BERJALAN
Berjalan yang baik dilakukan dengan tegap dan khidmat serta
pandangan kearah depan merupakan tanda penghormatan dan
kesungghuan niat kita bertemu dengan Tuhan serta dengan tidak
tergesa-gesa supaya suasana khidmat dan tenang terjaga,
namun tidak lambat juga supaya tidak memberi kesan lamban.
TANDA SALIB
Tanda salib dibuat ketika :
Memasuki gereja sambil menandai diri dengan air suci yang ada
disamping pintu masuk gereja sebagai tanda peringtan pembaptisan
yang telah kita terima.
Mengawali dan Mengakhiri Perayaan Ekaristi
Menerima percikan air suci kalau dibuat sebagai Pernyataan Tobat.
Tanda tersebut mengungkapkan kesadaran kita sebagai anak-anak
Allah dan kesetiaan pada janji Baptis
Memulai bacaan injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut
dan dada untuk mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut
disanggupkan untuk mewartakan, dan hati diresapi oleh sabda Tuhan.
Menerima berkat mengutusan pada bagian penutup
PERARAKAN
Perarakan imam, prodiakon, misdinar pada hari-hari biasa bergerak dari
sakristi langsung menuju altar. setelah selesai perayaan Ekaristi keluar
melalui jalan yang sama. Pada hari Raya, perarakan dari sakristi melewati
lorong tengah umat menuju altar.
urutan perarakan, misdinar paling depan, disusul oleh prodikaon dan imam
(terakhir). Perarakan masuk biasanya diiringi oleh lagu pembukaan, dimana
umat menyambut dengan berdiri.
MEMBUNGKUK
Imam agung yang memimpin ibadat berdoa dengan membungkuk, hal ini sudah
dilaksanakan sejak Perjanjian Lama, dimana juga gerakan ini dipakai untuk
mengiringi doa dan uangkapan menyembah Tuhan.
membungkuk dilakukan :
MENGECUP
mengecup dilakukan oleh imam sebelum memakai pakaian liturgi, misalnya
alba, amik, stola, kasula dll, maknanya adalah ungkapan rasa hormat
terhadap "barang-barang suci"
mengecup juga dilakukan oleh imam pada altar, sebelum dan sesudah
perayaan Ekaristi, Mkasudnya memberi penghormatan terhdapa altar sebagai
menja perjamuan Tuhan dan untuk menhormati Allah ditengah-tengah umat-
Nya.
Mengecup juga dilakukan oleh umat, pada peringatan Jumat Agung, dimana
semua umat yang ikut didalam ibadat tersebut mendapat kesempatan
mengcup salin, tepatnya mengecup luka pada kaki Yesus. Dimana kita diajak
untuk melakukan penghormatan bagi Yesus kristus yang wafat disalib.
MENDUPAI
Mendupai dilakukan untu Paus atau uskup waktu perarakan menuju altar
ktetika akan merayakan Ekaristi Agung.
Untuk imam, altar, bahan persembahan, salib, umat dan barang lainnya yang
disucikan.
Maksdu dari pendupaan ini adalah untuk menciptakan suasana doa dan
kurban bagi Allah. Pendupaan altar bergerak dari bagian kiri ke kanan
mengelilingi altar. Pendupaan/mendupai dilakukan pada hari raya Paskahm
natal, Pentakosta dan peringatan para kudus atau martir dan saat-saat
hening lainnya misalnya tahbisan imam, uskup, upacara kematian. ma,un
pada hari-hari biasapun mendupai/pendupaan tetap dianjurkan.
MENUNDUKAN KEPALA
Sikap hormat ini sebagai tanda penghormatan, dimana menundukan kepala
dilakukan oleh:
Imam ketika mengucapkan kata Yesus, Santa Perawan Maria dan santo santa
yang diperingati pada hari itu
Oleh imam sebelum dan sesudah mendupai salib, altar dan bahan
persembahan
oleh lektor atau petugas lainnya yang akan menuju altar untuk menghormati
altar Tuhan dan imam.
BERLUTUT
Berlutut merupakan sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati
seseorang yang ingin memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud
kepada-Nya.
Berlutut dilakukan:
Oleh umat ketika berdoa pribadi pada saat mengawali dan mengakhiri
Ekaristi, saat konsekrasi, serta sebelum dan sesudah komuni sebagai
sikap sembah sujud untuk hormat kepda Allah.
Mengucapkan Doa Tobat untuk menunjukan sikap kerendahan hati dan
permohonan ampun.
Waktu Mengucapkan “Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh
perawan Maria dan menjadi manusia" (syahadat Nicea Konstantinopel)
atau “yang dikandung dari Rohdukus, dilahirkan oleh Perawan Maria”
(Syahadat para rasul) khusus pada Hari Raya Natal sebagai tanda
ungkapan iman yang mendalam.
Iman mendoakan kisah Institusi (Kisah Perjamuan Tuhan) dalam Doa
Syukur Agung, termasuk didalamnya kata-kata konsekrasi, sebagai
tanda hormat dan pujian
oleh umat dihadapan Sakramen mahakudus atau tarbernakel
Oleh Imam dan umat untuk merenungkan wafat Tuhan Yesus pada
saat pembacaan Kisah sengsara pada hari raya jumat Agung.
DUDUK
Duduk dilakukan ketika Kitab Suci dibacakan (selain Injil) sebagai suatu
ungkapan kesediaan mendengar dan merenungkan sabda Tuhan. Persiapan
persembahan sebagai ungkapan kesediaan memberi diri kepada Tuhan
dengan penuh penyerahan. Petugas membacakan penguman sebagai tanda
ungkapan kesediaan mendengarkan dan melaksakan tugas kewajiban
BERSILA
Sikap duduk dengan melipatkan dan menyilangkan kedua kaki disebut
bersila. Bersila dilakukan bila tidak ada kursi atau bangku, perempuan
kadang-kadang dengan "bersimpuh". Bersila atau bersimpuh merupakan
sikap doa umum di Asia khususnya bagian selatan dan timur seperti
Indonesia, Jepang serta India.
BERDIRI
Berdiri dilakukan ketika :
Menyambut iman dan para pelayan yang bergerak menuju ruang altar.
Sikap ini menunjukan penghormatan kepada Allah yang datang dan
hadir ditengah-tengah umat. Dari Awal hingga Doa pembuka, Kita
mengambil sikap berdiri (Tobat : hendaknya berlutut apabila
memungkinkan)
Pemakluman Injil sebagai tanda Hormat pada Tuhan Yesus Kristus
yang bangkit mulia dan yang hendak memaklumkan sabda-Nya
Mengucapkan Syahadat untuk memperbaharui pengakuan iman
sebagai tanda kesediaan menjadi saksi iman.
Menyampaikan doa Umat, sebagai tanda hormat kepada Allah yang
setia mendengarkan dan mengambulkan doa-doa umat.
Memulai Doa Syukur Agung (Prefasi) hingga kudus sebagai tanda
hormat dan syukur kepada Allah.
Mengucapkan/menyanyikan lagu Bapa Kami sebagai tanda pujian dan
permohonan
Iman mengucapkan Doa sesudah Komuni sebagai tanda syukur
MERENTANGKAN TANGAN
Merupakan tanda penyerahan kita kepada kehendak Allah. Yesus
merentangkan tangan di kayu salib. Dengan merentangkan tangan, orang
membuka seluruh genggaman/kepalan tangan, dengan arti kita membuka
seluruh genggaman/kepalan sebagai wujud menyerahkan yang kita miliki
kepada Tuhan.
MENEGADAHKAN KEPALA
Sebagai sikap doa yang mengungkapkan permohonan dengan kebulatan hati.
MENGANGKAT TANGAN
Permohonan yang disertai pengharapan yang penuh sebagai arti dari
Mengangkat kedua tangan ketas. Sikap ini juga ditunjukan oleh Tuhan Yesus
sendiri waktu berdoa di taman Getsemani.
MENYEMBAH
Mengandung arti sebagai tanda bakti dan hormat kepada Tuhan. menyembah
dilakukan oleh umat saat Tubuh dan Darah Kristus diangkat keatas pada saat
konsekrasi (masih dilakukan sebagaian umat khususnya dari budaya jawa),
sebaiknya cukup dengan memandangnya saja (TPE 2005).
Dan juga dilakukan pada saat sakramen mahakudus diangkat diatas pada doa
salve (Pujian) dan perayaan Kamis Putih. Imam atau prodiakon yang
membagikan komuni perlu mengangkat sibori berisi Hosti Kudus keatas
(sedikit di atas kepala) sebagai tanda hormat saat mereka berjalan menuju
umat. Tempat tertinggi adalah tempat terhormat.
MENGATUPKAN TANGAN
Mengatupkan tangan dibuat ketika sebelum dan setelah menerima komuni
(mengatupkan tangan didada waktu berjalan) sebagai ungkapan kesetiaan
pada Tuhan. mengatupkan tangan juga dilakukan oleh umat ketika berdoa
pribadi.
BERGANDENGAN TANGAN
Merupakan tanda kesatuan dan kebersamaan. Bergandengan tangan
dilakukan oleh imam dan umat saat menyanyikan atau mendoakan Bapa
Kami (kalau tempatnya memungkinkan)
BERSALAMAN
Berjabat tangan atau bersalaman mengungkapkan wujud dari Kasih dan
Persaudaraan. Bersalaman dilakukan oleh umat ketika kita saling
memberikan Salam Damai. Ungkapan Salam Damai berbeda-beda menurut
adat istiadat setempat. ada yang mengungkapkannya berpelukan atau
mencium pipi. Dan juga dilakukan oleh Imam dengan para pembantunya
(prodiakon atau mesdinar)
MENCIUM
Merupakan tanda Cinta dan penghormatan, istilah mencium kerap dianggap
sama saja dengan mengecup. mencium dilakukan oleh umat ketika saling
memberikan Salam Damai, namun ungkapan ini berbeda-beda menurut adat-
sitiadat / kebiasaan setempat. dan juga dilakukan oleh umat ketika
menghormati Salib (pada hari Jumat Agung) atau hal yang suci lainnya.
MENUMPANGKAN TANGAN
Penumpangan tangan dilakukan dalam Upacara tahbisan Imam, Uskup dan
seluruh Imam/Uskup yang hadir menumpangkan tangan diatas kepla calon
imam baru.
MEMERCIKI
Sebagai tanda penyucian dan peringatan akan pembatisan kita. memerciki
dilakukan pada permulaan Ekaristi 9kadang-kadang masih ada imam yang
melakukannya). Dan juga dilakukan setelah pembaharuan janji naptis pada
Malam Paska, saat menerima daun Palma pada perarakan Minggu Palma.
MENELUNGKUP
Tiarap atau menelungkup merupakan ungkapan tidak pantas, merasa berdosa
dihadapan Allah.
Menelungkup atau tiarap biasa dilakukan oleh para calon Imam dan Uskup
ketika ditahbiskan, serta oleh Umat sebagai sikap Doa, merasa diri berdosa
besar dan tidak layak dihadapan Tuhan (meskipun nyaris tidak pernah
dilakukan dalam ibadat bersama)
MENGURAPI
Mengurapi dengan Minyak sebagai ungkapan peneguhan, pemberian
kekuatan dan pelantikan. Yesus diurapi dengan Minyak wangi di atas kepala-
Nya sebagai tanda persiapan kematian-Nya (Bdk mat 26:6-12)
pengurapan juga dilakukan oleh imam pada calon Krisma (sesudah dibaptis)
dengan minyak Krisma diatas kepala, pengurapan ini bermaksud bahwa kita
kita yang sudah dibaptis kini mengambil bagian dalam imamat rajawi kristus.
Dan juga dilakukan oleh Uskup pada saat penerimaan Sakramen Krisma.
pengurapan ini dilakukan di dahi, dengan pengurapan ini kita dipanggil untuk
menjadi saksi Kristus di muka umum dalam masyarakat, Curahan Roh Kudus
yang diterima karena pembatisan kini harus diuangkapkan dengan terang-
terangan.
Pengurapan dilakukan juga pada saat Rabu Abu baik oleh Imam atau
prodiakon, sebagai tanda pertobatan.
Pengurapan oleh uskup kepada calon Imam diatas kedua telapak tangan
sebagai tanda kesiapsediaan menjadi pelayan Tuhan dalam tugas perutusan.
MEMBERKATI
Memberkati dan menguduskan umat memang menjadi tugas seorang imam.
memberkati adalah Doa, ungkapan permohonan pada Tuhan, semoga yang
diminta umat-Nya terkabulkan, terjadi, terlaksana.
Juga dilakukan oleh Imam pada waktu menerima persembahan dari wakil
umat, pada saat menjelang Konsekrasi, pada akhir perayaan Ekaristi.