Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adi Haryono Sianturi

Dosen : Pdt. Dr. Jan Hotner Saragih


Tugas : Ujian Akhir Semester (UTS) Pascasarjana Magister Teologi 2022
Mata Kuliah : Teologi Sistematicum (2 SKS)

I. Soal Yang dipilih

Menurut anda topik apa (dari 11 topik pembahasan ) yang perlu untuk ditambahkan agar
dibahas pada perkembangan ilmu teologi sistematika, jekaskan analisa dan kajian anda
dengan menguraikan berbagai alasan dogmatis yang dapat mendukung pendapat anda.

II. Jawaban dan Analisa Dogmatis


1. Ajaran Eklesiollogi dan arah Eklesiologi Gereja-gereja di Indonesia, (mengupas
kembali identitas eklesiologi gereja-gereja di Indonesia, khususnya di Sumatera
Utara).

 Eklesiologi yaitu ajaran atau teologi tentang Gereja (=ecclesia; Yunani). Kitab suci sebagai
amanat awal dan asli iman gerejani sangat penting untuk refleksi sistematis tentang apa itu
gereja. Eklesiologi mengemukakan argumen mengapa gereja benar-benar menyampaikan
wahyu yang dibawakan Yesus, ber abad-abad lama nya sampai kini. Lalu, mengapa dengan
perantaraan gereja hidup ilahi disampaikan oleh Roh Ilahi. Pada abad-abad pertama-
misterium gereja sebagai “mempelai Kristus”- “tubuh Kristus”- “umat beriman”, “bait
Allah” yang dibangun dengan gereja Rasuli sebagai gereja yang satu-satu nya ditentukan
sesuai pola dasar oleh ciri-ciri khasnya (a.l. tujuh sakramen, kepausan dan persatuan) oleh
teolog khatolik dan oleh pembenaran berkat rahmat semata-mata oleh teolog protestan.
Konsili Vatikan II Gereja dipandang terutama sebagai – communio masalah sekarang,
bagaimana pluralisme teologis, gereja-gereja setempat dan Ekumene dapat diselaraskan
dengan gagasan gereja yang satu dan universal. Eklesiologi sangat penting diusahakan
mempersatukan seluruh umat beriman atas dasar satu-pembabtisan, pengakuan iman
(credo), satu kitab suci dan satu iman akan Yesus sebagai Juruslamat yang memberi satu
pengutusan kedalam dunia ini. Di Syahadat semua mengakui “gereja yang satu, kudus, Am
(= khatolik) dan Apostolik” sebagai umat semua orang yang beriman akan Yesus Kristus
yang satu dan yaang berkarya bagi semua umat. Gereja ini menurut Konsili Vatikan terdapat
(=subsitit) di gereja khatolik.1

 Perdebatan dan pandangan eklesiologis tentang jabatan dan tugas jabatan gereja yang
konkrit kepada individu-individu tertentu didalamnya. Bagaimna pandangan gereja mulai
dari gereja mula-mula dan perkembangan selanjutnya. Sering sekali jabatan-jabatan itu
dianggap setingkat dan belum dibedakan menurut pangkatnya. Sebagai contoh dalam gereja
purba jabatan gereja itu merupakan pangkat, yaitu Hirearki yang terdiri dari Episkopos-
Presbyteros- Diakonos.2 Jabatan para rasul sebagai saksi mata dan telinga Yesus Kristus
(Kis. 1:21) dibedakan secara jelas dari jabatan-jabatan tersebut; para rasul merupakan
‘Fundamen’ gereja secara historis satu kali saja dan tak terulang (Mat. 16:17; Ef. 2:20). Baru
secara lambat laun timbul pandangan bahwa Yesus memberi jabatan Petrus kepada uskup
Roma dan jabatan Rasul kepada para uskup secara umum (Succesio Apostolica). pandangan
bahwa uskup Roma hendaknya diterima sebagai yang paling mulai baru dikemukakan sejak
paus Leo I. Tetapi sejak abad ke-2 tampak jelas suatu tata gereja yang monarkis- Episkopal
dimana jabatan uskup disamping pengakuan iman (Regular Fidei) dan kanon dianggab
sebagai dasar-dasar gereja. Cyprianus memandang gereja yang tersusun secara Episkopal
sangat perlu untuk keselamatan: tidak dapat kita memandang Allah sebagai Bapa, jika gereja
tidak dilihat sebagai ibu.3 Cyprianus menulis satu karangan, De Unitate Ecclesiae (tentang
keesaan gereja). Bagi Cyprianus keesaan adalah syarat mutlak bagi gereja sebagai tubuh
Kristus yang tak terbagi. Keesaan ini menjadi nampak dalam ke uskupan, prinsip keesaan
yang diberikan Kristus melalui para rasul kepada gereja. Jemaat kristen purba juga
mengutarakan pandangannya tentang gereja di dalam pengakuan-pengakuannya.
Apostolikum merumuskan gereja sebagai sancorum communion, yang dari segi bahasa dapat
diartikan baik secara persekutuan orang-orang kudus (sancti) maupun keikutsertaan di
dalam sakramen-sakramen (sancta). Pada Adad IV Augustinus mengembangkan gagasan
ekklesiologi bertolak dari yang dikemukakan Optatus. Gereja adalah tubuh Kristus, tempat
kediaman Roh Kudus, ibu semua orang percaya, tempat yang satu-satunya dimana manusia
1
Adolf Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja Jilid II C-G, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004), 103
2
Tugas seorang episkopos (uskup) adalah mengatur kehidupan jemaat, memimpin ibadah dan melayani sakramen-
sakramen. Di bawah pimpinan uskup bekerja para presbyteros (Imam) yang turut memimpin jemaat dan melayani
sakramen. Dikemudian hari, waktu jemaat-jemaat menjadi besar, kepada para presbyteros dipercayakan pimpinan
bagian-bagian jemaat ynag lebih kecil (Paroki). Uskup dan Imam dibantu oleh para Diakonos, yang mempunyai tugas
rangkap. Dalam ibadah mereka melayangkan, khususnya dengan pemberitaan firman dan pada meja perjamuan kudus.
Di samping itu, mereka memberikan Diakonia, pelayanan kepada orang sakit. Christian de Jonge, Pembimbing ke
Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006), 53-54
3
Dieter Becker, Pedoman Dogmatika”suatu kompledium singkat”, (Jakarta: BPK-GM, 2001), 172
dapat memperoleh keselamatan melalui iman dan sakramen-sakramen. Oleh karenanya
maka gereja harus memiliki sistem perekrutan yang memiliki jiwa eklesiologis dan yang
dapat dipertanggungjawabkan secara teologis.

 Selanjutnya juga ialah bagaimana doktrin gereja dalam tiga aspek, yaitu persekutuan,
lembaga dan umat Allah. Persekutuan yang dimaksud dalam aspek gereja ini adalah
persekutuan orang-orang kudus. Persekutuan orang-orang kudus sering diterjemahkan
dengan communio sanctorum. Kata sanctorum berasal dari kata sancta atau barang-barang
kudus, atau sanctus yang berarti orang-orang kudus. Kata persekutuan ini harus dipandang
sebagai sama dengan koinonia dalam Alkitab. Jikalau demikian ungkapan “persekutuan
orang-orang kudus” harus ditafsirkan sebagai persekutuan di dalam Kristus oleh Roh Kudus.
Jadi Gereja bukan terdiri dari orang-orang sempurna, melainkan masih terdiri dari orang-
orang berdosa, sekalipun telah dikuduskan. Maka unagkapan “persekutuan orang kudus”
harus dipandang sebagai suatu tugas panggilan yang masih harus diperjuangkan. 4 Tidak
dapat disangkal bahwa Gereja adalah sebuah lembaga. Sebagai organisasi Gereja memiliki
kesibukan yaitu dalam: kebaktian hari minggu, katekisasi, penyelidikan alkitabiah, komisi-
komisi sekolah minggu, remaja, pemuda, wanita, juga dengan Dewan gerejanya, baik yang
setempat, maupun yang sewilayah atau yang bersifat nasional atau internasional, dan lain
sebagainya.5 Sejak dahulu kala sampai sekarang ini, gereja, sebagai persekutuan orang-
orang beriman, senantiasa menyatakan diri dalam organisasi tertentu. Dan aspek yang ketiga
juga ialah bahwa gereja juga sebagai umat Allah. Sebagai paham dasar untuk memikirkan
dan sedapat mungkin memahamai misteri gereja. Ekklesiologi masa kini bertitik tolak pada
pengertian “Umat Allah”. Dengan demikian, diperhatikanlah baik dimensi historis maupun
dimensi sosial yang ada pada Gereja sebagai misteri keselamatan Memulai ekklesiologi
dengan berpangkal pada paham “umat Allah” maka sejak awal kita menempatkan Gereja
dalam pesrspektif sejarah yang lebih luas karena menghubungkannya dengan masa lampau
dan masa depan. Dengan masa lampau sebab sebagai umat Allah Gereja harus dikatakan
suatu tahap baru dalam sejarah keselamatan. Akar-akar Gereja sudah ada terdapat pada
perjanjian pertama. Sejarah keselamatan memang lebih luas daripada sejarah Gereja sendiri
karena sudah dimulai sejak manusia pertama, dan dimulai kembali dengan umat Israel
sebagai umat pilihan Allah. Bila umat Israel merupakan umat pilihan Allah yang pertama

4
Harun hadiwijono, Iman Kristen,(Jakarta: BPK – GM, 2007), 380
5
Harun hadiwijono, Iman Kristen, 390
atau “lama”, maka Gerejalah umat yang kedua atau “baru” (Gal 3:29). 6 Dengan tawaran
rahmat-Nya, Allah bermaksud menciptakan lagi umat Allah secara baru dari orang-orang
yang dulu kafir dan tak dirahmati (1 Ptr 2:10), sehingga Israel menjadi awal dari
pemanggilan umat-Nya. Dan sekarang Gerejalah yang menjadi umat pilihan Allah (1 Ptr.
2:9). Di dunia ini mereka hanya orang asing. Tanah air mereka surgawi dan bukan di dunia
ini, yang hanya tempat singgah saja (1 Ptr 2:11). Umat ini mewarisi pula segala julukan
Israel sebagai “raja”, “imam” dan “nabi”. Dan sebagai umat Allah mereka ini juga bagian
dari kawanan Yahwe ( 1 Ptr 5:2). Umat Allah disebut juga Rumah Allah (1 Ptr. 4:17) dalam
arti; keluarga Allah yang terdiri dari saudara-saudara. Dasar rumah Allah ini adalah Yesus
Kristus sendiri.7

 Yang berikutnya juga dalam melihat arah eklesiologi gereja-gereja di Indonesia, khususnya
Sumatera Utara ialah dengan mengenal draft dan bentuk konfessi dalam gereja utama dan
lokal. Yaitu bagaiman konfessi Augsburg, gereja Perancis, gereja Belanda, Westminster,
HKBP, pokok-pokok pemahaman iman GKPI, pokok-pokok pengakuan dasar GBKP,GKPS
dan HKI. Bagaimana latar belakang terbentuknya konfesi tersbeut dan bentuk dari konfesi
tersebut, sehingga dari sana kita dapat mengimplemantasikan arah eklesiologi gereja-gereja
di Indonesia berdasarkan uraian-uraian dogmatis dan relevansi konfesi gereja-gereja di masa
Post Modernisme ini.

III. Kepustakaan

Becker Dieter, Pedoman Dogmatika”suatu kompledium singkat”, (Jakarta: BPK-GM, 2001)


Dister Nico Syukur, Teologi Sistematika 2 Allah Penyelamat, (Yokyakarta:Kanisius,2004)
Hadiwijono Harun, Iman Kristen,(Jakarta: BPK – GM, 2007)
Heuken Adolf SJ, Ensiklopedi Gereja Jilid II C-G, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004)
Jonge Christian de, Pembimbing ke Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK-GM, 2006)
Mardiatmadja B.S., EKKLESIOLOGI, makna dan sejarahnya,(Yokyakarta:Kanisius,1986)

6
Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2 Allah Penyelamat, (Yokyakarta:Kanisius,2004), 207-208
7
B.S. Mardiatmadja, EKKLESIOLOGI, makna dan sejarahnya,(Yokyakarta:Kanisius,1986), 100-101

Anda mungkin juga menyukai