Anda di halaman 1dari 4

Nama :Bednadetus Aprilyanto

NIM :231010004
Prodi : Magister Filsafat
Tingkat :V
Semester : I (satu)
Mata Kuliah :Ekklesiologi
Nama Dosen :Bertolomeus N.A.P. Lic. S. Th

EMPAT SIFAT GEREJA

Pengantar

Dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel, kita mengakukan: “Aku percaya akan Gereja


yang satu, kudus, katolik, dan apostolik”. Inilah keempat sifat Gereja. Keempat sifat ini tidak
boleh dipisahkan satu dari yang lainnya. Keempat sifat ini melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja
dan perutusannya. Gereja tidak memiliki sifat itu dari dirinya sendiri, melainkan berkat Roh
Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ia memanggil
Gereja-Nya supaya melaksanakan setiap sifat itu.

Sifat Gereja: Satu

Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa Gereja itu satu karena tiga alasan.
Pertama, Gereja itu satu menurut asalnya yaitu Tritunggal Mahakudus. Kesatuan Allah yang
Tunggal dalam tiga Pribadi - Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kedua, Gereja itu satu menurut
pendiri-Nya yaitu Yesus Kristus. Ia yang telah mendamaikan semua orang dengan Allah
melalui darah-Nya di salib. Ketiga, Gereja itu satu menurut jiwanya yakni Roh Kudus yang
tinggal di hati umat beriman, yang menciptakan persekutuan umat beriman, dan yang
memenuhi serta membimbing seluruh Gereja.1

Kesatuan Gereja terlihat secara nyata. Hal tersebut dapat dilihat dalam pengakuan
iman yang satu dan sama, dalam perayaan ibadat bersama terutama sakramen-sakramen, dan
struktur hierarkis berdasarkan suksesi apostolik yang dilestarikan dan diwariskan melalui
Sakramen Tahbisan Suci. Kesatuan tersebut semakin nyata ketika kita ikut ambil bagian
dalam Perayaan Misa Kudus baik di Surabaya, Alexandria, San Francisco, Moscow, Mexico

1
Paus Yohanes Paulus II, Katekismus Gereja Katolik (Judul Asli: Cathechism of The Catholic
Church), diterjemahkan oleh Herman Embuiru (Ende: Nusa Indah, 2007), no. 813. Untuk kutipan selanjutnya
dokumen ini disingkat dengan KGK diikuti dengan nomor yang ditunjuk.
City, atau di manapun. Ketika perayaan itu dilakukan pada hari yang sama maka bacaan-
bacaan, tata perayaan, doa-doa, dan lain sebagainya sama kecuali bahasa yang dipergunakan.
Selain itu perayaan tersebut dirayakan oleh orang-orang percaya yang sama-sama beriman
Katolik, dipersembahkan oleh Imam yang dipersatukan dengan Uskupnya, dalam kesatuan
dengan Bapa Suci, yaitu Paus sebagai penerus Santo Petrus.

Gereja yang satu ini memiliki kemajemukan yang luar biasa. Umat beriman menjadi
saksi iman dalam panggilan hidupnya yang berbeda-beda sesuai dengan bakat serta
talentanya. Kendati demikian mampu saling bekerjasama untuk meneruskan misi perutusan
Tuhan. Keanekaragaman budaya dan tradisi yang terdapat dalamnya semakin memperkaya
Gereja yang terwujud dalam ungkapan iman yang satu dan sama. Kesatuan tersebut
dilandaskan pada cinta kasih Yesus Kristus yang merasuki Gereja. Melalui cinta kasih inilah
para anggotanya dipersatukan dalam kebersamaan yang harmonis.

Sifat Gereja: Kudus

Allah yang ada dalam diri Yesus Kristus adalah sumber dari segala kekudusan:
“Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita
dalam tubuh-Nya, yakni Gereja”. Kristus menguduskan Gereja, melalui Dia dan bersama
Dia. Bagi-Nya, Gereja adalah agen pengudusan-Nya. Sebab melalui pelayanan Gereja dan
kuasa Roh Kudus, Yesus Kristus mencurahkan rahmat yang berlimpah melalui sakramen-
sakramen. Oleh karena itu, Gereja menjadi tanda kekudusan yang kelihatan.2

Sebagai anggota Gereja, semua oarang yang berhimpun di dalamnya dipanggil


kepada kekudusan. Melalui Sakramen Baptis, kita telah dibebaskan dari dosa asal, dipenuhi
dengan rahmat pengudusan, dibenamkan ke dalam misteri sengsara, wafat dan kebangkitan
Tuhan, dan dipersatukan ke dalam Gereja sebagai umat kudus Allah. Dengan rahmat-Nya,
kita dimungkinkan mencapai kekudusan. Konsili Vatican II mengajak:

[...]Segenap umat Katolik wajib menuju kesempurnaan Kristen, dan menurut situasi
masing- masing mengusahakan, supaya Gereja, seraya membawa kerendahan hati dan
kematian Yesus dalam tubuhnya, dari hari ke hari makin dibersihkan dan

2
Konsili Vatikan II, “Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja” (Lumen Gentium), dalam Dokumen
Konsili Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI-Obor,
1993), no. 14. Untuk kutipan selanjutnya dokumen ini disingkat dengan LG diikuti dengan nomor yang
ditunjuk.
diperbaharui, sampai Kristus menempatkannya di hadapan Dirinya penuh kemuliaan,
tanpa cacat atau kerut.3

Sifat Gereja: Katolik

Santo Ignatius dari Antiokhia menggunakan kata katolik yang berarti “universal”
untuk menggambarkan Gereja dalam suratnya kepada jemaat di Smirna. Gereja bersifat
Katolik dalam arti bahwa Kristus secara universal hadir dalam Gereja dan Ia telah mengutus
Gereja untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia. Dalam sabda-Nya kepada murid-murid-Nya
Yesus mengatakan “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Matius
28:19). Gereja universal tersebut juga dapat dilihat dari tiga jenis gereja yang diakui oleh
iman Katolik yaitu Gereja yang sedang berziarah di dunia, Gereja yang berada dalam api
penyucian atau purgatorium dan Gereja yang sudah mulia bersama Allah Tritunggal. Inilah
pengertian dari persekutuan para kudus: persatuan umat beriman di surga, di api penyucian,
dan di bumi.

Sifat Gereja: Apostolik

Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul-Nya


yang diyakini sebagai para uskup yang pertama di tempat pelayanannya masing-masing. Ia
mempercayakan otoritas khusus kepada Santo Petrus yang diakui sebagai paus pertama.
Otoritas ini diwariskan secara terus menerus melalui Sakramen Tahbisan Suci yang disebut
sebagai suksesi apostolik dari uskup ke uskup dan kemudian diperluas ke imam dan diakon.
Setiap uskup yang berada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik Roma jika ditelusuri
kembali suksesi apostoliknya, maka dapat dipastikan bahwa susksesi tersebut berasal dari
salah satu dari para rasul.

Ketika Bapa Uskup mentahbiskan seorang imam, ia melakukannya dengan otoritas


suksesi apostolik. Setiap imam yang telah menerima tahbisan suci ikut ambil bagian dalam
imamat Yesus Kristus. Dalam gereja katolik tidak ada uskup, imam atau diakon yang
mentahbiskan dirinya sendiri atau memaklumkan dirinya sendiri. Melainkan ia dipanggil
oleh Gereja dan ditahbiskan dihadapan pelayanan apostolik yang lainnya dan tahbisan

3
Konsili Vatikan II, “Dekrit Tentang Ekumenisme” (Unitatis Redintegratio), dalam Dokumen Konsili
Vatikan II, diterjemahkan oleh R. Hardawiryana (Jakarta: Dokumentasi dan Penerangan KWI-Obor, 1993), no.
4. Untuk kutipan selanjutnya dokumen ini disingkat dengan UR diikuti dengan nomor yang ditunjuk.
tersebut merupakan anugerah Tuhan yang dilaksanakan dalam persatuan dengan Paus. Ke-
apostolik-an sifat Gereja tercermin dalam warisan iman yang dapat kita jumpai dalam Kitab
Suci dan Tradisi Suci dilestarikan, diajarkan dan diwariskan oleh para rasul. Di bawah
bimbingan Roh Kudus, Roh kebenaran, Magisterium atau otoritas mengajar Gereja yang
dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka, para uskup dan segenap umat Allah
berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela dan mewariskan warisan iman.

Penutup

Keempat sifat Gereja ini: satu, kudus, katolik dan apostolik, sepenuhnya disadari
dalam Gereja Kristus. Konsili Vatican Kedua mengajarkan, “Gereja itu (yang didirikan
Kristus), yang didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja Katolik,
yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya” 4 dan
“Hanya melalui Gereja Kristus yang Katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan,
dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan”. Oleh sebab itu, semua uraian
diatas adalah kewajiban Gereja untuk menjadikan keempat sifat ini terwujud nyata dalam
kehidupan kita sehari-hari.5

4
LG, no. 8.

5
UR, no. 3.

Anda mungkin juga menyukai