Anda di halaman 1dari 4

MAKNA PEKAN SUCI BAGI UMAT KATOLIK

Dalam liturgi Gereja Katolik sebelum Paskah Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Umat Katolik
mempersiapkan diri selama masa PraPaskah.
Pada Minggu terakhir PraPaskah umat Katolik memasuki minggu yang disebut dengan Minggu
Suci atau Pekan Suci, yang dimulai dari Minggu Palma, kemudian Kamis Putih, Jumat Agung,
Vigili Paskah dan Minggu Paskah.
Kamis Putih, Jumat Agung, Vigili Paskah disebut dengan TriHari Suci
MINGGU PALMA

 Masa prapaskah terdiri atas 6 pekan. Hari Minggu Prapaskah VI kita kenal sebagai Hari
Minggu Palma yang mengawali Pekan Suci. Dalam liturgi Romawi, pekan suci ini
kiranya sudah dikenal sejak abad III sebagai perluasan atau perpanjangan saat sengsara
Tuhan yang khususnya dirayakan pada Jumat Agung dan Sabtu Suci. Menurut pola atau
contoh tradisi Gereja di Yerusalem, hari-hari dalam pekan suci dimaksudkan untuk
merenungkan secara khusus tahap-tahap dan hari-hari akhir hidup Yesus yang memasuki
sengsara-Nya. …
 Dalam pengaturan yang baru, pekan suci itu meliputi hari Minggu Palma, hari Senin s/d
Kamis dalam Pekan Suci. Pekan Suci berlangsung mulai dengan vesper (Ibadat Sore) hari
Minggu Palma dan berakhir dengan ibadat siang Kamis dalam Pekan Suci. Tampaknya
hingga abad V pada hari Senin, Selasa dan Rabu dalam pekan suci itu tidak diadakan
perayaan Ekaristi, tetapi hanya Ibadat Sabda yakni untuk merenungkan kisah sengsara
Yesus.
 Tujuan pekan suci ialah “memperingati sengsara Kristus mulai dari peristiwa Kristus
masuk kota Yerusalem sebagai Almasih” (Pedoman Th Liturgi no. 31). Dengan demikian
pada pekan suci kita mau merayakan dan menghayati hari-hari terakhir hidup Yesus
sesudah memasuki kota Yerusalem dan sebelum memasuki penderitaan-Nya di salib.
 Gereja merayakan masuknya Kristus ke Yerusalem untuk menggenapi misteri paskahnya,
ketika menurut Kitab-kitab Injil Yesus dengan rendah hati mengendarai seekor keledai
masuk ke Yerusalem. Hal ini mengingatkan akan prosesi kemenangan Daud dan rakyat
meletakkan daun-daun palma di tanah di hadapannya. Pada hari ini, sebuah prosesi
dengan daun-daun palma (atau ranting-ranting pohon berdaun lainnya, misalnya daun
zaitun) berlangsung di banyak paroki dan ranting-ranting ini diberkati oleh imam.
TRIHARI PASKAH

 Trihari Paskah adalah PUNCAK TAHUN LITURGI (SC 5; Ped Th Lit 18).Perayaan
Trihari Paskah dimulai dengan perayaan Ekaristi Kamis Putih pada sore/malam hari,
hingga puncaknya Malam Paskah dan berakhir dengan ibadat sore pada hari Minggu
Paskah. Satu hal yang sangat penting : seluruh perayaan Trihari Paskah ini sebenarnya
bukan perayaan-perayaan yang terpisah dan berdiri sendiri, tetapi sebenarnya merupakan
SATU PERAYAAN karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus,
yang berpuncak dalam wafat dan kebangkitan Kristus.
KAMIS PUTIH
 Perlu disadari seluruh kekayaan perayaan hari Kamis Putih ini, saat Tuhan Yesus
mengadakan Perjamuan Malam Terakhir, saat Tuhan menetapkan dan mewariskan
kepada kita EKARISTI kudus. Gereja juga mengenang sakramen Imamat dan rahmat
communio yang berdasarkan kasih Allah sendiri. Semangat kasih dan pelayanan terutama
ditampakkan dalam upacara pembasuhan kaki. Sesudah perayaan Ekaristi diadakan
prosesi dan tuguran di hadapan Sakramen Mahakudus (yang ada di sibori, bukan
monstran). Berbeda dari adorasi biasanya, tuguran pada Kamis Putih berfokus pada
renungan akan Tuhan Yesus yang memasuki kisah sengsara-Nya, mulai di Getsemani,
ditangkap, diadili, dst. Lonceng didentangkan saat gloria, sesudah itu tidak boleh lagi ada
suara lonceng hingga Malam Paskah.
PEMBASUHAN KAKI
 Bermakna kasih dan pelayanan, yang merefleksikan kisah Yesus membasuh atau
mencuci kaki dari 12 (dua belas) muridNya. Bagai seorang hamba dan pelayan yang
mencuci kaki tuannya, Yesus memberikan pelayanan ini kepada murid-muridNya.
Dilanjutkan dengan acara “Perjamuan Terakhir” atau makan malam terakhir dari Yesus
bersama murid-muridNya. Dimana Yesus mengambil roti tidak beragi kemudian
memecah-mecah roti tersebut dan membagikannya kepada ke-12 murid, sebagai lambang
dari tubuh Yesus yang tidak berdosa, namun harus dikorbankan untuk menebus dosa
umat manusia. Kemudian Yesus menuangkan anggur kedalam cawan untuk dibagikan
kepada ke-12 murid, sebagai lambang dari darah Yesus yang harus dicurahkan untuk
menebus dosa umat manusia.
JUMAT AGUNG
 Kita merenungkan misteri sengsara dan wafat Yesus. Fokus perayaan ini adalah perayaan
Sabda yang berisi kisah sengsara menurut Yohanes dan doa umat meriah, lalu
penghormatan Salib, dan penerimaan komuni. Tidak adanya perayaan Ekaristi pada hari
Jumat Agung sudah menjadi tradisi sejak kuno. Ada dugaan, tampaknya praktek ini
dipengaruhi oleh tradisi Gereja Timur yang hanya merayakan Ekaristi pada hari Sabtu
dan Minggu saja selama masa puasa atau prapaskah. Lalu hari-hari lain, termasuk hari
Jumat hanya menerima hosti suci dari hari Minggu itu. Hari Jumat Agung dan jika
mungkin hari Sabtu Suci hingga upacara malam paskah, seluruh Gereja merayakan
PUASA paskah suci.
 Perayaan Jumat Agung atau “Good Friday” yang bermakna penderitaan dan
pengorbanan, yang merefleksikan kisah Yesus yang dihadapkan dalam pengadilan yang
penuh dengan konflik dan intrik atas tuduhan yang penuh rekayasa. Bagai seorang
penjahat kriminal yang menjadi sampah masyarakat dan pemberontak yang menjadi
musuh negara, Yesus harus menderita dengan siksaan badani sebelum akhirnya harus
menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan bersama para penjahat di sisi kiri dan
kanan salib Yesus.
 Gereja berduka karena kematian Kristus, menghormati Salib, dan mengagumi kehidupan-
Nya atas ketaatan-Nya sampai mati.
 Misa tidak dirayakan, Ekaristi tidak disucikan. Komuni berlangsung dengan hosti yang
tersisa dari Kamis Putih.
 Ruangan Gereja dikosongkan dari berbagai benda perhiasan, termasuk kain penutup altar
dan lilin-lilin, sebagai tanda penghormatan.
 Bejana air suci dikosongkan.
 Pada hari ini, jalan Salib seringkali didoakan di dalam atau di luar gedung Gereja.
 Perayaan Liturgi Penderitaan Tuhan dilakukan di sore hari.
 Imam mengenakan jubah merah (atau, menurut kebiasaan sebelumnya, hitam). Bila
seorang Uskup memimpin atau membantu memimpin ibadat, ia mengenakan sebuah
mitra satu lapis.
SABTU SUNYI
 SABBATUM MAGNUM
Dirayakan dalam keadaan sunyi dan dengan doa yang memperingati Kristus yang telah wafat
dan berada di dalam kubur. Misa tidak diselenggarakan. Untuk berjaga-jaga apabila ada
kematian, hosti Ekaristi yang tersisa dari Liturgi-liturgi dalam dua hari sebelumnya digunakan
sebagai viaticum.
Tabernakel dibiarkan kosong dan terbuka. Lampu atau lilin biasanya diletakkan di sebelah
Tabernakel yang melambangkan Kehadiran Kristus dipadamkan, dan Ekaristi disimpan di tempat
lain, biasanya di sakristi, dengan lampu atau lilin yang menyala di depannya.
MALAM (VIGILI) PASKAH
 Malam Paskah disebut Induk semua vigili (St. Agustinus). Pada malam ini Gereja berjaga
menantikan kebangkitan Kristus. Maka perayaan Malam Paskah harus diadakan pada
malam hari. Karena malam paskah itu puncak dari segala perayaan liturgi Gereja, maka
hendaknya diadakan semeriah mungkin dengan segala kemungkinannya dari dekorasi,
tata ruang, petugas, umat, koor, simbol lain (lilin), dsb.
 Perayaan Malam paskah terdiri atas perayaan cahaya dan Exsultet, perayaan Sabda
(disediakan 9 bacaan komplit), perayaan baptis atau pembaharuan janji baptis dan
Ekaristi.

Anda mungkin juga menyukai