Oleh karena itu di akhir tulisan ini, kita dapat membuat kesimpulan-kesimpulan penting:
Berdasarkan sejarah, Alkitab adalah sebuah kitab Katolik. Perjanjian Baru ditulis, disalin
dan dikoleksi oleh umat Kristen Katolik. Kanon resmi dari kitab-kitab yang membentuk Alkitab
- Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru - ditentukan secara penuh kuasa oleh Gereja Katolik pada
abad ke-empat. Oleh karena itu, dari Gereja Katolik-lah kaum Protestan bisa memiliki Alkitab.
Menuruti akal sehat dan logika, Gereja Katolik yang memiliki kekuasaan untuk
menentukan Firman Allah yang infallible - bebas dari kesalahan -, pasti juga memiliki otoritas
yang infallible - bebas dari kesalahan - dan juga bimbingan dari Roh Kudus. Seperti telah anda
lihat, terlepas dari deklarasi oleh Gereja Katolik, kita sama sekali tidak memiliki jaminan bahwa
apa yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah yang asli. Jika anda percaya kepada isi
Alkitab maka anda juga harus percaya kepada otoritas Gereja Katolik yang menjamin keaslian
Alkitab. Sangat kontradiktif bagi kaum Protestan untuk menerima Alkitab tetapi menolak
otoritas Gereja Katolik. Logikanya, kaum Protestan mestinya tidak mengutip isi Alkitab sama
sekali, karena mereka tidak memiliki pegangan untuk menentukan kitab-kitab mana saja yang
asli, kecuali tentunya kalau mereka menerima kuasa pengajaran dari Gereja Katolik.