Anda di halaman 1dari 43

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada mulanya Allah menciptakan bumi dengan beserta isinya, Allah melakukan penciptaan

selama enam hari, dan pada hari ketujuh Allah berhenti. Hari ketujuh dijadikan sebagai hari

untuk beristrahat dan hari itu pula dikuduskan olehNya yang diperuntukkan bagi manusia (bdk.

Kej 2:2-3). Sebagai manusia ciptaan Allah yang paling mulia, seharusnya dan sepantasnya

manusia menghormati hari yang telah dikuduskan oleh Allah itu. Enam hari lamanya manusia

dikasih kesempatan dan wakru untuk bekerja, maka pada hari ketujuh manusia beristrahat untuk

mensyukuri segala rahmat dan penyertaan yang telah diberikan oleh Allah.

Hari ketujuh adalah hari dimana umat Allah untuk berhenti dari seluruh penciptaan dan

penyelamatan-Nya, karena hari itu adalah hari sabat yang dikuduskan dan diberkati oleh Allah.

pada kenangan karya-karya penyelamatan Allah dan karya umat kristiani menyaksikan saat

definitif yang dibuka resmi oleh Kristus sebagai awal yang baru, mereka menjadikan hari

pertama sesudah sabat hari raya, sebab pada hari itulah Tuhan bangkit dari antar orang-orang

mati. Misteri paskah kristus ialah perwahyuan penuh misteri asal mula dunia pada zaman

terakhir. Apa pun yang oleh Allah telah dilaksanakan dalam penciptaan dan dijalankannya demi

umat-Nya, Telah menemukan ungkapannya yang paling penuh dalam wafat serta kebangkitan

Kristus1. Oleh karena itulah kegembiraan, dengan Allah pada sabat pertama bagi umat manusia,

berkontemplasi atas segala sesuatu yang diciptakan dari ketiadaan, sekarang diungkapkan dalam

kegembiraan yang dengannya Kristus pada hari minggu paskah menampakkan diri kepada

1 FX.Sumantara Siswoyo,Pr. (1999). Dies Domini (Hari Tuhan). Jakarta. DOK-PEN KWI. Hlm.21.
2

murid-Nya. Maka pada hari minggu umat berkumpul untuk berdoa bersama dan saling

meneguhkan iman. Sejak awal mula Gereja merayakan dan menghayati Ekaristi. Melihat umat

yang semakin bertambah dan pelayaanan Ekaristi semakin terbatas, maka untuk menguduskan

hari Tuhan, umat yang tidak bias melaksanakan perayaan Ekaristi, dapat melaksanakan perayaan

sabda. Sebagai umat Kristen, melaksanakan perayaan ekaristi atau perayaan sabda merupakan

suatau kewajiban yang harus dilaksanakan. Karena Allah sendiri yang telah menguduskan hari

itu bagi umat Kristen. Hal ini terdapat dalam kesepuluh perintah Allah, dimana dalam perintah

yang ke tiga yaitu kuduskanlah Hari TuhanMu. Begitu juga Dalam lima perintah gereja

ditegaskan tentang kewajiban mengikuti atau merayakan hari minggu, dimana dalam perintah

yang pertama bahwa rayakan hari raya yang disamakan dengan hari minggu.

Kewajiban mengikuti perayaan ekaristi atau perayaan sabda pada hari minggu didasarkan

pada tradisi pararasul yang berpangkal pada hari kebangkitan Yesus sendiri. Pada hari minggu,

Gereja berkumpul untuk merayakan hari paskah, yakni mengenangkan sengsara, wafat

kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, dalam pengenangan ini Gereja mendengarkan sabda

Allah dan berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda . Gereja juga bersyukur

kepada Allah yang telah melahirkan kembali mereka kedalam hidup yang penuh pengharapan

(bdk. Kia 2:36).

Gereja yang merupakan suatu komunitas yang mengimani Yesus kristus, berkumpul untuk

bersatu mengungkapkan imannya secara bersama-sama. Dalam persekutuan tersebut umat Allah

diharapkan mampu untuk hidup dan berkembang dalam keharmonisan. Persekutuan dapat

ditampakkan lewat keaktifan dalam hidup menggeraja, sebagai hidup persekutuan berdasarkan

pada iman akan Yesus Kristus. Ciri persekutuan umat Allah adalah ciri persekutuan dalam

ibadat.
3

Dengan mengikuti perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda pada hari minggu, orang katolik

menyatakan diri sebagai anggota jemaat. Kesadaran akan arti hari minggu tidak datang dari atas,

Dari pimpinan Gereja, melainkan dari umat sendiri yang mencari kesempatan merayakan dan

mengamalkan iman. Dalam perayaan bersama pada hari Tuhan, umat bertindak sebagai umat

Tuhan. Dengan demikian hari minggu sungguh-sungguh menjadi hari Tuhan yang menebus kita.

Sehingga pantas dan pentinglah umat ikut terlibat aktif dalam hidup menggereja dimana peryaan

Ekaristi dan perayaan Sabda.

Hari minggu adalah hari utama dalam kehidupan Gereja. Sebab hari minggu (dalam bahasa

Portugis Dominggo, Latin Dominus berarti Tuhan) adalah hari Tuhan (Dies Dominica) bagi

orang Kristiani.2 Hari minggu adalah hari Tuhan karena pada hari itu Tuhan Yesus Kristus

bangkit dari Wafat-Nya. Hari minggu menjadi hari kudus dan hari Tuhan bagi orang Kristiani,

karena jemaat Kristiani mengenangkan peristiwa penyelamatan Allah sebagaimana terjadi dan

tampak dalam kebangkitan Kristus dan dari WafatNya. Inilah dasar dan alasan pengudusan hari

minggu (bdk Kis 2:36).

Gereja katolik Santa Maria Tallunglipu, termasuk Stasi yang besar jumlah umatNya di

paroki Santa Theresia Rantepao. Jumlah umat yang ada 126 KK dan 613 jiwa. Kegiatan

Gerejanipun semakin hidup yakni ibadat hari minggu, pembinaan SEKAMI, OMK, Doa-doa

Rukun,Doa-doa Devosi dan kegiatan Wilayah.

Perayaan sabda yang diadakan di Gereja setiap hari minggu selalu menghimpun dan

mempersatukan umat Allah untuk berdoa dan memuji Tuhan. Umat yang hadir diharapkan agar

umat melibatkan diri dalam perayaan sabda untuk ambil bagian, baik sebagai pemimpin lagu,

2KWI.(1996). Iman Katolik.Yogyakarta; Kanisius.hlm.49.


4

lektor, doa umat, pemazmur. Diharapkan agar pembagian tugas diatas secara kenyataan untuk

setiap minggunya, sesuai kenyataan yang diamati ditengah umat bahwa sebagian kecil yang mau

melibatkan diri sepenuhnya dalam mengambil pada peryaan sabda setiap hari minggu.3

Melihat pentingnya umat dalam hidup menggereja dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda

pada hari minggu seperti yang telah diungkapkan di atas , maka perlu adanya kesadaran dan

keterlibatan umat dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda, namun yang telah terjadi pada

sebangian umat justru sebaliknya. Umat belum sadar secara penuh akan pentingnya perayaan

Ekaristi dan perayaan Sabda, serta Umat kurang berpartisipasi dalam mengambil bagian dalam

perayaan sabda yang diadakan pada setiap hari minggu. Kenyataan ini penulis lihat dan amati Di

Stasi Santa Maria Tallunglipu paroki Santa Theresia Rantepao. Dari sekian umat yang hadir,

sebagian besar yang ikut dalam perayaan sabda, namun yang ambil bagian hanya pada orang-

orang tertentu yang selalu ambil bagian. Dan disamping itu bahwa ada juga umat yang tidak

mau mengambil bagian, karena tidak terbiasa tampil didepan umum. Berdasarkan pengamatan

penulis, dapat dikatakan bahwa sebagian umat belum menyadari pentingya kehadiran atau

keterlibatan dalam perayaan sabda. Kenyataan itulah yang mendorong penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul: Partisipasi Umat Dalam Perayaan Sabda Hari Minggu Tanpa Imam Di

Stasi Santa Maria Tallunglipu, Paroki Santa Theresia Rantepao.

1.2 Identifiksi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas tentang partisipasi umat dalam perayaan sabda hari

minggu tanpa imam di Stasi Santa Maria Tallunglipu, sejumlah masalah yang dapat di

identifikasi:

3Ibid, hlm.82.
5

1. Umat kurang menampakkan kesadaran akan pentingnya perayaan sabda


2. Umat Stasi kurang berpartisipasi mengambil bagian dalam perayaan sabda setiap hari

minggu
3. Dalam perayaan Sabda setiap hari minggu banyak umat yang hadir, tetapi sebagian

umat yang tidak pernah ambil bagian.


4. Umat yang mengambil bagian hanya orang tertentu saja
5. Banyak umat yang tidak mau mengambil bagian, karena tidak terbiasa tampil di

depan umum.
6. Umat kurang sadar akan peran mereka masing-masing dalam perayaan sabda.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dia atas, maka penulis membatasi masalah yang akan

diteliti yakni: Banyaknya umat yang hadir dalam perayaan sabda. Tetapi kurangnya Partisipasi

umat dalam turut ambil bagian dalam perayaan sabda seperti Lektor, pemimpin lagu, Mazmur

tanggapan, doa umat serta ada umat yang malu untuk mengambil bagian dalam perayaan sabda..

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah di uraikan di atas maka masalah pokok yang

akan di bahas adalah umat kurang berpartisipasi dalam mewujudkan hidup menggereja

khususnya turut ambil bagian dalam perayaan Sabda pada hari minggu.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana umat ikut terlibat berpartisipasi dalam perayaan

sabda setiap hari minggu.


6

2. Untuk mengetahui cara mengaktifkan umat yang tidak mau terlibat dalam mengambil

bagian.

3. untuk menegetahui faktor-faktor penghambat partisipasi umat dalam mengikuti

perayaan sabda.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Agar umat terlibat aktif dalam perayaan sabda setiap hari minggu.
2. Agar penulis sadar akan tanggung jawab sebagai umat dalam hidup menggereja.
3. Agar bisa membangkitkan semangat umat untuk semakin sadar akan tanggung jawab dan

mampu bertindak untuk melaksanakan tugas dalam perayaan sabda..


4. Sebagai bahan informasi bagi pengurus stasi dan pengurus dewan pastoral paroki untuk

mengetahui sejauh mana keterlibatan umat dalam melibatkan diri dalam perayaan sabda.
5. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyelesaikan studi sekaligus mendapat gelar

kesarjanaan pada Sekolah Tinggi Kateketik Dan Pastoral Rantepao (STIKPAR)

TORAJA.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Partisipasi


7

Partisipasi merupakan suatu tindakan yang muncul dalam diri seseorang untuk terlibat

dalam suatu kegiatan bersama tanpa mendapatkan suatu komando atau perintah orang lain.

Dengan keterlibatan dalam suatu kegiatan bersama dengan orang lain tanpa diperintah atau

dikomando, maka seseorang akan melaksanakan kegiatan itu dengan sukarela dan penuh

tanggung jawab. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, partisipasi merupakan sikap

keterlibatan diri seseorang dalam suatu tindakan atau pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok

orang tanpa ada unsur paksaan4. Dengan adanya keterlibatan dalam bertindak bersama dengan

orang lain atau kelompok. Umat yang berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda

meningkatkan iman kepercayaan akan Yesus Kristus selalu mengadakan komunikasi yang lancar

antar satu dengan yang lain. Kedekatan sebagai saudara dalam Kristus semakin terjalin dan

semakin erat.

Dalam Konsili Vatikan II juga dibahas tentang partisipasi umat dalam liturgi seperti berikut:

Akan tetapi supaya hasil guna itu diperoleh sepenuhnya, umat beriman perlu datang menghadiri

liturgi suci dengan sikap-sikap batin yang serasi. Hendaklah mereka menyesuaikan hati dengan

apa yang mereka ucapkan, serta bekerja sama dengan rahmat surgawi, supaya mereka jangan sia-

sia saja menerimanya.5 Partisipasi awam dalam liturgi gereja tidak disebabkan oleh karena

kurngnya pastor paroki. Akan tetapi partisipasi awam dalam liturgi oleh karena imamat umum

yang dimiliki oleh setiap orang berkat sakramen Baptis dan sakramen Krisma yang mereka

terimanya.

4 Tim Prima Pena. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gita Media, hlm.312.

5 Dokumen Konsili Vatikan II. (1993).(Terjemahan.R. Hardawiryana.S.J).SC.14.Jakarta: Obor. hlm.8.


8

Seorang awam memiliki tugas untuk mengantar kaum beriman kepada persatuan dengan Allah

lewat Yesus Kristus didalam umat dan masyarakat dibawa bimbingan Roh Kudus. Tugas ini

diemban oleh seseorang awam ketika menerima Sakramen Baptis.

Umat mengungkapkan imannya dengan ikut serta secara aktif dalam perayaan sabda.

Umat turut berpartisipasi lewat tugas yang dilakukan dalam sepanjang perayaan Sabda.

Partisipasi khusu dapat dilakukan dengan bertugas sebagai lektor, pemazmur, pendoa umat dan

pemimpin lagu. Partisipasi umat dalam keikut sertaan mereka melalui doa bersama, menyanyi

bersama dan melaksanakan tata gerak bersama dengan seluruh umat yang hadir dalam perayan

sabda.

Partisipasi umat Stasi Santa Maria Tallunglupu merupakan suatu bentuk perwujudan

kerjasama yang baik dalam melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan yang ada di Stasi, baik yang

ada dalam lingkungan Gereja maupun dalam lingkungan masyarakat umat selalu menunjukkan

kebersamaannya.

2.2. Pengertian Umat

Umat adalah semua orang beriman akan Yesus kristus yang karena satu Tuhan, satu iman, satu

baptisan (Efesus 4: 5), Mempunyai martabat yang sama dan tugas perutusan yang sama, yaitu

mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan penggembalaan Yesus Kristus. Secara

harafiah, Umat adalah para penganut suatu agama atau Nabi. 6 Umat Kristen adalah orang-orang

yang telah menerima babtisan, mereka mempunyai martabat yang sama di hadapan Allah, baik

karena Hirarki maupun kaum awam.

6Kamus Besar Bahasa Indonesia.(1995). Jakarta; Gita Media. Hlm.298.


9

Didalam Konsili Vatikan II juga ditegaskan bahwa: jadi kaum beriman kristiani, yang berkat

babtis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun, menjadi umat Allah, dengan cara mereka

sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi kristus, dan dengan demikian sesuai

dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap umat kristiani dam Gereja dan

dunia( LG art 31).

Umat Stasi Santa Mari Tallunglipu adalah salah satu kaum beriman katolik yang telah

dibaptis dan menjadi satu anggota Gereja yang terhimpun dalam mengemban tugas sebagai umat

Allah.

2.2.1. Umat menurut perjanjian Lama dan perjanjian Baru

Dalam perjanjian lama, istilah Umat Yahwe atau umat Tuhan yang sering digunakan,

sedangkan istilah Umat Allah jarang dipakai. Rumusan umat Allah ini masuk dalam

rumusan iman: Akulah Tuhan Allahmu, kamu umatku kuduslah kamu bagiku (Bdk. Kel.6:7;

19:5; Im.20:24, 26; Ul. 29:12). Ungkapan ini menunjukkan relasi yang akrab, yang menekankan

Allah yang mencintai umatNya. umat Yahwe pertama-tama menonjolkan dimensi pilihan

Allah, yakni umat yang dikasihi Yahwe. Jadi, Allah berinisiatif memilih umatNya. Kesadaran

diri sebagai umat terpilih menjadi dasar pemersatu, termasuk juga dalam bidang politik bagi

bangsa Israel.7

Istilah lain yang dipakai dalam penyebutan Umat Allah ialah qahal, diterjemahkan dalam

bahasa Yunanai dengan istilah Ekklesia, yang berarti umat yang berkumpul untuk suatu ibadat.

Kata lain yang ditercerminkan dalam bahasa Ibrani yang mempunyai arti serupa dengan qahal

7I Made Markus Suma, Pr. (2009). Eklesiologi. Diktat. Rantepao: Sekolah Tinggi Ilmu Kateketik dan
Pastoral (STIKPAR) Toraja.hlm.7.
10

adalah kata edah yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani menjadi Synagogue, berarti

perkumpulan umat, kemudian berkembang dan menunjuk perkembangan itu.8

Menurut perjanjian baru, hidup dan pewartaan Yesus sendiri dilatarbelakangi oleh harapan akan

datangnya umat baru tersebut. Yesus mewartakan datang-Nya Kerajaan Allah. Gereja yang

didasarkan atas Misteri hidup ini, pada akhirnya menyatakan diri sebagai awal kepenuhan

Kerajaan Allah yang sudah datang. Gereja diakuai berasal dari Yesus Kristus, dalam (LG art 4).

Setelah Peristiwa penyaliban, para murid bekumpul karena pengalaman paskah dan turunya Roh

Kudus. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia diutus bagi domba-dombanya yang hilang dari umat

Israel (bdk Mat 10:6). Dalam injil Matius 16:18 juga berbunyi demikian Engkau adalah petrus

dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan GerejaKu, yang seringkali dipakai sebagai

dasar dari pendirian Gereja oleh Kristus.

Yesus adalah pemimpin umat baru, Dialah hamba Yahwe, Mesias Anak Manusia. 9

Mereka adalah umat baru yang dibangun setelah kebangkitan Yesus. Inilah yang menjadi

keyakinan mereka dan yang diwartakan. Inilah zaman pengutusan. Kerajaan Allah terpenuhi

melalui dan dalam pribadi Yesus yaitu dalam wafat dan kebangkitan-Nya.

2.2.2. Gereja Sebagai Umat Allah

Paham ini berarti Gereja di panggil dan dipersatukan oleh Allah. Istilah umat Allah

berlatarbelakang pada sejarah keselamatan yang terbentang mulai dari panggilan Abraham dalam

perjanjian Lama sampai perjanjian Baru. Jadi Gereja dipandang dalam rangka sejarah

keselamatan. Dalam kenyataanya Gereja hidup dalam dunia profane dan sekular dan sedang

8Ibid.,hlm.11.

9Ibid.,hlm.9.
11

dalam perjuangan yang digerakkan oleh Roh Kudus dalam satu Roh untuk menemukan jalan

kepada Bapa. Dengan demikian paham Gereja sebagai umat Allah juga bersifat eskatologis.

Karena kehidupan Gereja digerakkan oleh Kristus maka sebagai umat Allah yang keberadaanya

dalam kesatuan dengan Kristus adalah terutama kesatuan iman. Dalam kesatuan dengan Kristus

ini semua orang mempunyai kesamaan dalam martabatnya.

Pandangan Gereja sebagai umat Allah membawa gagasan baru yaitu:

Memperlihatkan sifat historis Gereja yang hidup inter tempora (dalam kebersamaan),

yakni Gereja dilihat menurut perkembangannya dalam sejarah keselamatn; hal ini berarti

menurut perkembangan dibawah dorongn Roh Kudus, Segi organisatoris Gereja tidak

terlalu ditekankan lagi, tetapi sebagai gantinya ditekankan segi kharismatisnya. Gereja

berkembang dari bawah dari kalangan umat sendiri.


Menempatkan Hierarki dalam keseluruhan Gereja sebagai fungsi, sehingga sifat

pengabdian hierarki menjadi lebih kentara. Hierarki jelas mempunyai fungsi pelayanan.

Hierarki tidak ditempatkan diatas umat, tetapi didalam umat.


Dalam hidup menggereja mempunyai banyak bentuk, termasuk ciri-ciri dan sifat

pelayanan dalam Gereja.

Dalam Konsili Vatikan II Gereja bukan lagi sebagai kesatuan organisatoris, yang lebih

menekankan pada aspek organisasi semata, tetapi lebih pada kesatuan iman. Gereja tidak

dipahami lagi sebagai yang identik dengan kaum berjubah atau bersifat pyramidal, dimana dari

atas kebawa yang memberikan kesan bahwa Gereja menempatkan Hierarki pada posisi diatas

seluruh umat. Namun Gereja dilihat dan dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun dari

umat sendiri. Dengan demikian, Konsili Vatikan II melihat dan memahami Gereja pertama-tama
12

sebagai penguyuban umat beriman (Communio) akan Yesus Kristus. Penguyuban umat beriman

inilah yang disebut umat Allah10

2.2.2.1. Makna dan Paham Tentang Hari Tuhan.

Dalam cahaya misteri itu makna perintah perjanjian lama mengenai hari Tuhan ditemukan

ulang, disempurnahkan dan diwahyukan sepenuhnya dalam kemuliaan yanb gersianr pada

kemuliaan kristus yang bangkit (bdk 2 Kor 4:6). Yang beralih dari hari sabat kepada hari

pertama sesudah sabat dari hari ketujuh kepada hari pertama: Dies Domini (Hari Tuhan)

menjadi Dies Christi (Hari Kristus)11. Sejak zaman pararasul, Hari pertama sesudah hari

sabat,yakni hari pertama minggu, telah membentuk irama hidup para murid Kristus (Bdk 1Kor

16:2). hari pertama sesudah hari sabat sekaligus hari umat beriman berkumpul Untuk

memecahkan Roti. Kitab Wahyu membuktikan praktek menyebut hari Tuhan,(1:10). Umat

Kristiani berbicara tentang hari Tuhan mereka lakukan itu dengan memberi kepada istilah itu

makna yang penuh, yakni pewartaan paskah: Yesus Kristus Tuhan (Flp 2:II; Kis 2:36; 1Kor

12:3). Jadi Kristus diberi gelar yang sama seperti yang digunakan oleh Septuaginta untuk

menejermahkan apa yang dalam pewahyuan perjanjian lama nama Allah yang tidak diucapkan:

YHWH.12

Gereja merayakan misteri paskah sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut hari Tuhan

atau hari minggu. Pada hari itu umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan sabda Allah

dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenang sengsara, kebangkitan

10 L.Prasetya,Pr. (2006). Panduan Menjadi Katolik.Yogyakarta; Kanisius, hlm.42.

11 FX. Sumantara Siswoyono,Pr. Op. Cit. hlm.22

12 Ibid. hlm. 25.


13

dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukut kepada Allah yang melahirkn mereka

kembali kedalam pengharapan yang hidup berkat kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang

mati ( 1 Ptr 1:3). Demikianlah hari minggu itu pangkal segala hari pesta13.

2.2.2.2. Arti Dan Makna Gereja Sebagai Umat Allah

Paham Gereja sebagai umat Allah dianggap sebagai paham yang relavan dengan tuntutan dan

perkemabangan zaman. Paham ini dinilai memiliki nilai historis dengan umat Allah Perjanjian

Lama karena Gereja menganggap diri sebagai Israel Baru, kelanjutan dari Israel yang lama.

Gereja adalah himpunan orang yang percaya kepada Kristus. Menurut Institut Pastoral Il

ndonesia (IPI) Malang, Modul 1-6, Gereja adalah Umat Allah, yang merupakan sakramen

keselamatan, tanda dan hasil persatuan dan persaudarran cinta kasih, tanda kehadiran dan karya

keselamatan Allah yang ditengah-tengah umat manusia. Dihimpun oleh Roh Kudus menjadi satu

umat dalam cinta kasih Kristus. Gereja adalah umat manusia yang berkumpul dalam arti

persaudaraan sehati dan sebudi serta setindakan dalam satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan.

Setiap anggota mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing menurut anugerah, Rahmat,

karisma dan tugas pelayanannya14

2.2.2.3. Dasar Dan Konsekuensi Gereja Sebagai Umat Allah

Setiap pribadi dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan umat Allah, karena

Hidup mengumat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri, sebab hakikat Gereja

adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup umat perdana (bdk Kis

13 Dokumen Konsili Vatikan II. Op.Cit. hlm.39

14 Imam Kuseno Mihardjo, (1991). Gereja (Eklesiologi 1) Modul 1-6.Jakarta; IPI Malang. hlm.23
14

2:41-47). Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima

dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja selalu menampilkan segi organisai

dan struktural dapat mematikan banyak kharisma dan karunia yang muncul dari bawah (bdk 1

Kor 12:7-10). Didalam hidup mengumat, semua orang yang merasa mengayati martabat yang

sama akan tanggungjawab secara efektif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun

Gereja dan memberi kesaksian kepada dunia, (bdk Ef 4:11-13).

2.3. Umat Awam

Secara teologis, Awam adalah warga Gereja yang tidak ditabiskan. Dalam arti ini, kata

itu meliputi biarawan yang tidak ditahbiskan (bdk LG 43). Secara tipologis, awam adalah warga

Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan (Bdk LG art 1).15 Awam diterjemahkan

dari kata latin Laicus dan Laicatus dari kata Yunani yang dipadukan yakni Laos (Umat) dan

Theos (Allah), maka awam berarti umat Allah. Awam adalah anggota Gereja yang menjalankan

fungsi sekular yang mencari kerajaan Allah dengan mengurus perkara-perkara duniawi dan

menghaturnya menurut kehendak Allah.16

Awam dimaksudkan bagi semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk golongan

tahbisan dengan dan status kebiaraan yang diakui dalam Gereja. Mereka adalah orang-orang

yang dengan pembaptisan menjadi angota-anggota tubuh kristus, dijadikan umat Allah dan

dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja

karena itu sesuai dengan peranan mereka menjalankan perutusan umat Kristen dalam Gereja dan

dalam dunia.

15Kwi.op.Cit.hlm.377.

16 Lucas Paliling,Pr. (2005). Pedoman Kerasulan Awam. Makassar; KAMS.hlm.2.


15

2.3.1. Peran Awam Dalam Gereja17

Peran awam dalam hidup Gereja tergantung dari pemahaman Gereja tentang dirinya sendiri.

Pemahaman ini berkembang dari masa ke masa sesuai refleksi teologis tertentu tentang Gereja

sebagai berikut:

Ada teologi yang sangat menekankan peran hirarki, pikiran ini didasarkan atas keyakinan

bahwa perutusan Gereja berada dalam wewenang hieraraki. Pandangan ini sangat

menguntungkan persatuan Gereja. Namun kerugiannya juga jelas karena mayoritas

warga Gereja ialah awam tidak mendapat cukup tempat.


Ada teologi yang memusatkan perhatiannya pada Gereja dan dunia. Kelompok teolog ini

menekankan bahwa dunia pada dasarnya tidak jahat. Dan Gereja hadir dalam dunia itu

dengan mayoritas awamnya. Kehadiran awam adalah bagaikan garam dan terang didalam

dunia, yang dapat membawa transformasi spiritual. Teolog ternama semisal Congar,

Rahner, Schillebeeckx telah membawa angin baru dalam Gereja, dimana peran awam

cukup dipicu dan dihidupkan, walaupun belum sepenuhnya sesuai gagasan konsili

Vatikan II.
Dan akhirnya teologi lain memusatkat perhatiannya pada penemuan jati awam, disini

awam menemukan panggilan dan kharismanya sehingga mereka mulai memainkan

perannya sebagai saksi, pelayan dan nabi dalam bidangnya masing-masing. Awam

memainkan peranya dalam Gereja, bukan atas perintah hierarki, karena lewat

pembabtisan ia telah menjadi anggota tubuh mistik Kristus.

2.3.2. Peran Awam Dalam Karya Keselamatan

17Paul Budi Kleden & Philipus Tule. (2007). Rancangan Bersama Awam Dan
Klerus.Ledalero.Maumere.hlm. 70.
16

Para kaum awam menerima tugas serta haknya untuk merasul berdasarkan persatuan

mereka dengan Kristus kepala. Sebab melalui babtis mereka disaturagakan dalam tubuh mistik

kristus, melalui penguatan mereka diteguhkan oleh kekuatan Roh Kudus dan dengan demikian

oleh Tuhan sendiri ditetapkan untuk merasul.18

Kerasulan awam tidak boleh dimengerti secara terlalu interen Gerejani, seakan-akan kerasulan

awam berarti katekis, memberikan kursus persiapan perkawinan, memimpin koor, menjadi ketua

lingkungan atau apa saja tugas yang dijalankan dalam hidup lembaga Gereja 19. Itu juga

merupakan kerasulan awam. Peran serta kaum awam dalam tugas perutusan Gereja. Tetapi pada

tempat pertama dan terutama mereka menjalankan kerasulan mereka yang khas, yaitu bila

mereka melaksanakan panggilan dan profesi mereka yang sekular yang duniawi dalam semangat

kristiani.

Dengan demikian mereka dapat mampu menjalankan tugas misi Gereja, serta menghadirkan

semangat kerajaan Allah ditengah dunia dan meresapkan Roh Kristus ke dalam kenyataan

duniawi sekular.

2.3.3. Peran Awan Dalam Konsili Vatikan II

Dekret tentang kerasulan Awam secara khusus dibahas dalam Konsili Vatikan II dengan

nama Apostolicam Actuositatem (AA).20 Dekret ini merincikan tentang karya kerasulan awam

dalam Gereja. Dalam dekret ini satu kali para awam disebut sebagai Rasul yang sejati (AA 6).

18Dokumen Konsili Vatikan II. Op.Cit. hlm 342.

19Paul Budi Kleden& Philipus Tule.Op. Cit .hlm. 64.

20 Dokumen Konsili Vatikan II. Op.Cit. hlm.353.


17

Secara khusus Apostolicam Actuositatem berbicara juga mengenai tugas kerasulan kaum

perempuan. Karena zaman sekarang ini kaum wanita semakin berperan aktif dalam seluruh

hidup masyarakat, maka sangat pentinglah bahwa keikutsertaan mereka diperluas juga dipelbagai

bidang kerasulan Gereja.

Dalam pelayanan kaum awam pun harus memainkan perannya yang sangat penting yakni

sebagai rekan pekerja demi kebenaran(3Yoh 8), terutama dibidang kerasulan awam dan

pelayanan pastoral saling melengkapi. Bagi kaum awam banyak kesempatan untuk

melaksanakan kerasulan pewartaan injil dan pengudusan. Kesaksian hidup sendiri beserta amal

baik yang dijalankan dengan semangat, mempunyai daya kekuatan untuk menarik orang kepada

iman dan kepada Allah. Sebab Tuhan bersabda: demikianlah hendaknya terangmu bercahaya

didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang

disurga (Mat 5:16).

Dalam jemat-jemaat Gerejawi kaum pria dan wanita sebagai kaum awam yang berjiwa

kerasulan sejati melengkapi apa yang kurang pada saudara-saudara mereka, dan menyegarkan

semangat para gembala maupun para umat lainya. Sebab diteguhkan karena ikut serta secara

aktif dalam kehidupan liturgis, para awam itu penuh perhatian memainkan peran dalam kegiatan

kerasulan jemaat. Orang yang sedang menjauh mereka hantar kembali ke Gereja. Secara intensif

mereka menyumbangkan tenaga dengan menyampaikan sabda Allah, terutama melalui katekese.

Kaum awam dapat menjalankan tugas mereka secara perorangan atau tergabung dalam

berbagai penguyuban atau perserikatan21. Terdapat banyak bentuk kerasulan, yang bagi kaum

awam merupakan jalan untuk membangun Gereja, dan menguduskan dunia serta menjiwainya

dalam Kristus. Bentuk khusus kerasulan, yang menampilkan bahwa Kristus hidup dalam

21 Ibid. hlm.361.
18

umatNya yang beriman ialah kesaksian seluruh hidup sebagai awam yang bersumber pada iman,

harapan dan cinta kasih. Para awam menjiwai hidup mereka dengan cinta kasih , dan sejauh

mampu mengungkapkan dengan tindakan nyata.

Dalam Gereja layak mendapat pujian dan penghargaan istimewa yakni para awam, enta

berkeluarga entah tidak, yang untuk selamanya atau untuk sementara membaktikan diri serta

kemahiran propesionalnya guna melayani lembaga-lembaga dan karya-karya kerasulannya,

terutama di jemaat katolik di daerah misi dan dalam Gereja-gereja mudah.

Kerasulan awam yang dijalankan oleh umat beriman baik secara perorangan maupun

secara kolektif, harus disatu ragakan dengan tepat dalam kerasulan setiap Gereja. Semangat

persatuan perlu ditingkatkan supaya di seluruh kerasulan Gereja bersinarlah cinta kasih

persaudaraan, agar semua tujuan-tujuan tercapai dan persaingan-persaingan yang berbahaya

dihindarkan. Tuhan sendiri mengundang semua para awam, supaya mereka semakin erat

bergabung dengan diri-Nya dan seraya mengenakan pada diri mereka sendiri cita rasa yang ada

pada-Nya (Bdk. Fil 2:5), serta menjalankan perutusan-Nya yang membawa keselamatan.

2.4. Perayaan Sabda

Perayaan Sabda adalah istilah yang digunakan untuk ibadat Sabda yang diadakan pada

hari minggu, oleh karena tidak memungkinkan untuk merayakan perayaan Ekaristi, karena

kekurangan imam. Oleh sebab itu, perayaan sabda di Stasi-stasi dipimpin oleh pengantar sebagai

wujud kesatuan umat beriman Katolik diseluruh dunia yang sedang beribadat kepada Allah pada

hari Minggu.
19

Perayaan adalah kata yang lazim dipakai untuk menyebut ibadat atau Ekaristi sedangkan

kata sabda sebutan bagi pribadi ilahi kedua Allah Putera yang telah menjelma menjadi manusia

dalam diri yesus Kristus.22Jadi perayaan sabda adalah liturgi yang berpusat pada sabda Allah.

Dalam peryaan sabda dibawakan secara lebih meriah, sementara dalam ibadat sabda

misalnya doa Rukun, doa Rosario, dan doa arwah dan lain-lain, dibawakan secara sederhana

meskipun intinya sama dimana perjumpaan dengan Allah lewat mendengarkan sabda-Nya.

2.4.1. Bagian-Bagian Perayaan Sabda

Dalam tata perayaan sabda terdiri dari tiga kerangka bagian pokok yaitu: Ritus pembuka,

Liturgi Sabda dan Ritus Penutup. Dari bagian-bagian ini masing-masing bagian memiliki bagian

kecil yaitu sebagai berikut:

1. RITUS PEMBUKA

bagian ini bertujuan mempersatukan umat yang hadir, mengantar mereka masuk kedalam

suasana ibadat dan membantu mereka mempersiapkan diri untuk mendengarkan sabda Allah.

Ketika hendak memulai perarakan, pemandu atau pengantar berkata, misalnya: Penolong

kita ialah Tuhan, lalu yang lain menyahut: Yang menjadikan langit dan bumi.23

A. Lagu Pembuka
B. Antifon Pembuka
C. Tanda Salib dan Salam
D. Kata pembuka
E. Tobat Dan Permohonan Ampun
F. Tuhan Kasihanilah
G. Madah Kemuliaan
22 Ernest Maryanto. (2004).Kamus liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisisus, hlm.173.

23 KWI.(2013).Perayaan Sabda Hari Minggu Dan Hari Raya Tanpa Imam. Jakarta:Obor. hlm.7.
20

H. Doa pembuka
2. Liturgi Sabda
A. Ajakan
B. Bacaan 1
C. Mazmur Tanggapan
D. Alleluya /Bait pengantar Injil
E. Bacaan Injil
F. Aklamasi Sesudah Injil
G. Khotbah
H. Hening
I. Syadat para Rasul
J. Doa umat
K. Kolekte
L. Doa Pujian
M. Tanpa Komuni
N. Bapa kami
O. Salam damai
P. Doa Komuni batin
Q. Mazmur-mazmur Puji Dan Syukur
3. Ritus Penutup
A. Pengumuman
B. Amanat Pengutusan
C. Doa Penutup
D. Mohon Berkat Tuhan
E. Pengutusan
F. Lagu penutup.

2.4.2. Bentuk partisipasi umat Dalam Perayaan Sabda Hari Minggu Tanpa Imam

Partisipasi umat dalam perayaan sabda sangat penting sebagai bentuk pengungkapan iman

mereka terhadap Allah. Cara umat mengungkapkan iman mereka dengan berbeda-beda. Iman

dapat diungkapkan dengan cara mengambil bagian dalam perayaan sabda. Bentuk keterlibatan

mereka dengan cara bertugas sebagai berikut:

2.4.2.1. Pemimpin ibadat

pemimpin ibdat adalah seorang awam biasa yang mendapat kepercayaan untuk
memimpin atau melayani umat dalam perayaan sabda.
21

Pemimpin dipakai sebagai pengganti selebran karena kata selebran (peraya) lebih tepat

dikenakan pada semua orang yang hadir dalam liturgi 24. Pemimpin harus mengetahui liturgi

secara menyeluruh, ia harus sungguh-sungguh menguasai seluk beluknya, bukan supaya ia dapat

berperan sebagai seorang pengarah acara, tetapi supaya lewat kehadirannya ia dapat memberikan

kemantapan dan ilham kepada jemaat. Pemimpin melayani jemaat dengan cara ia memberi

salam, menciptakan dan menjaga keheningan, mendengarkan bacaan dari Alkitab dan lewat cara

ia memimpin doa-doa.

Pemimpin dalam perayaan sabda mengkordinasi seluruh bagian-bagian dalam perayaan

sabda agar dapat berjalan dengan baik. Pemimpin ibdat harus menjadi teladan bagi setiap umat.

Pemimpin harus membimbing umat secara penuh agar umat dapat sampai pada karya

keselamatan dari Allah yang sudah terpenuhi dalam diri Kristus. dengan demikian salah satu

tugas utama misteri-misteri Allah yang setia. Dalam hal ini hendaklah mereka membimbing

kawan mereka, bukan saja dengan kata-kata melainkan juga dengan teladan.25

2.4.2.2. Pemimpin Lagu

Pemimpin lagu merupakan orang yang harus menguasai lagu-lagu yang akan digunakan dalam

perayaan sabda. Lagu-lagu yang digunakan disesuaikan dengan masa-masa liturgi yang ada, dan

sedapat mungkin diketahui oleh umat yang hadir.

Seorang dirigen hendak bersemangat dalam memimpin nyanyian. Orang yang bisa dan

mampu baca not serta melaksanakan tugasnya secara tepat menopang partisipasi aktif umat

beriman dalam nyanyian. Pemimpin nyanyian membantu jemaat dalam melakukan madah dan

24 Gabe Huck.(2001).Liturgi yang anggun dan menawan. Yogyakarta ;kanisius.hlm.94.

25 Dokumen Konsilis Vatikan II. Op.Cit.hlm.11.


22

aklamasi. Pelayan ini harus bekerja sama erat dengan organis. Ia harus melakukan kepekaan

kapan harus memimpin dan mendukung nyanyian jemaat, dan kapan membiarkan jemaat

benyanyi sendiri dengan baik.

2.4.2.3. Lektor

Lektor merupakan utusan Allah yang membacakan sabda-Nya. Sabda Allah yang

dibacakan bukan untuk diri sendiri melainkan untuk seluruh anggota umat yang hadir dalam

perayaan sabda hari minggu. Seorang lektor harus memperhatika syarat-syarat dalam

membacakan sabda Allah. Misalnya dengan volume suara yang memungkinkan untuk didengar

oleh anggota umat yang hadir.

Lektor adalah seorang Tukang cerita. Ia bertugas menuturka cerita kepada jemaat 26.

Lektor harus menyadari bahwa dirinya pertama-tama adalah bagian dari jemaat. Lektor harus

anggun dalam tata gerak (membawa buku bacaan dalam perarakan, dan dalam berjalan menuju

atau meninggalakan mimbar; bahkan juga pada waktu berdiri dalam saat hening sesudah

bacaan). Seorang lektor berkaitan erat dengan usaha menarik jemaat kepada Alkitab.

Lektor bertugas memaklumkan bacaan-bacaan dari alkitab. Mereka harus sunggu terampil dan

siap secara cermat untuk melaksanakan tugas ini, sehingga dengan mendengar bacaa-bacaan dari

naskah kudus, umat beriman dapat memupuk dalam diri mereka rasa cinta yang hangat terhadap

Alkitab27.

2.4.2.4. Pemazmur

26 Gabe Huch. Op.Cit hlm.110.

27 Komisi Liturgi. (2002). Pedoman Umum Misale Romanum. Ende: Nusa Indah, hlm.64.
23

Bertugas membawakan mazmur atau kidung-kidung dari alkitab di antara bacaa-bacaan.

Supaya dapat menuanaikan tugasnya dengan baik, ia harus menguasai cara melagukan mazmur,

dan harus mempunyai suara yang lantang serta ucapan yang jelas.28

Mazmur merupakan salah satu bagian pokok liturgi sabda. Nyanyian mazmur mengajak

umat untuk menangkap firman Allah yang berbicara lewat mazmur dan mengolanya menjadi doa

Gereja. Maksud mazmur tanggapan adalah menanggapi sabda Tuhan! Dan tanggapan ini bukan

dengan sembarang kata, tetapi dengan kata-kata kitab suci, yang telah dipilih secara saksama

oleh para ahli liturgi.29

Mazmur tanggapan muncul dari saat hening, mazmur ini mengalir begitu saja dari

keheningan tanapa keributan ataupun pengumuman. Mazmur tanggapan merupakan lanjutan dari

renungan. Itulah sebabnya dianjurkan supaya digunakan hanya satu ulangan (refrein) untuk

setiap masa liturgi khususnya dan beberapa ulungan untuk masa biasa; lewat syair dan lagu,

ulangan-langan ini akan menampilkan suasana masa liturgi yang bersangkutan dan merangkai

pekan-pekan dalam maa liturgi tersebut.

2.4.2.5. Pembaca Doa Umat

Doa umat merupakan salah satu bagian pokok dalam perayaan Sabda. Orang yang

ditunjuk dan mendapat kepercayaan dari umat untuk membawakan doa umat, tentunya orang

yang bisa membaca. Doa umat ini bukan sekedar membacanya saja, tetapi harus dibacakan dan

dibawakan dengan baik dan juga harus dihayati. Tujuan pembaca doa umat adalah mewakili

semua umat yang hadir untuk menyampaikan wujud-wujud doa semua umat. Ujud doa

28 Ibid.

29 Komisi Liturgi KWI. (2008). Mazmur Tanggapan dan Alleluya. Jakarta: Nusa Indah. hlm.ix.
24

permohonan dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap umat. Berdasarkan komisi liturgi KWI,

Ujud-ujud doa permohonan selengkapnya berkisar pada kepentingan Gereja semesta serta

pimpinanya, para pejabat pemerinta serta masyarakat luas, mereka yang menderita, umat

setempat.30 Ujud doa umat dapat diungkapkan secara spontan dapat juga dengan menggunakan

rumusan-rumusan tersedia dalam bagian liturgi yang ada.

Doa yang mengakhiri liturgi sabda. inilah cara doa yang sudah tua, yaitu suatu doa dalam

bentuk litani. Konteks doa ini sangat tua dan sangat manusiawi, yakni permohonan, yang berarti

menempatkaan keadaan kita di hadapan Allah. Doa ini muncul pada saat yang tepat, cara

mendengarkan dan merenungkan sudah selesai, jemaat sudah dipersatukan oleh sabda Allah, dan

sudah menjadi tenang untuk beberapa waktu, kecuali untuk aklamasi singkat sekitar injil.

2.4.3. Dasar Biblis Perayaan Sabda

Perayaan Sabda merupakan suatu ibadat yang dilaksanakan pada hari minggu. Tujuan diadakan

perayaan Sabda yaitu untuk mengalami perjumpaan dengan Allah lewat SabdaNya. Dalam

Perayaan Sabda, umat berkumpul dan berdoa bersama-sama. Dasar dari Perayaan Sabda sendiri

yaitu dari perkataan Yesus sendiri: sebab dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam

namaKu, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka(bdk Mat 18:15-20). Dari perkataan Yesus ini,

tersirat bahwa jika ada orang/umat yang berkumpul dalam namaNya atau mendengarkan

sabdaNya maka Ia sendiri akan hadir disitu. Maka perkumpulan atau Perayaan Sabda

perjumpaan dengan Allah benar-benar terjadi ketika SabdaNya dibacakan.

Kebiasan untuk berkumpul dan berdoa bersama telah dilaksanakan dan dipraktekkan oleh

jemaat perdana. mereka bertekun dalam pengajaran pada rasul-rasul dan dalam persekutuan.

30 Ibid.
25

Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Dalam perkumpulan dan

persekutuan mereka dalam doa, mereka (jemaat perdana) meyakini bahwa Tuhan sungguh-

sungguh hadir bersama-sama dengan mereka. Bukti bahwa Tuhan hadir dan menyertai mereka

adalah Tuhan selalu menambah jumlah mereka dan mereka disukai orang; dan mereka disukai

semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang-orang yang

diselamatkan. (bdk. Kis 2:41-47).

2.5. Hubungan Peryaan Ekarasti Dengan Perayaan Sabda

Melaksanakan Perayaan Ekaristi maupun melaksanakan Perayaan Sabda adalah kedua-

duanya untuk mengalami perjumpaan dengan Allah. Jadi baik dalam Perayaan Ekaristi maupun

Perayaan Sabda umat yang berkumpul dalam Perayaan mengalami perjumpaan dengan Allah.

Kalau dalam Perayaan Ekaristi Allah hadir dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi,

maka dalam Perayaan Sabda Allah hadir lewat sabdaNya yang dibaca dan didengarkan.

Dalam Perayaan Ekaristi sendiri, ada dua bagian yang sangat penting yaitu bagian liturgi

Sabda dan bagian liturgi Ekaristi. Kedua bagian ini tidak bisa dihilangkan atau ditiadakan dalam

Perayaan Ekaristi. Pelaksanaan Perayaan Ekaristi akan terasa jangkal jika salah satu bagian ini

ditiadakan. Karena Allah yang hadir atau berbicara lewat SabdaNya (dalam liturgi Sabda), akan

hadir secara konkrit dalam rupa roti dan anggur (dalam liturgi Ekaristi).
26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pengertian Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos yang berarti cara atau jalan.31 Metode

penelitian menunjuk pada cara, teknik, atau strategi dalam melakukan penelitian seperti metode

metode pengumpulan data, teknik penarikan sampel atau informasi, metode analisi data atau

pemecahan masalah.32

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian

lapangan yaitu data diambil langsung dari lapangan dengan mengadakan observasi langsung

dalam bentuk kuesioner sehingga diperoleh data primer yang akurat dan dapat

dipertangungjawabkan.

Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di
31Purwanto.(2008).Metodologi Penelitian Kuantitaf. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hlm.164.

32 Imam Suprayogo. (2001). Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.hlm.7.
27

lapangan dan mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah data itu kualitatif ataupun

kuantitatif.33 Data yang diolah lewat penelitian kuantitatif, yakni dalam bentuk angka-angka.

3.2. Tempat Penelitian Dan Waktu Penelitian

Adapun tempat dan waktu penelitian yang ditentukan oleh penulis dapat dilihat pada uraian

dibawah ini:

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Stasi Santa Maria Tallunglipu paroki Santa Theresia

Rantepao, Kevikepan Toraja, Keuskupan Agung Makassar (KAMS). Menurut data statistik

Stasi pada Tahun 2012 Lalu jumlah umat yang ada di Stasi ini adalah 126 KK.

Penulis menjadikan Stasi Tallunglipu sebagai tempat penelitian dengan alasan:

1. Penulis merupakan anggota dari Stasi Santa Maria Tallunglipu Paroki Santa

Theresia Rantepao.

2. Penulis merupakan aktitivis di Stasi tersebut.

3. Lebih memudahkan penulis untuk berkomunikasi dengan umat

4. Penulis lebih mengetahui gambaran keadaan Stasi tersebut jika dibandingkan

dengan Stasi lain.

5. Untuk menghemat dalam hal biaya, waktu dan tenaga

33H.Sudjarwo. (2001).Metode Penelitian Sosial.Bandung : Mandar Maju. Hlm.52.


28

3.2.2. Waktu Penelitian.

Rancangan waktu penelitian Partisipasi umat dalam mengikuti perayaan Sabda

pada hari minggu tanpa imam di Stasi Santa Maria Tallunglipu, Paroki Santa Theresia Rantepao.

Tabel 1

Rancangan waktu penelitian

Tahun 2012/2013 Tahun 2013-2014


No Kegiatan
Okt-Des Juni-Juli Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Maret
Persiapan
1 penyusunan
proposal
Penyusunan
2 proposal dan
konsultasi
Seminar
3
Proposal
Perbaikan
4
Proposal
5 Penelitian
Penyusunan
6
Skripsi
7 Ujian Skripsi
Perbaikan
8
Skripsi

3.3.Variabel dan Desain Penelitian


29

Variabel adalah fakta sosial yang memiliki nilai lebih dari satu.34 Sedangkan desain

penelitian adalah perencanaan penelitian sehingga dapat diperoleh suatu logika berpikir, baik

untuk pengujian hipotesis maupun dalam bentuk kesimpulan.35

3.3.1. Variabel Penelitian

Menurut Dr. Gempur Santoso, Variabel Penelitian berfungsi memberikan suatu karakteristik

atau keadaan pada obyek yang mempunyai Variasi nilai.36

Penelitian ini menggunakan satu Variabel (Univaritate) yaitu Variabel Partisipasi.

3.3.2. Desain Penelitian

Penelitian membutuhkan desain. Didalam desain terdapat metode yang digunakan

untuk meneliti sesuatu.Desain menunjukkan kerangka konseptual tentang bagaimana sebuah

penelitian direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Arlina Gunarya

mengatakan, Desain adalah perencanaan penelitian sehinnga dapat diperoleh suatu logika

berpikir, baik untuk pengujian hipotesis maupun dalam bentuk kesimpulan 37. Berdasarkan

uraian tersebut, maka penulis menggunakan teknik deskriptif, data-data dikumpul,

diklasifikasikn dan dianalisis dengan mengunakan teknik persentase.

34Bagong Suyanto dan Sutinah.(2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, hlm.46.

35 Arlina Gunarya. (1985). Wawasan Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Pustaka Prima, hlm.23.

36Gempur Santoso.M.Kess. (2005). Metodologi Penelitian kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta; Prestasi Pustaka,
hlm.46.

37 Arlina Gunaryo. (1985). Wawasan dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Pustaka Prima, hlm.23.
30

Sesuai dengan uraian diatas, maka dibawah ini digambarkan desain penelitian:

Tabel 2

Desain Penelitian

Literatur

( Referensi )

Latar Masalah Metode Pengumpul Analisis Kesimpul


Belakang Penetian an Data Data an

Aturan-aturan
(Ajaran Resmi
Gereja )
31

3.4. Devinisi Operasional Variabel

Devinisi operasionalisasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu

definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang akan diukur secara

kuantitatif. Definisi operasionalisai berfungsi memberikan informasi yang diperlukan untuk

mengukur variable yang akan diteliti serta interpretasi hasil penelitian.38

Berikut ini operasionalisasi variable dijabarkan dalam bentuk tabel:

Tabel 3

Devinisi Operasional

Variabel Devinisi Konsep Dimensi Indikator


Partisipasi Keterlibatan umat Pengambil Umat melibatkan diri :

umat dalam melalui tindakan yang bagian dalam 1. Bertugas sebagai

Perayaan dilakukan sebagai perayaan Sabda. pemimpin perayaan sabda


2. Hadir dalam setiap
Sabda Hari petugas dalam mengikuti
perayaan sabda
Minggu perayaan sabda pada hari 3. Tata gerak dalam

Tanpa minggu tanpa ada unsur perayaan sabda


4. Meluangkan waktu untuk

38Ronny Kountur D.M.S. (2004). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.Jakarta: PPM,
hlm. 132.
32

Imam. paksaan, seperti mengikuti perayaan

Pemazmur, Pemimpin sabda.


5. Tepat pada waktunya
Lagu, Pembawa doa
untuk hadir dalam
umat dan Lektor, serta
perayaan sabda
umat tersapa oleh sabda 6. Mengikuti ibadat Sabda

Tuhan yang disampaikan hingga akhir, sampai lagu

oleh pemimpin dalam penutup.


7. Memiliki niat untuk
perayaan sabda hari
bertugas dalam perayaan
minggu.
Sabda.
Partisipasi merupakan 8. Mempunyai perasaan

sikap keterlibatan diri malu atau kurang percaya

seseorang dalam suatu diri untuk bertugas dalam

tindakan atau pekerjaan perayaan sabda hari

yang dilakukan oleh minggu.


9. Merasa terwakili jika ada
sekelompok orang tanpa
anggota keluarga yang
ada unsur paksaan.
telah menghadiri

perayaan sabda.
10. Umat disapa Allah dalam

perayaan sabda
11. Merasa nyaman setelah

mengikuti perayaan
33

Sabda.

12. Bertugas

membawakan/mengumpu

lkan kolekte
13. Bertugas sebagai

pembawa doa umat


14. Membaca kitab suci

/lektor
15. Mendengarkan ketika

sabda dibacakan
Kerterlibatan 16. Tertarik dengan homili

Pelayanan dalam yang disampaikan

perayaan sabda pemimpin dalam

seperti lektor, perayaan sabda


17. Melaksanakan sabda yang
pemazmur,
didengarkan
pembawa doa 18. Mengadakan sharing atau

umat, pemimpin pendalaman iman kitab

lagu. suci
19. Membuat tanda salib pada

saat injil dibacakan.


20. Menundukkan kepala

ketika mendaraskan

syadat para rasul pada


34

saat kata-kata yang

dikandung dari Roh

kudus dan dilahirkan oleh

perawan maria.
21. Menjawab aklamsi-

aklamasi dalam

perayaaan Sabda.
22. Bertugas sebagai

pemimpin lagu
23. Bertugas sebagai

pemazmur
24. Menyanyi saat lagu umat

dinyanyikan dalam

perayaan sabda.
25. Mengikuti koor.

3.5. Populasi Dan Sampel


35

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan sampel

merupakan sebagian objek yang mau diteliti.39

3.5.1. Populasi

Populasi adalah sumber data dan informaasi yang masih tergolong luas dan

menyeluruh. Hal ini didasarkan pada pendapat Ronny Kounter, DMS, yang mengatakan bahwa

Populasi adalah kumpulan menyeluruh dan suatu objek yang merupakan perhatian peneliti.

Objek peneliti dapat berupa mahluk hidup, benda-benda sisitem, produser, phenomena dan lain-

lain. Hal yang sama di ungkapkan oleh Sustrisno Hadi, dengan mengatakan bahwa semua

individu untuk siapa kenyatan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu, hendaknya

digeneralisasikan tersebut populasi atau universe.40

Berdasarkan pendapat diatas maka populasi dapat dimengerti sebagai objek penelitian yang

bersifat menyeluruh. Objek penelitian itu terdiri dari mahluk hidup, benda-benda, sistem

produser dan fenomena-fenomena, objek-objek ilmiah yang menjadi perhatian peneliti untuk

bisa mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan.

Untuk penelitian ini, ditentukan sekelompok individu yang akan menjadi populasi

penelitian. Populasi untuk penelitian ini adalah Stasi Santa Maria Tallunglipu mulai dari orang

muda sampai dengan orang tua, dengan rincian karasteristik sebagai berikut:

Tabel 4

39Ibid., hlm.139.

40H.Hadari Nawawi. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gaja Mada University Press,
hlm.141.
36

Populasi Penelitian

No Jenis Kelamin Orang Muda 17-35 thn Orang Tua Jumlah


36-55 thn
1. Laki-laki 21 100 121
2. Perempuan 40 110 150
Jumlah 61 210 271
Keseluruha
n

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam

penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh

populasi41. Menurut Suharsini Arikunto berpendapat bahwa: sampel adalah sebagian atau wakil

yang diselidiki. Apabila supjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya dikatakan penelitian populasi.Sehingga jika subjeknya besar dapat diambil antara

10-15% atau lebih.42Jika demikian, maka suatu populasi yang mempunyai subjek lebih dari 100,

untuk mutlak ditentukan sampel. Dalam pengambilan sampel diharapkan sampel yang bersifat

representatif yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.43

Dalam penelitian ini, akan mewakili sampel yang diambil secara acak (Random sampling).

Maksudnya adalah semua anggota yang telah ditentukan diberi peluang untuk menjadi sampel

penelitian. Pengembalian sampel secara random dinilai baik karena tiap individual populasi

mendapat kesempatan yang sama tanpa melihat tingkat penelitiannya. Hal ini, ditegaskan oleh

41Ibid.

42Suharsino Arikunto.(1998). Produser Penelitian Suatu Pendidikan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta,


hlm.177.

43Sumadi Suryakarta. (2003). Metodologi Penelitian.Jakarta : PT. Raja Grafindo.hlm.35.


37

Sumadi dengan mengatakan bahwa: Diantara berbagai tehnik penentuan sampel yang dianggap

paling baik adalah penelitian sampel secara rambang (random smpling). Kebaikan tehnik ini

tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi pada juga bukti-bukti empiris. 44

Didalam penentuan sampel secara random semua anggota populasi, secara individual atau secara

kolektif diberi peluang yang sama untuk menjadi angggota sampel.

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin, yakni:45

e


1+ N
N
n=

Keterangan: n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

e = Presentase Ketidak keterwakilan dalam penelitian, max 10% = 0,1

Berdasarkan rumus diatas, maka ukuran populasi yang dijadikan sampel dalam

penelitian ini dengan presentase kelonggaran/ketidaktelitian 10% (0,1) yakni sebagai berikut:

271
n=
1+271(0,1)2

44Ibid., hlm.36.

45Husein Umar. (2003). Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT. Raja Cipta,
hlm.17.
38

271

1+271( 0,01)

271

1+2,71

271

3,71

73.04

73

Dengan demikian jumlah sampel yang diambil adalah 73.

3.6. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden

sebagai sumber data penting dalam sebuah penelitian survei. 46 Untuk mengumpulkan data-data

primer peneliti menggunakan instrumen penelitian, yaitu kuesioner.

3.6.1. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam,

maka harus ada ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument

penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable

penelitian47. Dalam penelitian kuantitatif, instrument penelitian akan digunakan untuk

46Gempur Santoso. M.Kes. Op. Cit .46.

47Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hlm.102.
39

melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap

instrument harus mempunyai skala.

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data mengenai partisipasi umat dalam mengikuti

perayaan sabda pada hari minggu tanpa imam di Stasi Santa Maria Tallunglipu Paroki Santa

Theresia Rantepao, Penulis menggunakan instrument dengan Skala Likert. Dengan skala Likert,

variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa

pertanyaan48. Studi lapangan dilakukan dengan menyebaran angket, yaitu dapat mengajukan

pertanyaan kepada responden. Instrument pengukuran memeiliki beberapa kemungkinan

jawaban yang mencerminkan gradasi, mulai dari yang sangat positif sampai dengan yang sangat

negatif. Kemungkinan jawaban dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Selalu,

artinya pernyataan dianggap sangat sesuai dengan keadaan yang dialami dan dirasakan, Sering,

artinya pertanyaan dianggap sesuai dengan keadaan yang dialami dan dirasakan, Kadang-

kadang, artinya pertanyaan dianggap kurang sesuai dengan keadaan yang dialami dan Tidak

pernah, artinya pernyataan sangat tidak sesuai atau jauh dari situasi dan keadaan yang dialami

dan dirasakan.

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memudahkan pengumpulan data sesuai yang diinginkan, maka dalam suatu

penelitian menggunakan berbagai macam teknik tertentu yang sesuai dengan masalah yang

berhubungan dengan penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah lewat penyebaran angket atau kuesioener. Dalam penelitian ini,

48Ibid. hlm. 93.


40

penulis akan menggunakan satu macam angket yaitu angket tertutup yang lebih bersifat spesifik

untuk mendapatkan data yang lebih berstruktur dengan meminta kesediaan responden menjawab

pertanyaan dengan lengkap, sesuai dengan kebutuhan data penelitian.

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah untuk menganalisis partisipasi umat Stasi Santa

Maria Tallunglipu dalam mengikuti perayaan sabda, yaitu dengan metode analisis data

kuantitatif. Sartono Wirodikromo mengatakan Analisis data kuantitatif sebagai analisis data

yang menunjukkan ukuran objek dan disajikan dalam bentuk bilangan-bilangan49.

3.6.3. Teknik Analisis Data

Analisis univariat atau yang biasa dikenal dengan analisis tabel frekuensi merupakan analisis

terhadap satu variabel yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu

variable. Analisis ini menggunakan data yang ditampilkan dalam tabel frekuensi untuk

menggetahui adanya tradensi sentral dengan menggunakan ukuran pemusatan distribusi atau

sebaran dengan memakai berbagai ukuran penyebaran dan frekuensi dengan menggunakan angka

mutlak atau relatif/ persentase.

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis semua data itu secara

kuantitatif. Untuk memudahkan penganalisaan data, maka dalam mengggolongkan data perlu

dibuat tabulasi. Tabulasi merupakan satu daftar yang dibuat dalam kolom-kolom. Jawaban-

jawaban yang serupa dikelompokkan dengan cara yang teliti dan teratur, kemudian dihitung dan

diinterpretasikan.

49 Sartono Wirodikromo. (2006). Matematika SMA Kelas 1.Jakarta : Erlangga ,hlm.4.


41

Dalam penelitian ini terutama dalam menganalisa data, penulis menggunakan analisa

statistik. Berdasarkan analisa statistik ini, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan yang

benar dan mengambil suatu keputusan. Maka untuk mendapatkan hasil yang baik, dalam

menganalisi data penulis menggunakan Metode perhitungan distribusi frekuensi untuk

mengetahui prosentase dari tiap-tiap dimensi yang diukur50.

Cara yang digunakan dalam menganalisa data yaitu sebagai berikut:

1. Menghitung jawaban-jawaban yang sama dan menjumlahkan sesuai dengan

kelompok/kategorinya masing-masing, Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan tidak pernah

dalam system desimal (frekuensi yang muncul).


2. Menghitung frekuensi yang muncul kedalam f % untuk menentukan berapa persen nilai

dari responden tiap-tiap item.


3. Menarik kesimpulan untuk persentase nilai persen.

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:51

f
P= N x 100%

Keterangan: P= Persentase

F= Frekuensi

N= Jumlah responden

50Anas Sudjino. (1997). Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada. hlm.50

51Ibid.
42

Data yang diperoleh dari setiap item data pertanyaan,dibuat satu tabel yang didalamnya

terdapat frekuensi dan persentase. Setelah itu dilakukan analisa dan interpretasi data tersebut.

Dengan demikian, akan diketahui hasil penelitian secara pasti dan benar sesuai dengan

rumusan penelitian yang dibahas.

Tabel 5

Kriteria Penafsiran Berdasarkan Skala Likert

Skor Penafsiran
90-100 Sangat Baik
80-89 Baik
65-75 Cukup Baik
55-64 Tidak baik
0-54 Sangat Tidak Baik
Sumber: Nurkancana dan Sunarta (1992).

3.7. Hipotesis Penelitian


Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang

sempurna. Dengan kata lain, hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih

harus dibuktikan atau diuji kebenaranya52. Hipotesis yang akan di uji kebenarannya dalam

penelitian ini yaitu Partisispasi umat dalam perayaan sabda hari minggu tanpa imam di Stasi

Santa Maria Tallunglipu Paroki Santa Theresia Rantepao.

52 H.Hadari Nawawi. (2003).Op.Cit., hlm 44.


43

Anda mungkin juga menyukai