,
Jl. Gatot Subroto Ende, Flores-NTT.
2. Kusamawanta, Bagus, Gusti, D. 2007. Liturgi Sumber dan Puncak Kehidupan. Penerbit Komisi
Liturgi KWI. Jl. Jend. Sudirman, Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Angket

Petunjuk :

1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan teliti dan jawablah sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
2. Berikanlah tanda contang pada salah satu pilihan jawaban yang benar.
3. Setelah diisi lembar quesioner kemudian dikumpulkan kembali.
4. Atas kerja sama Bapak/ibu, saudara/ saudari saya ucapkan terimakasih.

IDENTITAS
NAMA :
JENIS KELAMIN :
USIA :
PENDIDIKAN :

BOBOT NILAI
5 (selalu)
4 (sering)
3 (kadang-kadang)
2 (jarang)
Petunjuk :
1. Bacalah pertanyaan dibawa ini dengan teliti dan jawablah sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
2. Berikanlah tanda centang ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban yang benar.
3. Setelah di isi lembaran quisioner kemudian dikumpulkan kembali.
4. Atas kerja sama bapak/ibu, saudara/saudari saya ucapkan terimakasih.

NO PERTANYAAN SELALU SERING KADANG- JARANG HAMPIR


KADANG TIDAK
PERNA
1 Anda memberi kolekte
pada misa hari minggu
2 Anda punya uang untuk
kolekte pada hari minggu
3 Anda menyisipkan uang
untuk imam saat
merayakan ekaristi, anda
membawakan intensi
atau permohonan untuk
didoakan
4 Anda membayar iuran
paroki tepat pada
waktunya
5 Anda berusaha
membantu orang lain
atau tetangga yang
berkesusahan
6 Anda merasa
berkewajiban membayar
iuran paroki
7 Anda memberi kolekte
dengan penuh ketulusan
8 Anda percaya bawah
paroki mengelola uang
dari umat dengan jujur
9 Anda merasa perlu untuk
membantu orang lain
yang membutukan
bantuan
10 Anda merasa wajib untuk
memberi kolekte kepada
Gereja

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara


a. Nama Lengkap : RD. Agustinus L. Tiala
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 41 tahun
Pendidikan : S-1 Filsafat
Hari/ Tanggal : Minggu / 12 Februari
Jam : 10 pagi
Status : Pastor paroki
b. Nama Lengkap : Andreas Watu
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 49 tahun
Pendidikan : SMA
Hari / Tanggal : Jumad/ 10 Februari 2017
Jam : 5 sore
Status : Ketua KUB
c. Nama Lengkap : Dionesius Waso Sina
Jenis kelamin : laki- laki
Usia : 26
Pendididkan : S-1
Hari/ tanggal : Senin/ 13 Februari 2017
Jam : 12 siang
Status : Ketua OMK
d. Nama Lengkap : Emerensiana Ngina
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 37
Pendidikan : SMA
Hari/ Tanggal : Jumad 10 Februari 2017
Jam : 8 malam
Status : Ibu rumah tangga
e. Nama Lengkap : Yakobus Nono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 46
Pendidikan : SMA
Hari/ Tanggal : Sabtu 11 Februari 2017
Jam : 7 malam
Status : Ketua RT
f. Nama Lengkap : Bertha Moi
Jenis Kelamin : perempuan
Usia : 52 Tahun
Pendidikan : S-1
Hari/ Tanggal : Sabtu 11 Februari 2017
Jam : 5 sore
Status : Ibu rumah tangga
g. Nama Lengkap : Yohanes Waso Nono
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 57
Pendidikan : SMA
Hari/Tanggal : Minggu 12 Februari 2017
Jam : 8 pagi
Status : Kepala Keluarga(KK)

Anda mungkin juga menyukai