Anda di halaman 1dari 42

BUPATI GRESIK

PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK


NOMOR 12 TAHUN 2015 NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG TENTANG
PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
PENGANGKATAN, KABUPATEN GRESIK NOMOR 12 TAHUN 2015
DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN,
PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN
KEPALA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI GRESIK,
Menimbang : Menimbang :
a. bahwa perubahan peraturan perundang- a. bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah
undangan tentang Desa membawa Konstitusi Republik Indonesia Nomor 128/PUU-
perubahan terhadap tatacara pencalonan, XIII/2015 yang menyatakan ketentuan Pasal 33
pemilihan, pengangkatan, dan huruf g, UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014
pemberhentian Kepala Desa sebagai tentang Desa (Lembaran Negara Republik
penyelenggara Pemerintahan Desa; Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
b. bahwa Produk Hukum Dearah Kabupaten Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Gresik yang mengatur pemilihan, 5495) dinyatakan bertentangan dengan
pencalonan, pengangkatan, pelantikan dan UndangUndang Dasar Negara Republik
pemberhentian kepala desa sudah tidak Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai
sesuai lagi dengan peraturan perundang- kekuatan hukum mengikat, maka perlu
undangan yang lebih tinggi, sehingga perlu dilakukan harmonisasi terhadap peraturan
diganti; daerah mengatur mengenai pedoman
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pencalonan, pemilihan, pengangkatan, dan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan pemberhentian kepala desa;
huruf b, dan untuk melaksanakan ketentuan b. bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan
Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Daerah Kabupaten Gresik Nomor 12 Tahun
Tahun 2014 tentang Desa, dan Pasal 49 ayat 2015 tentang Pedoman Pencalonan, Pemilihan,
(1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Desa
112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala sudah tidak sesuai lagi dengan Peraturan
Desa, perlu menetapkan Peraturan Daerah Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pedoman Pencalonan, Pemilihan, tentang Pemilihan Kepala Desa sebagaimana
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Desa; Negeri Nomor 65 Tahun 2017 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan dan Pemberhentiam
Kepala Desa sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66
Tahun 2017, sehingga perlu diubah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Daerah tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Gresik Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Desa;
Mengingat : Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah Kabupaten di tentang Pembentukan Daerah-Daerah dalam
Propinsi Jawa Timur juncto Undang- Lingkungan Provinsi Djawa Timur, (Lembaran
Undang Nomor 6 Tahun 1965 tentang Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
Perubahan Bentuk Daerah Kota Praja 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya Indonesia Nomor 2930) sebagaimana diubah
(Lembaran Negara Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965
Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja
Lembaran Negara Republik Indonesia Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya
Nomor 2730); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
tentang Perimbangan Keuangan antara Republik Indonesia Nomor 2730);
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

1
Daerah (Lembaran Negara Republik 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Tambahan Lembaran Negara Republik undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438); Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
tentang Pembentukan Peraturan 5234);
Perundang-Undangan (Lembaran Negara 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tambahan Lembaran Negara Republik Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Indonesia Nomor 5234); Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
Lembaran Negara Republik Indonesia 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Nomor 5495); Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 diubah beberapakali terakhir dengan Undang-
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Republik Indonesia Nomor 5587); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
2007 tentang Pembagian Urusan Republik Indonesia Nomor 5679);
Pemerintahan antara Pemerintah, 6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara
Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana
Nomor 4737); telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
(Lembaran Negara Republik Indonesia Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Lembaran Negara Republik Indonesia 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5539); Republik Indonesia Nomor 5717);
9. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 7. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah
Pembentukan Peraturan Perundang- (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Undangan; 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Republik Indonesia Nomor 6041);
Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk 8. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014
Hukum Daerah; tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa Pembentukan Peraturan Perundang-
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun undangan;
2014 Nomor 2092); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);
12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112
tentang Pembentukan Daerah Kabupaten di Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
Propinsi Jawa Timur juncto Undang- (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Undang Nomor 6 Tahun 1965 tentang Nomor 2092), sebagimana telah diubah dengan
Perubahan Bentuk Daerah Kota Praja Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65
Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan tentang Pemilihan Kepala Desa (Berita Negara
Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1221);
Nomor 2730); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82
13. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemberhentian Kepala Desa (Berita Negara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 4),
Daerah (Lembaran Negara Republik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017
Tambahan Lembaran Negara Republik tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Indonesia Nomor 4438); Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa

2
14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
tentang Pembentukan Peraturan Nomor 1222);
Perundang-Undangan (Lembaran Negara 12. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tahun 2012 tentang Pedoman Pembentukan
Tambahan Lembaran Negara Republik Perundangundangan Daerah (Lembaran
Indonesia Nomor 5234); Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2012 Nomor
15. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 2);
tentang Desa (Lembaran Negara Republik 13. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 12
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Tahun 2015 tentang Pedoman Pencalonan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian
Nomor 5495); Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
16. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Gresik Tahun 2015 Nomor 12);
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5539);
19. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 112
Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 2092);
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GRESIK dan BUPATI GRESIK


MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN PENGANGKATAN, DAN
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud Pasal I
dengan : Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik Nomor 12 Tahun 2015 tentang
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Pedoman Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan,
Daerah Kabupaten Gresik. dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah
3. Bupati adalah Bupati Gresik. Kabupaten Gresik Tahun 2015 Nomor 12, diubah
4. Desa adalah desa dan desa adat atau yang sebagai berikut:
disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat 1. Ketentuan Pasal 1 angka 4, angka 7 diubah,
hukum yang memiliki batas wilayah yang angka 26 dan angka 30 dihapus dan
berwenang untuk mengatur dan mengurus menambah 4 (empat) angka yakni angka 33,
urusan pemerintahan, kepentingan angka 34, angka 35, angka 36, sehingga Pasal 1
masyarakat setempat berdasarkan berbunyi sebagai berikut :
prakarsa masyarakat, hak asal usul,

3
dan/atau hak tradisional yang diakui dan Pasal 1
dihormati dalam sistem pemerintahan 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Gresik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah
5. Pemerintahan Desa adalah Kabupaten Gresik.
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan 3. Bupati adalah Bupati Gresik.
kepentingan masyarakat setempat dalam 4. Desa adalah desa-desa di wilayah Kabupaten
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Gresik.
Republik Indonesia. 5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan
6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau urusan pemerintahan dan kepentingan
yang disebut dengan nama lain dibantu masyarakat setempat dalam sistem
perangkat desa sebagai unsur Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
penyelenggara pemerintahan Desa. Indonesia.
7. Kepala Desa atau yang disebut dengan 6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu
nama lain adalah pejabat Pemerintah Desa perangkat desa sebagai unsur penyelenggara
yang mempunyai wewenang, tugas dan Pemerintahan Desa.
kewajiban untuk menyelenggarakan rumah 7. Kepala Desa adalah Kepala Desa di Kabupaten
tangga desanya dan melaksanakan tugas Gresik;
dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 8. Badan Permusyawaratan Desa untuk
8. Badan Permusyawaratan Desa atau yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga
disebut dengan nama lain selanjutnya yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
disebut BPD adalah lembaga yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk
melaksanakan fungsi pemerintahan yang Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
anggotanya merupakan wakil dari ditetapkan secara demokratis.
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan 9. Pemilihan Kepala Desa adalah pelaksanaan
wilayah dan ditetapkan secara demokratis. keadaulatan rakyat di desa dalam rangka
9. Pemilihan Kepala Desa adalah pelaksanaan pemilihan yang bersifat langsung, umum,
keadaulatan rakyat di desa dalam rangka bebas, rahasia, jujur dan adil.
pemilihan yang bersifat langsung, umum, 10. Pemilihan Kepala Desa serentak adalah
bebas, rahasia, jujur dan adil. pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan 1
(satu) kali atau bergelombang.
10. Pemilihan Kepala Desa serentak adalah
11. Pemilihan Kepala Desa 1 (satu) kali adalah
pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan 1
pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan
(satu) kali atau bergelombang.
hanya 1 (satu) kali pada hari yang sama untuk
11. Pemilihan Kepala Desa 1 (satu) kali adalah semua Desa dalam Wilayah Kabupaten Gresik.
pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan 12. Pemilihan Kepala Desa bergelombang adalah
hanya 1 (satu) kali pada hari yang sama pemilihan Kepala Desa untuk seluruh Desa di
untuk semua Desa dalam Wilayah wilayah Kabupaten Gresik dalam 2 (dua) atau 3
Kabupaten Gresik. (tiga) gelombang yang dilaksanakan hanya 1
12. Pemilihan Kepala Desa bergelombang (satu) kali pada hari yang sama dalam setiap
adalah pemilihan Kepala Desa untuk gelombang.
seluruh Desa di wilayah Kabupaten Gresik 13. Panitia Pemilihan Kepala Desa adalah panitia
dalam 2 (dua) atau 3 (tiga) gelombang yang yang dibentuk oleh BPD untuk
dilaksanakan hanya 1 (satu) kali pada hari menyelenggarakan proses Pemilihan Kepala
yang sama dalam setiap gelombang. Desa.
13. Panitia Pemilihan Kepala Desa adalah 14. Panitia Pemilihan Kepala Desa Kabupaten
panitia yang dibentuk oleh BPD untuk yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan
menyelenggarakan proses Pemilihan Kepala Kabupaten adalah panitia yang dibentuk oleh
Desa. Bupati pada tingkat Kabupaten dalam
14. Panitia Pemilihan Kepala Desa Kabupaten mendukung pelaksanaan pemilihan Kepala
yang selanjutnya disebut Panitia Pemilihan Desa.
Kabupaten adalah panitia yang dibentuk 15. Calon Kepala Desa adalah bakal calon Kepala
oleh Bupati pada tingkat Kabupaten dalam Desa yang telah ditetapkan oleh panitia
mendukung pelaksanaan pemilihan Kepala pemilihan sebagai calon yang berhak dipilih
Desa. menjadi Kepala Desa.
15. Calon Kepala Desa adalah bakal calon 16. Calon Kepala Desa Terpilih adalah calon
Kepala Desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak
panitia pemilihan sebagai calon yang dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
berhak dipilih menjadi Kepala Desa. 17. Saksi adalah orang yang diminta hadir pada
16. Calon Kepala Desa Terpilih adalah calon suatu peristiwa yang dianggap mengetahui
Kepala Desa yang memperoleh suara kejadian tersebut agar pada suatu ketika,
terbanyak dalam pelaksanaan pemilihan apabila diperlukan dapat memberikan
Kepala Desa. keterangan yang membenar-kan peristiwa itu
17. Saksi adalah orang yang diminta hadir sungguh-sungguh terjadi.
pada suatu peristiwa yang dianggap 18. Penjabat Kepala Desa adalah seorang penjabat
mengetahui kejadian tersebut agar pada yang diangkat oleh pejabat yang berwenang
suatu ketika, apabila diperlukan dapat untuk melaksanakan tugas, hak dan
memberikan keterangan yang wewenang serta kewajiban Kepala Desa dalam
membenarkan peristiwa itu sungguh- kurun waktu tertentu.
sungguh terjadi.

4
18. Penjabat Kepala Desa adalah seorang 19. Pemilih adalah penduduk desa yang
penjabat yang diangkat oleh pejabat yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratan
berwenang untuk melaksanakan tugas, hak untuk menggunakan hak pilih dalam pemilihan
dan wewenang serta kewajiban Kepala Desa Kepala Desa.
dalam kurun waktu tertentu. 20. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya
19. Pemilih adalah penduduk desa yang disebut DPS adalah daftar pemilih yang
bersangkutan dan telah memenuhi disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap
persyaratan untuk menggunakan hak pilih Pemilihan Umum terakhir yang telah
dalam pemilihan Kepala Desa. diperbaharui dan dicek kembali atas
20. Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya kebenarannya serta ditambah dengan pemilih
disebut DPS adalah daftar pemilih yang baru.
disusun berdasarkan data Daftar Pemilih 21. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar
Tetap Pemilihan Umum terakhir yang telah pemilih yang disusun berdasarkan usulan dari
diperbaharui dan dicek kembali atas pemilih karena yang bersangkutan belum
kebenarannya serta ditambah dengan terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara.
pemilih baru. 22. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya disebut
21. Daftar Pemilih Tambahan adalah daftar DPT adalah daftar pemilih yang telah
pemilih yang disusun berdasarkan usulan ditetapkan oleh Panitia Pemilihan sebagai
dari pemilih karena yang bersangkutan dasar penentuan identitas pemilih dan jumlah
belum terdaftar dalam Daftar Pemilih pemilih dalam pemilihan Kepala Desa.
Sementara. 23. Kampanye adalah suatu kegiatan yang
22. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk
disebut DPT adalah daftar pemilih yang meyakinkan para pemilih dalam rangka
telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan mendapatkan dukungan.
sebagai dasar penentuan identitas pemilih 24. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya
dan jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala disingkat TPS, adalah tempat dilaksana-
Desa. kannya pemungutan suara.
25. Panitia Pemungutan Suara yang selanjut-nya
23. Kampanye adalah suatu kegiatan yang
disingkat PPS, adalah panitia yang
dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk
menyelenggarakan pemungutan suara di
meyakinkan para pemilih dalam rangka
tempat pemungutan suara yang hanya
mendapatkan dukungan.
dibentuk jika jumlah tempat pemungutan
24. Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya suara lebih dari 1 (satu).
disingkat TPS, adalah tempat 26. Dihapus
dilaksanakannya pemungutan suara. 27. Hak pilih adalah hak yang dimiliki pemilih
25. Panitia Pemungutan Suara yang untuk menentukan sikap pilihannya. 28.
selanjutnya disingkat PPS, adalah panitia Penjaringan adalah suatu upaya yang
yang menyelenggarakan pemungutan suara dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk
di tempat pemungutan suara yang hanya mendapatkan bakal calon Kepala Desa dari
dibentuk jika jumlah tempat pemungutan warga masyarakat yang bersangkutan.
suara lebih dari 1 (satu). 28. Penjaringan adalah suatu upaya yang
26. Pemilih adalah penduduk desa setempat dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk
dan pada hari pemungutan suara pemilihan mendapatkan bakal calon Kepala Desa dari
Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh warga masyarakat yang bersangkutan.
belas) tahun atau sudah/pernah menikah. 29. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan
27. Hak pilih adalah hak yang dimiliki pemilih oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa dari segi
untuk menentukan sikap pilihannya. administrasi para bakal calon.
28. Penjaringan adalah suatu upaya yang 30. Dihapus
dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk 31. Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu adalah
mendapatkan bakal calon Kepala Desa dari proses pengisian jabatan Kepala Desa melalui
warga masyarakat desa yang bersangkutan. musyawarah desa yang disebabkan adanya
29. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan kekosongan jabatan Kepala Desa dan jabatan
oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa dari segi Kepala Desa masih tersisa lebih dari 1 (satu)
administrasi para bakal calon. tahun.
30. Penduduk desa setempat adalah penduduk 32. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
yang terdaftar sebagai warga desa yang adalah laporan yang disampaikan oleh Kepala
bersangkutan secara sah sekurang- Desa tentang penyelenggaraan pemerintahan
kurangnya 6 (enam) bulan dengan tidak desa.
terputus-putus dan memiliki Kartu Tanda 33. Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim
Penduduk, Kartu Susunan Keluarga atau yang diucapkan dalam sidang pengadilan
Surat Keterangan yang sah dari Pemerintah terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau
Desa. bebas atau lepas dari segala tuntutan.
31. Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu adalah 34. Tersangka adalah seorang yang karena
proses pengisian jabatan Kepala Desa perbuatannya atau keadaannya berdasarkan
melalui musyawarah desa yang disebabkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
adanya kekosongan jabatan Kepala Desa tindak pidana.
dan jabatan Kepala Desa masih tersisa lebih 35. Terdakwa adalah seorang tersangka yang
dari 1 (satu) tahun dituntut, diperiksa dan diadili di pengadilan.

5
32. Laporan penyelenggaraan pemerintahan 36. Terpidana adalah seorang yang dipidana
desa adalah laporan yang disampaikan oleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
Kepala Desa tentang penyelenggaraan memperoleh kekuatan hukum tetap.
pemerintahan desa. 29. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan
oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa dari segi
administrasi para bakal calon.
30. Dihapus
31. Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu adalah
proses pengisian jabatan Kepala Desa melalui
musyawarah desa yang disebabkan adanya
kekosongan jabatan Kepala Desa dan jabatan
Kepala Desa masih tersisa lebih dari 1 (satu)
tahun.
32. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
adalah laporan yang disampaikan oleh Kepala
Desa tentang penyelenggaraan pemerintahan
desa.
33. Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim
yang diucapkan dalam sidang pengadilan
terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau
bebas atau lepas dari segala tuntutan.
34. Tersangka adalah seorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindak pidana.
35. Terdakwa adalah seorang tersangka yang
dituntut, diperiksa dan diadili di pengadilan.
36. Terpidana adalah seorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
BAB II
PEMILIHAN KEPALA DESA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Kepala Desa dipilih secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil.
(2) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap persiapan, pencalonan, pemungutan suara,
dan penetapan.
Pasal 3
(1) Dengan Peraturan Daerah ini, ditetapkan 2. Ketentuan Pasal 3 ayat (2) huruf b dan ayat (4)
sistem Pemilihan Kepala Desa secara diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai
bergelombang di seluruh wilayah Daerah. berikut :
(2) Pemilihan Kepala Desa secara
bergelombang sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
ayat (1) dilaksanakan dengan (1) Dengan Peraturan Daerah ini, ditetapkan
pertimbangan: sistem Pemilihan Kepala Desa secara
a. pengelompokan waktu berakhirnya bergelombang di seluruh wilayah Daerah.
masa jabatan Kepala Desa di wilayah (2) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang
kabupaten; sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
b. kemampuan keuangan daerah; dan dilaksanakan dengan pertimbangan :
c. ketersediaan pegawai negeri sipil di a. pengelompokan waktu berakhirnya masa
lingkungan Pemerintah Daerah yang jabatan kepala Desa di wilayah kabupaten;
memenuhi persyaratan sebagai penjabat b. kemampuan keuangan daerah; dan/atau
Kepala Desa. c. ketersediaan Pegawai Negeri Sipil di
(3) Pemilihan Kepala Desa bergelombang lingkungan Pemerintah Daerah yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memenuhi persyaratan sebagai Penjabat
dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali Kepala Desa.
dalam jangka waktu 6 (enam) tahun. (3) Pemilihan Kepala Desa bergelombang
(4) Pemilihan Kepala Desa secara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bergelombang sebagaimana dimaksud pada dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam
ayat (2) dilaksanakan dengan interval jangka waktu 6 (enam) tahun.
waktu paling lama 2 (dua) tahun. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai interval waktu
pemilihan Kepala Desa secara bergelombang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Bupati.

Pasal 4

6
(1) Dalam rangka pemilihan Kepala Desa secara bergelombang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3, Bupati berwenang untuk menetapkan kebijakan penundaan pemilihan Kepala Desa.
(2) Apabila kebijakan penundaan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyebabkan kekosongan jabatan Kepala Desa, Bupati berwenang untuk menunjuk penjabat
Kepala Desa.
(3) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari pegawai negeri sipil di
lingkungan pemerintahan kabupaten yang mempunyai kompetensi dalam bidang pemerintahan
desa.
(4) Penjabat Kepala Desa melaksanakan tugas Kepala Desa sampai terpilihnya Kepala Desa.

Pasal 5

Dalam rangka Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bupati berwenang
menetapkan tanggal pelaksanaan pemilihan.

Bagian kedua
Penyelenggara Pemilihan Kepala Desa

Paragraf 1
Umum

Pasal 6

Penyelenggara pemilihan Kepala Desa terdiri atas:


a. Panitia Pemilihan Kepala Desa; dan
b. Panitia Pemilihan Kabupaten.

Paragraf 2
Panitia Pemilihan Kepala Desa

Pasal 7

(1) BPD memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Desa mengenai berakhirnya masa jabatan
Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum masa jabatannya berakhir.
(2) Kepala Desa menyampaikan laporan akhir masa jabatan Kepala Desa kepada Bupati dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

Pasal 8

(1) BPD membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa Selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah
pemberitahuan akan berakhirnya masa jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
BPD.
(3) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui musyawarah BPD yang
khusus diagendakan untuk itu.
(4) Musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan dihadiri Kepala Desa, Camat atau
pejabat yang ditunjuk dan elemen masyarakat.
(5) BPD menyampaikan Keputusan BPD tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa secara tertulis kepada
Bupati melalui camat.

Pasal 9

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa bersifat mandiri dan tidak memihak.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur perangkat
Desa, lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh masyarakat desa.
(3) Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa dari unsur lembaga kemasyarakatan desa dan tokoh
masyarakat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. penduduk/masyarakat desa yang bersangkutan;
b. berpendidikan paling rendah sekolah menengah atas atau sederajat;
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun; dan
d. memiliki kemampuan untuk melakukan pemilihan Kepala Desa.

Pasal 10

(1) Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa berjumlah paling banyak 7 (tujuh) orang dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), susunannya terdiri dari:
a. ketua, merangkap anggota;

7
b. wakil ketua, merangkap anggota;
c. sekretaris, merangkap anggota;
d. bendahara, merangkap anggota; dan
e. 3 (tiga) orang anggota.
(3) Dalam hal dibutuhkan, panitia pemilihan kepala desa dapat mengangkat petugas pembantu.
(4) Jumlah, Penamaan serta tugas dan fungsi Petugas Pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) disesuaikan dengan kebutuhan.
(5) Panitia Pemilihan Kepala Desa juga merangkap sebagai PPS.
(6) Susunan Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan BPD.

Pasal 11
Pemerintah Desa wajib menyediakan tempat atau sekretariat Panitia Pemilihan Kepala Desa yang
representatif di kantor/balai desa atau tempat lainnya yang memadai.

Pasal 12
3. Ketentuan Pasal 12 huruf j diubah, sehingga
Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana Pasal 12 berbunyi sebagai berikut :
dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas dan Pasal 12
kewenangan :
a. merencanakan semua tahapan Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagai-mana
penyelenggaraan pemilihan; dimaksud dalam Pasal 7 mempunyai tugas dan
b. menyusun dan menetapkan tata tertib kewenangan :
pelaksanaaan pemilihan; a. merencanakan semua tahapan penyeleng-
c. merencanakan dan mengajukan biaya garaan pemilihan;
pemilihan dan biaya pemilihan tambahan b. menyusun dan menetapkan tata tertib
kepada Bupati melalui Camat; pelaksanaan pemilihan;
d. mengkoordinasikan dan mengendalikan c. merencanakan dan mengajukan biaya
semua tahapan pelaksanaan; pemilihan dan biaya pemilihan tambahan
e. melakukan penjaringan bakal calon Kepala kepada Bupati melalui Camat;
Desa; d. mengkoordinasikan dan mengendalikan semua
f. melakukan penyaringan dan penelitian tahapan pelaksanaan;
persyaratan bakal calon Kepala Desa; e. melakukan penjaringan bakal calon Kepala
g. menetapkan calon Kepala Desa yang telah Desa;
memenuhi persyaratan; f. melakukan penyaringan dan penelitian
h. melakukan pendaftaran pemilih, persyaratan bakal calon Kepala Desa;
pemutakhiran dan memvalidasi data pemilih, g. menetapkan calon Kepala Desa yang telah
menetapkan dan mengumumkan daftar memenuhi persyaratan;
pemilih sementara maupun DPT; h. melakukan pendaftaran pemilih, pemutakhiran
i. menetapkan tata cara pelaksanaan dan memvalidasi data pemilih, menetapkan dan
kampanye serta pemungutan suara; mengumumkan daftar pemilih sementara
j. memfasilitasi penyediaan peralatan, maupun DPT;
perlengkapan dan tempat pemungutan i. menetapkan tata cara pelaksanaan kampanye
suara; serta pemungutan suara;
k. melaksanakan pemungutan suara; j. menyediakan peralatan, perlengkapan dan
l. menetapkan hasil rekapitulasi suara dan tempat pemungutan suara;
mengumumkan hasil pemilihan; k. melaksanakan pemungutan suara;
m. menetapkan Calon Kepala Desa terpilih; l. menetapkan hasil rekapitulasi suara dan
n. membuat berita acara pemilihan; dan mengumumkan hasil pemilihan;
o. melaporkan dan mengevaluasi hasil m. menetapkan Calon Kepala Desa terpilih;
pelaksanaan pemilihan dan penetapan calon n. membuat berita acara pemilihan; dan
Kepala Desa terpilih kepada BPD. o. melaporkan dan mengevaluasi hasil
pelaksanaan pemilihan dan penetapan calon
Kepala Desa terpilih kepada BPD.
Pasal 13

(1) Dalam hal terdapat anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa berhenti, maka keanggotaannya harus
digantikan oleh perangkat Desa atau pengurus lembaga kemasyarakatan atau tokoh masyarakat.
(2) Penggantian anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui musyawarah BPD dan ditetapkan dengan Keputusan BPD.
(3) Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa berhenti sebagaimana diaksud pada ayat (1), karena:
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri; atau
c. diberhentikan.
(4) Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
c, karena:
a. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap;
b. terlibat tindak pidana dengan ancaman hukuman 5 (lima) tahun;

8
c. terlibat tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotika dan psikotropika, tindak pidana
terorisme, tindak pidana korupsi dan tindak pidana makar terhadap keamanan negara;
d. melanggar tugas dan kewajiban; atau
e. mendaftarkan diri sebagai bakal calon Kepala Desa.

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, Panitia Pemilihan Kepala Desa bertanggung
jawab kepada BPD.
(2) Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 15 (lima
belas) hari kerja setelah Bupati menerbitkan Keputusan Bupati mengenai pengesahan dan
pengangkatan Kepala Desa terpilih.

Pasal 15

Setelah Panitia Pemilihan Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), maka BPD membubarkan Panitia Pemilihan Kepala Desa dengan
Keputusan BPD.
Paragraf 3
Panitia Pemilihan Kabupaten
Pasal 16 4. Ketentuan Pasal 16 ayat (3) diubah, dan
menyisipkan 1 (satu) ayat diantara ayat (3) dan
(1) Bupati berwenang untuk membentuk Panitia ayat (4) yakni ayat 3A sehingga Pasal 16
Pemilihan Kabupaten. berbunyi sebagai berikut :
(2) Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Pasal 16
Keputusan Bupati.
(3) Panitia Pemilihan Kabupaten sebagaimana (1) Bupati berwenang untuk membentuk Panitia
dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas Pemilihan Kabupaten.
dan wewenang : (2) Panitia Pemilihan Kabupaten sebagai-mana
a. merencanakan dan menyelenggarakan dimaksud pada ayat (1) ditetap-kan dengan
pemilihan tingkat Kabupaten; Keputusan Bupati.
b. mengkoordinasikan dan mengendalikan (3) Panitia Pemilihan Kabupaten sebagai-mana
semua tahapan pelaksanaan pemilihan dimaksud pada ayat (1) mem-punyai tugas
tingkat Kabupaten; dan wewenang :
c. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan a. merencanakan, mengkoordinasikan dan
pemilihan Kepala Desa terhadap Panitia menyelenggarakan semua tahapan
Pemilihan Kepala Desa; pelaksanaan pemilihan tingkat;
d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan
kotak suara serta perlengkapan pemilihan pemilihan kepala Desa terhadap panitia
lainnya; pemilihan kepala Desa tingkat Desa;
e. menetapkan jumlah surat suara dan c. menetapkan jumlah surat suara dan kotak
kotak suara; suara;
f. menyampaikan surat suara dan kotak d. memfasilitasi pencetakan surat suara dan
suara serta perlengkapan pemilihannya pembuatan kotak suara serta perlengkapan
kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa; pemilihan lainnya;
g. menetapkan tata cara pelaksanaan tugas e. menyampaikan surat suara dan kotak
panitia; suara dan perlengkapan pemilihan lainnya
h. memfasilitasi penyelesaian permasa-lahan kepada panitia pemilihan;
pemilihan Kepala Desa; f. memfasilitasi penyelesaian permasa-lahan
i. melakukan evaluasi dan pelaporan pemilihan kepala Desa tingkat kabupaten;
pelaksanaan pemilihan; dan g. melakukan pengawasan penyelengga-raan
j. melaksanakan tugas dan wewenang lain pemilihan kepala Desa dan melaporkan
yang ditetapkan dengan Keputusan serta membuat rekomen-dasi kepada
Bupati. bupati; dan
(4) Dalam menjalankan tugas dan wewenang h. melakukan evaluasi dan pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panitia pelaksanaan pemilihan.
Pemilihan Kabupaten bertanggung-jawab (3A) Tugas panitia pemilihan sebagaimana
kepada Bupati. dimaksud pada ayat (2) huruf c, huruf d dan
huruf e pelaksanaanya dapat ditugaskan
kepada Desa yang diatur dalam Peraturan
Bupati.
(4) Dalam menjalankan tugas dan wewe-nang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panitia
Pemilihan Kabupaten bertanggungjawab
kepada Bupati.
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan Panitia Pemilihan Kabupaten diatur dalam
Peraturan Bupati.

9
Pasal 18 5. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah, sehingga
(1) Panitia Pemilihan Kabupaten dibubarkan Pasal 18 berbunyi sebagai berikut :
oleh Bupati setelah Bupati menerbitkan
Keputusan mengenai pengesahan dan Pasal 18
pengangkatan Kepala Desa terpilih. (1) Panitia Pemilihan Kabupaten dinyatakan
(2) Pembubaran Panitia Pemilihan Kabupaten bubar setelah pelaksanaan pelantikan Calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa terpilih sebagai Kepala Desa.
ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Pembubaran Panitia Pemilihan Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
Pasal 19
(1) Dalam rangka membantu Bupati untuk 6. Ketentuan Bagian Ketiga Bab II, Pasal 19, Pasal
melakukan pengawasan terhadap 20, Pasal 21, dan Pasal 22 dihapus.
penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa,
Bupati dapat membentuk Panitia Pengawas
Pemilihan Kepala Desa.
(2) Pembentukan Panitia Pengawas Pemilihan
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibentuk dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan
Daerah.
(3) Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
terdiri atas:
a. Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
Kabupaten; dan
b. Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
kecamatan.
(4) Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a berjumlah paling banyak 15 (lima belas)
orang yang ditetapkan oleh Bupati.
(5) Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b berjumlah paling banyak 10 (sepuluh)
orang yang ditetapkan oleh Camat.

Pasal 20

(1) Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (3) bertugas untuk melakukan
pengawasan terhadap proses pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Panitia Pengawas
Pemilihan Kepala Desa Kabupaten wajib
memberikan laporan pelaksanaan tugas
kepada Bupati, dan Panitia Pengawas
Pemilihan Kepala Desa Kecamatan wajib
memberikan laporan pelaksanaan tugas
kepada Camat.
Pasal 21
(1) Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
Kabupaten dibubarkan oleh Bupati dan
Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa
Kecamatan dibubarkan oleh Camat setelah
Bupati menerbitkan Keputusan mengenai
pengesahan dan pengangkatan Kepala Desa
terpilih.
(2) Pembubaran Panitia Pengawas Pemilihan
Kepala Desa Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati dan pembubaran Panitia
Pengawas Pemilihan Kepala Desa
Kecamatan ditetapkan oleh Camat.
Pasal 22

10
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tata
cara pembentukan Panitia Pengawas Pemilihan
Kepala Desa diatur dalam Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Pendaftaran dan Penetapan Pemilih

Pasal 23

(1) Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan Kepala Desa, pemilih harus terdaftar
sebagai pemilih tetap dalam DPT.
(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
a. Warga Negara Republik Indonesia;
b. pada hari pemungutan suara sudah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah
menikah;
c. penduduk desa setempat sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum disahkannya daftar
pemilih tetap sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau surat
keterangan penduduk;
d. nyata-nyata sedang tidak terganggu jiwa atau inggatannya; dan
e. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap.
(3) Pemilih yang telah terdaftar sebagai pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan
tanda bukti pendaftaran.
(4) Pemilih yang telah terdaftar dalam DPT ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
(5) Anggota BPD dan Panitia Pemilihan Kepala Desa yang mempunyai hak pilih serta calon yang
berhak dipilih dalam pemilihan Kepala Desa tetap mempunyai hak untuk menggunakan hak
pilihnya.

Pasal 24

(1) Daftar pemilih yang digunakan pada saat pelaksanaan Pemilihan Umum atau Pemilihan Kepala
Daerah terakhir di desa, digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan.
(2) Daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimutakhirkan dan divalidasi oleh Panitia
Pemilihan Kepala Desa sesuai data penduduk di Desa, ditambah dengan daftar pemilih tambahan
untuk digunakan sebagai bahan penyusunan DPS.
(3) Pemutakhiran dan validasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan untuk mengetahui
pemilih:
a. yang memenuhi syarat usia pemilih;
b. yang Belum berusia 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah menikah;
c. yang meninggal dunia;
d. yang pindah domisili ke Desa lain; atau
e. yang belum terdaftar.
(4) Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Panitia Pemilihan Kepala Desa
menyusun dan menetapkan DPS.

Pasal 25

(1) DPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (4), diumumkan oleh Panitia Pemilihan Kepala
Desa pada tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat desa dengan bantuan
perangkat desa, pengurus Rukun Tetangga atau Rukun Warga lainnya untuk mendapat
tanggapan dari masyarakat.
(2) Pengumuman DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari sejak
Daftar Pemilih Sementara ditetapkan.
(3) Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemilih dapat mengajukan usul
perbaikan mengenai penulisan nama dan/atau identitas lainnya.
(4) Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemilih dapat memberikan informasi
yang meliputi:
a. pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia;
b. pemilih sudah tidak berdomisili di Desa tersebut;
c. pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17 (tujuh belas) tahun;
d. pemilih yang sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun; atau
e. pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat
sebagai pemilih.
(5) Berdasarkan usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), Panitia Pemilihan
Kepala Desa mengadakan perbaikan DPS.

Pasal 26

11
(1) Apabila ada masyarakat desa yang belum terdaftar dalam perbaikan DPS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (5), Panitia Pemilihan Kepala Desa membuat Daftar Pemilih Tambahan.
(2) Pencatatan Daftar Pemilih Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dalam
jangka waktu 3 (tiga) hari.
(3) Daftar Pemilih Tambahan yang sudah terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diumumkan
oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa pada tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat
desa dengan bantuan perangkat desa, pengurus Rukun Tetangga atau Rukun Warga lainnya
untuk mendapat tanggapan dari masyarakat.
(4) Pengumuman Daftar Pemilih Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan
selama 3 (tiga) hari sejak Daftar Pemilih Tambahan ditetapkan.

Pasal 27

(1) DPS dan Daftar Pemilih Tambahan yang sudah diperbaiki, ditetapkan oleh Panitia Pemilihan
Kepala Desa menjadi DPT.
(2) DPT yang sudah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diubah, kecuali ada
pemilih yang meninggal dunia atau anggota Tentara Nasional Indonesia/Polisi Republik
Indonesia, Panitia pemilihan Kepala Desa membubuhkan catatan dalam DPT pada kolom
keterangan “meninggal dunia” atau “anggota TNI/Polri”.
(3) DPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa di
tempat yang strategis untuk diketahui oleh masyarakat Desa.
(4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan selama 3 (tiga) hari sejak DPT
ditetapkan.

Pasal 28

(1) Setelah DPT diumumkan, Panitia Pemilihan Kepala Desa melakukan pengisian Kartu Pemilih
untuk setiap pemilih.
(2) Kartu Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi nomor pemilih, nama lengkap pemilih,
tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, dan alamat pemilih.
(3) Identitas pemilih dalam Kartu Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat diubah.

Pasal 29

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa menyerahkan Kartu Pemilih kepada pemilih sesuai dengan nama
dan alamat yang tercantum di dalam Kartu Pemilih dibantu oleh Ketua Rukun Tetangga dan
Ketua Rukun Warga.
(2) Kartu Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh pemilih yang namanya
tercantum di dalam Kartu Pemilih dalam memberikan suara pada hari dan tanggal pemungutan
suara.
(3) Penyerahan Kartu Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus sudah selesai selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.
Bagian Kelima
Persyaratan Calon Kepala Desa
Pasal 30 7. Ketentuan Pasal 30 huruf g dan huruf h
dihapus, sehingga Pasal 30 berbunyi sebagai
Syarat-syarat untuk menjadi Calon Kepala Desa berikut :
adalah:
a. Warga Negara Republik Indonesia; Pasal 30
b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; Syarat-syarat untuk menjadi Calon Kepala Desa
c. memegang teguh dan mengamalkan adalah :
Pancasila, melaksanakan Undang-Undang a. warga Negara Republik Indonesia;
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
1945, serta mempertahankan dan c. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
memelihara keutuhan Negara Kesatuan melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika; Republik Indonesia Tahun 1945, serta
d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah mempertahankan dan memelihara keutuhan
menengah pertama atau sederajat; Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) Bhinneka Tunggal Ika;
tahun pada saat mendaftar; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah
f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; menengah pertama atau sederajat;
g. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat e. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima)
tinggal di Desa setempat paling kurang 1 tahun pada saat mendaftar;
(satu) tahun sebelum pendaftaran; f. bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa;
h. mengenal karakteristik sosial, budaya, g. dihapus;
lingkungan Desa; h. dihapus;
i. tidak sedang menjalani hukuman pidana i. tidak sedang menjalani hukuman pidana
penjara; penjara;

12
j. tidak pernah dijatuhi pidana penjara j. tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun tahun atau lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah
setelah selesai menjalani pidana penjara dan selesai menjalani pidana penjara dan
mengumumkan secara jujur dan terbuka mengumumkan secara jujur dan terbuka
kepada publik bahwa yang bersangkutan kepada publik bahwa yang bersangkutan
pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku pernah dipidana serta buka sebagai pelaku
kejahatan berulang-ulang; kejahatan berulangulang;
k. tidak pernah dinyatakan bersalah k. tidak pernah dinyatakan bersalah berdasarkan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah putusan pengadilan yang telah mempunyai
mempunyai kekuatan hukum yang tetap kekuatan hukum yang tetap karena melakukan
karena melakukan tindak pidana narkotika tindak pidana narkotika dan psikotropika,
dan psikotropika, tindak pidana korupsi, tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme
tindak pidana terorisme dan/atau tindak dan/atau tindak pidana makar terhadap
pidana makar terhadap keamanan negara; keamanan negara;
l. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai l. tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai
dengan putusan pengadilan yang telah dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap; mempunyai kekuatan hukum tetap;
m. sehat jasmani dan rohani; m. sehat jasmani dan rohani;
n. tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa n. tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa
selama 3 (tiga) kali masa jabatan; dan selama 3 (tiga) kali masa jabatan; dan
o. berkelakuan baik, jujur dan adil. o. berkelakuan baik, jujur dan adil.
Pasal 31

(1) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri kembali wajib mengajukan permohonan cuti kepada
Bupati melalui Camat.
(2) Bupati wajib memberikan cuti atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berlaku
sejak ditetapkan sebagai calon sampai selesainya pelaksanaan penetapan calon Kepala Desa
terpilih.
(3) Dalam hal Kepala Desa cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekertaris Desa melaksanakan
tugas dan kewajiban Kepala Desa yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 32

(1) Perangkat Desa yang akan mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa, harus mengajukan
permohonan cuti kepada Kepala Desa dengan tembusan kepada Camat.
(2) Kepala Desa wajib memberikan izin cuti paling lama 3 (tiga) hari sejak diterimanya permohonan
cuti.
(3) Dalam hal Kepala Desa tidak memberikan izin cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka
Kepala Desa dianggap telah memberikan izin cuti.
(4) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sejak ditetapkan yang bersangkutan terdaftar
sebagai calon sampai selesainya pelaksanaan penetapan calon Kepala Desa terpilih.
(5) Tugas Perangkat Desa yang cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirangkap oleh Perangkat
Desa lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

Pasal 33

(1) Pegawai Negeri Sipil yang mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa selain harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, juga harus mendapatkan izin tertulis dari
Pejabat Pembina Kepegawaian.
(2) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpilih dan diangkat sebagai
Kepala Desa, dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan selama menjadi Kepala Desa dengan
tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
(3) Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), berhak mendapatkan tunjangan Kepala Desa dan penghasilan lain yang sah.
(4) Dalam hal Pegawai Negeri Sipil telah selesai masa jabatannya sebagai Kepala Desa, maka dapat
diaktifkan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.
(5) Tata cara pengaktifan kembali Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
didasarkan pada Peraturan Perundang-undangaan yang mengatur tentang aparatur sipil negara.
Pasal 34 8. Ketentuan Pasal 34 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3) diubah, sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai
(1) Anggota atau pimpinan BPD yang akan ikut berikut:
pencalonan pemilihan Kepala Desa, harus Pasal 34
mengundurkan diri sebagai anggota atau (1) Anggota dan/atau pimpinan BPD yang
pimpinan BPD paling lambat 7 (tujuh) hari mencalonkan diri dalam pemilihan Kepala Desa
sejak BPD menyampaikan pemberitahuan wajib mengundurkan diri sebagai anggota
kepada Kepala Desa mengenai berakhirnya

13
masa jabatan Kepala Desa sebagaimana dan/atau pimpinan BPD terhitung sejak
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1). mendaftarkan diri.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada (2) Anggota dan/atau Pimpinan BPD sebagai-mana
ayat (1), diajukan secara tertulis kepada dimaksud pada ayat (1) diberhentikan oleh
Bupati melalui Camat. Bupati terhitung sejak ditetapkan sebagai calon
(3) Bupati wajib memberhentikan anggota BPD Kepala Desa.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling (3) Tata cara pengunduran diri sebagaimana
lama 3 (tiga) hari sejak Bupati menerima dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
surat pengunduran diri. Bupati.

Pasal 35
Tentara nasional Indonesia dan Polisi Republik 9. Ketentuan Pasal 35 dihapus.
Indonesia yang mencalonkan diri dalam
pemilihan Kepala Desa selain harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30, juga didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang
Tentara nasional Indonesia dan Polisi Republik
Indonesia
Bagian Keenam
Pencalonan

Pasal 36

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa melakukan pengumuman dan pendaftaran bakal calon dalam
jangka waktu 9 (sembilan) hari.
(2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya terdapat 1 bakal calon
yang mendaftar, Panitia Pemilihan Kepala Desa harus melakukan pengumuman pendaftaran
kembali sampai adanya calon lain dalam jangka waktu 9 (sembilan) hari.
(3) Apabila telah dilakukan pengumuman pendaftaran kembali sebagaimana dimaksud ayat (2)
belum ada pendaftar lain maka panitia membuka pendaftaran baru.

Pasal 37

(1) Setiap penduduk desa yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk mendaftar
sebagai Calon Kepala Desa.
(2) Penduduk desa yang mendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengajukan permohonan
pencalonan Kepala Desa secara tertulis kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi persyaratan Calon Kepala Desa.

Pasal 38

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa melakukan penelitian kelengkapan persyaratan administratif,
klarifikasi dan penetapan Calon Kepala Desa dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa melakukan penelitian, klarifikasi dan penetapan calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara demokratis dan transparan.

Pasal 39

(1) Penelitian kelengkapan dan keabsahan persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 ayat (1) meliputi penelitian surat pencalonan beserta lampirannya, penelitian
kelengkapan dan keabsahan administrasi pencalonan.
(2) Klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) meliputi klarifikasi terhadap surat
pencalonan beserta lampirannya kepada instansi yang berwenang memberikan surat keterangan.
(3) Hasil penelitian kelengkapan persyaratan administratif dan klarifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dibuat dalam 2 (dua) rangkap dan diumumkan kepada masyarakat.
(4) Masyarakat dapat memberikan masukan kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa mengenai hasil
penelitian kelengkapan persyaratan administratif dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
(5) Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), wajib diproses dan ditindaklanjuti
oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa.

Pasal 40

(1) Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan administratif ditetapkan sebagai
Calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1).
(2) Penetapan Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

14
Pasal 41 10. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga Pasal 41
berbunyi sebagai berikut:
(1) Apabila terdapat Calon Kepala Desa yang
memenuhi syarat lebih dari 5 (lima) orang, Pasal 41
Panitia Pemilihan Kepala Desa melakukan (1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi
seleksi tambahan berupa kriteria persyaratan lebih dari 5 (lima) orang, panitia
pengalaman bekerja di lembaga pemilihan kepala desa melakukan seleksi
Pemerintahan, kriteria tingkat pendidikan tambahan dengan menggunakan kriteria :
tertinggi, usia tertua dan persyaratan lainnya a. pengalaman bekerja di lembaga
yang ditetapkan oleh Bupati. pemerintahan,
(2) Tes tertulis sebagaimana dimaksud pada b. tingkat pendidikan; dan
ayat (1), dilakukan oleh tim independen yang c. usia tertua.
ditetapkan oleh Bupati berdasarkan usulan (2) Jika bakal calon telah diseleksi mengguna-kan
Panitia Pemilihan Kabupaten dan panitia kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pemilihan ditingkat kecamatan dan desa. namun masih tetap berjumlah lebih dari 5
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai materi (lima) orang, maka ditetapkan persyaratan lain
persyaratannya lainnya serta tatacara tes oleh Bupati.
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyarat-an
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati. lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Bupati.
Pasal 42

(1) Apabila calon yang memenuhi syarat kurang dari 2 (dua) orang, Panitia Pemilihan Kepala Desa
memperpanjang waktu pendaftaran selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari.
(2) Apabila telah dilakukan perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2 (dua) orang, Bupati menunda proses
pemilihan Kepala Desa sampai dengan waktu yang akan ditetapkan kemudian oleh Bupati.
(3) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masa jabatan Kepala Desa
berakhir, Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa dari Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
pemerintahan Kabupaten.
Pasal 43 11. Ketentuan Pasal 43 ayat (1) dan ayat (2)
diubah, sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai
(1) Setelah Calon Kepala Desa ditetapkan, berikut:
Panitia Pemilihan Kepala Desa segera Pasal 43
melakukan pengundian nomor urut (1) Penetapan calon kepala desa sebagaimana
masing-masing calon secara terbuka. dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) disertai
(2) Pengundian nomor urut sebagaimana dengan penentuan nomor urut melalui undian
dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh yang dilakukan secara terbuka oleh Panitia
masing-masing Calon Kepala Desa. Pemilihan Kepala Desa.
(3) Nomor urut dan nama calon yang telah (2) Pengundian nomor urut sebagaimana dimaksud
ditetapkan disusun dalam dafar calon dan pada ayat (1) dihadiri oleh para calon kepala
dituangkan dalam berita acara penetapan Desa serta dapat dihadiri oleh anggota atau
Calon Kepala Desa. pimpinan BPD, Camat, dan undangan lainnya.
(3) Nomor urut dan nama calon yang telah
ditetapkan disusun dalam dafar calon dan
dituangkan dalam berita acara penetapan
Calon Kepala Desa.
Pasal 44 12. Ketentuan Pasal 44 ayat (2) diubah sehing-ga
Pasal 44 berbunyi sebagai berikut :
(1) Calon Kepala Desa dan nomor urut masing-
masing calon yang telah ditetapkan, Pasal 44
diumumkan kepada masyarakat Desa secara
luas di tempat-tempat umum sesuai dengan (1) Calon Kepala Desa dan nomor urut masing-
kondisi sosial budaya masyarakat desa masing calon yang telah ditetapkan,
setempat. diumumkan kepada masyarakat Desa secara
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada luas di tempat-tempat umum sesuai dengan
ayat (1) dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) kondisi sosial budaya masyarakat desa
hari setelah berakhirnya jangka waktu setempat.
penelitian. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh)
ayat (1) bersifat final dan mengikat. hari sejak tanggal ditetapkan.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat final dan mengikat.
Bagian Ketujuh
Kampanye

Pasal 45

15
(1) Calon Kepala Desa dapat melakukan kampanye untuk meyakinkan masyarakat desa sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
(2) Kampanye Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam jangka
waktu 3 (tiga) hari sebelum dimulainya masa tenang.
(3) Pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam tata tertib Pemilihan
Kepala Desa.

Pasal 46

(1) Materi kampanye Calon Kepala Desa berisi visi dan misi yang disampaikan secara lisan dan/atau
tertulis.
(2) Penyampaian materi kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang
sopan, tertib, dan bersifat edukatif.
Pasal 47

(1) Kampanye Calon Kepala Desa dapat dilakukan dengan cara:


a. pertemuan terbatas;
b. pertemuan tatap muka dan dialog;
c. debat publik/debat terbuka antar calon;
d. penyebaran bahan Kampanye kepada umum;
e. pemasangan alat peraga; atau
f. cara lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan metode kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam tata tertib pemilihan Kepala Desa.

Pasal 48

(1) Calon Kepala Desa yang melakukan kampanye dilarang untuk:


a. mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, Calon Kepala Desa yang lain;
c. melakukan Kampanye berupa menghasut, memfitnah, mengadu domba perseorangan, dan/atau
kelompok masyarakat;
d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
perseorangan atau kelompok masyarakat.
e. mengganggu keamanan, ketenteraman, dan ketertiban umum;
f. menggunakan atribut kampanye yang mengancam persatuan masyarakat desa;
g. melakukan kegiatan kampanye yang mengancam ketertiban dan keamanan masyarakat desa;
h. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Calon Kepala Desa yang lain;
i. menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa;
j. menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan;
k. melakukan pawai yang dilakukan dengan berjalan kaki dan/atau dengan kendaraan di jalan raya;
l. melakukan kampanye hitam;
m. melakukan kegiatan kampanye di luar jadwal yang telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Kepala
Desa; dan/atau
n. dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi
Pemilih.
o. melakukan kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Calon Kepala Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan
sanksi berupa peringatan tertulis, penghentian kampanye sampai digugurkan sebagai calon.
(3) Tata cara diskualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam tata tertib pemilihan
Kepala Desa.

Pasal 49

(1) Dalam Kampanye, Calon Kepala Desa dilarang melibatkan:


a. pengurus Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Usaha Milik Desa;
b. Aparatur Sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan anggota Tentara
Nasional Indonesia;
c. Perangkat Desa;
d. Kepala Desa; dan
e. Anggota BPD.
(2) Kepala Desa yang mencalonkan dirinya kembali menjadi Calon Kepala Desa dilarang menggunakan
fasilitas Kepala Desa.
(3) Calon Kepala Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dapat dikenakan sanksi berupa teguran tertulis, penghentian kampanye sampai digugurkan
sebagai calon.

16
(4) Tata cara diskualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam tata tertib pemilihan
Kepala Desa.
Pasal 50

(1) Tim Kampanye dilarang menjanjikan 13. Pasal 50 dihapus.


dan/atau memberikan uang atau materi
lainnya untuk mempengaruhi Pemilih.
(2) Tim Kampanye yang terbukti melakukan
pelanggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap dikenai sanksi pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Bagian Kedelapan
Masa Tenang

Pasal 51

(1) Masa tenang dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari.


(2) Dalam masa tenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Calon Kepala Desa dilarang untuk
melakukan kampanye.
(3) Calon Kepala Desa yang melakukan kampanye dalam masa tenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dikenakan sanksi.(diskualifikasi)
(4) Bentuk sanksi dan tata cara pemberian sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur lebih
lanjut dalam tata tertib pemilihan Kepala Desa.

Bagian Kesembilan
Pemungutan Suara

Paragraf 1
Pangadaan Perlengkapan Pemilihan

Pasal 52

Perlengkapan pemilihan Kepala Desa meliputi:


a. surat suara;
b. bilik suara dan kota suara;
c. alat pencoblos surat suara beserta alas; dan
d. papan tulis atau alat lain untuk menghitung suara.
Pasal 53 14. Ketentuan Pasal 53 ayat (1), ayat (3), ayat (4),
dan ayat (5) diubah sehingga Pasal 53
(1) Pengadaan surat suara sebagaimana berbunyi sebagai berikut :
dimaksud dalam Pasal 52 huruf a dilakukan
oleh Panitia Pemilihan Kabupaten. Pasal 53
(2) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengadaan surat suara sebagaimana dimaksud
(1) dilaksanakan dengan mengutamakan dalam Pasal 52 huruf a dilakukan oleh Panitia
kapasitas cetak yang sesuai dengan Pemilihan Kepala Desa atau Panitia Pemilihan
kebutuhan surat suara dan hasil cetak yang Kabupaten.
berkualitas, keamanan, tepat waktu, hemat (2) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat
anggaran, transparansi dan akuntabel. (1) dilaksanakan dengan mengutama-kan
(3) Selama proses pencetakan surat suara kapasitas cetak yang sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) surat suara dan hasil cetak yang berkualitas,
berlangsung, Panitia Pemilihan Kabupaten keamanan, tepat waktu, hemat anggaran,
harus menjaga kerahasiaan, keamanan, dan transparan dan akuntabel.
keselamatan surat suara. (3) Selama proses pencetakan surat suara
(4) Untuk menjaga kerahasiaan, keamanan, dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
keselamatan surat suara sebagaimana berlangsung, Panitia Pemilihan Kepala Desa
dimaksud pada ayat (3), Panitia pemilihan atau Panitia Pemilihan Kabupaten harus
Kabupaten dapat meminta bantuan aparat menjaga keamanan surat suara.
keamanan untuk mengadakan pengamanan (4) Untuk menjaga keamanan surat suara
terhadap surat suara selama proses sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Panitia
percetakan berlangung, penyimpanan dan Pemilihan Kepala Desa atau Panitia Pemilihan
pendistribusian ke tempat tujuan. Kabupaten dapat meminta bantuan aparat
(5) Secara periodik surat suara yang telah selesai keamanan.
dicetak dan diverifikasi, yang sudah dikirim (5) Surat suara yang telah selesai dicetak dan
dan/atau yang masih tersimpan dibuatkan diverifikasi, yang sudah dikirim dan/atau
berita acara yang ditandatangani oleh pihak masih tersimpan dibuatkan berita acara yang
ditandatangani oleh pihak percetakan dan

17
percetakan dan Panitia Pemilihan Panitia Pemilihan Kepala Desa atau Panitia
Kabupaten. Pemilihan Kabupaten.

Pasal 54

(1) Jumlah surat suara yang dicetak sama dengan jumlah pemilih tetap dalam DPT dan ditambah 2,5
% (dua koma lima per seratus) dari jumlah pemilih tetap tersebut.
(2) Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai cadangan di setiap
TPS untuk mengganti surat suara yang rusak atau terdapat kekeliruan dalam cara memberikan
suara.
(3) Penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibuatkan berita acara.
Pasal 55 15. Ketentuan Pasal 55 ayat (2) diubah, sehing-ga
Pasal 55 berbunyi sebagai berikut :
(1) Bilik suara dan kotak suara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf b berfungsi Pasal 55
sebagai tempat mencoblos dan tempat suara (1) Bilik suara dan kotak suara sebagaimana
yang digunakan oleh pemilih. dimaksud dalam Pasal 52 huruf b berfungsi
(2) Jumah, bahan, bentuk, ukuran dan warna sebagai tempat mencoblos dan tempat surat
bilik suara dan kotak suara sebagaimana suara yang digunakan oleh pemilih.
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Panitia (2) Jumlah, bahan, bentuk, ukuran dan warna bilik
Pemilihan Kabupaten. suara serta kotak suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Panitia
Pemilihan Kepala Desa.
Pasal 56
16. Ketentuan Pasal 56 diubah, sehingga berbunyi
(1) Panitia Pemilihan Kabupaten menetapkan sebagai berikut :
jumlah surat suara, bilik suara dan kotak
suara serta perlengkapan lainnya yang akan Pasal 56
didistribusikan. (1) Panitia Pemilihan Kabupaten menetapkan
(2) Pendistribusian surat suara sebagaimana jumlah surat suara, bilik suara dan kotak
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suara serta perlengkapan lainnya yang akan
Panitia Pemilihan Kabupaten dengan didistribusikan.
memperhatikan kecepatan, dan ketepatan (2) Dalam hal pendistribusian surat suara
waktu serta keamanan. dilakukan Panitia Pemilihan Kabupaten maka
(3) Pendistribusian perlengkapan pemilihan surat suara dimaksud sudah harus diterima
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa paling
diterima oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa lambat 2 (dua) hari sebelum pemungutan
paling lambat 2 (dua) hari sebelum suara.
pemungutan suara.

Pasal 57

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan perlengkapan pemilihan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 diatur dalam Peraturan Bupati.

Paragraf 2
Tempat Pemungutan Suara

Pasal 58

(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan di TPS.


(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan lokasinya di tempat yang mudah dijangkau,
termasuk oleh penyandang cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya
secara langsung, bebas dan rahasia.
(3) Jumlah, lokasi, bentuk dan tata letak TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Panitia Pemilihan Kepala Desa.

Pasal 59

(1) Jumlah pemilih di setiap TPS ditentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(2) Jumlah pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan secara berimbang sesuai dengan
persebaran pendudukan Desa.

Paragraf 3
Pelaksanaan Pemungutan Suara

Pasal 60

18
Panitia Pemilihan Kepala Desa menyampaikan surat panggilan kepada pemilih selambat-lambatnya 3
(tiga) hari sebelum pelaksanaan pemilihan.

Pasal 61

(1) Dalam rangka pelaksanaan pemungutan suara, Panitia Pemilihan Kepala Desa dapat membentuk
PPS di setiap TPS.
(2) Pembentukan PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dibentuk dalam hal jumlah
TPS lebih dari 1 (satu).
(3) Dalam hal hanya terdapat 1 (satu) TPS, maka Panitia Pemilihan Kepala Desa merangkap sebagai
petugas PPS.
(4) Anggota PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak 3 (tiga) orang di setiap PPS.
(5) Tata cara pembentukan PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam tata
tertib pemilihan Kepala Desa dengan mengacu pada Peraturan Bupati.

Pasal 62

(1) Pemungutan suara dilaksanakan secara langsung, umum, bebas dan rahasia di tempat yang telah
ditentukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(2) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum masa jabatan Kepala Desa berakhir.

Pasal 63

(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, PPS melakukan:


a. pembukaan kota suara;
b. pengeluaran seluruh isi kota suara;
c. pengidentifikasian jenis dokumen dan perlatan; dan
d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
(2) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPS memberikan penjelasan
mengenai tata cara pemungutan suara.
(3) Kegiatan PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dihadiri oleh saksi dari masing-
masing calon, BPD, dan warga masyarakat.
(4) Kegiatan PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuatkan berita acara yang ditandatangani
oleh Ketua PPS dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota PPS dan saksi dari calon.

Pasal 64

(1) Pelaksanaan pemungutan suara dimulai pukul 07.00 dan berakhir pukul 13.00 Waktu Indonesia
Barat.
(2) Dalam pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih diberikan kesempatan
oleh PPS berdasarkan urutan kehadiran pemilih.

Pasal 65

(1) Pemberian surat suara dilakukan di TPS.


(2) Apabila surat suara yang diterima oleh pemilih dalam kondisi rusak atau cacat atau terdapat
kekeliruan dalam cara memberikan suara, PPS memberikan surat suara pengganti.
(3) Pemberian surat suara pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan hanya
untuk 1 (satu) kali dan dibuatkan Berita Acara.

Pasal 66

(1) Pemberian suara dilakukan dengan mencoblos surat suara yang berisi nomor, foto dan nama calon.
(2) Seorang pemilih hanya memberikan suaranya kepada salah satu calon Kepala Desa.
(3) Seorang pemilih yang berhalangan hadir, tidak dapat diwakilkan.

Pasal 67

(1) Pemilih tunanetra, tunadaksa atau yang mempunyai halangan fisik lain pada saat memberikan
suaranya di TPS dapat dibantu oleh PPS atau orang lain atas permintaan pemilih.
(2) Atas permintaan pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua PPS menugaskan anggota
PPS untuk memberikan bantuan.
(3) Anggota PPS atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib
merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan.

Pasal 68

19
(1) Pemilih yang menjalani rawat inap di rumah sakit atau sejenisnya atau pemilih yang sedang
menjalani hukuman penjara dapat memberikan suaranya di TPS khusus yang merupakan bagian
dari salah satu TPS.
(2) TPS khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam tata tertib pemilihan Kepala Desa.

Pasal 69

Pemilih yang telah memberikan suara di TPS, diberi tanda khusus oleh Panitia.

Pasal 70

Pada saat pemungutan suara dilaksanakan, Panitia Pemilihan Kepala Desa dan PPS berkewajiban
untuk :
a. menjamin agar tata demokrasi berjalan dengan lancar, tertib, aman dan teratur;
b. menjamin pelaksanaan pemungutan suara dengan tertib dan teratur; dan
c. membuka kotak suara dan memperlihatkan kotak suara kepada para pemilih bahwa kotak suara
dalam keadaan kosong serta menutup kembali, mengunci dan menyegel dengan menggunakan
kertas yang dibubuhi cap atau stempel Panitia Pemilihan Kepala Desa sebelum pemungutan
suara dimulai.

Bagian Kesepuluh
Penghitungan Suara

Pasal 71

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa meminta kepada masing-masing Calon Kepala Desa untuk
menunjuk saksi.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftarkan kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum dilakansakannya pemungutan suara.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak dapat digantikan orang lain kecuali dalam hal saksi
tersebut sakit atau meninggal dunia.
(4) Penggantian saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Calon Kepala Desa
kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa dengan surat pernyataan penggantian saksi.
(5) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan di setiap TPS yang sudah ditentukan.
(6) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meninjau dan menyaksikan pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa sampai dinyatakan selesai.
(7) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berhak untuk mengajukan
keberatan terhadap proses pemilihan dan proses penghitungan suara.
(8) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (5), saksi harus membawa surat
mandat dari calon Kepala Desa dan menyerahkannya kepada Ketua Panitia Pemilihan Kepala
Desa dan/atau PPS.

Pasal 72

(1) Penghitungan surat suara dilaksanakan di TPS setelah berakhirnya waktu pemungutan suara.
(2) Dalam hal jumlah TPS lebih dari 1 (satu), penghitungan surat suara dilakukan melalui 2 (dua)
tahap, yakni:
a. tahap pertama di TPS oleh PPS; dan
b. tahap kedua di tingkat Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(3) Tata cara pelaksanaan penghitungan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam tata tertib pemilihan Kepala Desa.

Pasal 73

(1) Penghitungan surat suara tahap pertama di TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (1)
huruf a dilaksanakan setelah pemungutan suara dinyatakan selesai.
(2) Pelaksanaan penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimulai pada pukul 13.00
Waktu Indonesia Barat.
(3) Sebelum penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai, PPS menghitung:
a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan DPT untuk TPS;
b. jumlah pemilih dari TPS lain;
c. jumlah surat suara yang tidak terpakai;
d. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos; dan
e. jumlah surat suara tambahan yang digunakan.

Pasal 74

Surat suara untuk pemilihan Kepala Desa dianggap sah, apabila :

20
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua PPS dan cap atau stempel Panitia Pemilihan Kepala Desa;
dan
b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang memuat satu calon; atau
c. tanda coblos terdapat pada salah 1 (satu) kotak segi empat yang memuat 1 (satu) nomor, foto dan
nama calon; atau
d. tanda coblos lebih dari 1 (satu), tetapi masih dalam salah satu kotak segi empat yang memuat
nomor, foto dan nama calon; atau
e. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama
calon.

Pasal 75

(1) Penghitungan suara di TPS oleh PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf a
dihadiri oleh saksi calon, BPD, pemantau, dan penduduk desa.
(2) Saksi calon dalam penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus membawa mandat
dari calon yang bersangkutan dan menyerahkan kepada Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa
atau PPS.
(3) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang
memungkinkan saksi calon, BPD, pemantau dan penduduk desa yang hadir dapat menyaksikan
secara jelas terhadap proses penghitungan suara.

Pasal 76

(1) Calon, saksi calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya perhitungan suara
oleh PPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, PPS seketika itu juga
mengadakan pembetulan.
Pasal 77

(1) Setelah penghitungan suara selesai, PPS membuat berita acara hasil penghitungan suara yang
ditandatangani oleh Ketua dan Anggota PPS dan ditandatangani oleh saksi masing-masing calon.
(2) Berita acara penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan dalam sampul
khusus yang disediakan dan dimasukkan dalam kota suara yang pada bagian luar di tempel label
atau segel.
(3) Dalam hal jumlah TPS lebih dari 1(satu), Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
diserahkan oleh PPS kepada Panitia Pemilihan Kepala Desa
(4) Dalam hal jumlah TPS hanya 1 (satu), Panitia Pemilihan Kepala Desa mengesahkan berita acara
pemungutan suara dengan pembubuhan tandatangan oleh Ketua dan Anggota Panitia Pemilihan
Kepala Desa dan dapat ditandatangani oleh saksi-saksi masing calon yang hadir.
(5) Hasil penghitungan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diumumkan di tempat
umum.

Pasal 78

(1) Dalam hal jumlah TPS lebih dari 1(satu), Panitia Pemilihan Kepala Desa melakukan penghitungan
suara pada tingkat desa atas dasar berita acara yang diserahkan oleh PPS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 77 ayat (3).
(2) Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh saksi calon, BPD, pemantau,
dan penduduk desa.
(3) Setelah selesai penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pemilihan
Kepala Desa membuat berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani oleh Ketua dan
Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa dan dapat ditandatangani oleh saksi-saksi masing calon
yang hadir.
(4) Salinan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan kepada masing-masing
saksi calon yang hadir sebanyak 1 (satu) eksemplar dan menempelkan 1 (satu) eksemplar
sertifikat hasil penghitungan suara di tempat umum.

Pasal 79

(1) Penghitungan ulang surat suara di tingkat TPS dapat dilakukan apabila dari hasil pemeriksaan
terbukti terdapat 1 (satu) atau lebih penyimpangan.
(2) Penyimpangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penghitungan suara dilakukan secara tertutup;
b. Penghitungan suara dilakukan di tempat yang kurang penerangan cahaya;
c. saksi calon, panitia, pemantau dan penduduk desa tidak dapat menyaksikan proses
penghitungan suara secara jelas;
d. penghitungan suara dilakukan di tempat lain di luar tempat dan waktu yang telah ditentukan;
dan/atau

21
e. terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan surat suara yang sah dan surat suara yang
tidak sah.
(3) Penghitungan ulang surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dapat dilakukan
apabila terjadi kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan
atau penghitungan suara tidak dapat dilakukan.

Pasal 80

Perlengkapan pemungutan suara wajib disimpan di kantor Desa atau tempat lain yang terjamin
keamanannya.
Bagian Kesebelas 17. Ketentuan Pasal 81 ayat (1), ayat (2) dan ayat
Penetapan Calon Terpilih (3) diubah, sehingga Pasal 81 berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 81
Pasal 81
(1) Calon yang memperoleh dukungan suara (1) Calon yang memperoleh dukungan suara
terbanyak dinyatakan sebagai Calon Kepala terbanyak dari jumlah suara sah dinyatakan
Desa terpilih. sebagai Calon Kepala Desa Terpilih.
(2) Apabila jumlah calon Kepala Desa terpilih (2) Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) orang calon
yang memperoleh suara terbanyak yang kepala Desa memperoleh suara terbanyak yang
sama lebih dari 1 (satu) calon pada Desa sama, calon terpilih ditetap-kan berdasarkan
dengan TPS lebih dari 1 (satu), calon terpilih wilayah perolehan suara sah yang lebih luas.
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak (3) Pelaksanaan perolehan suara sah yang lebih
pada TPS dengan jumlah pemilih terbanyak. luas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
(3) Apabila jumlah calon terpilih yang diatur dengan Peraturan Bupati.
memperoleh suara terbanyak yang sama
lebih dari 1 (satu) orang calon pada Desa
dengan TPS hanya 1 (satu), calon terpilih
ditetapkan berdasarkan wilayah tempat
tinggal dengan jumlah pemilih terbesar.
Pasal 82

(1) Panitia Pemilihan Kepala Desa menetapkan calon Kepala Desa terpilih.
(2) Paling lama 7 (tujuh) hari setelah penetapan calon Kepala Desa terpilih, Panitia Pemilihan Kepala
Desa menyampaikan nama Calon Kepala Desa terpilih kepada BPD.

Bagian Kedua Belas


Pengesahan dan Pelantikan

Pasal 83

(1) BPD dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan calon Kepala Desa
terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (2), menyampaikan kepada Bupati melalui
Camat dengan tembusan kepada Kepala Desa.
(2) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan laporan BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati mengesahkan calon Kepala Desa terpilih dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 84 18. Ketentuan Pasal 84 ayat (1), ayat (2), ayat (3)
diubah dan ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat
(1) Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati atau (7) dihapus sehingga Pasal 84 berbunyi
pejabat lain yang ditunjuk paling lama 30 sebagai berikut :
(tiga puluh) hari terhitung tanggal penerbitan
Keputusan Bupati. Pasal 84
(2) Pelantikan Kepala Desa dapat dilaksanakan
di desa bersangkutan atau di pusat (1) Pelantikan Calon Kepala Desa terpilih
pemerintahan dalam wilayah Kabupaten di dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
hadapan komponen masyarakat. terhitung sejak diterbitkan Keputusan Bupati
(3) Apabila pelaksanaan pelantikan mengenai pengesahan pengangkatan Calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh Kepala Desa terpilih.
pada hari libur, maka pelantikan dimajukan (2) Pelantikan Calon Kepala Desa terpilih
atau diundur 1 (satu) hari. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(4) Pelantikan Kepala Desa yang tidak dapat dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang
dilaksanakan pada waktu sebagaimana ditunjuk.
dimaksud pada ayat (1) karena alasan-alasan (3) Susunan acara pelantikan Kepala Desa
yang dapat dipertanggungjawabkan, dapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
ditunda paling lama 1 (satu) bulan sejak sebagai berikut :
tanggal berakhir masa jabatan Kepala Desa a. pembacaan Keputusan Bupati tentang
yang lama dengan persetujuan BPD, dengan Pengesahan Pengangkatan Kepala Desa.
ketentuan bahwa Sekertaris Desa

22
melaksanakan tugas Kepala Desa selama b. pengambilan sumpah/janji jabatan oleh
masa penundaan tersebut. Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(5) Dalam hal Kepala Desa terpilih ditetapkan c. penandatanganan berita acara pengambilan
sebagai tersangka dalam tindak pidana sumpah/janji.
narkotika dan psikotropika, tindak pidana d. kata pelantikan oleh Bupati/Walikota atau
korupsi, tindak pidana terorisme dan/atau pejabat yang ditunjuk.
tindak pidana makar terhadap negara e. penyematan tanda jabatan oleh
sebelum hari pelantikan, maka Bupati Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk.
membatalkan pelantikan Kepala Desa f. pembacaan dan penandatanganan Pakta
terpilih dan membatalkan keputusan Bupati Integritas;
yang terkait dengan Kepala Desa tersebut. g. pembacaan amanat Bupati/Walikota; dan
(6) Dalam hal terjadinya pembatalan pelantikan h. pembacaan doa.
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Bupati (4) Dihapus
mengangkat penjabat kepala desa sampai (5) Dihapus
terpilihnya kembali kepala desa definitif. (6) Dihapus
(7) Pemilihan Kepala Desa yang dikarenakan (7) Dihapus
alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dilaksanakan melalui mekanisme Pemilihan
Kepala Desa Antar Waktu.
19. Di antara Pasal 84 dan Pasal 85 disisipkan 3
(tiga) Pasal, yakni Pasal 84A, Pasal 84B, dan
Pasal 84C, sehingga berbunyi sebagai berikut
:

Pasal 84A

(1) Serah terima jabatan dilakukan setelah


pelantikan Calon Kepala Desa terpilih.
(2) Serah terima jabatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan dengan
penandatanganan berita acara serah terima
jabatan.
(3) Penandatanganan berita acara serah terima
jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan pada Acara pengambilan
sumpah/janji dan pelantikan Calon Kepala
Desa terpilih setelah penyematan tanda jabatan
bersamaan dengan menyerahkan memori serah
terima jabatan.
(4) Memori serah terima jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) terdiri atas :
a. pendahuluan;
b. monografi desa;
c. pelaksanaan program kerja tahun lalu;
d. rencana program yang akan datang;
e. kegiatan yang telah diselesaikan, sedang
dilaksanakan, dan rencana kegiatan
setahun terakhir;
f. hambatan yang dihadapi; dan
g. daftar inventarisasi dan kekayaan desa.

Pasal 84B

(1) Calon kepala desa terpilih yang meninggal


dunia, berhalangan tetap atau mengundur-kan
diri dengan alasan yang dibenarkan sebelum
pelantikan, calon terpilih dinyatakan gugur dan
Bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari
Pemerintah Daerah sebagai Penjabat Kepala
Desa.
(2) Penjabat kepala desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melaksanakan tugas dan
wewenang Kepala Desa sampai dengan
dilantiknya Kepala Desa hasil pemilihan
langsung secara serentak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 84C

23
(1) Calon kepala desa terpilih yang ditetapkan
sebagai tersangka dan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun sebelum
pelantikan, calon terpilih tetap dilantik sebagai
kepala desa.
(2) Calon kepala desa terpilih yang ditetapkan
sebagai tersangka dalam tindak pidana
korupsi, terorisme, makar, dan atau tindak
pidana terhadap keamanan negara sebelum
pelantikan, calon terpilih tetap dilantik sebagai
kepala desa dan pada kesempatan pertama
Bupati memberhentikan sementara yang
bersangkutan dari jabatannya sebagai Kepala
Desa.
(3) Calon kepala desa terpilih yang ditetapkan
sebagai terdakwa dan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan register perkara di pengadilan
sebelum pelantikan, calon terpilih tetap
dilantik sebagai kepala desa dan pada
kesempatan pertama Bupati memberhentikan
sementara yang bersangkutan dari jabatannya
sebagai Kepala Desa.
(4) Calon Kepala Desa terpilih yang ditetapkan
sebagai terpidana dan diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap sebelum
pelantikan, calon terpilih tetap dilantik menjadi
kepala desa dan pada kesempatan pertama
Bupati memberhentikan yang bersangkutan
dari jabatannya sebagai kepala desa dan
mengangkat PNS dari Pemerintah Daerah
sebagai Penjabat Kepala Desa.
(5) Calon kepala desa terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4)
yang tidak hadir pada saat pelantikan dianggap
mengundurkan diri, kecuali dengan alasan
yang dapat dibenarkan.
(6) Pelaksanaan ketentuan kesempatan pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) paling lambat 14 (empat) belas hari
terhitung sejak tanggal pelantikan.
(7) Penjabat kepala desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) melaksanakan tugas dan
wewenang kepala desa sampai dengan
dilantiknya kepala desa hasil pemilihan kepala
desa antar waktu melalui musyawarah desa.
Pasal 85

(1) Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa wajib mengucapkan sumpah/janji.


(2) Susunan kata-kata sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
”Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku
Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa saya akan selalu
taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara; dan bahwa saya
akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah,
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Bagian Ketiga Belas 20. Ketentuan Pasal 86 ayat (1), dan ayat (2)
Biaya Pemilihan diubah, sehingga Pasal 86 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 86
Pasal 86
(1) Biaya penyelenggaraan pemilihan Kepala (1) Biaya penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa
Desa dibebankan dalam pada Anggaran dan biaya pelaksanaan tugas Panitia Pemilihan
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kabupaten dibebankan pada Anggaran
(2) Besarnya biaya penyelenggaraan pemilihan Pendapatan dan Belanja Daerah.
Kepala Desa diatur secara proporsional (2) Besarnya biaya penyelenggaraan pemilihan
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat

24
sesuai jumlah hak pilih masing-masing desa (1) ditetapkan berdasarkan asas merata untuk
dan diatur dengan Peraturan Bupati. masing-masing desa dan asas propor-sional
(3) Desa dapat mengalokasikan biaya sesuai jumlah pemilih tetap yang diatur lebih
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam lanjut dalam Peraturan Bupati.
Angaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes) untuk kebutuhan pada
pelaksanaan pemungutan suara.
Pasal 87

(1) Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh 21. Pasal 87 dihapus.


Panitia Pemilihan Kepala Desa kepada
Bupati melalui Camat dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari setelah terbentuknya
Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(2) Bupati menetapkan biaya pemilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
diajukan oleh Panitia Pemilihan Kepala
Desa.
Pasal 88

(1) Calon Kepala Desa dilarang memberikan dukungan biaya pemilihan Kepala Desa.
(2) Panitia dilarang memungut biaya pemilihan dari calon atau dari pihak manapun kecuali dari
APBD dan APB Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 .
(3) Pelanggaran terhadap ketentuan pada ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Keempat Belas


Mekanisme Pengaduan dan Penyelesaian Masalah

Pasal 89

(1) Pelanggaran pada setiap tahapan pemilihan dilaporkan oleh masyarakat dan atau calon kepada
BPD.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara lisan/tertulis yang berisi :
a. nama dan alamat pelapor;
b. waktu dan tempat kejadian perkara;
c. nama dan alamat pelanggar;
d. nama dan alamat saksi-saksi ; dan
e. uraian kejadian.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (2) disampaikan kepada BPD paling lama 7 (tujuh) hari
sejak terjadi pelanggaran.
(4) Tata cara pelaporan diatur lebih lanjut dalam tata tertib pemilihan.

Pasal 90

(1) BPD mengkaji setiap laporan pelanggaran yang diterima.


(2) BPD memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti laporan sebagaimana
dimaksud ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari setelah laporan diterima.
(3) Dalam hal BPD memerlukan keterangan tambahan dari pelapor untuk melengkapi laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
laporan diterima.
(4) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur pidana, diselesaikan oleh
BPD.
(5) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa mengandung unsur tindak pidana, penyelesaiannya
diteruskan kepada aparat penegak hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(6) Laporan yang mengandung unsur pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang telah
memperoleh putusan pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta berakibat calon
terpilih tidak memenuhi persyaratan, ditindaklanjuti dengan pembatalan pemilihan oleh BPD.

Pasal 91

(1) BPD menyelesaikan sengketa sebagaimana dimaksud pasal 89 ayat (4) dilakukan melalui tahapan
:
a. mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa melakukan
musyawarah untuk mencapai kesepakatan;
b. dalam hal tidak tercapai kesepakatan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, BPD membuat keputusan.

25
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud ayat (1) paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan.

Bagian Kelima Belas


Perselisihan Hasil Pemilihan

Pasal 92

(1) Calon yang tidak menerima rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilihan Kepala Desa dapat
mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya berkenaan dengan hasil penghitungan
suara yang mempengaruhi terpilihnya calon.

Pasal 93

(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 diajukan kepada Bupati.


(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh Calon Kepala Desa dalam
waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah penetapan hasil.
(3) Bupati wajib menyelesaikan perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya permohonan sengketa oleh calon.
Pasal 94 22. Pasal 94 ayat (1) dan ayat (2) diubah, sehingga
Pasal 94 berbunyi sebagai berikut :
(1) Dalam rangka menyelesaikan permohonan Pasal 94
perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa,
dilakukan oleh Tim Pelaksana Kegiatan (1) Dalam rangka penyelesaian perselisihan hasil
Fasilitasi Penyelesaian Permasalahan Dan pemilihan Kepala Desa, Panitia Pemilihan
Rapat Koordinasi Bidang Pemerintahan Desa Kabupaten wajib melakukan penelitian dan
Dan Kelurahan yang ditetapkan oleh Bupati. klarifikasi terhadap perselisihan yang
(2) Dalam menjalankan tugasnya, Tim diajukan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (2) Klarifikasi dimaksud pada ayat (1) dengan
memperhatikan masukan dari Panitia mempertimbangkan masukan dari Panitia
Pemilihan Kepala Desa, BPD, Camat dan Pemilihan Kepala Desa, BPD, Camat dan
Panitia Pemilihan Kabupaten. serta pihak lain yang terlibat.
(3) Dalam menjalankan tugasnya, Tim (3) Dalam menjalankan tugasnya, Panitia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemilihan Kabupaten sebagaimana dimaksud
bertanggung jawab kepada Bupati. pada ayat (1) bertanggung jawab kepada
Bupati.
23. Pasal 95 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 95
Pasal 95 berbunyi sebagai berikut :

(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan dari Tim, Pasal 95


Bupati menetapkan keputusan. (1) Berdasarkan hasil penelitian dan klarifi-kasi
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94, Bupati
(1) bersifat final dan mengikat. menetapkan keputusan ter-hadap penyelesaian
perselisihan.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bersifat final dan mengikat.
Pasal 96
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelesaian perselisihan hasil pemilihan Kepala Desa
diatur dalam Peraturan Bupati.
BAB III 24. Ketentuan Pasal 97 ayat (1), ayat (2), dan ayat
PEMILIHAN KEPALA DESA ANTAR WAKTU (3) diubah, serta ayat (4) dan ayat (5) dihapus,
sehingga Pasal 97 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 97
Pasal 97
(1) Dalam hal Kepala Desa diberhentikan dan
sisa jabatan Kepala Desa lebih dari 1 (satu) (1) Kepala Desa berhenti dan/atau diber-hentikan
tahun, maka diadakan pemilihan Kepala dengan sisa masa jabatan lebih dari 1 (satu)
Desa Antar Waktu. tahun, Bupati mengangkat PNS dari
(2) Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu Pemerintah Daerah sebagai Penjabat Kepala
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Desa sampai dengan ditetapkan kepala desa
dilaksanakan melalui Musyawarah Desa. antar waktu hasil musyawarah desa.
(3) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud (2) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diselenggarakan khusus untuk pada ayat (1) dilaksanakan paling lama 6
pemilihan kepala Desa antarwaktu dan (enam) bulan sejak Kepala Desa diber-
dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan hentikan.
sejak Kepala Desa diberhentikan. (3) Masa jabatan kepala Desa yang ditetapkan
melalui musyawarah Desa terhitung sejak

26
(4) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud tanggal pelantikan sampai dengan sisa masa
pada ayat (2) diikuti oleh Pemerintah Desa, jabatan Kepala Desa yang diber-hentikan.
BPD, dan unsur masyarakat. (4) Dihapus
(5) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud (5) Dihapus
pada ayat (4) terdiri atas:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. tokoh pemuda/karang taruna;
f. perwakilan kelompok tani;
g. perwakilan kelompok nelayan;
h. perwakilan kelompok perajin;
i. perwakilan kelompok perempuan;
j. perwakilan kelompok pemerhati dan
pelindungan anak; dan
k. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
25. Di antara Pasal 97 dan Pasal 98 disisip-kan 2
(dua) Pasal, yakni Pasal 97A, Pasal 97B,
sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 97A
(1) BPD membentuk panitia pemilihan Kepala
Desa antar waktu yang ditetapkan dengan
keputusan pimpinan BPD.
(2) Panitia pemilihan Kepala Desa antar waktu
terdiri atas perangkat Desa dan unsur
masyarakat.
(3) Panitia Pemilihan Kepala Desa antar waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
jumlahnya disesuaikan dengan beban tugas
dan kemampuan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
(4) Panitia pemilihan kepala Desa antar waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggungjawab kepada pimpinan BPD.
(5) Biaya Pemilihan Kepala Desa antar waktu
melalui musyawarah Desa dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Pasal 97B
(1) Panitia pemilihan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 97A melakukan penjaringan dan
penyaringan bakal calon Kepala Desa antar
waktu. (2) Penyaringan bakal calon Kepala
Desa menjadi calon Kepala Desa ditetapkan
paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling
banyak 3 (tiga) orang calon.
(3) Dalam hal jumlah calon sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang memenuhi
persyaratan lebih dari 3 (tiga) orang, panitia
melakukan seleksi tambahan. (4) Seleksi
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) terdiri atas : a. pengalaman bekerja di
lembaga pemerintahan; b. tingkat
pendidikan; dan c. Usia tertua. (5) Apabila
calon yang memenuhi persyaratan kurang
dari 2 (dua) orang, panitia pemilihan
memperpanjang waktu pendaftaran selama 7
(tujuh) hari. (6) Dalam hal calon yang
memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2
(dua) orang setelah perpanjangan waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), BPD
menunda pelaksanaan musyawarah Desa
pemilihan Kepala Desa sampai dengan waktu
yang ditetapkan oleh BPD.
Pasal 98 26. Ketentuan Pasal 98 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut :

27
Mekanisme Musyawarah Desa sebagaiamana Pasal 98
dimaksud dalam Pasal 97 adalah sebagai (1) Pemilihan Kepala Desa antar waktu dilak-
berikut: sanakan melalui tahapan :
a. sebelum penyelenggaraan musyawarah Desa, a. persiapan;
dilakukan kegiatan yang meliputi: b. pelaksanaan; dan
1. pembentukan Panitia Pemilihan Kepala c. pelaporan.
Desa antarwaktu oleh BPD paling lama (2) Tahapan persiapan sebagaimana dimak-sud
dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari pada ayat (1) meliputi :
terhitung sejak kepala Desa a. pembentukan panitia pemilihan kepala Desa
diberhentikan; antar waktu oleh BPD paling lama dalam
2. pengajuan biaya pemilihan dengan beban jangka waktu 15 (lima belas) hari terhitung
APB Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala sejak Kepala Desa diberhenti-kan;
Desa Antar Waktu kepada Penjabat b. pengajuan biaya pemilihan dengan beban
Kepala Desa paling lambat dalam jangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa oleh
waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak panitia pemilihan kepada Penjabat Kepala
panitia terbentuk; Desa paling lama dalam jangka waktu 30
3. pemberian persetujuan biaya pemilihan (tiga puluh) hari terhitung sejak panitia
oleh Penjabat Kepala Desa paling lama terbentuk;
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari c. pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh
terhitung sejak diajukan oleh Panitia Penjabat Kepala Desa paling lama dalam
Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu; jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung
4. pengumuman dan pendaftaran bakal sejak diajukan oleh panitia pemilihan;
calon Kepala Desa oleh Panitia Pemilihan d. pengumuman dan pendaftaran bakal calon
Kepala Desa Antar Waktu dalam jangka Kepala Desa oleh panitia pemilihan dalam
waktu 15 (lima belas) hari; jangka waktu 15 (lima belas) hari;
5. penelitian kelengkapan persyaratan e. penelitian kelengkapan persyaratan
administrasi bakal calon oleh Panitia administrasi bakal calon oleh panitia
Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh)
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari; dan hari; dan
6. penetapan Calon Kepala Desa Antar f. penetapan calon Kepala Desa antar waktu
Waktu oleh Panitia Pemilihan Kepala oleh panitia pemilihan paling sedikit 2
Desa Antar Waktu paling sedikit 2 (dua) (orang) calon dan paling banyak 3 (tiga)
orang calon dan paling banyak 3 (tiga) orang calon yang dimintakan pengesahan
orang calon yang dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk ditetapkan sebagai
Musyawarah Desa untuk ditetapkan calon yang berhak dipilih dalam
sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.
Musyawarah Desa. (3) Tahapan pelaksanaan sebagaimana dimaksud
b. BPD menyelenggarakan musyawarah Desa pada ayat (1) huruf b meliputi :
yang meliputi kegiatan: a. penyelenggaraan musyawarah Desa
1. penyelenggaraan Musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis
dipimpin oleh Ketua BPD yang teknis pelaksanaan pemilihannya dilakukan oleh
pelaksanaan pemilihannya dilakukan panitia pemilihan;
oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar b. pengesahan calon Kepala Desa yang berhak
Waktu; dipilih oleh musyawarah Desa melalui
2. pengesahan calon Kepala Desa yang musyawarah mufakat atau melalui
berhak dipilih oleh Musyawarah Desa pemungutan suara;
melalui musyawarah mufakat atau c. pelaksanaan pemilihan calon kepala Desa
melalui pemungutan suara; oleh panitia pemilihan dan peserta
3. pelaksanaan pemilihan Calon kepala musyawarah Desa melalui mekanisme
Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa musyawarah mufakat atau melalui
Antar Waktu melalui mekanisme pemungutan suara yang telah disepakati
musyawarah mufakat atau melalui oleh musyawarah Desa;
pemungutan suara yang telah disepakati d. pelaporan hasil pemilihan calon Kepala Desa
oleh musyawarah Desa; oleh panitia pemilihan kepada musyawarah
4. pelaporan hasil pemilihan Calon Kepala Desa; dan
Desa oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa e. pengesahan calon terpilih oleh musyawarah
Antar Waktu kepada Musyawarah Desa; Desa.
5. pengesahan calon terpilih oleh (4) Peserta musyawarah desa sebagaimana
Musyawarah Desa; dimaksud pada ayat (3) huruf c melibatkan
6. pelaporan hasil pemilihan kepala Desa unsur masyarakat.
melalui Musyawarah Desa kepada BPD (5) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah pada ayat (4) terdiri atas :
Musyawarah Desa mengesahkan Calon a. tokoh agama;
Kepala Desa terpilih; b. tokoh masyarakat;
7. pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil c. tokoh pendidikan;
Musyawarah Desa oleh ketua BPD d. tokoh pemuda/karang taruna;
kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) e. perwakilan kelompok tani;
hari setelah menerima laporan dari f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;

28
Panitia Pemilihan Kepala Desa Antar h. perwakilan kelompok perempuan; dan
Waktu; i. perwakilan kelompok pemerhati dan
8. penerbitan Keputusan Bupati tentang perlindungan anak.
pengesahan pengangkatan calon kepala (6) Jumlah peserta musyawarah desa sebagai-
Desa terpilih paling lambat 30 (tiga mana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
puluh) hari sejak diterimanya laporan dibahas dan disepakati bersama BPD dan
dari BPD; dan Pemerintah Desa dengan memperhatikan
9. pelantikan kepala Desa oleh Bupati jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih di
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Desa yang ditetapkan dengan Keputusan BPD.
diterbitkan keputusan pengesahan (7) Tahapan pelaporan sebagaimana dimak-sud
pengangkatan Calon Kepala Desa terpilih pada ayat (1) huruf c meliputi :
dengan urutan acara pelantikan sesuai a. pelaporan hasil pemilihan Kepala Desa
dengan ketentuan peraturan perundang- melalui musyawarah Desa kepada BPD
undangan. dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah
musyawarah Desa mengesahkan calon
Kepala Desa terpilih;
b. pelaporan calon Kepala Desa terpilih hasil
musyawarah Desa oleh ketua BPD kepada
Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
menerima laporan dari panitia pemilihan;
c. penerbitan Keputusan Bupati tentang
pengesahan pengangkatan calon Kepala
Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak diterimanya laporan dari BPD;
dan
d. pelantikan Kepala Desa oleh Bupati paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan
keputusan pengesahan pengangkatan calon
Kepala Desa terpilih dengan urutan acara
pelantikan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
(8) Tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3) dan ayat (4) dapat dipersingkat
dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektivitas yang pelaksanaan-nya ditetapkan
dalam Peraturan Bupati.
BAB IV
MASA JABATAN KEPALA DESA

Pasal 99

(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa
jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
(3) Ketentuan periodisasi masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk masa jabatan
kepala Desa yang dipilih melalui musyawarah Desa.
(4) Dalam hal kepala Desa mengundurkan diri sebelum habis masa jabatannya atau diberhentikan,
kepala Desa dianggap telah menjabat 1 (satu) periode masa jabatan.
BAB V
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA 27. Pasal 100 ayat (1) diubah dan ayat (3) dihapus,
sehingga Pasal 100 berbunyi sebagai berikut :
Bagian Kesatu Pasal 100
Pemberhentian Sementara (1) Kepala Desa dapat diberhentikan semen-tara
Pasal 100 oleh Bupati karena :
a. tidak melaksanakan kewajiban sebagai
(1) Kepala Desa diberhentikan sementara karena Kepala Desa;
: b. dinyatakan sebagai terdakwa yang di-ancam
a. dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) (lima) tahun berdasarkan register perkara di
tahun berdasarkan register perkara di pengadilan; dan
pengadilan; c. ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak
b. ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, teroris, makar, dan/atau
pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
tindak pidana terhadap keamanan negara. (2) Pemberhentian sementara sebagaimana
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
dimaksud pada ayat (1) tanpa melalui usulan Keputusan Bupati.
BPD.

29
(3) Pemberhentian sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 101

(1) Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 setelah
melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan
putusan pengadilan diterima oleh Kepala Desa, Bupati merehabilitasi dan mengaktifkan
kembali Kepala Desa yang bersangkutan sebagai Kepala Desa sampai dengan akhir masa
jabatannya.
(2) Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dim aksud pada ayat (1) telah
berakhir masa jabatannya, Bupati harus merehabilitasi nama baik Kepala Desa yang
bersangkutan.

Pasal 102

Dalam hal Kepala Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100, Sekretaris
Desa melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa sampai dengan adanya putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 103

Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 diberhentikan tetap oleh Bupati setelah
dinyatakan sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Bagian Kedua 28. Pasal 104 ayat (2) diubah dan ditambah
Pemberhentian Kepala Desa dengan ayat (4) dan ayat (5), sehingga Pasal
104 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 104
Pasal 104
(1) Kepala Desa berhenti, karena :
a. meninggal dunia; (1) Kepala Desa berhenti karena :
b. permintaan sendiri; atau a. meninggal dunia;
c. diberhentikan. b. permintaan sendiri; atau
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana c. diberhentikan.
dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : (2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana
a. berakhir masa jabatannya dan telah dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :
dilantik pejabat yang baru; a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara b. tidak dapat melaksanakan tugas secara
berkelanjutan atau berhalangan tetap berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
bulan; karena menderita sakit yang mengakibatkan
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala baik fisik maupun mental tidak berfungsi
Desa sebagaimana dimaksud pada Pasal secara normal yang dibuktikan dengan surat
37; keterangan dokter yang berwenang
d. dinyatakan melanggar sumpah/janji dan/atau tidak diketahui keberadaannya;
jabatan ; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai Kepala
e. tidak melaksanakan kewajiban Kepala Desa;
Desa; dan/atau d. melanggar larangan sebagai Kepala Desa;
f. melanggar larangan Kepala Desa e. adanya perubahan status Desa menjadi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 7. kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau
(3) Pemberhentian Kepala Desa sebagai-mana lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan penghapusan Desa;
Keputusan Bupati. f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai
Kepala Desa; dan/atau
g. dinyatakan sebagai terpidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.
(3) Apabila Kepala Desa berhenti sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), BPD melaporkan
kepada Bupati melalui Camat.
(4) Laporan Pimpinan BPD kepada Bupati
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat
materi kasus yang dialami oleh Kepala Desa
yang bersangkutan.

30
(5) Atas laporan Pimpinan BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) Bupati melakukan
kajian untuk proses selanjutnya.
Pasal 105

(1) Kepala Desa diberhentikan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2) huruf
d, huruf e dan huruf f setelah diberikan 3 (tiga) kali peringatan oleh Bupati melalui Camat.
(2) Pemberian peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertulis setelah
dilakukan klarifikasi oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 106

Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2) huruf b dan huruf c,
dilakukan oleh Bupati atas usul BPD.

BAB VI
PENGANGKATAN PENJABAT KEPALA DESA

Pasal 107

(1) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa dilakukan dalam hal :


a. sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu) tahun karena diberhentikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 dan Pasal 104 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat
(2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f akan dilaksanakan pemilihan
Kepala Desa Antar Waktu melalui musyawarah desa;
b. sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1 (satu) tahun karena
diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100, 102, dan Pasal 103 ayat (1) huruf a
dan huruf b serta ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f akan
dilaksanakan pemilihan Kepala Desa serentak secara langsung; atau
c. Kepala Desa berhenti pada saat kebijakan penundaan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan tugas, wewenang,
kewajiban, dan hak Kepala Desa.
Pasal 108 29. Pasal 108 ayat (3) diubah, sehingga Pasal 108
berbunyi sebagai berikut :
(1) Penjabat Kepala Desa diangkat dan
diberhentikan dengan Keputusan Bupati. Pasal 108
(2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berasal dari Pegawai (1) Penjabat Kepala Desa diangkat dan
Negeri Sipil dari Pemerintah Daerah diberhentikan dengan Keputusan Bupati.
Kabupaten. (2) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud
(3) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pada ayat (1) berasal dari Pegawai Negeri Sipil
penjabat kepala Desa sebagaimana Pemerintah Daerah.
dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi (3) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai
syarat: Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud
a. Setinggi-tingginya golongan ruang III D; pada ayat (2) harus memenuhi syarat :
b. memahami bidang kepemimpinan dan a. memiliki masa kerja paling singkat 4 (empat)
teknis pemerintahan; dan tahun;
c. Diutamakan berdomisili dari desa b. memiliki pangkat dan golongan/ruang paling
setempat yang mengalami kekosonagan rendah Pengatur Muda, Golongan/ruang
jabatan Kepala Desa. II/a, dan paling tinggi satu tingkat dibawah
pangkat dan golongan/ruang camat;
c. memahami kepemimpinan dan teknis
pemerintahan; dan
d. diutamakan berdomisili dari desa setempat
yang mengalami kekosongan jabatan Kepala
Desa.
Pasal 109

(1) Pengangkatan Penjabat Kepala Desa atas usul Camat dengan memperhatikan aspirasi BPD, tokoh
masyarakat, dan lembaga kemasyarakatan desa.
(2) Penjabat Kepala Desa dilantik oleh Camat.

BAB VII
PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA E-VOTING

Pasal 110

(1) Pemilihan Kepala Desa dapat dilakukan secara e-voting.

31
(2) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan Kepala Desa dengan cara manual sebagaimana diatur
dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 96 berlaku secara mutatis mutandis terhadap tata cara
pemilihan Kepala Desa secara e-voting kecuali ketentuan mengenai pemungutan suara, tempat
pemungutan suara, pelaksanaan pemungutan suara, dan penghitungan suara.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemungutan suara, tempat pemungutan suara, pelaksanaan
pemungutan suara, dan penghitungan suara pemilihan Kepala Desa secara e-voting sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 111

Kepala Desa yang menjabat sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini tetap melaksanakan tugas
sampai habis masa jabatannya.

Pasal 112

(4) Untuk kali pertama, dalam rangka pemilihan Kepala Desa secara bergelombang, pemilihan Kepala
Desa dilaksanakan dengan ketentuan:
a. pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Kepala Desa yang masa jabatannya berakhir pada
tahun 2014 dan tahun 2015, dilaksanakan dihari dan bulan yang sama pada tahun 2015;
b. pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Kepala Desa yang masa jabatannya berakhir pada
tahun 2016 dan tahun 2017, dilaksanakan dihari dan bulan yang sama pada tahun 2017; dan
c. pemungutan suara serentak dalam Pemilihan Kepala Desa yang masa jabatannya berakhir pada
tahun 2018 dan tahun 2019 dilaksanakan dihari dan bulan yang sama pada tahun 2019.
(5) Untuk mengisi kekosongan jabatan Kepala Desa sebagai akibat adanya pelaksanaan pemilihan
Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf
c, Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa sampai dengan terpilihnya Kepala Desa yang definitif.

Pasal 113

(1) Kepala Desa yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2020 tetap melaksanakan tugas sampai
habis masa jabatannya dan pemilihan Kepala Desa diadakan pada tahun 2021.
(2) Untuk mengisi kekosongan jabatan Kepala Desa yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2020,
Bupati mengangkat penjabat Kepala Desa sampai dengan terpilihnya Kepala Desa yang definitif
pada tahun 2021.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 114
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 12
Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun
2012 Nomor 12), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 115

Peraturan Bupati sebagai pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 6 (enam)
bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 116

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Gresik.
Ditetapkan di Gresik Ditetapkan di Gresik
pada tanggal pada tanggal 29 November 2018
Diundangkan di Gresik Diundangkan di Gresik
pada tanggal pada tanggal 29 November 2018

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH


KABUPATEN GRESIK NOMOR 12 TAHUN 2015 KABUPATEN GRESIK NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 12
PEMBERHENTIAN KEPALA DESA TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN,
PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN
I. UMUM PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

32
Undang-Undang Dasar Negara Republik I. UMUM
Indonesia Tahun 1945 Pasal 18B ayat (2) Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun
mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah
masyarakat hukum adat beserta hak-hak Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
tradisionalnya. Dengan dasar tersebut, maka Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
desa sebagai salah satu sistem pemerintahan 2014 tentang Desa telah memberikan konsekwensi
yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka, yuridis bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan
diakui eksistensinya. Oleh karena itu, melalui berbagai penyesuaian peraturan di bidang desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang termasuk dalam hal ini terkait dengan kepala
Desa, desa diatur sedemikian rupa, sehingga desa. Oleh sebab itu untuk menyesuaikan dengan
eksistensinya diakui secara utuh dalam sistem dan melaksanakan amanah UndangUndang
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah
Indonesia. Desa atau nama lainya diartikan Nomor 43 Tahun 2014 tersebut, maka Pemerintah
sebagai kesatuan masyarakat hukum yang Daerah Kabupaten Gresik pada tanggal 13 Mei
mempunyai otonomi berupa kewenangan untuk Tahun 2015 telah mengganti dan mencabut
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 12
berdasarkan hak asal usul, hak adat istiadat Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemilihan Kepala
dan hak tradisonal yang dimiliki oleh desa yang Desa dengan menetapkan Peraturan Daerah
bersangkutan. Oleh sebab itu, desa mempunyai Kabupaten Gresik Nomor 12 Tahun 2015 tentang
otonomi asli (genuine autonomy) yang meuncul Pedoman Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan,
dan eksistensinya tidak disebabkan oleh dan Pemberhentian Kepala Desa.
adanyaa pelimpahan atau pemberian Dalam perkembangannya beberapa
kewenangan dari satuan pemerintahan yang ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
lebih tinggi, namun bersumber dan berakar dari Gresik Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pedoman
hak-hak asli desa yang bersangkutan. Hak asli Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan, dan
itu bersumber dari hak asal usul, hak adat Pemberhentian Kepala Desa sudah tidak sesuai
istiadat dan hak tradisional desa yang lagi dengan perkembangan hukum dan peraturan
bersangkutan. Otonomi desa dapat dikatakan perundang-undangan yang lebih tinggi, sehingga
sebagai otonomi yang bersumber dari kearifan perlu dilakukan penyempur-naan. Salah satu
budaya, adat istiadat dan common sense desa perkembangan yang terjadi sejak diundangnya
tersebut. Peraturan Daerah Kabu-paten Gresik Nomor 12
Dengan adanya otonomi tersebut, maka Tahun 2015 tentang Pedoman Pencalonan,
desa memiliki pemerintahan desa yang Pemilihan, Pengang-katan, dan Pemberhentian
dialankan dan dilaksanakan berdasarkan Kepala Desa dengan adanya putusan Mahkamah
prinsip-prinsip kebudayaan yang telah lama Konstitusi Nomor 128/PUU-XIII/2015 yang telah
mengakar dan hidup di tengah-tengah membatalkan ketentuan Pasal 33 huruf g Undang-
masyarakat desa di seluruh Indonesia. Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menentukan
Pemerintahan desa tersebut dilaksanakan oleh salah satu syarat untuk menjadi kepala desa.
pemerintah desa yang dipimpin oleh Kepala Selain itu Peraturan Daerah Kabupaten
Desa. Kepala Desa merupakan pimpinan dari Gresik Nomor 12 Tahun 2015 perlu juga
penyelenggaraan pemerintahan desa. Dengan disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam
demikian, maka segala urusan pemerintahan Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan
desa dibawah kendali kewenangan seorang Kepala Desa yang telah diubah oleh Peraturan
Kepala Desa. Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2017 dan
Dengan adanya kewenangan tersebut, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun
maka salah satu prinsip penyelenggaraan 2015 tentang Pengang-katan dan Pemberhentian
pemerintahan desa ialah prinsip demokrasi dan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia
prinsip musyawarah. Prinsip demokrasi tersebut tahun 2016 Nomor 4), sebagaimana telah diubah
tertuang dengan adanya pemilihan Kepala Desa dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66
yang dilakukan secara serentak di seluruh Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Menteri
wilayah Kabupaten/Kota dengan prinsip Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
Dengan adanya pemilihan Kepala Desa secara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
langsung tersebut, menunjukkan bahwa Nomor 1222).
pimpinan tertinggi di desa harus merupakan
kesepakatan terbanyak dari warga desa yang III. PASAL DEMI PASAL
bersangkutan, sehingga akan mampu Pasal I
meningkatkan keikutsertaan atau partisipasi Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas.
masyarakat di dalam memilih Kepala Desa. Hal Angka 2 Pasal 3 Cukup jelas.
tersebut juga dimaknai sebagai proses Angka 3 Pasal 12 Cukup jelas.
pembelajaran politik masyarakat desa. Angka 4 Pasal 16 Cukup jelas.
Pemilihan Kepala Desa secara langsung tersebut Angka 5 Pasal 18 Cukup jelas.
juga bertujuan untuk mendidik masyarajat desa Angka 6 Bab II Cukup jelas.
tidak menjadi feodal dan memungkinkan adanya Angka 7 Pasal 30 Cukup jelas.
sirkulasi elit di tingkat desa, sehingga akan Angka 8 Pasal 34 Cukup jelas.
tumbuh kearifan berdemokrasi di tengah-tengah Angka 9 Pasal 35 Cukup jelas.
masyarakat desa. Angka 10 Pasal 41 Cukup jelas.
Adanya prinsip demokrasi dalam Angka 11 Pasal 43 Cukup jelas.
pemilihan Kepala Desa tidaklah menyebabkan Angka 12 Pasal 44 Cukup jelas.

33
prinsip musyawarah yang sudah mengakar Angka 13 Pasal 50 Cukup jelas.
dalam budaya masyarakat desa menjadi hilang. Angka 14 Pasal 53 Cukup jelas.
Namun, prinsip musyawarah juga dilakukan Angka 15 Pasal 55 Cukup jelas.
melalui mekanisme musyawarah desa dalam Angka 16 Pasal 56 Cukup jelas.
pemilihan Kepala Desa antar waktu. Sehingga Angka 17 Pasal 81 Cukup jelas.
dengan adanya mekanisme tersebut, hak-hak Angka 18 Pasal 84 Cukup jelas.
masyarakat desa benar-benar diperhatikan Angka 19 Pasal 84A Cukup jelas. Pasal 84B
yang pada ujungnya akan memberikan Cukup jelas. Pasal 84C Cukup jelas.
kesempatan kepada masyarakat untuk terus Angka 20 Pasal 86 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2)
aktif berperan serta di dalam pelaksanaan Yang dimaksud dengan Asas merata dalam
pemerintahan desa. pasal ini adalah alokasi biaya minimal yang sama
Kabupaten Gresik terdiri dari 330 desa, untuk setiap desa penyelenggara Pemilihan kepala
yang berarti bahwa juga harus memiliki 330 desa.
Kepala Desa. Jumlah tersebut tidaklah sedikit, Yang dimaksud Asas proporsional dalam
karenanya perlu diperhatikan dengan sebaik pasal ini adalah alokasi biaya pemilihan yang
mungkin dalam bentuk pengaturan yang dihitung berdasarkan jumlah pemilih tetap
partisipatif. Apalagi dengan ketentuan adanya masing-masing desa sebelum dilaksanakan
pemilihan serentak dan langsung terhadap tahapan pemilihan kepala desa.
Kepala Desa akan meimbulkan multi-efect di Ayat (3) Cukup Jelas
tengah-tengah masyarakat. Dengan perkataan Angka 21 Pasal 87 Cukup jelas.
lain bahwa pemilihan Kepala Desa tidak jarang Angka 22 Pasal 94 Cukup jelas.
menimbulkan konflik sektoral di tengah-tengah Angka 23 Pasal 95 Cukup jelas.
masyarakat. Hal tersebut disebabkan juga oleh Angka 24 Pasal 97 Cukup jelas.
berbagai faktor, misalnya tidak terima dengan Angka 25 Pasal 97A Cukup jelas. Pasal 97B
kekalahan, tuduhan terhadap panitia pemilihan Cukup jelas.
yang melakukan kecurangan, tuduhan Angka 26 Pasal 98 Cukup jelas.
terhadap panitia pemilihan yang tidak netral, Angka 27 Pasal 100 Cukup jelas.
terjadinya money politic dan faktor-faktor Angka 28 Pasal 104 Cukup jelas.
lainnya. Di sisi yang lain, dengan adanya Angka 29 Pasal 108 Cukup jelas.
pemilihan serentak tersebut juga akan
berpengaruh terahadap pembiayaan APBD Pasal II
Kabupaten Gresik yang diwajibkan untuk Cukup jelas.
membiayai pemilihan Kepala Desa, sehingga
perlu dipersiapkan langkah-langkah yang pasti.
Selama ini, terkait dengan pemilihan
Kepala Desa di Kabupaten Gresik didasarkan
dan mengacu pada Peraturan Daerah
Kabupaten Gresik Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Desa.
Namun Peraturan Daerah tersebut sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan
perundang-undangan yang lebih tinggi,
terutama Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Kepala Desa. Sehingga, Peraturan Bupati
tersebut sudah tidak mampu lagi untuk
mengakomodir dan tidak dapat digunakan lagi
sebagai dasar hokum dalam pelaksanaan
pemilihan kepala desa. Peraturan Bupati
tersebut sudah tidak memiliki validitas yuridis.
Ketiadaan validitas yuridis tersebut, juga akan
berpengaruh terhadap validitas sosiologis,
karena tidak dapat digunakan lagi sebagai dasar
hukum dalam pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa. Oleh karena itu, diperlukan produk
hukum daerah dalam bentuk Peraturan Daerah
sebagai landasan pelaksanaan pemilihan kepala
desa di Kabupaten Gresik. Hal ini sesuai amanat
dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31
ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, dan Pasal 49 ayat (1) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014
tentang Pemilihan Kepala Desa yang
memerintahkan pembentukan Peraturan

34
Daerah untuk mengatur tatacara
penyelenggaraan pemilihan kepala desa.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2 Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “dalam jangka
waktu 6 (enam) tahun” ialah pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa dilaksanakan 3 (tiga)
gelombang dalam setiap kurun waktu 6
(enam) tahun.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5 Kewenangan Bupati hanya terbatas pada
penetapan tanggal pelaksanaan pemilihan
atau pemungutan suara. Sedangkan tahun
pelaksanaan pemilihan kepala desa tetap
harus menyesuaikannya dengan periodesasi
masa jabatan kepala desa hasil pelaksanaan
pemilihan kepala desa sebagaimana diatur
dalam ketentuan peralihan Peraturan Daerah
ini.
Pasal 6 Cukup jelas.
Pasal 7 Cukup jelas.
Pasal 8 Cukup jelas.
Pasal 9 Cukup jelas.
Pasal 10 Ayat (1)
Keterwakilan perempuan dalam
keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa
sebesar 20% dari jumlah Panitia Pemilihan
Kepala Desa.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “Panitia Pemilihan
Kepala Desa juga merangkap sebagai PPS” ialah
bahwa anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa
juga merangkap sebagai petugas PPS, baik pada
kondisi hanya terdapat 1 (satu) TPS maupun
lebih dari 1 (satu) TPS. Apabila hanya terdapat 1
(satu) TPS, maka anggota Panitia Pemilihan
Kepala Desa merangkap sebagai petugas PPS.
Ayat (6) Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas.
Pasal 12 Cukup jelas.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14 Cukup jelas.
Pasal 15 Cukup jelas.
Pasal 16 Cukup jelas.
Pasal 17 Cukup jelas.
Pasal 18 Cukup jelas.
Pasal 19 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Bupati dapat
membentuk Panitia Pengawas Pemilihan Kepala
Desa” ialah kewenangan yang bersifat pilihan
atau kewenangan fakultatif Bupati untuk
membentuk Panitia Pengawas Pemilihan Kepala
Desa. Pembentukan Panitia Pengawas Pemilihan
Kepala Desa harus mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah. Apabila kondisi
keuangan daerah mampu membiayai dan sudah
dianggarkan, maka Bupati dapat membentuk

35
Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa.
Namun, jika keuangan daerah tidak mampu
membiayainya dan belum dianggarkan, maka
Bupati tidak perlu membentuk Panitia Pengawas
Pemilihan Kepala Desa.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.
Pasal 20 Cukup jelas.
Pasal 21 Cukup jelas.
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas.
Pasal 27 Cukup jelas.
Pasal 28 Cukup jelas.
Pasal 29 Cukup jelas.
Pasal 30 Kelengkapan persyaratan administras
bakal calon sebagaimana diatur dalam Pasal ini
ialah harus disertai dengan :
a. surat keterangan sebagai bukti sebagai
warga negara Indonesia dari pejabat Daerah
yang berwenang;
b. surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang dibuat oleh yang
bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup;
c. surat pernyataan memegang teguh dan
mengamalkan Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika, yang
dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
segel atau bermeterai cukup;
d. ijazah pendidikan formal dari tingkat dasar
sampai dengan ijazah terakhir yang
dilegalisasi oleh pejabat berwenang atau
surat pernyataan dari pejabat yang
berwenang;
e. akta kelahiran atau surat keterangan kenal
lahir;
f. surat pernyataan bersedia dicalonkan
menjadi kepala Desa yang dibuat oleh yang
bersangkutan di atas kertas segel atau
bermeterai cukup;
g. kartu tanda penduduk dan surat keterangan
bertempat tinggal paling kurang 1 (satu)
tahun sebelum pendaftaran dari rukun
tetangga/rukun warga dan kepala Desa
setempat;
h. surat pernyataan dari tokoh masyarakat
bahwa calon mengenal karakteristik sosial,
budaya, lingkungan Desa atau pernyataan
calon bahwa calon mengenal karakteristik
sosial, budaya, lingkungan Desa;
i. surat keterangan dari ketua pengadilan
bahwa tidak sedang menjalani hukuman
penjara;
j. surat keterangan dari ketua pengadilan
bahwa tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun atau lebih;

36
k. surat keterangan dari ketua pengadilan
bahwa tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana narkotika dan
psikotropika, tindak pidana korupsi, tindak
pidana terorisme dan/atau tindak pidana
makar terhadap keamanan negara;
l. surat keterangan dari ketua pengadilan
negeri bahwa tidak sedang dicabut hak
pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan
yang telah mempunyai hukum tetap;
m. surat keterangan berbadan sehat dari rumah
sakit umum daerah;
n. surat keterangan dari pemerintah daerah
kabupaten/kota dan surat pernyataan dari
yang bersangkutan bahwa tidak pernah
menjadi kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa
jabatan;
o. surat pernyataan bahwa tidak pernah
berjudi, mabuk, pemakai/pengedar narkoba,
dan berzina serta perbuatan yang melanggar
kesusilaan lainnya; dan
p. surat pernyataan kesediaan untuk menjadi
pemimpin yang jujur dan adil.
Pasal 31 Surat pengajuan cuti merupakan
tambahan persyaratan administrasi bagi
Kepala Desa yang akan mencalonkan diri
kembali sebagai calon Kepala Desa.
Pasal 32 Surat pengajuan cuti merupakan
tambahan persyaratan administrasi bagi
perangkat desa yang akan mencalonkan diri
sebagai calon Kepala Desa.
Pasal 33 Izin tertulis dari Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah merupakan tambahan
syarat administrasi bagi pegawai negeri sipil
yang akan mencalonkan diri sebagai calon
Kepala Desa.
Pasal 34 Ayat (1) Ketentuan ini bermakna bahwa
jika anggota atau pimpinan BPD tidak
mengajukan pengunduran diri sesuai dengan
batas waktu yang ditentukan berdasarkan
Pasal ini, maka Bupati menolak
memberhentikan anggota atau pimpinan
BPD, sehingga anggota atau pimpinan BPD
tersebut tidak dapat mencalonkan diri
sebagai calon Kepala Desa, dan Panitia
Pemilihan Kepala Desa wajib menolak
pendaftaran anggota atau pimpinan BPD
dimaksud. Ketentuan ini juga merupakan
tambahan persyaratan administrasi bagi
seorang calon yang mengundurkan diri dari
anggota atau pimpinan BPD.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Pasal 35 Cukup jelas.
Pasal 36 Cukup jelas.
Pasal 37 Cukup jelas.
Pasal 3 Yang dimaksud dengan “kelengkapan
persyaratan administratif” ialah sebagaimana
dimaksud dalam Penjelasan Pasal 30, dan syarat
tambahan bagi:
a. Kepala Desa yang akan mencalonkan diri
kembali sebagai calon Kepala Desa ialah
melampirkan salinan surat pengajuan cuti;
b. Perangkat Desa yang akan mencalonkan diri
sebagai calon Kepala Desa ialah melampirkan
salinan surat pengajuan cuti;

37
c. pegawai negeri sipil yang akan mencalonkan
diri sebagai calon Kepala Desa ialah
melampirkan izin tertulis dari Pejabat
Pembina Kepegawaian; atau
d. anggota dan pimpinan BPD yang akan
mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa
ialah melampirkan surat pemberhentian
sebagai anggota BPD dari Bupati.

Pasal 39 Cukup jelas.


Pasal 40 Cukup jelas.
Pasal 41 Ayat (1) Persyaratan lainnya dalam hal
calon lebih dari 5 (lima) orang harus diatur
dalam Peraturan Bupati. Namun, apabila
persayaratan tambahan berupa kriteria
pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan,
tes psikologi, tes integritas, kriteria tingkat
pendidikan tertinggi, usia tertua dianggap
cukup, maka tidak diperlukan persyaratan
lainnya.
Pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan
dibuktikan dengan surat keterangan dari
pejabat atau instansi tempat calon pernah
bekerja. Tingkat pendidikan tertinggi dibuktikan
dengan ijazah atau keterangan/pernyataan dari
pejabat yang berwenang. Usia tertua dibuktikan
dengan akta kelahiran atau surat keterangan
kenal lahir.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “Bupati
menunda proses pemilihan Kepala Desa sampai
dengan waktu yang akan ditetapkan kemudian
oleh Bupati” ialah Bupati berwenang
menetapkan waktu pelaksanaan pemilihan
kepala desa dengan tetap memperhatikan sistem
pemilihan kepala desa secara bergelombang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
Bupati dapat menunda pemilihan kepala desa
tersebut sampai gelombang pemilihan kepala
desa berikutnya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53

38
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “berdasarkan wilayah
tempat tinggal jumlah pemilih terbesar” adalah
didasarkan pada jumlah pemilih dengan urutan
sebagai berikut :
a. dalam hal jumlah dusun lebih dari 1 (satu),
maka penentuan wilayah jumlah pemilih
terbesar ialah berdasarkan dusun;

39
b. dalam hal jumlah dusun hanya 1 (satu),
maka penentuan wilayah jumlah pemilih
terbesar ialah berdasarkan Rukum Warga
(RW);
c. dalam hal jumlah Rukun Warga (RW) hanya
1 (satu), maka penentuan wilayah jumlah
pemilih tersebsar ialah berdasarkan Rukun
Tetangga (RT);
Agar penghitungan “berdasarkan wilayah
tempat tinggal jumlah pemilih terbesar” dapat
dilaksanakan, maka jumlah kotak suara dalam
hal TPS hanya 1 (satu), maka kotak suara harus
dibuat terpisah berdasarkan:
a. jumlah dusun, dalam hal terdapat lebih dari
1 (satu) dusun;
b. jumlah Rukun Warga (RW), dalam hal hanya
terdapat 1 (satu) dusun;
c. jumlah Rukun Tetangga (RT), dalam hal
hanya terdapat 1 Rukun Warga (RW).
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Bupati dapat memperpanjang masa jabatan
penjabat kepala desa yang sedang menjabat atau
mengangkat penjabat kepala desa baru.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Bantuan dana dari APB Desa dapat
diperuntukkan untuk kebutuhan pada saat
pelaksanaan pemungutan suara diluar
pendanaan yang telah dianggarkan dalam
APBD.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Ayat (1)
Termasuk dalam pengertian “larangan
memberikan dukungan biaya” dari calon kepala
desa ialah larangan untuk penyediaan
perlengkapan pemungutan suara lainnya seperti
sampul kertas, tanda pengenal PPS, tanda
pengenal petugas keamanan TPS, karet pengikat
surat suara, lem/perekat, kantong plastik,
ballpoint, gembok, spidol, formulir untuk berita
acara dan sertifikat, stiker nomor kotak suara,
tali pengikat alat pemberi tanda pilihan, alat
bantu tuna netra, kendaraan untuk mobilasasi
pemilih, penyediaan tempat untuk dijadikan

40
TPS, dan lainnya yang dapat mempengaruhi
netralitas Panitia Pemilihan Kepala Desa
dan/atau PPS, serta dapat mempengaruhi
pemilih pada saat pemungutan suara.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “BPD membuat
keputusan” ialah keputusan akhir yang diambil
oleh BPD dalam rangka penyelesaian sengketa
tersebut. Akan tetapi, sebelum mengambil
keputusan, BPD tetap mengusahakan
tercapainya kesepakatan antara para pihak
melalui musyawarah.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “penetapan hasil” ialah
penetapan hasil calon kepala desa terpilih atau
hasil perolehan suara oleh Panitia Pemilihan
Kepala Desa.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Ckup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110

41
Cukup jelas.
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Ayat (1)
Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa yang masa
jabatannya berakhir pada tahun 2020 yang
dilaksanakan pada tahun 2021 ialah dalam
rangka pelaksanaan pemilihan kepala desa
secara bergelombang yang hanya dapat
dilakukan paling banyak 3 (tiga) gelombang
dalam kurun waktu 6 (enam) tahun. Masa
jabatan Kepala Desa yang terpilih pada tahun
2015 akan berakhir pada tahun 2021, sehingga
pemilihan Kepala Desa dilaksanakan pada
tahun 2021. Oleh karena itu, pemilihan Kepala
Desa yang masa jabatannya berakhir pada
tahun 2020 dilaksanakan dihari dan bulan yang
sama pada tahun 2021 bersamaan dengan
pemilihan Kepala Desa hasil pemilihan tahun
2015.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.

42

Anda mungkin juga menyukai