Anda di halaman 1dari 3

Ady Haryono Sianturi

Khotbah Kasualistik Dalam Perjamuan Kudus

Nats : 1 Kor. 11:23-25

“Yang Berbahagia ialah mereka yang mendengarkan Firman Tuhan, yang menghayati
dan melakukannya dalam kehidupannya sehari-hari”

bapak ibu dan saudara yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, Firman
Tuhan pada kita hari ini terkait dengan adanya praktek-praktek yang salah di dalam jemaat
Korintus tentang perjamuan malam. Paulus menentang apa yang mereka lakukan tersebut,
tentang perjamuan mereka bahwa perjamuan mereka adalah perjamuan yang mendatangkan
perpecahan dan mabuk anggur. Sehingga Paulus datang dan memberikan ajaran yang benar
tentang perjamuan tersebut.
bapak ibu dan saudara yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, tentu Paulus
bukanlah lagi nama yang asing bagi kita. Karena kita semua kenal bahwa dia merupakan salah
satu rasul yang besar di dalam memberitakan injil. Selain itu juga kita tahu bahwa Paulus adalah
seorang yang ahli di dalam hukum Taurat, namun pengenalannya tentang Kristus telah
memutarkan paradigm berpikirnya, dan ia memusatkan ajarannya di dalam Kristus. Kristuslah
sumber ajaran dan Tuhan bagi Paulus. Dan dalam Perjamuan malam orang-orang Korintus,
kebiasaan ini pun berubah dibuat oleh Paulus menjadi kebiasaan rohani dan bukan lagi
kebibasaan adat. Dan Paulus memberikan dasar yang benar tentang perjamuan tersebut.
pada saat ini kita akan memasuki Perjamuan kudus, maka sebelum kita masuk dalam
perjamuan tersebut, sudah benarkah pemahaman kita tentang perjamuan kudus? Atau kita masih
ragu dengan keselamatan di dalam Kristus yang akan kita terima di dalam Perjamuan kudus
tersebut. oleh karena itu perlu kita tahu bahwa Perjamuan kudus bukanlah mengulangi korban
Yesus, akan tetapi merayakan atau memperingati korban Yesus Kristus. Perjamuan Kudus
adalah suatu tanda kenyataan rohani yang dapat dialami dalam iman, yakni pengampunan dosa
yang telah menjadi suatu kenyataan bagi kita, demi korban yang telah diberikan oleh Yesus di
Golgota, satu kali untuk selama-lamanya. Diatas mezbah orang mempersembahkan korban,
tetapi pada meja perjamuan kita merayakan, bahwa korban telah dipersembahkan untuk menebus
orang-orang percaya yang terjadi hanya sekali untuk selamanya. Ada beberapa arti dari
Perjamuan Kudus yaitu:

 Perjamuan kudus adalah suatu perjamuan peringatan


Ady Haryono Sianturi
Khotbah Kasualistik Dalam Perjamuan Kudus

 Perjamuan kudus adalah suatu perjamuan persekutuan dengan Yesus yang dimuliakan
dan dirayakan dengan Roh
 Perjamuan kudus punya arti bagi persekutuan antara orang-orang beriman
 Perjamuan kudus adalah suatu perjamuan iman
 Perjamuan kudus adalah suatu perjamuan kerinduan dan harapan.
Gereja-gereja protestan juga tidak melepaskan gagasan tentang korban secara prinsipal
tentang perjamuan kudus ini. Perjamuan kudus juga dilihat sebagai korban pujian, perjamuan
kudus dipandang dan diartikan sebagai tanda ucapan syukur, dan korban pendamaian Kristus di
kayu salib adalah sempurna dan berlaku sekali untuk selamanya dan buahnya diterima oleh
orang-orang percaya . Perjamuan kudus itu terjadi oleh pekerjaan Roh Kudus supaya kita
sungguh-sungguh mengalami kehadiran Kristus dan menikmati persekutuan rohani dengan Dia
yang disalibkan dan hidup itu. Perjamuan kudus dicirikan oleh pengampunan dosa, dan
demikianlah Roh kudus membaharui hidup jemaat.

Kalau kita mendengar Perjamuan Kudus, mungkin kita tidak merasa asing lagi. Karena
sebagai orang Kristen, terkhusus yang Lutheran, Perjamuan Kudus sudah merupakan sakramen
selain Baptisan Kudus. Apa sebenarnya yang terkandung dari kata sakramen ini? Pemaknaan
sakramen menunjukkan sumpah/ keterlibatan yang sungguh-sungguh setia kepada Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Di dalam sakramen yang bertindak bukanlah manusia atau
imam atau bahkan bukan pendeta, melainkan Allah sendiri. Jadi sakramen adalah tindakan Allah
yang kudus. Melalui sakramen inilah Allah menawarkan, memberikan dan meneguhkan
pengakuan dosa. Jadi yang menetapkan sakramen adalah Allah, bukan manusia (Mat. 26:26;
Mat. 28:18-19; 1 Kor. 11:23-25).
Dahulu ketika orang Kristen melakukan perjamuan kudus, banyak orang lain yang anti
Kristus mengatakan bahwa orang Kristen (nama sindiran) adalah agama pembunuh. Hal ini
diucapkan karena mereka minum darah dan daging anak-anak mereka (mengutip perkataan
Yesus saat perjamuan malam “Inilah darah-Ku, Inilah tubuh-Ku (Mat. 26:26-28; Mark. 16:22-
24”). Mereka tidak tahu bahwa darah dan tubuh Yesus Kristus itu dilambangkan dalam bentuk
anggur dan roti. Sehingga peristiwa ini juga disebut persekutuan dengan darah dan daging
Kristus. Orang Kristen harus meyakini bahwa Perjamuan Kudus adalah merupakan bukti
anugerah Allah yang kelihatan dan dirasakan oleh umat percaya, sehingga di dalam Perjamuan
Kudus janji dan anugerah Allah nyata. Di dalam Perjamuan Kudus itu ada 4 hal yang benar-
Ady Haryono Sianturi
Khotbah Kasualistik Dalam Perjamuan Kudus

benar nampak, yaitu roti, anggur, darah dan tubuh. Dari keempat hal ini ada kesatuan, namun
bukan kesatuan alami dan jasmani, bukan kesatuan tempat, melainkan kesatuan adi kodrati
(melampui rasio manusia) yang khas.
Jadi sebagai para pengikut Kristus ketika ditanya, kapan saja kita boleh mengikuti atau
mengadakan Perjamuan Kudus.? Jawabannya boleh kita kutip pernyataan seorang tokoh
Reformator Martin Luther, yaitu “Ikutlah Perjamuan Kudus setiap kali engkau merasa suka dan
yakinlah bahwa engkau akan sering menyukainya”.
Dengan demikian orang Kristen tidak boleh membatasi berapa kali mengadakan
Perjamuan Kudus setiap tahunnya, tetapi setiap melakukannya ingatlah bahwa di dalam
Perjamuan tersebut kita terikhisap oleh perjanjian Allah, karena di dalam Perjamuan Kudus
nampak anugerah dan janji Kristus yang nyata. Amin

Anda mungkin juga menyukai