BAB 1
PENDAHULUAN
Pada mulanya Allah menciptakan bumi dengan beserta isinya, Allah melakukan penciptaan
selama enam hari, dan pada hari ketujuh Allah berhenti. Hari ketujuh dijadikan sebagai hari
untuk beristrahat dan hari itu pula dikuduskan olehNya yang diperuntukkan bagi manusia (bdk.
Kej 2:2-3). Sebagai manusia ciptaan Allah yang paling mulia, seharusnya dan sepantasnya
manusia menghormati hari yang telah dikuduskan oleh Allah itu. Enam hari lamanya manusia
dikasih kesempatan dan wakru untuk bekerja, maka pada hari ketujuh manusia beristrahat untuk
mensyukuri segala rahmat dan penyertaan yang telah diberikan oleh Allah.
Hari ketujuh adalah hari dimana umat Allah untuk berhenti dari seluruh penciptaan dan
penyelamatan-Nya, karena hari itu adalah hari sabat yang dikuduskan dan diberkati oleh Allah.
pada kenangan karya-karya penyelamatan Allah dan karya umat kristiani menyaksikan saat
definitif yang dibuka resmi oleh Kristus sebagai awal yang baru, mereka menjadikan hari
pertama sesudah sabat hari raya, sebab pada hari itulah Tuhan bangkit dari antar orang-orang
mati. Misteri paskah kristus ialah perwahyuan penuh misteri asal mula dunia pada zaman
terakhir. Apa pun yang oleh Allah telah dilaksanakan dalam penciptaan dan dijalankannya demi
umat-Nya, Telah menemukan ungkapannya yang paling penuh dalam wafat serta kebangkitan
Kristus1. Oleh karena itulah kegembiraan, dengan Allah pada sabat pertama bagi umat manusia,
berkontemplasi atas segala sesuatu yang diciptakan dari ketiadaan, sekarang diungkapkan dalam
kegembiraan yang dengannya Kristus pada hari minggu paskah menampakkan diri kepada
1 FX.Sumantara Siswoyo,Pr. (1999). Dies Domini (Hari Tuhan). Jakarta. DOK-PEN KWI. Hlm.21.
2
murid-Nya. Maka pada hari minggu umat berkumpul untuk berdoa bersama dan saling
meneguhkan iman. Sejak awal mula Gereja merayakan dan menghayati Ekaristi. Melihat umat
yang semakin bertambah dan pelayaanan Ekaristi semakin terbatas, maka untuk menguduskan
hari Tuhan, umat yang tidak bias melaksanakan perayaan Ekaristi, dapat melaksanakan perayaan
sabda. Sebagai umat Kristen, melaksanakan perayaan ekaristi atau perayaan sabda merupakan
suatau kewajiban yang harus dilaksanakan. Karena Allah sendiri yang telah menguduskan hari
itu bagi umat Kristen. Hal ini terdapat dalam kesepuluh perintah Allah, dimana dalam perintah
yang ke tiga yaitu kuduskanlah Hari TuhanMu. Begitu juga Dalam lima perintah gereja
ditegaskan tentang kewajiban mengikuti atau merayakan hari minggu, dimana dalam perintah
yang pertama bahwa rayakan hari raya yang disamakan dengan hari minggu.
Kewajiban mengikuti perayaan ekaristi atau perayaan sabda pada hari minggu didasarkan
pada tradisi pararasul yang berpangkal pada hari kebangkitan Yesus sendiri. Pada hari minggu,
Gereja berkumpul untuk merayakan hari paskah, yakni mengenangkan sengsara, wafat
kebangkitan dan kemuliaan Tuhan Yesus, dalam pengenangan ini Gereja mendengarkan sabda
Allah dan berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda . Gereja juga bersyukur
kepada Allah yang telah melahirkan kembali mereka kedalam hidup yang penuh pengharapan
Gereja yang merupakan suatu komunitas yang mengimani Yesus kristus, berkumpul untuk
bersatu mengungkapkan imannya secara bersama-sama. Dalam persekutuan tersebut umat Allah
diharapkan mampu untuk hidup dan berkembang dalam keharmonisan. Persekutuan dapat
ditampakkan lewat keaktifan dalam hidup menggeraja, sebagai hidup persekutuan berdasarkan
pada iman akan Yesus Kristus. Ciri persekutuan umat Allah adalah ciri persekutuan dalam
ibadat.
3
Dengan mengikuti perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda pada hari minggu, orang katolik
menyatakan diri sebagai anggota jemaat. Kesadaran akan arti hari minggu tidak datang dari atas,
Dari pimpinan Gereja, melainkan dari umat sendiri yang mencari kesempatan merayakan dan
mengamalkan iman. Dalam perayaan bersama pada hari Tuhan, umat bertindak sebagai umat
Tuhan. Dengan demikian hari minggu sungguh-sungguh menjadi hari Tuhan yang menebus kita.
Sehingga pantas dan pentinglah umat ikut terlibat aktif dalam hidup menggereja dimana peryaan
Hari minggu adalah hari utama dalam kehidupan Gereja. Sebab hari minggu (dalam bahasa
Portugis Dominggo, Latin Dominus berarti Tuhan) adalah hari Tuhan (Dies Dominica) bagi
orang Kristiani.2 Hari minggu adalah hari Tuhan karena pada hari itu Tuhan Yesus Kristus
bangkit dari Wafat-Nya. Hari minggu menjadi hari kudus dan hari Tuhan bagi orang Kristiani,
karena jemaat Kristiani mengenangkan peristiwa penyelamatan Allah sebagaimana terjadi dan
tampak dalam kebangkitan Kristus dan dari WafatNya. Inilah dasar dan alasan pengudusan hari
Gereja katolik Santa Maria Tallunglipu, termasuk Stasi yang besar jumlah umatNya di
paroki Santa Theresia Rantepao. Jumlah umat yang ada 126 KK dan 613 jiwa. Kegiatan
Gerejanipun semakin hidup yakni ibadat hari minggu, pembinaan SEKAMI, OMK, Doa-doa
Perayaan sabda yang diadakan di Gereja setiap hari minggu selalu menghimpun dan
mempersatukan umat Allah untuk berdoa dan memuji Tuhan. Umat yang hadir diharapkan agar
umat melibatkan diri dalam perayaan sabda untuk ambil bagian, baik sebagai pemimpin lagu,
lektor, doa umat, pemazmur. Diharapkan agar pembagian tugas diatas secara kenyataan untuk
setiap minggunya, sesuai kenyataan yang diamati ditengah umat bahwa sebagian kecil yang mau
melibatkan diri sepenuhnya dalam mengambil pada peryaan sabda setiap hari minggu.3
Melihat pentingnya umat dalam hidup menggereja dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda
pada hari minggu seperti yang telah diungkapkan di atas , maka perlu adanya kesadaran dan
keterlibatan umat dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda, namun yang telah terjadi pada
sebangian umat justru sebaliknya. Umat belum sadar secara penuh akan pentingnya perayaan
Ekaristi dan perayaan Sabda, serta Umat kurang berpartisipasi dalam mengambil bagian dalam
perayaan sabda yang diadakan pada setiap hari minggu. Kenyataan ini penulis lihat dan amati Di
Stasi Santa Maria Tallunglipu paroki Santa Theresia Rantepao. Dari sekian umat yang hadir,
sebagian besar yang ikut dalam perayaan sabda, namun yang ambil bagian hanya pada orang-
orang tertentu yang selalu ambil bagian. Dan disamping itu bahwa ada juga umat yang tidak
mau mengambil bagian, karena tidak terbiasa tampil didepan umum. Berdasarkan pengamatan
penulis, dapat dikatakan bahwa sebagian umat belum menyadari pentingya kehadiran atau
keterlibatan dalam perayaan sabda. Kenyataan itulah yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul: Partisipasi Umat Dalam Perayaan Sabda Hari Minggu Tanpa Imam Di
Dari uraian latar belakang di atas tentang partisipasi umat dalam perayaan sabda hari
minggu tanpa imam di Stasi Santa Maria Tallunglipu, sejumlah masalah yang dapat di
identifikasi:
3Ibid, hlm.82.
5
minggu
3. Dalam perayaan Sabda setiap hari minggu banyak umat yang hadir, tetapi sebagian
depan umum.
6. Umat kurang sadar akan peran mereka masing-masing dalam perayaan sabda.
Berdasarkan identifikasi masalah dia atas, maka penulis membatasi masalah yang akan
diteliti yakni: Banyaknya umat yang hadir dalam perayaan sabda. Tetapi kurangnya Partisipasi
umat dalam turut ambil bagian dalam perayaan sabda seperti Lektor, pemimpin lagu, Mazmur
tanggapan, doa umat serta ada umat yang malu untuk mengambil bagian dalam perayaan sabda..
Berdasarkan batasan masalah yang telah di uraikan di atas maka masalah pokok yang
akan di bahas adalah umat kurang berpartisipasi dalam mewujudkan hidup menggereja
khususnya turut ambil bagian dalam perayaan Sabda pada hari minggu.
1. Untuk mengetahui sejauh mana umat ikut terlibat berpartisipasi dalam perayaan
2. Untuk mengetahui cara mengaktifkan umat yang tidak mau terlibat dalam mengambil
bagian.
perayaan sabda.
1. Agar umat terlibat aktif dalam perayaan sabda setiap hari minggu.
2. Agar penulis sadar akan tanggung jawab sebagai umat dalam hidup menggereja.
3. Agar bisa membangkitkan semangat umat untuk semakin sadar akan tanggung jawab dan
mengetahui sejauh mana keterlibatan umat dalam melibatkan diri dalam perayaan sabda.
5. Sebagai bahan bagi penulis untuk menyelesaikan studi sekaligus mendapat gelar
TORAJA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi merupakan suatu tindakan yang muncul dalam diri seseorang untuk terlibat
dalam suatu kegiatan bersama tanpa mendapatkan suatu komando atau perintah orang lain.
Dengan keterlibatan dalam suatu kegiatan bersama dengan orang lain tanpa diperintah atau
dikomando, maka seseorang akan melaksanakan kegiatan itu dengan sukarela dan penuh
tanggung jawab. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, partisipasi merupakan sikap
keterlibatan diri seseorang dalam suatu tindakan atau pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok
orang tanpa ada unsur paksaan4. Dengan adanya keterlibatan dalam bertindak bersama dengan
orang lain atau kelompok. Umat yang berpartisipasi dalam perayaan Ekaristi dan perayaan Sabda
meningkatkan iman kepercayaan akan Yesus Kristus selalu mengadakan komunikasi yang lancar
antar satu dengan yang lain. Kedekatan sebagai saudara dalam Kristus semakin terjalin dan
semakin erat.
Dalam Konsili Vatikan II juga dibahas tentang partisipasi umat dalam liturgi seperti berikut:
Akan tetapi supaya hasil guna itu diperoleh sepenuhnya, umat beriman perlu datang menghadiri
liturgi suci dengan sikap-sikap batin yang serasi. Hendaklah mereka menyesuaikan hati dengan
apa yang mereka ucapkan, serta bekerja sama dengan rahmat surgawi, supaya mereka jangan sia-
sia saja menerimanya.5 Partisipasi awam dalam liturgi gereja tidak disebabkan oleh karena
kurngnya pastor paroki. Akan tetapi partisipasi awam dalam liturgi oleh karena imamat umum
yang dimiliki oleh setiap orang berkat sakramen Baptis dan sakramen Krisma yang mereka
terimanya.
4 Tim Prima Pena. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gita Media, hlm.312.
Seorang awam memiliki tugas untuk mengantar kaum beriman kepada persatuan dengan Allah
lewat Yesus Kristus didalam umat dan masyarakat dibawa bimbingan Roh Kudus. Tugas ini
Umat mengungkapkan imannya dengan ikut serta secara aktif dalam perayaan sabda.
Umat turut berpartisipasi lewat tugas yang dilakukan dalam sepanjang perayaan Sabda.
Partisipasi khusu dapat dilakukan dengan bertugas sebagai lektor, pemazmur, pendoa umat dan
pemimpin lagu. Partisipasi umat dalam keikut sertaan mereka melalui doa bersama, menyanyi
bersama dan melaksanakan tata gerak bersama dengan seluruh umat yang hadir dalam perayan
sabda.
Partisipasi umat Stasi Santa Maria Tallunglupu merupakan suatu bentuk perwujudan
kerjasama yang baik dalam melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan yang ada di Stasi, baik yang
ada dalam lingkungan Gereja maupun dalam lingkungan masyarakat umat selalu menunjukkan
kebersamaannya.
Umat adalah semua orang beriman akan Yesus kristus yang karena satu Tuhan, satu iman, satu
baptisan (Efesus 4: 5), Mempunyai martabat yang sama dan tugas perutusan yang sama, yaitu
mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan penggembalaan Yesus Kristus. Secara
harafiah, Umat adalah para penganut suatu agama atau Nabi. 6 Umat Kristen adalah orang-orang
yang telah menerima babtisan, mereka mempunyai martabat yang sama di hadapan Allah, baik
Didalam Konsili Vatikan II juga ditegaskan bahwa: jadi kaum beriman kristiani, yang berkat
babtis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun, menjadi umat Allah, dengan cara mereka
sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi kristus, dan dengan demikian sesuai
dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap umat kristiani dam Gereja dan
Umat Stasi Santa Mari Tallunglipu adalah salah satu kaum beriman katolik yang telah
dibaptis dan menjadi satu anggota Gereja yang terhimpun dalam mengemban tugas sebagai umat
Allah.
Dalam perjanjian lama, istilah Umat Yahwe atau umat Tuhan yang sering digunakan,
sedangkan istilah Umat Allah jarang dipakai. Rumusan umat Allah ini masuk dalam
rumusan iman: Akulah Tuhan Allahmu, kamu umatku kuduslah kamu bagiku (Bdk. Kel.6:7;
19:5; Im.20:24, 26; Ul. 29:12). Ungkapan ini menunjukkan relasi yang akrab, yang menekankan
Allah yang mencintai umatNya. umat Yahwe pertama-tama menonjolkan dimensi pilihan
Allah, yakni umat yang dikasihi Yahwe. Jadi, Allah berinisiatif memilih umatNya. Kesadaran
diri sebagai umat terpilih menjadi dasar pemersatu, termasuk juga dalam bidang politik bagi
bangsa Israel.7
Istilah lain yang dipakai dalam penyebutan Umat Allah ialah qahal, diterjemahkan dalam
bahasa Yunanai dengan istilah Ekklesia, yang berarti umat yang berkumpul untuk suatu ibadat.
Kata lain yang ditercerminkan dalam bahasa Ibrani yang mempunyai arti serupa dengan qahal
7I Made Markus Suma, Pr. (2009). Eklesiologi. Diktat. Rantepao: Sekolah Tinggi Ilmu Kateketik dan
Pastoral (STIKPAR) Toraja.hlm.7.
10
adalah kata edah yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani menjadi Synagogue, berarti
Menurut perjanjian baru, hidup dan pewartaan Yesus sendiri dilatarbelakangi oleh harapan akan
datangnya umat baru tersebut. Yesus mewartakan datang-Nya Kerajaan Allah. Gereja yang
didasarkan atas Misteri hidup ini, pada akhirnya menyatakan diri sebagai awal kepenuhan
Kerajaan Allah yang sudah datang. Gereja diakuai berasal dari Yesus Kristus, dalam (LG art 4).
Setelah Peristiwa penyaliban, para murid bekumpul karena pengalaman paskah dan turunya Roh
Kudus. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia diutus bagi domba-dombanya yang hilang dari umat
Israel (bdk Mat 10:6). Dalam injil Matius 16:18 juga berbunyi demikian Engkau adalah petrus
dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan GerejaKu, yang seringkali dipakai sebagai
Yesus adalah pemimpin umat baru, Dialah hamba Yahwe, Mesias Anak Manusia. 9
Mereka adalah umat baru yang dibangun setelah kebangkitan Yesus. Inilah yang menjadi
keyakinan mereka dan yang diwartakan. Inilah zaman pengutusan. Kerajaan Allah terpenuhi
melalui dan dalam pribadi Yesus yaitu dalam wafat dan kebangkitan-Nya.
Paham ini berarti Gereja di panggil dan dipersatukan oleh Allah. Istilah umat Allah
berlatarbelakang pada sejarah keselamatan yang terbentang mulai dari panggilan Abraham dalam
perjanjian Lama sampai perjanjian Baru. Jadi Gereja dipandang dalam rangka sejarah
keselamatan. Dalam kenyataanya Gereja hidup dalam dunia profane dan sekular dan sedang
8Ibid.,hlm.11.
9Ibid.,hlm.9.
11
dalam perjuangan yang digerakkan oleh Roh Kudus dalam satu Roh untuk menemukan jalan
kepada Bapa. Dengan demikian paham Gereja sebagai umat Allah juga bersifat eskatologis.
Karena kehidupan Gereja digerakkan oleh Kristus maka sebagai umat Allah yang keberadaanya
dalam kesatuan dengan Kristus adalah terutama kesatuan iman. Dalam kesatuan dengan Kristus
Memperlihatkan sifat historis Gereja yang hidup inter tempora (dalam kebersamaan),
yakni Gereja dilihat menurut perkembangannya dalam sejarah keselamatn; hal ini berarti
menurut perkembangan dibawah dorongn Roh Kudus, Segi organisatoris Gereja tidak
terlalu ditekankan lagi, tetapi sebagai gantinya ditekankan segi kharismatisnya. Gereja
pengabdian hierarki menjadi lebih kentara. Hierarki jelas mempunyai fungsi pelayanan.
Dalam Konsili Vatikan II Gereja bukan lagi sebagai kesatuan organisatoris, yang lebih
menekankan pada aspek organisasi semata, tetapi lebih pada kesatuan iman. Gereja tidak
dipahami lagi sebagai yang identik dengan kaum berjubah atau bersifat pyramidal, dimana dari
atas kebawa yang memberikan kesan bahwa Gereja menempatkan Hierarki pada posisi diatas
seluruh umat. Namun Gereja dilihat dan dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun dari
umat sendiri. Dengan demikian, Konsili Vatikan II melihat dan memahami Gereja pertama-tama
12
sebagai penguyuban umat beriman (Communio) akan Yesus Kristus. Penguyuban umat beriman
Dalam cahaya misteri itu makna perintah perjanjian lama mengenai hari Tuhan ditemukan
ulang, disempurnahkan dan diwahyukan sepenuhnya dalam kemuliaan yanb gersianr pada
kemuliaan kristus yang bangkit (bdk 2 Kor 4:6). Yang beralih dari hari sabat kepada hari
pertama sesudah sabat dari hari ketujuh kepada hari pertama: Dies Domini (Hari Tuhan)
menjadi Dies Christi (Hari Kristus)11. Sejak zaman pararasul, Hari pertama sesudah hari
sabat,yakni hari pertama minggu, telah membentuk irama hidup para murid Kristus (Bdk 1Kor
16:2). hari pertama sesudah hari sabat sekaligus hari umat beriman berkumpul Untuk
memecahkan Roti. Kitab Wahyu membuktikan praktek menyebut hari Tuhan,(1:10). Umat
Kristiani berbicara tentang hari Tuhan mereka lakukan itu dengan memberi kepada istilah itu
makna yang penuh, yakni pewartaan paskah: Yesus Kristus Tuhan (Flp 2:II; Kis 2:36; 1Kor
12:3). Jadi Kristus diberi gelar yang sama seperti yang digunakan oleh Septuaginta untuk
menejermahkan apa yang dalam pewahyuan perjanjian lama nama Allah yang tidak diucapkan:
YHWH.12
Gereja merayakan misteri paskah sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut hari Tuhan
atau hari minggu. Pada hari itu umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan sabda Allah
dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenang sengsara, kebangkitan
dan kemuliaan Tuhan Yesus, serta mengucap syukut kepada Allah yang melahirkn mereka
kembali kedalam pengharapan yang hidup berkat kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang
mati ( 1 Ptr 1:3). Demikianlah hari minggu itu pangkal segala hari pesta13.
Paham Gereja sebagai umat Allah dianggap sebagai paham yang relavan dengan tuntutan dan
perkemabangan zaman. Paham ini dinilai memiliki nilai historis dengan umat Allah Perjanjian
Lama karena Gereja menganggap diri sebagai Israel Baru, kelanjutan dari Israel yang lama.
Gereja adalah himpunan orang yang percaya kepada Kristus. Menurut Institut Pastoral Il
ndonesia (IPI) Malang, Modul 1-6, Gereja adalah Umat Allah, yang merupakan sakramen
keselamatan, tanda dan hasil persatuan dan persaudarran cinta kasih, tanda kehadiran dan karya
keselamatan Allah yang ditengah-tengah umat manusia. Dihimpun oleh Roh Kudus menjadi satu
umat dalam cinta kasih Kristus. Gereja adalah umat manusia yang berkumpul dalam arti
persaudaraan sehati dan sebudi serta setindakan dalam satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan.
Setiap anggota mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing menurut anugerah, Rahmat,
Setiap pribadi dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam kehidupan umat Allah, karena
Hidup mengumat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri, sebab hakikat Gereja
adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan oleh hidup umat perdana (bdk Kis
14 Imam Kuseno Mihardjo, (1991). Gereja (Eklesiologi 1) Modul 1-6.Jakarta; IPI Malang. hlm.23
14
2:41-47). Dalam hidup mengumat banyak karisma dan rupa-rupa karunia dapat dilihat, diterima
dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja selalu menampilkan segi organisai
dan struktural dapat mematikan banyak kharisma dan karunia yang muncul dari bawah (bdk 1
Kor 12:7-10). Didalam hidup mengumat, semua orang yang merasa mengayati martabat yang
sama akan tanggungjawab secara efektif dalam fungsinya masing-masing untuk membangun
Secara teologis, Awam adalah warga Gereja yang tidak ditabiskan. Dalam arti ini, kata
itu meliputi biarawan yang tidak ditahbiskan (bdk LG 43). Secara tipologis, awam adalah warga
Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan (Bdk LG art 1).15 Awam diterjemahkan
dari kata latin Laicus dan Laicatus dari kata Yunani yang dipadukan yakni Laos (Umat) dan
Theos (Allah), maka awam berarti umat Allah. Awam adalah anggota Gereja yang menjalankan
fungsi sekular yang mencari kerajaan Allah dengan mengurus perkara-perkara duniawi dan
Awam dimaksudkan bagi semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk golongan
tahbisan dengan dan status kebiaraan yang diakui dalam Gereja. Mereka adalah orang-orang
yang dengan pembaptisan menjadi angota-anggota tubuh kristus, dijadikan umat Allah dan
dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam tugas kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja
karena itu sesuai dengan peranan mereka menjalankan perutusan umat Kristen dalam Gereja dan
dalam dunia.
15Kwi.op.Cit.hlm.377.
Peran awam dalam hidup Gereja tergantung dari pemahaman Gereja tentang dirinya sendiri.
Pemahaman ini berkembang dari masa ke masa sesuai refleksi teologis tertentu tentang Gereja
sebagai berikut:
Ada teologi yang sangat menekankan peran hirarki, pikiran ini didasarkan atas keyakinan
bahwa perutusan Gereja berada dalam wewenang hieraraki. Pandangan ini sangat
menekankan bahwa dunia pada dasarnya tidak jahat. Dan Gereja hadir dalam dunia itu
dengan mayoritas awamnya. Kehadiran awam adalah bagaikan garam dan terang didalam
dunia, yang dapat membawa transformasi spiritual. Teolog ternama semisal Congar,
Rahner, Schillebeeckx telah membawa angin baru dalam Gereja, dimana peran awam
cukup dipicu dan dihidupkan, walaupun belum sepenuhnya sesuai gagasan konsili
Vatikan II.
Dan akhirnya teologi lain memusatkat perhatiannya pada penemuan jati awam, disini
perannya sebagai saksi, pelayan dan nabi dalam bidangnya masing-masing. Awam
memainkan peranya dalam Gereja, bukan atas perintah hierarki, karena lewat
17Paul Budi Kleden & Philipus Tule. (2007). Rancangan Bersama Awam Dan
Klerus.Ledalero.Maumere.hlm. 70.
16
Para kaum awam menerima tugas serta haknya untuk merasul berdasarkan persatuan
mereka dengan Kristus kepala. Sebab melalui babtis mereka disaturagakan dalam tubuh mistik
kristus, melalui penguatan mereka diteguhkan oleh kekuatan Roh Kudus dan dengan demikian
Kerasulan awam tidak boleh dimengerti secara terlalu interen Gerejani, seakan-akan kerasulan
awam berarti katekis, memberikan kursus persiapan perkawinan, memimpin koor, menjadi ketua
lingkungan atau apa saja tugas yang dijalankan dalam hidup lembaga Gereja 19. Itu juga
merupakan kerasulan awam. Peran serta kaum awam dalam tugas perutusan Gereja. Tetapi pada
tempat pertama dan terutama mereka menjalankan kerasulan mereka yang khas, yaitu bila
mereka melaksanakan panggilan dan profesi mereka yang sekular yang duniawi dalam semangat
kristiani.
Dengan demikian mereka dapat mampu menjalankan tugas misi Gereja, serta menghadirkan
semangat kerajaan Allah ditengah dunia dan meresapkan Roh Kristus ke dalam kenyataan
duniawi sekular.
Dekret tentang kerasulan Awam secara khusus dibahas dalam Konsili Vatikan II dengan
nama Apostolicam Actuositatem (AA).20 Dekret ini merincikan tentang karya kerasulan awam
dalam Gereja. Dalam dekret ini satu kali para awam disebut sebagai Rasul yang sejati (AA 6).
Secara khusus Apostolicam Actuositatem berbicara juga mengenai tugas kerasulan kaum
perempuan. Karena zaman sekarang ini kaum wanita semakin berperan aktif dalam seluruh
hidup masyarakat, maka sangat pentinglah bahwa keikutsertaan mereka diperluas juga dipelbagai
Dalam pelayanan kaum awam pun harus memainkan perannya yang sangat penting yakni
sebagai rekan pekerja demi kebenaran(3Yoh 8), terutama dibidang kerasulan awam dan
pelayanan pastoral saling melengkapi. Bagi kaum awam banyak kesempatan untuk
melaksanakan kerasulan pewartaan injil dan pengudusan. Kesaksian hidup sendiri beserta amal
baik yang dijalankan dengan semangat, mempunyai daya kekuatan untuk menarik orang kepada
iman dan kepada Allah. Sebab Tuhan bersabda: demikianlah hendaknya terangmu bercahaya
didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang
Dalam jemat-jemaat Gerejawi kaum pria dan wanita sebagai kaum awam yang berjiwa
kerasulan sejati melengkapi apa yang kurang pada saudara-saudara mereka, dan menyegarkan
semangat para gembala maupun para umat lainya. Sebab diteguhkan karena ikut serta secara
aktif dalam kehidupan liturgis, para awam itu penuh perhatian memainkan peran dalam kegiatan
kerasulan jemaat. Orang yang sedang menjauh mereka hantar kembali ke Gereja. Secara intensif
mereka menyumbangkan tenaga dengan menyampaikan sabda Allah, terutama melalui katekese.
Kaum awam dapat menjalankan tugas mereka secara perorangan atau tergabung dalam
berbagai penguyuban atau perserikatan21. Terdapat banyak bentuk kerasulan, yang bagi kaum
awam merupakan jalan untuk membangun Gereja, dan menguduskan dunia serta menjiwainya
dalam Kristus. Bentuk khusus kerasulan, yang menampilkan bahwa Kristus hidup dalam
21 Ibid. hlm.361.
18
umatNya yang beriman ialah kesaksian seluruh hidup sebagai awam yang bersumber pada iman,
harapan dan cinta kasih. Para awam menjiwai hidup mereka dengan cinta kasih , dan sejauh
Dalam Gereja layak mendapat pujian dan penghargaan istimewa yakni para awam, enta
berkeluarga entah tidak, yang untuk selamanya atau untuk sementara membaktikan diri serta
Kerasulan awam yang dijalankan oleh umat beriman baik secara perorangan maupun
secara kolektif, harus disatu ragakan dengan tepat dalam kerasulan setiap Gereja. Semangat
persatuan perlu ditingkatkan supaya di seluruh kerasulan Gereja bersinarlah cinta kasih
dihindarkan. Tuhan sendiri mengundang semua para awam, supaya mereka semakin erat
bergabung dengan diri-Nya dan seraya mengenakan pada diri mereka sendiri cita rasa yang ada
pada-Nya (Bdk. Fil 2:5), serta menjalankan perutusan-Nya yang membawa keselamatan.
Perayaan Sabda adalah istilah yang digunakan untuk ibadat Sabda yang diadakan pada
hari minggu, oleh karena tidak memungkinkan untuk merayakan perayaan Ekaristi, karena
kekurangan imam. Oleh sebab itu, perayaan sabda di Stasi-stasi dipimpin oleh pengantar sebagai
wujud kesatuan umat beriman Katolik diseluruh dunia yang sedang beribadat kepada Allah pada
hari Minggu.
19
Perayaan adalah kata yang lazim dipakai untuk menyebut ibadat atau Ekaristi sedangkan
kata sabda sebutan bagi pribadi ilahi kedua Allah Putera yang telah menjelma menjadi manusia
dalam diri yesus Kristus.22Jadi perayaan sabda adalah liturgi yang berpusat pada sabda Allah.
Dalam peryaan sabda dibawakan secara lebih meriah, sementara dalam ibadat sabda
misalnya doa Rukun, doa Rosario, dan doa arwah dan lain-lain, dibawakan secara sederhana
meskipun intinya sama dimana perjumpaan dengan Allah lewat mendengarkan sabda-Nya.
Dalam tata perayaan sabda terdiri dari tiga kerangka bagian pokok yaitu: Ritus pembuka,
Liturgi Sabda dan Ritus Penutup. Dari bagian-bagian ini masing-masing bagian memiliki bagian
1. RITUS PEMBUKA
bagian ini bertujuan mempersatukan umat yang hadir, mengantar mereka masuk kedalam
suasana ibadat dan membantu mereka mempersiapkan diri untuk mendengarkan sabda Allah.
Ketika hendak memulai perarakan, pemandu atau pengantar berkata, misalnya: Penolong
kita ialah Tuhan, lalu yang lain menyahut: Yang menjadikan langit dan bumi.23
A. Lagu Pembuka
B. Antifon Pembuka
C. Tanda Salib dan Salam
D. Kata pembuka
E. Tobat Dan Permohonan Ampun
F. Tuhan Kasihanilah
G. Madah Kemuliaan
22 Ernest Maryanto. (2004).Kamus liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisisus, hlm.173.
23 KWI.(2013).Perayaan Sabda Hari Minggu Dan Hari Raya Tanpa Imam. Jakarta:Obor. hlm.7.
20
H. Doa pembuka
2. Liturgi Sabda
A. Ajakan
B. Bacaan 1
C. Mazmur Tanggapan
D. Alleluya /Bait pengantar Injil
E. Bacaan Injil
F. Aklamasi Sesudah Injil
G. Khotbah
H. Hening
I. Syadat para Rasul
J. Doa umat
K. Kolekte
L. Doa Pujian
M. Tanpa Komuni
N. Bapa kami
O. Salam damai
P. Doa Komuni batin
Q. Mazmur-mazmur Puji Dan Syukur
3. Ritus Penutup
A. Pengumuman
B. Amanat Pengutusan
C. Doa Penutup
D. Mohon Berkat Tuhan
E. Pengutusan
F. Lagu penutup.
2.4.2. Bentuk partisipasi umat Dalam Perayaan Sabda Hari Minggu Tanpa Imam
Partisipasi umat dalam perayaan sabda sangat penting sebagai bentuk pengungkapan iman
mereka terhadap Allah. Cara umat mengungkapkan iman mereka dengan berbeda-beda. Iman
dapat diungkapkan dengan cara mengambil bagian dalam perayaan sabda. Bentuk keterlibatan
pemimpin ibdat adalah seorang awam biasa yang mendapat kepercayaan untuk
memimpin atau melayani umat dalam perayaan sabda.
21
Pemimpin dipakai sebagai pengganti selebran karena kata selebran (peraya) lebih tepat
dikenakan pada semua orang yang hadir dalam liturgi 24. Pemimpin harus mengetahui liturgi
secara menyeluruh, ia harus sungguh-sungguh menguasai seluk beluknya, bukan supaya ia dapat
berperan sebagai seorang pengarah acara, tetapi supaya lewat kehadirannya ia dapat memberikan
kemantapan dan ilham kepada jemaat. Pemimpin melayani jemaat dengan cara ia memberi
salam, menciptakan dan menjaga keheningan, mendengarkan bacaan dari Alkitab dan lewat cara
ia memimpin doa-doa.
sabda agar dapat berjalan dengan baik. Pemimpin ibdat harus menjadi teladan bagi setiap umat.
Pemimpin harus membimbing umat secara penuh agar umat dapat sampai pada karya
keselamatan dari Allah yang sudah terpenuhi dalam diri Kristus. dengan demikian salah satu
tugas utama misteri-misteri Allah yang setia. Dalam hal ini hendaklah mereka membimbing
kawan mereka, bukan saja dengan kata-kata melainkan juga dengan teladan.25
Pemimpin lagu merupakan orang yang harus menguasai lagu-lagu yang akan digunakan dalam
perayaan sabda. Lagu-lagu yang digunakan disesuaikan dengan masa-masa liturgi yang ada, dan
Seorang dirigen hendak bersemangat dalam memimpin nyanyian. Orang yang bisa dan
mampu baca not serta melaksanakan tugasnya secara tepat menopang partisipasi aktif umat
beriman dalam nyanyian. Pemimpin nyanyian membantu jemaat dalam melakukan madah dan
aklamasi. Pelayan ini harus bekerja sama erat dengan organis. Ia harus melakukan kepekaan
kapan harus memimpin dan mendukung nyanyian jemaat, dan kapan membiarkan jemaat
2.4.2.3. Lektor
Lektor merupakan utusan Allah yang membacakan sabda-Nya. Sabda Allah yang
dibacakan bukan untuk diri sendiri melainkan untuk seluruh anggota umat yang hadir dalam
perayaan sabda hari minggu. Seorang lektor harus memperhatika syarat-syarat dalam
membacakan sabda Allah. Misalnya dengan volume suara yang memungkinkan untuk didengar
Lektor adalah seorang Tukang cerita. Ia bertugas menuturka cerita kepada jemaat 26.
Lektor harus menyadari bahwa dirinya pertama-tama adalah bagian dari jemaat. Lektor harus
anggun dalam tata gerak (membawa buku bacaan dalam perarakan, dan dalam berjalan menuju
atau meninggalakan mimbar; bahkan juga pada waktu berdiri dalam saat hening sesudah
bacaan). Seorang lektor berkaitan erat dengan usaha menarik jemaat kepada Alkitab.
Lektor bertugas memaklumkan bacaan-bacaan dari alkitab. Mereka harus sunggu terampil dan
siap secara cermat untuk melaksanakan tugas ini, sehingga dengan mendengar bacaa-bacaan dari
naskah kudus, umat beriman dapat memupuk dalam diri mereka rasa cinta yang hangat terhadap
Alkitab27.
2.4.2.4. Pemazmur
27 Komisi Liturgi. (2002). Pedoman Umum Misale Romanum. Ende: Nusa Indah, hlm.64.
23
Supaya dapat menuanaikan tugasnya dengan baik, ia harus menguasai cara melagukan mazmur,
dan harus mempunyai suara yang lantang serta ucapan yang jelas.28
Mazmur merupakan salah satu bagian pokok liturgi sabda. Nyanyian mazmur mengajak
umat untuk menangkap firman Allah yang berbicara lewat mazmur dan mengolanya menjadi doa
Gereja. Maksud mazmur tanggapan adalah menanggapi sabda Tuhan! Dan tanggapan ini bukan
dengan sembarang kata, tetapi dengan kata-kata kitab suci, yang telah dipilih secara saksama
Mazmur tanggapan muncul dari saat hening, mazmur ini mengalir begitu saja dari
keheningan tanapa keributan ataupun pengumuman. Mazmur tanggapan merupakan lanjutan dari
renungan. Itulah sebabnya dianjurkan supaya digunakan hanya satu ulangan (refrein) untuk
setiap masa liturgi khususnya dan beberapa ulungan untuk masa biasa; lewat syair dan lagu,
ulangan-langan ini akan menampilkan suasana masa liturgi yang bersangkutan dan merangkai
Doa umat merupakan salah satu bagian pokok dalam perayaan Sabda. Orang yang
ditunjuk dan mendapat kepercayaan dari umat untuk membawakan doa umat, tentunya orang
yang bisa membaca. Doa umat ini bukan sekedar membacanya saja, tetapi harus dibacakan dan
dibawakan dengan baik dan juga harus dihayati. Tujuan pembaca doa umat adalah mewakili
semua umat yang hadir untuk menyampaikan wujud-wujud doa semua umat. Ujud doa
28 Ibid.
29 Komisi Liturgi KWI. (2008). Mazmur Tanggapan dan Alleluya. Jakarta: Nusa Indah. hlm.ix.
24
permohonan dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap umat. Berdasarkan komisi liturgi KWI,
Ujud-ujud doa permohonan selengkapnya berkisar pada kepentingan Gereja semesta serta
pimpinanya, para pejabat pemerinta serta masyarakat luas, mereka yang menderita, umat
setempat.30 Ujud doa umat dapat diungkapkan secara spontan dapat juga dengan menggunakan
Doa yang mengakhiri liturgi sabda. inilah cara doa yang sudah tua, yaitu suatu doa dalam
bentuk litani. Konteks doa ini sangat tua dan sangat manusiawi, yakni permohonan, yang berarti
menempatkaan keadaan kita di hadapan Allah. Doa ini muncul pada saat yang tepat, cara
mendengarkan dan merenungkan sudah selesai, jemaat sudah dipersatukan oleh sabda Allah, dan
sudah menjadi tenang untuk beberapa waktu, kecuali untuk aklamasi singkat sekitar injil.
Perayaan Sabda merupakan suatu ibadat yang dilaksanakan pada hari minggu. Tujuan diadakan
perayaan Sabda yaitu untuk mengalami perjumpaan dengan Allah lewat SabdaNya. Dalam
Perayaan Sabda, umat berkumpul dan berdoa bersama-sama. Dasar dari Perayaan Sabda sendiri
yaitu dari perkataan Yesus sendiri: sebab dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam
namaKu, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka(bdk Mat 18:15-20). Dari perkataan Yesus ini,
tersirat bahwa jika ada orang/umat yang berkumpul dalam namaNya atau mendengarkan
sabdaNya maka Ia sendiri akan hadir disitu. Maka perkumpulan atau Perayaan Sabda
Kebiasan untuk berkumpul dan berdoa bersama telah dilaksanakan dan dipraktekkan oleh
jemaat perdana. mereka bertekun dalam pengajaran pada rasul-rasul dan dalam persekutuan.
30 Ibid.
25
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Dalam perkumpulan dan
persekutuan mereka dalam doa, mereka (jemaat perdana) meyakini bahwa Tuhan sungguh-
sungguh hadir bersama-sama dengan mereka. Bukti bahwa Tuhan hadir dan menyertai mereka
adalah Tuhan selalu menambah jumlah mereka dan mereka disukai orang; dan mereka disukai
semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang-orang yang
duanya untuk mengalami perjumpaan dengan Allah. Jadi baik dalam Perayaan Ekaristi maupun
Perayaan Sabda umat yang berkumpul dalam Perayaan mengalami perjumpaan dengan Allah.
Kalau dalam Perayaan Ekaristi Allah hadir dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi,
maka dalam Perayaan Sabda Allah hadir lewat sabdaNya yang dibaca dan didengarkan.
Dalam Perayaan Ekaristi sendiri, ada dua bagian yang sangat penting yaitu bagian liturgi
Sabda dan bagian liturgi Ekaristi. Kedua bagian ini tidak bisa dihilangkan atau ditiadakan dalam
Perayaan Ekaristi. Pelaksanaan Perayaan Ekaristi akan terasa jangkal jika salah satu bagian ini
ditiadakan. Karena Allah yang hadir atau berbicara lewat SabdaNya (dalam liturgi Sabda), akan
hadir secara konkrit dalam rupa roti dan anggur (dalam liturgi Ekaristi).
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode berasal dari kata methodos yang berarti cara atau jalan.31 Metode
penelitian menunjuk pada cara, teknik, atau strategi dalam melakukan penelitian seperti metode
metode pengumpulan data, teknik penarikan sampel atau informasi, metode analisi data atau
pemecahan masalah.32
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian
lapangan yaitu data diambil langsung dari lapangan dengan mengadakan observasi langsung
dalam bentuk kuesioner sehingga diperoleh data primer yang akurat dan dapat
dipertangungjawabkan.
Pola penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berpola menggambarkan apa yang ada di
31Purwanto.(2008).Metodologi Penelitian Kuantitaf. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hlm.164.
32 Imam Suprayogo. (2001). Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.hlm.7.
27
lapangan dan mengupayakan penggambaran data, terlepas apakah data itu kualitatif ataupun
kuantitatif.33 Data yang diolah lewat penelitian kuantitatif, yakni dalam bentuk angka-angka.
Adapun tempat dan waktu penelitian yang ditentukan oleh penulis dapat dilihat pada uraian
dibawah ini:
Penelitian ini akan dilaksanakan di Stasi Santa Maria Tallunglipu paroki Santa Theresia
Rantepao, Kevikepan Toraja, Keuskupan Agung Makassar (KAMS). Menurut data statistik
Stasi pada Tahun 2012 Lalu jumlah umat yang ada di Stasi ini adalah 126 KK.
1. Penulis merupakan anggota dari Stasi Santa Maria Tallunglipu Paroki Santa
Theresia Rantepao.
pada hari minggu tanpa imam di Stasi Santa Maria Tallunglipu, Paroki Santa Theresia Rantepao.
Tabel 1
Variabel adalah fakta sosial yang memiliki nilai lebih dari satu.34 Sedangkan desain
penelitian adalah perencanaan penelitian sehingga dapat diperoleh suatu logika berpikir, baik
Menurut Dr. Gempur Santoso, Variabel Penelitian berfungsi memberikan suatu karakteristik
penelitian direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Arlina Gunarya
mengatakan, Desain adalah perencanaan penelitian sehinnga dapat diperoleh suatu logika
berpikir, baik untuk pengujian hipotesis maupun dalam bentuk kesimpulan 37. Berdasarkan
34Bagong Suyanto dan Sutinah.(2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, hlm.46.
35 Arlina Gunarya. (1985). Wawasan Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Pustaka Prima, hlm.23.
36Gempur Santoso.M.Kess. (2005). Metodologi Penelitian kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta; Prestasi Pustaka,
hlm.46.
37 Arlina Gunaryo. (1985). Wawasan dasar Metodologi Penelitian. Jakarta: Pustaka Prima, hlm.23.
30
Sesuai dengan uraian diatas, maka dibawah ini digambarkan desain penelitian:
Tabel 2
Desain Penelitian
Literatur
( Referensi )
Aturan-aturan
(Ajaran Resmi
Gereja )
31
definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang akan diukur secara
Tabel 3
Devinisi Operasional
38Ronny Kountur D.M.S. (2004). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.Jakarta: PPM,
hlm. 132.
32
perayaan sabda.
10. Umat disapa Allah dalam
perayaan sabda
11. Merasa nyaman setelah
mengikuti perayaan
33
Sabda.
12. Bertugas
membawakan/mengumpu
lkan kolekte
13. Bertugas sebagai
/lektor
15. Mendengarkan ketika
sabda dibacakan
Kerterlibatan 16. Tertarik dengan homili
lagu. suci
19. Membuat tanda salib pada
ketika mendaraskan
perawan maria.
21. Menjawab aklamsi-
aklamasi dalam
perayaaan Sabda.
22. Bertugas sebagai
pemimpin lagu
23. Bertugas sebagai
pemazmur
24. Menyanyi saat lagu umat
dinyanyikan dalam
perayaan sabda.
25. Mengikuti koor.
3.5.1. Populasi
Populasi adalah sumber data dan informaasi yang masih tergolong luas dan
menyeluruh. Hal ini didasarkan pada pendapat Ronny Kounter, DMS, yang mengatakan bahwa
Populasi adalah kumpulan menyeluruh dan suatu objek yang merupakan perhatian peneliti.
Objek peneliti dapat berupa mahluk hidup, benda-benda sisitem, produser, phenomena dan lain-
lain. Hal yang sama di ungkapkan oleh Sustrisno Hadi, dengan mengatakan bahwa semua
individu untuk siapa kenyatan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu, hendaknya
Berdasarkan pendapat diatas maka populasi dapat dimengerti sebagai objek penelitian yang
bersifat menyeluruh. Objek penelitian itu terdiri dari mahluk hidup, benda-benda, sistem
produser dan fenomena-fenomena, objek-objek ilmiah yang menjadi perhatian peneliti untuk
Untuk penelitian ini, ditentukan sekelompok individu yang akan menjadi populasi
penelitian. Populasi untuk penelitian ini adalah Stasi Santa Maria Tallunglipu mulai dari orang
muda sampai dengan orang tua, dengan rincian karasteristik sebagai berikut:
Tabel 4
39Ibid., hlm.139.
40H.Hadari Nawawi. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gaja Mada University Press,
hlm.141.
36
Populasi Penelitian
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam
penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh
populasi41. Menurut Suharsini Arikunto berpendapat bahwa: sampel adalah sebagian atau wakil
yang diselidiki. Apabila supjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya dikatakan penelitian populasi.Sehingga jika subjeknya besar dapat diambil antara
10-15% atau lebih.42Jika demikian, maka suatu populasi yang mempunyai subjek lebih dari 100,
untuk mutlak ditentukan sampel. Dalam pengambilan sampel diharapkan sampel yang bersifat
Dalam penelitian ini, akan mewakili sampel yang diambil secara acak (Random sampling).
Maksudnya adalah semua anggota yang telah ditentukan diberi peluang untuk menjadi sampel
penelitian. Pengembalian sampel secara random dinilai baik karena tiap individual populasi
mendapat kesempatan yang sama tanpa melihat tingkat penelitiannya. Hal ini, ditegaskan oleh
41Ibid.
Sumadi dengan mengatakan bahwa: Diantara berbagai tehnik penentuan sampel yang dianggap
paling baik adalah penelitian sampel secara rambang (random smpling). Kebaikan tehnik ini
tidak hanya terletak pada teori yang mendasarinya, tetapi pada juga bukti-bukti empiris. 44
Didalam penentuan sampel secara random semua anggota populasi, secara individual atau secara
e
1+ N
N
n=
N = Ukuran Populasi
Berdasarkan rumus diatas, maka ukuran populasi yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini dengan presentase kelonggaran/ketidaktelitian 10% (0,1) yakni sebagai berikut:
271
n=
1+271(0,1)2
44Ibid., hlm.36.
45Husein Umar. (2003). Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT. Raja Cipta,
hlm.17.
38
271
1+271( 0,01)
271
1+2,71
271
3,71
73.04
73
Instrumen penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden
sebagai sumber data penting dalam sebuah penelitian survei. 46 Untuk mengumpulkan data-data
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam,
maka harus ada ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument
penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable
47Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hlm.102.
39
melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data mengenai partisipasi umat dalam mengikuti
perayaan sabda pada hari minggu tanpa imam di Stasi Santa Maria Tallunglipu Paroki Santa
Theresia Rantepao, Penulis menggunakan instrument dengan Skala Likert. Dengan skala Likert,
variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pertanyaan48. Studi lapangan dilakukan dengan menyebaran angket, yaitu dapat mengajukan
jawaban yang mencerminkan gradasi, mulai dari yang sangat positif sampai dengan yang sangat
negatif. Kemungkinan jawaban dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Selalu,
artinya pernyataan dianggap sangat sesuai dengan keadaan yang dialami dan dirasakan, Sering,
artinya pertanyaan dianggap sesuai dengan keadaan yang dialami dan dirasakan, Kadang-
kadang, artinya pertanyaan dianggap kurang sesuai dengan keadaan yang dialami dan Tidak
pernah, artinya pernyataan sangat tidak sesuai atau jauh dari situasi dan keadaan yang dialami
dan dirasakan.
Untuk memudahkan pengumpulan data sesuai yang diinginkan, maka dalam suatu
penelitian menggunakan berbagai macam teknik tertentu yang sesuai dengan masalah yang
berhubungan dengan penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah lewat penyebaran angket atau kuesioener. Dalam penelitian ini,
penulis akan menggunakan satu macam angket yaitu angket tertutup yang lebih bersifat spesifik
untuk mendapatkan data yang lebih berstruktur dengan meminta kesediaan responden menjawab
Metode analisis data yang digunakan adalah untuk menganalisis partisipasi umat Stasi Santa
Maria Tallunglipu dalam mengikuti perayaan sabda, yaitu dengan metode analisis data
kuantitatif. Sartono Wirodikromo mengatakan Analisis data kuantitatif sebagai analisis data
Analisis univariat atau yang biasa dikenal dengan analisis tabel frekuensi merupakan analisis
terhadap satu variabel yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran karakteristik suatu
variable. Analisis ini menggunakan data yang ditampilkan dalam tabel frekuensi untuk
menggetahui adanya tradensi sentral dengan menggunakan ukuran pemusatan distribusi atau
sebaran dengan memakai berbagai ukuran penyebaran dan frekuensi dengan menggunakan angka
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis semua data itu secara
kuantitatif. Untuk memudahkan penganalisaan data, maka dalam mengggolongkan data perlu
dibuat tabulasi. Tabulasi merupakan satu daftar yang dibuat dalam kolom-kolom. Jawaban-
jawaban yang serupa dikelompokkan dengan cara yang teliti dan teratur, kemudian dihitung dan
diinterpretasikan.
Dalam penelitian ini terutama dalam menganalisa data, penulis menggunakan analisa
statistik. Berdasarkan analisa statistik ini, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan yang
benar dan mengambil suatu keputusan. Maka untuk mendapatkan hasil yang baik, dalam
f
P= N x 100%
Keterangan: P= Persentase
F= Frekuensi
N= Jumlah responden
50Anas Sudjino. (1997). Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada. hlm.50
51Ibid.
42
Data yang diperoleh dari setiap item data pertanyaan,dibuat satu tabel yang didalamnya
terdapat frekuensi dan persentase. Setelah itu dilakukan analisa dan interpretasi data tersebut.
Dengan demikian, akan diketahui hasil penelitian secara pasti dan benar sesuai dengan
Tabel 5
Skor Penafsiran
90-100 Sangat Baik
80-89 Baik
65-75 Cukup Baik
55-64 Tidak baik
0-54 Sangat Tidak Baik
Sumber: Nurkancana dan Sunarta (1992).
sempurna. Dengan kata lain, hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih
harus dibuktikan atau diuji kebenaranya52. Hipotesis yang akan di uji kebenarannya dalam
penelitian ini yaitu Partisispasi umat dalam perayaan sabda hari minggu tanpa imam di Stasi