Anda di halaman 1dari 12

Ekaristi: Sumber dan Puncak Hidup Iman Kristen

Sebagai Sakramen, Ekaristi bermula dari Kristus sendiri. Yesus menetapkan Ekaristi pada
Perjamuan Malam Terakhir ketika Ia makan perjamuan Paskah bersama murid-murid-Nya. Pada
waktu itu, Ia mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-
mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, Ia lalu berkata:
“Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali
kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (lih 1 Kor 11:23-24) Inilah yang menjadi
dasar kita terus merayakan Ekaristi hingga saat ini. (lih YOUCAT 209 dan 210).

Di dalam Ekaristi, Kristus hadir beserta seluruh karya penyelamatan-Nya yang nyata melalui
Tubuh dan Darah-Nya yang kita santap dalam roti dan anggur. Dalam Ekaristi, Kristus, Sang
Sumber Keselamatan kita hadir secara langsung. Itulah mengapa Ekaristi menjadi “sumber”
hidup iman kita karena Kristus sendiri yang hadir beserta seluruh kurban-Nya sejak Perjamuan
Malam Terakhir, sengsara, dan wafat-Nya di salib, yang menjadi “sumber” keselamatan kita. Di
sini kita disadarkan bahwa hidup kita tidak berpusat pada diri kita sendiri, namun ada yang
menjadi “sumber” dari hidup kita, yang mengalir yang menghidupkan dan menyelamatkan kita,
dan itu adalah Allah sendiri. Dengan kesadaran ini, tentu kita akan berjuang agar kita semakin
dekat dengan Sang Sumber agar kita dapat terus hidup.

Selain itu, Ekaristi menjadi “puncak” karena di sana terungkap seluruh peristiwa penyelamatan
kita dalam perngorbanan Kristus, mulai sejak Ia menetapkan Ekaristi pada Malam Perjamuan
Terakhir, sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, hingga kebangkitan-Nya. Oleh karena itulah
dalam Ekaristi menjadi “Paskah-Paskah kecil” yang terus kita kenang dan rayakan. Dan juga,
setiap kali kita ikut merayakan Ekaristi, sesungguhnya kita pun ikut mempersembahkan diri kita
kepada Allah. Dan inilah yang menyebabkan Ekaristi menjadi begitu agung karena dalam
Ekaristi kita ikut serta dalam karya penyelamatan Allah. Keikutsertaan kita mempersatukan kita
dengan Allah semakin memuncak ketika kita menerima Tubuh dan Darah Kristus. Dan berkat
Tubuh dan Darah Kristus yang kita terima ini, kita pun semakin menjadi #ManusiaPaskah,
menjadi semakin menyerupai Kristus dalam iman dan pengharapan kepada Allah serta kasih
kepada sesama.

Oleh karena itulah, Ekaristi menjadi “sumber” kita untuk hidup dan mencapai “puncak” hidup
iman Kristiani, yaitu menjadi #ManusiaPaskah yang semakin bersatu dan menyerupai Kristus.

Menjadikan Ekaristi Sumber dan Puncak Hidup Kita


Sobat YOUCAT, ibarat tanaman yang membutuhkan sumber air untuk hidup, kita pun
membutuhkan sumber hidup rohani agar jiwa kita tetap hidup, agar kita semakin bersemangat
menjadi #ManusiaPaskah, dan itu adalah Ekaristi. Karena Ekaristi adalah makanan bagi jiwa kita
maka kita perlu menjadikan Ekaristi sebagai bagian penting hidup kita, bahkan, puncak hidup
kita. Kita perlu memperiapkan diri kita secara layak agar kita mampu menimba kesegaran rohani
dari Ekaristi.
Bagaimana caranya? Kita bisa mulai dengan mempersiapkan diri kita dengan lebih baik untuk
mengikuti Misa. Jangan sampai kita bangun tidur mepet saat Misa mau dimulai sampai-sampai
kita datang terlambat. Jadikan waktu Misa menjadi waktu khusus kita dengan Allah, jadi,
kosongkan segala kegiatan lain saat kita menentukan waktu Misa kita dan matikan HP kita saat
Misa agar kita tidak terganggu. Jika ada dosa berat yang mengganjal di hati, mengaku dosalah
lebih dulu agar kita benar-benar layak menerima Komuni. Nah, karena sekarang kita mengikuti
Misa online, kita juga masih perlu mempersiapkan diri kita. Persiapkan tempat yang layak di
rumah atau kamar kos kita sebagai altar kita. Anggaplah kita akan menerima tamu yang sangat
istimewa dan tamu itu adalah Yesus sendiri. Tentu kita akan mempersiapkan ruangan dan batin
kita sebaik mungkin kan?

Apalagi, karena Ekaristi semakin mempersatukan kita dengan Yesus Kristus dan membuat kita
semakin menyerupai-Nya, yuk kita rajin-rajin mengikuti Ekaristi agar kita semakin menjadi
#ManusiaPaskah yang semakin menyerupai Yesus dalam iman dan harapan kepada Allah serta
kasih kepada sesama!

akna Sakramen Ekaristi yang Penting bagi Iman Katolik


Mengulas berbagai makna Sakramen Ekaristi yang sebenarnya ada 3 makna utama dan
sebagai dasar inti perayaan. Sakramen Ekaristi adalah perayaan atau cara berdoa umat Kristen
dan Katolik di dalam Gereja. Perayaan Ekaristi diadakan setiap hari dan umat harus mengikuti
perayaan Ekaristi minimal seminggu sekali.

Sebagai umat Kristen atau Katolik yang tidak pernah mengikuti perayaan Ekaristi tentu hampa
iman mereka. Hal ini dikarenakan Sakramen Ekaristi sebagai puncak dari seluruh perayaan umat
Katolik dan Kristen. Sehingga umat atau jemaat akan berkumpul di Gereja untuk melakukan
perayaan Ekaristi.

Mengikuti perayaan Ekaristi setiap minggu tanpa mengetahui apa makna Sakramen Ekaristi
tentu sangat aneh. Anda tidak akan merasakan makna yang cukup dalam dan arti dasar dari
perayaan Ekaristi. Oleh sebab itu simak penjelasan dibawah ini mengenai makna dan arti
Sakramen Ekaristi agar lebih banyak pengetahuannya.
Makna Sakramen Ekaristi yang Penting bagi Iman Katolik

Baca juga : 7 Sakramen Yang Ada Dalam Gereja Katolik

3 Makna Perayaan Sakramen Ekaristi bagi Iman Gereja Katolik

Ada banyak makna Sakramen ini yang sangat penting bagi kehidupan iman para umat Gereja
Katolik. Terdapat 3 makna dasar dari perayaan Ekaristi yang harus diketahui oleh seluruh umat
Gereja Katolik. Tanpa mengetahui makna membuat perayaan Ekaristi yang dilakukan seperti
menghadiri suatu acara tanpa tahu maksudnya.

1. Pegingat Karya Penyelamatan Allah

Makna dari Sakramen Ekaristi yang pertama yaitu pengingat akan karya penyelamatan Tuhan
Allah. Manusia yang penuh dosa tidak bisa bersatu dengan Allah sehingga Yesus hadir sebagai
juru selamat. Yesus anak Allah telah menjadi manusia untuk karya penyelamatan sehingga wafat
di kayu salib dan akhirnya bangkit.

 Sebagai Bentuk Persatuan dengan Kristus

Terdapat sabda Tuhan yang memiliki makna Sakramen sebagai bentuk bersatunya umat manusia
dengan Yesus Kristus. Saat mengikuti perayaan Ekaristi, Anda pasti sering mendengar “Barang
siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku maka aku akan tinggal dalam dia dan ia tinggal
dalam aku”.

Dengan simbol tubuh dan darah Kristus yang Anda makan maupun minum dalam perayaan
Ekaristi. Sebagai wujud bersatunya umat manusia dengan Allah melalui perayaan Ekaristi.
Sehingga untuk mendalami maknanya, maka setiap umat Katolik atau Kristen diwajibkan untuk
mengikuti perayaan Ekaristi minimal satu minggu sekali.

 Wujud Kesatuan Umat Satu Tujuan

Dalam perayaan Ekaristi juga sebagai media berkumpulnya jemaat wujud kesatuan umat satu
tujuan. Pada saat perayaan Ekaristi diibaratkan Yesus sebagai tuan rumah dan jemaat yang
datang memiliki tujuan sama. Tujuannya mengingat karya keselamatan Tuhan Yesus dan
melakukan pertobatan untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan.

Arti Sakramen Ekaristi yang Biasa Dilakukan Umat Gereja Katolik

Mengulas arti dan makna Sakramen ini dalam ajaran Katolik yaitu sebagai perayaan roti dan
anggur kemudian menjadi tubuh dan darah. Dalam perayaan Ekaristi mencangkup banyak hal
yang menjadi dasar iman umat Katolik. Selain mengingat karya penyelamatan juga tentang
pertobatan atas dosa-dosa yang sudah dilakukan manusia.

Setiap kali mengikuti perayaan Ekaristi, umat akan mendapatkan hosti sebagai lambang tubuh
dan anggur lambang darah Yesus. Hal ini menjadi bukti kalau perayaan Ekaristi semakin
mendekatkan umat kepada Tuhan. Dari perayaan Ekaristi juga mengajarkan banyak hal dari doa
Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Begitu dalam makna dari Sakramen Ekaristi yang sangat penting bagi iman Gereja maupun umat
Katolik. Begitu pentingnya Sakramen Ekaristi maka setiap umat diwajibkan untuk mengikuti
minimal seminggu sekali. Semakin dalam mengetahui bagaimana makna Sakramen Ekaristi
maka akan semakin besar semangat mengikuti Ekaristi setiap minggunya.
Ekaristi Sebagai Sumber Dan Puncak Kehidupan Kristiani
By sanyospwt on 14 Juni, 2017 • ( Tinggalkan komentar )

Pendahuluan

Karena Ekaristi adalah Yesus Kristus sendiri, Ekaristi menjadi ‘jantung’ dari iman Katolik.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh
kehidupan Kristiani” (KGK 1324) dan “hakikat dan rangkuman iman kita” (KGK 1327).
Tentu idealnya semua orang Katolik mengetahui hal ini, tetapi sayangnya, kenyataan berbicara
lain. Di Amerika, menurut polling pendapat yang diadakan oleh Gallup poll pada tahun 1992,
pengertian ini tidak dimiliki oleh sebagian besar umat Katolik. ((Father Frank Chacon, Jim
Burnham, Beginning Apologetics 3, How to Explain and Defend the Real Presence of Christ in
the Eucharist, (San Juan Catholic Seminars, NM), p. 4.)) Hal yang serupa mungkin pula terjadi
di Indonesia.

Hasil yang diperoleh cukup menggambarkan bahwa banyak orang Katolik yang tidak tahu
dengan persis bahwa Yesus sungguh-sungguh hadir dalam Ekaristi:

 30% percaya bahwa mereka sungguh-sungguh dan benar-benar menerima Tubuh, Darah, Jiwa
dan ke-Allahan Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur.
 29% percaya bahwa mereka menerima roti dan anggur yang melambangkan Tubuh dan Darah
Kristus.
 10% percaya mereka menerima roti dan anggur di mana di dalamnya Yesus juga hadir.
 24% percaya mereka menerima Tubuh dan Darah Yesus karena iman mereka sendiri mengatakan
demikian.

Orang yang benar-benar mengerti akan pengajaran Gereja Katolik akan mengetahui bahwa
pilihan yang benar itu hanya pilihan pertama, sedangkan pilihan yang lain itu keliru. Sayangnya,
hanya 30% umat Katolik yang mengerti akan kebenaran ini; sedangkan 70% yang lain
sepertinya ‘bingung’ atau memegang kepercayaan gereja lain yang bukan Katolik. Mari kita
bertanya pada diri kita sendiri, termasuk golongan mana kita ini?

Apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik tentang Ekaristi?


1. Kehadiran Yesus Kristus yang real dan substansial di dalam Ekaristi

Selama kira-kira 2000 tahun, Gereja Katolik selalu mengajarkan bahwa Yesus Kristus sungguh
hadir, real dan substansial, di dalam Ekaristi, yaitu Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan-Nya di
dalam rupa roti dan anggur (KGK 1374). Pada saat imam selesai mengucapkan doa konsekrasi –
“Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”, Tuhan secara ajaib mengubah roti dan anggur
menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Kejadian ini disebut sebagai “transubstansiasi“, yang
mengakibatkan substansi dari roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus (lih.
KGK 1376). Jadi yang tinggal hanyalah rupa roti dan anggur, tetapi substansi roti dan anggur
sudah lenyap, digantikan dengan kehadiran Yesus.

Yesus hadir seutuhnya di dalam roti itu, bahkan sampai di partikel yang terkecil dan di dalam
setiap tetes anggur. Pemecahan roti bukan berarti pemecahan Kristus, sebab kehadiran Kristus
utuh, tak berubah dan tak berkurang di dalam setiap partikel. Dengan demikian kita dapat
menerima Kristus di dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau kedua bersama-sama (lih. KGK
1390). Dalam setiap hal ini, kita menerima Yesus yang utuh di dalam sakramen.

Karena Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, maka kita memberi hormat di depan
tabernakel, kita berlutut dan menundukkan diri sebagai tanda penyembahan kepada Tuhan. Itulah
sebabnya Gereja memperlakukan Hosti Kudus dengan hormat, dan melakukan prosesi untuk
menghormati Hosti suci yang disebut Sakramen Maha Kudus, dan mengadakan adorasi di
hadapan-Nya dengan meriah (lih. KGK 1378).

Kehadiran Kristus di dalam Ekaristi bermula pada waktu konsekrasi dan berlangsung selama
rupa roti dan anggur masih ada (KGK 1377), maksudnya pada saat roti dan anggur itu dicerna di
dalam tubuh kita dan sudah tidak lagi berbentuk roti, maka itu sudah bukan Yesus. Jadi kira-kira
Yesus bertahan dalam diri kita [dalam rupa hosti] selama 15 menit. Sudah selayaknya kita
menggunakan waktu itu untuk berdoa menyembah-Nya, karena untuk sesaat itu kita sungguh-
sungguh menjadi tabernakel Allah yang hidup!

Kristus sendiri yang mengundang kita untuk menyambut Dia dalam Ekaristi (KGK 1384),
dan karena itu kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang agung dan kudus ini, dengan
melakukan pemeriksaan batin. Karena Ekaristi itu sungguh-sungguh Allah, maka kita tidak boleh
menyambutNya dalam keadaan berdosa berat. Untuk menyambut-Nya dengan layak kita harus
berada dalam keadaan berdamai dengan Allah. Jika kita sedang dalam keadaan berdosa berat,
kita harus menerima pengampunan melalui Sakramen Tobat sebelum kita dapat menyambut
Komuni Kudus (KGK 1385).

2. Keutamaan Ekaristi disebabkan karena di dalamnya terkandung Kristus sendiri

Ekaristi disebut sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani (LG 11) karena di dalamnya
terkandung seluruh kekayaan rohani Gereja, yaitu Kristus sendiri (KGK 1324). Pada perjamuan
terakhir, pada malam sebelum sengsara-Nya, Kristus menetapkan Ekaristi sebagai tanda
kenangan yang dipercayakan oleh Kristus kepada mempelai-Nya yaitu Gereja (KGK 1324).
Kenangan ini berupa kenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus yang disebut sebagai Misteri
Paska, yang menjadi puncak kasih Allah yang membawa kita kepada keselamatan (KGK 1067).
Keutamaan Misteri Paska dalam rencana Keselamatan Allah mengakibatkan keutamaan Ekaristi,
yang menghadirkan Misteri Paska tersebut, di dalam kehidupan Gereja (KGK 1085).

Gereja Katolik mengajarkan bahwa kurban salib Kristus terjadi hanya sekali untuk selama-
lamanya (Ibr 9:28). Kristus tidak disalibkan kembali di dalam setiap Misa Kudus, tetapi kurban
yang satu dan sama itu dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus (KGK 1366). Hal itu
dimungkinkan karena Yesus yang mengurbankan Diri adalah Tuhan yang tidak terbatas oleh
waktu dan kematian. Kristus telah mengalahkan maut, karenanya Misteri Paska-Nya tidak hanya
terbenam sebagai masa lampau, tetapi dapat dihadirkan di masa sekarang (KGK 1085). Karena
bagi Tuhan, segala waktu adalah ‘saat ini’, sehingga masa lampau maupun yang akan datang
terjadi sebagai ‘saat ini’. Dan kejadian Misteri Paska sebagai ‘saat ini’ itulah yang dihadirkan
kembali di dalam Ekaristi, dengan cara yang berbeda, yaitu secara sakramental. Dengan
demikian, Ekaristi menjadi kenangan hidup akan Misteri Paska dan akan segala karya agung
yang telah dilakukan oleh Tuhan kepada umat-Nya, dan sekaligus harapan nyata untuk
Perjamuan surgawi di kehidupan kekal (lih. KGK 1362,1364,1340,1402,1405).

3. Beberapa nama Ekaristi dan artinya

Ekaristi berasal dari kata ‘eucharistein‘ yang artinya ucapan terima kasih kepada Allah (KGK
1328). Ekaristi adalah kurban pujian dan syukur kepada Allah Bapa, di mana Gereja menyatakan
terima kasihnya kepada Allah Bapa untuk segala kebaikan-Nya di dalam segala sesuatu: untuk
penciptaan, penebusan oleh Kristus, dan pengudusan. Kurban pujian ini dinaikkan oleh Gereja
kepada Bapa melalui Kristus: oleh Kristus, bersama Dia dan untuk diterima di dalam Dia. (KGK
1359-1361)

Ekaristi adalah Perjamuan Tuhan, yang memperingati perjamuan malam yang diadakan oleh
Kristus bersama dengan murid-murid-Nya. Perjamuan ini juga merupakan antisipasi perjamuan
pernikahan Anak Domba di surga (KGK 1329).

Ekaristi adalah kenangan akan kesengsaraan dan kebangkitan Tuhan (KGK 1330). Ekaristi
diadakan untuk memenuhi perintah Yesus untuk merayakan kenangan akan hidup-Nya,
kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan akan pembelaan-Nya bagi kita di depan Allah Bapa (KGK
1341).

Ekaristi adalah Kurban kudus, karena ia menghadirkan kurban tunggal Yesus, dan juga kurban
penyerahan diri Gereja yang mengambil bagian dalam kurban Yesus, Kepalanya (KGK 1330,
1368). Sebagai kenangan Paska Kristus, Ekaristi menghadirkan dan mempersembahkan secara
sakramental kurban Kristus satu-satunya dalam liturgi Gereja (KGK 1362, 1365). Ekaristi
menghadirkan kurban salib dan memberikan buah-buahnya yaitu pengampunan dosa (KGK
1366).

Ekaristi adalah Komuni kudus, karena di dalam sakramen ini kita menerima Kristus sendiri
(KGK 1382) dan dengan demikian kita menyatukan diri dengan Kristus, yang mengundang kita
mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah-Nya, supaya kita membentuk satu Tubuh dengan-
Nya (KGK 1331).

Ekaristi dikenal juga dengan Misa kudus, karena perayaan misteri keselamatan ini berakhir
dengan pengutusan umat beriman (missio) supaya mereka melaksanakan kehendak Allah dalam
kehidupan sehari-hari.

4. Buah-buah Ekaristi/ Komuni kudus

 Komuni memperdalam persatuan kita dengan Yesus, hal ini berdasarkan atas perkataan Yesus,
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum Darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku di dalam Dia”
(KGK 1391).
 Komuni memisahkan kita dari dosa, karena dengan mempersatukan kita dengan Kristus kita
sekaligus dibersihkan dari dosa yang telah kita lakukan dan melindungi kita dari dosa-dosa yang
baru (KGK 1393).
 Ekaristi membangun Gereja di dalam kesatuan. Oleh Ekaristi Kristus mempersatukan kita
dengan semua umat beriman menjadi satu Tubuh, yaitu Gereja. Ekaristi memperkuat kesatuan
dengan Gereja yang telah dimulai pada saat pembaptisan (KGK 1396). Kesatuan dengan Gereja
ini mencakup Gereja yang masih berziarah di dunia, Gereja yang sudah jaya di Surga, dan Gereja
yang masih dimurnikan di dalam Api Penyucia (lih. KGK 954)
 Ekaristi mewajibkan kita terhadap kaum miskin, sebab dengan bersatu dengan Kristus dalam
Ekaristi, kita juga mengakui Kristus yang hadir di dalam orang-orang termiskin yang juga menjadi
saudara-saudara-Nya (KGK 1397), yang di dalam Dia, menjadi saudara-saudara kita juga.
 Ekaristi mendorong kita ke persatuan umat beriman, sebab Ekaristi, menurut perkataan Santo
Agustinus adalah ‘sakramen kasih sayang, tanda kesatuan dan ikatan cinta,’ (KGK 1398) yang
seharusnya secara penuh dialami bersama oleh semua orang yang beriman di dalam Kristus.

Dasar pengajaran tentang Ekaristi dari Alkitab


1. Perjanjian Lama:

Imam Agung Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur (Kej 14:18) yang
menggambarkan Perjamuan Yesus pada Perjamuan Terakhir. Yesus sendiri dikatakan sebagai
Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Ibr 6:20).

 Kurban anak domba Paska yang menyelamatkan umat Israel merupakan kurban yang dimakan
sebagai makanan untuk menguatkan mereka menempuh perjalanan ke Tanah Terjanji (Kej 12:1-
20). Hal ini menggambarkan Ekaristi yang merupakan kurban Anak Domba Allah, yaitu Yesus,
yang dimakan sebagai makanan untuk menjadi bekal perjalanan kita ke Tanah Terjanji, yaitu
surga.
 Roti Manna yang menjadi simbol Ekaristi pada Perjanjian Lama. Yesus sendiri mengatakan
bahwa Ia adalah Roti manna yang turun dari surga (lih. Yoh 6:32-51). Seperti halnya bahwa
manna menguatkan bangsa Israel sepanjang perjalanan di gurun dan berhenti dicurahkan
setelah mereka sampai di Tanah Terjanji; Ekaristi juga diberikan untuk menguatkan kita di
perjalanan hidup di dunia, dan berhenti setelah kita sampai di surga.
 Pada Tabut Perjanjian Lama menggambarkan tabernakel pada gereja Katolik di manapun, yang
merujuk pada Ekaristi. Dua loh batu (Kel 25:16) menggambarkan sabda kehidupan yang
terkandung dalam Ekaristi. Manna (Kel 16:34) menggambarkan Ekaristi sebagai roti hidup yang
turun dari surga (Yoh 6:51). Tongkat Harun (Bil 17: 5) yang menandai imamatnya,
menggambarkan peran Imamat kudus dalam Kristus, yaitu tubuhNya. Seperti tongkat Harun
yang bertunas, tubuh Yesus yang ditembus oleh tombak mengeluarkan air dan darah yang
melambangkan sakramen Pembaptisan dan Ekaristi. ((Lihat Father Frank Chacon, Ibid., p. 9.))
2. Perjanjian Baru:

Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, seperti dinyatakan:

 Pada Perjamuan Terakhir Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengenangkan Dia


dengan merayakan perjamuan tersebut. Yesus berkata, “Inilah Tubuh-Ku… (bukan ini
melambangkan Tubuh-Ku)… (lih Mat 26:26-28; Mrk 14:22-24; Luk 22:15-20).”
 Yesus mengatakan sendiri bahwa Ia adalah “Roti hidup yang turun dari surga. Jikalau seorang
makan dari roti ini, dia akan hidup selama-lamanya; dan roti yang Ku-berikan itu ialah daging-Ku
yang Kuberikan untuk hidup dunia (Yoh 6:35, 51).
 Pengajaran ini diberikan setelah Yesus mengadakan mukjizat pergandaan roti, yaitu mukjizat
yang ditulis di dalam ke-empat Injil (Mat 14:13-21; Mrk 6:32-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-15). Lima
roti yang sama yang dibagikan oleh para rasul dapat memberi makan 5000 orang, dengan sisa 12
keranjang. Ini menggambarkan Yesus yang satu dan sama hadir dalam Ekaristi, dapat dibagikan
kepada semua orang, tanpa Dia sendiri menjadi terbagi-bagi atau berkurang/ hilang.
 Yesus berkata bahwa Ia lebih tinggi nilainya dari pada manna yang diberikan kepada orang
Israel di gurun. Padahal mukjizat manna adalah suatu mukjizat yang besar, setiap harinya berjuta
orang Israel menerima 1 omer (1.1 liter) roti manna per orang, sehingga tiap harinya ada
beberapa ratus ton roti manna tercurah dari langit, selama 40 tahun. ((Lihat Father Frank
Chacon, Ibid., p. 10.)) Yesus mengatakan bahwa mukjizat-Nya lebih hebat daripada mukjizat
manna ini, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam Ekaristi, roti dapat sungguh-
sungguh diubah Yesus menjadi diri-Nya sendiri, seperti yang dikatakan-Nya.
 Orang-orang yang mendengarkan pengajaran ‘Roti Hidup’ ini memahami bahwa Yesus
mengajarkan sesuatu yang literal (tidak figuratif/ simbolis), sehingga mereka meninggalkan Yesus
sambil berkata, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya untuk dimakan” (Yoh 6:52)
 Yesus menggunakan gaya bahasa yang kuat untuk menjelaskan arti literal pengajaran ini dengan
mengulangi pengajaran ini sampai 6 kali di dalam 6 ayat (ay. 53-58),… jikalau kamu tidak makan
daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh
6:53); Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar
minuman (Yoh 6:55). Ini adalah gaya bahasa yang bukan kiasan/ simbolis!
 Banyak murid tidak dapat menerima pengajaran ini, dan meninggalkan Yesus (ay.66), tetapi
Yesus tidak menarik kembali pengajaran-Nya tentang diri-Nya sebagai “Roti Hidup”. Dia tidak
mengatakan bahwa Dia hanya berkata secara figuratif/simbolis. Pada beberapa kesempatan, jika
Ia berbicara secara figuratif, Yesus menerangkan kembali maksud perkataan-Nya pada para
murid-Nya yang mengartikannya secara literal. (Contohnya pada Yoh 4:31-34, Yesus menjelaskan
bahwa ‘makanan-Nya yang tidak mereka kenal’ adalah melakukan kehendak Bapa yang
mengutus-Nya. Atau pada Mat 16:5-12; tentang ragi orang-orang Farisi dan Saduki, maksudnya
adalah bukan ragi secara literal, tetapi pengajaran mereka) ((Lihat Father Frank Chacon, Ibid., p.
11.))
 Setelah banyak yang meninggalkan Dia karena pengajaran ini, Yesus bahkan bertanya kepada ke
dua-belas rasulNya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”(Yoh 6:67). Namun Petrus menjawab,
“Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal (Yoh
6:69). Pertanyaan yang sama ditujukan pada kita, apakah kita mau percaya akan pengajaran ini
seperti Petrus, ataukah kita seperti murid-murid lain yang meninggalkan Dia?
 Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak menerima Ekaristi secara tidak layak, supaya tidak
berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan (1 Kor 11:27). Rasul Paulus juga menambahkan, jika
seseorang makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas
dirinya sendiri (1 Kor 11:28-29). Pengajaran ini tidak masuk di akal, jika kehadiran Yesus dalam
Ekaristi hanya simbolis belaka. Kesimpulannya, St. Paulus jelas mengajarkan bahwa Yesus
sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi.

3. Bukti dari para Bapa Gereja di abad awal

Tulisan para Bapa Gereja di abad awal merupakan bukti yang sangat penting tentang ‘keaslian’
pengajaran tentang Ekaristi. Para Bapa Gereja merupakan saksi yang menjamin keaslian
pengajaran Alkitab, karena mereka sungguh-sungguh menyaksikan para rasul mengajar dan
menuliskan Injil, seperti Rasul Matius, Yohanes dan St. Paulus menuliskan surat-suratnya.
Melalui tulisan-tulisan mereka, kita mengetahui Tradisi Suci para Rasul, seperti Kehadiran
Yesus dalam Ekaristi, Misa Kudus, kepemimpinan Rasul Petrus, devosi kepada Maria, Api
penyucian, dll. Semua pengajaran ini adalah pengajaran yang diteruskan oleh Gereja Katolik.
Berikut ini adalah para Bapa Gereja yang mengajarkan tentang kehadiran Yesus di dalam
Ekaristi:

1. Ignatius dari Antiokhia, murid dan pembantu Rasul Yohanes, uskup ke-3 di Antiokhia. Tahun 110
ia menulis 7 surat kepada gereja-gereja sebelum kematiannya sebagai martir di Roma. Pada
suratnya ke gereja di Smyrna, St. Ignatius menyebutkan bahwa mereka yang tidak percaya
kepada ‘Kehadiran Yesus di dalam Ekaristi’ adalah sesat (‘heretics‘). ((Terjemahan dari Letter to
Smynaeans 6, 2; Jurgens, p.25, #64, “Perhatikanlah mereka yang memegang pendapat yang
bermacam-macam tentang rahmat Yesus Kristus yang diberikan kepada kita, dan lihatlah
bagaimana pendapat mereka bertentangan dengan pikiran Tuhan… Mereka menolak Ekaristi dan
doa, karena mereka tidak mengakui bahwa Ekaristi adalah sungguh Tubuh Yesus Kristus
Penebus kita. Tubuh yang sudah menderita demi dosa-dosa kita, dan yang telah dibangkitkan
oleh Allah Bapa dengan kebaikan-Nya.”)) Kepada gereja di Roma, St. Ignatius menuliskan
imannya tentang Ekaristi yang sungguh-sungguh adalah Tubuh dan Darah Yesus. ((Terjemahan
dari Letter to the Romans 7,3, Jurgens, p.22, # 54a., “Aku tidak menginginkan makanan
sementara maupun kesenangan untuk hidup ini. Aku menginginkan Roti dari Tuhan, yaitu Tubuh
(Flesh) Yesus Kristus, yang adalah keturunan Daud, dan untuk minum, aku menginginkan Darah-
Nya, yang adalah kasih yang abadi.”))
2. St. Yustinus Martir, pengikut Kristus pada tahun 130, yang mendapat pengajaran dari Rasul
Yohanes, seorang Apologist yang terkenal di abad ke-2. Pada tulisannya kepada Emperor di
Roma, yaitu “Apology” pada tahun 150, St. Yustinus juga menjelaskan kebenaran pengajaran
tentang kehadiran Yesus di dalam Ekaristi. ((Terjemahan dari First Apology 66, 20; Jurgens, p. 55,
# 128, “Kami menamakan makanan ini Ekaristi; dan tidak ada seorangpun yang diizinkan untuk
mengambil bagian di dalamnya, kecuali bagi yang percaya bahwa pengajaran kami adalah benar
… Sebab bukan sebagai roti biasa atau minuman biasa kami mempercayai ini; tetapi karena
Yesus Kristus telah dilahirkan melalui Sabda Tuhan dan memiliki tubuh dan darah untuk
keselamatan kita, demikian pula, seperti kami diajarkan, makanan yang telah dijadikan sebagai
Ekaristi dengan doa Ekaristi sebagaimana diajarkan oleh-Nya, dan dengan perubahannya yang
menguatkan tubuh dan darah kami, adalah Tubuh dan Darah dari Yesus, Sabda yang menjadi
manusia.”))
3. St. Irenaeus, uskup Lyons, hidup tahun 140-202. Ia murid St. Polycarpus yang adalah murid Rasul
Yohanes. Dengan menuliskan bukunya yang terkenal, “Against Heresies” (195), ia
menghancurkan pandangan sesat yang bertentangan dengan kepercayaan Gereja yang dipegang
oleh para rasul. ((Terjemahan dari Against Heresies 5,2,2; Jurgens, p.99, #249, “Ia(Yesus) telah
menyatakan piala itu, sebagai bagian dari ciptaan, sebagai Darah-Nya sendiri, daripadanya Ia
menyebabkan darah kita mengalir; dan roti itu, sebagai bagian dari ciptaan, Dia telah
menjadikannya sebagai Tubuh-Nya sendiri, daripadanya Ia memberikan pertumbuhan pada
tubuh kita.”))
4. St. Cyril dari Yerusalem, pada tahun 350 mengajarkan agar kita sebagai pengikut Kristus percaya
sepenuhnya akan kehadiran Yesus di dalam Ekaristi, sebab Yesus sendiri yang mengatakannya
((Terjemahan dari Catechetical Lectures: 22 (Mystagogic 4),1; Jurgens, p. 360, #843, “Dia (Yesus),
dengan demikian, menyatakan dan mengatakan tentang Roti itu, “Ini adalah Tubuh-Ku,” siapa
yang akan berani untuk terus meragukan? Dan ketika Ia sendiri mengatakan, “Ini adalah Darah-
Ku,” siapa yang dapat ragu dan mengatakan bahwa itu bukan Darah-Nya?”
Terjemahan dari Catechetical Lectures: 22 (Mystagogic 6),1; Jurgens, p. 361, #846, “Karena itu,
jangan menganggap bahwa roti dan anggur itu hanya semata-mata roti dan anggur, sebab
mereka adalah, menurut perkataan Tuhan kita, Tubuh dan Darah Kristus. Walaupun perasaan
mengatakan kepadamu sesuatu yang lain, biarlah iman membuat kamu teguh percaya. Jangan
melihat berdasarkan rasa, tetapi percayalah penuh dengan iman, jangan meragukan, bahwa
kamu telah dianggap layak untuk menerima Tubuh dan Darah Kristus.”))
5. St. Hilary, uskup Poitiers, Perancis, tahun 315-367. Dengan karyanya, “On the Trinity” (356), St.
Hilary mengajarkan kehadiran Kristus dalam Ekaristi yang kita terima menjadikan kita tinggal di
dalam Kristus dan Kristus di dalam kita. ((Terjemahan dari On the Trinity, Bk 8, Ch 14: dikutip oleh
John Willis, S.J., dalam The Teachings of the Church Fathers, (Ignatius Press, San Francisco, 2002),
p. 405, ” Dia (Yesus) sendiri berkata: ‘Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-
Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku tinggal
dalam Aku dan Aku di dalam Dia’ (Yoh 6:55,56). Kita tidak boleh meragukan rupa tubuh dan
darah itu, sebab sesuai dengan pernyataan dari Tuhan sendiri, dan sesuai dengan iman kita, ini
adalah daging dan darah (Kristus). Dan kedua rupa ini yang kita terima menjadikan kita tinggal
di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita….”))

Para Bapa Gereja ini membuktikan bahwa jemaat Kristen awal percaya akan Kehadiran Yesus di
dalam Ekaristi. Perhatikanlah bahwa St. Ignatius adalah murid Rasul Yohanes, sedangkan St.
Yustinus Martir dan St. Irenaeus belajar langsung dari murid-murid Rasul Yohanes. Mereka
semua mendapat pengajaran dari Rasul Yohanes yang menulis tentang Yesus sebagai “Roti
Hidup” (Yoh 6). Siapa yang dapat mengatakan bahwa ia lebih memahami pengajaran Yesus
tentang ‘Roti Hidup’ ini dari pada mereka yang mendengar langsung/ murid dari Rasul Yohanes?

Kesimpulan

Jika kita dengan hati terbuka mempelajari Alkitab, dan tulisan para Bapa Gereja, kita akan
melihat bahwa kenyataan menunjukkan bukti yang kuat yang mendasari pengajaran Gereja
Katolik tentang Kehadiran Yesus secara real dan substansial di dalam Ekaristi. Yesus
sendiri hadir di dalam Ekaristi, di dalam rupa roti dan anggur, dan sudah menjadi kehendak-Nya
agar kita mengenangkan Dia melalui perjamuan ini, agar kita dapat mengambil bagian di dalam
Misteri Paska-Nya yang mendatangkan keselamatan bagi dunia. Ekaristi adalah cara yang dipilih
Yesus agar kita dapat tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Percaya penuh akan kehadiran-
Nya di dalam Ekaristi dan menerima Ekaristi dengan sikap yang benar merupakan bentuk
perwujudan iman dan kasih kita kepada Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita sampai wafat
di salib. Mari kita menerima dengan hati terbuka, cara Yesus mengasihi kita di dalam Ekaristi.
Mari kita berdoa, agar makin hari kita makin dapat menghayati kasih-Nya yang tak terbatas,
yang tercurah pada kita melalui Sakramen yang Maha Kudus ini…

Anda mungkin juga menyukai