Anda di halaman 1dari 16

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA


NOMOR 4 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014
TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 49


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
dan Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66
Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa,
mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk
membentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara
Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Desa;
b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara
Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan dan
Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah
Utara Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor
10 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian
Kepala Desa perlu disempurnakan dan disesuaikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor
10 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan dan
Pemberhentian Kepala Desa;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5539); sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5541);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2092) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
65 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1221);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun
2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1222);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor
10 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2014 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Timor Tengah
Utara Nomor 60) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor
5 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pemilihan dan
Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2016 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Timor Tengah
Utara Nomor 79).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
dan
BUPATI TIMOR TENGAH UTARA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS


PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN
DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

Pasal I
Beberapa Ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara
Nomor 10 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Kepala
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2014 Nomor 10
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Nomor 60)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah
Utara Nomor 5 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor
10 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemilihan dan Pengangkatan Kepala Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2016 Nomor 5)
diubah sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Timor Tengah Utara.
2. Bupati adalah Bupati Timor Tengah Utara.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Timor Tengah
Utara.
5. Dinas adalah Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pemerintahan desa.
6. Camat adalah pemimpin kecamatan yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan desa.
10. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis.
11. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat sesuai kebutuhan yang merupakan mitra pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat.
12. Perangkat Desa adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam
penyusunan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi dalam Sekretariat
Desa, dan unsur pendukung tugas Kepala Desa dalam pelaksanaan
kebijakan yang diwadahi dalam bentuk pelaksana teknis dan unsur
kewilayahan.
13. Calon Kepala Desa adalah Warga Negara Indonesia yang berdasarkan
penjaringan dan penyaringan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa yang
telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai calon Kepala Desa.
14. Kepala Desa adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai
wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah
tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari pemerintah dan
pemerintah daerah.
15. Pegawai Negeri Sipil adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi
persyaratan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang.
16. Pejabat Kepala Desa adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara yang diangkat oleh Bupati.
17. Pemilih adalah warga desa setempat yang telah memenuhi persyaratan
untuk menggunakan hak pilihnya.
18. Hak Pilih adalah hak yang dimiliki oleh seseorang untuk menentukan
sikap pilihannya.
19. Penjaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan
Kepala Desa untuk mendapatkan calon Kepala Desa.
20. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan
Kepala Desa dari segi administrasi, kemampuan dan kepemimpinan
para bakal calon Kepala Desa.
21. Kampanye Kepala Desa adalah suatu upaya yang dilakukan calon
Kepala Desa dan Tim Kampanye untuk mempengaruhi pemilih agar
dapat menentukan pilihannya pada calon Kepala Desa yang
bersangkutan.
22. Panitia Pemilihan adalah Panitia Pemilihan Kepala Desa.
23. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit,
individual, dan final.
24. Calon Kepala Desa terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh
suara terbanyak dalam Pemilihan Kepala Desa.
25. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam
sidang pengadilan terbuka yang dapat berupa pemidanaan atau atau
lepas dari segala tuntutan hokum.
26. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak
pidana.
27. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili
di pengadilan.
28. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi berikut :

Pasal 2
(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara bergelombang.
(2) Pemilihan Kepala desa secara bergelombang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka
waktu 6 (enam) tahun.
(3) Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan interval waktu paling lama 2 (dua) tahun.
(4) Ketentuan mengenai interval waktu pemilihan Kepala Desa secara
bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Bupati.

3. Ketentuan Pasal 13 diubah dan huruf g dihapus sehingga berbunyi sebagai


berikut :

Pasal 13
Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:
a. Warga negara Republik Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama/
sederajat;
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun pada saat mendaftar;
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
g. dihapus;
h. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
i. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun atau lebih;
j. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
k. berbadan sehat;
l. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan;
dan
m. tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai-
nilai etika, adat istiadat dan perbuatan amoral lainnya yang dapat
meresahkan masyarakat.
4. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 38
(1) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah
suara sah ditetapkan sebagai calon Kepala Desa terpilih.
(2) Dalam hal calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak yang
sama lebih dari 1 (satu) orang, calon terpilih ditetapkan berdasarkan
wilayah perolehan suara sah yang lebih luas.
(3) Ketentuan mengenai wilayah perolehan suara sah yang lebih luas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Bupati.

5. Diantara Pasal 38 dan Pasal 39 disisipkan 3 (tiga) Pasal yakni Pasal 38 A,


Pasal 38 B dan Pasal 38 C sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 38 A
(1) Calon Kepala Desa terpilih yang meninggal dunia, berhalangan tetap
atau mengundurkan diri dengan alasan yang dapat dibenarkan
sebelum pelantikan, calon terpilih dinyatakan gugur dan Bupati
mengangkat pegawai negeri sipil dari Pemerintah Daerah sebagai
Penjabat Kepala Desa.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa hasil pemilihan langsung secara serentak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38 B
(1) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai tersangka dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
sebelum pelantikan, calon terpilih tetap dilantik sebagai Kepala
Desa.
(2) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai tersangka dalam
tindak pidana korupsi, terorisme, makar, tindak pidana terhadap
keamanan Negara, tindak pidana terhadap perlindungan anak dan
perempuan, dan tindak pidana umum lainnya sebelum pelantikan,
calon terpilih tetap dilantik menjadi Kepala Desa dan pada
kesempatan pertama Bupati memberhentikan sementara yang
bersangkutan dari jabatannya sebagai Kepala Desa.
(3) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai terdakwa dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan register perkara di pengadilan sebelum pelantikan,
calon terpilih tetap dilantik menjadi Kepala Desa dan pada
kesempatan pertama Bupati memberhentikan sementara yang
bersangkutan dari jabatannya sebagai Kepala Desa.
(4) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan sebagai terpidana dan
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap sebelum pelantikan, calon terpilih tetap dilantik
menjadi Kepala Desa dan pada kesempatan pertama Bupati
memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya sebagai Kepala
Desa dan mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah
sebagai Penjabat Kepala Desa.
(5) Calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sampai dengan ayat (4) yang tidak hadir pada saat pelantikan
dianggap mengundurkan diri kecuali dengan alasan yang dapat
dibenarkan.
(6) Pelaksanaan ketentuan kesempatan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), paling lambat 14
(empat belas) hari terhitung sejak tanggal pelantikan.
(7) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa hasil pemilihan Kepala Desa antar waktu
melalui musyawarah Desa.

Pasal 38 C
(1) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala
Desa, yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya
selama menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan haknya sebagai
pegawai negeri sipil.
(2) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak menerima haknya
sebagai pegawai negeri sipil, mendapatkan tunjangan kepala Desa
dan pendapatan lainnya yang sah yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.

6. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 42
(1) Kepala Desa yang berhenti dan/atau diberhentikan dengan sisa masa
jabatan lebih dari satu tahun, Bupati mengangkat PNS dari Pemerintah
Daerah sebagai penjabat Kepala Desa sampai dengan ditetapkan Kepala
Desa antar waktu hasil musyawarah Desa.
(2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lama 6 (enam) bulan sejak Kepala Desa diberhentikan.
(3) Masa jabatan Kepala Desa yang ditetapkan melalui musyawarah Desa
terhitung sejak tanggal pelantikan sampai dengan habis sisa masa
jabatan Kepala Desa yang diberhentikan.

7. Diantara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan 5 (lima) Pasal yakni Pasal 42 A,


Pasal 42 B, Pasal 42 C, Pasal 42 D, Pasal 42 E sehingga berbunyi sebagai
berikut

Pasal 42 A
(1) BPD membentuk panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu.
(2) Pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan pimpinan BPD.
(3) Panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu terdiri atas Perangkat Desa
dan unsur masyarakat.
(4) Panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana dimaksud
ayat (3), jumlah ganjil dan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran.
(5) Panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) bertanggungjawab kepada BPD.

Pasal 42 B

(1) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 A ayat (3)


melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa antar
waktu.
(2) Penyaringan bakal calon Kepala Desa menjadi calon Kepala Desa
ditetapkan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga)
orang calon.
(3) Dalam hal jumlah calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
memenuhi persyaratan lebih dari 3 (tiga) orang, panitia melakukan
seleksi tambahan.
(4) Seleksi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas:
a. memiliki pengalaman mengenai pemerintahan Desa;
b. tingkat pendidikan; dan/atau
c. persyaratan lain yang ditetapkan Bupati.
(5) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua) orang,
panitia pemilihan memperpanjang waktu pendaftaran selama 7 (tujuh)
hari.
(6) Dalam hal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua)
orang setelah perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(4), BPD menunda pelaksanaan musyawarah Desa pemilihan Kepala
Desa sampai dengan waktu yang ditetapkan oleh BPD.

Pasal 42 C
(1) Pemilihan Kepala Desa antar waktu dilaksanakan melalui tahapan:
a. persiapan;
b. pelaksanaan; dan
c. pelaporan.
(2) Tahapan persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pembentukan panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu oleh BPD
paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari terhitung sejak
Kepala Desa diberhentikan;
b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa oleh panitia pemilihan kepada penjabat Kepala Desa
paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
panitia terbentuk;
c. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh penjabat Kepala Desa
paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
diajukan oleh panitia pemilihan;
d. pengumuman dan pendaftaran bakal calon Kepala Desa oleh panitia
pemilihan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari;
e. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh
panitia pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari; dan
f. penetapan calon Kepala Desa antar waktu oleh panitia pemilihan
paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang
calon yang dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk
ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah
Desa.
(3) Tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua BPD yang
teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh panitia pemilihan;
b. pengesahan calon kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah
Desa melalui musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara;
c. pelaksanaan pemilihan calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan dan
peserta musyawarah Desa melalui mekanisme musyawarah mufakat
atau melalui pemungutan suara yang telah disepakati oleh
musyawarah Desa;
d. pelaporan hasil pemilihan calon Kepala Desa oleh panitia pemilihan
kepada musyawarah Desa; dan
e. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa.
(4) Peserta musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
melibatkan unsur masyarakat.
(5) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berasal dari:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak;
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin; dan
k. unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.
(6) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf k diwakili
paling banyak 5 (lima) orang dari setiap dusun.
(7) Jumlah peserta musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan ayat (5) dibahas dan disepakati bersama BPD dan Pemerintah Desa
dengan memperhatikan jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih di
Desa yang ditetapkan dengan keputusan BPD.
(8) Tahapan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa melalui musyawarah Desa
kepada BPD dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah musyawarah
Desa mengesahkan calon Kepala Desa terpilih;
b. pelaporan calon Kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh
ketua BPD kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
menerima laporan dari panitia pemilihan;
c. penerbitan Keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan
calon Kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya laporan dari BPD; dan
d. pelantikan Kepala Desa oleh Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterbitkan keputusan pengesahan pengangkatan calon
Kepala Desa terpilih dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(9) Tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa antar waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat dipersingkat dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas.
(10) Ketentuan mengenai efisiensi dan efektifitas waktu pelaksanaan diatur
dengan Peraturan Bupati.

Pasal 42 D
(1) BPD menyampaikan laporan calon Kepala Desa terpilih hasil
musyawarah Desa kepada Bupati.
(2) Bupati mengesahkan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dengan Keputusan Bupati.
(3) Bupati wajib melantik calon Kepala Desa terpilih sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 42 E
(1) Biaya pemilihan Kepala Desa dan tugas panitia pemilihan Daerah yang
pelaksanaannya ditugaskan kepada Desa dibebankan pada APBD sesuai
kemampuan keuangan daerah.
(2) Pemilihan Kepala Desa antar waktu melalui musyawarah Desa
dibebankan pada APBDesa.

9. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 45

(1) Kepala Desa berhenti karena:


a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
karena menderita sakit yang mengakibatkan baik fisik maupun
mental, tidak berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang berwenang dan/atau tidak diketahui
keberadaannya;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala Desa;
d. melanggar larangan sebagai Kepala Desa;
e. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2
(dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan
Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai Kepala Desa; dan/atau
g. dinyatakan sebagai terpidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Apabila Kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Badan Permusyawaratan Desa melaporkan kepada Bupati melalui
Camat.
(4) Laporan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada Bupati
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat materi kasus yang di alami
oleh Kepala Desa yang bersangkutan.
(5) Atas laporan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) Bupati melakukan kajian untuk proses
selanjutnya.

Pasal II

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Timor Tengah Utara.

Ditetapkan di Kefamenanu
pada tanggal 15 Juli 2019
BUPATI TIMOR TENGAH UTARA,

RAYMUNDUS SAU FERNANDES

Diundangkan di Kefamenanu
pada tanggal 15 Juli 2019

Pj. SEKRETARIS DAERAH


KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA,

FRANSISKUS TILIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA TAHUN 2019


NOMOR 5 REGISTRASI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 110
PERDA TAHUN 2019.
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
NOMOR 4 TAHUN 2019
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016
TENTANG
TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

I. UMUM

Peraturan Daerah ini merupakan pengaturan lebih lanjut ketentuan Pasal


40 dan Pasal 54 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, sebagaimana telah diubah dengan, Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa maka perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Timor
Tengah Utara tentang Tata Cara Pemilihan dan Permberhentian Kepala Desa.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I
Cukup jelas.

Pasal II
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA


NOMOR ...;

Anda mungkin juga menyukai