Anda di halaman 1dari 4

KATEKESE HARI MINGGU SABDA ALLAH

Katekese ini bisa disampaikan pada saat sebelum atau sesudah perayaan liturgi pada Minggu
II Masa Biasa (Minggu, 15 Januari 2023) dan Minggu III Masa Biasa (Minggu, 22 Januari 2023)
bertepatan dengan Hari Minggu Sabda Allah. Katekese ini juga dapat dibagikan kepada
umat beriman dengan mencetak bahan lalu membagikan kepada umat, atau dapat juga
dikirim melalui WA.

KATEKESE BAGIAN I (15 Januari 2023)

Pengantar

Saudara-saudari yang terkasih, Surat Apostolik Paus Fransiskus, “Aperuit Illis” yang
diterbitkan pada tanggal 30 September 2019, menetapkan bahwa Hari Minggu III dalam
masa Biasa adalah Minggu Sabda Allah “ Hari Minggu III Dalam Masa Biasa diperuntukkan bagi
perayaan, pendalaman, dan penyebaran Sabda Allah. Hari Minggu Sabda Allah ini jatuh pada suatu
moment tahunan yang sangat cocok, yakni Pekan Doa Sedunia, dimana kita diundang untuk
mempererat hubungan dengan umat Yahudi dan berdoa bagi kesatuan umat Kristiani. Merayakan
Hari Minggu Sabda Allah mempunyai nilai ekumenis, karena Kitab Suci, bagi mereka yang
mendengarkannya, menunjukkan jalan yang perlu diikuti untuk mencapai kesatuan yang otentik dan
kokoh.

Latar Belakang Hari Minggu Sabda Allah.


Penetapan Hari Minggu Sabda Allah, untuk menjawab banyak permintaan umat agar di dalam
seluruh Gereja dapat dirayakan Hari Minggu Sabda Allah dengan tujuan yang sama, menjalani saat-
saat dimana komunitas Kristen merenungkan nilai-nilai tinggi yang dimiliki Firman Allah dalam
kehidupan sehari-hari. Di gereja-gereja lokal sudah ada suatu kekayaan kegiatan yang membuat
Sabda Allah makin mudah diakses oleh umat beriman seperti zaman ini dimana banyak renungan-
renungan Kitab Suci, katekese tentang sabda Allah yang dapat diakses di media sosial, sehingga
membuat umat bersyukur atas anugrah Allah yang begitu besar, berusaha menghayatinya dalam
kehidupan sehari-hari dan merasa bertanggungjawab untuk memberi kesaksian tentangnya dengan
konsisten.

Bagaimana cara menghayati Hari Minggu Sabda Allah?


Konsili Vatikan II telah memberi dorongan besar untuk membuka kembali Sabda Allah. Teks Dei
Verbum yang selalu patut direnungkan dan dihayati, menguraikan secara jelas sifat Kitab Suci,
pewarisannya dari generasi ke generasi, ilham ilahi Kitab Suci yang mencakup Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dan pentingnya Kitab Suci dalam kehidupan Gereja.
Masing-masing komunitas maupun pribadi perlu menemukan caranya sendiri untuk menghayati
Hari Minggu Sabda Allah, namun penting bahwa:
1. Pada Minggu Sabda Allah dalam perayaan Ekaristi, Kitab Suci bisa ditahtakan, sehingga
tampak bagi umat nilai normatif Sabda Allah.
2. Pada hari Minggu Sabda Allah, pentinglah memberi tekanan pada pewartaan dan menyusun
homili sedemikian sehingga pelayanan yang diberikan kepada Sabda Tuhan menjadi tampak.
3. Pada Hari Minggu Sabda Allah para Uskup bisa merayakan upacara pelantikan Lektor yaitu
jabatan resmi pembaca Kitab Suci dalam ekaristi, untuk menggarisbawahi pentingnya pewartaan
Sabda Allah dalam liturgi.

1
4. Pentinglah menyiapkan beberapa umat beriman untuk menjadi pewarta-pewarta Sabda yang
sejati dengan suatu persiapan yang memadai, sebagaimana sudah biasa dilakukan bagi para
akolit atau para prodiakon yang melayani Komuni.
5. Para pastor bisa memberikan Alkitab, kepada umat untuk menunjukkan pentingnya melanjutkan
dalam hidup sehari-hari pembacaan, pendalaman, dan doa dengan Kitab Suci.
6. Para katekis dalam pelayanannya membantu umat tumbuh dalam iman, merasakan kebutuhan
mendesak untuk membaharui dirinya melalui keakraban dengan Kitab Suci dan pendalamannya.
Ini akan membantu mereka menyuburkan dialog sejati antara para pendengar dengan umat
Allah.
7. Mendalami kitab suci dengan metode lectio divina.
Tradisi Gereja Katolik mengenal apa yang disebut sebagai “lectio divina”. Metode lectio Divina
membantu umat beriman sampai kepada persahabatan yang mendalam dengan Tuhan. Caranya
ialah dengan mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita melalui sabda-Nya. lectio divina
adalah cara berdoa dengan membaca dan merenungkan Kitab Suci untuk mencapai persatuan
dengan Allah Tritunggal. Di samping itu, dengan berdoa sambil merenungkan Sabda-Nya, kita
dapat semakin memahami dan meresapkan Sabda Allah dan misteri kasih Allah yang
dinyatakan melalui Kristus Putera-Nya. Melalui Lectio divina, kita diajak untuk membaca,
merenungkan, mendengarkan, dan akhirnya berdoa ataupun menyanyikan pujian yang
berdasarkan sabda Allah di dalam hati kita. Penghayatan sabda Allah ini akan membawa kita
kepada kesadaran akan kehadiran Allah yang membimbing kita dalam segala kegiatan kita
sepanjang hari. Jika kita rajin dan tekun melaksanakannya, kita akan mengalami eratnya
persahabatan dan persatuan kita dengan Allah.
Maka mari membuka hati kita dan membiasakan diri membaca Kitab Suci, yang adalah
Sabda Allah sendiri.
Demikianlah katekese kita untuk Minggu ini. Trimakasih.

2
KATEKESE BAGIAN II ( 22 Januari 2023)

Pengantar
Pada katekese pertama, kita telah dihantar memahami latar belakang Hari Minggu Sabda
Allah dan cara menghayatinya. Sekarang kita lanjutkan dengan katekese kedua tentang
Pentingnya Kitab Suci dalam kehidupan Gereja, hubungan Sabda Allah dan kepercayaan
umat beriman, sakramen-sakramen dan manfaat membaca Sabda Allah.

Pentingnya Kitab Suci Dalam Kehidupan Gereja.

Sebelum menjumpai para murid di dalam rumah dengan pintu-pintu terkunci, dan membuka pikiran
mereka untuk mengerti Kitab Suci (Luk. 24:44-45), Tuhan yang bangkit menampakkan diri kepada
dua murid dalam perjalanan ke Emaus (24:13-35). Penginjil Lukas mencatat bahwa dua murid itu
membicarakan kejadian-kejadian terakhir, penderitaan dan kematian Yesus. Perjalanan mereka
ditandai dengan kesedihan dan kekecewaan karena akhir hidup Yesus yang tragis. Mereka telah
mengharapkan Dia sebagai Mesias pembebas, namun sebaliknya mereka menghadapi Mesias Yang
Tersalib. Yesus yang bangkit mendekati dan berjalan bersama murid-murid itu, namun mereka
tidak mengenal-Nya (ay. 16). Ia menyebut mereka ”bodoh dan lamban hati” (ay. 25) dan
”menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari
kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi” (ay. 27).

Hubungan Sabda Allah dan Kepercayaan Umat Beriman.


Salah satu pengakuan iman menggarisbawahi bahwa ”Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,
sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari
yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas” (1 Kor.
15:3-5). Karena seluruh Kitab Suci berbicara tentang Kristus, kita dapat percaya bahwa kematian
dan kebangkitan-Nya menjadi inti iman para murid-Nya. Karena iman timbul dari pendengaran dan
pendengaran terfokus pada sabda Kristus (Rm. 10:17), maka orang-orang beriman diundang untuk
mendengarkan dengan penuh perhatian Sabda Tuhan, baik di dalam perayaan liturgi maupun dalam
doa dan renungan pribadi.

Hubungan Sabda Allah dengan Sakramen-sakramen.


Perjalanan Yesus yang bangkit dengan murid-murid Emaus berakhir dengan perjamuan malam.
Yesus menerima permintaan dari kedua murid: ”Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari
telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam” (Luk. 24:29). Ketika duduk makan, Yesus
mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada mereka.
Pada saat itu mata mereka terbuka dan mereka mengenal-Nya (ay. 31).
Dari peristiwa ini kita menangkap betapa tak terpisahkannya hubungan antara Kitab Suci dan
Ekaristi. Konsili Vatikan II mengajarkan: ”Kitab-kitab Ilahi seperti juga Tubuh Tuhan sendiri selalu
dihormati oleh Gereja, terutama dalam Liturgi suci yang tiada hentinya menyambut roti kehidupan
baik dari meja sabda Allah maupun dari meja Tubuh Kristus, dan menyajikannya kepada Umat
beriman” (Dei Verbum, 21).
Sakramen-sakramen, bila diperkenalkan dan diterangi oleh Sabda Allah, akan lebih tampak sebagai
tujuan suatu perjalanan di mana Kristus sendiri membuka pikiran dan hati kita untuk mengenal
karya penyelamatan-Nya. Dalam konteks ini tidak boleh dilupakan pengajaran yang datang dari
Kitab Wahyu. Kitab ini mengajarkan bahwa Tuhan berdiri di pintu dan mengetuk. Jika seseorang
mendengar suara-Nya dan membukakan pintu bagi-Nya, Dia masuk untuk makan bersamanya
(3:20). Demikian Kristus mengetuk pintu kita melalui Kitab Suci; jika kita mendengarkan dan
membuka pintu akal budi dan hati kita, maka Ia masuk ke dalam hidup kita dan tinggal bersama
kita.

Manfaat Membaca Kitab Suci yang adalah Sabda Allah.

3
Membaca Kitab Suci secara teratur dan merayakan Ekaristi memungkinkan kita mengenali diri
sebagai bagian satu sama lain. Sebagai orang kristiani kita adalah bangsa yang berziarah dan kuat
berkat kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita. Dia berbicara kepada kita dan memberi kita makan.
Hari Minggu yang diperuntukkan bagi Sabda Allah terjadi bukan ”satu kali setahun” melainkan satu
kali untuk seluruh tahun, karena kita merasa perlu bersahabat dan akrab dengan Kitab Suci dan
Yesus yang bangkit, yang tidak pernah berhenti membagikan Sabda dan Roti di dalam kehidupan
kita. Karena itu kita perlu menjalin relasi kepercayaan dengan Kitab Suci.
Paulus, dalam Surat Kedua kepada Timotius, mendesaknya untuk senantiasa membaca Kitab Suci.
Paulus yakin bahwa ”segala tulisan yang diilhamkan Allah bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran”
(3:16). Manisnya Sabda Allah mendorong kita untuk membagikannya dengan semua orang yang
kita jumpai di dalam hidup kita, untuk mengungkapkan kepastian pengharapan yang ada di
dalamnya (1 Ptr. 3:15-16).

Maka hendaknya kita tidak pernah menganggap Sabda Allah sebagai sesuatu yang biasa saja, tetapi
sebaliknya membekali diri untuk menemukan relasi kita dengan Allah dan saudara-saudari kita,
membantu kita tumbuh dalam kesatuan dan tekun dengan Kitab Suci, sebagaimana diajarkan oleh
pengarang suci pada zaman dulu: ”Firman ini sangat dekat padamu, yakni di dalam mulutmu dan di
dalam hatimu, untuk dilakukan” (Ul. 30:14).
Demikian Katekese kita.

Anda mungkin juga menyukai